Anda di halaman 1dari 34

REFERAT

Akut Abdomen

Disusun oleh:
Derrick (1115205)
Janice Chiquita Bella (1115141)
Debora Rumintang (111014)
Carla Pramudita (1115007)
Nugroho Sondrio (1115006)

Pembimbing:
dr. Danny Ganiarto. S, Sp.B

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT SARTIKA ASIH
2015
1

BAB I
PENDAHULUAN
Istilah akut abdomen mewakili gejala-gejala abdomen yang sangat berat, terjadi
tiba-tiba yang menunjukkan kelainan intraabdominal yang dapat mengancam nyawa.
Akut abdomen membutuhkan diagnosis yang cepat dan spesifik, penanganan yang cepat
dan sering membutuhkan tindakan pembedahan. Diagnosis banding akut abdomen
sangat luas dan diagnosis definitifnya seringkali sulit ditentukan. Hal ini disebabkan
banyak organ-organ yang terdapat dalam rongga peritoneal dan sering terdapat nyeri
yang menjalar.
Semua organ yang terdapat dalam abdomen, pelvis dan retroperitoneum dapat
menyebabkan akut abdomen. Tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan, bahwa diabetik
ketoasidosis, porphyria, cardiac dan pulmonary acute disorder juga dapat menyebabkan
nyeri abdomen. Memahami mekanisme distribusi persyarafan nyeri dalam abdomen dan
retroperitoneum dapat menjelaskan gejala klinis dan tanda dari akut abdomen.
Nyeri abdomen merupakan alasan tersering pasien mendatangi instalasi gawat
darurat, yaitu delapan juta (7%) dari 119 juta kunjungan pada tahun 2006. Setiap dokter
harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi akut abdomen. Nyeri abdomen sering
menjadi gejala dari penyakit yang serius dan misdiagnosa sering terjadi.
Diagnosis penyebab nyeri akut abdomen merupakan tantangan yang sangat besar
bagi seorang dokter. Keputusan untuk melakukan tindakan pembedahan yang segera
atau tidak tergantung dari diagnosis yang ditentukan. Karena keterlambatan yang terjadi
dapat menimbulkan penyulit yang berakibat tingginya angka morbiditas dan mortalitas
yang ada. Ketepatan diagnosis dan penatalaksanaannya sangat bergantung dari
kemampuan seorang dokter untuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan.

BAB II
AKUT ABDOMEN
2.1 Definisi

Proses intraabdominal yang menyebabkan nyeri yang hebat, membutuhkan


diagnosis yang cepat dan spesifik, berlangsung <24 jam, mengancam nyawa,
membutuhkan penanganan yang cepat dan sering membutuhkan tindakan
pembedahan.

2.2 Etiologi

Inflamasi
o Bakteri, misalnya: appendicitis akut, diverticulitis, dan beberapa kasus
pelvic inflammatory disease.
o Kimiawi, misalnya karena perforasi ulkus peptikum, dimana asam
lambung dapat menyebabkan reaksi peritoneal yang hebat.

Mekanik
o Obstruktif,
intususepsi,

misalnya:

hernia

incarcerata,

adhesi

post-operatif,

malrotasi usus dengan volvulus, atresia kongenital atau

stenosis usus. Penyebab tersering obstruksi usus besar adalah Ca colon.

Vaskular
o Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan akut abdomen adalah
trombosis arteri mesenterica atau emboli. Ketika suplai darah terhenti,
dapat terjadi nekrosis jaringan, dengan gangren pada usus.

Kongenital
o Defek kongenital memerlukan tindakan operasi akut abdomen segera
sejak dari saat kelahiran, seperti pada keadaan atresia duodenum,
omphalocele

atau

hernia

diaphragmatica

sampai

bertahun-tahun

setelahnya seperti pada malrotasi usus kronik.

Trauma

o Penyebab trauma dari akut abdomen bervariasi, dari luka tusuk dan luka
tembak sampai luka benda tumpul yang dapat menyebabkan ruptur lien.
Riwayat kejadian trauma harus jelas.

