Disusun oleh:
TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu membuat sediaan steril infus Amonium Klorida dengan formula yang tepat
serta dapat mengevaluasi sediaan yang dibuat
AI.
PENDAHULUAN
Pengobatan secara parenteral adalah cara pemberian obat langsung ke dalam cairan
tubuh atau jaringan tubuh. Pengontrolan sediaan parenteral memerlukan persyaratan yang
lebih dari sediaan farmasi yang sudah lazim. Sediaan parenteral yang diberikan secara
penyuntikan intravena, subkutan, dan intramuskular merupakan rute pemberian obat yang
kritis jika dibandingkan dengan pemberian obat secara oral. Salah satu keuntungan
pemberian obat secara parenteral adalah respon fisiologi segera dapat dicapai jika
dipelukan (Goeswin, 2013).
Sediaan yang berisi larutan injeksi dengan volume 100 ml atau lebih dinamakan
sebagai Large Volume Parenteral ( LVP) dan biasa digunakan untuk rute intravena
(Goeswin, 1013). Banyak sediaan yang mempunyai respon fisiologi yang sama namun
berbeda pada onset kerja obatnya. Dalam praktikum ini, dibuat sediaan parenteral volume
besar yaitu infus.
Infus adalah suatu piranti kesehatan yang dalam kondisi tertentu digunakan untuk
menggantikan cairan yang hilang dan menyeimbangkan elektrolit tubuh (Handaya,2010).
Pada kondisi emergency misalnya pada pasien dehidrasi, stres metabolik berat yang
menyebabkan syok hipovolemik, asidosis, gastroenteritis akut, demam berdarah dengue
(DBD), luka bakar, syok hemoragik serta trauma, infus dibutuhkan dengan segera untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang (Handaya, 2010). Infus juga digunakan sebagai
larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus dehidrasi karena
asupan oral tidak memadai, demam, dll.
Sediaan infus ammonium klorida ini dibuat untuk mempermudah pasien
mendapatkan respon fisiologi yang segera atau onset yang cepat ketika menggunakan
sediaan ini. Pemberian amonium klorida menghasilkan diuresis sementara dan asidosis.
Pemberian sediaan injeksi ammonium klorida ini dapat digunakan dalam pengobatan
alkalosis metabolik yang parah dan bekerja dengan cepat karena pemberiannya secara
intravena. Dengan demikian sediaan infus ammonium klorida ini dibuat.
BI.
TINJAUAN PUSTAKA
Amonium klorida menghasilkan diuresis sementara dan asidosis. Ini dapat
digunakan dalam pengobatan alkalosis metabolik yang parah. Setiap g amonium klorida
merupakan 18,69 mmol klorida. Amonium klorida biasanya diberikan sebagai larutan
dengan kadar 1 sampai 2% dengan dilepas lambat melalui infus intravena, dosis tergantung
pada tingkat keparahan alkalosis tersebut. Sebuah larutan pekat dari amonium klorida dapat
diencerkan dengan injeksi natrium klorida (Anonim,2013). Dosis besar amonium klorida
dapat menyebabkan asidosis mendalam dan hipokalemia yang harus ditangani gejalanya.
Ammonium klorida untuk injeksi bekerja dengan cara ion amonium diubah menjadi
urea di hati; anion dengan demikian dibebaskan ke dalam darah dan cairan ekstraseluler
menyebabkan metabolisme asidosis dan menurunkan pH urin, ini diikuti oleh diuresis
sementara.
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang haru terbebas dari kontaminan
viable, sediaan yang bebas dari mikroorganisme hidup, baik bentuk vegetative maupun
spora. Bentuk sediaan parenteral yang berada dipasaran
(Goeswin,2013)
1. Parenteral volume kecil ( SVL)
2. Sediaan parenteral volume besar (LVP)
3. Sediaan parenteral bentuk serbuk untuk di rekonstitusi.
Sediaan parenteral volume besar berisi larutan injeksi 100 ml atau lebih. Larutan volume
besar yang sekarang sering terlihat dipasaran termaksut dalam 2 kategori yaitu, elektrolit
dan non elektrolit. Contoh larutan dengan volume besar adala infus.
