MANAJEMEN NYERI
RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA UNIT II
RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
unit II Sleman, Yogyakarta
Jl. Wates KM
5,5 Gamping,
Yogyakarta55294
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II
Nomor : 0432./PS.1.2/IV/2015
Tentang
PANDUAN MANAJEMEN NYERI
DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II
Menimbang
Mengingat
MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERTAMA
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
UNIT
II
TENTANG
PANDUAN
MANAJEMEN
NYERI
RUMAH
SAKIT
PKU
MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA UNIT II.
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
ii
KATA PENGANTAR
Assesmen adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan berlangsung terus
menerus diberbagai keadaan rawat inap dan rawat jalan, assesmmen pasien terdiri
atas tiga proses utama yaitu; Pengumpulan informasi, Analisis informasi, dan
Pengembangan rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Assesmen pasien terdiri dari Assesmen awal dan assesmen ulang. Assesmen
dilakukan terhadap semua pasien yang di layani di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II. Assesmen dilakukan oleh dokter, perawat, dan staf disiplin klinis
lainnya.
Dengan adanya panduan Assesmen Pasien diharapkan dalam proses assesmen
pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dapat sesuai dengan panduan
yang berlaku di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Sehingga dengan
proses assesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan pelayanan tentang
pengobatan pasien yang sesuai dengan kebutuhan pengobatan pasien
Untuk peningkatan mutu pelayanan diperlukan pengembangan kebijakan,
pedoman, panduan dan prosedur. Untuk tujuan tersebut panduan ini akan kami
evaluasi setidaknya setiap 2 tahun sekali. Masukan, kritik dan saran yang konstruktif
untuk pengembangan panduan ini sangat kami harapkan dari para pembaca.
Direktur
iii
ii
DAFTAR
DAFTARISI
ISI
Hal:
SURAT
KEPUTUSAN
HALAMAN
JUDUL DIREKTUR
KATA
PENGANTAR
SURAT
KEPUTUSAN DIREKTUR
DAFTAR ISI
PENGANTAR
A.KATA
DEFINISI
ISI
B.DAFTAR
TUJUAN
C.BABRUANG
LINGKUP
I: PENDAHULUAN
D. TATA LAKSANA
I.
Latar Belakang
II.
III.
iii
iii
1ii
iii
1
1
1
Definisi
Ruang Lingkup
C. Membuat
rencana
pelayanan
untuk
memenuhi
semua
E. Asesmen Ulang
13
14
23
31
36
38
KEPUSTAKAAN
39
iv
ii
LAMPIRAN
Keputusan Direktur Nomor : 0432 /PS.1.2/IV/2015
Tentang Panduan Manajemen Nyeri
I.
DEFINISI
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya kerusakan
jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang
merasakan seolah-olah terjadi kerusakan jaringan. (International Association for the
Study of Pain).
Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas, memiliki
hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit.
Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri
kronik adalah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan dan
sering sekali tidak diketahui penyebabnya yang pasti.
II.
RUANG LINGKUP
1.
Asesmen dan manajemen nyeri dilakukan untuk semua pasien rawat jalan
maupun rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II.
2. Asesmen dan manajemen nyeri ini dilakukan oleh dokter dan perawat yang
kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Karakter dan derajat keparahan nyeri : nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa
terbakar, tidak nyaman, kesemutan, neuralgia.
Kronisitas.
Riwayat pembedahan/operasi.
Identifikasi
kondisi
tempat
tinggal
pasien
yang
berpotensi
menimbulkan
stres.
Pertimbangkan
juga
aktivitas
penggantinya.
Masalah psikiatri (misalnya depresi, cemas, ide ingin bunuh diri) dapat
menimbulkan pengaruh negatif terhadap motivasi dan kooperasi
pasien dengan program penanganan/manajemen nyeri ke depannya.
Pada
pasien
dengan
masalah
psikiatri,
diperlukan
dukungan
psikoterapi/psikofarmaka.
Direkomendasikan untuk mengurangi atau memberhentikan obatobatan dengan efek samping kognitif dan fisik.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
b. Status Mental
c. Pemeriksaan Sendi
Nilai
dan
catat
pergerakan
pasif
dari
sendi
yang
terlihat
d. Pemeriksaan Motorik
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II
Definisi
Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu melawan tahanan
kuat.
