Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan berbahay dan beracun yang
karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain.
Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang
menyusun top-20 B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene,
Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene, Benzo(b)fluoranthene,
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor 1254, DDT, Aroclor 1260,
Trichloroethylene,
Chromium
(hexa
valent),
Dibenz[a,h]anthracene,
Dieldrin,
Jepang sekitar 1,7 mg/L, di Taiwan sekitar 1,8 mg/L, sedangkan di Argentina sekitar 3,4
mg/L.
Di USA, makanan dan buah-buahan yang dikonsumsi setiap hari mengandung sekitar
0,04 mg As. Makanan produk laut yang dikonsumsi harian mengandung 0,02 mg As. Normal,
manusia setiap harinya mengkonsumsi 0,03 mg arsen.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka
masalah dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keberadaan arsen di alam ?
2. Apa sajakah penggunaan arsen dalam kehidupan manusia ?
3. Bagaimanakah toksisitas arsen terhadap kesehatan manusia, terutama para politisi ?
4. Bagaimanakah cara menanggulangan jika terpapar arsen ?
1.3. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui keberadaan arsen di alam.
2. Mengetahui penggunaan arsen dalam kehidupan manusia.
3. Mengetahui dampak arsen terhadap kesehatan manusia, dan memberi edukasi dalam
penggunaan arsen tersebut.
4. Mengetahui cara penanggulangan jika terpapar arsen.
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan adalah sebagai berikut:
1. Bagi instansi pemerintah
:
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi para penentu kebijakan dalam upaya
menjaga masyarakat agar tidak terkena dampak merugikan dari arsen.
2. Bagi jurusan Hiperkes
:
Menambah pustaka tentang keberadaan, penggunaan, dampak terhadap kesehatan
serta penanggulangannya jika terpapar arsen.
3. Bagi Masyarakat
:
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan, penggunaan,
dampakterhadap kesehatan serta penanggulangannya jika terpapar arsen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steelgrey). Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida (AsCl3) berupa
cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal putih dan berupa gas
arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang, merupakan salah satu
turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa senyawanya dapat
mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada umumnya mudah larut dalam air,
khususnya dalam air panas .
Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen trioksida
misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg. Dalam jangka
panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya gejala intoksikasi
arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti
protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan
karena ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen dalam dosis kecil sampai saat ini juga
masih digunakan sebagai obat pada resep homeopathi .
Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai berikut ;
1. Arsen triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganic dan bentuk trivial dari asam
arsenat (H4AsO4) berwarna putih dan padat seperti gula.
2. Arsen pentaoksida (As2O5)
3. Arsenat (misalnya : PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam arsenat, merupakan
senyawa arsen yang banyak dijumpai di alam dan bersifat kurang toksik.
4. Arsen organic, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik atau struktur
cincin,dimana arsen terikat dalam bentuk trivalent ataupun pentavalen.Bentuk
senyawa arsen ini kurang toksin dibandingkan denagn bentuk senyawa arsen
inorganic trivalent.
Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin (AsH3),yang terbentuk bila asam
bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam lain.
Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan di industri
seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen
yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya
ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun(tidak toksik). Arsen
dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk in organik arsen
bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida., sedangkan
bentuk in organik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat
(Pb arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup
potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut.
2.2 Karakteristik Arsen
Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di
temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto, 2005). Arsen
secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering dapat digunakan
sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika dipanaskan,
arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang berbau seperti bau bawang putih.
Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat
menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua
bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.
Arsen di alam berada dalam bentuk Inorganik dan organik. Penjelasannya sebagai
berikut:
1. Arsen Inorganik
Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa
substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan
dapat terpapar pada manusia. Menurut National Institute for Occupational Safety and
Health (1975), arsen inorganik dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan
kronis, terutama kanker (www.bluefame.com, 2009).
Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang dikenal sebagai arsen
inorganik. Arsen trioksida (As2O3 atau As4O6) dan arsenat/arsenit merupakan
bentuk arsen inorganik berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada suhu di atas 1.073C
senyawa arsen trioksida dapat dihasilkan dari hasil samping produksi tembaga dan
pembakaran batubara. Arsen trioksida mempunyai titik didih 465C dan akan
menyublim pada suhu lebih rendah. Kelarutan arsen trioksida dalam air rendah, kirakira 2% pada suhu 25C dan 8,2% pada suhu 98C. Sedikit larut dalam asam
membentuk asam arsenide (H3As03). Arsen trioksida sangat cepat larut dalam asam
khlorida dan alkalis (Durrant & Durrant, 1966; Carapella, 1973) (Sukar, 2003).
