PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara
lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris.Suhu tubuh kita sering kali berubahubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan mekanismenya,dikarenakan hal tersebut
dalam makalah ini kami akan membahas tentang mekanisme perubahan suhu tubuh.
1.2.
Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.3.
Tujuan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang mekanisme perubahan
suhu tubuh.
2. Dapat mengetahui tentang asal panas suhu tubuh manusia, system pengaturan
suhu tubuh,reseptor suhu, penjalaran sinyal suhu tubuh pada system saraf.
3. Mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi suhu tubuh serta gangguan suhu
suhu tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Termoregulasi Suhu Tubuh
mantap akan dirasakan bila suhu berada di atas 36C dan rasa dingin dirasakan pada
suhu 17C.
2. Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik )
Pada pengindraan suhu kulit yang berubah tiga parameter tertentu. Suhu awal
kulit, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar tehadap rangsangan
suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat tinggi sedangkan untuk rasa
dingin rendah. Bila suhu meninkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa
dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh terhadap timbulnya rasa
panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh pada rasa
timbulnya panas/dingin.
3. Titik rasa dingin dan panas
Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan dingin
dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih
rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak
dibandingkan dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling peka terhadap
rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.
2.2. Asal Panas Pada Tubuh Manusia
Pembentukan panas (heatproduction) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat
metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.
3. Termogenesis menggigil (shiveringthermogenesis);
4. Termogenesistak-menggigil (non-shiveringthermogenesis) Hal ini terjadi pada
bayi baru lahir
Sumber energi pembentukan panas ini ialah brownfat. Pada bayi baru lahir, brownfat
ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak biasa,
ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria, banyak dipersarafi saraf
simpatis, dan kaya dengan suplai darah. Stimulasi saraf simpatis oleh suhu dingin akan
meningkatkan
konsentrasi
mengativasifosforilasioksidatif
cAMP
di
di
sel
mitokondria
brownfat,
melalui
yang
kemudian
lipolisis.
Hasil
akan
dari
fosforilasioksidatif ialah terbentuknya panas yang kemudian akan dibawa dengan cepat
oleh vena yang juga banyak terdapat di sel brownfat. Brown fat ini merupakan sumber
utama diet-inducedthermogenesis.
Pengeluaran panas (heatloss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung
secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui pertukaran panas secara
radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Radiasi ialah emisi energi panas dari
permukaan tubuh dalam bentuk gelombang elektromagnetik melalui suatu ruang.
Konduksi ialah perpindahan panas antara obyek yang berbeda suhunya melalui kontak
langsung obyek tersebut. Konveksi ialah perpindahan panas melalui aliran udara/ air.
Evaporasi ialah perpindahan panas melalui ekskresi air dari permukaan kulit dan saluran
pernapasan saat bernapas.
2.3 Fisiologi Terkait Dengan Mekanisme Pengaturan Suhu
Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah
hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA)
berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat.
Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas,
menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas,
meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresiepinephrine dan norepinephrine
serta meningkatkan basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti,
maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui
mekanisme feedback negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal
(Tortora, 2000). Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf
ke area preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory
hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropinreleasing hormon) sebagai
tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH, yang
sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan
TSH (Thyroidstimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian
mengaktifkan beberapa organ efektor.
Berbagai organ fektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk
mencapai nilai normal, diantaranya adalah :
1.
Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang
menyebabkan
pembuluh
darah
kulit
akan
mengalami
vasokonstriksi.
produksi panas.
Impuls syaraf di nervussimpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang
pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya,
menghasilkan peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi
3.
panas.
Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot
dan memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulangulang yang disebut menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh
4.
ke area preoptic, dimana sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat
pusat peningkatan panas. Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi
pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke
lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume aliran
darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang
bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu
darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpatishipotalamik.
Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih dingin. Respon ini
melawan efek penghasil panas dan membantu mengembalikan suhu tubuh kembali
normal. Skema mekanisme feedback negatif menghemat atau meningkatkan produksi
panas menurun.
2.4 Macam macam suhu tubuh
Macam-macam suhu tubuh menurut (TamsuriAnas 2007) :
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu
suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan
rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37C). selain itu,
ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan
subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20C sampai 40C.
2.5 Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal,
hipertermi, hipotermi, dan febris.
Suhu dapat di bagi, antara lain:
1. Suhu inti (coretemperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ
dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37C.
2. Suhu kulit (shelltemperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh,
jaringan subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu
lingkungan.
3. Suhu tubuh rata-rata (meanbodytemperature) merupakan suhu rata-rata
gabungan suhu inti dan suhu kulit.
Pengukuran suhu tubuh
Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu tubuh:
1. The mercury-in-glassthermometer
2. The electrical digital readingthermometer
3. A radiometerattachedtoanauriscope-likehead (untuk pengukuran suhu timfani)
2.6 Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus
posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang
kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke
kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang
melewati batas kritis, yaitu 37C. pengeluaran keringat menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh
sebesar 1C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak
sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal
10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh
ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat
dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui
jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan
pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat.
Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari
epinefrin dan norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan
menggigil dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
b. Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus
posterior.Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektorpili yang melekat pada
folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada
binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas
terhadap lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme
menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan
sekresi tiroksin.
