Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Masalah usia lanjut dan osteoporosis semakin menjadi perhatian dunia, termasuk I
ndonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya usia harapan hidup. Keadaan
ini menyebabkan peningkatan penyakit menua yang menyertainya, antara lain osteo
porosis (keropos tulang).
Masalah osteoporosis di Indonesia dihubungkan dengan masalah hormonal pada menop
ause. Menopause lebih cepat dicapai wanita Indonesia pada usia 48 tahun dibandin
gkan wanita barat yaitu usia 60 tahun. Mulai berkurangnya paparan terhadap sinar
matahari. Kurangnya asupan kalsium. Perubahan gaya hidup seperti merokok, alkoh
ol dan berkurangnya latihan fisik. Penggunaan obat-obatan steroid jangka panjang
. Serta risiko osteoporosis tanpa gejala klinis yang menyertainya.
Osteoporosis—penurunan massa tulang yang menyebabkan fraktur traumatik atau atra
umatik—merupakan masalah besar pada perawatan kesehatan karena beratnya konsekue
nsi fraktur pada pasien dan sistem perawatan kesehatan. Di Indonesia data yang p
asti mengenai jumlah osteoporosis belum ditemukan. Data retrospektif osteoporosi
s yang dikumpulkan di UPT Makmal Terpadu Imunoendokrinologi, FKUI dari 1690 kasu
s osteoporosis, ternyata yagn pernah mengalami patah tulang femur dan radius seb
anyak 249 kasus (14,7%). Demikian pula angka kejadian pada fraktur hip, tulang b
elakang dan wrist di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2001-2005, meliputi 49
dari total 83 kasus fraktur hip pada wanita usia >60 tahun. Terdapat 8 dari 36
kasus fraktur tulang belakang dan terdapat 53 dari 173 kasus fraktur wrist. Dim
ana sebagian besar terjadi pada wanita >60 tahun dan disebabkan oleh kecelakaan
rumah tangga.
Selain itu juga memiliki implikasi yang penting pada keadaan sosial dan ekonomi.
Di Amerika dari 300.000 kasus fraktur osteoporosis pada tahun 1991 dibutuhkan d
ana $5 milyar. Dan diperkirakan akan membutuhkan dana mencapai $30-$40 milyar pa
da tahun 2020. Di Indonesia tahun 2000 dengan 227.850 fraktur osteoporosis dibut
uhkan dana $2,7 milyar, dan perkiraan pada tahun 2020 dengan 426.300 fraktur ost
eoporosis dibutuhkan dana $3,8 milyar. Dapat dibayangkan biaya pada tahun 2050.
Sejak penurunan massa tulang dihubungkan dengan terjadinya fraktur yang akan dat
ang, maka pemeriksaan massa tulang merupakan indikator untuk memperkirakan risik
o terjadinya fraktur. Pada dekade terakhir, fakta ini menyebabkan kepedulian ter
hadap penggunaan alat diagnostik non invasif (bone densitometry) untuk mengiden
tifikasi subyek dengan penurunan massa tulang, sehingga dapat mencegah terjadiny
a fraktur yang akan datang, bahkan dapat memonitoring terapi farmakologikal untu
k menjaga massa tulang.
Namun implementasi dari tindakan intervensi tersebut, atau skrining osteoporosis
sebaiknya berdasarkan evidence terutama pada penggunaannya dalam praktek klinik
, baik sebagai alat diagnostik—informasi tentang massa tulang pada tempat pemeri
ksaan-- dan sebagai alat prognostik—dapat memperkirakan fraktur osteoporosis (no
n traumatik).
I.2 EPIDEMIOLOGI
Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan merupak
an problem pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik menjadi penting ka
rena problem fraktur tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang jelas maupun
fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma yang jelas.
—-Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang dicap
ai pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause a
dalah 1,4% per tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM menda
patkan faktor resiko osteoporosis yang meliputi usia, lamanya menopause dan kada
r estrogen yang rendah, sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang
tinggi, riwayat berat badan lebih atau obesitas dan latihan yang teratur.
BAB II
TULANG
II.1 GAMBARAN TULANG
Tulang normal terdiri dari lapisan tulang padat yang mengelilingi lempengan dan
serabut tulang (tulang berongga) yang diselingi sumsum tulang. Ketebalan lapisan
luar yang padat ini berbeda-beda pada setiap bagian rangka, sebagai contoh tula
ng tengkorak dan tulang anggota tubuh jauh lebih besar dibandingkan tulang belak
ang. Kekuatan rangka terutama dihasilkan oleh tulang padat ini, namun tulang ber
ongga juga ikut berperan penting.
Penyusun utama tulang sesungguhnya adalah mineral tulang yang mengandung kalsium
(Ca) & fosfor (P), dan protein yang disebut kolagen. Struktur tulang mirip beto
n untuk bangunan atau jembatan. Komponen kalsium dan fosfor membuat tulang keras
dan kaku mirip semen, sedang serat-serat kolagen membuat tulang mirip kawat baj
a pada tembok.
Tulang adalah jaringan hidup yang harus terus diperbaharui untuk menjaga kekuata
nnya. Tulang yang tua selalu dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan ku
at. Bila proses ini, yang terjadi di permukaan tulang (peremajaan tulang) tidak
terjadi, rangka kita akan rusak karena keletihan ketika kita masih muda. Ada 2 j
enis sel utama dalam tulang, yakni osteokiast (yang merusak tulang) dan osteobla
st (yang membentuk tulang baru). Kedua sel ini dibentuk dalam sumsung tulang.

II.2 STRUKTUR TULANG


Mineral yang terdapat dalam matriks tulang terutama adalah calsium dan fosfat. U
nit dasar dari kortek tulang disebut sistem haversian. Yg terdiri dari saluran h
aversian (yang berisi pembuluh darah, saraf dan lymphatik), lacuna (berisi osteo
sit), lamella, canaliculi (saluran kecil yang menghubungakan lacuna dan saluran
haversian
Bentuk dan kontruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerj
a padanya. Tulang tersususn oleh jaringan tulang kanselus (trabekular/spongius)
dan ortikal (kompak). Tulang panjang (mis femur berbentuk seperti tangkai atau b
atang panjang dengan ujung yang membulat). Batang atau diafasis terutama tersusu
n atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis yang tersusun ol
eh tulang kanselus. Plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupaka
n pusat pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa mengalami kla
sifikasi. Ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago artikular pada sendi-send
inya. Tulang panjang disusun untuk menyagga berat badan dan gerakan. Tulang pend
ek (misalnya metakarpal) terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang ko
mpak. Tulang pipih (misalnya sternum) merupakan tempat penting hematopoesis dan
sering memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang pipi tersusun dari tulan
g kanselus diantara 2 tulang kompak. Tulang tak teratur misalnya vertebra mempun
yai bentuk yang unik yang sesuai dengan bentuknya. Secara umum, struktur tulang
tak teratur sama dengan tulang pipih.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya terdi
ri atas tiga jenis dasar—osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
Osteoblas adalah sel pembentuk tulang. Mereka membentuk dan mesekresikan kolagen
(kebanyakan tipe I) dan nonkolagen organik—komponen pada fase matrik tulang. Me
reka mempunyai peranan penting pada mineralisasi matrik organik. Protein nonkol
agen produksi osteoblas meliputi osteokalsin (komponen nonkolagen tulang terbesa
r), 20% dari total massa tulang; osteonectin; protein sialyted dan phosphorylate
d; dan thrombospondin. Peranan protein nonkolagen tersebut tidak diketahui tapi
sintesisnya diatur oleh hormon paratiroid (PTH) dan 1,25 dihidroksivitamin D. Me
reka juga berperan pada kemotaksis dan adhesi sel. Pada proses pembentukan matri
k tulang organik, ostoblas terperangkap diantara formasi jaringan baru, kehilang
an kemampuan sintesis dan menjadi osteosit.
Osteoklas adalah sel terpenting pada resorpsi tulang. Mereka digambarkan dengan
ukurannya yang besar dan penampakan yang multinucleated. Sel ini bergabung menja
di tulang melalui permukaan reseptor. Penggabungan pada permukaan osteoklas tula
ng membentuk komparment yang dikenal sebagai “sealing zone”. Resorpsi tulang ter
jadi oleh kerja proteinase asam pada pusat ruang isolasi subosteoklas yang diken
al sebagai lakuna Howship. Membran plasma dari sel ini diinvaginasi membentuk ru
ffled border. Osteoklas mungkin berasal dari sel induk sum-sum tulang, yang juga
menghasilkan makrofag-monosit. Perkembangan dan fungsi mereka dimodulasi oleh s
itokin seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6) dan interulekin-11 ( I
L-11).

