Anda di halaman 1dari 154

LAPORAN AKHIR

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Sebagai tindak lanjut terbitnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta No. 1

Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surakarta, maka
sesuai Undang-Undang (UU) No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, RTRW
sebagai rencana umum tata ruang memerlukan rencana rinci tata ruang sebagai
perangkat operasional berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Dalam konteks
Kota Surakarta, RTRW Kota Surakarta membagi wilayah kota menjadi enam kawasan
perencanaan rinci. Salah satunya adalah Kawasan I yang terdiri sebagian wilayah
Kecamatan Jebres, sebagian wilayah Kecamatan Pasarkliwon, sebagian wilayah
Kecamatan Serengan dan sebagian wilayah Kecamatan Laweyan.
Dalam proses penyusunan atau penetapan Perda tentang RDTR Kota Surakarta
Kawasan I, sebagai bagian dari sebuah Kebijakan/Rencana/Program (KRP), untuk
meyakinkan bahwa rencana atau kegiatan pembangunan tersebut tidak merusak
lingkungan sekaligus menjamin keberlanjutan pembangunan itu sendiri, mengacu
pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Pemerintah Daerah wajib menyusun Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I-1

LAPORAN AKHIR

Definisi KLHS dirumuskan sebagai proses sistematis untuk mengevaluasi


pengaruh lingkungan hidup dari, dan menjamin diintegrasikannya prinsip-prinsip
keberlanjutan dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis. Sesuai amanat
yang secara eksplisit tercantum di Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terseut, penyusunan RDTR wajib
disertai dokumen KLHS. Oleh karena itu, RDTR Kota Surakarta Kawasan I yang
dilaksanakan pada Tahun 2013 juga wajib melakukan KLHS sesuai mandat undangundang dan ketentuan lainnya.

1.2.

MAKSUD DAN TUJUAN


Penyusun dokumen KLHS RDTR Kota Surakarta Kawasan I dimaksudkan

sebagai upaya pengkajian terhadap Kebijakan Rencana dan Program yang telah
tertuang dalam RDTR Kota Surakarta Kawasan I telah memenuhi kaidah lingkungan
dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Sedangkan tujuan penyusun dokumen KLHS RDTR Kota Surakarta Kawasan I
adalah tersedianya dokumen KLHS sebagai pendukung RDTR Kota Surakarta
Kawasan I. Secara teknis tujuan penyusunan KLHS adalah untuk mengarusutamakan
(mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di dalam kebijakan,
rencana dan program yang tertuang dalam RDTR Kota Surakarta Kawasan I yang
disusun pada Tahun 2013 sehingga kebijakan, rencana dan program tersebut dapat
disempurnakan sesuai dengan kaidah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009.

1.3.

DASAR HUKUM
Beberapa peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum dalam

penyusunan KLHS RDTR Kota Surakarta Kawasan I adalah :


1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3838);

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I-2

LAPORAN AKHIR

4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan


Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang
Wilayah;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang wajib di lengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan hidup;
10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 134);
11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Pengendalian Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 Nomor 5 Seri E Nomor 2, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4);
12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2029 (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 28);
13. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2009 tentang Bangunan
(Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2009 Nomor 9); dan
14. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Surakarta 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun
2012 Nomor 1).

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I-3

LAPORAN AKHIR

1.4.

PIHAK-PIHAK YANG TEKAIT DALAM PERAN AKTIF PENGKAJIAN


KLHS

Pihak-pihak yang tekait dalam peran aktif pengkajian KLHS RDTR Kota
Surakarta Kawasan I adalah sebagai berikut :
Tabel I.1.
Masyarakat dan Pemangku Kepentingan yang Berperan Aktif dalam Pengkajian
KLHS RDTR Kota Surakarta Kawasan I

Masyarakat dan
Pemangku Kepentingan
Penyusun KRP

Instansi terkait

No

Instansi/Lembaga

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda);


Dinas Pekerjaan Umum (DPU);
Dinas Tata Ruang Kota
Badan Lingkungan Hidup (BLH).

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;


Dinas Perindustrian dan Perdagangan;
Dinas Pertanian;
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga;
Dinas Kesehatan;
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah;
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu;
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat,
Pemberdayaan
Perempuan Anak dan KB;
Badan Penanggulangan Bencana Daerah;
Kecamatan;
Kelurahan;
PT. PLN.
PT. Telkom.
PDAM.

Masyarakat yang memiliki


informasi

Masyarakat yang terkena


dampak

Tokoh masyakat di Kawasan I Kota Surakarta;


Kelompok/organisasi
masyarakat di Kawasan I Kota
Surakarta;
Asosiasi Pengusaha.

Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya


Asosiasi profesi
Tokoh masyarakat, dan
LSM bidang lingkungan hidup, kelompok masyarakat /
pemerhati lingkungan hidup di Kota Surakarta khususnya
Kawasan I.

Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2014

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I-4

LAPORAN AKHIR

1.5.

RUANG LINGKUP

1.5.1. Lingkup Wilayah


Lokasi pelaksanaan Penyusunan Dokumen KLHS adalah di Kota Surakarta
Kawasan I terdiri sebagian wilayah Kecamatan Jebres, sebagian wilayah Kecamatan
Pasarkliwon, sebagian wilayah Kecamatan Serengan dan sebagian wilayah Kecamatan
Laweyan. Kajian Kebijakan, Rencana, dan/atau Program (KRP) dokumen KLHS yaitu
KRP dalam RDTR Kota Surakarta Kawasan I (lihat peta).

1.5.2. Lingkup Materi


Lingkup materi kegiatan adalah melakukan penyusunan KLHS dengan metode
dan pendekatan yang dapat dipertanggung-jawabkan terhadap kebijakan, rencana dan
program yang tertuang dalam RDTR Kota Surakarta Kawasan I. Adapun lingkup
materi sebagai berikut:
a. Pengkajian pengaruh RDTR terhadap kondisi lingkungan hidup di wilayah RDTR
Kota Surakarta Kawasan I meliputi :
1. Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan
2. Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan
3. Identifikasi RDTR
4. Telaahan pengaruh RDTR terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah
b. Perumusan alternatif penyempurnaan RDTR Kota Surakarta Kawasan I.
c. Rekomendasi perbaikan RDTR dan pengintegrasian hasil KLHS.

1.6.

METODOLOGI DAN KERANGKA PROSES PELAKSANAAN

1.6.1. Metode Pengumpulan Data


Kegiatan pengumpulan data (survey) yang dilakukan mencakup 2 jenis
kegiatan yang didasarkan pada jenis datanya, yaitu:
1. Survey Primer
Survey primer ini dilakukan untuk mendapatkan data-data atau informasi yang
bersifat primer, yaitu data atau informasi yang didapat langsung dari lapangan.
Teknik untuk mendapatkan data tersebut adalah dengan observasi, pengukuran,
perhitungan serta wawancara. Kegiatan ini terutama bertujuan untuk memperoleh
gambaran keadaan yang spesifik di wilayah studi.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I-5

LAPORAN AKHIR

2. Survey Sekunder
Survey sekunder ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang bersifat
sekunder, yaitu data-data yang dihasilkan atau dikumpulkan oleh dinas-dinas
maupun instansi sektoral yang terkait. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan wawancara, questioner maupun dengan mereproduksi dari data yang
ada.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data untuk kegiatan
penyusunan KLHS ini adalah:

Data dan informasi dapat diperoleh dari pemangku kepentingan seperti instansi
pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga penelitian;

Data dan informasi dapat berupa data sekunder maupun primer;

Data dan informasi yang dikumpulkan yang diperlukan saja, khususnya yang
terkait dengan isu strategis lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan
yang telah disepakati;

Verifikasi data dan informasi perlu dilakukan untuk menjamin keabsahannya;

Informasi sekunder dapat digabungkan dengan data primer yang dikumpulkan


melalui diskusi dengan masyarakat lokal yang memahami wilayah studi, misalnya
dengan cara observasi lapangan, wawancara langsung, diskusi dengan stakeholder
atau diskusi kelompok terfokus (FGD) dan survey.

