Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Yoga Irnantoyo
Alin Asmira K
Muhammad Faisal Affandi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia selalu berinteraksi dengan segala macam mikroorganisme yang
ada di sekitar mereka, baik di air, udara, dll. Pada dasarnya manusia memiliki
suatu mekanisme pertahanan tubuh yang kuat, tetapi ada suatu keadaan
dimana suatu kekuatan pertahanan tubuh menjadi berkurang dalam
menghalangi antigen yang masuk ke dalam tubuh. Jika antigen dalam tubuh
mengalami pembelahan maka fungsi tubuh akan terganggu, bisa juga
mengalami syok yang diakibatkan oleh adanya bakteri dalam tubuh yang
terlalu banyak atau yang paling buruk adalah kematian.
Syok septic adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme yang
mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini.
Hasilnya adalah keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam
kehidupan (Brunner & Suddarth, 2002). Kondisi medis ini ditandai dengan
tekanan darah rendah berbahaya yang terjadi akibat infeksi bakteri berat di
dalam darah. Sejumlah besar racun yang dilepaskan bakteri ke dalam aliran
darah menyebabkan peradangan dan darah menggumpal, menyebabkan
kerusakan jaringan dan fungsi organ yang buruk. Hal ini merupakan kondisi
yang mengancam jiwa yang memerlukan perhatian medis segera karena hal ini
dapat secara cepat menyebabkan henti nafas dan gagal jantung.
Syok sepsis merupakan bentuk paling umum syok distributive yang
disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas dan suatu masalah klinis yang
kompleks yang sering terjadi pada pasien dengan kondisi yang kritis. Meski
telah terjadi peningkatan kecanggihan dari terapi antibiotik, insiden syok
sepsis ini terus meningkat selama 50 tahun terakhir yang timbul pada kirakira satu dari setiap 100 pasien yang dirawat dirumah sakit, dan syok sepsis ini
timbul pada sekitar 40% dari pasien tersebut. Tingkat mortalitas pada pasien
dengan syok sepsis adalah sekitar 50%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Sepsis adalah kondisi dimana tubuh telah terkena infeksi dan infeksi
tersebut telah menyebar luas. Syok adalah istilah umum yang dipergunakan
untuk menggambarkan sirkulasi atau perfusi yang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme didalam jaringan. Syok sepsis adalah syok
yang terjadi pada sepsis yang diakibatkan oleh serangkaian peristiwa
hemodinamik dan metabolik yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
masuk dan sistem pertahanan tubuh yang menurun. Syok sepsis yaitu
masuknya beberapa organisme ke dalam aliran darah dan mempunyai potensi
untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin. Hasilnya adalah keadaan
ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner &
Suddarth vol. 3 edisi 8, 2002).
Sepsis adalah adanya SIRS (Systemic Inflammatory Response
Syndrome) yang disebabkan oleh proses infeksi yang dibuktikan dengan
pemeriksaan kultur darah ataupun dengan pemeriksaan prokalsitonin. SIRS
adalah respon inflamasi sistemik terhadap suatu kondisi klinis yang ditandai
oleh 2 atau lebih gejala berikut ini:
a. Suhu >38oC atau <36oC
b. Denyut Nadi >90 kali per menit
c. Respirasi >20 kali per menit
d. PaCO2 <32 mmHg
e. WBC Count >12.000 cells/mm3, <4.000 cells/mm3 atau >10%
band cells
Dikatakan SEPSIS Berat bila terdapat hipotensi yang berat atau tanda sistemik
hipoperfusi; asidosis laktat, oligouria, perubahan status mental (Matthew
Brenner, MD, p-67; 2006). Sepsis disebabkan oleh mikroorganisme yang
bervariasi, meliputi bakteri aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif,
jamur, dan virus (Linda D.U, 2006).