Arsen Trioksida dari hasil samping produksi tembaga mencemari udara,tanah
dan air. Dalam hal ini kami,menspesifikasikan pencemaran Arsen Trioksida hasil
samping produksi tembaga dalam air tanah. Arsen trioksida berupa bubuk berwarna
putih yang larut dalam air.
2. Arsen Organik
Senyawa dengan Carbon dan Hydrogen dikenal sebagai Arsen Organik. Arsen
bentuk organik yang terakumulasi pada ikan dan kerang-kerangan, yaitu
arsenobetaine dan arsenokolin mempunyai sifat nontoksik. Sebagaimana diketahui
bahwa arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik. Senyawa arsen organik
sangat jarang dan mahal. Ikatan carbon-arsen sangat stabil pada kondisi pH
Iingkungan
dan
berpotensi
teroksidasi.
Beberapa
senyawa
methylarsenic
namun mengakibatkan kerusakan otak pada pekerja yang menyemprotnya. Arsen juga
berperan penting dalam bidang pengobatan. Di zaman dahulu arsen pernah digunakan
sebagai obat sifilis, yaitu salvarsan. Sampai sekarang arsen masih menjadi salah satu
alternatif pengobatan tripanosomiasis Afrika (dalam bentuk melarsoprol). Walaupun
kebanyakan sekarang telah digantikan dengan obat-obatan modern.
Galium arsenid dapat dipakai sebagai bahan semikonduktor rangkaian listrik. Galium
arsenida adalah material semikonduktor penting dalam sirkuit terpadu. Sirkuit dibuat
menggunakan komponen ini lebih cepat tapi lebih mahal daripada yang terbuat dari
silikon. Selain itu, arsen juga dipakai dalam industri pewarna dan cat
2. Arsenik di air minum
Makanan kita pun mungkin mengandung arsenik dalam jumlah kecil. Konsentrasi
arsenik yang dianggap tidak berbahaya dalam air minum oleh WHO adalah kurang dari
10 ppb. Selain karena arsenik menjadi bahan pestisida yang dipakai untuk menyemprot
sayur dan buah, arsenik juga berpotensi mencemari perairan. Arsenik yang ditemukan di
air adalah arsenik bentuk arsenat V (HAsO42-) dan arsenit III (H3AsO3). Di alam bebas
arsenat dan arsenit dapat mengalami reaksi redoks bolak balik. Konsentrasi yang
ditemukan dapat mencapai 200-4400 ppb, atau 0.2-4.4 ppm
3. Arsenik sebagai racun
Bentuk arsenik yang terkenal adalah As2O3 (arsen trioksida) atau warangan. Warangan
ini bentuknya berupa bubuk berwarna putih yang larut dalam air. Bentuk lainnya adalah
bubuk kuning As2S3 dan bubuk merah realgar As4S4. Keduanya sempat populer sebagai
bahan cat, namun karena toksik akhirnya mereka tidak dipakai lagi. Adapun bentuk
gasnya, yang juga beracun adalah arsin (As2H3)
Diagnosis
Ada tes yang tersedia untuk mendiagnosis keracunan dengan mengukur arsenik dalam
darah, urin, rambut dan kuku. Tes urin adalah tes yang paling dapat diandalkan untuk
paparan arsenik dalam beberapa hari terakhir. Tes urin perlu dilakukan dalam waktu 2448 jam untuk sebuah analisa yang akurat eksposur yang akut. Tes rambut dan kuku dapat
mengukur tingkat tingginya terpapar arsen selama 6-12 bulan. Tes-tes ini dapat
menentukan apakah seseorang telah terpapar di atas tingkat rata-rata arsen. Rambut
merupakan bioindikator potensial untuk paparan arsenik karena kemampuannya untuk
menyimpan elemen dari darah. Jenis biomonitoring telah dicapai dengan teknik yang
lebih baru seperti microanalytical berdasarkan Synchroton radiasi fluoresensi sinar-X
(SXRF) spektroskopi dan Microparticle akibat emisi sinar-X (PIXE). Yang sangat
terfokus dan intens studi balok bintik-bintik kecil pada sampel biologis yang
memungkinkan analisis tingkat mikro di sepanjang spesiasi kimia. Metode ini telah
digunakan untuk mengikuti tingkat arsenik sebelum, selama dan setelah pengobatan
dengan oksida Arsenious pada pasien dengan Leukemia akut Promyelocytic.
