Anda di halaman 1dari 25

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Laporan Resmi
Praktikum Sedian Suspensi

DI SUSUN OLEH :
YUDIA SUSILOWATI
(30313031)
DIII-FARMASI TK.1

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI


Jl. KH. Wachid Hasyim 65 Kediri 64144
Telp. (0354) 773299 Fax. (0354) 771539
Email : bhaktiwiyata@live.com Web : www.iik.ac.id

Sedian Suspensi

Menurut Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17 Suspensi adalah


sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Sedangkan untuk (Farmakope Indonesia IV Th. 1995,
hlm 18). Suspensi Oral adalah sediaaan cair mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
(Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal 32)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak
melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau
sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau
tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa

yang

ditetapkan.

sedangkan

yang kedua berupa

Yang pertamaberupa
serbuk

untuk

suspensi

suspensi

yang

jadi,
harus

disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. (Fornas Edisi 2 Th. 1978


hal 333)

Tujuan :
1. Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan salep yang
baik dan tepat
2. Mengetahui sifat-sifat bahan obat
3. Mengetahui Fungsi obat
4. Mengetahui permasalahan bahan obat dan cara penyelesainnya.

DASAR TEORI
Definisi :
1. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
2. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18
Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
3. Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal 32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa.
4. USP XXVII, 2004, hal 2587
a. Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel
padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring
agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral.
b. Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel
padat

yang

terdispersi

dalam

suatu pembawa

cair

yang

dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.


c. Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel
mikro dengan maksud ditanamkan di luar telinga.
5. Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat,
tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa,
atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus,
dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan
sempurna

dalam

cairan

pembawa

yang

ditetapkan.

Yang pertamaberupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa


serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan.

Keuntungan dan Kekurangan Sediaan (RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539)


Keuntungan :
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet /
kapsul, terutama anak-anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas
permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat.
4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut /
tidaknya)
5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Kekurangan :
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi,
dll)
2. Jika membentuk cacking akan sulit terdispersi kembali
sehingga homogenitasnya turun.
3. Alirannya menyebabkan sukar dituang
4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem
dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi
fluktuasi / perubahan temperatur.
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk
memperoleh dosis yang diinginkan.
Macam-macam Suspensi Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995, hal
18)
1. . Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel
padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk
penggunaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel
halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikelpartikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata.
Syarat Suspensi
A. FI IV, 1995, hal 18
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu
harus mengandung zat antimikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
B. III, 1979, hal 32
1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.
5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran
partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama
pada penyimpanan.(Ansel, 356)
C. Fornas Edisi 2, 1978, hal 333
Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan,
ragi dan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok
terutama untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan
ganda atau wadah dosis ganda.
Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan
suspensi

adalah

cara

memperlambat

penimbunan

partikel

serta

menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah


satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1.

Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel

tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan
antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas

penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan


keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran
partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang
sama) akan

semakin

memperlambat

gerakan partikel untuk

mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat


dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2.

Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran

dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya


makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula
gerakan turunnya parkikel yangterdapat didalamnya Dengan demikian
dengan menambah viskositas

cairan,

gerakan turun

daripartikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat


bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.

Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum " ST O K E S ".


Keterangan :
V

= kecepatan aliran

= diameter clad partikel

= berat jenis dari partikel

po

= berat jenis cairan

= gravitasi

= viskositas cairan

3.

Jumlah partikel (konsentrasi)

Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar,


maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas
karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4.

Sifat/muatan partikel
Dalam

suatu

suspensi

kemungkinan

besar

terdiri

dari

beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama.


Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan
tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut. Sifat bahan tersebut merupakan sifat alam, maka kita tidak
dapat mempengaruhinya.
Stabilitas
suspensi

fisik

dimana

suspensi
partikel

farmasi

tidak

didefinisikan

mengalami

sebagai

agregasi

dan

kondisi
tetap

terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah


tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang
mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan
untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake
dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan
sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat
diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis
dalam resep dan sifat partikel
merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah
ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil : dengan menggunakan pertolongan
mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase
eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang
dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering
disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya
bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).

Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan


menjadi dua, yaitu :
a.