B. PATOFOSIOLOGI
Sebelum terjadinya syok sepsis biasanya didahului oleh adanya suatu
infeksi sepsis. Infeksi sepsis bisa bisebabkan oleh bakteri gram positif dan
gram negatif. Pada bakteri gram negatif yang berperan adalah lipopolisakarida
(LPS).
Suatu
protein
di
dalam
plasma,
dikenal
dengan
LBP
curah
jantung
yang
rendah
dengan
vasokontriksi
yang
Terjadi
vasodilatasi
pembuluh
darah
tepi,intravaskuler
Fase dini: terjadi deplesi volume, selaput lendir kering, kulit lembab dan
kering.
Peningkatan HR
Penurunan TD
Flushed Skin (kemerahan sebagai akibat vasodilatasi)
Peningkatan RR kemudian kelamaan menjadi penurunan RR
Crakles
Perubahan sensori
Penurunan urine output
Peningkatan temperature
Peningkatan cardiac output dan cardiac index
Penurunan SVR
Penurunan tekanan atrium kanan
Penurunan tekanan arteri pulmonalis
Penurunan curah ventrikel kiri
Penurunan PaO2
Penurunan PaCO2 kemudian lama kelamaan berubah menjadi peningkatan
PaCO2
Penurunan HCO3
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Biakan darah, urine, sputum hasil positif. Kultur (luka, sputum, urin,
darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme penyebab sepsis.
Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.
2. SDP:
Ht
mungkin
meningkat
pada
status
hipovolemik
karena
E. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Kepatenan jalan napas, alat bantu napas jika perlu (guedel atau
nasopharyngeal, adanya penurunan fungsi pernapasa
2. Breathing
Kaji jumlah pernapasan, lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala
yang signifikan, kaji saturasi oksigen, periksa gas darah arteri untuk
mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis, berikan 100%
oksigen melalui non re-breath mask, auskulasi dada, untuk mengetahui
adanya infeksi di dada, periksa foto thorak
3. Circulation
kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan,
monitoring tekanan darah, tekanan darah, periksa waktu pengisian kapiler,
pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar, berikan cairan
koloid (gelofusin atau haemaccel), pasang kateter, lakukan pemeriksaan
darah lengkap, siapkan untuk pemeriksaan kultur, catat temperature,
kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 36oC, siapkan
pemeriksaan urin dan sputum.
4. Disability
Kaji GCS, kekuatan otot pasien. Bingung merupakan salah satu tanda
pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat
dan baik).
5. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
F. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Biodata Klien
Biodata klien meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat). Identitas
penanggung jawab (nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
status, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat) dan
catatan masuk (tanggal, waktu masuk, caranya, diagnose medis, no register
dan tanggal pengkajian
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya adalah demam, sesak napas, muntah darah
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan klien yang dirasakan saat ini yang berhubungan dengan
keluhan utama
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah mengalami sakit sebelumnya yang tidak
berhubungan atau yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan
klien.
3. Riwayat Sosial Ekonomi
Meliputi pekerjaan klien saat ini, keadaan ekonomi keluarga klien saat ini.
Apakah ekonomi klien kurang, cukup, atau lebih.
4. Pengkajian Pola fungsi dan Pengkajian Fisik.
a. Pengkajian pola fungsi
1) Aktifitas/istirahat:
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea
saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital
berubah saat beraktifitas.
2) Integritas ego:
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
3) Eliminasi:
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada
malam hari, diare / konstipasi.
4) Makanan/cairan:
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB
signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam
penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema umum
5) Hygiene:
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
6) Nyeri/kenyamanan:
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
7) Stres koping:
Bagaimana klien menerima kondisinya.
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,
sikap dan tingkah laku klien.
Tanda-tanda Vital:
1) Tekanan Darah
Nilai normalnya bergantung: umur dan jenis kelamin
Nilai rata-rata sistolik: 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik: 80-90 mmHg
2) Nadi
Frekuensi
Regularitas
Isi (volume)
Batuk
Perabaan arteri (keadaan dinding arteri)
3) Pernapasan
Frekuensi: apakah bradipnea, atau takhipnea.