Kebutuhan data dalam Penyusunan KLHS RDTR Kawasan I Kota Surakarta sebagai
berikut :
Tabel II. 2.
Kebutuhan Data
No
1

Jenis data/informasi/dokumen
Dokumen perencanaan (RTRW, RPJM, dll)

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah


(SLHD)
Studi AMDAL yang pernah dilakukan
Kecamatan Dalam Angka
Data hasil penelitian

3
4
5
6
7
8

Konsultasi dengan pihak berwenang


Wawancara melalui tanya jawab langsung
ataupun pelaksanaan diskusi/FGD
Dokumen RDTR dan Peta Analisis dan
Peta Rencana RDTR
Sumber: Tim Penyusun, 2014

Instansi Sumber Data


Bappeda, DPU, BLH, Dinas Tata Ruang
Kota
BLH atau kantor statistik
BLH
BPS
Perguruan Tinggi, Lembaga Pemerintah,
LSM
Instansi pemerintah
Masyarakat, Dinas terkait, LSM, praktisi,
PT
Bappeda, DPU, Dinas Tata Ruang Kota

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I-6

LAPORAN AKHIR

Data dan informasi yang diperoleh dari survei primer dan sekunder, biasanya
masih bersifat kasar, yang mana masih diperlukan adanya pengolahan lebih lanjut
sehingga data dan informasi yang disajikan lebih informatif serta mudah dibaca dan
dipahami. Adapun teknik pengolahan dan penyusunan data didasarkan pada jenis
dan sifat data bersangkutan, antara lain :
1. Data yang sifatnya kuantitatif, diolah dan disusun dengan tabulasi, yang dalam
penyajian akhir berupa tabel-tabel, grafik maupun uraian.
2. Data yang bersifat kualitatif, diolah dan disusun secara diskriptif, yaitu berupa
uraian yang menerangkan keadaan data tersebut.
3. Data yang sifatnya menunjukkan letak, diolah dan disusun dengan menggunakan
peta-peta data.
4. Data yang sifatnya menunjukkan suasana, diolah serta disusun yang berupa fotofoto serta uraian-uraian.
1.6.2. Metode Analisis
Secara umum analisis yang digunakan dalam Penyusunan KLHS RDTR
Kawasan I Kota Surakarta dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif.
1)

Metode Kualitatif
Metode ini digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk non numerik atau
data yang tidak dapat diterjemahkan dalam bentuk angka-angka, misalnya data
mengenai keadaan sosial masyarakat, politik, kebijaksanaan, budaya dan kondisi
fisik alam khususnya yang terkait dengan isu-isu strategis pembangunan
berkelanjutan. Metode ini digunakan karena dianggap praktis dan mudah
dipahami. Kekurangan metode ini kurang mampu menerangkan secara nyata dan
sifatnya kadang-kadang terlalu umum bagi sebagian masalah. Metode ini dapat
bersifat:
Deskriptif. Analisa yang memberikan gambaran pengertian dan penjelasan
terhadap kondisi wilayah studi.
Normatif. Analisa mengenai keadaan yang seharusnya menurut pedoman ideal
atau norma-norma tertentu. Pedoman atau norma ini dapat berbentuk standarstandar, landasan hukum, batasan-batasan yang dikeluarkan oleh instansi
tertentu.
Asumtif. Analisa dengan menggunakan asumsi-asumsi atau anggapananggapan tertentu yang dibuat berdasarkan kondisi tertentu dan diperkirakan
dapat terjadi dalam waktu yang relatif lama pada wilayah studi, asumsi ini
harus layak dan dapat diterima secara umum.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I-7

LAPORAN AKHIR

Komparatif.

Melakukan

perbandingan

antara

berbagai

kondisi

dan

permasalahan untuk mendapatkan suatu karakteristik struktur wilayah studi.


Misalnya membandingkan suatu masalah dengan masalah lain atau suatu
kondisi dengan kondisi lain yang memiliki kesamaan sehingga dapat diperoleh
karakteristik struktur wilayah yang jelas.
2)

Metode Kuantitatif
Metode ini digunakan untuk memprediksi serta analisa lain yang sifatnya
kuantitatif. Teknik yang digunakan, yaitu:
Proyektif; menganalisa bahwa kebijakan, rencana dan/atau program bukanlah
sekedar untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan, melainkan
juga

untuk

merencanakan

dan

mengendalikan

langkah-langkah

yang

diperlukan sehingga menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,


kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa
depan.
Ekonomi; menganalisa potensi dan masalah sektor ekonomi yang terdapat di
wilayah studi yang terkait dengan kebijakan, rencana dan/atau program,
misalnya dampak sosial ekonomi yang mungkin ditimbulkan dari KRP
tersebut.
Super-impose; menganalisis dengan melakukan overlay dari data, misalnya
untuk mengetahui kemampuan lahan, dilakukan dengan melakukan overlay
peta.
Skoring/ Pembobotan, analisis pembobotan digunakan untuk memberikan
penilaian/ bobot terhadap suatu faktor/parameter untuk menghasilkan nilai
suatu kelas. Analisis skoring/pembobotan ini digunakan dalam pengkajian
pengaruh KRP terhadap dampak atau resiko lingkungan hidup dari KRP yang
dihasilkan produk RDTR Kawasan I Kota Surakarta.
1.7.

SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan Akhir penyusunan dokumen KLHS RDTR Kota

Surakarta Kawasan I mencakup 5 (lima) bab, yaitu :


BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan,
sasaran, ruang lingkup (lingkup wilayah, materi dan waktu), definisi
operasional, serta sistematika penulisan laporan akhir.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I-8

LAPORAN AKHIR

BAB II

LINGKUP KAJIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum wilayah Kota Surakarta,
Tinjauan Kebijakan penataan ruang wilayah Kota Surakarta, Gambaran
Umum Wilayah Perencanaan, Identifikasi isu-isu pengembangan
wilayah berkelanjutan dan rumusan tujuan penataan, prinsip-prinsip
penataan ruang dan/atau program yang telah disepakati ditelaah.

BAB III

PENGKAJIAN

PENGARUH

TUJUAN

PENATAAN

RUANG,

PRINSIP-PRINSIP PENATAAN RUANG DAN/ATAU PROGRAM


TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Bab ini menguraikan tentang penapisan dan pengkajian pengaruh KRP
terhadap Kondisi Lingkungan Hidup.
BAB IV

ALTERNATIF

TUJUAN

PENATAAN,

PRINSIP

PENATAAN

RUANG, DAN/ATAU PROGRAM


Bab ini menguraikan tentang alternatif tujuan penataan, prinsip
penataan ruang, dan/atau program.
BAB V

REKOMENDASI
Bab ini menguraikan tentang Rekomendasi KRP RDTR Kota Surakarta
Kawasan I.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I-9

LAPORAN AKHIR

Kawasan I

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I - 10

LAPORAN AKHIR
Peta Wilayah Studi

Penyusunan KLHS RDTR Kota Surakarta


Kawasan I
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I - 11

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

I - 12

LAPORAN AKHIR

BAB II

LINGKUP KAJIAN

2.1. GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA


2.1.1

Kondisi Geografi Wilayah


Kota Surakarta secara geografis terletak antara 1100 4515 dan 1100 4535 Bujur Timur

dan antara 70 36 dan 70 56 Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di
Pulau Jawa bagian tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun
Yogyakarta. Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo, secara geografis terletak
pada cekungan di antara dua gunung berapi yaitu Lawu di sebelah timur dan gunung Merapi
di sebelah barat, sehingga topografis relatif rendah dengan ketinggian rata-rata 92 m di atas
permukaan laut dan berada pada pertemuan Sungai Pepe, Jenes dan Bengawan Solo.
Berikut ini adalah wilayah-wilayah yang secara administrasi berbatasan dengan Kota
Surakarta :

Batas Utara

Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

Batas Selatan

Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Batas Timur

Kabupaten Sukoharjo

Batas Barat

Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 1

LAPORAN AKHIR

2.1.2

Topografi
Berdasarkan kondisi topografi atau ketinggian wilayah Kota Surakarta secara

umumdapat dibagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut :


Kota Surakarta terletak pada ketinggian antara 80 130 meter di atas permukaan laut
(mdpl), dengan kemiringan lahan angtara 0 % sampai 15 %.
Kota Surakarta terletak diantara 2 gunung berapi yaitu Gunung Lawu (Kabupaten
Karanganyar)disebelah timur dan Gunung Merapi serta Merbabu sebelah barat. Dengan
posisi demikian maka Kota Surakarta termasuk sebagai wilayah cekungan air.
Dibagian timur dan selatan Kota Surakarta mengalir Sungai Bengawan Solo yang menjadi
batas fisik administrasi dengan Kabupaten Karanganyar serta Kabupaten Sukoharjo.