Bahan pensuspensi dari alam


Bahan

pensuspensi

alam

dari

jenis

gom

sering

disebut

gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat


air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir.
Dengan

terbentuknya

bertambah
mucilago

dan

akan

sangat

mucilago

maka

menambah

dipengaruhi

viskositas

stabilitas
oleh panas,

cairan tersebut

suspensi. Kekentalan
pH

dan

proses

fermentasi bakteri.
Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan :
1. Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis .
2. Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian
keduanya disimpan ditempat yang sama.
3. Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah
dengan asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas
yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.
Termasuk galongan gom adalah :
1. Acasia ( pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air,
tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari
mucilagonya antara pH 5 - 9. Dengan penambahan suatu zat yang
menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 - 9 akan menyebabkan
penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab dengan kadar 35
% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak
oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet
(preservative).
2. Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartine mamilosa,
dapat larut dalam air tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak
dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri
makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah

dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk


suspensi tersebut.
3. Tragacanth
Merupakan

eksudat

dari

tanaman

astragalus

gumnifera.

Tragacanth sangat kambat mengalami hidrasi, untuk mempercepdt


hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth Iebih kental
dari mucilago dari gom arab. Mucilago tragacanth balk sebagai
stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator
4. Algin
Diperoleh

dari

beberapa

species

ganggang

laut.

Dalam

perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat.


Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi
bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet.
Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1- 2%.
Golongan bukan gom
Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah Iiat. Tanah liat
yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi
ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat
dimasukkan ke dalam air mereka akan mengembang dan mudah
bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi.
Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga
stabilitas dari suspensi menjadilebih baik.
Sifat

ketiga

tanah

liat

tersebut

sehingga penambahan bahan tersebut

tidak

kedalam

larut

dalam

suspensi

air,

adalah

dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan


suspensi

dari

tanah

liat

suhu/panas dan fermentasi dari


tersebut

merupakan

senyawa

karbohidrat.
b.

Bahan pensuspensi sintetis

adalah
bakteri,

tidak dipengaruhi
karena

anorganik,

oleh

bahan-bahan

bukan

golongan

Derivat selulosa Termasuk dalam golongan ini adalah metil


selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi
metil selulosa.
Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor,
misalnya

methosol

menambah

1500.

viskositas

Angka

da

ini

cairan

menunjukkan
yang

kemampuan

dipergunakan

untuk

melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya


semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan
tidak beracun, sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan.
Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan
sebagai

laksansia

dan

bahan

penghancur/disintregator

dalam

pembuatan tablet.
1. Golongan organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934
(nama dagang suatu pabrik) Merupakan serbuk putih bereaksi asam,
sedikit larut dalam air,tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta
sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak digunakan
sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik
diperlukan kadar 1%.
Carbophol

sangat

peka

terhadap

panas

dan

elektrolit.

Hal

tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.


Cara Mengerjakan Obat dalam Suspensi
1.

Metode pembuatan suspensi.

Suspensi dapat dibuat secara


a. Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan didalam cairan pembawa.
Umumnya sebagai
bahwa

cairan

pembawa

kadang-kadang terjadi

adalah

kesukaran

air.

pada

Perlu
saat

diketahui

mendispersi

serbuk dalam cairan pembawa, hal tersebut dikarenakan adanya


udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat,
halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan
sukarnya
antara zat

serbuk

terbasahi

terdispersi

tergantung

dengan

medium.

besarnya
Bila

sudut

sudut

kontak

kontak

90 0 serbuk akanmengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian


disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar
muka

antara

partikel

zat

padat

dengan

cairan

tersebut

perlu

ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.


b. Metode praesipitasi.
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik
yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik
diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan
halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi.
Cairan

organik

tersebut

adalah

etanol,

propilenglikol, dan

polietilenglikol
2.

Sistem pembentukan suspensi


a. Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat

mengendap

dan pada

penyimpanan

tidak

terjadi

cake

dan

mudah

tersuspensi kembali
b. Sistem deflokulasi
Dalam system deflokulasi partikel

deflokulasi

menge-ndap

perlahan dan akhirnyamembentuk sedimen, dimana terjadi agregasi


akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
Deflokulasi :
1.

Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.

2.

Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel


mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.

3.

Sedimen terbentuk lambat

4.

Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar

terdispersi lagi
5. Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu
relatif lama. Terliliat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
Flokulasi :
1.

Partikel merupakan agregat yang, bebas.

2.

Sedimentasi terjadi cepat.

3.

Sedimen terbentuk cepat.

4.

Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah
terdispersi kembali seperti semula

5.

Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi


cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

Formulasi Suspensi
Pembuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
1. Penggunaan "structured vehicle" atau sering disebut juga suspending
agent untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured
vehicle, yaitu larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lainlain.
2. Penggunaan prinsip-prinsip
meskipun

flokulasi

terjadi cepat

untuk

membentuk

pengendapan,

tetapi

flok,

dengan

penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.


Pembuatan suspense system flokulasi ialah:
1.

Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium

2.

Lalu ditambah zat

pemflokulasi,

biasanya

berupa

larutan

elektrolit, surfaktan atau polimer.


3.

Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.

4.

Apabila

dikehendaki

agar

flok

yang

terjadi

tidak

cepat

mengendap, maka ditambah structured vehicle


5.

Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam


structured vehicle.
Bahan

pemflokulasi

yang

digunakan

dapat

berupa

larutan

elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan


positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif dan
sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan
positif digunakan zat pemflokkulasi yang bermuatan negatif yaitu
kalium fosfat

monobase.

Suspensi

sulfamerazin

yang

bermuatan

negatif

digunakan

zat pemflokulasi

yang

bermuatan

positif

yaitu

AICl3 (Aluminium trichlorida).


Bahan Pengawet
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah
stabilitas suspensi, antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini
sangat

diperlukan

terutama

untuk

suspensi

yang

menggunakan

hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1:1250),
etil p.benzoat (1:500), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin 1%.
Disamping itu banyak pula digunakan - garam komplek dari mercuri
untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan
tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil, mercuri chlorida fenil
mercuri asetat.
Penelaiian Stabilitas Suspensi
1.

Volume sedimentasi
Salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang

terjadi harus mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan


sehingga perlu dilakukan pengukuran volume sedimentasi.

Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi


akhir (V u ) terhadap volume mula-mula dari suspense (V 0 ) sebelum
mengendap.
Volume sedimentasi dapat mempunyai harga dari < 1 sampai > 1
2.

Derajat flokulasi

Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense flokulasi (Vu)
terhadap volume sedimen akhir suspense deflokulasi (Voc)
3.

Metode reologi
Metode ini dapat digunakan untuk

membantu menentukan

perilaku pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang


menonjol

mengenai

susunan

partikel dengan

tujuan

untuk

perbandingan. Metode reologi menggunakan viskometer Brookfield.


4.

Perubahan ukuran partikel


Digunakan cara Freeze - thaw cycling yaitu temperatur diturunkan

sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali (> titik beku)
Dengan

cara

menunjukkan

ini

dapat

dilihat pertumbuhan

kemungkinan

keadaan

kristal

dan

berikutnya setelah

dapat

disimpan

lama pada temperatur kamar. Yang pokok yaitu menjaga tidak akan
terjadi perubahan ukuran partikel, distribusi ukuran dan sifat kristal.
Pengemasan dan Penandaan Sediaan
Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang
mempunyai ruang udara diatas cairan sehingga dapat dikocok dan
mudah dituang.
Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan
dan cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan
untuk menjamin' distribusi zat padat yang merata dalam pembawa
sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam. Pada
etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu".

METODOLOGI KERJA

Formula 1
DOKTER UTAMA HUSADA
Alamat praktek : jalan sumatra 59
Jam periksa

:
Sip no 1994
IDI No 14/1974

.....................
R/ Chloramp palm 5
PGA 5
Glycerin 5
Syr simplex 30ml
Aqua ad 100ml
m.f la suspensio
sdd cth 1
Pro: risya

Perhitungan bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Chloramp palm 5g
Glicerolum
5g
Syr simplex
30ml
PGA
5g
Air untuk PGA (1,5g x 5g)= 7,5g
Aqua ad
100ml

Tahap peracikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menyetarakan timbangan
Aqua dikalibrasi dalam botol ad 100ml
Menimbang Syr simplex 30ml masukkan botol
Menimbang PGA 5g masukkan mortir
Menimbang air untuk PGA 7.5g masukkan mortir gerus ad mucilago
Menimbang Chloramp palm 5g masukkan mortir gerus ad homogen

