Anda di halaman 1dari 16

Makalah Ilmu Gizi

Kebutuhan Gizi pada Bayi dan Anak

Disusun Oleh : Kelompok 1


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Adela Sari
Elba Habiburrahma
Dita Rinasairi Siregar
Iis Tiwi
Putri Sri Utami
Windi Fibraili

Tingkat

: II.A

Dosen

: Prahardian Putri, S.Kp., M.Kes.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBNG
JURUSAN DIV KEPERAWATAN
2015-2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.

LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN MASALAH

1
1
1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN GIZ

2.2. KEBUTUHAN GIZI PADA BAYI

2.3. KEBUTUHAN GIZI PADA ANAK

2.4. PERHITUNGAN BERAT BADAN IDEAL

12

2.5. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI BAYI DAN BALITA

14

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN

16

DAFTAR PUSTAKA

17

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG
Kebutuhan serta peran gizi bagi tubuh manusia berbeda-beda. Hal itu

tergantung dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang diantaranya adalah karena
faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan atau status dalam masyarakat, dan hal lain
yang mempengaruhi kegiatan dan sirkulasi serta proses metabolisme dalam tubuh
maupun proses pembuangannya.
Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai kebutuhan dan peran
gizi dan keperluan gizi bagi tubuh manusia, khususnya bagi bayi dan hingga
balita. Suatu fenomena pada jaman sekarang ini, adalah ketidakmampuan atau
ketidaktahuan, bahkan ketidakpedulian terhadap pemenuhan kebutuhan yang
memang harus dipenuhi dalam fase pertumbuhan bayi dan balita.
Sehingga beberapa kasus, penyakit yang diderita pada usia dewasa dapat
terjadi pada usia bayi dan balita. Kesalahan pemikiran dan penanganan dapat
berpengaruh. Misalnya saja pada bayi berusia 1-2 tahun yang tidak lagi
memperoleh ASI, dan telah diberikan asupan makanan. Pada masa kanak-kanak,
tidak menutup kemungkinan anak itu akan lebih beresiko mengidap penyakit
maag, daripada seorang anak yang memperoleh asupan makanan pada usia yang
tepat.
1.2.

RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini, sebagai berikut:
1. Apa pengertian gizi?
2. Bagaimana kebutuhan gizi pada bayi?
3. Bagaimana kebutuhan gizi pada balita?

1.3.

TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memahami:
1. Pengertian gizi,
2. Kebutuhan gizi pada bayi,
3. dan Kebutuhan gizi pada balita.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Definisi Gizi
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu Ghidza. Sedangkan Didalam bahasa

inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi
atau sering diartikan ilmu gizi. Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang
dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan funsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi.
Sedangkan ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmuyang mempelajari
zat-zat pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan proses yang terjadi pada pangan sejak
dikonsumsi, dicerna, diserap sampai dimanfaatkan tubuh serta dampaknya terhdapt
pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup manusia serta faktor yang
mempengaruhinya.
2.2.
Kebutuhan Gizi pada Bayi
1. Prinsip Gizi pada Bayi
Kebutuhan gizi bayi berbeda dengan kebutuhan anak dan dewasa. Bayi
memerlukan karbohidrat dengan bantuan amilase untuk mencerna bahan makanan yang
berasal dari zat pati. Protein yang diperlukan berasal dari ASI ibu yaitu dengan kadar 45% dari total kadar kalori dalam ASI. Lemak yang diperlukan 58% dari kalori total dalam
susu matur. Mineral yang diperlukan pada masa ini terdiri dari kalsium, pospor, klor,
kalium, dan natrium yang menunjang pertumbuhan pada perkembangan si bayi.
Sedangkan untuk vitamin bervariasi sesuai dengan diet ibu. Setelah umur 6 bulan, setiap
bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi yang sering disebut Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke
makanan keluarga. pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap
baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak.
Pada keadaan biasa, MP-ASI dibuat dari makanan pokok yang disiapkan secara
khusus untuk bayi, dan diberikan 2-3 kali sehari sebelum anak berusia 12 bulan.
Kemudian pemberian ditingkatkan 3-5 kali sehari sebelum anak berusia 24 bulan. MPASI harus bergizi tinggi dan mempunyai bentuk yang sesuai dengan umur bayi dan anak
baduta. Sementara itu ASI harus tetap diberikan secara teratur dan sering.
Dalam keadaan darurat, bayi dan balita seharusnya mendapat MP-ASI untuk
mencegah kekurangan gizi. Untuk memperoleh MP-ASI yang baik dibuat secara lokal,
perlu diberi tambahan vitamin dan mineral pada makanan waktu akan dihidangkan.
Variasi bahan makanan yang cukup untuk kebutuhan bayi, variasi bahan makanan yang