4
Mampu melawan tahanan ringan.
3
Mampu bergerak melawan gravitasi.
2
Mampu bergerak/bergeser ke kiri dan kanan tetapi tidak
mampu melawan gravitasi.
1
Terdapat
kontraksi
otot
(inspeksi/palpasi),
tidak
menghasilkan pergerakan.
0
Tidak terdapat kontraksi otot.
e. Pemeriksaan Sensorik
Segmen spinal
Biseps
C5
Brakioradialis
C6
Triseps
C7
Tendon patella
L4
Hamstring medial
L5
Achilles
S1
Nilai adanya refleks Babinski dan Hoffman (hasil positif menunjukkan
lesi upper motor neuron).
g. Pemeriksaan Khusus
5. Pemeriksaan Radiologi
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II
a. Indikasi :
6. Asesmen Psikologi
a. Nilai mood pasien, apakah dalam kondisi cemas, ketakutan, depresi.
b. Nilai adanya gangguan tidur, masalah terkait pekerjaan.
c. Nilai adanya dukungan sosial, interaksi sosial.
Setelah data komprehensif yang sudah dikumpulkan, baik berupa data subjektif
maupun data objektif, maka dilakukan analisa informasi dan data. Bagian ini
terdiri dari : penulisan ringkasan, penyusunan daftar masalah, membuat
pengkajian dari masing-masing masalah (diagnosa dan diagnosa banding).
C. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
diidentifikasi.
Rencana pelayanan meliputi : rencana diagnosis, rencana terapi, rencana
monitoring, dan rencana edukasi.
D. Skala Nyeri
Indikator tunggal yang paling penting untuk mengetahui intensitas nyeri adalah
keluhan pasien. Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah
nyeri dirasakan oleh pasien, pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif, maka
pendekatan obyektif yang paling mungkin adalah dengan menggunakan skala
nyeri.
Skala nyeri yang digunakan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II
sebagai berikut :
1.
= tidak nyeri
13
46
7 10
23
= sedikit nyeri
45
= cukup nyeri
67
= lumayan nyeri
89
= sangat nyeri
10
Kewaspadaan
Ketenangan
Distress pernapasan
Menangis
Pergerakan
Tonus otot
Tegangan wajah
Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedasi sedang,
asesmen dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon
berupa ekspresi tubuh atau verbal akan rasa nyeri.
Comfort Scale
Kategori
Kewaspadaan
Ketenangan
Distress
pernapasan
Skor
Tanggal / waktu
1 tidur pulas/nyenyak
2 tidur kurang nyenyak
3 gelisah
4 sadar sepenuhnya dan waspada
5 hiper alert
1 tenang
2 agak cemas
3 cemas
4 sangat cemas
5 panic
1 tidak ada respirasi spontan dan tidak
ada batuk
2 respirasi spontan dengan sedikit/tidak
ada respons terhadap ventilasi
3 kadang-kadang batuk atau terdapat
tahanan terhadap ventilasi
4
sering
batuk,
terdapat
tahanan/perlawanan
terhadap
ventilator
5 melawan secara aktif terhadap
10
ventilator,
batuk
terusmenerus/tersedak
1 bernapas dengan tenang, tidak
menangis
2 terisak-isak
Menangis
3 meraung
4 menangis
5 berteriak
1 tidak ada pergerakan
2 kedang-kadang bergerak perlahan
3 sering bergerak perlahan
Pergerakan
4 pergerakan aktif/gelisah
5 pergrakan aktif termasuk badan dan
kepala
1 otot relaks sepenuhnya, tidak ada
tonus otot
2 penurunan tonus otot
3 tonus otot normal
Tonus otot
4 peningkatan tonus otot dan fleksi jari
tangan dan kaki
5 kekakuan otot ekstrim dan fleksi jari
tangan dan kaki
1 otot wajah relaks sepenuhnya
2 tonus otot wajah normal, tidak
terlihat tegangan otot wajah yang
nyata
Tegangan
3 tegangan beberapa otot wajah terlihat
wajah
nyata
4 tegangan hampir di seluruh otot
wajah
5 seluruh otot wajah tegang, meringis
1 tekanan darah di bawah batas normal
2 tekanan darah berada di batas normal
secara konsisten
3 peningkatan tekanan darah sesekali
15% di atas batas normal (1 3 kali
Tekanan darah
dalam observasi selama 2 menit)
basal
4 seringnya peningkatan tekanan darah
15% di atas batas normal (> 3 kali
dalam observasi selama 2 menit)
5 peningkatan tekanan darah terusmenerus 15%
Denyut jantung 1 denyut jantung di bawah batas
basal
normal
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II
11
Asesmen Ulang
Asesmen ulang dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan
menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Pada nyeri akut/kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit 1 jam setelah
pemberian obat nyeri.