Keteraturan
Amplitudo
4) Suhu Badan
Metabolisme menurun, suhu menurun
5) Pemeriksaan fisik:
a) Kepala
b) Mata: konjungtiva anemis, ikterik atau tidak
c) Mulut: apakah ada tanda infeksi, warna, kelembapan
d) Telinga: kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka: ekspresi, pucat, bentuk
f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada: gerakan dada, deformitas.
h) Abdomen: ada ascites atau tidak, pembesaran hati, dan limpa
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya perfusi jaringan b/d vasodilatasi ,penurunan curah
jantung dan defisit volume cairan.
Tujuan: Perfusi jaringan adekuat.
Intervensi :
a. Observasi status cardiovascuker :frekuensi denyut jantung ,irama.
b. Observasi status hemodinamik : vital sigh,CVP.
c. Pantau intake output dan balance cairan.
d. Kaji warna kulit ,suhu,sianosis, capilary refill.
e. Pantau asidosis dan koreksi ketidakseimbangan
f. Kolaborasi medis : pemberian cairan dan obat-obatan.
2. Gangguan pertukaran gas b/d odema pulmo, ARDS, peningkatan sekresi
Tujuan : Pertukaran gas efektif
Intervensi :
a. Pantau fungsi paru dalam upaya bernafas
b. Kaji tanda distres pernafasan ( frekuensi, irama, sianosis, bunyi nafas,
berkeringat)
c. Pantau status oksigenasi ( SaO2 ) dan irama jantung
d. Pantau kadar haemoglobin
Rangsangan
endo/
eksotoksin
Imunologi
tubuh
Infeksi/
inflamasi
Sel mengalami
hipoksia (metabolism
anaerob)
Asidosis
laktat
Penurunan
produksi ATP
(energy)
Kegagalan
pompa Na-K
Pembengkakan
sel
oksigen
Rupture
lysosomal
aktivasi makrofag
sekresi berbagai sitokin &
mediator
aktivasi komplemen & netrofil
Multi Organ
failure
BREATH
BLOOD
BRAIN
BLADDER
BOWEL
BONE
endotoksin
Bakteri/
toksin
suplai
darah &O2
hipoksemia
suplai
darah &O2
suplai
darah &O2 ke
sel-sel otot
Aktivasi
komplemen
Iskemik
jaringan otak
bronkokontriksi
-Hipertensi
pulmonal
-kerja
pernafasan
PCO2
hipoksemia
Sel-sel mast
melepas
histamin
Histamine
infak
kesadaran
Gangguan
persyarafan
Ginjal
mengkompensasi
sebagian
Iskemik jaringan
otak dan perifer
juga di organ
pencernaan
Peristaltik
usus
kelemahan
Gangguan
mobilitas fisik
-mengaktivasi
neutropil
-menginfiltrasi
jaringan pulmonal
dan vaskuler
-merangsang
vasodilatasi
-permeabilitas
kapiler
Akumulasi
air
ekstra
vaskuler
paru- paru
Perubahan
sirkulasi
dalam
volume
Komplians
pulmonal
hioksemia
Gangguan
Persepsi
Sensori
HCO3
Penggeluaran
urine sedikit
Edema intersitial
Resiko
gangguan
integritas kulit
Gangguan
pertukaran gas
Gangguan
perfusi perifer
jaringan
Gangguan keseimbangan
termoregulasi: hipotermia
Balance cairan
Resiko
ketidakseimbangan
cairan elektrolit
Gangguan
eliminasi
fekal
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk IGD
Tanggal Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Pendidikan
e. Pekerjaan
f. Alamat
g. Agama
h. Diagnose medis
i. No. RM
j. Jaminan kesehatan
: Ny. E
: 35 tahun 8 bulan
: Perempuan
: S1
: Guru
: Sembung Jambu, Bojong, Pekalongan
: Islam
: Syok Sepsis
: C523490
: BPJS Non PBI
2. Pengkajian Primer
a. Airway
Terdengar hembusan nafas dari hidung dan mulut klien, klien mampu
berbicara dengan spontan. Tidak terdengar suara gurgling, snoring
dan stidor dari jalan nafas klien.
b. Breathing
Klien mengatakan dada terasa sesak.
