PEDOMAN PELAYANAN
(ICCU)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Batasan Operasional
D. Landasan Hukum
E. Pengorganisasian
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi sumber daya manusia
B. Distribusi ketenagaan
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
B. Standar fasilitas
BAB IV
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Tata laksana keselamatan pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia, penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian
nomor satu saat ini. Diperkirakan akan semakin banyak orang yang meninggal
karena penyakit
lainnya.Dari survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pad
tahun 2004,diperkirakan sebanyak 17,1 juta orang meninggal (29,1% dari jumlah
kematian total) karena penyakit jantung danpembuluh darah.Dari kematian 17,1
juta orang tersebut diperkirakan 7,2 juta kematian disebabkan oleh penyakit
jantung koroner.Pada tahun 2030,WHO memperkirakan akan terjadi 23,6 juta
kematian karena penyakit jantung dan pembuluh darah.Asia Tenggara juga
diprediksi merupakan daerah yang mengalami peningkatan tajam angka
kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Manifestasi komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling sering
diketahui bersifat fatal adalah kejadian henti jantung mendadak.Sampai saat ini
kejadian henti jantung mendadak merupakan penyebab kematian tertinggi di
Amerika dan Kanada. Walaupun angka insiden belum diketahui secara pasti,
Pusat Pengendalian Pencegahan dan Kontrol Penyakit Amerika Serikat
memperkirakan sekitar 330.000 orang meninggal karena penyakit jantung
koroner di luar rumah sakit atau ruang gawat darurat. 250.000 diantaranya
meninggal di luar rumah sakit. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, hanya disebutkan prevalensi nasional
penyakit jantung sebesar 7,2%, namun angka kejadian henti jantung mendadak
belum didapatkan.
RSUD Pasar Minggu sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang
mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan ICCU yang
profesional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada
perawatan
profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerjasama dalam tim. Selain
itu diperlukan juga dukungan sarana dan prasarana serta peralatan juga
diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan ICCU. Dengan tersedianya
pelayanan ICCU di RSUD Pasar Minggu diharapkan dapat mengurangi angka
kematian yang disebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah.
B. Ruang Lingkup
a. Pengertian
Ruangan Intensive Coronary Care Unit (ICCU) adalah unit pelayanan rawat
inap di rumah sakit yang memberikan perawatan khusus pada pasien yang
memerlukan perawatan yang intensif akibat mengalami gangguan jantung
dan pembuluh darah dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih serta
didukung dengan kelengkapan peralatan khusus pula.
b. Ruang Lingkup
Ruang pelayanan ICCU melayani pasien-pasien yang berpenyakit
jantung dan pembuluh darah dengan kondisi kritis yang memerlukan
perawatan,pengobatan, pengawasan dan penanganan khusus.
c. Tujuan Pelayanan
1. Mencegah terjadinya kematian akibat gangguan jantung
dan pembuluh darah
2. Mencegah terjadinya penyulit
3. Menerima rujukan dari level lebih rendah dan melakukan
rujukan ke level yang lebih tinggi
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
khususnya jantung dan pembuluh darah
5. Mengurangi angka kematian pasien
gangguan
jantung
dan
pembulluh
kritis
akibat
darah
serta
pemantauan
jantung.Terapi tidak
terbatas.
Pasien Prioritas 2 (Dua):
Pasien yang memerlukan pemantauan canggih di
ICCU,sebab sangat beresiko terancam gangguan
pada sistem organ vital bila tidak mendapatkan
terapi
intensif
segera,misalnya
pasien
pasca
mempunyai
harapan
kecil
untuk
prioritas
1(satu),
2(dua)
dan
3(tiga).
2. Kriteria Keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICCU berdasarkan
pertimbangan medis oleh Kepala ICCU (intensivist) dan
tim yang merawat pasien. Indikasi keluar ICCU antara
lain sebagai berikut:
Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan
cukup stabil
Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil
pada pasien.
