1.
a. Pengertian
: Seorang tenaga perawat profesional yang diberi wewenang dan ditugaskan dalam
pengelolaan paket alat pembedahan, selama tindakan pembedahan berlangsung.
b.
1)
Persyaratan
Pendidikan :
a) Berijazah Pendidikan formal keperawatan dari semua jenis jenjang yang diakui oleh Pemerintah atau
berwenang.
b) Memiliki sertifikat khusus teknik kamar operasi.
2)
Mempunyai pengalaman kerja di kamar operasi minimal 2 tahun sebagai circulating nurse.
3)
4)
Berdedikasi tinggi.
5)
6)
7)
Cepat tanggap.
c. Tanggung jawab
Secara administratif dan kegiatan keperawatan, bertanggung jawab kepada Perawat Kepala Kamar Operasi, dan
secara operasional tindakan bertanggung jawab kepada Ahli Bedah dan Perawat Kepala Kamar Operasi.
d. Uraian Tugas
1)
Sebelum Pembedahan
a)
Melakukan kunjungan pasien yang akan dibedah minimal sehari sebelum pembedahan untuk memberikan
penjelasan.
b)
(1)
(2)
(3)
(4)
Lampu operasi.
(5)
(6)
Suction pump.
(7)
Gas medis.
c)
d)
e)
1)
Saat Pembedahan
a)
b)
Membantu mengenakan jas steril dan sarung tangan untuk ahli bedah dan asisten.
c)
d)
Memberikan bahan desinfektan kepada operator untuk desinfeksi kulit daerah yang akan disayat.
e)
f)
Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai urutan prosedur dan kebutuhan tindakan pembedahan
secara tepat dan benar.
g)
Memberikan kain kasa steril kepada operator, dan mengambil kain kasa yang telah digunakan dengan
memakai alat.
h)
i) Mempertahankan instrumen selama pembedahan dalam keadaan tersusun secara sistematis untuk memudahkan
bekerja.
j) Membersihkan instrumen dari darah dalam pembedahan untuk mempertahankan sterilitas alat dan meja mayo.
k)
l) Memberitahukan hasil perhitungan jumlah alat, kain kasa dan jarum kepada ahli bedah sebelum luka ditutup
lapis demi lapis.
m)
n)
o)
p)
2)
Setelah pembedahan
a)
b)
Membersihkan dan memeriksa adanya kerusakan kulit pada daerah yang dipasang elektrode.
c)
Menggantikan alat tenun, baju pasien dan penutup serta memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta
dorong.
d)
Memeriksa dan mneghitung semua instrumen dan menghitung sebelum dikeluarkan dari kamar operasi.
e)
f)
(1)
Pembersihan awal.
(2)
(3)
(4)
(5)
Mengeringkan.
g)
Membungkus instrumen sesuai jenis, macam, bahan, kegunaan dan ukuran. Memasang pita autoclave dan
membuat label nama alat alat (set) pada tiap bungkus instrumen dan selanjutnya siap untuk disterilkan sesuai
prosedur yang berlaku.
h)
Membersihkan kamar operasi setelah tindakan pembedahan selesai agar siap pakai.
2.
a. Pergertian : Tenaga perawatan profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab membantu kelancaran
pelaksanaan tindakan pembedahan.
b.
Persyaratan :
1)
Pendidikan
Berijazah pendidikan formal keperawatan dari semua jenjang, yang diakui oleh pemerintah atau yang
berwenang.
2)
3)
4)
Berdedikasi tinggi.
5)
6)
7)
Cepat tanggap.
c.
Tanggung jawab
Secara administrasi dan opeasional bertanggung jawab kepada Perawat Kepala Kamar Operasi, dan kepada Ahli
Bedah.
d.
Uraian Tugas
1)
Sebelum pembedahan
a)
b)
1)
(a)
Izin operasi.
(b)
(c)
(d)
(e)
2)
3)
c)
d)
Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan sesuai isian check list, dengan perawat ruang rawat.
e)
2)
Saat pembedahan
a)
Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan bekerja sama dengan petugas anestesi.
b)
c)
Mengingatkan tim bedah jika mengetahui adanya penyimpangan penerapan teknik aseptik.
d)
e) Membantu, mengukur dan mencatat kehilangan darah dan cairan, dengan cara mengetahui : jumlah produksi
urine, jumlah perdarahan, jumlah cairan yang hilang.
