Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Laporan Resmi
Praktikum Sedian Suspensi
DI SUSUN OLEH :
YUDIA SUSILOWATI
(30313031)
DIII-FARMASI TK.1
Sedian Suspensi
yang
ditetapkan.
sedangkan
Yang pertamaberupa
serbuk
untuk
suspensi
suspensi
yang
jadi,
harus
Tujuan :
1. Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan salep yang
baik dan tepat
2. Mengetahui sifat-sifat bahan obat
3. Mengetahui Fungsi obat
4. Mengetahui permasalahan bahan obat dan cara penyelesainnya.
DASAR TEORI
Definisi :
1. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
2. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18
Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
3. Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal 32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa.
4. USP XXVII, 2004, hal 2587
a. Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel
padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring
agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral.
b. Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel
padat
yang
terdispersi
dalam
suatu pembawa
cair
yang
dalam
cairan
pembawa
yang
ditetapkan.
4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikelpartikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata.
Syarat Suspensi
A. FI IV, 1995, hal 18
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu
harus mengandung zat antimikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
B. III, 1979, hal 32
1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.
5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran
partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama
pada penyimpanan.(Ansel, 356)
C. Fornas Edisi 2, 1978, hal 333
Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan,
ragi dan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok
terutama untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan
ganda atau wadah dosis ganda.
Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan
suspensi
adalah
cara
memperlambat
penimbunan
partikel
serta
Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan
antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
semakin
memperlambat
Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran
cairan,
gerakan turun
= kecepatan aliran
po
= gravitasi
= viskositas cairan
3.
Sifat/muatan partikel
Dalam
suatu
suspensi
kemungkinan
besar
terdiri
dari
fisik
dimana
suspensi
partikel
farmasi
tidak
didefinisikan
mengalami
sebagai
agregasi
dan
kondisi
tetap
pensuspensi
alam
dari
jenis
gom
sering
disebut
terbentuknya
bertambah
mucilago
dan
akan
sangat
mucilago
maka
menambah
dipengaruhi
viskositas
stabilitas
oleh panas,
cairan tersebut
suspensi. Kekentalan
pH
dan
proses
fermentasi bakteri.
Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan :
1. Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis .
2. Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian
keduanya disimpan ditempat yang sama.
3. Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah
dengan asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas
yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.
Termasuk galongan gom adalah :
1. Acasia ( pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air,
tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari
mucilagonya antara pH 5 - 9. Dengan penambahan suatu zat yang
menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 - 9 akan menyebabkan
penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab dengan kadar 35
% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak
oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet
(preservative).
2. Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartine mamilosa,
dapat larut dalam air tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak
dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri
makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah
eksudat
dari
tanaman
astragalus
gumnifera.
dari
beberapa
species
ganggang
laut.
Dalam
ketiga
tanah
liat
tersebut
tidak
kedalam
larut
dalam
suspensi
air,
adalah
dari
tanah
liat
merupakan
senyawa
karbohidrat.
b.
adalah
bakteri,
tidak dipengaruhi
karena
anorganik,
oleh
bahan-bahan
bukan
golongan
methosol
menambah
1500.
viskositas
Angka
da
ini
cairan
menunjukkan
yang
kemampuan
dipergunakan
untuk
laksansia
dan
bahan
penghancur/disintregator
dalam
pembuatan tablet.
1. Golongan organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934
(nama dagang suatu pabrik) Merupakan serbuk putih bereaksi asam,
sedikit larut dalam air,tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta
sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak digunakan
sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik
diperlukan kadar 1%.
Carbophol
sangat
peka
terhadap
panas
dan
elektrolit.