Pasien sudah tidak menggunakan ventilator lagi
Pasien mengalami mati batang otak
Pasien mengalami gagal napas stadium akhir
Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di
ICCU (pulang Paksa)
D. Landasan Hukum
Dalam pelayanan ICCU di RSUD Pasar Minggu memiliki landasan hukum
sebagai berikut :
1. UU no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU no. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
Kepala ICCU
Tugas Pokok :
a. Menyelenggarakan upaya pelayanan
ICCU sesuai dengan
kemampuan
Koordinator Pelayanan
Tugas Pokok
a. Menyediakan kelengkapan fasilitas,sarana dan prasarana sesuai
dg kegiatan yang ada,pengaturan SDM yang dibutuhkan sehingga
kegiatan pelayanan ICCU berjalan lancar
b. Menyelenggarakan upaya pelayanan ICU serta melaksanakan
rujukan ke dan dari SMF lain bila perlu
Uraian Tugas
a. Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana kebutuhan
ICCU setiap tahunnya
b. Menyediakan kelangkapan pelayanan ICCU berdasarkan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh ketua tim pelayanan
ICCU
c. Menyediakan kelengkapan tugas pendidikan, latihan dan penelitian
seta pengembangan sesuai kebijakan tim
d. Menyelenggarakan kerjasama dengan SMF di RS
e. Bertanggung jawab kepada kepaa ICCU atas penyelenggaraan
pelayanan ICCU di RS
Perawat
Tugas pokok:
Mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan secara komprehensif
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan
keperawaratan serta evaluasi pada pasien ICCU
Uraian tugas:
a. Bertindak sebagai anggota tim ICCU di semua jenis pelayanan
b. .Melaksanakan semua program perawatan, sesuai dengan
rencana kekperawatan yang disepakati oleh tim
c. Melaksanakan reevaluasi pasien dengan mengusulkan program
keperawatan selanjutnya bagi pasien
d. Bertanggung jawab atas pelaksanaan program perawatan ICCU
kepada koordinator pelayanan ICCU
e. Melaksanakan pelatihan bagi tenaga perawat di lingkungan
pelayananan ICCU
STANDAR KETENAGAAN
N
O
KUALIFIKASI
NAMA JABATAN
PENDIDIKAN
Kepala ICCU
Intensivist / dr
spesialis anestesi/dr
spesialis jantung dan
pembuluh darah
2.
Staf Medis
Dr.spesialis/dokter
jaga 24 jam(standby)
3.
Perawat
D3 keperawatan sdh
pelatihan Kardiologi
Dasar dan ICU
4.
Tenaga Non
Kesehatan
Min SMA/sederajat
1.
SERTIFIKASI
KIC(Konsultan
Intensive Care)
ALS/ACLS/FCCS
(Fundamental
Critical Care
Support)
Pelatihan Kardiologi
Dasar da ICU min 3
bulan(min 50% dari
jumlah seluruh
perawat merupakan
perawat terlatih dan
bersertifikat
Kardiologi Dasar
dan ICU)
Tenaga administasi
yang mampu
operasikan
komputer/Tenaga
pekarya/Tenaga
kebersihan
PENGALAMAN
KERJA
KEBUTUHAN
Minimal 1
tahun
Minimal 1
tahun
Perbandingan
perawat : pasien
= 1:1
Sesuai
kebutuhan
B. Distribusi Ketenagaan
a. Dokter Intensivist/dr spesialis jantung dan pembuluh darah
Harus memenuhi Standar Kompetensi sebagai berikut:
Terdidik dan bersertifikat KIC(Konsultan Intensive Care)
Menunjang kualitas pelayanan ICU dan menggunakan sumber daya
secara efisien
Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan
ICU
Bersedia berpartisipasi dalam satu unit yang memberikan pelayanan
24 jam/7 hari/seminggu
Mampu melakukan prosedur Critical Care yaitu:
a. Sampel darah arteri
b. Mempertahankan
jalan
napas:
intubasi
trakheostomi,ventilasi mekanis
trakheal,
pemimpin
tim,menggabungkan
dan
diperlukan
Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan ALS/ACLS/FCCS
Perbandingan dokter : pasien = 4 : 6-8 bed
c. Perawat
Ruang ICU harus memiliki jumlah yang cukup dan lebih dari 50% harus
sudah pelatihan ICU minimal 3 bulan. Jumlah perawat ICU ditentukan
berdasarkan jumlah tempat tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik.