Gambar 1. Lokasi dan Penyakit yang Dapat Menyebabkan Akut Abdomen

2.3 Diagnosis
2.3.1 Anamnesis

Nyeri Perut

Keluhan yang menonjol pada akut abdomen adalah nyeri. Nyeri perut dapat berupa
nyeri viseral maupun nyeri somatik. Dalam diagnosis klinik, rasa nyeri yang berasal dari
bermacam-macam organ viseral dalam abdomen merupakan salah satu kriteria yang
dapat dipakai untuk mendiagnosis peradangan viseral, penyakit, dan kelainan dari organ
viseral. Pada umumnya organ viseral tidak mempunyai reseptor-reseptor sensorik untuk
modalitas sensasi lain, kecuali untuk rasa nyeri.
Setiap stimulus yang dapat merangsang ujung serabut nyeri yang terdapat di daerah
viseral yang luas dapat menimbulkan rasa nyeri viseral. Pada dasarnya, semua nyeri
viseral yang murni dalam rongga abdomen dijalarkan melalui serabut saraf sensorik
yang berjalan dalam saraf otonom, terutama saraf simpatis. Serabut-serabut ini adalah
serabut kecil tipe C. Bila nyeri viseral dialihkan ke permukaan tubuh, biasanya nyeri itu
akan terlokalisasikan sesuai asal segmen dermatom organ viseral itu pada saat masa
embrional dan tidak memperhatikan letak organ itu sekarang berada.
Misalnya, semasa embrio lambung kira-kira berasal dari segmen torakal ketujuh
sampai kesembilan. Nyeri lambung dialihkan ke epigastrium anterior di atas umbilikus,
yaitu daerah permukaan tubuh yang dipersarafi oleh segmen torasika ketujuh sampai
kesembilan. Nyeri dari organ viseral seringkali secara bersamaan terlokalisasi di dua
daerah permukaan tubuh karena nyeri dijalarkan melalui jaras alih viseral dan parietal.
Pada apendisitis yang meradang, impuls nyeri yang berasal dari apendiks akan
melewati sertabut-serabut nyeri viseral saraf simpatis dan selanjutnya akan masuk ke
medula spinalis kira-kira setinggi T-10 atau T-11. Nyeri ini akan dialihkan ke daerah
sekeliling umbilikus. Sebaliknya impuls nyeri seringkali juga dimulai di peritoneum
parietal tempat apendiks yang meradang menyentuh atau melekat pada dinding
abdomen. Hal ini menyebabkan nyeri tajam di sekitar peritoneum yang teriritasi di
kuadran kanan bawah abdomen.
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya dengan asal organ tersebut
pada masa embrional. Sedangkan letak nyeri somatik biasanya dekat dengan organ yang
mengalami kelainan sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya.

Nyeri Alih (Referred Pain)


Seringkali seseorang merasakan nyeri di bagian tubuh yang letaknya jauh dari

jaringan yang menyebabkan rasa nyeri. Biasanya nyeri jenis ini mula-mula timbul pada
salah satu daerah di permukaan tubuh. Juga nyeri ini mungkin dialihkan ke daerah
dalam tubuh yang tidak tepat betul dengan daerah organ yang menimbulkan nyeri.

Nyeri Iskemik

Iskemik menyebabkan nyeri viseral dengan cara yang tepat sama seperti timbulnya
rasa nyeri di jaringan lain. Hal ini mungkin karena terbentuknya produk akhir metabolik
yang bersifat asam atau produk yang dihasilkan oleh jaringan degeneratif seperti
bradikinin, enzim proteolitik, atau bahan lain yang merangsang ujung serabut saraf
nyeri.
Nyeri pula bisa bersifat intermiten atau kontinyu. Nyeri intermiten atau cramping
pain atau kolik adalah nyeri yang timbul dalam periode singkat, yang diikuti periode
panjang, dan disertai fase bebas nyeri.
Durasi nyeri memang penting tetapi di dalam menentukan diagnosis, lokasi nyeri,
onset, dan karakter dari nyeri sangat membantu. Nyeri abdomen selama enam jam atau
lebih menunjukkan beratnya derajat nyeri dan penanganan bedah harus dipikirkan.
Nyeri viseral yang disebabkan oleh karena distensi, inflamasi, atau iskemik seringkali
dirasakan sebagai rasa penuh atau tidak nyaman pada daerah pertengahan abdomen.
Dalam melakukan evaluasi nyeri abdomen, penjalaran nyeri menjadi sangat penting.
Kelainan di regio subdiafragma menyebabkan penjalaran nyeri ke daerah bahu.
Penyakit biliar menyebabkan penjalaran nyeri ke bahu kanan atau ke punggung. Nyeri
abdomen bagian atas oleh karena ulkus peptikum, kolesistitis akut, dan pankreatitis.
Nyeri abdomen bagian bawah sering disebabkan oleh kelainan di bidang obstetri dan
ginekologi seperti kista ovarium, divertikulitis, dan ruptur abses tubo-ovarial. Obstruksi
pada usus halus menyebabkan nyeri pertengahan abdomen dengan penjalaran nyeri ke
bagian belakang.

Gambar 2. Persarafan Sensoris Organ Viseral


(http:www.elsevier.com)

Gambar 3. Nyeri dari Organ Viseral Abdomen

Gambar 4. Penyebab Tersering Nyeri Abdomen

Gambar 5. Nyeri Menyeluruh Abdomen

Gambar 6. Nyeri Abdomen Regio Epigastrium, Umbilikus, dan Hipogastrium

10

Gambar 7. Penyebaran Nyeri pada Abdomen Akut

Gambar 8. Pembagian Berdasarkan Kuadran

2.3.2 Pemeriksaan Fisik


Sebelum dilakukan pemeriksaan fisik, harus sudah dapat dipastikan kira-kira organ
mana yang mengalami kelainan berdasarkan hasil anamnesis. Pemeriksaan fisik
ditujukan untuk mempertegas dan meyakinkan bahwa organ tersebutlah yang
mengalami kelainan. Pemeriksa sebaiknya menggunakan satu jari tangan untuk
menunjukkan rasa nyeri tersebut. Di samping itu pemeriksaan tanda vital harus dipantau
dan dipertahankan tetap stabil. Kondisi pasien yang menunjukkan tanda syok,
hipotermia, takipnea, takikardia, dan kemungkinan hipotensi, menunjukkan adanya
masalah intraabdominal dan memerlukan tindakan pembedahan berupa laparatomi.