5.
Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba-tiba, terutama bila sampai
menimbulkan perubahan tanda vital, merupakan tanda adanya diagnosis
medis atau bedah yang baru (misalnya komplikasi pasca-pembedahan, nyeri
neuropatik)
12
b. Nyeri visceral :
c. Nyeri neuropatik :
Gejala nyeri biasanya dialami pada bagian distal dari tempat cedera
(sementara pada nyeri nosiseptif, nyeri dialami pada tempat
cederanya).
13
Jika fase nyeri akut pasien telah terlewati, lakukan pengurangan dosis
secara bertahap :
Oral
Topical
14
*Keterangan :
*Istilah :
15
16
tidak
Observasi rutin
ya
Saat dosis telah diberikan, lakukan
monitor setiap 5 menit selama
minimal 20 menit.
Tunggu hingga 30 menit dari
pemberian dosis terakhir sebelum
mengulangi siklus.
Dokter mungkin perlu untuk
meresepkan dosis ulangan
ATAU
Gunakan spuit 10 ml
Ambil 100 mg Petidin dan
campur dengan NaCl 0,9%
hingga 10 ml (10 mg/ml)
Berikan label pada spuit
Observasi rutin
ya
tidak
Nyeri
ya
tidak
Gunakan spuit 10 ml
Ambil 10 mg Morfin sulfat
dan campur dengan NaCl
0,9% hingga 10 ml (1 mg/ml)
Berikan label pada spuit
ya
Siapkan NaCl
Ya, tetapi
telah
diberikan
dosis total
tidak
ya
tidak
tidak
Minta saran
ya
Jika skor nyeri 7-10: berikan 3ml
Jika skor nyeri 4-6: berikan 2 ml
17
Keterangan :
Skor nyeri :
Skor sedasi :
*Catatan :
0 = sadar penuh
Jika
= tidak nyeri
1 3 = nyeri ringan
4 6 = nyeri sedang
7 10 = nyeri berat
dibangunkan
tekanan
dalam
dibangunkan
atau
carilah
saran/bantuan.
S = tidur normal
Gunakan tabel obat-obatan antiemetic (jika diperlukan).
Teruskan penggunaan OAINS i.v jika diresepkan bersama dengan opioid.
Opioid
-
darah
18
OAINS :
-
Olah raga
Imobilisasi
Pijat
Relaksasi
5. Follow-up/Asesmen Ulang
a. Asesmen ulang sebaiknya dilakukan dengan interval yang teratur.
b. Panduan umum :
6. Pencegahan
a. Edukasi pasien :
19
Anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Asesmen nyeri
ya
Apakah etiologi nyeri
bersifat reversible ?
tidak
ya
Apakah nyeri berlangsung > 6
minggu ?
tidak
Nyeri somatic
Nyeri viseral
Nyeri neuropatik
20
Nyeri somatic
Nyeri viseral
Parasetamol
Cold packs
Kortikosteroid
Anestesi lokal (topical / infiltrasi)
OAINS
Opioid
Stimulasi taktil
Nyeri neuropatik
Kortikosteroid
Anestesi lokal intraspinal
OAINS
Opioid
Antikonvulsan
Kortikosteroid
Blok neuron
OAINS
Opioid
Antidepresan trisiklik
(amitriptilin)
ya
Apakah nyeri >
6 minggu ?