diberikan sejak bayi akan diingat sampai dewasa, mengatasi bayi susah makan karena
variasi makanan tidak akan menyebabkan bayi bosan.
Kebutuhan akan kalori yang diperlukan oleh bayi adalah 45% dari susu matur.
Mayoritas proteinnya yaitu lemak yang mudah dicerna. Lemak yang diperlukan kira-kira
58% dari kalori total dalam susu matur. Kadar kolestrol diyakini membantu bayi
mengembangkan sistem enzim yang dapat mengontrol kadar kolestrol setelah dewasa.
Karbohidrat berasal dari ASI yang mengandung amilase yang dapat meningkatkan
pencernaan zat pati pada masa bayi awal ketika amilase pangkreas rendah. Mineral utama
dalam ASI yaitu kalsium, pospor, klor, kalium, dan natrium. Vitamin yang ada didalam
tubuh bayi menyesuaikan dengan diet yang dilakukan oleh ibu.
2. Macam-macam Makanan Bayi
Setelah bayi berumur 6 bulan, maka untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya
demi pertumbuhan dan perkembangan diperlukan makanan pendamping air susu ibu
(MP-ASI). Makanan Pendamping ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan
segar, seperti: tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur-mayur, dan
buah-buahan. Jenis-jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah:
a. Makanan Saring adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh:
bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/ dikerok, pepaya saring, tomat
saring, nasi tim saring, dan lain-lain.
b. Makanan Lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri, dan
lain-lain.
c. Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan
biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus,
biskuit, dan lain-lain.

3. Cara Pengelolaan Makanan Bayi


Pengolahan bahan makanan untuk bayi disesuaikan dengan umurnya. Ini
dikarenakan setiap bayi dalam masa perkembangan kemampuan sistem pencernaanya
berbeda-beda. Berikut pengelolaan bahan makanan berdasarkan umur:
a. Pemberian Makanan Bayi Umur 6-9 Bulan
1) Penyerapan vitamin A dan zat gizi lain pemberian ASI diteruskan.
2) Pada umur 6 bulan alat cerna sudah lebih berfungsi oleh karena itu bayi
mulai diperkenalkan dengan MP-ASI 2 kali sehari.
3) Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi
sedikit dengan sumber lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/ margarin.

Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, memberikan rasa
enak juga mempertinggi yang larut dalam lemak.
b. Pemberian Makanan Bayi Umur 9-12 bulan
1) Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga
secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara
berangsur, mendekati makanan keluarga.
2) Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang
bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah. Usahakan agar makanan
selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.
3) Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan.
Campurkanlah ke dalam makanan lembik berbagai lauk pauk dan sayuran
secara berganti-ganti. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini akan
berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari.
c. Pemberian Makanan Anak Umur 12-24 bulan
1) Pemberian ASI diteruskan
2) Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari
dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Selain itu
tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
3) Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan
makanan, misalnya nasi dapat diganti dengan tahu, tempe, kacang ijo, telur,
atau ikan. Bayam dapat diganti dengan daun kangkung, wortel, tomat. Bubur
susu dapat diganti dengan bubur kacang ijo, bubur sumsum, biskuit.
4) Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurang
frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makanan pada Bayi
Faktor yang mempengaruhi pemberian makanan dapat dikelompok menjadi 3
bagian yaitu:
a. Faktor Heredokonstitunionil
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa
embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifesta hasil perbedaan
antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai
peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulny kelainan familial,
kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dari dwarfism adalah akibat transmisi gen
yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena
konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan
genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang
diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disanksikan lagi mempunyai
peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak

dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa
hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan
lingkungan. Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan
temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan
hereditas:
1)
2)
3)
4)