2.1.3

Geologi
Struktur batuan di Kota Surakarta secara umum sebagian besar merupakan Alluvial,

dengan uraian sebagai berikut :


Aluvial (Qa) merupakan tanah mineral yang baru berkembang, berbentuk lempung,
lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan berangkal. Tanah ini terbentuk dari

bahan

endapan yang dibawa oleh aktivitas air sungai. Bahan-bahan tererosi dari puncak bukit
diangkut oleh air melalui aliran permukaan dan masuk ke parit-parit menuju sungai.
Bahan-bahan yang memiliki masa lebih besar diendapkan terlebih dahulu di suatu tempat
yang lebih dekat, sedangkan bahan-bahan yang memiliki masa yang lebih ringan akan
terbawa terus oleh aliran sungai hingga mencapai daerah datar. Pada tempat dimana
aliran air mulai kehilangan daya angkutnya inilah bahan-bahan yang lebih halus
diendapkan dan membentuk dataran Aluvial. Batuan ini terhampar luas sepanjang lembah
bengawan solo dan merupakan batuan dominan di kota Surakarta kecuali di bagian utara
kota (Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari dengan ketebalan berkisar dari beberapa
senti sampai beberapa meter. Kawasan I dalam hal ini termasuk dalam jenis struktur
geologi Aluvium ini.
Aluvum tua (Qt) berbetuk konglomerat, batu pasir, lanau dan lempung. Pada batuan ini
terdapat di bagian utara kota Surakarta (sebagain Kecamatan Jebres dan Kecamatan
Banjarsari).

Pada satuan iniditemukan struktur silang-siur, toreh dan isi dan pelapisan

bersusun. Secara setempat ditemukan fosil Bibos sp. Dan Cervus sp yang diduga berumur
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 2

LAPORAN AKHIR

Plistosen. Ketebalan batuan ini maksimum 8 meter kedudukannya menindih tidak selaras
batuan yang lebih tua dan tertindih tak selaras oleh aluvium. Umumnya batuan ini berupa
endapan sungai.
Batuan Gunung merapi (Qvm) berbentuk breksi gunung api, lava dan tuf. Batuan ini
terdapat di bagian barat kota Surakarta. Batuan ini umumnya bersusun andesit. Fosil
tidak ditemukan. Kegiatanya diduga sejak Plistosen akhir.

Kawasan I

Gambar 2.1

Ilustrasi Profil Penampang Geologi Bawah Permukaan Kota Surakarta

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 3

LAPORAN AKHIR

Penyusunan KLHS RDTR


Kota Surakarta Kawasan I

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 4

LAPORAN AKHIR

2.1.4

Hidrogeologi
Kondisi Hidrogeologi di Kota Surakarta berdasarkan kedalaman akuifer yang ada di

Kota Surakarta, maka dapat dibagi benjadi 2 (dua) bagian, yaitu :


Akifer dangkal, kedalaman akuifer antara 2 sampai 23 m dibawah muka tanah setempat
(mbmt) dengan ketebalan antara 5 sampai 23 m. Di bagian tengah Kota Surakarta akuifer
dangkal disusun oleh pasir tufan, dan pasir hasil lapukan endapan vulkanik dengan
kedalaman antara 2,7 sampai 69,4 mbmt.
Air tanah dangkal, mendapat imbuhan langsung dari curah hujan sekitar1.015 juta
m/tahun. Kedalaman muka air tanah tahun 1999 berkisar antara 2 sampai 23,5 mbmt. Di
bagian tengah sampai selatan, kedalaman air tanah kurang dari 10 mbmt, sedangkan
kedalaman air tanah di bagian utara mencapai 69 mbmt. Fluktuasi air tanah berkisar antara
1 sampai 5 m.
Di samping itu, di Kota Surakarta terdapat beberapa badan air yang semuanya bermuara di
Sungai Bengawan Solo.

2.1.5

Klimatologi
Gambaran kondisi iklim di Kota Surakarta dapat dideskripsikan sebagaimana

penjelasan berikut:

Kota Surakarta beriklim tropis dengan suhu rata-rata 24,8C sampai 18,1C ;

Kelembaban udara berkisar antara 66-84% ;

Penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus atau September dengan
radiasi matahari antara 80 84%, sementara penyinaran terendah terjadi pada bulan
Desember atau Januari dengan radiasi matahari sekitar 48 50%.

Tekanan udara antara 1.007-1011 atmosfir, rata-rata sebesar 1.010 atmosfir;

Curah hujan pada tahun 2011 sebesar 2.548,50 mm/th, yang lebih kecil dibandingkan
tahun 2010 sebesar 3.408 mm/thn dan tahun 2009 sebesar 2.332,5 mm/th.

Banyaknya hari hujan mencapai 163 hari.

Jumlah bulan kering mencapai 5 bulan (Mei sampai September) dan bulan basah
sebanyak 7 bulan (Oktober sampai April) dengan suhu rata-rata 24,8C sampai 18,1C ;

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 5

LAPORAN AKHIR

Penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus atau September dengan
radiasi matahari 84%, sementara penyinaran terendah terjadi pada bulan Desember atau
Januari

Kecepatan angin tertinggi 8 knot terjadi pada bulan September dan bulan Oktober.

Tekanan udara tertinggi 1011,3 atmosfir pada bulan September, rata-rata sebesar 1.008,8
atmosfir.

2.1.6

Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kota Surakarta adalah tanah Aluvial yang memiliki

karakateristik sebagai berikut :


Tanah Aluvial berasal dari endapan batu, tanah Aluvial berlapis-lapis dan memiliki
kandungan pasir sekitar 60 %. Kawasan I dalam hal ini termasuk dalam kategori jenis
tanah ini.
Sebagai tanah berpasir, maka jenis tanah ini memiliki permeabilitas lambat sampai sedang
(0,51 cm/jam 6,35 cm/jam) serta kapasitas infiltrasi sedang (7,50 mm/jam 15,00
mm/jam), serta cukup peka terhadap gejala erosi.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 6

LAPORAN AKHIR
Penyusunan KLHS RDTR
Kota Surakarta Kawasan I

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 7

LAPORAN AKHIR

2.1.7

Kependudukan dan Sosial

A. Kependudukan
Data mengenai kependudukan digunakan sabagai dasar untuk perencanaan pada
berbagai bidang pembangunan dan untuk melakukan evaluasi dari hasil pembangunan.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, pada tahun 2013 Penduduk Kota
Surakarta mencapai 586.978 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 97,15 %; yang artinya
bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 97 penduduk laki-laki.
Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada tahun 2013 mencapai 13.328 jiwa/km2.
Tahun 2013 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang
mencapai angka 19.109 jiwa/km2.Rasio jenis kelamin dan kepadatan penduduk tiap
kecamatan di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

No

Kecamatan

1
2
3
4
5

Laweyan
Serengan
Pasar Kliwon
Jebres
Banjarsari
Jumlah

Tabel II.1
Kondisi Kependudukan Kota Surakarta Tahun 2013
Luas
LakiRasio
Tingkat
Perempuan
Wilayah
laki
Jenis
Kepadatan
Jumlah
(Jiwa)
(km2)
(Jiwa)
Kelamin (Jiwa/km2)
8,64
53.712
55.860 109.572
96,15
12.682
3,19
29.885
31.072
60.957
96,18
19.109
4,82
44.329
46.167
90.496
96,02
18.775
12,58
73.251
74.305 147.556
98,58
11.729
14,81
88.069
90.328 178.397
97,50
12.046
44,04
289.246
297.732 586.978
97,15
13.328

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2014

B.