Edukasi pasien
Terapi farmakologi
Konsultasi (jika perlu)
Prosedur pembedahan
Non-farmakologi
ya
Kembali ke kotak
tentukan
mekanisme nyeri
tidak
Mekanisme
nyeri sesuai ?
tidak
Analgesik adekuat ?
ya
Efek samping
pengobatan ?
ya
Manajemen
efek samping
tidak
Follow-up /
nilai ulang
21
22
Tatalaksana
manajemen
proses
inflamasi
dengan
4. Asesmen lainnya
a. Asesmen psikologi : nilai apakah pasien mempunyai masalah psikiatri
(depresi,
cemas,
riwayat
penyalahgunaan
obat-obatan,
riwayat
23
24
1) Nyeri Neuropatik
Terapi simptomatik :
-
prosedur
ablasi
kordomiotomi,
ablasi
saraf
dengan
radiofrekuensi.
-
2) Nyeri otot
Rehabilitasi fisik :
-
25
Mekanik
Manajemen perilaku :
-
stress/depresi
teknik relaksasi
perilaku kognitif
ketergantungan obat
manajemen amarah
Terapi obat :
-
antidepresan
3) Nyeri inflamasi
4) Nyeri mekanis/kompresi
26
Faktor
Diagnosis
Intractability
(keterlibatan)
Risiko ( R )
Psikologi
Kesehatan
Reliabilitas
Dukungan
sosial
Efikasi
Skor total
Penjelasan
1 = kondisi kronik ringan dengan temuan objektif minimal atau
tidak adanya diagnosis medis yang pasti. Misalnya : fibromyalgia,
migraine, nyeri punggung tidak spesifik.
2 = kondisi progresif perlahan dengan nyeri sedang atau kondisi nyeri
sedang menetap dengan temuan objektif medium.
Misalnya : nyeri punggung dengan perubahan degenerative
medium, nyeri neuropatik.
3 = kondisi lanjut dengan nyeri berat dan temuan objektif nyata.
Misalnya : penyakit iskemik vascular berat, neuropati lanjut,
stenosis spinal berat.
1 = pemberian terapi minimal dan pasien terlibat secara minimal
dalam manajemen nyeri.
2 = beberapa terapi telah dilakukan tetapi pasien tidak
sepenuhnya terlibat dalam manajemen nyeri, atau terdapat
hambatan ( finansial, transportasi, penyakit medis ).
3 = pasien terlibat sepenuhnya dalam manajemen nyeri tetapi
respons terapi tidak adekuat.
R = jumlah skor P + K + R + D
1 = disfungsi kepribadian yang berat atau gangguan jiwa yang
mempengaruhi terapi.
Misalnya : gangguan kepribadian, gangguan afek berat.
2 = gangguan jiwa / kepribadian medium/sedang.
Misalnya : depresi, gangguan cemas.
3 = komunikasi baik. Tidak ada disfungsi kepribadian atau
gangguan jiwa yang signifikan
1 = penggunaan obat akhir-akhir ini, alkohol berlebihan,
penyalahgunaan obat.
2 = medikasi untuk mengatasi stress, atau riwayat remisi
psikofarmaka.
3 = tidak ada riwayat penggunaan obat-obatan.
1 = banyak masalah : penyalahgunaan obat, bolos kerja/jadwal
kontrol, komplians buruk.
2 = terkadang mengalami kesulitan dalam komplians, tetapi
secara keseluruhan dapat diandalkan.
3 = sangat dapat diandalkan (medikasi, jadwal kontrol, dan terapi)
1 = hidup kacau, dukungan keluarga minimal, sedikit teman
dekat, kehilangan peran dalam kehidupan normal.
2 = kurangnya hubungan dengan oral dan kurang berperan dalam sosial.
3 = keluarga mendukung, hubungan dekat. Terlibat dalam
kerja/sekolah, tidak ada isolasi sosial.
1 = fungsi buruk atau pengurangan nyeri minimal meski dengan
penggunaan dosis obat sedang-tinggi.
2 = fungsi meningkat tetapi kurang efisien (tidak menggunakan
opioid dosis sedang-tinggi ).
3 = perbaikan nyeri signifikan, fungsi dan kualitas hidup tercapai
dengan dosis yang stabil.