11

Dalam memulai pemeriksaan fisik, seorang ahli bedah menempatkan pasien dalam
posisi supinasi, melakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi di
seluruh daerah abdomen. Dilanjutkan pemeriksaan di daerah flank, inguinal, dan
pemeriksaan genitalia maupun rektal.
Langkah awal, pemeriksaan pada daerah abdomen adalah melakukan inspeksi yang
hati-hati pada dinding anterior maupun bagian posterior dari abdomen, flank, perineum
dan genitalia untuk mencari kemungkinan kelainan-kelainan seperti tanda bekas
tindakan operasi (scars), kemungkinan adhesi, hernia (jenis inkarserata atau
strangulasi), distensi (kemungkinan adanya obstruksi), mencari massa dengan
menemukan distensi pada vesica fellea, abses atau tumor, ekimosis atau abrasi oleh
karena tumor, tanda-tanda peningkatan tekanan intraabdominal (eversi umbilikus),
adanya aneurisma, dan tanda peritonitis.
Langkah selanjutnya adalah melakukan auskultasi, bila dalam evaluasi ditemukan
bisisng usus negatif, menunjukkan suatu ileus paralitik, bila hiperaktif atau hipoaktif
sering merupakan suatu kondisi normal, dan apabila didapatkan bisisng usus berupa
metalic sound merupakan indikasi obstruksi mekanik.
Langkah ketiga yaitu pemeriksaan perkusi, ditemukannya daerah dull, adanya cairan
bebas, atau udara bebas di bawah dinding abdomen.Timpani menunjukkan gambaran
obstruksi atau perforasi usus.
Langkah terakhir adalah palpasi, harus dilakukan secara lembut dan dimulai dari area
yang paling jauh dari regio nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Tanda-tanda seperti
Rovsings sign (sesuai dengan apendisitis akut), Murphys sign untuk kolesistitis akut.
Begitu juga dengan ditemukannya Kehrs sign (iritasi diafragma). Pemeriksaan yang
tidak kalah pentingnya pada akut abdomen adalah rectal toucher, untuk menilai tonus
sfingter ani, nyeri tekan terlokalisir, adanya hemoroid, massa, atau darah.
2.3.3 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan rutin berupa,darah lengkap, kimia darah, dan pemeriksaan urin
sebaiknya dikerjakan. Terjadi peningkatan sel darah putih adalah indikasi proses
inflamasi dengan ditemukannya pergeseran hitung jenis ke kiri. Begitu juga bila leukosit
menurun menandakan adanya infeksi virus (gastroenteritis).

12

Elektrolit serum, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin dipergunakan untuk
mengevaluasi kehilangan cairan. Gula darah dan kimia darah sangat membantu dan tes
fungsi hepar seperti serum bilirubin, alkali fosfatase, dan transaminase merupakan
pemeriksaan untuk menilai adanya kelainan hepatobiliar. Bila ada kecurigaan
pankreatitis, dapat dilakukan pemeriksaan kadar amilase dan lipase. Namun, perlu
diingat bahwa kadar amilase bisa menurun atau normal pada pasien dengan pankreatitis
dan mungkin justru meningkat pada pasien dengan kondisi lain seperti obstruksi
intestinal, trombosis mesenterium, dan perforasi ulkus.
2.3.4 Pemeriksaan Radiologi
Pada pasien dengan akut abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen
pada posisi supinasi dan posisi berdiri, serta foto torak. Akan tetapi apabila pasien tidak
dapat berdiri, maka dilakukan pemeriksaan pada posisi Left Lateral Decubitus.
Evaluasi terhadap hasil foto harus tetap didasari atau dikonfirmasi dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium yang didapat sebelumnya. Bila
ditemukan adanya gambaran udara bebas dan dilatasi usus kemungkinan terjadi
obstruksi intestinal. Bila ada gambaran pneumoperitoneum, menunjukkan adanya
perforasi. Gambaran kalsifikasi akan tampak bila ditemukan batu pada sistem biliar,
ginjal, maupun uretra. Adanya gambaran udara pada vena porta menunjukkan adanya
kerusakan dari mesenterium dan lain sebagainya.
2.3.5 Diagnosis Kerja
Di dalam menegakkan diagnosis kerja, anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium,
dan radiologis serta diagnosis banding harus menjadi pertimbangan utama. Harus
diingat bahwa secara umum pasien dengan akut abdomen mengikuti four basic
pathways yaitu:

Pasien memerlukan tindakan laparatomi.