(1) Cara menghitung perdarahan :
(a)
Selisih berat kain kasa basah dengan kain kasa kering adalah jumlah perdarahan.
h) Menghubungi petugas penunjang medis ( petugas radiologi, petugas laboratorium ) bila diperlukan selama
pembedahan.
i)
j)
Menghitung dan mencatat pemakaian kain kasa, bekerjasama dengan perawat instrumen.
k)
l)
Mengambil instrumen yang jatuh dengan menggunakan alat dan memisahkan dari instrumen yang steril.
m) Memeriksa kelengkapan instrumen dan kain kasa, bersama perawat instrumen agar tidak tertinggal dalam
tubuh pasien sebelum luka operasi ditutup.
n)
3)
Setelah pembedahan
a)
b)
Memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong yang telah disediakan.
c)
(1) Pernafasan.
(2) Tekanan darah.
(3) Suhu, nadi.
d) Mengukur tingkat kesadaran, dengan cara memanggil nama pasien, memberikan stimulus, memeriksa reaksi
pupil.
e)
Meneliti, menghitung dan mencatat obat obatan serta cairan yang diberikan kepada pasien.
f)
Nama pasien.
(b) Umur.
(c)
No rekam medik.
(f)
Jenis pembedahan.
Membersihkan slang dan botol suction dari sisa jaringan serta cairan operasi.
k)
l)
2. Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dan perawat ruangan kepada perawat kamar operasi.
2.1.4.12 Air Bersih
Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
1. Tidak berwama, berbau dan berasa.
2. Tidak mengandung kuman pathogen
3. Tidak mengandung zat kimia
4. Tidak mengandung zat beracun
2.1.4.13 Penentuan Jumlah Kamar Operasi
Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk dan lahan yang tersedia, sehingga
dikatakan bahwa rancang bangun kamar operasi setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar atau tipe rumah
sakit tersebut.
Makin besar rumah sakit tentu membutuhkan jumlah dan luas kamar bedah yang lebih besar. Jumlah kamar operasi
tergantung dari berbagai hal yaitu :
1. Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.
2. Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama fasilitas penunjang.
3. Pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.
4. Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari maupun perminggu.
5. Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan penyediaan peralatan.
2.2 Personil Kamar Operasi
2.2.1 Jenis Tenaga
Jenis tenaga adalah personil yang boleh masuk di dalam kamar operasi baik
tim inti maupun tim penunjang, antara lain:
2.2.1.1 Tim Bedah
1. AhIi bedah.
2. Asisten ahli bedah.
3. Perawat Instrumen (Scrub Nurse).
4. Perawat Sirkuler.
5. Ahli anestesi.
6. Perawat anestesi.
2.2.1.2 Staf Perawat Operasi terdiri dari :
1. Perawat kepala kamar operasi.
2. Perawat pelaksana.
3. Tenaga lain terdiri dari :
a. Pekerja kesehatan.
b. Tata usaha.
c. Penunjang medis.
2.2.2 Tanggung Jawab
2.2.2.1 Kepala kamar operasi
1. Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam mengelola kegiatan pelayanan
keperawatan di kamar operasi.
2. Tanggung jawab
Secara fungsional bertanggung jawab kepala bidang keperawatan, melalui kepala seksi perawatan. Secara
professional bertanggung jawab
kepada kepala instansi kamar operasi.
3. Tugas
a. Perencanaan
1) Menentukan macam dan jumlah pelayanan pembedahan.
2) Menentukan macam dan jumah alat yang diperlukan sesuai spesialisasinya.
3) Menentukan tenaga perawat bedah yang dibutuhkan.
4) Menampung keluhan penderita secara aktif.
5) Bertanggungjawab terlaksananya operasi sesuai jadwal.
6) Menentukan pengembangan pengetahuan petugas dan peserta didik.
7) Bekerja sama dengan dokter tim bedah dan kepala kamar operasi dalam menyusun prosedur dan tata kerja di
kamar operasi.
b. Pengarahan
1) Memantau staf dalam penerapan kode etik kamar bedah.
2) Mengatur pelayanan pembedahan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan team.
3) Membuat jadwal kegiatan.
4) Pemanfaatan tenaga seefektif mungkin.
5) Mengatur pekerjaan secara merata
6) Memberikan bimbingan kepada peserta didik.
7) Memantau pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada stafnya.