Kondisi Sosial
Kota

Surakarta

terkenal

dengan

kekayaan

kehidupan

seni

dan

budaya

tradisionalnya.Baik berupa tari, musik, teater, seni rupa, dan lain-lain. Kekayaan seni budaya
ini menjadi aset yang sangat berharga yang menjadi daya tarik Kota Surakarta untuk
mengundang wisatawan lokal dan mancanegara untuk mengunjungi kota Surakarta dan
memperdalam pengalaman di bidang seni dan budaya lokal.
Kota Surakarta memiliki beragam budaya yang hingga saat ini masih menjadi tradisi
masyarakatnya.Salah satunya adalah perayaan Upacara Sekaten di Surakarta.Upacara tradisi
ini merupakan bagian dari adat istiadat yang berasal dari salah satu upaya masyarakat Jawa
untuk menjaga keharmonisan dengan alam dan sesame manusia.Sebagai perwujudan dari
itu, Keraton Kasunanan Surakarta sekarang ini masih memiliki beranekaragam hasil
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 8

LAPORAN AKHIR

kebudayaan.Hal tersebut masih tercermin dengan dilakukannya beberapa upacara


tradisional yang hingga saat ini masih sangat diagungkan, diantaranya adalah sebagai
berikut upacara jamasan pusaka, Sekaten, upacara labuhan, upacara garebeg besar, sesaji
mahesa, dan lawung.

2.1.8

Perekonomian
Kondisi Perekonomian Kota Surakarta dapat diketahui melalui besarnya Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta pada tahun 2010 berdasarkan harga berlaku
sebesar Rp 9.941.136.560.000,- dengan nilai PDRB Per Kapita sebanyak Rp 19.908.672,03.
Sementara Nilai PDRB Kota Surakarta tahun 2010 berdasarkan harga konstan tahun 2000
sebesar Rp 5.103.886.240.000,- atau dengan nilai PDRB Per Kapita sebanyak Rp 10.221.325,97.
PDRB Kota Surakarta pada tahun 2011 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp
10.992.971.190.000,- atau dengan nilai PDRB Per Kapita sebanyak Rp 21.984.535,37. Nilai PDRB
Kota Surakarta tahun 2011 berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 5.411.912.320.000,atau dengan nilai PDRB Per Kapita sebanyak Rp 10.823.131,95. Berdasarkan data yang ada,
maka terdapat kenaikan nilai PDRB Kota Surakarta menurut Lapangan Usaha atas dasar harga
berlaku sebesar 10,58%. Sedangkan kenaikan nilai PDRB Kota Surakarta menurut Lapangan
Usaha atas dasar harga konstan sebesar 6,04%.

Tabel II.2
PDRB BERDASARKAN HARGA KONSTAN 2000 dan HARGA BERLAKU (JUTA RUPIAH)
KOTA SURAKARTA TAHUN 2010-2011
No
1

2
3

Sektor
Pertanian
a. Tanaman Pangan
b. Perkebunan
c. Peternakan
d. Perikanan
Penggalian
Industri
a. Makanan, minuman &
tembakau
b. Tekstil, Barang kulit & alas kaki

2010

2011

Berlaku
5.532,79
3400,59
413,15
1.703,68
15,37
2.942,37
2.081.494,89

Konstan
2.908,82
1.677,25
262,95
961,78
6,84
1.832,36
1.277.210,09

Berlaku
5.927,58
3.553,64
447,29
1.909,46
17,19
3.010,49
2.233.247,76

Konstan
2.911,03
1.613,51
261,95
1.028,29
7,28
1.809,03
1.312.945,81

936.017,15
346.023,20

560.822,14
206.447,09

991.016,02
379.594,32

574.513,67
214.723,38

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 9

LAPORAN AKHIR

No

5
6

Sektor

2010
Berlaku

c. Barang kayu & hasil hutan


126.521,66
lainnya
d. Kertas & Barang cetakan
222.839,14
e. Pupuk, Kimia & barang dari
15.737,09
karet
f. Semen & barang lain bukan
34.343,93
logam
g. Alat Angkutan, Mesin &
109.230,22
peralatan
h. Barang lainnya
290.782,50
Listrik dan air bersih
259.004,48
a. Listrik
2253240,07
b. Air Bersih
33.764,41
Konstruksi bangunan
1.440.525,31
Perdagangan
2.556.483,24
a. Perdaangan besar dan eceran
2.320.693,29
b. Hotel
83.420,58
c. Restoran
152.369,37
Pengangkuran & Komunikasi
1.106.229,42
a. Angkutan
797.068,93
b. Komunikasi
309.160,49
Keungan, Persewaan & Jasa
Perusahaan
1.123.362,50
a. Bank
619.197,82
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank
172.823,40
c. Jasa Penunjang Keuangan
138.561,45
d. Sewa Bangunan
183.872,30
e. Jasa Perusahaan
8.907,53
Jasa - jasa
1.365.561,57
a. Pemerintahan Umum
939.846,48
b. Swasta
425.715,09
Produk Domestik Regional Bruto
9.941.136,56
PDRB Per Kapita
19,91
Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka, 2012

2011
Konstan

Berlaku

Konstan

80.066,55
150.417,79

131.726,21
244.908,95

79.806,77
156.126,42

10.477,02

18.195,40

10.770,16

22.677,30

38.436,32

23.811,80

78.537,19
167.765,01
119.194,83
111.767,33
7.427,50
671.926,81
1.367.808,36
1.235.796,02
43.817,85
88.195,49
514.407,73
361.093,56
153.314,17

119.881,81
309.489,73
287.576,62
250.735,64
36.840,98
1.584.659,42
2.885.293,49
2.622.179,91
92.027,72
171.085,86
1.206.106,83
867.723,40
338.383,43

81.734,62
171.458,99
128.648,33
120.631,74
8.016,59
717.165,29
1.466.845,97
135.493,23
46.346,12
95.006,62
549.760,87
384.941,67
164.819,20

518.980,77
222.925,84
116.085,92
79.646,61
94.901,63
5.420,77
629.616,47
449.935,55
179.680,92
4.993.370,00
10,22

1.282.678,53
703.653,12
197.741,08
160.166,88
210.148,81
10.968,64
1.504.470,47
1.046.956,89
457.513,58
10.992,971,19
21,98

567.860,96
238.337,47
130.399,34
88.747,25
103.794.59
6.582,31
663.965,04
476.920,63
187.044,41
5.411.912.32
10,82

Lapangan usaha yang memiliki kontribusi paling besar terhadap nilai domestik kota
Surakarta yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai Rp. 2.885.293,49 juta.
Yang kedua adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp. 2.233.247,76 juta. Yang
terendah adalah sektor penggalian yang hanya berkontribusi sebesar Rp. 3.010,49 juta.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 10

LAPORAN AKHIR

2.2. TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA SURAKARTA


2.2.1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi
Tujuan Penataan Ruang dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2011 2031 adalah untuk
mewujudkan kota sebagai kota budaya yang produktif, berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dengan berbasis industri kreatif, perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata,
serta olah raga.

2.2.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah


Sistem Pusat Pelayanan Kota
Rencana sistem pusat pelayanan kota terkait dengan Kawasan I meliputi :
a.

SPK kawasan Ipada Kelurahan Kemlayan yang melayani sebagian wilayah Kecamatan
Jebres, sebagian wilayah Kecamatan Pasarkliwon, sebagian wilayah Kecamatan Serengan
dan sebagian wilayah Kecamatan Laweyan, dengan fungsi pelayanan, sebagai berikut:
pariwisata budaya; perdagangan dan jasa; olah raga; dan industri kreatif.

b.

PL pada kawasan I adalah Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Sangkrah dan Kelurahan


Baluwarti, dengan pelayanan pariwisata (budaya), perdagangan dan jasa, olah raga serta
industri kreatif.;

Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kota


Sistem jaringan prasarana wilayah kotaterkait Kawasan I terdiri atas:
1.