Remodeling tulang terjadi pada tiap permukaan tulang dan berlanjut sepanjang hid
up. Jika massa tulang tetap pada dewasa, menunjukan terjadinya keseimbangan anta
ra formasi dan resorpsi tulang. Keseimbangan ini dilaksanakan oleh osteoblas dan
osteoklas pada unit remodeling tulang. Remodeling dibutuhkan untuk menjaga keku
atan tulang.
Osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh hormon sistemik dan sitokin seperti fakto
r lokal lain (growth factor, protaglandin dan leukotrien, PTH, kalsitonin, estro
gen dan 1,25-dihydrocyvitamin D3 [1,25-(OH)D3]). PTH bekerja pada osteoblas dan
sel stroma, dimana mensekresi faktor soluble yang menstimulasi pembentukan osteo
klas dan resorbsi tulang oleh osteoklas. Sintesis kolagen oleh osteoblas distimu
lasi oleh paparan pada PTH yang intermiten, sementara paparan terus menerus pada
PTH menghambat sintesis kolagen. PTH berperan penting pada aktivasi enzim ginja
l 1 & agr; hidroksilase yang menghidroksilat 25-(OH)D3 menjadi 1,25-(OH)2D3.
Kalsitonin menghambat fungsi osteoklas langsung dengan mengikat reseptor afinita
s tinggi; kalsitonin mungkin tidak langsung mempengaruhi fungsi osteoblas. Level
Kalsitonin menurun pada wanita dibandingkan pria, tapi defisiensi kalsitonin ti
dak berperan pada usia—osteoporosis. Namun defisiensi estrogen menyebabkan penur
unan massa tulang secara signifikan. Defisiensi estrogen dipikirkan mempengaruhi
level sirkulasi sitokin spesifik seperti IL-1, tumor necross faktor- &agr; kolo
ni granulosit—makrofag stimulating factor dan IL-6. Bersama sitokin ini meningk
atkan resorpsi tulang melalui peningkatan recruitment, diferensiasi dan aktifasi
sel osteoklas.
Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terd
apat kapiler, disekeliling kapiler tersebut merupakan matrik tulang yang dinamak
an lamela. Di dalam lamela terdapat osteosit yang memperoleh nutrisi melalui pro
sesus yang berlanjut ke dalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan de
ngan pembuluh darah sejauh >0,1 mm).
Bagian luar tulang diselimuti oleh membran fibrus padat yang dinamakan periosteu
m. Periosteum memberi nutrisi pada tulang dan memungkinkannya tumbuh selain seba
gai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung syaraf, pembuluh
darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteobl
as yang merupakan sel pembentuk tulang.
Enosteum adalah membran vasculer tipis yang menutupi rongga sum-sum tulang panja
ng dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklas melarutkan tulang untuk me
melihara rongga sum-sum terletak dekat endosteum dan dalam lakuna howship.
Sumsum tulang merupakan jaringan vasculer dalam rongga sumsum tulang panjang dan
dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak di dalam sternum vert
ebra dan rusuk pada tulang dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah mer
ah dan putih. Pada orang dewasa, tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning.
Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik.
Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafi
sis dan epifisis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui
kanal volkmann yang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrien yang menembus p
eriosteum dan memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil)arte
ri nutrien memasok darah ke sumsum dan tulang. Sistem vena ada yang mengikuti ar
teri dan ada yang keluar sendiri. Sumsum tulang merupakan jaringan vasculer dala
m rongga sumsum tulang panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah terut
ama terletak di dalam sternum vertebra dan rusuk pada tulang dewasa, bertanggung
jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa, tulang panjan
g terisi oleh sumsum lemak kuning.
Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus meneri
ma asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis. Pemb
uluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal volkmann yang sa
ngat kecil. Selain itu, ada arteri nutrien yang menembus periosteum dan memasuki
rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil)arteri nutrien memasok dar
ah ke sumsum dan tulang. Sistem vena ada yang mengikuti arteri dan ada yang kelu
ar sendiri.
II.3 SERI KERANGKA TUBUH MANUSIA
Kerangka manusia tersusun dari tulang-tulang, baik tulang yang panjang maupun tu
lang pendek. Lalu, apa fungsi kerangka bagi manusia ? Fungsinya diantaranya adal
ah:
- Untuk memberikan bentuk keseluruhan bagi tubuh
- Menjaga agar organ tubuh tetap berada di tempatnya
- Melindungi organ-organ tubuh seperti otak, jantung, dan paru-paru
- Untuk bergerak ketika dikehendaki otot
- Menghasilkan sel darah di dalam sumsum tulang.
Jenis-jenis Tulang
Tulang dikelompokkan menurut bentuknya menjadi :
- Tulang pipa
Contohnya tulang paha
- Tulang pendek
Contohnya tulang pergelangan
- Tulang pipih
Contohnya tulang bahu
- Tulang tak beraturan
Contohnya tulang rahang
Susunan Tulang Pipa
a. Epiphysis (kepala)
b. Metaphysis (batang)
c. Periosteum: lapisan tipis
d. Tulang yang keras dan pekat
e. Bagian yang lembut seperti spon
f. Rongga sumsum
g. Cartilage (tulang rawan)
Secara garis besar, rangka (skeleton) manusia dibagi menjadi dua, yaitu rangka a
ksial dan rangka apendikuler.
Rangka aksial terdiri dari tulang belakang (vertebra), tulang tengkorak, dan tul
ang rusuk.
Tabel tulang penyusun rangka aksial
Divisi Tulang Nama Penyusun Jumlah
A. Tengkorak terdiri dari :
1.Kranium (tempurung kepala)
• Frontal (tl. Dahi)
• Ubun-ubun
• Pelipis
• Ospital
• Stenoid (tl. Baji)
• ethmoid
1
2
2
1
1
1
2. Wajah
• Mandibula
• nasal (tl. Hidung)
• Lakrimal
• Vomer
• Konka inferior
• Sigomatik
• Palatin (tl. Lelangit)
• maksilla
1
2
2
1
2
2
2
2
3. Osikula (telinga) • Maleus (tl. Martil)
• Inkus (tl. Pason)
• Stapes 2
2
2
B. Hioid • Hioid 1
C. Tulang belakang (vertebrae) • Servik (leher)
• Thorasik (pungggung)
• Lumbar (pinggang)
• Sacrum (kelangkang)
• Koksigea (tl. Ekor)
7
12
5
1
1
(4 ruas berfungsi menjadi 1)
D. Tulang dada (sternum)
• Manubrium
• Gladiolus
• xifoid
1
1
1
E. Rusuk (Costae)
• Rusuk sejati (C. Vera)
• Rusuk palsu (C. spuria)
• Rusuk melayang (C. fluktuantes) 7 pasang
3 pasang
2 pasang

BAB III
OSTEOPOROSIS SECARA UMUM
III.1 DEFINISI
Istilah osteoporosis pertama kali dikemukakan oleh seorang patologis yang bernam
a Jean Georges Lobstein pada tahun 1929 di Strasbourg. Beliau memberi nama 'oste
oporosis' untuk penyakit ini karena bentuk tulang penderitanya yang menjadi berl
ubang-lubang atau berpori-pori (osteo=tulang dan porosis=berpori/berlubang-luban
g) akibat berkurangnya mineral kalsium yang terdapat pada tulang.
Kelompok kerja World Health Organisation (WHO) dan konsensus ahli mendefinisikan
osteoporosis sebagai: “a disease characterized by low bone mass and microarchi
tectural deterioration of bone tissue, leading to enhanced bone fragility and a
consequent increased in fracture risk”.
(penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruk
tural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko
terjadinya fraktur). Dimana keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis, k
ecuali apabila telah terjadi fraktur (thief in the night).
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik. Dan fraktur osteoporosis dapat ter
jadi pada tiap tempat. Meskipun fraktur yang berhubungan dengan kelainan ini mel
iputi thorak dan tulang belakang (lumbal), radius distal dan femur proksimal. De
finisi tersebut tidak berarti bahwa semua fraktur pada tempat yang berhubungan d
engan osteoporosis disebabkan oleh kelainan ini. Interaksi antara geometri tulan
g dan dinamika terjatuh atau kecelakaan (trauma), keadaan lingkungan sekitar, ju
ga merupakan faktor penting yang menyebabkan fraktur. Ini semua dapat berdiri se
ndiri atau berhubungan dengan rendahnya densitas tulang.