8) Mengatur pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien.
9) Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
c. Pengawasan
1) Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai.
2) Mengawasi penggunaan alat dan bahan secara tepat.
3) Mempertahankan kelengkapan bahan dan alat.
4) Mengawasi kegiatan team bedah sehubungan dengan tindakan pembedahan.
5) Menyesuaikan tindakan di kamar bedah dengan kegiatan di bagian lain.
d. Penilaian.
1) Menganalisa secara kontinyu jalannya team pembedahan.
2) Menganalisa kegiatan tata laksana kamar operasi yang berhubungan dengan penggunaan alat dan bahan secara
efektif dan hemat.
2.2.2.2 Perawat Instrument / Scrub Nurse
1. Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan ditugaskan dalam mengelola paket alat
pembedahan. selama tindakan pembedahan berlangsung.
2. Tanggung jawab
Secara administrative dan kegiatan keperawatan, bertanggung jawab kepada kepala kamar operasi. dan secara
operasional tindakan bertanggung jawab kepada ahli bedah dan perawat kepala kamar operasi.
3. Tugas
a. Sebelum Pembedahan
1) Melakukan kunjungan pasien minimal sehari sebelum pembedahan.
2) Menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai seperti kebersihan ruangan, peralatan, meja mayo atau
instrumen, meja operasi, lampu operasi, mesin anesthesi, suction pump, dan gas medis.
3) Menyiapkan set instrumen steril sesuai dengan jenis pembedahan.
4) Menyiapkan bahan desinfektan dan bahan lain sesuai dengan keperluan operasi.
5) Menyiapkan sarung tangan dan alat tenun steril.
b. Saat Pembedahan
1) Memperingatkan team steril jika terjadi penyimpangan prosedur aseptik.
2) Membantu mengenakan gaun dan sarung tangan steril untuk ahli bedah dan asisten bedah.
3) Menata instrumen di meja mayo dan meja instrumen.
4) Memberikan desinfektan untuk desinfeksi lapangan operasi.
5) Memberikan duk steril untuk drapping.
6) Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai dengan kebutuhan.
7) Memberikan bahan operasi sesuai dengan kebutuhan.
8) Mempertahankan instrumen dalam keadaan tersusun secara sistematis.
9) Mempertahankan kebersihan dan sterilisasi alat instrumen.
10) Merawat luka secara aseptik.
c. Setelah Pembedahan
1) Memfiksasi drain.
2) Membersihkan kulit pasien dari sisa desinfektan.
melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya dengan baik serta penuh kesadaran terhadap pasien dan
keluarga.
2.3.2 Ruang Lingkup
2.3.2.1 Persetujuan Operasi
Persetujuan Operasi dari pasien atau keluarga merupakan hal yang mutlak
diperlukan sebelum pembedahan dilaksanakan untuk menghindari tim
bedah/rumah sakit dari tuntutan hukum bila ada hal-hal yang terjadi
sehubungan dengan operasi yang dilakukan serta untuk melindungi pasien
dari mal praktek.
1. Setiap tindakan pembedahan kecil, sedang maupun besar harus ada
persetujuan operasi secara tertulis.
2. Persetujuan operasi ini berdasarkan Ketentuan Permenkes No.585/MEN/KES/PER/1989. Perihal: Persetujuan
tindakan medik.
3. Persetujuan operasi diperoleh dari pasien/keluarga yang bersangkutan
atau perwalian yang sah menurut hukum.
4. Dalam keadaan emergency pasien tidak sadar, tidak ada
keluarga/perwalian persetujuan operasi dapat diberikan oleh pimpinan
Rumah Sakit yang bersangkutan / pejabat yang berwenang.
5. Pasien harus mendapat informasi yang lengkap dan jelas tentang
prosedur tindakan pembedahan yang akan dilakukan serta akibatnya.
6. Persetujuan operasi merupakan dasar pertanggung jawaban yang sah
bagi dokter kepada pasien/keluarga/wali.
7. Persetujuan operasi harus disimpan dalam berkas dokumen
pasien/rekam medik.
2.3.2.2 Tata tertib kamar operasi
Tata tertib kamar operasi yang perlu ditaati :
1. Semua orang yang masuk kamar operasi, tanpa kecuali wajib memakai baju khusus sesuai dengan ketentuan.
2. Semua petugas memahami tentang adanya ketentuan pembagian area kamar operasi dengan segala
konsekwensinya dan memahami
ketentuan tersebut.