Hal
cairan
pembawa
kadang-kadang terjadi
adalah
kesukaran
air.
pada
Perlu
saat
diketahui
mendispersi
serbuk
terbasahi
terdispersi
tergantung
dengan
medium.
besarnya
Bila
sudut
sudut
kontak
kontak
antara
partikel
zat
padat
dengan
cairan
tersebut
perlu
organik
tersebut
adalah
etanol,
propilenglikol, dan
polietilenglikol
2.
mengendap
dan pada
penyimpanan
tidak
terjadi
cake
dan
mudah
tersuspensi kembali
b. Sistem deflokulasi
Dalam system deflokulasi partikel
deflokulasi
menge-ndap
2.
3.
4.
terdispersi lagi
5. Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu
relatif lama. Terliliat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
Flokulasi :
1.
2.
3.
4.
Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah
terdispersi kembali seperti semula
5.
Formulasi Suspensi
Pembuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
1. Penggunaan "structured vehicle" atau sering disebut juga suspending
agent untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured
vehicle, yaitu larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lainlain.
2. Penggunaan prinsip-prinsip
meskipun
flokulasi
terjadi cepat
untuk
membentuk
pengendapan,
tetapi
flok,
dengan
2.
pemflokulasi,
biasanya
berupa
larutan
4.
Apabila
dikehendaki
agar
flok
yang
terjadi
tidak
cepat
pemflokulasi
yang
digunakan
dapat
berupa
larutan
monobase.
Suspensi
sulfamerazin
yang
bermuatan
negatif
digunakan
zat pemflokulasi
yang
bermuatan
positif
yaitu
diperlukan
terutama
untuk
suspensi
yang
menggunakan
hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1:1250),
etil p.benzoat (1:500), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin 1%.
Disamping itu banyak pula digunakan - garam komplek dari mercuri
untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan
tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil, mercuri chlorida fenil
mercuri asetat.
Penelaiian Stabilitas Suspensi
1.
Volume sedimentasi
Salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang
Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense flokulasi (Vu)
terhadap volume sedimen akhir suspense deflokulasi (Voc)
3.
Metode reologi
Metode ini dapat digunakan untuk
membantu menentukan
mengenai
susunan
partikel dengan
tujuan
untuk
sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali (> titik beku)
Dengan
cara
menunjukkan
ini
dapat
dilihat pertumbuhan
kemungkinan
keadaan
kristal
dan
berikutnya setelah
dapat
disimpan
lama pada temperatur kamar. Yang pokok yaitu menjaga tidak akan
terjadi perubahan ukuran partikel, distribusi ukuran dan sifat kristal.
Pengemasan dan Penandaan Sediaan
Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang
mempunyai ruang udara diatas cairan sehingga dapat dikocok dan
mudah dituang.
Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan
dan cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan
untuk menjamin' distribusi zat padat yang merata dalam pembawa
sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam. Pada
etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu".
METODOLOGI KERJA
Formula 1
DOKTER UTAMA HUSADA
Alamat praktek : jalan sumatra 59
Jam periksa
:
Sip no 1994
IDI No 14/1974
.....................
R/ Chloramp palm 5
PGA 5
Glycerin 5
Syr simplex 30ml
Aqua ad 100ml
m.f la suspensio
sdd cth 1
Pro: risya
Perhitungan bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Chloramp palm 5g
Glicerolum
5g
Syr simplex
30ml
PGA
5g
Air untuk PGA (1,5g x 5g)= 7,5g
Aqua ad
100ml
Tahap peracikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menyetarakan timbangan
Aqua dikalibrasi dalam botol ad 100ml
Menimbang Syr simplex 30ml masukkan botol
Menimbang PGA 5g masukkan mortir
Menimbang air untuk PGA 7.5g masukkan mortir gerus ad mucilago
Menimbang Chloramp palm 5g masukkan mortir gerus ad homogen
FORMULA 2
:
Sip no 1994
IDI No 14/1974
.....................
R/ Na Salicyl 10
Na Bicarb 10
Na Phyrophospat 0,5
Aq . m. Pip 25
Aqua ad 200
Mf. Solutio
S3dd C1
-da 100-
Pro: raharja
Perhitungan bahan
1.
2.