Inspeksi
otot
bantu
pernapasan
saat
klien
bernapas;
dan kiri.
: : Terdengar bunyi timpani pada seluruh lapang paru
: Terdengar bunyi napas ronchki basah kasar pada
paru inferior kanan kiri
c. Circulation
Tekanan darah klien tidak dapat dikaji, nadi teraba cepat dan dangkal,
capillary refill ekstremitas atas dan bawah lebih dari > 2 detik, akral
atas dan bawah teraba dingin, mukosa bibir berwarna pucat, wajah
pucat, turgor kulit tidak elastis. Klien mengatakan badannya lemas.
d. Disability
GCS klien: 14 (E3M6V5). Pupil isokor dengan diameter 2 mm di mata
kanan dan di mata kiri.
e. Exposure
Kulit teraba dingin, dengan suhu 36oC dan tidak terdapat jejas
diseluruh tubuh klien.
3. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan sesak nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari sebelum masuk rumah sakit pekalongan klien mengeluh batuk,
mengeluarkan lendir, sesak nafas, dan perut membesar. Kemudian
pasien dibawa ke rumah sakit pekalongan. Pasien di diagnosa anemia
dan splenomegali. Selama perawatan di RS Pekalongan klien
mendapatkan terapi ceftriaxon, ambroxol, dan tranfusi packed red
cell 2-3 kantong. Setelah menjalani 7 hari perawatan klien
mengalami penurunan kondisi hemodinamik meliputi tekanan darah,
: 70/50 mmHg
Nadi : 132x/menit
RR
Bagian
Kepala
Mata
Telinga
SpO2 : 99%
Suhu : 36C
: 28x/menit
Keterangan
Kepala mesocephal, tidak terdapat luka pada kulit
kepala, penyebaran rambut merata, warna rambut hitam
keputihan.
Mata kanan dan kiri simetris, refleks pupil terhadap
cahaya (+/+), konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, tidak ada luka atau perdarahan mata.
Diameter pupil 2 mm/2 mm.
Telinga klien bersih, tidak ada secret yang keluar, telinga
kanan dan kiri simetris, tidak ada luka pada telinga.
Mulut
Gigi
&
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
MCH
MCV
MCHC
Leukosit
Trombosit
RDW
MPV
7,2 (L)
22,7 (L)
2,3 (L)
31,7
100,0
31,7
3,1
46,0
23,0
8,3
g/dL
%
106/uL
Pg
fL
g/dL
103/uL
103/uL
%
fL
12.00-15.00
35-47
4.4-5.9
27.00-32.00
76-96
29.00-36.00
3,6-11
150-400
11.60-14.80
4.00-11.00
KIMIA KLINIK
Ureum
Kreatinin
GDS
Albumin
51 (H)
0,9 (L)
166
2,7
mg/dL
mg/dL
mg/dL
g/dl
0.6-1.2
15-39
80-160
3,4-5,0
ELEKTROLIT
Natrium
Kalium
Chlorida
137
4,2
105
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136-145
3.5-5.1
98-107
BGA KIMIA
Temp
HB
FiO2
pH
PCO2
PO2
pH (T)
PCO2 (T)
PO2 (T)
HCO3TCO2
BEecf
BE (B)
SO2C
AaDO2
RI
Interpretasi
37.0
7,2
52,0
7,40 (N)
19 (L)
187 (H)
7,40 (N)
19 (L)
187
11,8 (L)
12,4
-13,0
-10,7
100
160
0,9
asidosis
metabolik
terkompensasi
sempurna
C
mg/dl
%
mmHg
mmHg
mmHg
mmHg
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mmol/L
%
mmHg
7,37-7,45
35-45
83,0-108,0
7,35-7,45
18-23
-2 3
95-100
4. Terapi Medis
5.