7. Menimbang Gliserin 5g di cawan yang sebelumnya sudah ditara dan


masukkan mortir
8. Encerkan sediaan dengan sedikit sirupus simplek sedikit demi
sedikit
9. Tambahkan air/setengah bagian air dari 100ml, sisanya di ad kan
pada botol
10.
Masukkan sediaan pada botol 150ml
11.
Kap botol+beri etiket putih+label NI+kocok dahulu+Exp

FORMULA 2

DOKTER UTAMA HUSADA


Alamat praktek : jalan sumatra 59
Jam periksa

:
Sip no 1994
IDI No 14/1974

.....................
R/ Na Salicyl 10
Na Bicarb 10
Na Phyrophospat 0,5
Aq . m. Pip 25
Aqua ad 200
Mf. Solutio
S3dd C1
-da 100-

Pro: raharja

Perhitungan bahan
1.
2.
3.
4.
5.

Na Salicyl
Na Bicarb
Na Phyrophospat
Aq . m. Pip
Aqua ad

10g : 200g x 100g = 5g


10g : 200g x 100g = 5g
0,5g : 200g x 100g = 0,25g
25g : 200g x 100g = 12,5g
200g : 200g x 100g = 100g

Tahap peracikan
1.
2.
3.
4.
5.

Menyetarakan timbangan
Menara botol
Menimbang aq ment pip 12.500mg dibotol
Menimbang Na Bicarb masukkan kedalam mortir
Mengukur air 50ml digelas ukur masukkan sedikit ke mortir

aduk ad larut
6. Masukkan Na bic yang larut ke dalam BG sampai bening
(gerus tuang )

7. Menimbang Na Phyrophospat 250mg masukkan BG aduk ad


homogen
8. Menimbang Na Salicyl 5g masukkan ke BG aduk ad homogen
9. Masukkan ke dalam botol yang berisi aqua mint pip kocok ad
homogen
10.
Tambahkan aqua ad 100ml
11.
Kap botol+etiket putih+kocok dahulu

FORMULA 3

DOKTER UTAMA HUSADA


Alamat praktek : jalan sumatra 59
Jam periksa

:
Sip no 1994
IDI No 14/1974

.....................
R/ Gargarisma khan 300
Sue obat kumur
-det 200-

Pro: margie

Formula baku Gargarisma khan : (FMS hal 72)


R/ zinci chlorid
Aluminis

1
1

Ac. Salicyl

0,300

Ol. Ment. Pip

Gtt II

Aq ad

300

S garg

Perhitungan bahan
1. zinci chlorid
2. Alumini kali sulfas
3. Ac. Salicyl
4.
Ol. Ment. Pip
5.
Aq ad
Tahap peracikan

1g : 300g x 100g = 0,33g


1g : 300g x 100g = 0,33g
0,300g : 300g x 100g = 0,1g
2tetes : 300g x 100g = 0,67 tetes
300g : 300g x 100g = 100g

1.
2.
3.
4.

Menyetarakan timbangan
Menara botol
Mengukur air panas masukkan BG kecil
Menimbang Ac. Salicyl 100mg masukkan BG kecil aduk ad

5.
6.
7.
8.

larut
Menimbang Alluminis 333mg masukkan ke BG aduk ad larut
Menimbang ZnCl 333mg masukkan BG besar
Tambahkan air untuk melarutkan aduk ad larut
Tuangkan campuran yang ada di BG kecil ke BG yang besar

aduk ad homogen
9. Saring sediaan dan masukkan botol
10.
Tetesi dengan 1 tetes Oleum Menth Pip
11.
Kap botol+etiket putih+locok dahulu+P2

FORMULA 4

DOKTER UTAMA HUSADA


Alamat praktek : jalan sumatra 59
Jam periksa

:
Sip no 1994
IDI No 14/1974

.....................
R/ Bactrim x
CMC Na 0,5
Syr simplek 15ml
Ol citri Gtt II
Aqua ad 100
Mf.la.suspensi
S4dd cth

Pro: prasetya

Perhitungan bahan
1.
2.
3.
4.
5.