Fungsi dan Kegunaan Infus (Ansel,2008)
Terapi Pemeliharaan
Larutan parenteral volume besar digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasien
yang akan memasuki atau pulih dari operasi dan untuk pasien yang tidak sadar dan juga
pasien yang tidak mampu diberikan cairan, elektrolit, dan nutrisi secara oral.
Terapi Pengganti
Larutan parenteral volume besar juga dapat digunakan dalam terapi pengganti bagi
pasien yang menderita kekurangan cairan dan elektrolit seperti diare berat/muntah, mula-
mula dapat diberikan larutan parenteral dalam jumlah yang lebih besar dari yang lazim
kemudian diberikan terapi pengganti.
Kebutuhan Air
Air hilang setiap harinya dalam urin dan feses dan dari kulit serta pernapasan.
Terapi pengganti air untuk orang dewasa, dibutuhkan 70 ml air per kg/hari disamping
kebutuhan air untuk pemeliharaan. Karena pemberian air secara intravena dapat
menyebabkan hemolisis osmotik sel darah merah, dan karena penderita yang menerima air
umumnya memerlukan nutrisi atau elektrolit, maka pemberian air secara parenteral
umumnya sebagai larutan yang mengandung dekstrosa atau elektrolit sehingga larutan
mempunyai tonisitas yang cukup untuk mencegah sel darah merah pecah.
Kebutuhan Elektrolit
Kebutuhan kalium setiap harinya adalah kurang lebih 100 mEq dan kehilangan
kalium setiap harinya kurang lebih 40 mEq, sehingga pada terapi pengganti, harus paling
sedikit dikandung 40 mEq ditambah sejumlah yang dibutuhkan untuk pengganti kehilangan
tambahan. Natrium merupakan kation utama ekstrasel. Kebutuhan Na rata-rata 135-170
mEq (8-10 gr NaCl). Tubuh dapat menahan natrium bila ion ini hilang atau jumlahnya
kurang dalam makanan. Bila terjadi kehilangan natrium, pemberian 3-5 gr NaCl (51-85
mEq) setiap harinya akan mencegah imbangan negatif natrium.
Kebutuhan Kalori
Umumnya penderita yang memerlukan cairan parenteral diberi dekstrosa 5% untuk
memperkecil kekurangan kalori yang biasa terjadi pada penderita yang mengalami terapi
penggantian atau pemeliharaan. Penggunaan dekstrosa juga mengurangi ketosis &
kerusakan protein.
Hiperalimentasi parenteral
Merupakan infus yang mengandung sejumlah besar nutrisi dasar yang cukup untuk
sintesis jaringan aktif dan pertumbuhan. Digunakan pada pemberian larutan protein jangka
panjang lewat intravena yang mengandung dekstrosa kadar tinggi (kurang lebih 20%),
elektrolit, vitamin, dan pada beberapa keadaan mengandung insulin.
FORMULASI
1. Bahan aktif
Zat
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Panas
Terdekomposisi
pada
suhu
338c
(pubchem.ncbi.nim.nih.gov)
pH sediaan
cahaya
hidrolisis/oksidasi
Garam
Larutan
Sterilisasi akhir. Autoklaf 121c, 15 menit, 15 psi
Botol infus bening kaca
2. Natrium Klorida
Pemerian
Serbuk
kristal
putih,tidak
bewarna,rasa
asin,hablur,berbentuk kubus.
Kelarutan
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
pH sediaan injeksi
Kegunaan
hlm 637)
Inkompabilitas
klorida
diasamkan.
Kelarutan
methylparaben
Kelarutan
Stabilitas
Kegunaan
Inkompabilitas
penyimpanan,
pengiriman
dan
penggunaan.
(MSDS)
Depirogenasi
Pembakaran yang cepat adalah mungkin ketika kontak
dengan oksidasi kuat seperti ozon, oksigen cair, klorin, dll
(MSDS)
4. WFI
Pemerian
Kelarutan
766)
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
pH sediaan injeksi
Kegunaan
Inkompabilitas
V.