Nama
Obat
6.
D
osis
11.
Infus RL
12.
5
00cc/jam
17.
Vascon
18.
0,
05
ug/kgBB/
jam
23.
e
Ceftriaxon 24.
gr/
25.
2
2
7.
Car
a
8.
Indikasi
Pemberian
13.
Intr 14.
Mengembalikan
avena
keseimbangan elektrolit pada
keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat
menjadi kurang disukai karena
menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan
menyebabkan penumpukan asam
laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.
19.
Syri 20.
Mengendalikan TD pada
ng pump
kondisi hipotensi akut tertentu.
Terapi penunjang pada gagal
jantung dan hipotensi akut.
26.
Intr
avena
27.
Untuk mengobati berbagai
jenis infeksi bakteri, termasuk
keadaan parah atau yang
9.
Kontra indikasi
10.
Efek samping
15.
Hipernatremia, kelainan
ginjal, kerusakan sel hati,
asidosis laktat.
16.
Edema jaringan pada
penggunaan volume yang besar,
biasanya paru-paru.
21.
Trombosis vaskular
perifer atau mesenterik, pasien
mengalami hipotensi akibat
kekurangan darah, kecuali
sebagai penanganan darurat
untuk memelihara perfusi arteri
koroner dan otak sampai proses
penggantian vol darah
berlangsung lengkap. Selama
pemberian anestesi siklopropan
dan halotan.
28. Hipersensitif
terhadap
cephalosporin dan
22.
Sakit kepala sementara
dan mendadak, bradikardi,
aritmia, cedera iskemik,
ansietas, kesulitan bernapas,
ekstravasasi, nekrosis yang
meluas pada tempat Inj, deplesi
vol plasma (pada penggunaan
jangka panjang).
1. Reaksi hipersensitivitas
(urticaria, pruritus, ruam,
4jam
penicillin (sebagai
reaksi alergi silang).
29.
30.
32.
cin
Ciprofloxa 33.
4
00mg/
34.
1
2jam
35.
Intr
avena
36.
Untuk mengobati infeksi
yang disebabkan oleh kuman
patogen yang peka terhadap
ciprofloxacin, antara lain pada :
- Saluran kemih termasuk
prostatitis.
- Uretritis dan serpisitis gonore.
- Saluran cerna, termasuk demam
thyfoid dan parathyfoid.
- Saluran nafas, kecuali
pneumonia dan streptococus.
- Kulit dan jaringan lunak.
- Tulang dan sendi.
37.
- Penderita yang
hipersensitivitas terhadap
siprofloksasin dan derivat
quinolone lainnya
- tidak dianjurkan pada wanita
hamil atau menyusui,anak-anak
pada masa pertumbuhan,karena
pemberian dalam waktu yang
lama dapat menghambat
pertumbuhan tulang rawan.
- Hati-hati bila digunakan pada
penderita usia lanjut
- Pada penderita epilepsi dan
penderita yang pernah mendapat
gangguan SSP hanya digunakan
bila manfaatnya lebih besar
dibandingkan denag risiko efek
sampingnya.
38.
Efek samping
siprofloksasin biasanya ringan
dan jarang timbul antara lain:
- Gangguan saluran cerna :
Mual,muntah,diare dan sakit
perut
- Gangguan susunan saraf
pusat : Sakit
kepala,pusing,gelisah,insomnia
dan euforia
- Reaksi hipersensitivitas :
Pruritus dan urtikaria
- Peningkatan sementara nilai
enzim hati,terutama pada pasien
yang pernah mengalami
kerusakan hati.
B. ANALISA DATA
39.
No
.
44.
1.
40.
Data Fokus
45.
DS:
46.
Klien mengatakan sesak nafas.
47.