Perbandingan perawat : pasien yang menggunakan ventilasi mekanik
adalah
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
Instalasi ICCU merupakan instalasi untuk perawatan pasien gangguan
jantung dan pembuluh darah dengan keadaan belum stabil sehingga
memerlukan
pemantauan
ketat
secara
intensif
dan
indakan
Nama
Fungsi
Besaran
Ruangan
1.
Loker/Ru
an
Sesuai
ang Ganti
kebutuhan
Kebutuhan Fasilitas
Ruang/Luas
Loker
untuk
petugas,disediakan
2.
Ruang
Sesuai
Sofa,lemari, meja,kursi
3.
Perawat
Ruang
perawat
Ruang
dan
kebutuhan
Sesuai
Sofa,lemari, meja,kursi
Kepala
istirahat
kepala
kebutuhan
Perawat
R. Dokter
perawat
Ruang dokter
4.
kerja
terdiri
dan
Sesuai
Sofa,lemari,
kebutuhan
meja,kursi,wastafel,toilet
Min
Ventilator,troley
ruang
istirahat
5.
Daerah
Rawat
Pasien
ICCU:
Ruang
tempat
tidur
16m2,
belum
emergensi(laringoskop,
termasuk
ETT,
jam
ruang
spuit,selang
antara
suction,obat2an
dg
pemantauan
terus menerus.
Kamar
yang
sungkup,OPA,
emergensi),
syringe
memerlukan
meter,EKG,Kapnografi,te
ruang
rmperatur,kateter
ICCU
dg
sentra,
per
khusus
pasien,
dinding
vena
monitor,bed
ICU,defibrilator,O2
jendela
denga
ruang
ICCU
lainnya
dan
thorax,mobile
antara,karena suasana
ray,echocardiografi
X-
6.
Central
Ruang
Monitorig
melakukan
perencanaan,pengorga
pakai,komputer,printer,E
nisasian,asuhan
KG monitoring system
Nurse
station
untuk
4-16 m2
dan
Kursi,meja,
lemari
pelayanan
keperawatan
24
selama
jam,pengaturan
jadwal,dokumentasi
sampa evaluasi( bisa
menggunakan
pembatas fisik tembus
7.
Gudang
pandang )
Ruang
penyimpanan
Sesuai
Ventilator,mesin
alat medis
kebutuhan
Lemari
kondisi
siap
Gudang
Seuai
bersih
kebutuhan
habis
pakai
diperlukan
yang
untuk
Gudang
kotor
Spoelhoo
4-6 m2
membuang kotoran
bekas
pelayanan
k
10.
11.
terutama
berupa
permukaan lantai
Ruang
cairan.
Tempat keluarga atau
Sesuai
tunggu
kebutuhan
keluarga
unggu
pasien
Ruang
Ruang
Administr
menyelenggarakan
asi
kegiatan
untuk
3-5
m2/petugas
arsip,
administrasi
khususnya
telepom/intercom,komput
pelayanan
er,printer
dan
ATK
lainnya
Janitor/R.
ICCU
Ruangan
Cleaning
penyimpanan
Service
dan
peralatan
tepat
4-6m2
Lemari/rak
Kloset duduk/jongkok
barang
untuk
kebersihan
ruangan,ada
13.
14
15.