=D+I+R+E
Keterangan :
Skor 7 13 : tidak sesuai untuk menjalani terapi opioid jangka panjang
Skor 14 21 : sesuai untuk menjalani terapi opioid jangka panjang
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II
27
Asesmen nyeri
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fungsi
Pasien dapat mengalami jenis
nyeri dan faktor yang
mempengaruhi yang beragam
Nyeri neuropatik
Perifer (sindrom nyeri
regional kompleks, neuropati
HIV, gangguan metabolik)
Sentral (Parkinson, multiple
sclerosis, mielopati, nyeri
pasca-stroke, sindrom
fibromyalgia)
Nyeri otot
Nyeri miofasial
Nyeri inflamasi
Artropati inflamasi
(rematoid artritis)
Infeksi
Nyeri pasca-oparasi
Cedera jaringan
tidak
Nyeri mekanis/kompresi
Nyeri punggung bawah
Nyeri leher
Nyeri musculoskeletal
(bahu, siku)
Nyeri viseral
ya
Apakah etiologinya dapat
dikoreksi / diatasi?
tidak
ya
Asesmen lainnya
Masalah pekerjaan dan disabilitas
Asesmen psikologi dan spiritual
Faktor yang mempengaruhi dan hambatan
28
Manajemen level 1:
Nyeri neuropatik
Manajemen level 1:
Nyeri otot
Manajemen level 1:
Nyeri inflamasi
Tujuan terpenuhi?
Fungsi
Kenyamanan
hambatan
tidak
Telah melakukan
manajemen level 1
dengan adekuat?
ya
Rencana perawatan selanjutnya oleh
pasien
ya
Manajemen level 2
Rujuk ke tim interdisiplin,
atau
Rujuk ke klinik khusus
manajemen nyeri
tidak
Asesmen hasil
29
Obat
Analgesik
Analgesik adjuvant
anestesi
Non-obat
Kognitif
Fisik
perilaku
Berikan umpan balik mengenai penyebab dan faktor yang mempengaruhi nyeri
kepada orang tua (dan anak)
Berikan rencana manajemen yang rasional dan terintegrasi
Asesmen ulang nyeri pada anak secara rutin
Evaluasi efektifitas rencana manajemen nyeri
Revisi rencana jika diperlukan
30
5. Pemberian analgesik :
a. By the ladder : pemberian analgesik secara bertahap sesuai dengan level
nyeri anak (ringan, sedang, berat).
Analgesik adjuvant :
Kategori :
-
Analgesik
untuk
nyeri
neuropatik
antidepresan,
31
Sangat berguna untuk anak dengan nyeri kanker stadium lanjut yang
sulit diatasi dengan terapi konservatif.
Berikan edukasi dan pelatihan kepada staf, ketersediaan segera obatobatan dan peralatan resusitasi, dan pencatatan akurat mengenai tanda
vital/skor nyeri.
32
Naproksen
Diklofenak
Dosis
10 15 mg/kgBB oral,
setiap 4 6 jam
5 10 mg/kgBB oral,
setiap 6 8 jam
10 20 mg/kgBB/hari
oral, terbagi dalam 2
dosis
1 mg/kgBB oral,
setiap 8 12 jam
Keterangan
Efek
antiinflamasi
kecil,
efek
gastrointestinal dan hematologi minimal
Efek antiinflamasi. Hati-hati pada
pasien dengan gangguan hepar/renal,
riwayat perdarahan gastrointestinal atau
hipertensi.
Efek antiinflamasi. Hati-hati pada
pasien dengan disfungsi renal. Dosis
maksimal 1 g/hari.
Efek antiinflamasi. Efek samping sama
dengan ibuprofen dan naproksen. Dosis
maksimal 50 mg/kali.
Pada penggunaan infus kontinu i.v, sediakan obat Opioid kerja singkat
dengan dosis 50% 200% dari dosis infus per jam kontinu prn.
Jika diperlukan > 6 kali opioid kerja singkat prn dalam 24 jam,
naikkan dosis infus i.v per-jam kontinu sejumlah : total dosis Opioid
33
prn yang diberikan dalam 24 jam dibagi 24. Alternatif lainnya adalah
dengan menaikkan kecepatan infus sebesar 50%.
