Kunci:
Prolaps
organ
panggul,
anatomi,
gejala,
pemeriksaan
fisik,
manajemen
PENDAHULUAN
Prolapse Organ Panggul (POP) merupakan salah satu penyakit yang sering
dialami oleh banyak wanita dewasa sekarang. POP didefinisikan sebagai
penurunan abnormal atau herniasi dari organorgan panggul dari tempat
melekat atau posisi normalnya di dalam rongga panggul. Organ-organ
panggul yang dapat terlibat meliputi uterus (uterine prolaps) atau ujung
vagina (apical vaginal prolaps), vagina anterior (cystocele), atau vagina
posterior (rectocele).
Penelitian epidemiologi tentang insiden dan prevalensi POP jarang dilakukan,
walaupun penyakit ini termasuk indikasi operasi ginekologi yang paling
sering dikerjakan. Kebanyakan data didapat dari daftar registrasi operasi.
Pada tahun 1997, lebih dari 225.000 pasien dengan POP menjalani prosedur
operasi di Amerika Serikat dan diperkirakan menghabiskan biaya lebih dari 1
miliar dolar Amerika. Di Inggris, sekitar 20% wanita terdaftar dalam jadwal
operasi ginekologi mayor karena mengalami POP. POP juga merupakan
indikasi histerektomi pada wanita postmenopause dan jumlahnya mencapai
15-18% di setiap kelompok umur. Di Womens Health Initiative, 41% wanita
usia 50-79 tahun mengalami POP, diantaranya 34% mengalami cystocele,
19% mengalami rectocele dan 14% mengalami uterine prolaps. Pada sebuah
penelitian multisenter dengan 1.006 wanita
usia
struktur-struktur
panggul.
Banyak
wanita
teridentifikasi
vertebra
ini
bergabung
melalui
artikulasi
simfisial
(sendi
Otot levator ani melekat pada tulang panggul di anterior dan posterior, di
bagian lateral otot ini melekat pada arcus tendineus musculi levatoris ani
yang terdapat pada otot obturator interna dibagian sisi panggul. Levator ani
akan bersatu di tengah pada bagian posterior dan bergabung dengan
ligamen anokoksigeus membentuk levator plate. Pemisahan otot levator ani
di anterior disebut dengan levator hiatus. Pada bagian inferior levator hiatus
diliputi/dikelilingi diafragma urogenital. Uretra, vagina dan rektum berjalan
melalui levator hiatus dan diafragma urogenital saat keluar dari panggul.
Jaringan penyambung di dasar panggul yang disebut fasia endopelvis
merupakan sekumpulan serat-serat kolagen dan elastin yang tersusun rapi.
Fasia panggul yang
padat disebut
Sebelah luar otot-otot terdapat fasia (jaringan ikat) yang akan berkurang
elastisitasnya pada perempuan lanjut usia. Disebelah depan dinding vagina
bagian bawah terdapat uretra sepanjang 2,5 4 cm. Bagian atas vagina
berbatasan dengan kandung kemih sampai ke forniks vagina anterior.
Dinding belakang vagina lebih panjang dan membentuk forniks posterior.
Disamping kedua forniks itu dikenal pula forniks lateralis sinistra dan dekstra.
Uterus
Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah pir
yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7 7,5 cm, lebar di
tempat yang paling lebar ada;ah 5,25 cm dan tebal 2,5 cm. uterus terdiri
atas
fundus
uteri,
korpus
uteri
dan
serviks
uteri.
Rektum
Rektum berjalan melengkung sesuai dengan lengkungan os sakrum, dari
atas ke anis. Antara rektum dan anus terbentuk ekskavasio rektouterina,
dikenala sebagao kavum Douglasi, yang diliputi oleh peritoneka viseral.
Anus diitutupi oleh muskulus sfingter ani eksternus, diperkuat oleh muskulus
bulbokavernosis, muskulus levator ani dan jaringan ikat perineum.
tetap
memanjangm
meiliki
episiotomi,
kontroversi,
leserasi
seperti
spincter
makrosmomia,
ani,
analgesik
fase
II
epidural,
sering
mengangkat
beban
berat.
Angka
kejadian
obesitas
dan
yang amsih belum jelas. Beberapa ahli berpendapat bahwa komponen kimia
dalam rokok lebih berperan dalam angka kejadian prolapsus organ panggul
dibanding batuk kornik.