Toilet
area
basah
KM/WC
KM/WC
(petugas
pria
dan
wanita luas
pengunju
2-3 m2
ng)
R.Penyim
Ruang
panan
penyimpanan
silinder
medis cadangan
/gasmedik
R.Parkir
brankar
tempat
dan
4-8 m2
2-6 m2
brankar
gas
Persyaratan Khusus
1. Letak bangunan instalasi ICCU harus berdekatan dengan instalasi
bedak sentral, Instalasi gawat darurat,laboratorium dan instalasi
radiologi
2. Harus bebas dari gelomBang elektromagnetik dan tahan terhadap
getaran
3. Gedung harus terletak di daerah yang tenang
4.
5.
6.
7.
8.
dinding
lantai
tidak
boleh
berbentuk
sudut/harus
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. ALUR PELAYANAN
Pasien yang memerlukan pelayanan ICU dapat berasal dari :
1. Pasien dari IGD
2. Pasien dari HCU
3. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain seperti kamar
bersalin, ruang endoskopi, ruang hemodialisa
4. Pasien dari ruang rawat inap
B. INFORMED CONSENT
Informed
consent
komunikasi
adalah
suatu
proses
yang
menunjukkan
bertemunya pikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak
akan dilakukan tehadap pasien. Definisi operasionalnya adalah
suatu
pernyataan
sepihak
dari
orang
yang
berhak(
yaitu
prognosa
penyakit
yang
diderita
pasien.Penjelasan
atau
dokter
yang
ICCU
Perawat intensive care
Dokter ahli mikrobiologi klinik
Ahli farmasi klinik
Dietesion,Ahli Nutrisi Klinik/Ahli Gizi Klinik
Fisioterapis
Tenaga lain sesuai klasifikasi ICCU
mikrobiologi
multidisipliner
3. Mempergunakan
klinik
berkolaborasi
standar,protokol
pada
atau
pendekatan
guideline
untuk
yang
sudah
tersertifikasi,
menyeluruh,mengambil
dengan
asas
prioritas
dan
keputusan
akhir
merupakan
kesehatan
yang
mengatur
1. Rujukan Eksternal:
Rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan:
Rujukan Vertikal:
Rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan tingkatan
berbeda
Rujukan Horisontal:
Rujukan ke fasilitas
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien
Program keselamatan pasien (patient safety) dikelola oleh Panitia KPRS
(Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Sesuai sistematika program yang telah
ditetapkan oleh panitia KPRS, maka tatalaksana bidang Keselamatan Pasien
mengacu pada hal tersebut dengan metode dan uraian sebagai berikut :
1. Tujuh (7) Standar Keselamatan Pasien yaitu :
1. Hak pasien;
2. Mendidik pasien dan keluarga;
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan;
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien;
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien;
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
2.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Pengelolaan sistem Keselamatan Kerja di Instalasi ICU RSUD Pasar Minggu
mengacu pada buku Pedoman Umum Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan
Kewaspadaan Bencana yang disusun oleh K3 (Keselamatan Kerja Karyawan)
RSUD Pasar Minggu, sedangkan uraian hal dimaksud adalah sebagai berikut :
PEDOMAN PELAKSANAAN KESELAMATAN KERJA
(2)
(3)
(4)
(5)
(2)
(3)
Gangguan Fisiologis
b)
Gangguan Tidur
c)
Gangguan Komunikasi
d)
Gangguan Psikologis
e)
Gangguan Pendengaran
(ISO,1979) batas aman bagi kesehatan, yaitu getaran paling kecil yang dapat
mengganggu kesehatan adalah 14 mm/detik.
Pengaruh dari getaran adalah:
a) Menggangu kenyamanan kerja
b) Mempercepat terjadinya kelelahan
c) Membahayakan kesehatan
5) Gelombang Radiasi
Radiasi dapat ditimbulkan oleh peralatan-peralatan dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat sekarang ini. Radiasi gelombang elektromagnetik terdiri
dari radiasi yang mengion dan radiasi yang tidak mengion, seperti gelom-banggelombang mikro, sinar laser, sinar tampak (termasuk sinar dari layar monitor),
sinar infra red, sinar ultra violet.