Jenis kelamin
Ras atau Bangsa
Keluarga
Umur

b. Faktor Lingkungan Faktor Prenatal


1) Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain).
2) Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma,
oligohidramnion).
3) Toksin kimia (propiltiourasil, aminoprotein, obat kontrasepsi dan lainlain)
4) Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering
menunjukkan kelainan berupa makrosinoma, kardiomegali, dan
hiperplasia adrenal.
5) Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain)
6) Infeksi (trimester I) : rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II
dan berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain.
7) Imunitas (eritroblastosis fetalis, kern ikterus)
8) Anoksia embrio(gangguan fungsi plasenta)
c.
1)
2)
3)
4)
5)

Fakor Pascanatal
Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif)
Penyakit kronis dan kelainan kongenital
Keadaan sosial-ekonomi
Musim
Dan faktor lainnya yang ikut berpengaruh.

5. Pengaruh Status Gizi terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi


Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Gizi didalamnya memiliki keterkaitan yang erat hubungannya
dengan kesehatan dan kecerdasaan. Apabila seorang anak terkena defisiensi gizi
maka kemungkinan besar sekali anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat
berpengaruh terhadap nafsu makan, kehilangan bahan makanan misalnya melalui
diare dan muntah-muntah, serta metabolisme makanan pada anak. Selain itu juga
dapat diketahui bahwa infeksi menggambarkan reaksi imunologis ang normal
dengan menghabiskan sumber-sumber energi tubuh.

Penyakit kwashiorkor dan marasmus sering ditemukan dalam taraf yang


berbeda-beda. Penyakit ini menyebabkan penderita kehilangan bahan makanan,
penghancuran jaringan tubuh semakin meningkat, karena dipakai untuk
pembentukan protein atau enzim-enzim yang diperlukan dalam usaha pertahanan
tubuh. Ini akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya. Selain itu yang lebih parahnya lagi, kuman-kuman yang tidak
berbahaya pada anak dengan gizi normal akan bisa menyebabkan kematian bagi
anak dengan gizi buruk. Gejala merupakan gejala penyakit yang penting dan dapat
disebabkan oleh banyak faktor, seperti lapar, kebanyakan makan, salah makan dan
lain-lain. Gejala penyakit ini dapat berbahaya dan menyebabkan kematian pada
penderita dengan gizi buruk.
2.3.
Kebutuhan Gizi pada Balita
1. Prinsip Gizi pada Balita
Secara harfiah, balita atau anak dibawah lima tahun adalah anak usia
kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk
dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia
dibawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan
yang membedakannya. Anak usia 1-5 tahun dikatakan anak yang sudah lepas
menyusu samapai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus
disesuaikan dengan keadaannya.
Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih
dari 1-3 tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari 3-5 tahun
yang dikenal dengan usia prasekolah. Balita sering disebut konsumen pasif,
sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif, yaitu mereka
sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Anak dibawah 5 tahun
merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat namun
kelompok ini merupakan kelompok tersering yang menderita kekurangan gizi.
Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil muda
dapat berpengaruh pertumbuhan semasa balita. Bila gizi buruk maka
perkembangan otaknya pun kurang dan itu akan berpengaruh pada kehidupannya
di usia sekolah dan prasekolah.
2. Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk


memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat(KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibanding dengan orang
dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhan masih sangat besar.
Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar dari pada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktasi seiring dengan
bertambahnya usia.
Untuk pertumbuhan dan perkembangan, balita memerlukan enam zat
utama, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi
tersebut dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Agar balita
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, makan makanan yang dimakannya
tidak boleh hanya sekedar mengenyangkan perut saja. Makanan yang dikonsumsi
balita seharusnya:
1) Beragam jenisnya.
2) Jumlah atau porsinya cukup(tidak kurang atau tidak berlebihan).
3) Higienis dan aman(bersih dari kotoran dan bibit penyakit serta tidak
mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan).
4) Makan dilakukan secara teratur.
5) Makan dilakukan dengan cara yang baik.
Keenam zat gizi utama yang digunakan oleh anak untuk:
1) Menghasilkan tenaga yang digunakan oleh anak untuk melakukan
berbagai kegiatan, seperti belajar, berolahraga, bermain, dan beraktivtas
lain(disebut zat tenaga). Zat makanan yang merupakan sumber tenaga
adalah karbohidrat dan lemak. Makanan yang banyak mengandung
karbohidrat adalah: beras, jagung, singkong, ubi jalar, kentang, talas,