Rencana Pengembangan Sistem prasarana utama terdiri atas:


A. Rencana Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas:
1)

Rencana Sistem Pengembangan Jaringan jalan diantaranya terdiri atas:


a) Pengembangan jaringan ruas jalan diantaranya pada ruas Jalan Brigjend.
Slamet Riyadi - Jalan Jend. Ahmad Yani - Jalan Tentara Pelajar - Jalan Ir.
Sutami - Jalan Brigjend. Slamet Riyadi - Jalan Jend. Sudirman - Jalan Jend.
Urip Sumoharjo - Jalan Kol. Sutarto - Jalan Ir. Sutami.
b) Pengembangan jaringan jalan kolektor jalan yang menghubungkan kota
dengan kabupaten sekitar dan antar sub pusat kota (pusat kawasan) dan
antar sub pusat kota (pusat kawasan) dengan PL di bawahnya.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 11

LAPORAN AKHIR

Pembangunan jalan akses untuk mengantisipasi pembangunan jalan tol


Semarang Surakarta Mantingan. Pengembangan jaringan jalan kolektor
meliputi:
Jalan Brigjend. Sudiarto - Jalan Veteran - Jalan Bhayangkara - Jalan Dr.
Rajiman - Jalan KH. Agus Salim;
Jalan Kom. Yos Sudarso - Jalan Veteran - Jalan Bhayangkara - Jalan Dr.
Rajiman - Jalan KH. Agus Salim;
Jalan Kol. Sugiyono;
Jalan Kapten Piere Tendean;
Jalan Ir. H. Juanda Kartasanjaya - Jalan Kapt. Mulyadi - Jalan Kampung
Sewu Jalan Laks. RE Martadinata - Jalan Kapten Mulyadi - Jalan Prof. KH.
Kahar Muzakir - Jalan Brigjen. Sudiarto;
Jalan Sutan Syahrir - Jalan Letjend. Suparman - Jalan A.W. Monginsidi.
2)

Rencana prasarana lalu lintas dan angkutan umum meliputi terminal penumpang
dan terminal barang. Rencana pengembangan terminal penumpang di kawasan I
meliputi:
pengembangan terminal tipe C di Kelurahan Semanggi-Kecamatan
Pasarkliwon dan Kelurahan Pajang-Kecamatan Laweyan.

3)

Rencana pelayanan lalu lintas dan angkutan umum dikembangkan di seluruh


wilayah PPK, SPK dan PL.
a)

Prasarana angkutan umum terdiri atas:


pengembangan pelayanan angkutan umum yang diarahkan pada sistem
pengembangan Sarana Angkutan Umum Massal;
pengembangan jaringan angkutan umum massal berbasis jalan terdiri dari
jaringan utama (trunk line), Bus Priority, Bus Kota, Rail Bus, dan jaringan
pengumpang (feeder line) disesuaikan dengan hierarki jalan; dan
pengembangan

jaringan

angkutan

umum

massal

didukung

oleh

terminal/stasiun angkutan antar kota dan terminal/stasiun terpadu antar


moda dalam kota.
b)

Pengembangan Sarana Angkutan Umum Massal meliputi jalur Terminal


Kartosuro Jalan Brigjend. Slamet Riyadi Simpang Empat Gendengan -

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 12

LAPORAN AKHIR

Bundaran Gladag Jalan Jend. Sudirman - Pasar Gede Jalan Urip


Sumohardjo - Panggung Jalan Ir. Sutami Terminal Palur.
c)

Pengembangan jaringan angkutan umum massal berbasis jalan meliputi: .


ke arah timur meliputi: Jl. Brigjend. Slamet Riyadi, Jl. Jend. Sudirman, Jl.
Jend. Urip Sumoharjo, Jl. Ir. Sutami, Jl. Kol. Sutarto; dan
ke arah barat meliputi: Jl. Kol. Sutarto, Jl. Ir. Sutami, Jl. Jend. Urip
Sumoharjo, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Brigjend. Slamet Riyadi.

d) Penerapan teknologi moda sistem angkutan umum dan koridor/rute


pelayanan pada sistem jaringan angkutan umum massal dimungkinkan bisa
berubah disesuaikan dengan kapasitas pelayanan yang lebih maksimal.
B.

Rencana sistem jaringan transportasi perkeretaapian meliputi:


1)

revitalisasi jalur

kereta api jalur selatan yang menghubungkan Surakarta

Bandung, Surakarta Jakarta, dan Surakarta Surabaya;


2)

pengembangan jalur utara selatan yang menghubungkan Semarang Surakarta


Malang Surabaya;

3)

pengembangan jalur tengah yang menghubungkan Semarang Surakarta; dan

4)

pengembangan rel ganda yang meliputi Surakarta Yogyakarta Kutoarjo


Kroya, dan Surakarta Madiun;

5)

pengembangan kereta api komuter yang menghubungkan Surakarta Boyolali,


Sragen Surakarta Klaten Jogyakarta Kutoarjo, Surakarta Sukoharjo
Wonogiri;

6)

pengembangan jalur kereta api yang menghubungkan Kota dengan Bandar Udara
Adisumarmo;

7)

peningkatan kapasitas pelayanan Stasiun Surakarta Balapan, Stasiun Purwosari,


Stasiun Jebres (Jakarta Semarang - Surakarta Surabaya) dan Stasiun Sangkrah
(Surakarta Wonogiri);

8)

pengembangan transportasi yang terintegrasi antara angkutan jalan raya dengan


Kereta Api Komuter Surakarta Boyolali, Surakarta Wonogiri, dan Surakarta
Sukoharjo; dan

9)

pemeliharaan jalan akses yang menghubungkan jaringan jalan dengan simpulsimpul stasiun kereta api di Kota.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 13

LAPORAN AKHIR

2.

Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lainnya


a.

Rencana sistem jaringan energi meliputi:


1)

Pengembangan prasarana kelistrikan dilaksanakan dengan arahan sebagai berikut:


a)

rencana umum energi listrik daerah yang meliputi perluasan jaringan


transmisi listrik, jaringan distribusi listrik, dan penambahan kapasitas listrik
kota disesuaikan dengan rencana umum energi Provinsi dan Nasional;

b)

sumber energi listrik berasal dari Pembangkit Jawa Bali;

c)

rencana penambahan kapasitas gardu distribusi kurang lebih sebesar 175.000


(seratus tujuh puluh lima ribu) KVA;

d) pengembangan jaringan transmisi dan distribusi listrik yang terpadu dengan


RTH, jaringan jalan, dan/atau prasarana lainnya di Kecamatan Jebres.
2)

Pengembangan energi listrik meliputi:


a)

pemanfaatan tenaga surya; dan

b)

optimalisasi badan-badan air sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro


(PLTM) di aliran sungai Bengawan Solo;

b.

Rencana

sistem

jaringan

telekomunikasi

melalui

pengembangan

jaringan

telekomunikasi meliputi sistem kabel dan sistem nirkabel yang menjangkau seluruh
wilayah kota. Pengembangan dan pemerataan jaringan telepon kabel yang
menjangkau seluruh wilayah kota meliputi: jaringan telepon kabel primer dan jaringan
telepon kabel sekunder yang mengikuti ruas jalan perkotaan. Pengembangan dan
pemerataan jaringan telepon nirkabel yang menjangkau seluruh wilayah kota berupa
telepon seluler pengembangan dan penataan Tower Base Transceiver Station (BTS) secara
terpadu di wilayah kota.
c.

Rencana sistem jaringan sumber daya air kota meliputi:


1)

Sistem jaringan sumber daya air meliputi :


a)

Wilayah Sungai (WS);

b)

Cekungan Air Tanah (CAT);

c)

sistem jaringan air baku untuk air bersih; dan

d) sistem pengendali banjir.


2)

Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air meliputi aspek


konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 14

LAPORAN AKHIR

daya rusak air dengan memperhatikan arahan pola dan rencana pengelolaan
sumber daya air Wilayah Sungai Bengawan Solo yang ditetapkan Pemerintah.
3)

Wilayah Sungai yang berada pada kota yaitu Wilayah Sungai Bengawan Solo yang
merupakan Wilayah Sungai lintas Propinsi mencakup DAS Bengawan Solo.

4)

Cekungan Air Tanah yang berada di kota meliputi Cekungan Air Tanah
Karanganyar Boyolali.

5)

Pengelolaan DAS dilakukan melalui peningkatan, pemeliharaan, dan rehabilitasi


pada DAS Bengawan Solo dengan anak-anak sungainya;

6)

Pengembangan sistem jaringan air baku untuk penyediaan air bersih dengan
pemanfaatan air baku dari air permukaan Sungai Bengawan Solo dan mata air
Ingas Cokrotulung, serta penerapan konsep zero deep well.