III.2 DENSITAS MINERAL TULANG


Risiko terjatuh dan akibat kecelakaan (trauma) sulit untuk diukur dan diperkirak
an. Definisi WHO mengenai osteoporosis menjelaskan hanya spesifik pada tulang ya
ng merupakan risiko terjadinya fraktur. Ini dipengaruhi oleh densitas tulang. Ke
lompok kerja WHO menggunakan teknik ini untuk melakukan penggolongan:
Normal : densitas tulang kurang dari 1 standar deviasi dibawah rata-rat
a wanita muda normal (T>-1)
Osteopenia : densitas tulang antara 1 standar deviasi dan 2,5 standar devia
si dibawah rata-rata wanita muda normal (-2,5<T<-1)
Osteoporosis : densitas tulang lebih dari 2,5 standar deviasi dibawah rata-ra
ta wanita muda normal (T<-2,5)
Definisi ini hanya diaplikasikan pada wanita. Review terbaru menyarankan untuk m
engaplikasikannya pada pria berdasar pada angka pria normal. Sehingga juga akan
memiliki kegunaan yang sama meskipun hal tersebut tidak dapat diterima secara um
um.
III.3 T-SKOR DAN Z-SKOR
Pengukuran densitas tulang biasanya dinyatakan dengan T-skor, dimana angka dari
standar deviasi densitas tulang pasien bervariasi dari rata-rata densitas tulang
pada subyek normal dengan jenis kelamin yang sama. Pengukuran lain dari densita
s tulang adalah Z-skor, dimana angka dari standar deviasi densitas tulang pasien
bervariasi dari rata-rata densitas tulang pada subyek dengan umur yang sama.
Meskipun berbagai kriteria densitometrik digunakan untuk mendefinisikan osteopor
osis, kriteria yang diajukan oleh WHO, yang berdasarkan pengukuran masa tulang,
umumnya paling banyak diterima dan digunakan.
III.4 KLASIFIKASI OSTEOPOROSIS
Menurut Rigg dan Melton tahun 1983, osteoporosis dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
:
I. Osteoporosis primer
• Tipe I : tipe yang timbul pada wanita pasca menopouse.
Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu men
gatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bis
a mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki res
iko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih da
n daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
• Tipe II : terjadi pada lanjut usia, baik wanita maupun pria.
kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usi
a dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tula
ng yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut.
Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenop
ausal.

Perbedaan 2 tipe osteoporosis primer yaitu :


TABEL : 1 Type I Type II
Umur 51-75th >70 th
Laki-laki:Wanita 1:6 1:2
Tipe yang kehilangan massa tulang Trabekula Trabekula dan
Kortikal
Tipe fraktur Vertebra,Radius distal, Intertrochanter femur Vertebra,Collum
femur,Proximal humeri, Proximal tibia
Penyebab Menopause Senilis
II. Osteoporosis sekunder
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, para
tiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-k
ejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan
merokok bisa memperburuk keadaan ini. Jenis ini ditemukan kurang lebih 2-3 juta
dari penderita.
III. Osteoporosis Idiopatik
Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi ho
rmon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jel
as dari rapuhnya tulang. Osteoporosis ini jauh lebih jarang terjadi dibanding je
nis lainnya.

TABEL : 2
Penyebab Osteoporosis Sekunder pada Dewasa
Penyakit endokrin metabolisme
atau Keadaan kollagen
Penyebab metabolik Malnutrisi Obat-obatan abnormal Lain-lai
n
Hipogonadisme Malabsorbsi Keracunan Vit D Osteogenesis imperfecta
Arthritis Reumatoid
Hiperadrenokortisme Sindrome malnutrisi Phenytoin Homosistinuria d
ue
to cystathionine Myeloma & Ca
deficiency
Tirotoksikosis Peny. Hati kronik Glukokortikoid Sindrome Ehlers-Danlos
Immobilisasi
Anorexia nervosa Operasi lambung Phenobarbital sindrom Marfan asidosis
tubulus ginjal
Hiperprolaktinemia Defisiensi Vit D Terapi tiroid be>
Thalassemia
Porphyria Defisiensi kalsium Heparin Mastositosis
Hipophosphatasia Alkoholisme Gonadotropin- Hiperkalsiuria
(dewasa) releasing hormone COPD
DM tipe 1 antagonists transplantasi Organ
Kehamilan Cholestatis liver
Hiperparatiroid
Akromegali
*COPD = penyakit obstruksi paru kronik