gandum, dan sagu. Makanan yang banyak mengandung lemak adalah


lemak hewan(gajih), mentega, minyak goreng, kelapa, dan keju.
2) Membangun jaringan tubuh dan menggantikan jaringan

tubuh

aus/rusak(zat pembangun). Zat makanan yang merupakan zat pembangun


adalah protein. Makanan yang banyak mengandung protein yaitu tahu,
tempe oncom, kacang-kacangan, telur, daging, ikan, udang dan kerang.
3) Mengatur kegiatan-kegiatan yang terjadi didalam tubuh(zat pengatur). Zat
makanan yang merupakan zat pengatur adalah vitamin, mineral, dan air.
Makanan yang mengandung vitamin, mineral, dan air adalah sayursayuran dan buah-buahan.
Kebutuhan tubuh balita akan keenam macam gizi untuk melakukan tiga
fungsi tersebut tidak bisa dipenuhi hanya dari satu macam makanan saja karena
tidak ada satu pun makanan dari alam yang mempunyai kandungan gizi yang
mempunyai kandungan gizi legnkap. Jika makanan anak beragam, maka zat gizi
yang tidak terkandung atau kurang dalam satu jenis makanan akan dilengkapi oleh
zat gizi yang berasal dari makanan jenis lain. Agar makanan yang dimakan anak
beraneka ragam, maka kita harus selalu ingat bahwa makanan yang dimakan anak
harus mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Ketiga zat ini
dapat dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Balita
Beberapa ahli mengemukakan ada faktor-faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak, yatu faktor genetik dan lingkungan (prenatal dan
postnatal). Faktor prenatal atau faktor sebelum lahir terdiri dari gizi ibu pada
waktu hamil, mekanis, toksin,/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, imunitas, dan
anoksia embrio. Faktor postnatal atau faktor setelah lahir terdiri dari:
a) Lingkungan biologis yaitu ras, jenis kelamin, umur, gizi, kesehatan, fungsi
metabolisme, dan hormon.
b) Lingkungan fisik yaitu cuaca, sanitasai, keadaan, rumah, radiasi.
c) Psikososial yaitu stimulasi, motivasi, stress, kualitas interaksi anak dan
orangtua.
d) Faktor keluarga dan adat istiadat yaitu pendapatan keluarag, pendidikan,
jumlah saudara, norma, agama, dan urbanisasi.

Menurut UNICEF(1999), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang


anak terdiri dari sebab langsung, sebab tidak langsung, dan penyebab dasar. Sebab
langsung meliputi kecukupan pangan dan keadaan kesehatan. Sebab tidak
langsung meliputi ketahanan pangan keluarga, pola asuh anak, pemanfaatan
pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, dengan penyebab dasar struktur
ekonomi.
Ada 10 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yaitu:
1) Genetik
2) Saraf
3) Hormon
4) Gizi
5) Kecenderungan sekuler
6) Status sosial ekonmi
7) Cuaca dan iklim
8) Tingkat aktivitas
9) Penyakit
10) Cacat lahir
4. Pengaruh Status Gizi pada Balita
Status gizi pada masa balita perlu mendapatkan perhatian yang serius dari
orangtua, karena kekurangan gizi pada masa ini akan menyebabkan kerusakan
yang irreversibel(tidak dapat dipulihkan). Ukuran tubuh yang pendek merupakan
salah satu indikator kekurangan gizi yang berkepanjangan pada balita.
Kekurangan gizi yang lebih fatal akan berdampak pada perkembangan otak. Fase
perkembangan otak pesat pada usia 30 minggu-18 bulan. Status gizi balita dapat
diketahui dengan cara mencocokan umur anak dengan berat badan, tinggi badan,
dan lingkar kepala. Lingkar kepala digunakan untuk memberikan gambaran
tentang perkembangan otak. Kurang gizi ini akan berpengaruh pada kesempatan
fisik dan mental anak.
5. Menu Seimbang untuk Balita dan Pengolaan Gizi Balita
Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat.
Pada masa ini otak balita telah siap menghadapi berbagai stimulasi seperti belajar
berjalan dan berbicara dengan lancar. Balita memiliki kebutuhan gizi yang
berbeda dari orang dewasa. Balita membutuhkan lebih banyak lemak dan lebih
sedikit serat. Menu seimbang untuk balita yaitu:
a) Gula & Garam
Konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang
dewasa sehari atau kurang dari 1 gram.