7)

Penyediaan air bersih dengan memanfaatkan air baku meliputi:


a)

bagian utara wilayah kota dilayani oleh IPA Jebres dengan kapasitas 50 liter
per detik dan SPAM Regional melalui IPA Mojosongo;

b)

bagian tengah wilayah kota dilayani oleh mata air Ingas Cokrotulung dengan
kapasitas 400 liter per detik, IPA Fiber dengan kapasitas 50 liter per detik dan
IPA Jurug dengan kapasitas 200 - 300 liter per detik; dan

c)

bagian selatan wilayah kota dilayani dengan IPA Semanggi dengan kapasitas
300 liter per detik.

8)

Rencana sistem pengendalian banjir terdiri atas pengendalian banjir jangka


panjang dan jangka pendek, di kawasan sekitar Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes,
Kali Anyar, Kali Gajah Putih, Kali Pepe Hilir, Kali Wingko, Kali Boro, Kali Pelem
Wulung, dan Kali Tanggul, antara lain:
a)

mengembangkan jalur hijau di sepanjang sepanjang sungai dan kali;

b)

pengendalian banjir jangka panjang dengan pengerukan/normalisasi sungai;

c)

menetapkan badan air berupa saluran dan sungai sesuai peruntukannya;

d) pengembangan prasarana dan sarana untuk pengendalian banjir di pintu air


di sepanjang Sungai dan kali; dan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 15

LAPORAN AKHIR

Rencana Pengembangan Infrastruktur Kota


1.

Sistem drainase meliputi:


a.

sistem drainase perkotaan yang terdiri dari jaringan sungai atau kali dan saluran
primer penuntasan permukiman berfungsi untuk mengalirkan limpasan air hujan;

b.

jaringan sungai atau kali adalah Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali
Gajah Putih, Kali Pepe Hulu, Kali Pepe Hilir, Kali Wingko, Kali Brojo, Kali Boro, Kali
Pelem Wulung, dan Kali Tanggul; dan

c.

pengaturan mengenai jaringan saluran primer penuntasan permukiman ditetapkan


melalui Peraturan Walikota.

2.

3.

Sistem persampahan meliputi:


a.

mengelola sampah dengan menerapkan konsep reduce, reuse and recycle (3R);

b.

optimalisasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Putri Cempo; dan

c.

mengembangkan konsep Tempat Pembuangan Akhir sampah regional.

Sistem penyediaan air bersih meliputi peningkatan pelayanan jaringan primer dari
Cokrotulung Kabupaten Klaten ke jaringan sekunder dan tersier yang mencakup seluruh
jaringan jalan di kota serta pengembangan sistem penyediaan air bersih regional yang
mengambil sumber air dari Waduk Gajah Mungkur. Upaya-upaya yang dilakukan dalam
rangka penyediaan air bersih yaitu:
a.

meningkatkan pelayanan air bersih dari 57,26 % (lima puluh tujuh koma dua puluh
enam per seratus) menjadi 80% (delapan puluh perseratus);

b.

mengurangi tingkat kebocoran/kehilangan air dari 39,26% (tiga puluh sembilan koma
dua puluh enam persen) menjadi 20% (dua puluh persen) di akhir tahun perencanaan;

c.

meningkatkan produksi air bersih Perusahaan Daerah Air Minum Kota dari 859,54
(delapan ratus lima puluh sembilan koma lima empat) liter per detik menjadi 1.770,17
(seribu tujuh ratus tujuh puluh koma tujuh belas per seratus) liter per detik;

d.

membangun reservoir baru dengan kapasitas sebesar 300 liter per detik di IPA
Semanggi, dan IPA Mojosongo; dan

e.

meningkatkan kapasitas sebesar 900 liter per detik melalui SPAM regional.

Pelayanan dan pengelolaan air minum kota disediakan oleh PDAM ke seluruh wilayah.
4.

Sistem pengelolaan air limbah kota meliputi:

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 16

LAPORAN AKHIR

a.

Sistem pengelolaan terpusat di wilayah pelayanan yaitu :wilayah pelayanan kota


bagian selatan dengan pengolahan IPAL di Kelurahan Semanggi.

b.

Sistem pengelolaan komunal berbasis masyarakat dilakukan di luar sistem perpipaan.

c.

Sistem pengelolaan prasarana air limbah dilakukan melalui:


1)

merehabilitasi jaringan pipa peninggalan Belanda (jaringan saluran disebutkan


daerah pelayanannya sampai ke IPAL Semanggi);

d.
5.

2)

mengoptimalisasi IPAL Semanggi;

3)

meningkatan cakupan pelayanan sambungan air limbah perumahan; dan

4)

membangun IPAL di Kelurahan Pucang Sawit dengan kapasitas 6.000 SR.

Sistem pengelolaan air limbah B3 diatur melalui peraturan perundang-undangan.

Sistem jaringan pedestrian meliputi:


a.

pengembangan sistem pedestrian pada pusat-pusat kegiatan serta berada pada


kawasan pariwisata dan tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem
transportasi/sirkulasi yang ada;

b.

jalur pedestrian dan jalur sepeda diintegrasikan dengan jaringan angkutan umum
berikut

fasilitas

pendukungnya

yang

memadai

dengan

memperhitungkan

penggunaannya bagi penyandang cacat;


c.

peningkatan penataan jalur pedestrian pada koridor Purwosari Brengosan


Gendhengan Sriwedari Ngapeman Gladag Pasar Gedhe;

d.

pembangunan jalur pedestrian pada koridor menuju kawasan cagar budaya di seluruh
wilayah kota; dan

e.

pembangunan jalur pedestrian pada koridor menuju kawasan strategis di seluruh


wilayah kota.

6.

Sistem jaringan jalur sepeda meliputi:


a.

pengembangan dan perbaikan jalur khusus untuk sepeda di Jalan Brigjend. Slamet
Riyadi, Jalan L.U. Adi Sucipto, Jalan MT. Haryono, Jalan Jend. Urip Sumoharjo, Jalan
Kol. Sutarto, Jalan Ir. Sutami dan Jalan Dr. Rajiman;

b.

menanam pohon-pohon yang rindang di sepanjang jalur sepeda;

c.

mengadakan tempat parkir sepeda yang aman di tempat umum dan tempat kerja;

d.

memperbaiki rambu di setiap simpang, sehingga memudahkan pengendara sepeda


untuk menyeberang jalan tanpa harus bersaing dengan kendaraan bermotor.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 17

LAPORAN AKHIR

7.

Sistem jaringan pejalan kaki meliputi:


a.

meningkatan kualitas jalur pejalan kaki; dan

b.

mengembangan jalur pejalan kaki dilaksanakan berdasarkan arahan pengembangan


dan kewenangan yang dimiliki Pemerintah Daerah.

8.

Lokasi parkir dan perpindahan moda terletak di Kelurahan Sondakan-Kecamatan


Laweyan, Kelurahan Joyotakan-Kecamatan Pasarkliwon, Kelurahan Pucangsawit dan
Kelurahan Mojosongo-Kecamatan Jebres

9.

Jalur evakuasi bencana meliputi:


a.

jalur evakuasi (escape way) bencana, meliputi:


1)

arah Selatan, melalui Jalan Veteran Jalan Bhayangkara Jalan Radjiman Jalan
dr. Wahidin Sudiro Husodo Jalan Dr. Muwardi Lapangan Manahan;

2)

arah Tenggara, melalui Jalan Kapten Mulyadi Jalan Urip Sumohardjo Jalan
Jend. Ahmad Yani Lapangan Manahan;

3)

arah Timur, melalui Jalan Ir. Sutami Jalan Kol. Sutarto Jalan Jend. Ahmad Yani
Lapangan Manahan; dan

b.

jalur evakuasi menuju tempat evakuasi (melting point) skala kota yang berlokasi di
Gelanggang/Lapangan Olah Raga Manahan serta tempat evakuasi untuk skala
kawasan dan lokal berlokasi di kantor kecamatan atau kantor kelurahan yang ada
pada masing-masing kawasan.

2.2.3. Rencana Pola Ruang Wilayah


Kebijakan pengembangan pola ruang Kota Surakarta berdasarkan RTRW Kota
Surakarta tahun 2011 2031 yaitu :
Kawasan Lindung
Kawasan lindung terdiri atas:
1.

Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo, Kali
Jenes, Kali Anyar, Kali Sumber, Kali Gajahputih, Kali Pepe, Kali Wingko, Kali Brojo, Kali
Boro, Kali Pelem Wulung dengan arahan pengembangan meliputi:
a.

Sungai Bengawan Solo yang melalui kota memiliki garis sempadan sungai sekurangkurangnya 5 (lima) meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul; dan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 18

LAPORAN AKHIR

b.

Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Sumber, Kali Gajahputih, Kali Pepe, Kali Wingko, Kali
Brojo, Kali Boro, Kali Pelem Wulung yang melalui kota memiliki garis sempadan
sungai sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Luas kawasan perlindungan setempat kurang lebih 401 (empat ratus satu) ha dengan
sebaran lokasi di Kawasan I seluas 47 (empat puluh tujuh) ha, terletak di Kecamatan Jebres
seluas 12 (dua belas) ha, Kecamatan Laweyan seluas 5 (lima) Ha dan Kecamatan
Pasarkliwon seluas 30 (tiga puluh) ha;
Rencana pengembangan kawasan perlindungan setempat, meliputi:
a.

mempertahankan fungsi sempadan sungai dan mengendalikan perkembangannya;

b.

mengembalikan fungsi sempadan sungai di seluruh wilayah kota sebagai RTH secara
bertahap; dan

c.
2.

merehabilitasi kawasan sempadan sungai yang mengalami penurunan fungsi.

Penyediaan RTH untuk mencapai luasan minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas
wilayah kota, dikembangkan RTH privat minimal 10% (sepuluh persen) dan RTH publik
sebesar 20% (dua puluh persen) dari luas wilayah kota. Penyediaan RTH privat meliputi
pekarangan rumah, perkantoran, pertokoan dan tempat usaha, kawasan peruntukan
industri, fasilitas umum, dengan luasan sekitar 446,32 (empat ratus empat puluh enam
koma tiga puluh dua) ha atau sekitar 10,13% (sepuluh koma tiga belas persen) dari luas
kota. RTH publik dengan luasan sekitar 882,04 (delapan ratus delapan puluh dua koma nol
empat) ha atau sekitar 20,03% (dua puluh koma nol tiga persen) dari luas kota meliputi:
a.

RTH taman kota/alun-alun/monumen dikembangkan secara bertahap dengan luas


pengembangan sekitar 357 (tiga ratus lima puluh tujuh) ha.

b.

RTH taman pemakaman dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan


sekitar 50 (lima puluh) ha.

c.

RTH penyangga air (resapan air) dikembangkan secara bertahap dengan luas
pengembangan sekitar 11,55 (sebelas koma lima puluh lima) ha.

d.

RTH jalur jalan kota dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan
sekitar 214,55 (dua ratus empat belas koma lima puluh lima) ha.

e.

RTH sempadan sungai dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan


sekitar 77,61 (tujuh puluh tujuh koma enam puluh satu) ha.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 19

LAPORAN AKHIR

f.

RTH sempadan rel dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan sekitar
73 (tujuh puluh tiga) ha.

g.

RTH tanah negara dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan sekitar
77,23 (tujuh puluh tujuh koma dua puluh tiga) ha.

h.

RTH kebun binatang dikembangkan secara bertahap dengan luas pengembangan


sekitar 21,10 (dua puluh satu koma sepuluh) ha.

3.

Kawasan cagar budaya seluas 81 (delapan puluh satu) ha, dengan sebaran lokasi di
Kawasan I seluas 57 (lima puluh tujuh) ha yang tersebar di Kecamatan Laweyan seluas 4
(empat) ha dan Kecamatan Pasar kliwon seluas 53 (lima puluh tiga) ha;
Kawasan cagar budaya yang terbagi dalam:
a.

kelompok kawasan, meliputi ruang terbuka/taman, dan kawasan bangunan cagar


budaya lainnya yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku;

b.

kelompok bangunan, meliputi bangunan rumah tradisional, bangunan umum kolonial,


bangunan peribadatan, gapura, tugu, monumen, dan perabot jalan.

Pengembangan dan pengelolaan kawasan cagar budaya melalui:


a.

Pengembangan jalur khusus wisata yang menghubungkan antar kawasan cagar


budaya diatur dalam rencana induk pariwisata kota.

b.

Pelestarian cagar budaya yang mengalami penurunan fungsi dan kondisi bangunan
diatur dalam rencana induk pelestarian cagar budaya.

4.

Kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan bencana banjir. Kawasan rawan
bencana banjir meliputi kawasan sepanjang sisi Sungai Bengawan Solo dan sekitarnya.
Kawasan rawan bencana banjir meliputi:
a.

Kecamatan Pasarkliwon di Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Baluwarti,


Kelurahan Gajahan, Kelurahan Joyosuran, Kelurahan Kauman, Kelurahan Kedung
Lumbu, Kelurahan Pasarkliwon, Kelurahan Sangkrah, Kelurahan Semanggi; dan

b.

Kecamatan Serengan di Kelurahan Danukusuman, Jayengan, Joyotakan, Kemlayan,


Kratonan, Serengan, dan Tipes.

Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana banjir meliputi:


a.

normalisasi Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Gajah Putih, Kali Pepe
Hilir, Kali Wingko, Kali Boro, Kali Pelem Wulung dan Kali Tanggul;

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 20

LAPORAN AKHIR

b.

penguatan tanggul sungai di sekitar Sungai Bengawan Solo, Kali Wingko, Kali Anyar,
Kali Gajah Putih;

c.

pemeliharaan kolam retensi; dan

d.

revitalisasi drainase perkotaan.

Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya terdiri atas:

Kawasan peruntukan industri meliputi:


a.

Industri rumah tangga diantaranya industri rumah tangga pembuatan shuttle cock dan
gitar di Kecamatan Pasarkliwon;

b.

Industri kreatif meliputi industri batik di Kecamatan Pasarkliwon dan Laweyan.

Kawasan peruntukan industri meliputi:


a.

penetapan kegiatan industri ramah lingkungan dan harus dilengkapi dengan sistem
pengolahan limbah; dan

b.

pengembangan kawasan industri yang didukung oleh jalur hijau sebagai penyangga
antar fungsi kawasan.

Kawasan peruntukan pariwisata terdiri dari pariwisata cagar budaya dan nilai-nilai
tradisional, pariwisata sejarah, pariwisata belanja dan pariwisata kuliner serta transportasi
pariwisata. Kawasan pariwisata cagar budaya, sejarah, dan nilai-nilai tradisional terletak di
Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari, dan Kecamatan Pasarkliwon. Kawasan
pariwisata belanja meliputi wisata belanja batik di Kecamatan Pasarkliwon dan Kecamatan
Laweyan. Kawasan pariwisata kuliner yang tersebar di wilayah kota. Untuk menunjang
pariwisata dikembangkan transportasi wisata yang meliputi:
a.

pengembangan prasarana transportasi wisata menggunakan jaringan jalan rel, jalan


raya, dan sungai;

b.

jaringan transportasi wisata menggunakan jalan rel dan jalan raya berada pada koridor
yang menghubungkan Stasiun Jebres, Stasiun Surakarta Balapan, Stasiun Purwosari,
dan Stasiun Sangkrah;

c.

jaringan transportasi wisata sungai dikembangkan di Kali Pepe, Kali Anyar, dan
Sungai Bengawan Solo.

Pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata, meliputi:


a.

pengembangan pola perjalanan wisata kota;

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 21

LAPORAN AKHIR

b.

pengembangan kegiatan pendukung yang meliputi hotel, restoran, pusat penukaran


uang asing, pusat souvenir, dan oleh-oleh; dan

c.

Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata kota lebih lanjut akan diatur dalam
rencana induk pariwisata.