2.5 Sistem ADME pada Arsen
Arsen ditemukan dalam 200 bentuk mineral, diantaranya arsenat (60%), sulfida
dan sulfosalts (20%), dan kelompok kecil berupa arsenida, arsenat, oksida silikat, dan
arsen murni (Onishi, 1969). Mayoritas arsen ditemukan dalam kandungan utama
asenopyrite (FeAsS), realgar (As4S3), dan orpiment (As2S3). Realgar (As4S3), dan
orpiment (As2S3) biasanya menurunkan bentuk dari arsen itu sendiri. Kondisi natural
lainnya yakni loellingite (FeAs2), safforlite (CoAs), nicolite (NiAs), rammelsbergit
(NiAs2), arsenopyrite (FeAsS), kobaltite (CoAsS), enargite (Cu3AsS4), gerdsorfite
(NiAsS), glaucodot ((Co,Fe)AsS), dan elemen arsen (Greenwood dan Earnshaw, 1989).
Berikut merupakan Tabel 1 Kondisi As di Alam.
Dalam lingkungan perairan, kondisi dalam tekanan oksidasi arsen membentuk
pentavalent arsenat (As(V)), dimana dalam kondisi sebaliknya saat tereduksi membentuk
trivalent arsenit (As(III)), dan mobilitas serta penyerapan oleh sedimen, tanah lempung,
dan mineral tanah bergantung pada bentuk arsennya. Dalam kondisi anoksik, aktivitas
mikrobial dapat membentuk arsen dalam metilat, yang mana berbentuk padat dan mampu
masuk ke lapisan atmosfer (Nriagu et al., 2007).
a. Absorbsi
Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, yaitu melalui
makanan/minuman. Gambar berikut memperlihatkan kandungan arsen dalam beberapa
jenis makanan dan minuman yang sering dikonsumsi manusia.
Paparan arsen pada manusia dapat dibedakan menjadi
a. Paparan akut
Paparan akut dapat terjadi jika tertelan (ingestion) sejumlah 100 mg As. Gejala yang
dapat timbul akibat paparan akut adalah mual, muntah, nyeri perut, diarrhae,
kedinginan, kram otot serta oedeme dibagian muka (facial). Paparan dengan dosis
besar dapat menyebabkan koma dan kolapsnya peredaran darah. Dosis fatal adalah
jika sebanyak 120 mg arsenik trioksid masuk ke dalam tubuh.
b. Paparan kronis
Gejala klinis yang nampak pada paparan kronis dari arsen adalah peripheral
neuropathy (rasa kesemutan atau mati rasa), lelah, hilangnya refleks, anemia,
gangguan jantung, gangguan hati, gangguan ginjal, keratosis telapak tangan maupun
kaki, hiperpigmentasi kulit dan dermatitis. Gejala khusus yang dapat terjadi akibat
terpapar debu yang mengandung arsen adalah nyeri tenggorokan serta batuk yang
dapat mengeluarkan darah akibat terjadinya iritasi. Seperti halnya akibat terpapar asap
rokok, terpapar arsen secara menahun dapat menyebabkan terjadinya kanker paru.
b. Distribusi
Target utama arsen dalam tubuh adalah hati, meski arsen juga dapat mempengaruhi
mekanisme kerja paru-paru dan ginjal melalui peredaran darah. Arsen yang tertelan
secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran
darah (Wijanto, 2005). Itulah sebabnya pemeriksaan kandungan arsen juga dilakukan
melalui darah. Pada keracunan akut maupun kronis dapat terjadinya anemia,
leukopenia, hiperbilirubinemia. Arsenik yang terabsorbsi akan terakumulasi di kuku,
rambut dan kulit. Kadar As dalam rambut merupakan indikator yang cukup baik untuk
menilai terjadinya karacunan arsen. Normal kadar As dalam rambut kurang dari
1mug/kg. Namun, kandungan arsen dalam rambut belum dapat dipastikan akibat
paparan langsung atau melalui metobolisme dan akhirnya terakumulasi di rambut
seperti penyimpanan arsen pada kuku. Arsenik yang terakumulasi sampai pada kuku
dan rambut ini tersimpan dalam bentuk arsenic trioksid.
c. Metabolisme/Biotransformasi Arsenik
Biotransformasi
atau
metabolisme
didefinisikan
sebagai
perubahan
xenobiotik/toksin yang dikatalisa oleh suatu enzim tertentu dalam makhluk hidup.