III.5 ETIOLOGI
—-Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang yang
kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang se
telah menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampa
i usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian t
ulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodellin
g dan memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pe
ngatur formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu ber
ada dalam keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinka
n aktivitas formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses in
i berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau
lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun.
—-Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal ya
ng menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation – Resor
ption – Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang bera
sal dari tulang yang merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi os
teoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempen
garuhi proses remodelling adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan diting
katkan oleh hormon paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Seda
ng yang menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokorti
koid. Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan o
steoporosis.
—-Selain gangguan pada proses remodelling tulang faktor lainnya adalah pengatura
n metabolisme kalsium dan fosfat. Walaupun terdapat variasi asupan kalsium yang
besar, tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada kadar yang tetap. P
engaturan homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus
melalui pengaturan paratiroid hormon (PTH), hormon kalsitonin, kalsitriol (1,25
(OH)2 vitamin D) dan penurunan fosfat serum. Faktor lain yang berperan adalah ho
rmon tiroid, glukokortikoid dan insulin, vitamin C dan inhibitor mineralisasi tu
lang (pirofosfat dan pH darah). Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mg/harinya anta
ra tulang dan cairan ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi d
an resorpsi tulang yang lambat. Absorpsi kalsium dari gastrointestinal yang efis
ien tergantung pada asupan kalsium harian, status vitamin D dan umur. Didalam da
rah absorpsi tergantung kadar protein tubuh, yaitu albumin, karena 50% kalsium y
ang diserap oleh tubuh terikat oleh albumin, 40% dalam bentuk kompleks sitrat da
n 10% terikat fosfat.
III.6 PATOGENESIS
—-Pembentukan ulang tulang adalah suatu proses yang terus menerus. Pada osteopor
osis, massa tulang berkurang, yang menunjukkan bahwa laju resorpsi tulang pasti
melebihi laju pembentukan tulang. Pembentukan tulang lebih banyak terjadi pada k
orteks
Proses Remodelling Tulang dan Homeostasis Kalsium
—-Kerangka tubuh manusia merupakan struktur tulang yang terdiri dari substansi o
rganik (30%) dan substansi mineral yang paling banyak terdiri dari kristal hidro
ksiapatit (95%) serta sejumlah mineral lainnya (5%) seperti Mg, Na, K, F, Cl, Sr
dan Pb. Substansi organik terdiri dari sel tulang (2%) seperti osteoblas, osteo
sit dan osteoklas dan matriks tulang (98%) terdiri dari kolagen tipe I (95%) dan
protein nonkolagen (5%) seperti osteokalsin, osteonektin, proteoglikan tulang,
protein morfogenik tulang, proteolipid tulang dan fosfoprotein tulang.
—-Tanpa matriks tulang yang berfungsi sebagai perancah, proses mineralisasi tula
ng tidak mungkin dapat berlangsung. Matriks tulang merupakan makromolekul yang s
angat bersifat anionik dan berperan penting dalam proses kalsifikasi dan fiksasi
kristal hidroksi apatit pada serabut kolagen. Matriks tulang tersusun sepanjang
garis dan beban mekanik sesuai dengan hukum Wolf, yaitu setiap perubahan fungsi
tulang akan diikuti oleh perubahan tertentu yang menetap pada arsitektur intern
al dan penyesuaian eksternal sesuai dengan hukum matematika. Dengan kata lain, h
ukum Wolf dapat diartikan sebagai “bentuk akan selalu mengikuti fungsi”.
Patogenesis Osteoporosis primer
—-Setelah menopause maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada dekade aw
al setelah menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur vertebra dan r
adius distal meningkat. Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai sito
kin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel mononuklear, seperti IL-1, IL-6 d
an TNF-α y ng berper n meningk tk n kerj osteokl s, deng n demiki n penurun n k
d r estrogen kib t menop use k n meningk tk n produksi berb g i sitokin terse
but sehingg ktivit s osteokl s meningk t.
—-Untuk meng t si keseimb ng n neg tif k lsium kib t menop use, m k k d r PTH
k n meningk t p d w nit menop use, sehingg osteoporosis k n sem kin ber t.
P d menop use, k d ngk l did p tk n peningk t n k d r k lsium serum, d n h l i
ni diseb bk n oleh menurunny volume pl sm , meningk tny k d r lbumin d n bik
rbon t, sehingg meningk tk n k d r k lsium y ng terik t lbumin d n jug k d r
k lsium d l m bentuk g r m kompleks. Peningk t n bik rbon t p d menop use terj
di kib t penurun n r ngs ng respir si, sehingg terj di rel tif sidosis respir
torik.
P togenesis Osteoporosis Sekunder
—-Sel m hidupny seor ng w nit k n kehil ng n tul ng spin lny sebes r 42% d
n kehil ng n tul ng femurny sebes r 58%. P d dek de ke-8 d n 9 kehidup nny , t
erj di ketid kseimb ng n remodeling tul ng, dim n resorpsi tul ng meningk t, se
d ngk n form si tul ng tid k berub h t u menurun. H l ini k n menyeb bk n kehi
l ng n m ss tul ng, perub h n mikro rsitektur tul ng d n peningk t n resiko fr
ktur.
—-Defisiensi k lsium d n vit min D jug sering did p tk n p d or ng tu . H l in
i diseb bk n oleh sup n k lsium d n vit min D y ng kur ng, noreksi , m l bsorp
si d n p p r n sin r m t h ri y ng rend h. Defisiensi vit min K jug k n menyeb
bk n osteoporosis k ren k n meningk tk n k rboksil si protein tul ng mis lny
osteok lsin. Penurun n k d r estr diol dib w h 40 pMol/L p d l ki-l ki k n me
nyeb bk n osteoporosis, k ren l ki-l ki tid k pern h meng l mi menop use (penur
un n k d r estrogen y ng mend d k), m k kehil ng n m ss tul ng y ng bes r sepe
rti p d w nit tid k pern h terj di. Deng n bert mb hny usi , k d r testostero
n p d l ki-l ki k n menurun sed ngk n k d r Sex Hormone Binding Globulin (SHBG
) k n meningk t. Peningk t n SHBG k n meningk tk n pengik t n estrogen d n tes
tosteron membentuk kompleks y ng in ktif.
—-F ktor l in y ng jug ikut berper n terh d p kehil ng n m ss tul ng p d or n
g tu d l h f ktor genetik d n lingkung n (merokok, lkohol, ob t-ob t n, imobi
lis si l m ). Resiko fr ktur y ng jug h rus diperh tik n d l h resiko terj tuh
y ng lebih tinggi p d or ng tu dib ndingk n or ng y ng lebih mud . H l ini be
rhubung n deng n penurun n keku t n otot, g nggu n keseimb ng n d n st bilit s p
ostur l, g nggu n penglih t n, l nt i y ng licin t u tid k r t , dll.
III.7 FAKTOR RISIKO OSTEOPOROSIS
1. W nit
Osteoporosis lebih b ny k terj di p d w nit . H l ini diseb bk n peng ruh hormo
n estrogen y ng mul i menurun k d rny d l m tubuh sej k usi 35 t hun. Sel in i
tu, w nit pun meng l mi menop use y ng d p t terj di p d usi 45 t hun.
2. Usi
Seiring deng n pert mb h n usi , fungsi org n tubuh justru menurun. P d usi 75
-85 t hun, w nit memiliki risiko 2 k li lip t dib ndingk n pri d l m meng l mi
kehil ng n tul ng tr bekul r k ren proses penu n, penyer p n k lsium menurun
d n fungsi hormon p r tiroid meningk t.
3. R s/Suku
R s jug membu t perbed n dim n r s kulit putih t u keturun n si memiliki r
isiko terbes r. H l ini diseb bk n sec r umum konsumsi k lsium w nit si rend
h. S l h s tu l s nny d l h sekit r 90% intoler nsi l ktos d n menghind ri
produk d ri hew n. Pri d n w nit kulit hit m d n hisp nik memiliki risiko y ng
signifik n meskipun rend h.
4. Keturun n Penderit osteoporosis
Jik d nggot kelu rg y ng menderit osteoporosis, m k berh ti-h til h. Ost
eoporosis menyer ng penderit deng n k r kteristik tul ng tertentu. Seperti kes
m n per w k n d n bentuk tul ng tubuh. Itu rtiny d l m g ris kelu rg p sti p
uny struktur genetik tul ng y ng s m .
5. G y Hidup Kur ng B ik
• Konsumsi d ging mer h d n minum n bersod
k ren kedu ny meng ndung fosfor y ng mer ngs ng pembentuk n horm n p r thyroid
, penyeb b pelep s n k lsium d ri d l m d r h.
• Minum n berk fein d n ber lkohol.
Minum n berk fein seperti kopi d n lkohol jug d p t menimbulk n tul ng keropos
, r puh d n rus k. H l ini diperteg s oleh Dr.Robert He ny d n Dr. K ren R ffert
y d ri creighton University Osteoporosis Rese rch Centre di Nebr sk y ng menemu
k n hubung n nt r minum n berk fein deng n keroposny tul ng.
H silny d l h b hw ir seni peminum k fein lebih b ny k meng ndung k lsium, d
n k lsium itu ber s l d ri proses pembentuk n tul ng. Sel in itu k fein d n lk
ohol bersif t toksin y ng mengh mb t proses pembentuk n m ss tul ng (osteobl s)
.
• M l s Ol hr g
W nit y ng m l s berger k t u ol hr g k n terh mb t proses osteobl sny (pro
ses pembentuk n m ss tul ng). Sel in itu kep d t n m ss tul ng k n berkur ng.
Sem kin b ny k ger k d n ol hr g m k otot k n mem cu tul ng untuk membentuk
m ss .
• Merokok
Terny t rokok d p t meningk tk n risiko peny kit osteoporosis. Perokok s ng t r
ent n terken osteoporosis, k ren z t nikotin di d l mny mempercep t penyer p