Bactrim
CMC Na
Syr simplek
Ol citri
Aqua ad

10 tablet
0,5g
15ml
2 tetes
100g

Tahap peracikan
1.
2.
3.
4.

Menyetarakan timbangan
Menara botol
Menimbang Syr simplek 15ml masukkan botol
Menimbang Bactrim 10 tablet masukkan mortir gerus ad halus

sisihkan
5. Masukkan air panas 5g dalam mortir
6. Menimbang CMC-Na 500mg ditaburkan diatas air panas
tunggu sampai mengembang (10-15 menit)
7. Masukkan Bactrim pada mortir gerus ad homogen

8. Tuang

sedikit

syrupus

simplek

pada

mortir

untuk

mengencerkan sediaan
9. Tambahkan sedikit air aduk ad homogen
10.
Masukkan sediaan pada botol
11.
Tambahkan dengan aqua ad 100ml
12.
Teteskan oleum citri 2 tetes pada botol
13.
Kap botol+etiket+label Ni+kocok dahulu

PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, dibuat sediaan Suspensi. Pada pembuatan
GEL ini, pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan, air yang
sudah diukur di beaker glass kemudian dimasukkan ke dalam mortir
kemudian ditaburkan Gelatin secara merata dan ditunggu sampai
mengembang sempurna. Gelatin perlu ditaburkan di atas air karena sifat

Gelatin Berbentuk lembaran, kepingan, serbuk/butir tidak larut dalam air


dingin, mengembang, dan lunak bila dicelup dalam air, larut dalam air
panas dan dalam campuran panas Gliserin dan air (FI IV : 636), hal inilah
yang menyebabkan Gelatin harus ditaburkan di atas air.
Sambil menunggu Gelatin mengembang, ditimbang Gliserin. Setelah
Gelatin mengembang, dimasukkan Gliserin, gerus ad homogen. Kemudian
ayak dan timbang Zinci Oxyd, di gerus ad homogen. Zinci Oxyd harus
diayak terlebih dahulu dengan menggunakan ayakan no. 100. Bahan ini
harus diayak terlebih dahulu karena memiliki sifat tidak cukup larut dalam
basis, dan mudah menggumpal ketika terkena udara. Sifat Zinc Oxyd
Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan tidak berbau,
dan lambat laun akan menyerap karbondioksida dari udara (FI IV: 835).
Oleh karena itu bahan ini harus di ayak terlebih dahulu karena sifatnya
yang mudah menggumpal.
Setelah

semua

bahan

tercampur

homogen

didalam

mortir,

dimasukkan kedalam cawan dan dilebur diatas waterbath sampai larut.


Setelah itu diangkat dan dimasukkan mortir, aduk ad dingin dan gerus
sampai membentuk massa GEL. Massa gel yang terbentuk dimasukkan
kedalam wadah.
Sediaan yang dibuat tidak memenuhi persyaratan, karena pada saat
pembuatan terjadi kesalahan atau kekeliruan, Gelatin yang seharusnya
ditunggu sampai mengembang sempurna baru digerus, tetapi pada
praktikum ini belum mengembang sempurna sudah di gerus sehinnga
setelah dilebur tidak bisa membentuk massa GEL, hasil yang didapat pada
praktikum ini GEL berbentuk cair.

KESIMPULAN

Dari praktikum dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Gelatin berbentuk lembaran, kepingan, serbuk/butir tidak larut
dalam air dingin, mengembang, dan lunak bila dicelup dalam air,
larut dalam air panas dan dalam campuran panas Gliserin dan air.
Untuk itu dalam penggunaannya harus ditaburkan diatas air terlebih
dahulu dan di tunggu selama 15 menit sampai mengembang.
2. Zinc Oxyd berbentuk Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih
kekuningan

tidak

berbau,

dan

lambat

laun

akan

menyerap

karbondioksida dari udara. Bahan ini tidak cukup larut dalam dasar
salep dan mudah menggumpal ketika terkena udara. Oleh karena itu
bahan ini harus diayak terlebih dahulu dengan menggunakan
ayakan no. 100

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat ; Teori dan Praktik. UGM Press.
Yogyakarta
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Keesehatan
Republik

Indonesia

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi VI. Departemen Keesehatan


Republik

Indonesia

Anda mungkin juga menyukai