PENDEKATAN FORMULA
No. Nama Bahan
VI.
Jumlah
Kegunaan
Ammonium klorida
0,49%
Zat aktif
NaCl
0,383%
Pengisotonis
Qs
Adjust pH
WFI
Ad 100%
Pelarut, pembawa
: 612 ml ~ 650 ml
Kadar ammonium klorida untk injeksi : 95% - 105%. Kadar yang di buat 0,45%.
Kadar
Tonisitas
Ammonium klorida
:EXC
: 1,1 x 0,47%
: 0,517% ( Hipitonis)
: 0,383%
Osmolaitas
Ammonium klorida
NaCl
4,7
g
x 1000 x 2
L
53,47
3,83
g
x 1000 x 2
L
58,44
= 175,733 mosmol / L
= 131,074 mosmol /L
PENIMBANGAN
Infus 1 botol @500 ml
Tiap botol dilebihkan 2%
: 612 ml ~ 650 ml
Penimbangan dibuat sebanyak 650 ml berdasarkan pertimbangan
penambahan 2% sediaan infus yang merupakan LVP dengan viskositas rendah
serta penambahan 20% untuk mencegah kehilangan volume selama proses
produksi.
No
1
2
3
4
Nama bahan
Ammonium klorida
NaCL
Carbon aktif
WFI
VIII. STERILISASI
1. Alat
Nama Alat
Cara Sterilisasi
Waktu
Jumlah
Sterilisasi
Kaca arlogi
15 menit
Spatel
15 menit
Beaker glass 50 ml
15 menit
15 menit
15 menit
Batang pengaduk
15 menit
Pipet
15 menit
Corong
15 menit
Erlenmeyer
15 menit
15 menit
15 menit
Gelas ukur 10 ml
Oven 170
1 jam
Gelas ukur 25 ml
Oven 170
1 jam
Oven 170
1 jam
Karet pipet
Alcohol 70%
1 hari
2. Wadah
No.
Nama alat
Jumlah
Botol infus
Tutup aluminium
3. Bahan
No.
NaCL
2,489 g
Carbon aktif
WFI
700 ml
IX.
PROSEDUR PEMBUATAN
RUANG
Grey
(Sterilisasi)
area
PROSEDUR
1. Semua alat dan wadah dicuci bersih, dibilas dengan aquadest dan
dikeringkan
2. Botol infus 500 mL dikalibrasi 510 mL, kemudiann dikeringkan
3. Bagian mulut botol infus, gelas ukur, gelas kimia, erlenmeyer dan
pipet tetes disumbat dengan aluminium foil atau kertas perkamen
4. Gelas ukur (250 ml, 25 mL), Membran filtrasi (0,45 m , 0,22
m ), pipet tetes disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu
selama 60
menit
6. Tutup botol infus dan karet pipet disterilisasi dengan cara desinfeksi
yaitu direndam dalam alkohol 70% selama 24 jam
7. Pembuatan aqua pro injeksi
Aqua bidest dalam gelas kimia 1L disterilisasi dengan autoclave pada
suhu 121
karbon aktif ke dalam aqua pro injeksi panaskan pada suhu 60-70
bahan
Setelah dilakukan penimbangan, bahan dimasukan ke dalam box yang
penimbangan) berada di grey area yang kemudian di tranfer ke ruang white area
White area
1. Bersihkan meja dngan alcohol 70%. Kemudian bagi meja menjadi 3
(grade
baground B)
sterilisasi)
Grey area
(ruang evaluasi)
X.
No
sekunder
Prinsip
Jumlah
Syarat
Hasil
sample
1
Evaluasi
fisika
1
Uji kebocoran
Tissue
dalam Tissue
tertutup
rapih
wadah
tidak dalam
diletakan
secara
boleh
dalam
setelah 5 menit
terbalik
di
wadah
beralaskan
sediaan
pH sediaan
basah,
tidak bocor
5 menit.