b) Porsi Makan
Porsi makan anak balita juga berbeda dengan orang dewasa. Mereka
membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah
lebih kecl namun sering.
c) Kebutuhan Energi dan Nutrisi
Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta
vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi balita setiap hari.
d) Susu Pertumbuhan
Sedikitnya balita butuh 350ml atau 12 oz per hari. Susu pertumbuhan
merupakan susu lengkap gizi yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
anak usai 12 bulan keatas.
Dan yang paling pokok dan wajib dari semuanya adalah karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Hal ini untuk keseimbangan gizi dari
balita dan berdampak untuk tumbuh kembang balita tersebut.
Adapun makanan yang harus diberi perhatian lebih untuk dhindari dari
makanan yang akan dikonsumsi anak, diantaranya:
1. Makanan yang terlalu berminyak, junk food,

dan makanan yang

berpengawet. Gunakan bahan makanan yang segar untuk menu makan


keluarga terutama untuk balita.
2. Penggunaan garam bila memang diperlukan sebaiknya digunakan garam
dalam jumlah sedkit. Dan pilihlah garam yang beryodium baik untuk
kesehatan. Bila membeli makanan dalam kemasan, perhatikan juga
kandungan garamnya.
3. Aneka jajanan dipinggir jalan yang tidak terjamin kebersihan dan
kandungan gizinya. Ibu bisa membuat jajanan sendiri balita.
4. Konsumsi telur dan kerang seringkali menimbulkan alergi bahkan
keracuna bila ibu tidak jeli memilih yang segar dan atau salah
mengelolahnya. Biasakan mengelolah telur sampai matang untuk
menghindari bakteri yang dapat menggangu pencernaan
5. Konsumsi kacang-kacangan juga dapat menjadi pecetus alergi. Sehingga
sebaiknya jangan memberikan kacang bila balita belum terampil
mengunyah karena dapat terdesak.
2.4. PERHITUNGAN BERAT BADAN IDEAL
1. Bayi (0-12 Bln)
a. Penentuan BBI (Berat badan Ideal)
Bila tidak diketahui Berat Badan Lahir :

BBI = (USIA : 2) + 3 S/D 4 kg


Bila diketahui Berat Badan Lahir :
Usia 6 bulan : 2 X BBL
Usia 12 bulan: 3 X BBL
b. Estimasi Kebutuhan Energi dan Zat Gizi total per hari
1) Energi
= 100-120 kalori/ kg BBI
2) Protein
= 10 % X Energi atau= 2,5 3 gr/kg BBI
3) Lemak
= 10- 20 % X Energi
4) KH
= 60- 70 % X Energi
2. Balita
a. Penentuan BBI (Berat badan Ideal)
Usia lebih dari 12 bulan : (usia dalam tahun X 2) + 8 kg
b. Estimasi Kebutuhan Energi dan Zat Gizi total per hari
Energi:
1) 1000 + (100 X usia dalam tahun)
2) Usia 1-3 tahun : 100 kalori/ kg BBI
3) Usia 4-6 tahun : 90 kalori/ kg BBI
Protein = 10 % X Energi atau= 1,5 -2,0 gr/kg BBI
Lemak
= 10- 20 % X Energi
KH
= 60- 70 % X Energi
Cara menggunakannya dicontoh sebagai berikut : anak balita usia 14 bulan,
sebelum usia balita ini dimasukan rumus terlebih dahulu usia 14 bulan diuraikan
menjadi tahun dan bulan yaitu 1 tahun 2 bulan dimana 1 tahun adalah 12 bulan.
Karena n adalah usia dalam tahun dan bulan maka 1 tahun 2 bulan ditulis dengan
1,2 ( dibaca 1 tahun 2 bulan). Selanjutnya baru dimasukan kedalam rumus yaitu:
(Usia anak dalam tahun*28)+
(2 x 1,2) + 8 = 2,4 + 8 = 10,4
Jadi hasilnya Berat Badan Ideal untuk anak balita usia 14 bulan adalah 10,4 kg.
Untuk Berat badan ideal bayi usia 1-12 bulan dapat menggunakan rumus
sebagai berikut:
1) Untuk usia 1-6 bulan dapat menggunakan rumus :
BBL(gr) +(usia x 600 gram)
2) Untuk usia 7-12 bulan dapat menggunakan rumus
BBL (gr) + (usia x 500 gram )
(usia/2) +3
Dimana : BBL adalah Berat Badan Lahir Usia dinyatakan dalam bulan