3. Setiap petugas harus memahami dan melaksanakan tehnik aseptik sesuai dengan peran dan fungsinya.
4. Semua anggota tim harus melaksanakan jadwal harian operasi yang telah dijadwalkan oleh kepala kamar
operasi.
5. Perubahan jadwal operasi harian yang dilakukan atas indikasi kebutuhan dan kondisi pasien harus ada
persetujuan antara ahli bedah
dan kepala kamar operasi.
6. Pembatalan jadwal harus dijelaskan oleh ahli bedah kepada pasien dan keluarga.
7. Setiap petugas kamar operasi harus bekerja sesuai dengan uraian tugas yang diberlakukan.
8. Setiap perawat dikamar operasi harus melaksanakan asuhan keperawatan preoperatif sesuai dengan peran dan
fungsinya, agar dapat
memberikan asuhan keperawatan secara paripuma.
9. Setiap petugas melaksanakan pemeliharaan alat-alat dan ruangan kamar operasi dengan penuh tanggung jawab
dan disiplin.
10. Setiap tindakan yang dilakukan dan peristiwa yang terjadi selama pembedahan harus dicatat dengan teliti.
11. Anggota tim bedah mempunyai kewajiban untuk menjamin adanya kerahasiaan informasi/data pasien yang
diperoleh pada waktu
pembedahan terhadap pihak yang tidak berkepentingan.
12. Khusus pada pasien dengan pembiusan regional (Lumbal
anastesi) perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Tim bedah harus bicara seperlunya, karena pasien dapat
melihat don mendengar keadaan sekitarnya.
13. Ahli anastesi harus menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang efek obat bius yang digunakan dan hal-hal
yang harus ditaati.
2.4 Pembersihan Kamar Operasi
2.4.1 Pengertian
Kamar operasi secara rutin dan periodik selalu dibersihkan secara
teratur. ini bertujuan untuk tetap mempertahankan sterilisasi kamar operasi,
sehingga dapat dicegah infeksi nosokomial yang bersumber dan kamar operasi.
2.4.2 Macam Pembersihan Kamar Operasi
2.4.2.1 Pembersihan rutin / harian.
2.4.2.2 Pembersihan mingguan.
2.4.2.3 Pembersihan sewaktu.
2.4.2.4 Sterilisasi ruangan.
2.4.2.5 Perawatan perlengkapan kamar operasi
1) Meja operasi.
2) Meja instrument.
3) Mesin anesthesia dengan kelengkapan.
4) Meja mayo.
5) Lampu operasi.
6) Suction pump.
7) Diathermi.
8) Standart infus
9) Waskum dan standartnya.
10) Monitor ECG.
11) Tempat sampah dan standartnya.
12) Jam dinding.
13) Lampu penerangan.
14) Tempat alat tenun kotor.
5. Setelah tangan kanan dan kiri masuk, sambil diangkat kedua lengan direntangkan supaya gaun masuk. Perawat
sirkulasi membantu dari sisi dalam dan kemudian mengikat tali gaun. Buka ikat pinggang lalu
berikan salah satu pada yang dipasang dan disuruh berputar dan
berikan dan diikat.
2.7 Memakai Sarung Tangan Steril
2.7.1 Pengertian
Adalah memasang sarung tangan steril pada tangan sendiri atau orang
lain yang dicuci dengan prosedur tertentu.
2.7.2 Tujuan
1. Untuk menghindari kontaminasi.
2. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi.
2.7.3 Persiapan
Sarung tangan steril sesuai ukuran pada tempatnya.
2.7.4 Pelaksanaan
2.7.4.1 Teknik memakai sarung tangan sendiri :
1. Teknik memakai sarung tangan terbuka
a. Dengan tangan kiri, ambilah sarung tangan kanan pada lipatan, kemudian memasukkan tangan kanan.
b. Tangan kanan mengambil sarung tangan kiri dengan menyelipkan jari-jari di bawah lipatan sarung tangan
tersebut.
c. Cuff baju (ujung lengan baju) harus masuk kedalam sarung tangan tersebut. Kita harus ingat bahwa tangan kita
sudah steril,
maka harus hati-hati tidak boleh terkontaminasi
2. Teknik memakai sarung tangan tertutup
a. Buka tangan kiri yang sudah memakai gaun bedah sebatas kelihatan jari saja, tangan kanan tetap tertutup dalam
cuff gaun bedah, tangan kanan mengambil sarung tangan steril bagian kiri
dan letakkan di atas telapak tangan kiri.