DO:
- TD
: 70/50 mmHg
- SpO2
: 99%
- Nadi
: 132x/menit
- Suhu
: 36C
- RR
: 28x/menit
- Terdapat penggunaan otot bantu
pernapasan
48. Hasil BGA
49.
50. 7,
p
4
0
(
N
)
51.
52. 1
P
9
(
L
)
53.
54. 1
H
1,
8
(
L
)
55.
56. B
1
3,
0
57.
58. B
1
0,
7
59.
60. 1
S
0
0
61. Asidosis
metabolik
terkompensasi sempurna
41.
Masalah
63.
Gangguan
pertukaran gas
42.
Etiologi
64.
ventilasi
perfusi dan
perubahan
membrane
alveolar
43.
T
TD
65.
66.
2.
73.
3.
80.
4.
62.
67. DS:
68. Klien mengatakan sesak nafas.
69. DO:
a. Orthopnea
b. Terdapat retraksi dinding dada
c. Terdapat penggunaaan otot bantu
pernafasan (intercosta).
d. RR: 28 x/menit, cepat, dangkal
74. DS :
Konjungtiva anemis
Hb : 7,2 mg/dl
TTV
(HR:132x/mnt,
R:
28x/mnt)
76.
81. DS :
82. Keluarga
mengatakan
selama di perjalanan pasien
mengeluarkan
keringat
dingin
83. DO :
- TD= 70/50 mmHg
- Mukosa bibir kering dan pucat
- Akral dingin
- Konjungtiva anemis
- Capillary refill > 2
- Tampak keringat dingin di sekitar
dahi dan leher
- Turgor kulit tidak elastis
- Warna urine terlihat pekat
- Kesadaran klien somnolen
84. (GCS E3M6V5)
85. Balance Cairan Dalam 1
Jam
86. Intake
87. Minum = 0 cc
88. Air Metabolik = 5x 52 /24 =
10,83 cc/jam
70.
Pola nafas
tidak efektif
71.
Kelelaha
n otot
pernafasan
72.
77.
Gangguan
perfusi jaringan
78.
Penurun
an komponen
seluler untuk
pengiriman
oksigen/nutrisi
ke sel
79.
96. Keg
agal
an
mek
anis
me
peng
atur
an
97.
95.
Defisit
volume cairan
89. Output
90. Urine = 50 cc
91. IWL =15 x 52/ 24 =
32,5/jam
92. Balance Cairan = Intake
Output
93.
= 10,83 (50 +
32,5)
94.
= - 71,67 cc/jam
98.
C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi dan
perubahan membrane alveolar
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
4.
101.
105. Gangguan
Pertukaran
gas
berhubungan
dengan
ventilasi
perfusi dan
perubahan
membrane
alveolar
Rencana keperawatan
104. Intervensi
107. NIC :
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor pola nafas : bradipena, takipnea,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
Observasi sianosis khususnya membran mukosa
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
111. NIC:
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
Monitor vital sign
Informasikan pada pasien dan keluarga tentang
tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk efektif
112. Gangguan
perfusi
jaringan
perifer
berhubungan
dengan
penurunan
komponen
seluler untuk
pengiriman
oksigen/nutri
si ke sel
116. Defisit
Volume
Cairan
berhubungan
dengan
kegagalan
mekanisme
pengaturan
117.
Tek
anan
systole
dan
diastole dalam rentang
yang diharapkan
AG
D
Kel
elahan yang ekstrim
tidak ada
118. NOC:
119.
Setel
ah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x60
menit defisit
volume cairan
teratasi
dengan
kriteria hasil:
Tekanan
darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
Tidak
ada
tanda
tanda
dehidrasi,
Elastisitas
115.
120.
NIC :
NIC :
122.
turgor
kulit
baik,
membran
mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
Jumlah
dan irama pernapasan
dalam batas normal
Elektrolit
, Hb, Hmt dalam batas
normal
Intake
oral
dan
intravena
adekuat
121.
123.