Nilai Ambang Batas (NAB) telah diatur menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 dan . Pengaruh dari pada
radiasi adalah:
a) Menyebabkan kemandulan
b) Menyebabkan mutasi gen
c) Menyebabkan berbagai penyakit mata
d) Menyebabkan iritasi kulit
cukup
d) Menggunakan alat pelindung diri
e) Merawat mesin secara rutin dan Pemberian makanan tambahan
1) Mengetahui Material Safety Data Sheets (MSDS) dari setiap material atau bahan.
2) Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia harus dikelompokan dan disimpan
dengan baik. Ruang penyimpanan sebaiknya terbuat dari bahan tahan api,
mempunyai ventilasi yang cukup baik untuk mencegah terjadinya akumulasi gasgas yang berbahaya. Suhu ruang penyimpanan juga harus disesuaikan, setiap
kali harus diamati apakah kondisi ruang penyimpanan selalu bersih, tidak ada
bocoran atau tumpahan zat kimia.
3) Material Handling yang baik yaitu membawa atau memindahkan bahan kimia dari
suatu tempat ke tempat lain harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat
menimbulkan bahaya bila sampai terjatuh atau tumpah.
4) Ruang tempat kerja harus mempunyai sistem ventilasi yang cukup dimana aliran
udara masuk dan keluar cukup bersih. Penerangan dan suhu ruang kerja juga
harus diperhatikan.
5) Pemantauan secara berkala konsentrasi gas di ruangan yang dapat memapar
pekerja
6) Sebelum bekerja dengan bahan-bahan kimia, terlebih dahulu para pekerja harus
diberikan pelatihan yang memadai agar dapat bekerja sesuai dengan Standart
Operating Prosedur (SOP) yang berlaku.
7) Penggunaan alat pelindung diri
8) Pemeriksaan pra kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus terhadap
pekerja
c. Faktor-faktor Biologis di lingkungan Rumah sakit
Dalam lingkungan rumah sakit terdapat berbagai macam penyakit yang di
sebabkan oleh agent biologi atau Mikro organisme.
Secara garis besar agent - agent biologi dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Kelompok
Bakteri
misalnya:
Streptococcus,
Salmonella,
Staphylococcus,Legionella Pneumophilla
2) Kelompok Virus, misalnya: HIV, HBV
3) Kelompok Jamur, misalnya: Blastomycetes, Actinomycetes
4) Kelompok Parasit, misalnya: Ancylostoma, Ascaris
5) Kelompok Ricketsia dan Chlamydia, misalnya: LGV, Psittacosis
Cara penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain dapat terjadi
dengan berbagai cara, misalnya:
1) Melalui saluran pernapasan
2) Melalui kontak kulit
3) Melalui saluran pencernaan
4) Melalui peredaran darah
Bagian-bagian tubuh penderita yang dapat menjadi sumber penularan antara
lain adalah : Urine, Tinja, Keringat, dan Sputum
6) Gunakan kereta dorong atau alat lain yang beroda untuk mengangkut
material.
7) Gunakan rak beroda untuk mengurangi pekerjaan memuat maupun membongkar.
8) Di tempat kerja, gunakan rak bersekat-sekat yang dapat menampung lebih
banyak barang, agar mengurangi jumlah barang yang harus di pindahpindahkan.
9) Gunakan alat bantu mekanis untuk mengangkat, menurunkan maupun
memindahkan benda-benda yang berat.
10)Kurangi penanganan barang / material, dengan cara menggunakan alat-alat
bantu.
11) Mengangkat / membawa barang yang berat, bagi barang menjadi beberapa
bagian yang lebih ringan yang ditempatkan dalam kemasan, kotak, nampan
dan lain-lain.
12)Buatkan pegangan khusus pada semua barang dalam kemasan atau kotak,
dan lain-lain yang akan diangkat maupun dibawa, atau tentukan bagian yang
dapat dijadikan pegangan.