Keyakinan bahwa kondisi pasien merupakan kondisi yang memerlukan tindakan

pembedahan.
Kepastian diagnosis.
Keyakinan tidak memerlukan tindakan pembedahan cukup dengan observasi
(nonsurgikal).

13

Gambar 9. Penanganan Pasien Pankreatitis (Pada pankreatitis akut sebaiknya terapi


bersifat suportif, bila terdapat komplikasi sebaiknya dipilih tindakan pembedahan)

Gambar 10. Gambaran Udara Bebas

Gambar 11. Pada Pasien dengan Obesitas

14

Gambar 12. Pasien dengan Nyeri Abdomen dan Ditemukan Akut Abdomen dengan Pemeriksaan
USG

2.4 Differential Diagnosis


Differential diagnosis pada akut abdomen adalah sebagai berikut:
1. Sistem pencernaan
a. Ulkus gaster atau duodenum
b. Gastritis, gastroenteritis
c. Volvulus
d. Obstruksi intestinal (corpus alienum, intususepsi, hernia incarserata dan
strangulata)
e. Perforasi intestinal
f. Pankreatitis
g. Inflammatory Bowel Disease
h. Hipertensi portal
i. Cholecystitis, ruptur saluran empedu
j. Ruptur diafragma
2. Sistem urinarius
a. Obstruksi uretra dengan atau tanpa hidronefrosis
b. Uroperitoneum (rupture kandung kemih, urethra, ureter)
c. Acute Kidney Disease
d. Pyelonephritis
e. Neoplasma
3. Sistem reproduksi
a. Rupture kehamilan ektopik
b. Endometriosis

15

c. Torsio testis
d. Torsio uterus
e. Tumor ovarium
f. Ruptur kista folikel ovarium
g. Dysmenorrheal
h. Salpingitis akut
4. Cavitas peritoneum
a.

Hemoabdomen
i. Trauma
ii. Neoplasma vascular
iii. Koagulopati
iv. Diapedesis

b. Septic abdomen
i. Perforasi GIT (ulkus, tumor)
ii. Kehilangan suplai darah, corpus alienum
iii. Torsio lien
iv. Ruptur abses pancreas
v. Trauma
1. Trauma tumpul (nekrosis jaringan, infeksi)

16

2. Trauma penetrasi (gigitan, pisau, luka tembak)


c. Hidroabdomen
i. Ascites
ii. Peritonitis, cholangiohepatitis
d. Uroabdomen
i. Ruptur kandung kemih, urethra
5. Infeksi
a. Hepatitis
b. Leptospirosis
6. Musculoskeletal
a. Penyakit discus intervertebralis
b. Ruptur otot abdomen
7. Trauma abdomen, dapat menyebabkan
a. Rupture viscus
b. Fraktur
c. Syok
8. Lain-lain
a. Ruptur tumor
b. Keracunan (thallium, arsen) (Burrows, 2003).

17

18

Tanda- tanda pembeda pada penyakit tersering yang menyebabkan nyeri abdomen bagian atas:
Appendicitis
akut

Cholecystitis
akut

Peptic
ulcer Gastroenteritis
disease (PUD)

Pankreatitis akut

Definisi

Inflamasi yang Inflamasi pada


terjadi
pada vesica fellea
appendix
vermiformis

Defek
fokal
pada
mukosa
lambung atau
duodenum yang
dapat
terjadi
sampai
ke
lapisan
submukosa atau
lebih,
terdiri
dari
ulkus
gaster
dan
duodenum

Inflamasi
pada Inflamasi
saluran
pankreas
pencernaan,
termasuk
lambung,
usus
atau keduanya

Insidensi

Terjadi pada
8,6% pria, 6,7%
wanita.
Insidensi
tertinggi pada
usia 20-40
tahun

-terjadi pada 1114% laki-laki dan


8-11%
pada
perempuan
- Insidensi pada
wanita
dewasa,
pada
laki-laki
muda

-semua
umur,
terbanyak
pada
anak < 5 tahun
-laki-laki:
perempuan = 1:1
- banyak pada
daerah
dengan
sanitasi
yang
kurang

-Perempuan
:
laki-laki = 2-3 :
1
-Insidensi
meningkat
seiring
bertambahnya
usia
-Dari populasi
penduduk yang
mempunyai
riwayat
batu
empedu,
1/3

pada

- pria > wanita,


pada
pria
kebanyakan akibat
alcohol, sedangkan
pada wanita akibat
biliary tract disease
- banyak pada umur
35-75 tahun

19

juga
mempunyai
cholecystitis

Etiologi

Obstruksi pada
lumen
appendix, bisa
terjadi karena
fecalith,
hiperplasia
kelenjar limfoid
akibat infeksi
seperti
Inflammatory
bowel disease,
gastroenteritis,
parasit, corpus
alienum

90%
terjadi
calculous
cholecystitis
(adanya
batu
empedu),
10%
acalculous
cholecystitis (sebab
lain)
calculous

cholecystitis :
- Obesitas/
rapid weight
loss
- Drugs
(terutama
terapi
hormonal)
- Kehamilan
Acalculous
cholecystitis :
-