Tujuannya yaitu dengan merubah toksin bersifat non polar menjadi bersifat polar dan
kemudian dirubah menjadi bersifat hidrofil sehingga dapat dieksresikan keluar dari
tubuh. Mekanisme biotransformasi meliputi 2 reaksi : reaksi fasa 1 dan reaksi fasa 2.
maupun hidrolisis.
Reaksi fasa 2 (reaksi konjugasi) reaksi ini melibatkan beberapa jenis metabolit
endogen (berupa enzim yang ada dalam tubuh ) di retikulum endoplasma
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut terjadi
apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam
enzim. Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks. Piruvat dehidrogenase yang
berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO 2 sebelum
masuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari
beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat
koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang
mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat
arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat
reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim, akan
terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.
Biotransformasi arsen di dalam tubuh terjadi di hati, melewati dua fasa. Hati akan
mengubahnya menjadi bentuk yang tidak merusak dan dibuang lewat urin dalam
waktu 4-5 hari dengan persentase 62,7% (dari total arsenik pada tubuh). Pada fasa 1
melalui reaksi oksidasi aromatik membentuk alkohol (-OH) khususnya oksidasi
benzoapirin karena terdapat epoksid yang dapat menyebabkan bioaktivasi.
Pada fasa 2 arsen akan mengalami reaksi konjugas glutation yang melibatkan enzim
glutation transferase di mana gugus fungsionalnya adalah epoksid hasil metabolism fasa 1
tadi. Glutation/asam merkapturat (GSH)
metabolic.Karena adanya protein yang juga mengandung gugus SH terikat dengan As,
maka hal inilah yang meneyebbkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan
tulang.Karena eratnya As bergabung dengan gugus SH, maka arsen masih dapat
terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian.
Arsenik trioksid yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi
enzim yang berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang
berperan dalam proses perbaikan DNA yang rusak. Dalam tubuh, arsenik organik diubah
monometilarsenic acid (MMA) dan akhirnya diubah menjadi dimetilarsenic acid (DMA)
dengan donor metal, S-adenosymetionin (SAM) dikatalisis oleh metiltransferase dalam
glutation yang ada. Derivat metil ini adalah ribuan lipatan yang dalam jumlah sedikit
berpotensi kuat sebagai agen mutagenic dari pada arsenic anorganik. Arsenik dikonversi
di hati dan menjadi metal dengan toksisitas rendah yang pada akhirnya dapat
dikekskresikan melalui urine dan mengikuti model triphasic dalam waktu 28 jam, 59 jam
dan 9 hari berturut-turut dengan jarak antara 27 jam dan 86 jam dari jenis arsen yang
berbeda menunjukkan tingkatan sebagai berikut:
AS5+<MMA<AS3+<DMA
DNA metiltransferase membutuhkan SAM dan hasil paparan arsen akan
menyebabkan DNA hipometilasi melakukan penipisan metal. Hipometilasi ini akan
terjadi bersamaan dengan transformasi berbahaya dalam level SAM sangat rendah
sehingga
dapat
menimbulkan kelainan
dihasilkan
akibat
karsinogenesis.
Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan70-200
mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan
oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama arsenik trioksida, yang
sekitar 500 kali lebih beracun dari pada arsenikum murni. Walt Klimecki, yang meneliti
bagaimana perbedaan genetik mempengaruhi metabolisme arsen pada University of
Arizona mengatakan temuan studi eksploratory mengenai genetik yang diakitkan antara
varian pada As3MT dengan biotransformasi arsenik makanan laut, umumnya dipahami
eksposure arsenik yang kurang berbahaya, sangatlah provokatif dengan memberikan
spektrum substrat yang dikenal dengan As3MT.
Sebelum diekskresikan arsen akan mengalami fase toksodinamik (interaksi antara
toksin dengan reseptor pada tubuh) melalui interaksi dengan sistem enzim. Cara arsen
berinteraksi dengan system enzim adalah dengan inhibisi secara bolak-balik (reversible
/terpulihkan). Arsen merupakan toksik polar inhibitor enzim, di mana terjadi ikatan non
kovalen (ikatan yang lemah ) antara arsen dengan enzim sehingga arsen bisa keluar dari
enzim dengan mudah. Ikatan kovalen antara arsen tadi dengan gugus SH pada enzim,
sehingga enzim tidak dapat berfungsi.
R'S
R - As = O + 2R'SH
R - As +
H2O
R'S
Reaksi
antara
Arsen
trivalen
dengan
protein
dan
enzim
yang
mengandung sulfihidril.