124. Tgl/
125. Wa
ktu
130. 7/11
/2015
131. 18.3
0
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138. 18.3
7
139.
140.
141. 18.3
9
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149. 18.2
3
150.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
126. Di
agnosa
213. 1
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221. 1
222.
223.
224. 1
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232. 1
233.
234.
235.
236.
237. 3,4
238.
127.
Implementasi
128.
Respon Pasien
129.
Ttd
382.
S: 348.
O: TD: 70/50 mmHg, HR
132x/menit, RR: 28x/menit, T: 36C, SpO2
99%. Terdapat penggunaan otot bantu
pernapasan. Hasil AGD asidosis metabolik
terkompensasi sempurna. Klien somnolen
dengan GCS E3M6V5.
349.
350.
S : klien mengeluh sesak napas.
351.
O : klien diposisikan fowler 90
derajat.
352.
S : klien mengeluh sesak napas.
353.
O : terdengar ronkhi basah kasar
pada paru inferior kanan dan kiri saat
auskultasi. RR 28x/menit. SaO2 99% dalam
BGA 100%. Napas orthopnea, hiperventilasi.
Tidak terdengar snoring. Terdapat penggunaan
otot tambahan interkosta.
354.
S : keluarga mengatakan menyetujui segala
tindakan untuk penyelamatan klien.
355.
O: keluarga dan klien kooperatif
saat diedukasi tindakan yang akan dilakukan.
151.
152.
153.
154.
0
155.
156.
157.
158.
159.
5
160.
161.
162.
163.
6
164.
165.
166.
167.
5
168.
169.
170.
171.
172.
7
173.
174.
175.
18.4
19.0
19.0
19.1
19.2
239.
240.
241.
242. 1,2
,3,4
243.
244.
245.
246. 2
247.
248.
249.
250. 2
251.
252.
253.
254.
255. 3
256.
257.
258.
259. 3
260.
261.
262.
263.
264. 3
265.
266.
267.
356.
S:357.
O : tampak keringat di sekitar dahi
dan leher klien. Akral dingin. Turgor tidak
elastis.
358.
359.
360.
361.
S :362.
O : tidak terdapat sianosis. Capillary
refill > 2 detik. Konjungtiva anemis.
363.
S : klien mengatakan bertambah rileks setelah
diberikan O2
364.
O : klien kooperatif saat diberikan
edukasi mengenai relaksasi.
365.
S : klien mengatakan tidak nyeri dada.
366.
O : pemeriksaan fisik pada jantung
tidak terdapat abonormalitas.
367.
S:368.
O : Kesan pembacaan EKG terdapat
iskemik, T abnormal, dan takikardi.
369.
S : pasien mengatakan lemas.
370.
O : hasil pemeriksaan elektrolit
dalam darah dalam batas toleransi.
176.
0
177.
178.
179.
180.
181.
5
182.
183.
184.
185.
0
186.
187.
188.
189.
190.
5
191.
192.
193.
194.
5
195.
196.
197.
198.
199.
200.
19.3
19.1
19.0
19.1
19.3
268. 3
329.
269.
330.
270.
331.
271.
Evaluasi oedem perifer dan denyut nadi
272.
332.
273. 3
333.
274.
334.
275.
335.
276.
Kelola pemberian obat-obat: kolaborasi pemberian
277. 3,4
diuresis, antibiotik, anti inflamasi dan pemberian PRC 1
278.
kolf.
279.
336.
280.
337.
281.
338.
282.
339.
283.
340.
284.
341.
285. 4 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
286.
342. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
287.
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
288.
343.
289.
344.
290.
345.
291.
346.
292.
Monitor status nutrisi
293. 4
347.
294.
295.
371.
S : klien mengatakan tidak mengkonsumsi
minuman apapun selama satu jam.
372.
O : balans cairan sebelum dilakukan
hidrasi -71,67 cc/jam.
373.
S : klien mengatakan masuk IGD dalam
keadaan kedua kaki bengkak dan perut
membengkak.