n tul ng. Sel in penyer p n tul ng, nikotin jug membu t k d r d n ktivit s hor
mon estrogen d l m tubuh berkur ng sehingg susun n-susun n sel tul ng tid k ku
t d l m mengh d pi proses pel puk n.
Dis mping itu, rokok jug membu t penghis pny bis meng l mi hipertensi, peny k
it j ntung, d n tersumb tny lir n d r h ke seluruh tubuh. K l u d r h sud h te
rsumb t, m k proses pembentuk n tul ng sulit terj di. J di, nikotin jel s menye
b bk n osteoporosis b ik sec r l ngsung tid k l ngsung. S t m sih berusi mud
, efek nikotin p d tul ng mem ng tid k k n ter s k ren proses pembentuk tul
ng m sih terus terj di. N mun, s t melew ti umur 35, efek rokok p d tul ng k
n mul i ter s , k ren proses pembentuk n p d umur tersebut sud h berhenti.
• Kur ng K lsium
Jik k lsium tubuh kur ng m k tubuh k n mengelu rk n hormon y ng k n meng mbi
l k lsium d ri b gi n tubuh l in, term suk y ng d di tul ng.
6. Mengkonsumsi Ob t
Ob t kortikosteroid y ng sering digun k n seb g i nti per d ng n p d peny kit
sm d n lergi terny t menyeb bk n risiko peny kit osteoporosis. Jik sering d
ikonsumsi d l m juml h tinggi k n mengur ngi m ss tul ng. Seb b, kortikosteroi
d mengh mb t proses osteobl s. Sel in itu, ob t hep rin d n ntikej ng jug meny
eb bk n peny kit osteoporosis. Konsult sik n ke dokter sebelum mengkonsumsi ob t
jenis ini g r dosisny tep t d n tid k merugik n tul ng.
7. Kurus d n Mungil
Per w k n kurus d n mungil memiliki bobot tubuh cenderung ring n mis l kur ng d
ri 57 kg, p d h l tul ng k n gi t membentuk sel s l ditek n oleh bobot y ng be
r t. K ren posisi tul ng meny ngg bobot m k tul ng k n ter ngs ng untuk memb
entuk m ss p d re tersebut, terut m p d der h pinggul d n p nggul. Jik bo
bot tubuh ring n m k m ss tul ng cenderung kur ng terbentuk sempurn .
III.8 GEJALA
Kep d t n tul ng berkur ng sec r perl h n (terut m p d penderit osteoporosis
senilis), sehingg p d w lny osteoporosis tid k menimbulk n gej l . Beber p
penderit tid k memiliki gej l .
Jik kep d t n tul ng s ng t berkur ng sehingg tul ng menj di kol ps t u h ncu
r, m k k n timbul nyeri tul ng d n kel in n bentuk.
Kol ps tul ng bel k ng menyeb bk n nyeri punggung men hun. Tul ng bel k ng y ng
r puh bis meng l mi kol ps sec r spont n t u k ren ceder ring n. Bi s ny n
yeri timbul sec r tib -tib d n dir s k n di d er h tertentu d ri punggung, y n
g k n bert mb h nyeri jik penderit berdiri t u berj l n. Jik disentuh, d er
h tersebut k n ter s s kit, tet pi bi s ny r s s kit ini k n menghil ng se
c r bert h p setel h beber p minggu t u beber p bul n. Jik beber p tul ng
bel k ng h ncur, m k k n terbentuk kelengkung n y ng bnorm l d ri tul ng bel
k ng (punuk Dow ger), y ng menyeb bk n keteg ng n otot d n s kit.
Tul ng l inny bis p t h, y ng seringk li diseb bk n oleh tek n n y ng ring n
t u k ren j tuh. S l h s tu p t h tul ng y ng p ling serius d l h p t h tul ng
p nggul. Y ng jug sering terj di d l h p t h tul ng leng n (r dius) di d er h
pers mbung nny deng n pergel ng n t ng n, y ng disebut fr ktur Colles. Sel in
itu, p d penderit osteoporosis, p t h tul ng cenderung menyembuh sec r perl h
n.
III.9 DIAGNOSIS
Untuk meneg kk n di gnosis osteoporosis,diperluk n pendek t n y ng sistem tis,te
rut m untuk menyingkirk n osteoporosis sekunder.Diperluk n n mnesis, pemeriks
n fisik,l bor torium,pemeriks n r diologi,d n k l u perlu biopsi tul ng.
SECARA ANAMNESIS
—-Di gnosis osteoporosis umumny sec r klinis sulit dinil i, k ren tid k d r
s nyeri p d tul ng s t osteoporosis terj di w l u osteoporosis l njut. Khusu
sny p d w nit -w nit menop use d n p sc menop use, r s nyeri di d er h tul
ng d n sendi dihubungk n deng n d ny nyeri kib t defisiensi estrogen. M s l h
r s nyeri j ring n lun k (w ll c t hun1981) y ng meny t k n r s nyeri timbul
setel h bekerj , mem k i b ju, pekerj n rum h t ngg , t m n dll. J di sec r
n mnes mendi gnosis osteoporosis h ny d ri t nd sekunder y ng menunj ng terj
diny osteoporosis seperti :
- Tinggi b d n y ng m kin menurun.
- Ob t-ob t n y ng diminum.
- Juml h keh mil n d n menyusui
- B g im n ke d n h id
- Peny kit-peny kit y ng diderit sel m m s reproduksi, klim kterium.
- Ap k h sering ber ktivit s di lu r rum h , sering mend p t p p r n m t
h ri cukup.
- Ap k h sering minum susu? Asup n k lsium l inny .
- Ap k h sering merokok, minum lkohol?
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriks n fisis y ng d p t dil kuk n nt r l in mengukur ber t b d n d n ting
gi b d n,g y berj l n,deformit s tul ng,leg-length inequ lity,nyeri spin l d n
j ring n p rut p d leher (mungkin bek s oper si tiroid). Penderit deng n osteo
porosis sering menunjukk n kifosis dors l t u gibbus d n penurun n tinggi b d n
.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pengukur n komponen biokimi wi untuk resorpsi d n pembentuk n tul ng d p t dip k
i untuk memprediksi terj diny osteoporosis. Untuk menget hu ”bone turn over” d
p t dil kuk n sec r tid k l ngsung deng n mengukur komponen biokimi wi tertent
u y ng dih silk n seb g i kib t ktivit s osteobl s d n osteokl s.
Pemeriks n kimi d r h d n kimi urin bi s ny d l m b t s norm l, sehingg pem
eriks n ini tid k b ny k memb ntu kecu li p d pemeriks n biom kers osteoc lci
n (GLA protein) d n osteonectin untuk melih t proses miner lis si sert untuk me
mbed k nny deng n nyeri tul ng oleh k us y ng l in. Alk li fosf t se merup k n
enzim y ng dih silk n oleh osteobl s d n terik t p d protein membr n, terlib t
p d pembentuk n d n miner lis si tul ng.
Pemeriks n biokimi tul ng terdiri d ri k lsium tot l d l m serum,ion k lsium,k
d r fosfor serum,k lsium urin,fosf t urin,osteok lsin serum,piridinolin urin d
n bil perlu hormon p r tiroid d n vit min D. Untuk menentuk n turnover tul ng,d
p t diperiks pet nd biokimi tul ng.Pet nd biokimi tul ng terdiri d ri pet
nd form si d n resorpsi tul ng.Pet nd form si tul ng terdiri d ri Bone-specifi
c lk line phosph se (BSAP),osteok lsin (OC),C rboxy-termin l propeptide of typ
e I coll gen (PINP).Sed ngk n pet nd resorpsi terdiri d ri hidroksiprolin urin,
free nd tot l pyridinolin s (Pyd) urin,free nd tot l deoxypyridinolines (Dpd)
urin,N-telopeptide of coll gen cross-links (NTx) urin,C-telopeptide of coll gen
cross-links (CTx) urin,cross-linked C-telopeptide of type I coll gen (ICTP) seru
m d n t rtr te-resist nt cid phosp t se (TRAP) serum.
Pemeriks n l bor torium untuk osteoc lcin d n dioksipiridinolin, CTx. Proses pe
ngeropos n tul ng d p t diket hui deng n memeriks k n pen nd biokimi CTx (C-Te
lopeptide). CTx merup k n h sil pengur i n kol gen tul ng y ng dilep sk n ke d l
m sirkul si d r hsehingg spesifik d l m menil i kecep t n proses pengeropos n
tul ng. Pemeriks n CTx jug s ng t bergun d l m mem nt u pengob t n menggun k
n ntiresorpsi or l.
Proses pembentuk n tul ng d p t diket hui deng n memeriks k n pen nd bioklimi
N-MID-Osteoc lcin. Osteoc lcin merup k n protein spesifik tul ng sehingg pemeri
ks n ini d p t digun k n s eb g i pen nd biokimi pembentuk n tu lng d n jug u
ntuk menentuk n kecep t n turnover tul ng p d beber p peny kit tul ng l inny .
Pemeriks n osteoc lcin jug d p t digun k n untuk mem nt u pengob t n osteopor
osis.
PENCITRAAN
R diogr fi
Densitometer USG
Densitometri deng n SPA, DPA d n t u DEXA.
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA
Di lu r negeri, dokter d p t pul menggun k n metode l in untuk mendi gnos peny
kit osteoporosis, nt r l in:
1. Sin r x untuk menunjukk n degener si tipik l d l m tul ng punggung b gi
n b w h.
2. Pengukur n m ss tul ng deng n memeriks leng n, p h d n tul ng bel k n
g.
3. Tes d r h y ng d p t memperlih tk n n ikny k d r hormon p r tiroid.
4. Biopsi tul ng untuk melih t tul ng mengecil, keropos tet pi t mp k norm
l.
III.10 KLASIFIKASI FAKTOR RISIKO FRAKTUR
Kl sifik si f ktor risiko fr ktur dihubungk n deng n penurun n m s tul ng
High Risk Moder te risk No risk Not cl ssifi ble
Usi l njut (>70-80 thn) Jenis kel min (perempu n) Konsumsi k fein
Peminum lkohol
Indeks M s Tubuh rend h1 (IMT < 20-25 Kg/m2) Merokok (perokok ktif) Konsumsi
teh Imobilis si l m
Kehil ng n ber t b d n Kur ngny p p r n terh d p sin r m t h ri (tid k d t
u kur ng) Menop use Jenis menop use
In ktivit s fisik Riw y t kelu rg deng n fr ktur osteoporotik. Nullip r
it s R s tid k ny m n s t menop use
Kortikoid (kecu li inh l si t u dermik) Menop use i trogenik Minum fl
uorid ted w ter Atlit
Antikonvulsiv n Menop use dini (<45 t hun) Diuretik ti zid Memiliki
b ny k n k
Hiperp r tiroid primer Periode fertile pendek (< 30 t hun) P rit s
usi tu
Di betes mellitus tipe 1 Men rche terl mb t (>15 t hun) F ktor r
eproduktif l in
Anoreksi nervos Tid k menyusui Hipogon dism p d pri
G strektomi Konsumsi k lsium rend h (<500-850 mg/d y) F ktor h
ormon l l in p d pri
Anemi pernisios Hiperp r tiroid (N/S) Konsumsi nutrien miner l
Fr ktur osteoporotik sebelumny Hipertiroid Kur ng diet vit min D
Di betes mellitus (tipe II o N/S) Kur ng diet vit min C
Rheum toid rthritis Diet tinggi protein
Indic tor diet kur ng
Kebi s n diet l in
Pengh mb t prost gl ndin
Tiroid l hormone repl cement ther py
Diuretik non ti zid
T moxiphen
Ob t nti-ulcer
Kel in n met bolisme d n bsorpsi intestin l
Peny kit kelenj r tiroid l in
Peny kit s lur n n f s
Neopl sm
P get’s dise se
Ulkus peptic
Th l semi