Waktu paruh biologis pada manusia menyebabkan arsen (As) terkadang
kurang terdeteksi dalam urin. Namun demikian, apabila logam arsen (As) ini berada
dalam jangka waktu yang cukup lama dalam tubuh (long term exposure) maka akan
terakumulasi dalam target organ tubuh (kuku, rambut dan kulit). Sehingga akan
menimbulkan efek gangguan kesehatan manusia yang bersifat karsinogenik,
mutagenik dan teratogenik dan toksisitasnya dapat bersifat akut dan kronik.
d. Ekskresi
Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik dan asam
monometil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine.
Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil
samping dari proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal).
Keracunan gas arsin biasanya bersifat akut dengan gejala mual, muntah, nafas pendek
dan sakit kepala. Jika paparan terus berlanjut dapat menimbulkan gejala
hemoglobinuria dan anemia, gagal ginjal dan ikterus (gangguan hati). Menurut
Casarett dan Doulls (1986), menentukan indikator biologi dari keracunan arsen
merupakan hal yang sangat penting. Arsen mempunyai waktu paruh yang singkat
(hanya beberapa hari), sehingga dapat ditemukan dalam darah hanya pada saat
terjadinya paparan akut. Untuk paparan kronis dari arsen tidak lazim dilakukan
penilaian. Keracunan arsen dapat dideteksi dengan pemeriksaan Uji Marsh dan Uji
NAA (Neutron Activation Analysis).
Prognosis
Pada keracunan akut, jika dilakukan penanganan dengan baik dan penderita dapat
bertahan, maka akan kembali normal setelah sekitar 1 minggu atau lebih. Pada
keracunan kronis akan kembali normal dalam waktu 6 12 bulan.
Skema ringkasan ADME Arsen Pada Manusia
kulit
yang
berwarna
gelap
(hiperpigmentasi),
penebalan
kulit
SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis (jaringan hati berubah
menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut).
5. Ginjal
Arsen akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi ichemia
dan kerusakan jaringan).
6. Saluran pernapasan
Paparan arsen pada saluran pernafasan akan menyebabkan timbulnya laryngitis
(infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula menyebabkan kanker
paru.
7. Pembuluh darah
Logam berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat
mengakibatkan penyakit arteriosclerosis
hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan
penyakit pembuluh darah perifer (varises, penyakit bu rger).
8. Sistem Reproduksi
Efek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat
bayi waktu dilahirkan, lazim disebut effek malformasi.
9. Sistem Immunologi
Efek pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh/ penurunan
kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi
virus.
10. Sistem Sel
Efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitokondria dalam inti sel sehingga
menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati.
11. Gastrointestinal (Saluran Pencernaan)
Arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual
(nausea) dan muntah (vomiting).
sampai tidak ada kandungan bahan kimia di atas kulit. Bila perlu, gunakan sabun.
Baju yang terkontaminasi harus dilepaskan. Kemudian segera ke dokter untuk
mendapat pertolongan medis. Sementara bila racun masuk ke pencernaan, masukkan
air dalam jumlah yang cukup besar ke dalam mulut untuk mencuci. Tetapi, air jangan
tertelan. Kalau bahan kimianya sudah tertelan, minum kurang lebih 250 ml air dan
jangan memaksakan muntah. Segera cari pertolongan medis.
Cara mengatasi keracunan arsenik berbeda antara keracunan akut dan kronik.
Untuk keracunan akut yang belum berlangsung 4 jam, korban diberi ipekak untuk
merangsangnya muntah. Dapat juga dilakukan bilas lambung apabila ia tidak dapat
minum. Pemberian katartik atau karboaktif dapat bermanfaat. Sedangkan untuk
keracunan yang sudah berlangsung lebih lama (termasuk juga keracunan kronik),
sebaiknya diberi antidotumnya, yaitu suntikan intramuskuler dimerkaprol 3-5
mg/kgBB 4-6 kali sehari selama 2 hari. Pengobatan dilanjutkan 2-3 kali sehari selama
8 hari.
Metode kimia dan sintetik saat ini digunakan untuk mengobati keracunan
arsenik. Dimercaprol dan asam dimercaptosuccinic adalah agen chelating yang
mengambil arsenik dari protein darah dan digunakan untuk mengobati keracunan
arsenik akut. Dimercaprol jauh lebih beracun daripada succimer.