Penuaan
Hipoestrogen
KLASIFIKASI
Berdasarkan kerusakan anatomi
Prolaps adalah perpindahan ke bawah salah satu organ panggul dari lokasi
normal yang menghasilkan tonjolan pada dinding vagina. Turunnya organ
panggul ini dikenal dengan istilah sebagai berikut :
Sistokel
Prolpas kandung kemih dari posisi normal berupa penonjolan ke dalam
vagina.
Sistouretrokel
Proplas kandung kemih yang mengikutsertakan prolpas uretra.
Prolapsus uterus
Turunnya uterus dari posisi normalnya ke dalam vagina.
Derajad I
: uterus turun dengan serviks uteri turun paling
rendah sampai introitus vagina
Derajad II
: sebagian besar uterus keluar dari vagina
Derajad III
: uterus keluar seluruhnya dari vagina, disertai
vagina
Rektokel
Prolapsus rektum berupa penonjolan rektum ke dalam vagina.
sistem
skoring
POPQ
(Pelvic
Organ
Prolapse
Quantification)
The International Continence Society (ICS) mengajukan sistem POP-Q
sebagai sistem skoring prolpas terstandarisasi untuk menilai derajat prolpas
dengan lebih objektif. Sistem ini mempunyai derajad keterulangan yang baik.
Derajad O
Derajad 1
himen
Derajad 2
himen
Derajad 3
PATOFISIOLOGI POP
Penyokong utama viseral panggul terdiri atas kompleks otot levator ani dan
jaringan ikat pelekat organ-organ panggul (fasia endopelvic). Kerusakan atau
disfungsi dari satu atau kedua komponen ini dapat menyebabkan terjadinya
POP. Kompleks otot levator ani berkontraksi dengan kuat saat istirahat dan
menutupi hiatus genitalis serta memberikan dasar yang stabil untuk viseral
panggul. Penurunan tonus otot levator ani yang disebabkan oleh denervasi
atau kerusakan otot secara langsung menimbulkan pembukaan hiatus
genitalis, kelemahan levator plate dan pembentukan konfigurasi seperti
mangkok. Defek yang nyata pada daerah puboviceral dan iliococcygeal dari
kompleks otot levator ani sesudah melahirkan pervaginam terjadi pada 20%
terjadi.
Hal
ini
membuktikan
bahwa
melahirkan
pervaginam
berkontribusi untuk terjadinya POP melalui cedera pada otot levator ani.
Cedera neuropati dari otot levator ani juga dapat disebabkan oleh
melahirkan
pervaginam. Wanita
berlebihan
dapat
menyebabkan
cedera
peregangan
saraf
normalnya
sehingga
memungkinkan
pergerakan visceral
untuk
fascia pelvis. Level III, hasil penggabungan bagian distal vagina dan srtuktursturktur yang berdekatan. Kerusakan
Perlekatan
jaringan
ini
berupa
fascia
puboservikalis(lateral-
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis POP bervariasi dan tidak mempunyai hubungan dengan tandatanda fisik yang ditemukan pada pemeriksaan fisik tetapi lebih mempunyai
hubungan dengan derajad penarikan pada ligamentun-ligamentum organ
panggul.
Vagina
Dua gejala paling umum terkait dengan prolaps adalah sensasi tonjolan
vagina atau perineum dan sensasi tekanan panggul. Wanita dengan gejalagejala ini sering mengeluh merasa adanya bola di vagina, duduk diatas berat
badan, atau merasa adanya gesekan tonjolan pada pakaian. Gejala ini
tampaknya memburuk dengan perkembangan prolaps.
Traktus Urinarius
Pasien dengan POP sering memiliki masalah pada traktus urinarius termasuk
stress urinary incontinence
tersebut
mungkin
tidak
terkait
dengan
prolaps
tersebut
dan
inkontinensia
ani,
maka
sphincteroplasty
dapat
sebagai
dilakukan
dapat
membedakan
prolaps
vagina
posterior,
prolaps
apikal
tinggi
tempat
di
vagina.
Padasaat
menggunakan
POP-QS,
dokter
otot
panggul
harus
diperiksa
pada
semua
pasien.