b. Bagian jari tangan kiri yang sudah terbuka, masukkan ke dalam
sarung tangan tersebut, kemudian tangan kanan menarik pangkal
sarung tangan bagian luar/bagian punggung untuk menutupi
bagian punggung jari tangan kiri tersebut. Setelah tertutup
langkah selanjutnya menarik pangkal sarung tangan bagian
dalam/bagian telapak tangan untuk menutupi bagian telapak jari
kiri tersebut.
c. Setelah tertutup bagian jari, dengan menggunakan tangan kanan
yang masib tertutup. tarik lengan gaun bedah tangan kiri
bersamaan dengan pangkal sarung tangan tank mendekati tubuh
(menarik lengan tersebut ke pangkal lengan) sambil jari tangan
kiri dibuka agar bagian jari tangan bisa langsung masuk ke
bagian jari sarung tangan.
d. Setelah lengan kiri terpasang, selanjutnya tangan bagian kanan di buka hanya sebatas kelihatan jari saja.
e. Letakkan sarung tangan bagian kanan di atas telapak tangan kiri menarik pangkal sarung tangan bagian luar
sampai menutupi bagian punggung tangan kanan dan tarik pangkal sarung tangan bagian dalam untuk menutupi
bagian telapak tangan kanan.
f. Setelah tertutup bagian jari, dengan menggunakan tangan kiri
yang sudah terpasang sarung tangan steril, tarik lengan
gaun bedah tangan kanan bersamaan dengan pangkal sarung tangan tarik mendekati tubuh (menarik lengan tersebut
ke pangkal lengan) sambil jari tangan kanan dibuka agar bagian jari tangan bisa langsung masuk ke bagian jari
sarung tangan.
g. Atur dan kencangkan sarung tangan tersebut apabila masih belum nyarnan di pakai.
2.7.4.2 Teknik memakaikan sarung tangan ke orang lain
1. Setelah perawat instrument memakai gaun bedah dan sarung tangan steril, kemudian menyiapkan sarung tangan
steril kepada operator dan asisten operator setelah memakaikan gaun bedah steril.
2. Buka bagian lengan tangan kanan operator/asisten operator
2) Hypafix
3) Tempat sampah
4) Suction pump
5) Mesin diathermi dan plat diathermi
2.12 Peralatan Di Kamar Operasi
1. Kamar bedah paling sedikit harus dilengkapi :
a. Meja operasi.
b. Lampu operasi.
c. Meja alat-alat dan instrument.
d. Alat penghisap.
e. O2 dalam tabung.
f. Peralatan anestesi.
g. Standard infus.
h. Standard lampu.
i. Waskom + standard.
j. Tempat sampah.
k. Diatermi.
2. Kamar cuci tangan ( Scrub-Up )
a. Wastafel dengan krannya untuk 2 orang.
b. Perlengkapan cuci tangan ( sikat kuku dalam tempatnya ) dan bahan untuk cuci tangan.
c. Skort plastik / karet.
d. Handuk.
3. Kamar sadar kembali (recorvery)
a. Ternpat tidur beroda.
b. Perlengkapan untuk infus.
c. Perlengkapan premudikasi.
d. Oksigen (O2).
e. Perlengkapan observasi.
f. Obat-obatan.
4. Kamar sterilisasi di tempat
a. Tempat untuk merendam alat-alat.
b. Peralatan untuk mencuci sarung tangan.
c. Sterilisator.
d. Autoclave.
e. Lemari.
f. Tempat untuk kasa dan alat-alat tenun.
g. Alat-alat untuk pengepakan instrument dan alat-alat tenun.
5. Laboratorium
Laboratorium sederhana antara mencakupi pemeriksaan keadaan penderita yang mendadak / sesudah dilakukan
pembedahan.
6. Kamar instrument
Untuk menyimpan instrument tambahan yang dipergunakan untuk operasi harian maupun cadangan. Penyimpanan
dalam lemari kaca, secara berkelompok menurut jenisnya instrument.
7. Ruangan arsip
Ruangan ini tempat penyimpan arsip penderita yang sudah dibedah, juga merupakan ruangan administrasi bagi
keperluan penderita yang akan dan sudah dibedah.