3.
4.
5.
Na Salicyl
Na Bicarb
Na Phyrophospat
Aq . m. Pip
Aqua ad
Tahap peracikan
1.
2.
3.
4.
5.
Menyetarakan timbangan
Menara botol
Menimbang aq ment pip 12.500mg dibotol
Menimbang Na Bicarb masukkan kedalam mortir
Mengukur air 50ml digelas ukur masukkan sedikit ke mortir
aduk ad larut
6. Masukkan Na bic yang larut ke dalam BG sampai bening
(gerus tuang )
FORMULA 3
:
Sip no 1994
IDI No 14/1974
.....................
R/ Gargarisma khan 300
Sue obat kumur
-det 200-
Pro: margie
1
1
Ac. Salicyl
0,300
Gtt II
Aq ad
300
S garg
Perhitungan bahan
1. zinci chlorid
2. Alumini kali sulfas
3. Ac. Salicyl
4.
Ol. Ment. Pip
5.
Aq ad
Tahap peracikan
1.
2.
3.
4.
Menyetarakan timbangan
Menara botol
Mengukur air panas masukkan BG kecil
Menimbang Ac. Salicyl 100mg masukkan BG kecil aduk ad
5.
6.
7.
8.
larut
Menimbang Alluminis 333mg masukkan ke BG aduk ad larut
Menimbang ZnCl 333mg masukkan BG besar
Tambahkan air untuk melarutkan aduk ad larut
Tuangkan campuran yang ada di BG kecil ke BG yang besar
aduk ad homogen
9. Saring sediaan dan masukkan botol
10.
Tetesi dengan 1 tetes Oleum Menth Pip
11.
Kap botol+etiket putih+locok dahulu+P2
FORMULA 4
:
Sip no 1994
IDI No 14/1974
.....................
R/ Bactrim x
CMC Na 0,5
Syr simplek 15ml
Ol citri Gtt II
Aqua ad 100
Mf.la.suspensi
S4dd cth
Pro: prasetya
Perhitungan bahan
1.
2.
3.
4.
5.
Bactrim
CMC Na
Syr simplek
Ol citri
Aqua ad
10 tablet
0,5g
15ml
2 tetes
100g
Tahap peracikan
1.
2.
3.
4.
Menyetarakan timbangan
Menara botol
Menimbang Syr simplek 15ml masukkan botol
Menimbang Bactrim 10 tablet masukkan mortir gerus ad halus
sisihkan
5. Masukkan air panas 5g dalam mortir
6. Menimbang CMC-Na 500mg ditaburkan diatas air panas
tunggu sampai mengembang (10-15 menit)
7. Masukkan Bactrim pada mortir gerus ad homogen
8. Tuang
sedikit
syrupus
simplek
pada
mortir
untuk
mengencerkan sediaan
9. Tambahkan sedikit air aduk ad homogen
10.
Masukkan sediaan pada botol
11.
Tambahkan dengan aqua ad 100ml
12.
Teteskan oleum citri 2 tetes pada botol
13.
Kap botol+etiket+label Ni+kocok dahulu
PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, dibuat sediaan Suspensi. Pada pembuatan
GEL ini, pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan, air yang
sudah diukur di beaker glass kemudian dimasukkan ke dalam mortir
kemudian ditaburkan Gelatin secara merata dan ditunggu sampai
mengembang sempurna. Gelatin perlu ditaburkan di atas air karena sifat
semua
bahan
tercampur
homogen
didalam
mortir,
KESIMPULAN
tidak
berbau,
dan
lambat
laun
akan
menyerap
karbondioksida dari udara. Bahan ini tidak cukup larut dalam dasar
salep dan mudah menggumpal ketika terkena udara. Oleh karena itu
bahan ini harus diayak terlebih dahulu dengan menggunakan
ayakan no. 100
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat ; Teori dan Praktik. UGM Press.
Yogyakarta
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Keesehatan
Republik
Indonesia
Indonesia