13)Bila memindahkan barang secara manual (tanpa alat), usahakan sesedikit
mungkin gerakan meninggikan atau merendahkan dari posisi ketinggian
semula
14)Bila memindahkan benda-benda yang berat, lakukan secara mendatar
dengan didorong atau ditarik, jangan diangkat maupun diturunkan
15)Sewaktu mengerjakan benda/barang, membawa, mengangkat dan sebagainya hindari gerakan membungkuk maupun memutar pinggang
16)Benda yang kita bawa agar selalu dirapatkan pada badan kita
17)Lakukan gerakan mengangkat dan menurunkan barang secara perlahanlahan, dan hindarkan gerakan memutar pinggang ataupun membungkukkan
badan
18)Bila kita mengangkat beban/benda panjang, tumpukan sebagian beban berat
di atas bahu (dipikul), agar terjaga keseimbangan tubuh
19)Untuk menghindari kelelahan dan cedera tubuh, bagi mereka yang melakukan pekerjaan mengangkat beban berat, seyogyanya diselingi dengan
pekerjaan-pekerjaan ringan
20)Sediakan dan tempatkan bak sampah pada posisi yang memudahkan
penggu-naannya
21)Jalur-jalur keluar bangunan (untuk keadaan darurat), agar diberi tanda/garis/tulisan yang jelas, serta harus bersih dari benda-benda yang dapat
menghambat.
sistem
pencahayaan
yang
memadai
untuk
pekerjaan
yang
selalu
jendela-jendela
dan
rawat
selalu
sumber-sumber
penerangan
Lindungi para pekerja dari hawa panas yang berlebihan dalam ruangan
2)
Lindungi tempat kerja dari hawa panas dan dingin yang berlebihan dari luar
ruangan
3)
Pasanglah lapis penyekat atau isolasi pada sumber panas dan sumber dingin
4)
5)
Perbanyak
penggunaaan
sistem
ventilasi
alami
untuk
meningkatkan
2)
3)
4)
5)
Pilihlah lampu tangan yang sudah terisolasi dengan baik dari bahaya
sengatan listrik maupun panas
6)
Pastikan bahwa kabel-kabel yang menghubungkan peralatan dan lampulampu berada dalam kondisi aman
7)
e. Fasilitas Umum
1)
2)
Sediakan fasilitas air minum, ruang makan, dan ruang istirahat dengan
kondisi yang baik dan nyaman untuk para pengguna
3)
4)
5)
6)
Sediakan alat pelindung diri yang memadai dan mampu melindungi para
karyawan sesuai dengan peruntukannya
7)
Jika bahaya di ruang kerja tidak dapat dihilangkan dengan cara lain, maka
gunakan dan pilih alat pelindung diri yang cocok dan mudah perawatannya bagi
pekerja yang menggunakannya
8)
Pastikan bahwa pekerja yang perlu menggunakan alat pelindung diri secara
teratur, harus mengikuti petunjuk penggunaaan yang tepat, proses adaptasi serta
pelatihan pemakaian
9)
Pastikan bahwa semua orang dapat menggunakan alat pelindung diri bila
diperlukan
10)
Pastikan bahwa alat pelindung diri dapat diterima oleh semua pekerja
11)
12)
13)
Disetiap ruang perawatan harus tersedia emergency suction yang selalu siap
pakai dan dapat dipergunakan setiap saat.
i. Kamar dilengkapi dengan bel yang mudah dijangkau dan lampu darurat
Setiap kamar perawatan dilengkapi dengan bel yang letaknya mudah
dijangkau serta lampu darurat yang otomatis menyala ketika dibutuhkan.
j. Penandaan/label pada pasien (gelang)dan penandaan gambar dan warna
pada tempat tidur pasien dengan kondisi tertentu
kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan secara menyeluruh yang
bersifat umum dan operasional. Kebijakan tersebut dibuat, disosialisasikan kepada
semua pekerja agar prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan
secara efektif dan menjadi bagian dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Keterkaitan dalam upaya pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja rumah
sakit
selain
pengendalian
teknis
juga
perlu
memperhatikan
pengendalian
administratif, dimana salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah sistem
pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja, yaitu:Pencatatan peristiwa kecelakaan
kerja
Diklat, dll.