Selain itu, ada penelitian menarik yang dilakukan oleh Keya Chaudhuri dan
rekan-rekannya dari Indian Institute of Chemical Biology di Kolkata dalam jurnal
Food and Chemical Toxicology. Mereka melakukan uji coba pada tikus. Tikus yang
diberi makan ekstrak bawang putih kandungan arsenik dalam darah dan hatinya
berkurang 40 persen dan 45 persen dari arsen juga di keluarkan lewat air seni tikus
tersebut. Zat yang mengandung belerang dalam bawang putih dapat mengurangi kadar
arsen dalam jaringan dan darah. Sehingga mereka yang tinggal di daerah yang
beresiko terkontaminasi arsenik dalam air disarankan untuk mengonsumsi satu sampai
tiga siung bawang putih per hari sebagai pencegahan keracunan arsen.
BAB III
STUDI KASUS
Kematian pejuang HAM, Munir, masih menyisakan misteri yang belum terpecahkan.
Alumni Universitas Brawijaya ini diduga dibunuh dengan racun yang dimasukkan lewat
makanannya. Seberapa kuatkah efektivitas racun yang merenggut nyawa pejuan HAM
tersebut? Indonesia berduka, salah satu putra terbaiknya meninggal di kursi Garuda yang
menuju Belanda. Kematian Munir penuh dengan tanda tanya, sebab selain proses penyidikan
di negeri Belanda yang lama juga diduga kematiannya bermuatan politis. Matinya bapak
orang hilang ini mengingatkan tragedi Napoleon Bonaparte yang dicurigai keracunan arsen
(As). Napoleon Bonaparte baru dicurigai meninggal karena zat arsen tahun 2000 setelah ahli
patologi kriminal Prancis menemukan arsen tertempel di rambut Napoleon dengan kadar
arsen 7-38 kali lebih tinggi dari normal . Zat ini telah dikenal 2400 tahun yang lalu di Yunani
sebagai obat dan racun. Dahulu senyawa arsen organik digunakan untuk pengobatan sifilis,
epilepsi, psoriasis, dan amoebiasis. Namun peraturan pemerintah agar mengurangi kandungan
Arsen yang diizinkan pada makanan dan lingkungan pekerjaan telah meningkatkan segi
keamanan dan menurunkan kasus keracunan zat tersebut tetapi produksi herbisida yang
mengandung arsen tetap meningkat. Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
menjadikan zat tersebut sebagai pembunuh paling sempurna. Kelebihan inilah yang membuat
zat tersebut mudah dicampurkan pada makanan atau minuman tanpa dicurigai korban. Gejala
keracunan umumnya seperti muntaber, sehingga sering mengelabuhi keluarga dan dokter.
Arsen sendiri, mudah didapat di toko bahan kimia, sebab menjadi bahan dasar untuk
membuat racun seperti racun tikus. Selain itu racun ini mudah diperoleh dalam berbagai
bentuk seperti pestisida, racun tikus (warangan), racun semut, herbisida, obat-obatan
homeopati, bahan cat, dan keramik (Dyro, 2002). Arsen dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui mulut, inhalasi (debu arsen dan gas arsin) serta melalui kulit. Menurut Knight (1991)
paparan dengan dosis toksis awalnya menyebabkan rasa terbakar di mulut dan tenggorokan
serta rasa sempit di tenggorokan. Hal ini diikuti oleh nyeri perut, kram, diare dan muntah.
Paparan arsen akut bentuk gas menyebabkan nyeri kepala, lemah, mual, pusing dan sesak
disertai distress pencernaan. Diare dimulai seperti air cucian beras secara progresif sampai
terjadi perdarahan. Feses dan napas mungkin berbau seperti bawang putih. Kemudian terjadi
vertigo, diikuti delirium, koma, dan sering kejang. Setelah itu terjadi kolaps sirkulasi dengan
gagal hati dan ginjal. Arsen bekerja dalam tubuh dengan cara mengikat gugus sulfhidril
terutama pada enzim serta mempengaruhi kerja gen. Arsen dibuang melalui tinja, keringat,
ASI, rambut, kulit, paru, dan urine. Masa paruh untuk ekskresi As dalam urin adalah 3-5 hari.
Pada orang dewasa, kadar normal dalam urine 100 ?g/kg, rambut 0,5 ?g/kg, dan kuku 0,5 ?
g/kg. Kadar dalam rambut pada keracunan 0,75 mg/kg dan pada kuku 1 mg/kg atau lebih.