Lithi sis
N/S Type note st ted
1. IMT dib w h 20-25 kg/m2 t u ber t b d n (BB) dib w h 40 kg
2. Lebih d ri 10% (rel tif terh d p BB usi mud t u dew s , t u kehil ng
n BB in recent ye r)
3. Tid k d ktivit s fisik rutin y ng dil kuk n (berj l n, mem nj t t ngg
, lifting weights, pekerj n rum h t ngg t u berkebun d n l inny )
4. J r ng, t pi dim sukk n ked l m kelompok ini k ren risiko y ng diseb bk
nny penting d n konsisten.
5. Fr ktur terd hulu tid k term suk ked l m BM decre se-rel ted Rfs, k ren
tid k diidentifik si p k h merek d l h fr ktur osteoporotik t u tid k. Sed
ngk n fr ktur osteoporotik terd hulu berhubung n deng n risiko tinggi fr ktur de
ng n tr um ring n.
6. Fr ktur sendi p nggul der j t s tu merup k n f ktor risiko terb ny k y n
g dipel j ri.
7. Setel h ooforektomi bil ter l, r dioter pi, sitost tik t u bloking horm
on l
8. Kur ng d ri 500-850 mg/h ri, t u konsumsi produk susu rend h (<1 gel s
susu/h ri; keju)
9. Menop use, penyeb b tid k disebutk n, t u ooforektomi,uni t u bil ter
l tid k disebutk n.
10. Surgik l vs. n tur l
11. Y ng berhubung n deng n siklus menstru si, misc rri ge, histerektomi d n
lig si tub .
12. Meliputi spirin d n ob t ntiinfl m si nonsteroid l in.
13. Meliputi sirosis hep tis, g g l ginj l kronik, infl mm tory bowel dise s
e d n reseksi g strointestin l
14. Meliputi goiter, denom , d n peny kit gl ndul r y ng tid k diny t k n
15. Meliputi sm , bronkitis kronik d n emfisem
16. Meliputi k rsinom endometri l, k nker p yud r d n neopl sm tipe p pu
n.
H ny 40% d ri semu f ktor risiko fr ktur berhubung n deng n m s tul ng rend h
. Densit s tul ng rend h h ny s tu d ri sejuml h f ktor risiko untuk terj diny
fr ktur p d w nit menop use d n postmenop use.
III.11 TERAPI DAN PENGOBATAN OSTEOPOROSIS
Ter pi d n pengob t n osteoporosis bertuju n untuk meningk tk n kep d t n tul ng
untuk mengur ngi ret k t mb h n d n mengontrol r s s kit. Untuk ter pi d n pen
gob t n osteoporosis seben rny memerluk n su tu tim y ng terdiri d ri multidisi
pliner minim l nt r l in dep rtemen bed h, dep rtemen peny kit d l m, dep rtem
en psikologi, dep rtemen biologi, dep rtemen obstetri d n ginekologi, dep rtemen
f rm kologi.
Peny kit osteoporosis sel in mempeng ruhi tubuh, jug mempeng ruhi kondisi psiki
s penderit ny terut m kib t p t h tul ng sehingg ter pi d n pengob t n osteo
porosis pun melib tk n spesi lis kejiw n. Tid k h ny itu, dep rtemen kedokter
n ol hr g jug diperluk n d l m ter pi d n pengob t n osteoporosis.
Untuk mempert h nk n kep d t n tul ng, tubuh memerluk n persedi n k lsium d n m
iner l l inny y ng mem d i, d n h rus mengh silk n hormon d l m juml h y ng men
cukupi (hormon p r tiroid, hormon pertumbuh n, k lsitonin, estrogen p d w nit
d n testosteron p d pri ).
Oleh seb b itu Dep rtemen gizi klinik jug memiliki per n n d l m ter pi d n pen
gob t n osteoporosis. Spesi lis gizi klinik d p t memb ntu menj g g r sup n g
izi penderit osteoporosis terut m k lsium d n vit min D terc p i g r penyer p
n k lsium d ri m k n n d n pem suk n ke d l m tul ng berl ngsung optim l.
Sec r progresif, tul ng meningk tk n kep d t nny s mp i terc p i kep d t n m k
sim l (sekit r usi 30 t hun). Setel h itu kep d t n tul ng k n berkur ng sec r
perl h n. Oleh seb b itu, kep d t n tul ng h rus dij g sej k m sih mud g r
s t tu ny tid k menderit osteoporosis.
Semu w nit , terut m y ng menderit osteoporosis, h rus mengkonsumsi k lsium d
n vit min D d l m juml h y ng mencukupi. W nit p sc menop use y ng menderit
osteoporosis jug bis mend p tk n estrogen (bi s ny bers m deng n progesteron
) t u lendron t (golong n bifosfon t) y ng bis memperl mb t t u menghentik n
peny kitny .
Pri y ng menderit osteoporosis bi s ny mend p tk n k lsium d n t mb h n vit m
in D, terut m jik h sil pemeriks n menunjukk n b hw tubuhny tid k menyer p
k lsium d l m juml h y ng mencukupi.Jik k d r testosteronny rend h, bis diber
ik n testosteron.
P d kol ps tul ng bel k ng disert i nyeri punggung y ng heb t, diberik n ob t p
ered nyeri, dip s ng supportive b ck br ce d n dil kuk n ter pi fisik. Penjepit
punggung mungkin penting untuk mendukung vertebr y ng lem h d n oper si d p t
memperb iki bweber p keret k n. Pengob t n hormon l d n flouride d p t memb ntu
. Peny kit osteoporosis y ng diseb bk n oleh g nggu n l in d p t diceg h mel lui
pengob t n y ng efektif p d g nggu n d s rny , seperti ter pi kortikosteroid.
PENANGANAN PATAH TULANG OSTEOPOROSIS
P t h tul ng osteoporosisy ng p ling sering terj di d l h p d p t h tul ng ver
tebr (tul ng punggung), tul ng leher femur d n tul ng gel ng t ng n (p t h tul
ng Colles). Ad pun frekuensi p t h tul ng leher femur d l h 20% d ri tot l juml
h p t h tul ng osteoporosis.