Major
surgery or
severe
trauma/burn
s
Sepsis
Prolonged
fasting

Infeksi H.
pylori
obatobatan :
NSAID
Lifestyle :
merokok
, alkohol
Severe
physiologic
stress : luka
bakar,
multiple
trauma,
sepsis
Hipersekresi
(uncommon)
:
gastrinoma,
cystic
fibrosis

Infeksi bakteri
: Salmonella,
Shigella, and
Campylobacte
r

Infeksi virus :
rotavirus

Terapi dengan
Proton Pump
Inhibitor

Batu
empedu
yang
menyumbat
ductus
pancreaticus
- Alcohol
- Hereditary
pancreatitis
mutasi
gen
cationic
trypsinogen
gene (PRSS1),
menyebabkan
aktivasi
prematur
dari
tripsinogen dan
tripsin
- Obat-obatan :
thiazide
diuretics,
furosemide,nestr
-

20

Symptom

-nyeri
pada
periumbilical,
yang menjalar
ke RLQ
-Gejala
GIT
seperti nausea,
vomitus,anoreks
ia yang terjadi
setelah adanya
onset
nyeri
perut
-diare, obstipasi
-demam

Sickle cell disease


Myocard
infark
DM
Pasien
immunocom
promised

Genetik

-nyeri
perut Nyeri
-nyeri
perut
yang
dimulai
epigastriik
nonspesifik,
dari
seperti rasa nonfokal, disertai
epigastrium,
terbakar yang cramp
menjalar
ke
terjadi
-demam
RUQ,
bahu
setelah
Diare
encer
kanan
dan
makan
berair,
diare
scapula
(gastric
dengan
mucus
-Nausea,
ulcer) dan 2- dan darah
vomitus
3 jam setelah -mual, muntah
-demam
makan
(duodenal
ulcer)
- Dispepsia,
termasuk
bersendawa,
kembung,
distensi, dan
intoleransi
makanan

ogens,
azathioprine
- Hiperparatiroid,
hiperkalsemia

- nyeri perut yang


dull,
konstan,
terjadi
bertahap
sampai mencapai
rasa nyeri yang
konstan
- nyeri biasanya
pada region
epigastrium,
menjalar ke
punggung belakang
-mual, muntah,
anorexia
-diare
Pasien lebih
nyaman dengan
posisi terlentang

21

berlemak
Rasa
tidak
nyaman
di
dada
- Hematemesis
atau melena
akibat
GI
bleeding
- Anemia
( kelelahan,
dyspnoe)
-

Sign

-Suhu dan nadi


dapat normal/
meningkat
sedikit
-Sign-sign pada
appendicitis
:
Dunphy
sign
(+), Mc Burney
(+), Sitkowsky
(+), Obturator
(+),
Psoas
(+),Rovsing(+),
Blumberg (+),
Wahl
(+),Baldwin (+),
Tenhorn (+)

- demam
-takikardi
-nyeri
tekan
RUQ/ epigastrik
-Muprhy sign
(+)
-Jaundice (15%)

- nyeri tekan
epigastrium
- pemeriksaan
abdomen :nyeri
terlokalisasi,
nyeri
lepas,
kaku
- pada pasien
yang
syok
septik : takikardi,
hipotensi, anuria

- Gejala dehidrasi
:
takikardi,
hipotensi,
lesu,
kesadaran
menurun, mukosa
mulut
kering,
mata
cekung
turgor
kulit
menurun, CRT

- suhu tubuh
-

Demam,
takikardi
Nyeri tekan
epigastrium,
distensi
abdomen,
bising usus

Jaundice
(28%)
Pada severe
necrotizing
pancreatitis:
Cullen sign
(+),
Grey
Turner sign
(+)

22

Pemeriksaan
Penunjang

-Hematologi
rutin
:
Leukositosis,
neutrofilia,
-CRP
-Urinalisis
-Feses rutin
-USG Appendix
-Appendikogram

Hematol
ogi
:
leukosit
osis
Serum
bilirubin
Alkaline
phospha
tase,
amylase,
lipase
USG
hepatobi
lier
CT
SCAN
Biliary
radionuc
lide
scanning
(HIDA
scan)

-Endoskopi
- Hematologi :
-X-ray double
leukositosis,
contrast
neutrofilia
- Biopsi dan - Feses rutin :
pemeriksaan
kultur dan tes
histologik
resistensi

Hematologi
rutin
:
leukositosis,
shift to the
left
CRP
Amilase,
lipase
ALP
Elektrolit,
ureum,
kreatinin
Foto polos
abdomen
USG
abdomen
MRCP,
ERCP

Tanda- tanda pembeda pada penyakit tersering yang menyebabkan nyeri abdomen bagian bawah:
Appendicitis acuta
Definisi