Kadar dalam darah normal anak-anak 30 ?g/kg, urine 100 ?g/24 jam. Kelemahan Arsen
adalah sifatnya yang mudah terakumulasi pada jaringan keras seperti kuku dan rambut
menyebabkan racun ini mudah terdeteksi bahkan pada korban yang sudah berupa kerangka
sekalipun. Menurut laporan otopsi yang dilakukan oleh National Forensic Institute negara
Belanda kadar As yang ditemukan dalam tubuh Munir sebesar 460mg dalam lambung dengan
ambang batas 150-200 mg. Pada kasus Munir sangat penting untuk diketahui masuknya racun
secara akut atau kronis. Bila akut, kejadiannya cepat dengan dosis yang tinggi. Sementara
bila kronis, arsen masuk dengan dosis rendah namun dengan waktu yang lama. Hal ini
penting untuk mengetahui dimana tempat kejadian arsen masuk ke tubuh Munir. Kalau akut
berarti cepat, bisa di sekitar bandara dan pesawat sedangkan kalau kronis, maka harus dilihat
lagi beberapa gejala ke belakang selama Munir masih hidup. Lalu siapakah pembunuh
Munir? Berdasarkan sejarahnya, arsen selalu digunakan oleh atau melalui tangan orang yang
dekat dengan korban dan punya akses ke makanan dan minuman. Siapapun patut dicurigai,
namun hendaknya penyelidikan terhadap kasus Munir diproses secara cermat dan koordinasi
dengan berbagai pihak. Baik keluarga, orang-orang didekatnya, ahli forensik serta kepolisian.
Hanya dengan penanganan yang terkoordinasi inilah lambat laun kasus ini akan menemui
titik terang. Namun satu hal yang patut ditegaskan kepada si pembunuh bahwa matinya
Munir merupakan simbol keadilan dan kebebasan HAM yang harus terus diperjuangkan di
bumi Indonesia.
Sumber : http://indonesiannursing.com/munir-dalam-kenangan/
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Keberadaan Arsen di Alam
Arsen di alam berada dalam bentuk Inorganik dan organik. Penjelasannya sebagai
berikut:
1. Arsen Inorganik
Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa
substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan
dapat terpapar pada manusia. Menurut National Institute for Occupational Safety and
Health (1975), arsen inorganik dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan
kronis, terutama kanker (www.bluefame.com, 2009).
Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang dikenal sebagai arsen
inorganik. Arsen trioksida (As2O3 atau As4O6) dan arsenat/arsenit merupakan
bentuk arsen inorganik berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada suhu di atas 1.073C
senyawa arsen trioksida dapat dihasilkan dari hasil samping produksi tembaga dan
pembakaran batubara. Arsen trioksida mempunyai titik didih 465C dan akan
menyublim pada suhu lebih rendah. Kelarutan arsen trioksida dalam air rendah, kirakira 2% pada suhu 25C dan 8,2% pada suhu 98C. Sedikit larut dalam asam
membentuk asam arsenide (H3As03). Arsen trioksida sangat cepat larut dalam asam
khlorida dan alkalis (Durrant & Durrant, 1966; Carapella, 1973) (Sukar, 2003).
Arsen Trioksida dari hasil samping produksi tembaga mencemari udara,tanah
dan air. Dalam hal ini kami,menspesifikasikan pencemaran Arsen Trioksida hasil
samping produksi tembaga dalam air tanah. Arsen trioksida berupa bubuk berwarna
putih yang larut dalam air.
2. Arsen Organik
Senyawa dengan Carbon dan Hydrogen dikenal sebagai Arsen Organik. Arsen
bentuk organik yang terakumulasi pada ikan dan kerang-kerangan, yaitu
arsenobetaine dan arsenokolin mempunyai sifat nontoksik. Sebagaimana diketahui
bahwa arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik. Senyawa arsen organik
sangat jarang dan mahal. Ikatan carbon-arsen sangat stabil pada kondisi pH
Iingkungan dan berpotensi teroksidasi. Beberapa senyawa methylarsenic
sebagaimana di dan trimethylarsenes terjadi secara alami, karena merupakan hasil
dari aktivitas biologik. Di dalam air senyawa ini bisa teroksidasi menjadi
methylarsenic acid Senyawa arsen organik lainnya seperti : arsenobetaime dan
arsenocho/ine bisa ditemukan pada kehidupan laut dan sangat tahan terhadap
degradasi secara kimiawi (Lauwerys et aI, 1979) (Sukar, 2003).