374.
O : pitting edema +2 pada
ekstremitas bawah, klien ascites, albumin 2,7
g/dl, Hb 7,2 g/dl, trombosit 40 ribu/uL.
375.
S:376.
O : diberikan furosemide 1 ampul
post hidrasi 1 kolf RL dan NaCl 0,9%.
Diberikan antibiotik ciprofloxacin 400 mg dan
ceftriaxone 2 gr/ 24 jam. Diberikan transfusi
PRC 1 kolf golongan darah AB+ premedikasi
10 mg dexamethasone.
377.
S : klien mengatakan lemas berkurang.
378.
O : klien sedang mendapatkan terapi
hidrasi 500 cc RL dan 500 cc NaCl0,9%. Urine
tampung : 500 cc dan terus bertambah setelah
diberikan furosemide. Membran mukosa masih
kering, turgor tidak elastis.
379.
S : klien mengatakan merasa haus.
380.
O : klien mengkonsumsi 300cc air
201.
202. 20.1
0
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209. 20.1
2
210.
211.
212.
383.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
384. Tang
gal/Jam
388. 7/11/1
5
389. 22.00
390.
391.
392.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
22.00
385.
Diagnosa
386.
Evaluasi Sumatif
387.
TTD
394. S :
403.
395. Klien mengatakan sesak napas berkurang dengan posisi setengah duduk. Sesak faisal
bertambah jika posisi terlentang.
396.
397. O :
- TTV : TD 100/80 mmHg, RR 122 x/menit, RR 24 x/menit, T 36,8 C, napas reguler.
- Masih terdengar ronchi basah kasar. Hasil X foto thorax AP terdapat pneumonia.
Tidak terdapat penggunaan otot bantu napas (interkosta), saturasi 100%, O2 NRM
8lpm. Klien mampu diposisikan semi fowler.
398.
399. A :
400. Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi.
401.
402. P : Lanjutkan intervensi
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Monitor respirasi dan status O2
- Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
- Observasi sianosis khususnya membran mukosa
417. S :
428.
418. Klien mengatakan sesak nafas berkurang. Klien juga tidak merasa tercekik saat faisal
bernafas
419.
420. O:
- TTV : TD 100/80 mmHg, RR 122 x/menit, RR 24 x/menit, T 36,8 C, napas reguler.
421. Masih terdengar ronchi basah kasar. Hasil X foto thorax AP terdapat pneumonia.
Tidak terdapat penggunaan otot bantu napas (interkosta), saturasi 100%, O2 NRM
412.
413.
414.
415.
22.00
429.
22.00
444.
443.
faisal
461.
22.00
berhubungan dengan
kegagalan mekanisme
pengaturan
446.
448. Klien mengatakan merasa haus dan telah minum air mineral setengah botol faisal
Aqua
449.
450. O:
- Balance Cairan dalam 2 jam
451.
Intake = Infus (1000 cc) + Minum (300 cc) + Air metabolik (21,66 cc) =
1321,6 cc/2jam
452.
Output = Urine (1600 cc) + IWL (65 cc) = 1665 cc/2jam
453.
Balance Cairan = -343,34 cc/2jam
454.
- Maintanance cairan RL 20 tpm dan tranfusi PRC 1 kolf
- Turgor kulit elastis
- Konjunctiva anemis
- Akral tidak teraba dingin
- Membran tidak terlihat kering
- Hasil elektrolit dalam batas normal
455.
456. A:
457. Defisit volume cairan belum teratasi
458.
459. P:
460. Lanjutkan intervensi
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik), jika diperlukan
- Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (albumin dan total protein )
- Monitor vital sign setiap 15menit 1 jam
- Kolaborasi pemberian cairan IV
- Monitor status nutrisi
- Berikan cairan oral
EGC.
467. M. A Handerson, 1992, Anatomi dan Fisiologi, EGC : Jakarta
468. Marilynn E. Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III,
469.
470.
471.
472.