Penggolongan tersebut di atas bertujuan:
(1) Memudahkan bagi penghasil untuk pembuangan sampah (sesuai jenis warna
kantong)
(2) Mencegah terkontaminasinya limbah padat non medis dari limbah padat medis
(3) Memudahkan
pengelola
sampah
dalam
mengenali
sampah
didalamnya
tidak
bisa
digunakan
sangat
disarankan
karena
akan
proses penguapan
dilakukan
untuk
membuang
limbah
farmasi
hendaknya dilakukan di tempat terbuka jauh dari api, motor elektrik, atau
intake conditioner. Proses penguapan dapat menimbulkan pencemaran udara
karena itu metode ini hendaknya hanya digunakan untuk limbah farmasi
dengan sifat racun rendah. Bahan ditempatkan dalam wadah non reaktif yang
mempunyai bidang permukaan luas.
g) Umumnya limbah farmasi harus dibuang melalui incenerator. Secara umum,
tidak disarankan untuk membuangnya ke dalam saluran air kotor.
6) Limbah bahan kimia
Limbah dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Pembuangan limbah kimia ke
dalam saluran air kotor dapat menimbulkan korosi atau berupa ledakan.
Reklamasi dan daur ulang bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) dapat
diupayakan bila secar teknis dan ekonomis memungkinkan. Disarankan untuk
berkonsultasi dengan instansi berwenang untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.
Mercuri banyak digunakan dalam penyerapan restorasi amalgam. Limbah
mercuri amalgam tidak boleh dibakar dengan incenerator karena akan
menghasilkan emisi yang beracun. Terlepas dari produksi limbah kimia, prosedur
pengamanan adalah yang terpenting (good housekeeping). Disarankan untuk
berkonsultasi dengan instansi berwenang untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.
7) Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Limbah ini dapat berasal
dari antara lain; tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay & bac-teriologis
(baik cair, padat maupun gas).
Hal-hal yang harus dipenuhi secara umum dalam penanganan dan pembuangan
limbah golongan ini adalah personil harus sesedikit mungkin memperoleh
paparan radiasi. Kepala Pengamanan Radiasi harus bertanggung jawab untuk
penanganan yang aman, penyimpanan dan pembuangan limbah radioaktif.
Pejabat ini harus bertanggung jawab untuk semua urusan pengamanan radioaktif
dan mencari petunjuk, bila diperlukan unit yang menghasilkan limbah radioaktif
hendaknya menetapkan area khusus untuk penyimpanan limbah radioaktif , yang
harus dikemas dengan benar. Tempat khusus tersebut hendaknya diamankan
dan hanya digunakan untuk tujuan itu.
8) Limbah plastik
Masalah yang ditimbulkan oleh limbah plastik adalah terutama karena jumlah
penggunaan yang meningkat secara cepat seiring dengan penggunaan barang
medis disposable seperti syringe dan selang. Penggunaan plastik lain seperti
pada tempat makanan, kantong obat, peralatan dll juga memberi kontribusi
meningkatnya jumlah limbah plastik. Terhadap limbah ini barangkali perlu
dilakukan tindakan tertentu sesuai dengan salah satu golongan limbah di atas
jika terkontaminasi bahan berbahaya.
Apabila pemisahan dilakukan dengan baik, bahan plastik tidak terkontaminasi
dapat dibuang melalui pelayanan pengangkutan sampah kota/umum.