4.2 Kegunaan Arsen dalam Kehidupan Manusia
Arsenik dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai bahan pestisida di buahbuahan. Timbal biarsenat telah digunakan di abad ke-20 sebagai insektisida untuk
buah namun mengakibatkan kerusakan otak pada pekerja yang menyemprotnya.
Arsen juga berperan penting dalam bidang pengobatan. Di zaman dahulu arsen
pernah digunakan sebagai obat sifilis, yaitu salvarsan. Sampai sekarang arsen masih
menjadi salah satu alternatif pengobatan tripanosomiasis Afrika (dalam bentuk
melarsoprol). Walaupun kebanyakan sekarang telah digantikan dengan obat-obatan
modern.
Galium arsenid dapat dipakai sebagai bahan semikonduktor rangkaian listrik.
Galium arsenida adalah material semikonduktor penting dalam sirkuit terpadu.
Sirkuit dibuat menggunakan komponen ini lebih cepat tapi lebih mahal daripada
yang terbuat dari silikon. Selain itu, arsen juga dipakai dalam industri pewarna dan
cat
2.
Makanan kita pun mungkin mengandung arsenik dalam jumlah kecil. Konsentrasi
arsenik yang dianggap tidak berbahaya dalam air minum oleh WHO adalah kurang
dari 10 ppb. Selain karena arsenik menjadi bahan pestisida yang dipakai untuk
menyemprot sayur dan buah, arsenik juga berpotensi mencemari perairan. Arsenik
yang ditemukan di air adalah arsenik bentuk arsenat V (HAsO42-) dan arsenit III
(H3AsO3). Di alam bebas arsenat dan arsenit dapat mengalami reaksi redoks bolak
balik. Konsentrasi yang ditemukan dapat mencapai 200-4400 ppb, atau 0.2-4.4 ppm
3.
Arsenik sebagai racun
Bentuk arsenik yang terkenal adalah As2O3 (arsen trioksida) atau warangan.
Warangan ini bentuknya berupa bubuk berwarna putih yang larut dalam air. Bentuk
lainnya adalah bubuk kuning As2S3 dan bubuk merah realgar As4S4. Keduanya
sempat populer sebagai bahan cat, namun karena toksik akhirnya mereka tidak
dipakai lagi. Adapun bentuk gasnya, yang juga beracun adalah arsin (As2H3).
4.3 Toksisitas Arsen terhadap Tubuh
Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari
makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus
halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005).
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi
apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam
enzim.Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase yang
berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO 2
sebelummasuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut
terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi
yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoilenzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril sangat berperan
mengikat arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari dihidrofil-arsenat dapat
menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system
enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua
dariglikolosis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid
dehidrogenase.Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat,
akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak
memproduksi ATP.Selama Arsen bergabung dengan gugus SH,maupun gugus SH
yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat
sebagai enzim metabolic.Karena adanya protein yang juga mengandung gugus SH
terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan As juga ditemukan dalam
rambut, kuku dan tulang.Karena eratnya As bergabung dengan gugus SH, maka
arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang bebrapa tahun kemudian.
4.3.3 Arsen Mesin Pembunuh Politisi Indonesia
Kematian aktivis HAM Munir diyakini sebagian kalangan sebagai
pembunuhan. Motifnya terkait dengan aktivitas Munir yang terus mempersoalkan
berbagai pelanggaran HAM. Dugaan itu semakin menguat lantaran dalam tubuh
Munir
ditemukan
arsen.
Senyawa kimia bernomor atom 33 ini sejatinya sudah lama dipakai sebagai alat
pembunuhan yang efektif. Soalnya, ia tak berbau dan tak punya rasa sehingga
mudah dicampurkan dalam makanan calon korban.Mulanya banyak dipakai oleh
kalangan anggota kerajaan ataupun bangsawan untuk memperebutkan tahta dan juga
warisan.
4.4 Cara Penanggulangan Arsen
Cara mengatasi keracunan arsenik berbeda antara keracunan akut dan kronik.
Untuk keracunan akut yang belum berlangsung 4 jam, korban diberi ipekak untuk
merangsangnya muntah. Dapat juga dilakukan bilas lambung apabila ia tidak dapat
minum. Pemberian katartik atau karboaktif dapat bermanfaat. Sedangkan untuk
keracunan yang sudah berlangsung lebih lama daripada itu (termasuk juga keracunan
kronik), sebaiknya diberi antidotumnya, yaitu suntikan intramuskuler dimerkaprol 3-5
mg/kgBB 4-6 kali sehari selama 2 hari. Pengobatan dilanjutkan 2-3 kali sehari selama
8 hari.