D ri semu p t h tul ng osteoporosis, y ng p ling memberik n m s l h dibid ng mo


rbidit s, mort lit s, beb n sosisoekonomik d n ku lit s hidup d l h p t h tul n
g leher femur sehingg bil tid k di mbil tind k n untuk meng t si peny kit oste
oporosis diperkir k n p d t hun 2050 juml h p t h tul ng leher femur di seluruh
duni k n menc p i 6,26 jut d n lebih d ri sep ruhny di Asi .
P t h tul ng k ren osteoporosis h rus diob ti. P t h tul ng p nggul bi s ny di
t si deng n tind k n pembed h n. P t h tul ng pergel ng n bi s ny digips t u
diperb iki deng n pembed h n. Oper si ini dil kuk n oleh spesi lis bed h tul ng
(orthop edi). Setel h oper si, penderit h rus menj l ni fisioter pi untuk memul
ihk n kem mpu n tul ng y ng pern h p t h.
Bi y t t l ks n p t h tul ng osteoporosis di Inggris terc t t 942 jut poundst
erling per t hun d n cenderung meningk t. Di Amerik , t t l ks n p t h tul ng o
steoporosis diperkir k n menc p i 10-15 mily r dol r pert hun. S y ngny , belum
d y ng meneliti ber p juml h bi y pengob t n y ng dikelu rk n di Indonesi .
Pen t l ks n n p t h tul ng osteoporosis memerluk n bi y y ng s ng t bes r seh
ingg seb ikny mencob untuk menceg h g r j ng n s mp i terj di p t h tul ng p
d penderit osteoporosis.
III.12 PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS
Ad du m c m penceg h n p t h tul ng osteoporosis y itu deng n c r non-f rm ko
logis d n c r f r m kologis. C r non f rm kologis t u t np ob t-ob t n deng
n memperb iki d n meningk tk n mutu nutrisi dim n diperh tik n sup n k lsium,
vit min D seumur hidup. Ol hr g T i-Chi terny t bergun untuk memperb iki kese
imb ng n tubuh penderit osteoporosis.
Untuk l nsi , penting untuk menceg h terj diny j tuh di rum h/lingkung n rum h
k ren h mpir semu penderit p t h tul ng di rum h. Us h k n g r f ktor-f ktor
y ng d p t meng kib tk n j tuh dihil ngk n seperti l nt i licin, k rpet longg r
, ke d n t ngg , pengob t n sed tif (membu t ng ntuk).
C r f rm kologik menggun k n ob t-ob t n dim n y ng p ling sering dip k i d l
h ob t golong n bifosfon t y ng dikombin sik n deng n sup n k lsium d n vit mi
n D. Ob t-ob t n l in seperti ter pi sulih hormon, hormon p r tiroid d n k lsito
nin d n SERM.
L tih n Fisik Menceg h & Mengob ti Osteoporosis
P d osteoporosis, l tih n j sm ni dil kuk n untuk menceg h d n mengob ti peny k
it osteoporosis. L tih n j sm ni menggun k n beb n bergun untuk melenturk n d n
mengu tk n tul ng. L tih n j sm ni seb ikny dil kuk n sej k mud d n terus dil
njutk n s mp i tu .
Dr. Ade Tobing, Sp.KO mengen lk n l tih n fisik y ng b ik, ben r, terukur d n te
r tur (BBTT). L tih n y ng b ik rtiny l tih n terb gi menj di 3 sesi y itu pem
n s n & pereg ng n sel m 10-15 menit, l tih n inti sel m 20-60 menit,d n pere
g ng n & pendingin n sel m 5-10 menit.
L tih n y ng ben r rtiny memberik n l tih n y ng sesu i deng n tingk t keseh t
n, tingk t ktivit s fisik d n tingk t kebug r n m sing-m sing individu y ng d
p t diket hui p d s t pemeriks n pr l tih n. H l ini bertuju n g r m sing-m
sing individu terj w b kebutuh nny y ng berbed deng n y ng l in.
L tih n y ng terukur rtiny mengukur juml h det k j ntung per menit untuk menge
t hui intensit s l tih n. Det k j ntung per menit m ksimum d l h 220 dikur ngi
usi . S tu h l y ng tid k k l h penting d l h l tih n y ng ter tur d n berkesim
bung n d ri n k- n k s mp i tu .
L tih n fisik (BBTT) berm nf t tid k h ny d l m meningk tk n keku t n d n kele
ntur n tul ng, t pi jug d p t meningk tk n keseimb ng n, kebug r n j ntung-p ru
, d n d p t memelih r d n meningk tk n m ss tul ng.
Pers tu n Osteoporosis Indonesi (PEROSI) bers m Pers tu n W rg Tul ng Seh t I
ndonesi (PERWATUSI) tel h mengemb ngk n sen m osteoporosis y ng untuk menceg h
d n mengob ti osteoporosis. Sosi lis si mengen i sen m osteoporosis ini pun sed
ng dil kuk n kep d m sy r k t.
PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS
Menurut dr. B mb ng Setiyoh di, Sp.PD, KR penceg h n osteoporosis seb ikny dil
kuk n sej k m sih d l m k ndung n. S ng ibu h rus mengkonsumsi k lsium deng n cu
kup sehingg tul ng b yi d l m k ndung n tumbuh optim l d n tid k meng mbil c d
ng n k lsium d ri tul ng ibu.
Prof. DR. Dr. Ichr msj h A R chm n, Sp.OG (K) jug lebih menek nk n pentingny p
enceg h n dib ndingk n pengob t n. H l y ng p ling penting d l h meny d ri k n
kej di n osteoporosis y ng meng nc m terut m w nit .
Semu m nusi di duni p sti k n menj di tu b ik pri m upun w nit .Proses pen
u n tel h terj di sej k m nusi dil hirk n ke duni d n terus menerus terj di s
ep nj ng kehidup nny . Khususny p d w nit , proses ini mempuny i d mp k tersen
diri berk it n deng n proses siklik h id seti p bul nny y ng mul iu terg nggu d
n khirny menghil ng s m sek li.
Terg ngguny t u s mp i hil ngny proses h id (menop use d n p sc menop use) d
iseb bk n penurun n d n hil ngny hormon estrogen. Ini d l h h l y ng norm l d
n l mi h. N mun, penerim nnny berbed -bed di nt r w nit .
Deng n turunny k d r hormon estrogen m k proses osteobl s (pembentuk n tul ng)
terh mb t d n du hormon y ng berper n d l m proses ini y itu D, PTH pun turun
sehingg dimul i hil ngny k d r miner l tul ng.
Ap bil h l ini terus berl njut d n kib t kel njut n h r p n hidup m sih k n m
enc p i ke d n osteoporosis y itu kondisi dim n m ss tul ng demiki n rend h s
ehingg tul ng mud h p t h. Diket hui 85% w nit menderit osteoporosis y ng ter
j di sekit r 10 t hun setel h menop use, t u 8 t hun setel h peng ngk t n kedu
ov rium.
J di, p r w nit perlu lebih w sp d k n nc m n peny kit osteoporosis dib ndi
ngk n pri . K ren peny kit ini b ru muncul setel h usi l njut, w nit mud h r
us s d r d n seger mel kuk n tind k n penceg h n seb g i berikut, nt r l in:
1. Asup n k lsium cukup
Mempert h nk n t u meningk tk n kep d t n tul ng d p t dil kuk n deng n mengkon
sumsi k lsium y ng cukup. Minum 2 gel s susu d n t mb h n vit min D seti p h ri,
bis meningk tk n kep d t n tul ng p d w nit seteng h b y y ng sebelumny ti
d k mend p tk n cukup k lsium.
Seb ikny konsumsi k lsium seti p h ri. Dosis h ri n y ng di njurk n untuk usi
produktif d l h 1000 mg k lsium per h ri, sed ngk n untuk usi l nsi di njurk
n 1200 mg per h ri.
Mengkonsumsi k lsium d l m juml h y ng cukup s ng t efektif, terut m sebelum te
rc p iny kep d t n tul ng m ksim l (sekit r umur 30 t hun). Pilihl h m k n n se
h ri-h ri y ng k y k lsium seperti ik n teri, brokoli, tempe, t hu, keju d n k
c ng-k c ng n.
2. P p r n sin r UV B m t h ri (p gi d n sore)
Sin r m t h ri terut m UVB memb ntu tubuh mengh silk n vit min D y ng dibutuhk
n oleh tubuh d l m pembentuk n m ss tul ng. Untungny , Indonesi beriklim tropi
s sehingg sin r m t h ri berlimp h. Berjemurl h di b w h sin r m t h ri sel m
30 menit p d p gi h ri sebelum j m 09.00 d n sore h ri sesud h j m 16.00.
3. Mel kuk n ol h r g deng n beb n
Sel in ol hr g menggun k n l t beb n, ber t b d n sendiri jug d p t berfungsi
seb g i beb n y ng d p t meningk tk n kep d t n tul ng. Ol h r g beb n mis lny
berj l n d n men iki t ngg tet pi beren ng tid k meningk tk n kep d t n tul n
g.
Dr. Ade Tobing, Sp.KO kini mengen lk n y ng disebut l tih n j sm ni y ng b ik, b
en r, terukur d n ter tur (BBTT). L tih n BBTT terny t terbukti berm nf t d l
m memelih r d n meningk tk n m ss tul ng. Oleh seb b itu, l tih n fisik (BBTT)
d p t dil kuk n untuk menceg h d n mengob ti peny kit osteoporosis.
4. G y hidup seh t
Tid k d k t terl mb t untuk mel kuk n g y hidup seh t. Menghind ri rokok d n
lkohol memberik n efek y ng signifik n d l m menurunk n risiko osteoporosis. K
onsumsi kopi, minum n bersod , d n d ging mer h pun dil kuk n sec r bij k.
5. Hind ri ob t-ob t n tertentu
Hind ri ob t-ob t n golong n kortikosteroid. Umumny steroid ini diberik n untuk
peny kit sm , lupus, keg n s n. W sp d l h penggun n ob t ntikej ng. Jik ti
d k d ob t l in, m k ob t-ob t n tersebut d p t dikonsumsi deng n dip nt u ol
eh dokter.
6. Mengkonsumsi ob t (untuk beber p or ng tertentu)
o Estrogen memb ntu mempert h nk n kep d t n tul ng p d w nit d n sering
diminum bers m n deng n progesteron. Ter pi sulih estrogen p ling efektif dimu
l i d l m 4-6 t hun setel h menop use; tet pi jik b ru dimul i lebih d ri 6 t h
un setel h menop use, m sih bis memperl mb t ker puh n tul ng d n mengur ngi re
siko p t h tul ng.
o R loksifen merup k n ob t menyerup i estrogen y ng b ru, y ng mungkin ku
r ng efektif d rip d estrogen d l m menceg h ker puh n tul ng, tet pi tid k mem
iliki efek terh d p p yud r t u r him.
Untuk menceg h osteroporosis, bisfosfon t (contohny lendron t), bis digun k n
sendiri t u bers m n deng n ter pi sulih hormon.