Dalam pembuangan limbah plastik hendaknya memperhatikan aspek berikut:
a) Pembakaran beberapa jenis plastik akan menghasilkan emisi udara yang
berbahaya. Misalnya pembakaran plastik yang mengandung PVC (Poly Vynil
Chlorida) akan menghasilkan hidrogen chlorida, sementara itu pembakaran
plastik yang mengandung nitrogen seperti plastik formaldehida urea akan
menghasilkan oksida nitrogen.
b) Keseimbangan campuran antara limbah plastik dan non plastik untuk
pembakaran dengan incinerator akan membantu pencapaian pembakaran
sempurna dan mengurangi biaya operasi incenerator
Sarana penampungan harus memadai, letak pada lokasi yang tepat, aman
dan hygienis. Standarisasi kantong pada limbah klinis dapat dilakukan dengan
pembedaan warna maupun dengan label, hal ini diperlukan agar menghindari
kesalahan petugas dalam pengelolaan.
Keseragaman standar kantong & kontainer limbah memberikan keuntungan
sebagai berikut:
Mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf yang dimutasikan antar instasni/unit
Meningkatkan keamanan secara umum, baik pada pekerjaan di lingkungan
rumah sakit maupun pada penanganan limbah di luar rumah sakit.
Pengurangan biaya produksi kantong & kontainer
3) Pengangkutan
Dalam strategi pembuangan limbah rumah sakit hendaknya memasukkan
prosedur pengangkutan limbah internal dan eksternal. Pengangkutan internal
biasanya berawal dari titik penampungan ke onsite incinerator Rumah Sakit atau
oleh pihak ketiga yang sudah diakui oleh pemerintah.
Peralatan tersebut harus diberi label dan dibersihkan secara reguler dan
hanya digunakan untuk mengangkut sampah . Setiap petugas hendaknya diberi
APD (alat pelindung diri) khusus.
Pengangkutan sampah klinins dan yang sejenis ke tempat pembuangan di
luar memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus diikuti oleh seluruh
petugas yang terlibat. Prosedur tersebut harus memenuhi peraturan angkutan
lokal. Bila limbah klinis dan yang sejenis diangkut dengan kontainer khusus, kuat
dan tidak bocor. Kontainer harus mudah ditangani dan harus mudah dibersihkan.
4) Pemusnahan
Incinerator digunakan untuk melakukan proses pembakaran yang dilaksanakan dalam ruang ganda incinerator yang mempunyai mekanisme pemantauan
secara ketat dan pengendalian parameter pembakaran. Limbah yang combustible
dapat dibakar bila incinerator yang tepat tersedia, bila tidak justru akan merusak
dinding ruang incinerator. Residu dari incinerator/abu bisa dibuang langsung ke
landfill, namun tidak untuk residu yang mengandung logam berat.
kehilangan
panas,
sehingga
tercapai
kecepatan
reaksi
yang
menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala
(flash ponit) rendah (210C)
d. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi
oksidasi, mengakibatkan reaksi eksothermis (keluar panas)
e. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan kulit atau mulut.
f. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari
6,35 mm/tahun dengan temperatur uji 55 0C, mempunyai pH sama atau kurang
dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa)
g. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan
tubuh.
h. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir.
i. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio.
j. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti dapat
merubah genetika.
k. Arus listrik
Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi
oleh:
a.
Daya racun dinyatakan dengan satuan LD 50 atau LC50, dimana makin kecil nilai
LD50 atau LC50 B3 menunjukkan makin tinggi daya racunnya
b.
c.
d.
e.
Kerentanan
calon
korban
paparan
B3,
karena
masing-masing
individu
MSDS,
pembuatan
prosedur
kerja,
pengaturan
tata
ruang,
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan,
maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara
bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi efektif dan efisien serta memberi
kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat. Dengan latar belakang
Morning Report
Case Presentation
Rapat Bulanan
D.
Supervisi rutin; dilaksanakan oleh Ka. Instalasi ICCU dan supervisi unit terkait
BAB IX
PENUTUP
Buku Pedoman Pelayanan Intensive Coronary Care Unit (ICCU) disusun dalam
rangka memberikan acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di unit pelayanan
ICCU