Pengukuran
pH 1
mengguakan
pH
tertera
meter
sesuai
dengan pH yang
diinginkan yaitu
Uji kejernihan
Uji
kejenihan 1
4,0 6,0
Sediaan
harus Sediaan
menggunakan
belakang
latar
berwarna
hitam
dibawah
partikel
viable.
Sediaan
disamakan
dengan
larutan
aquadest
Uji kejernihan Uji kejenihan
dan wana
partikel
viable partikult
jika
secara visual
secara
visual
Sediaan
harus Sediaan
warna menggunakan
jernih
latar
dan 1
partikel
belakang
berwarna
putih
dibawah
dilihat
visual
partikel
5
jernih
partikult
jika berwarna
secara diliat secara
visual
partikel
Bahan
berwarna
Uji
menggunakan 1
Sediaan
partikulat
dan
visual
partikulat
Dispesasi
Dispensasi
Dispensasi
Dispensasi
Dispensasi
Dispensasi
putih
melihat
untuk
bebas Sediaan
partikulat
dalam sediaan
Evaluasi
kimia
1
Menggunakan
Identivikasi
spectrum
zat aktif
Penetapan
infra merah
Menggunakan
kadar
kromatografi
Evaluasi
kinerja tinggi
Menguji suhu bahan 1
biologi
dengan
inokulasi
Uji sterilisasi
serapan
cair
teknik
langsung
ada
pertumbuhan
mikroba
meggunakan
mikroba troglikonat
cair
2
dan
soybean
Uji
casein digest
Dlakukan
endotoksin
menggunakan
bakteri
limulus
Dispensasi
Dispensasi
gel fotometri
pirogen Dilihat dari kenaikan 1
Dispensasi
Dipensasi
amecbcyte
Uji
hewania
penyuntikan
XI.
PEMBAHASAN
Dalam praktikum teknologi sediaan steril ini, praktikan membuat sediaan steril
infus intravena dengan bahan aktif ammonium klorida 0,45%. Infus amoniun klorida ini
menghasilkan diuresis sementara dan asidosis. Ini dapat digunakan dalam pengobatan
alkalosis metabolik yang parah dan perlu penanganan secara cepat (Anonim,2013). Infus
merupakan sediaan steril berupa larutan atau emulsi (Britis Pharmacope, 2009).
Bahan aktif yang digunakan adalah bahan aktif yang mudah larut dalam air (Depkes
RI, 2013) bahan yang digunakan merupakan bentuk garamnya dan mudah larut dalam air,
sehingga sediaan infus ini dibuat dalam bentuk larutan. Penggunaan WFI sebagai pelarut
zat aktif. Sediaan
infus
merupakan
bentuk
sediaan parenteral
volume
besar
(Goeswin,2013). Sediaan infus dengan bahan aktif yang tidak larut sempurna dengan air
dapat dibuat dalam bentuk emulsi. Emulsi yang biasa dibuat adalah emulsi m/a dengan air
sebagai fase kontinu. Emulsi pada infus tidak menunjukkan adanya pemisahan fase (Britis
Pharmacope, 2009).
Infus tidak mengandung tambahan berupa pengawet antimikroba
(Britis
adanya pengawet anti mikroba. Pengawet anti mikroba tidak diperbolehkan karena infus
merupakan sediaan yang langsung di injeksikan ke pembulu darah, dikhawatirkan dosis
penggunaannya akan berlebih dan dapat berakibat toksik secara cepat untuk tubuh. Larutan
intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena (Depkes RI, 2013)
dengan demikian, penggunaan pengawet anti mikroba tdak dianjurkan untuk penggunaan
sediaan infus.
Zat aktif yang digunakan adalah zat aktif yang tahan pemanasan. Terdekomposisi
pada suhu 338 c (pubchem.ncbi.nim.nih.gov) sehingga zat aktif tersebut dapat di sterilsasi
akhir. Karena zat tersebut terdekomposisi pada suhu yang cukup tinggi dan sediaan yang
dibuat berupa larutan, sterilisasi akhir menggunakan autoklaf 121c 15 psi selama 15
menit.