Sesudah
sfingter ani harus dinilai saat pemeriksaan rektovagina. Pada saat tonus otot
istirahat sfingter ani normal, pemeriksa akan merasakan cincin otot
mengelilingi jari pemeriksa, sedangkan saat kontraksi volunter, cincin otot
seharusnya menguat secara melingkar. Keabnormalan seharusnya dicatat
seperti tonus otot istirahat rendah, kelemahan atau tidak adanya kontraksi
volunter, defek sfingter ani (biasany pada arah pukul 12 karena cedera
obstetri), hemoroid atau prolaps rektum.
Gambar 9. Kiri (POP derajat 2 melalui inspeksi), Kanan (POP ujung vagina
derajat II dengan
retraksi vagina anterior dan posterior)
Penggunaan Pesarium
Pesarium merupakan standar terapi non-bedah bagi POP. Pesarium dapat
disesuaikan pada setiap pasien yang mengalami POP tanpa memperhatikan
stadium atau tempat predominan terjadinya prolaps. Pesarium digunakan
oleh hampir 75% Urogynecologist sebagai terapi lini pertama untuk prolaps.
Indikasi
Prolpas dalam kehamilan
Prolaps segera setelah melahirkan
Pasien tidak layak secara medis untuk operasi
Pasien menolak tindakan operasi
Jenis-jenis pesarium
Pesarium tersedia dalam berbagai bentuk dan
setelah
pemasangan
pesarium.
Perdarahan
vagina
biasanya
menggunakan lubrikan.
Nyeri penggul, hal ini biasanya mengindikasikan penggunaan ukuran
pesarium yang terlalu besar, sehingga perlu diganti ukuran yang lebih kecil.
Manajemen Operatif
Prosedur obliteratif
Pendekatan obliteratif termasuk Lefort colpocleisis dan complete colpocleisis
lengkap. Prosedur ini melibatkan pelepasan epitel vagina yang luas, menjahit
dinding vagina anterior dan posterior bersama-sama, melenyapkan kubah
vagina, dan menutup vagina. Prosedur obliteratif hanya dilakukan untuk
pasien lanjut usia atau kondisi medis dikompromikan, tidak memiliki
keinginan masa depan untuk kegiatan coital.
Prosedur obliteratif secara teknis lebih mudah, membutuhkan waktu yang
lebih sedikit, dan
prolpas uteri)
Dinding posterior
Enterocele dan rectocele : colporrhaphy
KOMPLIKASI
1. Keratinus mukosa vagina dan porsio uteri
Ini terjadi pada prosidensia uteri, dimana keseluruhan uterus ke luar
dari introitus vagina
2. Dekubitus
Dekubitus dapat terjadi karena uterus yang keluar bergeseran dengan
paha dan pakaian. Kedaan ini dapat menyebabkan perdarahan
sehingga perlu dibedakan dengan penyakit keganasan, khususnya bila
penderita berusia lanjut.
3. Hipertrofi serviks uteri dan elongatio koli
4. Hidroureter dan hidronefrosis
5. Sering dijumpai infeksi saluran kencing dan kemandulan terutama
pada prolaps yang berat
PENCEGAHAN
Ada beberapa interversi klinik yang mempunyai pengaruh kuat terhadap
terjadinya prolapsus genital. Parameter obstetrik yang diperkirakan dapat
menjadi
penyebab
kerusakan
ini
adalah
nulipara,
makrosomia
dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono., Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu kandungan edisi
ketiga. Jakarta: PT bina pustaka sawono prawirohardjo; 2011. h.350-4
2. Cunningham, F. Gary. Williams Obstetrics 23rd Edition. The mcgraw-hill;
2012. p. 1060-98
3. Hamilton, Diana. Lecture Notes : obstetrics and gynecology 2 nd edition.
USA: blackwell;2004. p.285-90
4. Lazarou
G.
2010.
Pelvic
Organ
Prolapse.
http://emedicine.medscape.com/article/276259-overview
5. Moalli PA, Shand SH, Zyczynski HM, Gordy SC, Meyn LA. Remodeling of
vaginal connective tissue in patients with prolapse. Obstet Gynecol.
2005. p.106:95363.
6. Weber AM and Richter HE. Pelvic Organ Prolapse. Obstet Gynecol.
2005. p.106:615-34
7. Zimmerman CW. Pelvic Organ Prolapse: Basic Principles. In: Rock JA
and Jones HW.Te Lindes Operative Gynecology. 10th. New York:
Lippincott Williams & Wilkins;2007. p.854-874.