Inflamasi
terjadi
appendix

Nephrolithiasis

yang Batu pada ginjal


pada

Salpingitis acuta
Inflamasi
tuba fallopi

Kehamilan ektopik

Diverticulitis

pada Kelainan
reproduksi Inflamasi
dimana
divertikula
memungkinkan

pada

23

vermiformis
Insidensi

Terjadi pada 8,6%


pria, 6,7% wanita.
Insidensi tertinggi
pada usia 20-40
tahun

Pria : wanita = 3:1


Dapat menyerang
semua
umur,
tertinggi pada umur
35-45 tahun
Berhubungan
dengan genetik

Etiologi

Obstruksi
pada
lumen
appendix,
bisa terjadi karena
fecalith, hiperplasia
kelenjar
limfoid
akibat infeksi seperti
Inflammatory bowel
disease,
gastroenteritis,
parasit,
corpus
alienum

- asupan
cairan
yang
rendah,
volume rendah
produksi
urin,
menghasilkan
konsentrasi
tinggi
zat
terlarut
pembentuk batu
dalam urin

Symptom

- Pada
wanita
usia
reproduktif,
lebih
sering
pada
remaja
perempuan3x
>
dibanding
wanita usia 2529 tahun
Neisseria
gonorrhoeae,
Chlamydia
trachomatis,
Gardnerella vaginalis,
Escherichia coli,
Haemophilus
influenzae, group B
beta-hemolytic
streptococci,
nonhemolytic
streptococci,
Prevotella bivia,
Bacteroides species,
Peptostreptococcus
species, Mycoplasma
hominis, Ureaplasma
urealyticum.

konsepsi yang terjadi


di luar rongga uterus
(endometrium)
- Terjadi
pada Pria > wanita
semua
usia
wanita
reproduktif
- Biasanya pada
wanita
yang
multigravida

Faktor risiko :
Perforasi
Tubal damage : divertikulum
PID, salpingits
Penggunaan
kontrasepsi oral
atau IUD
Merokok
Pasangan sex
multiple
Usia tua

nyeri
pada nyeri
flank -nyeri perut bagian -nyeri perut
periumbilical, yang menjalar ke pangkal bawah, nyeri pelvis - amenorrhea

dari

-nyeri
abdomen
sebelah kiri
24

Sign

Pemeriksaan
penunjang

menjalar ke RLQ
-Gejala GIT seperti
nausea,
vomitus,anoreksia
yang terjadi setelah
adanya onset nyeri
perut
-diare, obstipasi
-demam
Suhu dan nadi dapat
normal/ meningkat
sedikit
-Sign-sign
pada
appendicitis
:
Dunphy sign (+),
Mc Burney (+),
Sitkowsky
(+),
Obturator (+), Psoas
(+),Rovsing(+),
Blumberg (+), Wahl
(+),Baldwin
(+),
Tenhorn (+)
-Hematologi rutin :
Leukositosis,
neutrofilia,
-CRP
-Urinalisis
-Feses rutin
-USG Appendix
-Appendikogram

paha
- mual, muntah
-gross hematuria
-pasien cenderung
bergerak
dan
gelisah,
mencari
posisi nyaman

-demam
-keputihan
-sakit kepala
-nausea, vomitus
- malaise
-frequent miksi

-takikardi,
hipertensi
- a/r abdomen :
bising usus , nyeri
flank

-suhu tubuh
- abnormal vaginal
discharge
- nyeri tekan perut
bawah (+)

-hematologi rutin
- elektrolit, ureum,
kreatinin, asam urat
-urinalisis rutin
-foto polos abdomen
-Intra Venous
Pyelography
-USG

- hematologi : LED

-CRP
- kultur vaginal
discharge : Neisseria
gonorrhoeae
Chlamydia
trachomatis(+)
-USG
uterus

(+),
dan

-vaginal bleeding
-fever
-flu like syndrome
-pusing
-muntah

abdomen kaku
nyeri
tekan
abdomen (+)
syok
hipovolemik :
takikardi,
hipotensi
ortostatik

-serum -HCG
-USG
-Laparoscopy
-Culdocentesis

-demam
(bisa
ada/tidak)
-nausea, vomitus
-konstipasi, diare
-kembung, flatus

distensi
abdomen,
bising
usus,
hipertimpan
i

-Hematologi
:
leukositosis, shift
to the left
-elektrolit
-SGOT,SGPT,
amylase, lipase
-Foto
polos
abdomen
25

adnexa

-CT Scan

26

2.5 Penatalaksanaan Akut Abdomen


2.5.1. Penatalaksanaan secara umum
Tujuan pengobatan akut abdomen dibagi dua :

Menyelamatkan jiwa.

Meminimalisasi kemungkinan terjadinya cacat dalam fungsi fisiologis alat


pencernaan.

Langkah-langkah yang dilakukan :


1. Tindakan penanggulangan darurat

Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistem pernafasan dan

kardiovaskuler yang
merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita. Bila tanda vital penderita sudah
stabil, dilakukan tindakan lanjutan berupa (b) dan (c).
Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.
2. Tindakan penanggulangan definitive
Tujuan pengobatan :
1) Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan.
2) Meminimalisasi cacat yang mungkin terjadi dengan cara :

Menghilangkan sumber kontaminasi.

Meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan membersihkan rongga


peritoneum.

Mengembalikan kontinuitas passage usus dan menyelamatkan sebanyak


mungkin usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat fisiologis.

Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka rongga
abdomen

yang dinamakan laparotomi. Beberapa klinisi berpendapat pemberian

analgetik sebelum menegakkan diagnosis akan mengganggu evaluasi. Tetapi, dosis


sedang analgetik intravena tidak menutupi tanda-tanda peritoneal dan mengurangi rasa
tidak enak sehingga mempermudah dilakukan pemeriksaan. Yang perlu diingat :

Cari penyebab yang membahayakan jiwa

Sampingkan wanita hamil pada wanita usia subur

27

Lihat dan cari tanda-tanda peritonitis, syok, dan obstruksi

Tes darah adalah pemeriksaan yang minimal harus dilakukan

Penatalaksanaan dari akut abdomen dilakukan berdasarkan kausanya. Secara umum,


pasien akan diberikan cairan intravena. Pasien akan diminta untuk berpuasa, tidak
mengonsumsi makanan atau minuman apapun hingga penyebab akut abdomen
terdeteksi. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perburukan kondisi pada
penderita akut abdomen dan untuk mempersiapkan apabila tindakan pembedahan perlu
dilakukan. Selanjutnya, pasien diberikan analgetik intravena. Selain diberikan cairan
infus, pasien juga diberikan oksigen dan dilakukan pemasangan kateter. Pasien
dipasangkan NGT untuk melakukan dekompresi lambung. Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk mencari diagnosis dan menentukan rencana terapi khusus
berdasarkan kausa. Bila perlu, dilakukan tindakan operasi.
Penatalaksanaan nyeri akut abdomen dapat dibagi berdasarkan tipe onset,
patogenesis, gejala klinik yang timbul, dan keperluan akan penatalaksanaan medis dan
pembedahan.
Prioritas I Katastrofik, seperti perforasi, perdarahan masif, oklusi arteri mendadak
dengan nekrosis jaringan yang luas, yang semuanya ditandai oleh nyeri mendadak yang
parah, abdominal tenderness sedang hingga berat dan spasme otot, dan perkembangan
menuju syok yang cepat. Penanganan resusitasi dan yang bersifat suportif amat penting
dan segera diperlukan. Operasi segera dilakukan segera setelah kondisi pasien
memungkinkan untuk menjalani operasi untuk memperbaiki perforasi, untuk
memperbaiki sirkulasi darah dengan memperbaiki strangulasi dan obstruksi, dan untuk
memperbaiki ruptur organ.
Prioritas II meliputi kondisi yang berhubungan dengan kuat kontraksi otot polos
dalam upaya mendorong isi lumen melewati obstruksi. Ini disebut kelompok kolik, yang
ditandai dengan nyeri kram intermitten yang parah dan berulang dan gangguan fungsi
pencernaan serius jika obstruksi terjadi di usus kecil. Reaksi sistemik tidak selalu terjadi
pada stadium awal obstruksi saluran pencernaan, tetapi akan bertambah parah seiring
proses penyakit. Pada obstruksi usus, pembedahan sangat diperlukan untuk mencegah
nekrosis iskemik pencernaan, tetapi tidak lebih berbahaya dari kategori katastrofik.
Prioritas III kategori yang paling tidak gawat darurat, termasuk inflamasi yang
berkaitan dengan nyeri abdomen dan kondisi akut abdomen yang memungkinkan.
28

Progresivitas dari inflamasi berubah seiring waktu. Pada awalnya, gejala klinis sistemik
dan lokal pada abdomen tidak parah dan masih ada cukup waktu untuk observasi dan
evaluasi pasien. Dengan perkembangan inflamasi dan infeksi yang progresif, nyeri dan
tenderness meningkat, menjadi lebih terlokalisir, kemudian demam dan leukosit
meningkat. Tanpa pengobatan lebih lanjut, akan terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut,
perforasi, dan peritonitis dapat terjadi.

Gambar 13. Algoritma evaluasi pada pasien akut abdomen

29

2.5.2. Penatalaksanaan akut abdomen berdasarkan kegawatan dan gejala klinis


Prioritas
I.

Mekanisme

Nyeri,

kolaps,

Gambaran klinik

shock Perforasi,hemorrhage,

Penatalaksanaan

Nyeri hebat tiba-tiba, shock atau Resusitasi

segera

dan

( catastrophic ) seperti ulkus thrombosis,nekrosis

tahap seperti shock, perasaan tidak tindak suportif, operasi

perforasi,ruptur

enak di abdomen, tegang,reaksi segera jika ada indikasi

kehamilan

ektopik, pankreatitis akut,

sistemik

thrombosis

abdomen

mesenterica,

yang

hebat,

silent

ruptur aneurisma dan lainII.

lain.
Nyeri ( intermittent ), colic Obstruksi

dari

seperti obstruksi intestinal muskular

yang

organ Nyeri

kram

rekuren,

muntah, Tegakkan diagnosis jika

lemah distensi, noisy abdomen, reaksi memungkinkan, koreksi

akut, kolik obstruksi biliaris, ( otot polos ), strangulasi sistemik yang ringan sampai berat, keseimbangan
kolik uereter.
III.