3. Mekanisme Pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak.
Fungsi hipotalamus adalah seperti termostart. Suhu yang nyaman merupakan set point
untuk operasi system pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan
pemanas, sedangkan peningkatan suhu akan mematikan system pemanas tersebut.
Pada umumnya penjalaran sinyal suhu hampir selalu sejajar, namun tidak persis sama
seperti sinyal nyeri. Sewaktu memasuki medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam
traktus lissaueri sebanyak beberapa segmen diatas atau dibawah dan selanjutnya akan
berakhir terutama pada lamina I, II, III radiks dorsalis sama seperti untuk rasa nyeri.
Sesudah ada percabangan satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis maka sinyal
akan menjalarkan keserabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik
anterolateral sesi berlawanan dan akan berakhir di (1) area reticular batang otak dan
(2) kompleks vetro basal thalamus. Setelah dari thalamus sinyal di hantarkan ke
hipotalamus. Dihipotalamus mengandung dua pusat pengaturan suhu. Hipotalamus
bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan
vasodilatasi dan karenanya panas menguap. Sedangkan hipotalamus bagian posterior
berespon terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan vasokontriksi dan
mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut.
2.7 Reseptor Suhu
Setimulus
dapat
datang
dari
lingkungan
luar
salinitas,
suhu
udara,
10
11
40,5C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda
vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45C, takikardia dan
hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena
sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut, klien
menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjai kerusakan neurologis yang permanen
kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.
5. Hipotermia
Pengeluaran
panas
akibat
paparan
terus-menerus
terhadap
dingin
SUHU(DERAJAT CELCIUS)
37,5C
37,5C
37,7C
37,2C
37,0C
12
7 Tahun
9 Tahun
11 Tahun
13 Tahun
Dewasa
>70 Tahun
36,8C
36,7C
36,7C
36,6C
36,4C
36,0C
Misal
masalah
metabolisme
karena
kanker
atau
2. Diagnosa Keperawatan
1) resiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan :
Pakaian tidak sesuai
Cidera sistem saraf pusat
Paparan terhadap lingkungan ( panas dingin)
Kerusakan sistem termoregulasi
1) Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan :
Imaturitas
Perubahan fisiologis
Penuaan
Cedera sistem saraf pusat
Suhu lingkungan
2) hipotermia yang berhubungan dengan :
Penurunan kecepatan metabolik
Pakaian tidak adekuat
Paparan terhadap lingkungan dingin
Ketidakmampuan untuk menggigil
Konsumsi obat atau alkohol
Inaktifitas
14
Penuaan
3) hipertermia yang berhubungan dengan :
Peningkatan laju metabolik
Pakaian tidak sesuai
Paparan terhadap lingkungan panas atau dingin
Tidak dapat berkeringat
Medikasi
Aktifitas berat dan banyak
Proses infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri
3. Intervensi
1) Pendidikan kesehatan pada klien tentang penyebab, cara mengatasi, dan mencegah
gangguan termoregulasi
2) Penatalaksanaan pasien panas
Selama menggigil :
Untuk meningkatkan rasa nyaman, pasien dapat diberikan selimut atau pakaian
ekstra
15
Batasi aktifitas
16
batasi aktifitas
4. Implementasi
1) memberikan pendidikan kesehatan pada klien tentang penyebab, cara mengatasi,
dan mencegah gangguan termoregulasi
2) penatalaksanaan pasien panas
selama menggigil :
memberikan selimut atau pakaian ekstra
memberikan intake cairan yang adekuat
mengobservasi tanda tanda vital
Selama terjadi peningkatan suhu :
membatasi aktifitas
17
5. Evaluasi
Data Subjektif :
pasien mengemukakan derajat temperatur tubuhnya normal
pasien mengekspresikan perasaan nyaman dan tidak menggigil
pasien mengatakan sudah tidak menggunakan alat bantu yang dia gunakan bila
kedinginan (misal : sweater atau selimut)
pasien dapat mengemukakan faktor resiko terjadinya hipertensi atau hipotermi
sudah tidak dirasakan lagi.
Data Objektif :
kondisi nampak normal pada permukaan kulit baik warna, kelembaban, secara
lokal atau sistemik.
tingkat kesadaran pasien berada pada composmentis
berat badan sesuai dengan bb idealnya
status hidrasi dan nutrisi baik dan normal
Pola demam :
Terus menerus : tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 1oC 2oC.
Intermiten : demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu
kembali normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.
Remiten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode
demam dan normotemia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara
lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Pengeluaran panas (heat loss) dari
tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh
dapat Kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi,
dan evaporasi air. Alat penerima rangsang disebut reseptor,sedangkan alat penghasil
tanggapan disebut efektor. Suhu tubuh dipengaruhi oleh exercize, hormone, system
saraf, asupan makanan, gender iklim (lingkungan), usia, aktivitas otot, stress.
3.2 Saran
Sebaiknya kita selalu menerapkan cara hidup sehat,agar tubuh kita selalu sehat
dan tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari,agar suhu tubuh selalu dalam keadaan
normal dan dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Supatmi, Yulia. (2008). Panduan Praktek Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia.
Yogyakarta: PT Citra Aji parama
19
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/thermoregulation.pdf
20