8. Kantor
Ruangan ini selain tempatnya kepala instalasi juga merupakan tempat informasi, agar tahu siapa saja yang masuk
dalam kamar bedah, juga tempat dimana pemesanan alat operasi dan jadwal operasi dapat dilihat.
2.13 Limbah Kamar Operasi
Limbah kamar operasi yaitu ada dua macam yaitu limbah padat dan
limbah cair.
1. Limbah padat
Limbah padat ada dua yaitu : limbah medis dan non medis. Diantaranya limbah medis : kasa yang terkena darah,
spuit, mess, botol ampul, selang infuse, jarum Sedangkan contoh limbah non medis : kertas, plastik.
2. Limbah cair
a. Urine
b. Darah
c. Pus
2.14 Posisi Pembedahan
1) Posisi supine Operasi otak, operasi jantung, operasi bedah
abdomen umum, operasi tangan dan kaki.
2) Posisi thyroiditis Operasi daerah leher (operasi thyroidectomy,
operasi oesopagus. operasi larynx, operasi tracheostomia.
3) Posisi Cholelithiasis Operasi liver, bladder.
4) Posisi Trendelenburg Operasi uterus atau ovary, operasi rectum.
5) Posisi Trendelenburg Memberikan anestesi kepada pasien yang full stomach (perut penuh).
6) Posisi Lithotomy Operasi kebidanan, hemorhoid.
7) Posisi Prono Operasi daerah belakang kepala, punggung, belakang lutut, tendo achilis, ginjal, adrenal glands.
8) Posisi Lateral Operasi paru-paru, oesopagus, operasi daerah bahu, sebelah dada, pinggang, operasi femur, hip
joint (panggul).
9) Posisi Neprolithotomy Operasi ginjal, adrenal glands.
10) Posisi Jeck-knife Operasi rectum, anus, daerah sacrum.
11) Posisi Mukhammedien Operasi spinal column (sum-sum tulang)
12) Posisi Situng Operasi otak, cervical vertebrae, operasi tonsillectomy.
OPERATING ROOM
CIRCULATING NURSE
Circulating Nurse adalah seorang perawat yang teregistrasi yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan, mengawasi, dan berpartisipasi dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada
klien selama di Kamar Operasi.
Hasil Observasi
No.
Uraian Tugas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ya
Tidak
persiapan anestesi.
Melakukan skin prep pada klien sesuai daerah yang akan
9.
10.
Mengkaji dan mencatat jumlah urin dan darah klien yang keluar
11.
12.
Mendokumentasikan tindakan, kejadian, intervensi dan temuan
13.
14.
Sumber : Ignativicius, D. (1999). Medical surgical nursing; Aross the health continuum.
SCRUB NURSE
Hasil Observasi
No.
Uraian Tugas
1.
2.
3.
4.
5.
Menghitung jumlah cairan irigasi untuk mengetahui junlah
6.
perdarahan
Mencatat jumlah obat anestesi local dan adrenalin yang dipakai
Ya
Tidak
7.
Menguasai ilmu anatomi dan fisiologi untuk mengetahui jenis
jahitan yang akan dilakukan oleh operator dan mempersiapkan
8.
Menekan refleks
Merelaksasikan otot
Pertimbangan dalam memilih jenis anestesi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini;
Anestesi Umum
Merupakan anestesi yang bersifat reversible, dimana klien akan kehilangan kesadaran sebagai akibat
dari dihambatnya impuls saraf yang terdapat di otak, yaitu dengan menekan SSP sehingga klien tidak
akan merasakan nyeri, tidak mampu mengingat, kehilangan kesadaran, serta kehilangan tonus otot dan
refleks.
Indikasi Anestesi Umum:
a.
a.
Inhalasi
Merupakan metode yang paling terkontrol karena pemasukan dan pengeluaran obat bersamaan dengan
pernafasan klien. Obat anestesi baik yang berupa gas maupun cairan volatile akan dihirup oleh klien
melalui masker, sampai menembus membrane alveolus kemudian dibawa oleh aliran darah ke jaringan
di seluruh tubuh dan dimetabolisme.
b. Injeksi Intravena
Merupakan metode pemberian obat anestesi umum melalui jalur intravena untuk sampai ke seluruh
sirkulasi tubuh, sifatnya lebih nyaman, cepat dan interaksi obat berjalan secara smooth. Konsentrasi
obat akan lebih tinggi di organ-organ vital seperti otak, hepar dan ginjal.