Nyeri,

rasa

dapat impending atau ada


tidak

-Ray dapat digunakan

operasi segera jika ada

indikasi
enak, Iritasi oleh bakteri, kimia, Nyeri yang bervariasi, biasanya Diagnosis klinik biasanya

inflamasi seperti appendicitis faktos ischemic

meningkat, rasa tidak nyaman memungkinkan,

akut,

yang

cholecystitis

sistemik,

akut,

terlokalisasi,lalu
ruptur,

spasme

operasi

diffuse segera pada appendicitis,

diverticulitis akut, salpingitis

dengan

otot, persiapkan waktu untuk

akut

biasanya terdapat massa, reaksi semua

terapi(

cairan,

sistemik dari yang sedang sampai antibiotik,operasi )

30

berat.

2.5.3. Penyakit spesifik penyebab akut abdomen berdasarkan kategori dari kegawatan dan kebutuhan
Catastrophe ( Prioritas I )

Operasi
Non Operasi
Ruptur organ yang lemah yang Pankreatitis akut
spontan

atau

peptikum,

trauma

kehamilan

ulkus Thrombosis coronary

ektopik

) Dissecting

dengan perdarahan hebat.

aneurysm

dengan

diagnosis cepat dan keadaan yang

Ruptur organ yang solid

terutama memungkinkan

trauma ( limpa, hati, ginjal )

dapat

dilakukan

operasi )

Oklusi vaskular akut ( kerusakan


mesenterika, obstruksi stragulasi )
Perdarahan hebat, ulkus peptikum,
varises oesophagus.
Colic ( prioritas II )

Obstruksi intestinal akut


Appendicitis

acuta

Kolik
kolik

biliaris,

kolik

dari renal,gastroenteritis,impaksi fecal

fecolith pada lumen )

31

Inflamasi ( Prioritas III )

Appendicitis akut

Adenitis mesenterica

Cholecystitis akut

Enteritis regional

Diverticulitis akut

Pelvic Inflammatory Disease


Ruptur

folikel

ovarium

(Mttelschemrz )
Infeksi traktus urinarius
Pneumonia dan pleuritis

32

BAB III
KESIMPULAN
Akut abdomen ditandai dengan nyeri abdomen yang hebat, terjadi mendadak yang
dapat mengancam nyawa, sedikitnya berlangsung <24 jam, membutuhkan penanganan
yang cepat dan sering membutuhkan tindakan pembedahan. Begitu banyak
kemungkinan penyebab dari akut abdomen, oleh karena itu diagnosis dan
penatalaksanaan yang cepat dan tepat sangat tergantung dari kemampuan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan.

33

Daftar Pustaka
Anand, B. (2015, January 9). Peptic Ulcer Disease. Retrieved from Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/181753-overview
Ansari, P. (2014, June). Acute Abdominal Pain. Retrieved May 24, 2015, from
Merck Manual: https://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinaldisorders/acute-abdomen-and-surgical-gastroenterology/acute-abdominal-pain
Bardawil, T. (2014, September 2). Fallopian Tube Disorders. Retrieved from
Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/275463-overview#a1
Bloom, A. A. (2014, April 1). Cholecystitis. Retrieved from Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/171886-overview
Bonheur, J. L. (2014, October 2). Bacterial gastroenteritis. Retrieved from
Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/176400-overview
Brunicardi, F. C. (2015). Schwartz's principles of surgery. Mc Graw Hill Education
.
Burrows, C. F. (2003). The Acute Abdomen. Retrieved from 28th world congress of
the
world
small
animal
veterinary
association:
http://www.vin.com/apputil/content/defaultadv1.aspx?
meta=Generic&pId=8768&id=3850106
Craig, S. (2014, July 21). Appendicitis. Retrieved from Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/773895-overview
Gardner, T. B. (2015, April 1). Acute Pancreatitis. Retrieved from Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/181364-overview
Macaluso, C. R., & McNamara, R. M. (2012). Evaluation and management of acute
abdominal pain in the emergency department. International Journal of General
Medicine, 789-797
Sepilian, V. P. (2014, September 2). Ectopic Pregnancy. Retrieved from Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/2041923-overview
Shahedi, K. (2015, January 14). Diverticulitis. Retrieved from Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/173388-workup#a0720
Sudarthana, K. (2012, 04 01). Abdomen Akut. Retrieved 05 19, 2015, from Bedah
Udayana: https://bedahudayana.files.wordpress.com/2012/04/abdomen-akut.doc
Sjamsuhidajat, et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
Wolf, J. S. (2014, April 28). Nephrolithiasis . Retrieved from Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/437096-overview

34

Anda mungkin juga menyukai