Jika efek analgesik tidak adekuat dan tidak ada toksisitas , tingkatkan
dosis sebesar 50%.
i. Terapi alternatif/tambahan :
Konseling
Manipulasi chiropractic
Herbal
6. Terapi non-obat
a. Terapi kognitif : merupakan terapi yang paling bermanfaat dan memiliki
efek yang besar dalam manajemen nyeri non-obat untuk anak
b. Distraksi terhadap nyeri dengan mengalihkan atensi ke hal lain seperti
musik, cahaya, warna, mainan, permen, komputer, permainan, film, dan
sebagainya.
c. Terapi perilaku bertujuan untuk mengurangi perilaku yang dapat
meningkatkan nyeri dan meningkatkan perilaku yang dapat menurunkan
nyeri.
d. Terapi relaksasi : dapat berupa mengepalkan dan mengendurkan jari
tangan, menggerakkan kaki sesuai irama, menarik napas dalam.
34
Terapi Non-Obat
Kognitif
Informasi
Pilihan dan kontrol
Distraksi dan atensi
Hipnosis
Psikoterapi
Perilaku
latihan
terapi relaksasi
umpan balik positif
modifikasi
gaya
hidup/perilaku
Fisik
pijat
fisioterapi
stimulasi termal
stimulasi sensorik
akupuntur
TENS
(transcutaneous
electrical nerve stimulation)
Keterangan
Tidak nyeri
Dapat ditoleransi (aktivitas tidak terganggu)
Dapat ditoleransi (beberapa aktivitas sedikit terganggu)
Tidak dapat ditoleransi (tetapi masih dapat menggunakan telepon,
menonton TV, atau membaca)
4
Tidak dapat ditoleransi (tidak dapat menggunakan telepon,
menonton TV, atau membaca)
5
Tidak dapat ditoleransi (dan tidak dapat berbicara karena nyeri)
*Skor normal / yang diinginkan : 0 2
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II
35
7. Intervensi non-farmakologi :
a. Terapi termal : pemberian pendinginan atau pemanasan di area nosiseptif
untuk menginduksi pelepasan Opioid endogen.
b. Stimulasi listrik pada saraf transkutan/perkutan, dan akupuntur.
c. Blok saraf dan radiasi area tumor.
d. Intervensi medis pelengkap/tambahan atau alternatif : terapi relaksasi,
umpan balik positif, hipnosis.
e. Fisioterapi dan terapi okupasi.
Risiko adiksi rendah jika digunakan untuk nyeri akut (jangka pendek).
Dosis rutin dan teratur memberikan efek analgesik yang lebih baik
daripada pemberian intermiten.
c. Analgesik adjuvant :
36
19. Beberapa obat yang sebaiknya tidak digunakan (dihindari) pada lansia :
a. OAINS : Indometasin dan Piroksikam (waktu paruh yang panjang dan
efek samping gastrointestinal lebih besar).
37
22. Satu-satunya perbedaan dalam terapi analgesik ini adalah penyesuaian dosis
dan hati-hati dalam memberikan obat kombinasi.
V. DOKUMENTASI
1. Asesmen nyeri di rawat jalan didokumentasikan dalam Medical Record Rawat
Jalan.
2. Asesmen nyeri di rawat inap didokumentasikan dalam rekam medis pasien rawat
inap.
3. Catatan perkembangan pasien didokumentasikan dalam lembar Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
4. Pemberian edukasi/penyuluhan didokumentasikan di formulir lembar edukasi
kepada pasien dan keluarga pasien terintegrasi di status rekam medis pasien.
38
KEPUSTAKAAN
http://www.caresearch.com.au/caresearch/ClinicalPractice/Physical/Pain/Assess
mentTools . Assessment Tools.
www.dhhs.tas.gov.au/_.../Pain_Management_Final211209_PCSSubComm... Pain
Management.
www.who.int/medicines/areas/quality_safety/guide_on_pain/en/.
Treatment
Guidelines on Pain.
www.viha.ca/NR/rdonlyres/...2D23.../PrinciplesOfPainAssessment.pdf.
Princciples of Pain Assessment.
39
LAMPIRAN :
FARMAKOLOGI OBAT ANALGESIK
40
3. Parasetamol
a. Efek
analgesik
untuk
nyeri
ringan-sedang
dan
anti-piretik.