2.5. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK BAYI DAN


BALITA
Kebutuhan protein per hari (per kg BB)
Usia

Berat badan

Tinggi badan (cm)

Protein (gr)

0-6 bulan

(kg)
6

60

10

7-12 bulan

8,5

71

18

1-3 tahun

12

90

25

4-5 tahun

18

110

39

Table 1.
1. Kebutuhan
Kebutuhan protein
protein per
per hari
hari (per
(per kg
kg BB)
BB)
Table
Kecukupan gizi yang dianjurkan (menurut data Departemen kesehatan

RI,1968). Dalam daftar tersebut tersebut kebutuhan akan vitamin D tidak


dicantumkan, akan tetapi Nelson (1969) mengemukakan angka 400 untuk semua
umur.
Gol

Ca

Fe

Vit.A

Tiamin

Riboflavin

Niasin

Vit.C

Vit

Umur

(g)

(g)

sebagai

(mg)

(mg)

(mg)

(mg)

Bayi

0,6

Karotin

(mg

(mg)

1200

0,4

0,5

25

6-12bln
Balita
1-3 thn
4-5 thn

(40
0)

0,5

1500

0,5

0,7

30

0,5

10

1800

0,6

0,9

40

0,5

10

2400

0,8

1,0

13

50

Table 2. kebutuhan akan zat nutrisi.


Kebutuhan energi rata-rata dari bayi.

Umur

Kebutuhan energi (Kal/kgBB/hari)


FAO (1971)

3 bulan

120

3-5 bulan

115

6-8 bulan

110

9-11 bulan

105

Rata-rata selama masa bayi

112

Nelson (1969)

110(100-120)

Kebutuhan energi Balita diatas 1 tahun.


Umur Anak

Kebutuhan energi (Kal/kgBB/hari)


FAO (1971)

Nelson (1969)

112
101
91

110
100
90

1
1-3
4-5

Table 4. Keb. Energy Balita


Pemenuhan gizi pada setiap balita merupakan suatu keharusan karena hal
ini sangat berpengaruh pada
masa
depanEnergy
si buahRata-Rata
hati, terutama pada 5 tahun
Table
3. Keb.
pertama, karena apa yang terjadi selama 5 tahun pertama tersebut sangat
menentukan tahun demi tahun pertumbuhan dan perkembangannya. Hal inilah
yang seharusnya mendasari setiap orang tua untuk berusaha agar gizi balitanya
terpenuhi semaksimal mungkin.

BAB III
PENUTUP
3.1.

KESIMPULAN
Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan. Pemenuhan kebutuhan akan gizi harus terpenuhi karena gizi ini
dapat menunjang tumbuh kembang organ tubuh manusia. Maka dari itu sangat di

perhatikan untuk pemenuhan gizi. Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang
diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Pemenuhan gizi
berbeda-beda sesuai faktor usia, tumbuh kembang, fisik ataupun yang lainnya.
Hal inilah yang seharusnya mendasari setiap orang tua untuk berusaha agar gizi
balitanya terpenuhi semaksimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Proverawati, Atikah dan Erna Kusumawati. 2001. Ilmu Gizi untuk Keperawatan
& Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Maha Medika.

Anda mungkin juga menyukai