BAB IV
OSTEOPOROSIS SECARA RADIOLOGI
IV.1 FOTO POLOS
M kin tinggi m ss tul ng punc k, m kin sedikit kemungkin n mend p tk n osteopor
osis. Ketid kcukup n diet, kur ng ol h r g , kebi s n sert g y hidup d p t me
mpeng ruhi m ss punc k tul ng.
R diogr fi :
- B ru bis diket hui bil sud h berkur ng 30 %
- P nggul deng n singh index.
- P d tul ng bel k ng deng n perub h n bentuk corpus vertebr seperti ”cod fish
deformity” t u ”fish month p d diskus intervertebr lis.
G mb r n r diologik y ng kh s p d osteoporosis d l h penipis n korteks d n d e
r h tr bekuler y ng lebih lusen. H l ini k n t mp k p d tul ng-tul ng vertebr
y ng memberik n g mb r n picture-fr me vertebr .
IV.2 DENSITOMETER-USG
Pemeriks n ini lebih tep t disebut seb g i screening w l peny kit osteoporosi
s, dim n pemeriks n ini h ny merup k n pemeriks n pen pis n. Pemeriks n ult
r sound dil kuk n di d er h tumit k ki. H silny pun h ny dit nd i deng n nil i
T dim n nil i lebih -1 ber rti kep d t n tul ng m sih b ik, nil i nt r -1 d
n -2,5 ber rti osteopeni (penipis n tul ng), nil i kur ng d ri -2,5 ber rti ost
eoporosis (keropos tul ng). Keuntung nny d l h kepr ktis n d n h rg pemeriks
nny y ng lebih mur h.
IV.3 DXA
The N tion l Osteoporosis Found tion, the Americ n Medic l Associ tion, d n org
nis si-org nis si medis ut m l inny merekomend sik n du l energy x-r y bsorpt
iometry sc n (DXA, sebelumny diken l seb g i DEXA) untuk mendi gnos osteoporos
is. DXA mengukur kep d t n tul ng p d pinggul d n tul ng bel k ng. Pemeriks n
ini merup k n gold st nd rd di gnos osteoporosis.Penguji n mem k n w ktu h ny
5 s mp i 15 menit untuk dil kuk n, menggun k n s ng t sedikit r di si (kur ng d
ri sepersepuluh s mp i seperser tus juml h y ng digun k n p d x-r y d d y ng s
t nd r), d n cukup tep t.
Kep d t n tul ng p sien kemudi n dib ndingk n p d kep d t n tul ng punc k r t -
r t d ri k um dew s mud d ri jenis kel min d n suku b ngs y ng s m . Skorny
disebut "T score," d n i meny t k n kep d t n tul ng d l m istil h-istil h d r
i ngk penyimp ng n st nd r (st nd rd devi tions, SD) dib w h m ss tul ng punc
k k um dew s mud .
• Osteoporosis didefinisik n seb g i T score kep d t n tul ng d ri -2.5 SD
t u dib w hny .
• Osteopeni ( nt r norm l d n osteoporosis) didefinisik n seb g i T scor
e kep d t n tul ng nt r -1 d n -2.5 SD.
Petunjuk-petunjuk d ri The N tion l Osteoporosis Found tion meny t k n b hw d
beber p kelompok-kelompok d ri or ng-or ng y ng h rus mempertimb ngk n penguji
n DXA:
• Semu w nit -w nit postmenop use dib w h umur 65 t hun y ng mempuny i f
ktor-f ktor risiko untuk osteoporosis;
• Semu w nit -w nit y ng berumur 65 t hun d n lebih tu ;
• W nit -w nit postmenop use deng n p t h-p t h tul ng, meskipun ini buk
n w jib k ren per w t n mungkin dimul i t np memperdulik n kep d t n tul ng;
• W nit -w nit deng n kondisi-kondisi medis y ng berhubung n deng n osteo
porosis. Peny kit-peny kit ini berjuml h lebih d ri 50. Dokter per w t n ut m d
p t meny ring d ft r peny kit-peny kit medis p sien untuk membuktik n b hw s l
h s tu d ri kondisi-kondisi ini tid k h dir;
• W nit -w nit y ng keputus n untuk menggun k n ob t mungkin dib ntu oleh
penguji n kep d t n tul ng.
Keuntung n d n kerugi n teknik pengukur n densit s tul ng d n l bor torium
Metode Keuntung n Kerugi n
SPA d n SXA - Akur si 95-98% untuk SXA p d tumit d n leng n b w h.
- W ktu sc nning 5-15 menit.
- Dosis r di si rend h (2-5 mrem)
- Precision error 1-2% untuk tumit d n leng n b w h.
- Tid k kur t untuk pengukur n densit s m s tul ng p d tul ng bel k ng
d n p nggul.
- Tid k sensitif untuk perub h n p d tul ng tr bekul r.
DPA - Akur si 90-97% utk tul ng bel k ng.
- Dosis r di si rend h (5-10 mrem).
- D p t mengukur dib ny k temp t. - W ktu sk ning 20-45 menit.
- Precision error 1,1-3,7%.
- Menggun k n isotop r dio ktif
- No longer being m nuf ctured
DXA d n DEXA - Metode y ng p ling b ny k digun k n.
- Efik si klinis est blished.
- Akur si berv ri si nt r 90-99% untuk DXA di p nggul, tul ng bel k ng d
n leng n b w h.
- Precision error untuk tul ng bel k ng kecil, berv ri si nt r 0,6%-1,5%
.
- Dosis r di si rend h (<5 mrem)
- Sensitivit s l ter l DXA mendek ti QCT. - Precision error berv ri
si nt r 1,2%-2,05 untuk p nggul.
QCT - Mengukur volume densit s tul ng seben rny , tid k h ny densit s
m s tul ng per unit re
- Mengukur sec r terpis h tul ng kortik l d n tr bekul r.
- Akur si nt r 85-97% untuk QCT p d tul ng bel k ng.
- Memberik n g mb r n 3 dimensi - Dosis r di si tinggi (100-1000 m
rem) dib nding metode l in
- Lebih m h l dib nding metode l in.
- Precision error berv ri si nt r 1-3% (single energy) s mp i 3-5% (du l
energy).
- Kegun n klinis untuk p nggul belum ny t .
Bro db nd Ultr sound Attenu tion (BUA) - Mengukur integrit s tul ng tr be
kul r
- Bi y rend h
- Menghind rk n r di si ionis si
- D p t efektif untuk prediksi risiko fr ktur p d p nggul independent of
BMD.
- Tid k di kui FDA untuk digun k n seb g i l t pengukur n densit
s tul ng.
M rkers Biokimi - Digun k n untuk menil i kecep t n turnover tul n
g tr bekul r
- Efisiensi 50% d l m memprediksi kehil ng n m s tul ng s t menop use
- Di kui FDA
- Americ n college of Obstetrics &Gynecology merekomend sik n untuk identi
fik si penyeb b kehil ng n densit s miner l tul ng
- Tid k m h l - Tid k terbukti efektif untuk memprediksi risiko
fr ktur.

Teknik pengukur n densit s m ss tul ng


No.
Teknik Pengukur n Temp t Pengukur n
1. Du l-energy X-r y Absorptiometry (DEXA t u DEXA) Tul ng bel k ng
Anteroposterior (AP) d b l ter l, femur proxim l, tot l body, leng n, tumit
2. Qu ntit tive Computed Tomogr phy (QCT) Tul ng bel k ng
3. Peripher l Du l-energy X-r y Absorptiometry (pDXA) Leng n
4. Perifpher l Qu ntit tive Computed Tomogr phy (pQCT) Leng n
5. Single Photon Absorptiometry (SPA) Leng n
6. Single-energy X-r y Absorptiometry (SEXA t u SXA) Leng n
7. R diogr phic Absorptiometry (RA) Ph l nges

Anda mungkin juga menyukai