Dapat
41
6. Anti-konvulsan
a. Carbamazepine : efektif untuk nyeri neuropatik. Efek samping : somnolen,
gangguan berjalan, pusing. Dosis : 400 1800 mg/hari (2 3 kali perhari).
Mulai dengan dosis kecil (2 x 100 mg), ditingkatkan perminggu hingga dosis
efektif.
b. Gabapentin : merupakan obat pilihan utama dalam mengobati nyeri
neuropatik. Efek samping minimal dan ditoleransi dengan baik. Dosis : 100
4800 mg/hari (3 4 kali sehari).
9. Tramadol
a. Merupakan analgesik yang lebih poten daripada OAINS oral, dengan efek
samping yang lebih sedikit/ringan. Berefek sinergistik dengan medikasi
OAINS.
42
b. Indikasi : Efektif untuk nyeri akut dan kronik intensitas sedang (nyeri kanker,
osteoarthritis, nyeri punggung bawahm neuropati DM, fibromyalgia, neuralgia
pasca-herpetik, nyeri pasca-operasi).
c. Efek samping : pusing, mual, muntah, letargi, konstipasi.
d. Jalur pemberian : intravena, epidural, rektal, dan oral.
e. Dosis Tramadol oral : 3 4 kali 50 100 mg (perhari). Dosis maksimal : 400
mg dalam 24 jam.
f. Titrasi : terbukti meningkatkan toleransi pasien terhadap medikasi, terutama
digunakan pada pasien nyeri kronik dengan riwayat toleransi yang buruk
terhadap pengobatan atau memiliki risiko tinggi jatuh.
Dosis Inisial
Jadwal Titrasi
4 x 50 mg
selama 3 hari
Titrasi
16 hari
4 x 25 mg
selama 3 hari
Direkomendasikan
untuk
2 x 50 mg selama 3 hari.
Lanjut usia
Naikkan menjadi 3 x 50 Risiko jatuh
mg selama 3 hari.
Sensitivitas
medikasi
Lanjutkan dengan 4 x 50
mg.
Dapat dinaikkan sampai
tercapai efek analgesik
yang diinginkan.
2 x 25 mg selama 3 hari.
Lanjut usia
Naikkan menjadi 3 x 25 Risiko jatuh
mg selama 3 hari.
Sensitivitas
medikasi
Naikkan menjadi 4 x 25
mg selama 3 hari.
Naikkan menjadi 2 x 50
mg dan 2 x 25 mg selama 3
hari.
Naikkan menjadi 4 x 50
mg.
Dapat dinaikkan sampai
tercapai efek analgesik
yang diinginkan.
43
10. Opioid
a. Merupakan analgesik poten (tergantung-dosis) dan efeknya dapat ditiadakan
oleh Nalokson.
b. Contoh opioid yang sering digunakan : Morfin, Sufentanil, Meperidin.
c. Dosis opioid disesuaikan pada setiap individu, gunakanlah titrasi.
d. Adiksi terhadap opioid sangat jarang terjadi bila digunakan untuk
penatalaksanaan nyeri akut.
e. Efek samping :
= sadar penuh
= tidur normal
Toksisitas metabolit :
-
44
Efek kardiovaskular :
-
Gastrointestinal :
Mual, muntah. Terapi untuk mual dan muntah : hidrasi dan pantau tekanan
darah dengan adekuat, hindari pergerakan berlebihan pasca-bedah, atasi
kecemasan pasien, obat antiemetic.
Durasi (jam)
Efek samping :
Ekstrapiramidal
Anti-kolinergik
Sedasi
Dosis (mg)
Frekuensi
Jalur pemberian
Metoklopra
mid
Droperidol
Butirofenon
46
(dosis
rendah)
24
(dosis tinggi)
++
+
10
Tiap 4 6
jam
Oral, i.v, i.m
++
+
+
0,25 0,5
Tiap 4 6
jam
i.v, i.m
Ondansetron
Proklorpera
zin
Fenotiazin
8 24
+
+
+
12,5
Tiap 6 8
jam
Oral, i.m
Tiap 12 jam
Oral, i.v
45
f. Pemberian Oral :
g. Injeksi intramuscular :
h. Injeksi subkutan
i. Injeksi intravena :
j. Injeksi supraspinal :
l. Injeksi perifer :
46