Log adalah suatu terminologi yang secara original mengacu pada hubungan nilai dengan
kedalaman, yang diambil dari pengamatan kembali (mudlog). Sekarang itu diambil sebagai suatu
pernyataan untuk semua pengukuran kedalam lubang sumur (Mastoadji, 2007)
Tahapan Korelasi Log Sumur (Well Log):
1. Penyamaan Datum (Flatten)
Tahap awal dalam melakukan korelasi suatu unit stratigrafi terlebih dahulu kita harus
menyamakan datum yang akan dipakai (Di-flatten pada satu datum), datum yang dipakai
harus sama antara satu sumur dengan sumur lainnya supaya sumur dapat dikorelasikan.
Datum merupakan suatu kesamaan data yang dimiliki oleh semua sumur yang akan
dikorelasikan,datum tersebut dapat berupa kedalaman (depth) lapisan maupun kesamaan
waktu geologi yang dikontrol oleh dinamika muka air laut (principal of stratigraphic sequence)
dalam hal ini yang biasa dipakai adalah Maximum Flooding Surface (MFS), Unconformity (UC)
/ Sequence Boundary (SB).
Maximum flooding surface dapat teridentifikasi oleh adanya maximum landward onlap
dari lapisan marine pada batas basin dan kenaikan maksimum secara relatif dari sea level
(Armentout, 1991), MFS biasanya ditunjukan oleh adanya akumulasi shale yang melimpah
yang merupakan amplitude dari log pada daerah shale (High gamma ray), akan tetapi pada
kondisi litologi berupa batugamping terumbu (Reef Carbonate) MFS biasanya ditandai oleh
pertumbuhan gamping yang optimal pada saat genang laut sehingga datum yang dipakai
yaitu pada zona reservoir (low gamma ray) yaitu kondisi dimana log gamma ray menunjukan
akumulasi batugamping yang sangat melimpah.
Unconformity merupakan suatu jeda pengendapan (hiatus) yang terjadi pada kondisi
diatas muka air laut (Sub aerial) yang biasanya ditunjukan oleh perubahan drastis dari fining
upward menjadi coarsening upward atau sebaliknya, sebagian ahli menyamakan antara
sequence boundary dengan unconformity, sedangkan pengertian sequence boundary sendiri
merupakan batas atas dan bawah satuan sikuen stratigrafi yang berupa bidang
ketidakselarasan atau bidang-bidang keselarasan padanannya (Sandi Stratigrafi Indonesia,
1996).
2. Korelasi Lapisan Reservoir
Prinsip dari korelasi stratigrafi adalah untuk menyamakan umur suatu lapisan sejenis
dalam satu sumur dengan sumur lainnya, karena dalam hal ini korelasi digunakan untuk
kepentingan eksplorasi minyak dan gas bumi maka korelasi perlu dikombinasikan antara
kronokorelasi (menggunakan prinsip sikuen stratigrafi) dan litokorelasi. Biasanya lapisan yang
dikorelasikan adalah lapisan reservoir baik itu sandstone maupun limestone karena lapisan
inilah yang memungkinkan untuk menyimpan dan mengalirkan hidrokarbon dalam jumlah
yang ekonomis. Untuk mengetahui kesamaan lapisan tersebut kita dapat membaca pola dari
log sumur baik itu log gamma ray, resistivity, neutron, density maupun photoelectric dan juga
bila perlu dikalibrasi dengan data sampel cutting dan side wall core untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat. Lapisan dengan litologi sejenis dan memiliki umur geologi yang sama
diasumsikan akan menghasilkan pola kurva log yang sama ketika dideteksi oleh logging tools
sehingga kesamaan pada masing-masing sumur tersebut dapat ditarik garis korelasi.
ANNISA TRISNIA SASMI (13/349836/PA/15582)
Log density merupakan log yang membaca fungsi dari densitas batuan, prinsip dari log ini
adalah dengan menembakan sinar gamma kedalam formasi, sinar gamma tersebut akan
menendang elektron keluar dan ditangkap oleh detektor dalam logging tools, banyaknya
jumlah elektron yang ditangkap oleh detektor merupakan fungsi dari nilai densitas formasi
(semakin banyak elektron yang ditangkap maka semakin tinggi densitas formasi dan
sebaliknya). Ketika dikombinasikan dengan interval skala yang berlawanan maka log neutron
dan density dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kandungan hidrokarbon yang
ditunjukan oleh adanya cross over (butterfly effect), akan tetapi kita perlu berhati-hati dalam
mengkorelasikan hidrokarbon karena belum tentu lapisan yang sama akan menunjukan
adanya kandungan hidrokarbon yang serupa yang disebabkan oleh hydrocarbon to water
contact. Setelah diidentifikasi kesamaan pada kurva log masing-masing sumur maka kita
dapat menarik garis korelasi pada top formasi untuk sedimen silisiklastik dan pada base
formasi untuk reef carbonate.
3. Kalibrasi Dengan Penampang Seismik (Well Seismic Tie)
Setelah diketahui lapisan-lapisan yang diasumsikan sejenis dan seumur, dalam korelasi
log kita juga perlu mengkalibrasi data tersebut dengan data seismik yang telah di lakukan
picking horizon. Hal yang perlu diingat adalah seimik merupakan fungsi dari waktu (Time)
dan well log adalah fungsi dari kedalaman (depth dalam feet/meter) sehingga kita perlu
mengkonversi terlebih dahulu fungsi dari kedalaman terhadap waktu. Well Seismic
berfungsi untuk melihat sebaran lapisan dan struktur geologi yang mendeformasi lapisan
tersebut sehingga dapat dikoreksi apakah lapisan yang diasumsikan berada pada satu
horizon yang sama pada penampang seimsik atau tidak, apabila ternyata lapisan yang
diasumsikan berbeda horizon atau lapisan terputus maka kita harus mereview kembali hasil