Sediaan steril infus intravena yang dibuat oleh praktikan merupakan sediaan yang
bersifat hipotonis. Sediaan infus isotonis setara dengan 0,9% NaCl. Sediaan infus biasanya
dibuat isotonis dengan darah (Britis Pharmacope, 2009), sehingga perlu penambahan
pengisotonis yaitu NaCl. Penggunaan NaCl sebagai pengisotonis karena dengan
penambahan NaCL zat aktif yang digunakan tidak rusak. Sediaan infus juga merupakan
sediaan yang diinginkan memiliki pH yang sesuai dengan pH darah namun dalam keadaan
tersebut diinginkan zat aktif yang tetap stabil. Penambahan adjust pH dianjurkan bila
sediaan yang dinginkan belum memenuhi pH yang diinginkan. Praktkan tidak menggunkan
pengadust pH karena sediaan yang diinginkan telah masuk rentang pH yang diinginkan.
Larutan untuk infus, diperiksa secara visibel pada kondisi yang sesuai adalah jernih
dan praktis bebas partikel-partikel. Dengan demikian praktkan melakukan penyaringan
untuk mendapatkan sediaan yang bebas partikel. Penyaringan dilakukan sebanyak 2 kali
menggunakan membranfilter dengan ukuran yang berbeda. Pertama menggunakan
membrane filter 0,45 m kemudian menggunakan membrane filter 0,22 m. sediaan yang
telah jadipun dilakukan depirogenasi untuk mencegah adanya bakteri atau pirogen. Sediaan
ini di depirogenasi mengguakan karbon aktif selama 15 menit dengan suhu 60-70c
kemudian dilakukan penyaringan. Sedian tersebut bebas partikel dan bebas pirogen.
Zat aktif yang digunakan merupakan zat aktif yang biasa digunakan intuk injeksi
intra
vena.
Kadar
ammonium
klorida
untuk
injeksi
adalah
95%
105%
KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan steril infus adalah sebagai berikut.
No.
1
Keguaan
Zat aktif
NaCL
2,489 g
Pengisotonis
WFI
700 ml
Pelarut, pembawa
Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan infus Amonium Klorida adalah
Autoklaf 121 c, 15 Psi, 15 menit. Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan infus yang
dibuat adalah memenuhi syat uji evaluasi.
XIII.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=270301&val=7115&title=Monitoring%20dan%20Identifikasi%20Gangguan
%20Infus%20Menggunakan%20Mikrokontroler%20AVR 02.41 WIB 4/12/2015
2. https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiJ0
4DBqMPJAhXDjo4KHX1jD80QFggaMAA&url=http%3A%2F
%2Felisa.ugm.ac.id%2Fuser%2Farchive%2Fdownload
%2F24122%2Fa33f52e2912649c349410e562d569438&usg=AFQjCNHrRJDvjaB4
WhHCB6sUDh0gQmFnQ&sig2=2pjtOyk3shjn9TW01aUxgA&bvm=bv.108538919,d.c2E
02.41 WIB 4/12/2015
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
4. Rowe, Raymond C.2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5th ed., London:
Pharmaceutical Press.
5. Sweetman,
S.C.,
2009.Martindale
The
Complete
Drug
Reference
36.
7. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2010. Obat-Obat Penting : Khasiat,
Penggunan, dan Efek Sampingnya Edisi Keenam Cetakan Ke-3. Jakarta : PT.
Gramedia.
Brosur
Ammonium klorida
KOMPOSISI
Setiap 500 ml mengandung :
Amonium Klorida
0,49%
Natrium Klorida
0,383%
Aqua pro injeksi bebas pirogen ad. 500 ml
INDIKASI
Terapi alkalosis
KONTRAINDIKASI
Pasien yang mengalami asidosis. Pasien yang hipersensitif pada
komponen sediaan
EFEK SAMPING
Menyebabkan asidosis, menimbulkan enselopati hepatik jika
diberikan secara cepat
PENYIMPANAN
Simpan pada suhu kamar/ruangan (25-30C)
No. Reg
DKL1500102249A1
PT. PHARAFAMU FARMA
BANDUNG INDONESIA
Etiket
Kemasan