Ketamine ( Ketalar )
Propovol ( Diprivan )
1. Hipertermi malignant
2. Overdosis
3. Hypoventilasi
4. Komplikasi dari obat-obat anestesi dan pemasangan intubasi
2.
Merupakan teknik memasukkan obat anestesi melalui topical dan infiltrasi local. Anestesi topical
dilakukan dengan mengoleskan langsung obat anestesi di permukaan area yang akan dioperasi,
sedangkan anestesi infiltrasi dengan cara menyuntikkan obat anestesi secara intrakutan maupun
subkutan disekitar jaringan yang akan dilakukan operasi.
Anestesi Regional merupakan salah satu bentuk anestesi local, indikasinya adalah :
a.
b.
c.
Blok Saraf
Spinal Anestesi
Epidural anestesi
Absorbsi yang terjadi secara sistemik ( depresi kardiovaskuler, pandangan kabur, penurunan kesadaran
bicara inkoheren, sakit kepala, mual, muntah, tremor, kejang, HR , RR , BP , metallic taste sampai ke
kardiak arrest )
Overdosis
3.
Hypnosis (Hypnoanesthesia)
4.
Cryothermia
5.
Accupuncture
RECOVERY ROOM
Informasi yang perlu didapatkan saat klien dipindahkan ke RR;
Jenis anestesi
Meliputi pengkajian intake dan output cairan, status hidrasi, jenis dan jumlah cairan intravena yang
telah diberikan
7. Pengkajian keseimbangan asam-basa
Mngevaluasi hasil pemeriksaan AGD.
8. Pengkajian system renal/perkemihan
9. Pengkajian system pencernaan
Adanya mual, muntah, kondisi peristaltic usus, pemasangan NGT
10. Pengkajian system integument
Meliputi pengkajian kondisi luka, kondisi pemulikhan luka, jenis dan jumlah balutan atau drain serta
kateter.
11. Pengkajian nyeri/rasa nyaman
Menggunakan pengkajian sklala nyeri dari 1 10.
12. Pengkajian psikososial
13. Pengkajian nilai-nilai laboratorium
Khususnya pemeriksaan elektyrolit, Hb, Ht, AGD, urinalisa.
Kriteria pemulangan klien ke ICU ( Intensive Care Unit ), menurut Luckman & Sorensen
(1987):
1.
2.
Klien yang mengalami operasi besar (seperti reseksi aneurisma aorta, operasi bedah
Mengalami cardiac arrest atau apneu intraoperatif atau segera setelah operasi selesai
Kriteria pemulangan klien ke ruang rawat inap menurut Luckman & Sorensen (1987):
1.
Klien sudah pulih dari efek obat anestesi, biasanya setelah 2 jam di RR
2.
3.
4.
Efek fisiologis dari obat-obat narkotik sudah stabil, biasanya waktunya 1,5 jam
5.
6.
7.
Jika memungkinkan 1 perawat RR mengikuti klien sampai ke ruang rawat inap untuk
pengawasan
8.
Urin output adekuat (minimal 30 cc/jam pada orang dewasa), awasi dan catat
9.
Perawat ruang rawat yang akan dituju sudah diberi informasi mengenai peralatan yang
Jalan Nafas
Pernafasan
Status mental
Lokasi insisi/pembedahan
Tanda-tanda vital
Cairan intravena
Normotermia
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.(2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. (edisi ke-3). EGC: Jakarta.
Ignativicius, D. (1999). Medical surgical nursing : across the health care
continuum. ( 3rd edition). W.B. Saunders Company: Philadelphia.
Lewis, Heitkemper & Dirksen. (2000). Medical surgical nursing: Assesment and
managements clinical problems. (5th ed.). Mosby Company.
Luckman & Sorensen. (1995). Medical surgical nursing: A psychophysiologic
approach. (2nd ed.). WB Saunders Co.
Reksoprojo, S. (1995). Kumpulan kuliah ilmu bedah. Bagian Bedah FKUI.
Sjamsuhidajat, R. (1997). Buku ajar ilmu bedah.(edisi revisi). Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (1996). Brunner & Suddarth textbook of medical surgical
Nursing.(8th ed.). Philadelphia: Lippincott-Raven.