Kawasan peruntukan permukiman dikembangkan seluas 2.275 (dua ribu dua ratus tujuh
puluh lima) ha, yang tersebar di seluruh wilayah Kota. Pengembangan perumahan vertikal
berupa Rumah Susun Sewa (Rusunawa) di Kecamatan Serengan. Kawasan peruntukan
permukiman yaitu kawasan permukiman kepadatan tinggi dengan sebaran di Kawasan I
seluas 464 (empat ratus enam puluh empat) ha yaitu di:
a) Kecamatan Jebres seluas 62 (enam puluh dua) ha;
b) Kecamatan Laweyan seluas 111 (seratus sebelas) ha;
c) Kecamatan Pasarkliwon seluas 186 (seratus delapan puluh enam) ha;
d) Kecamatan Serengan seluas 105 (seratus lima) ha;
Peningkatan kualitas permukiman kumuh di seluruh wilayah kota. Pengembangan
perumahan yang menyediakan ruang terbuka di seluruh wilayah kota. Pengembangan
taman pada masing-masing PPK, SPK dan PL; dan Pengembangan sumursumur resapan
individu dan kolektif di setiap pengembangan lahan terbangun.

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi:


a.

Pasar tradisional berada di wilayah Kelurahan Kauman, Kelurahan Kemlayan,


Kelurahan Semanggi, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Nusukan, Kelurahan
Danusuman, Kelurahan Panjang, Kelurahan Purwosari, Kelurahan Karangasem,
Kelurahan Manahan, Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Ketelan, Kelurahan Keprabon,
Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Pasarkliwon.

b.

Pusat perbelanjaan meliputi:


1)

pengembangan perdagangan skala regional kota diantaranya di Kelurahan


Danusuman,

Kelurahan

Serengan,

Kelurahan

Kedung

Lumbu-Kecamatan

Pasarkliwon dan Kelurahan Panularan-Kecamatan Laweyan berupa perdagangan


grosir dan pasar besar; dan
2)

pengembangan kawasan perdagangan berbentuk rumah toko di sepanjang jalan


protokol.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 22

LAPORAN AKHIR

c.

Toko modern berupa pengembangan pusat perbelanjaan dan toko modern di wilayah
kota yang penempatannya ditetapkan dalam Peraturan Walikota.

Pengembangan kawasan peruntukan perkantoran di Kawasan I seluas 1 (satu) ha, yaitu di


Kecamatan Laweyan;

Kawasan RTNH di kawasan I seluas 3 (tiga) ha, terletak di Kecamatan Jebres seluas 1 (satu)
ha dan Kecamatan Pasarkliwon seluas 2 (dua) Ha;

Kawasan peruntukan kegiatan sektor informal meliputi:


a.

ruang yang sudah ditetapkan sebagai ruang relokasi dan pengelompokkan PKL oleh
Pemerintah Daerah;

b.

ruang sekitar pusat perdagangan disediakan oleh pemilik pusat perdagangan sebagai
bentuk dari Coorporate Social Responsibility (CSR);

c.

ruang tempat penyelenggaraan acara Pemerintah Daerah dan/atau pihak swasta


sebagai pasar malam (night market), di Jalan Diponegoro dan Jalan Gatot Subroto; dan

d.

sebaran ruang bagi kegiatan sektor informal, di Kawasan I yaitu di Kelurahan


Kedunglumbu, Kelurahan Jayengan, Kelurahan Keratonan dan Kelurahan SriwedariKecamatan Pasarkliwon;

Kawasan peruntukan lain pertanian seluas sekitar 111 (seratus sebelas) ha yang terletak di
Kecamatan Pasarkliwon, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan
Jebres, terdiri dari lahan pertanian basah dan lahan pertanian kering yang ditetapkan dan
dipertahankan sebagai kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Lahan pertanian kering meliputi lahan kering di kawasan I seluas 3 (tiga) ha yaitu di
Kelurahan Semanggi-Kecamatan Pasarkliwon.
Kawasan peruntukan lain perikanan terdiri dari:
a.

kawasan perikanan tangkap;

b.

Kawasan perikanan budidaya dialokasikan di perairan umum darat tersebar di


Kelurahan Manahan, Kelurahan Sumber, Kelurahan Banyuanyar Kecamatan Banjarsari
dan Kelurahan Mojosongo-Kecamatan Jebres.

c.

Kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tersebar di Balekambang di depo


Kelurahan Gilingan dan Kelurahan Manahan-Kecamatan Banjarsari.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 23

LAPORAN AKHIR

Kawasan peruntukan lain pelayanan umum yang meliputi pendidikan, kesehatan dan
peribadatan dikembangkan di seluruh wilayah kota.
Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan di seluruh wilayah diantaranya meliputi:
a.

Korem 074/ Warastratama di Kecamatan Laweyan;

b.

Komando Rayon Militer (Koramil) yang terdapat di kecamatan-kecamatan;

c.

Pusdiktop Kodiklat di Kecamatan Pasarkliwon;

d.

Kantor Polisi Militer di Kecamatan Pasarkliwon.

2.2.4. Rencana Kawasan Strategis


Kawasan strategis Kota diantaranya adalah :
a.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek ekonomi merupakan kawasan


terpadu yang diantaranya pada koridor Jalan Jend. Gatot Subroto dan sebagian ruas
Jalan Dr. Rajiman (Coyudan) Kelurahan Kemlayan-Kecamatan Serengan; dan

b.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek sosial budaya diarahkan di kawasan
Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, dan Taman Sriwedari.

c.

Kawasan strategis kota dari sudut kepentingan ilmu pengetahuan di kawasan Solo
Techno Park.

d.

Kawasan strategis kota dari sudut kepentingan lingkungan di Kawasan Satwa Taru
Jurug

2.3. GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN


2.3.1

Wilayah Administrasi
Kawasan I Kota Surakarta terdiri dari 22 Kelurahan dengan wilayah administrasi seluas

1.063,45 ha. Kelurahan yang termasuk dalam Kawasan I Kota Surakarta berasal dari 4
Kecamatan yang berbeda antara lain Kecamatan Pasar kliwon sebanyak 9 Kelurahan,
Kecamatan Serengan sebanyak 7 Kelurahan dan Kecamatan laweyan sebanyak 3 Kelurahan
serta Kecamatan Jebres sebanyak 3 Kelurahan. Kelurahan yang memiliki wilayah terluas adalah
Kelurahan Semanggi yaitu seluas 166,82 ha sedangkan Kelurahan dengan wilayah administrasi
paling sedikit adalah Kelurahan Kauman yaitu seluas 19,2 ha. Untuk lebih jelasnya mengenai
luasan wilayah administrasi Kawasan I Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel II.5.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 24

LAPORAN AKHIR

2.3.2

Kondisi Sosial dan Kependudukan Kawasan I Kota Surakarta

A. Jumlah penduduk dan Kepadatan Penduduk


Kawasan I Kota Surakarta pada tahun 2013 memiliki penduduk sebanyak 193.435
jiwa.Kelurahan yang memiliki penduduk paling banyak adalah Kelurahan Semanggi
yaitu sebanyak 34.439 jiwa, kelurahan yang memiliki penduduk paling sedikit adalah
Kelurahan Kauman yaitu sebanyak 3.515 jiwa.
Kepadatan penduduk di Kawasan I Kota Surakarta pada tahun 2013 sebesar 182
jiwa/ha.Kelurahan dengan angka kepadatan penduduk paling banyak adalah Kelurahan
Gandekan Kecamatan Jebres yaitu sebanyak 275 jiwa/ha, sedangkan kelurahan yang
memiliki kepadatan penduduk terendah adalah Kelurahan Sriwedari yaitu sebanyak 83
jiwa/ha.

No
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
B
1
2
3
4
5
6
7
C
1

Tabel II.3
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk (Jiwa/ha) Kawasan I
Kota Surakarta Tahun 2013
Luas
Jumlah
Kepadatan
Kecamatan/Kelurahan
(ha)
Penduduk
Jiwa/ha
Kecamatan Pasar Kliwon
Joyosuran
54
11.778
218
Semanggi
166,82
34.439
206
Pasar Kliwon
36
7.188
200
Baluwarti
40,7
7.480
184
Gajahan
33,9
5.233
154
Kauman
19,2
3.515
183
Kampung Baru
30,6
3.635
119
Kedung Lumbu
55,1
5.696
103
Sangkrah
45,2
11.532
255
Jumlah A
481,52
90.496
188
Kecamatan Serengan
Joyokatan
45,9
8.936
195
Danukusuman
50,8
11.871
234
Serengan
64
13.211
206
Tipes
64
11.597
181
Kratonan
32,4
5.699
176
Jayengan
29,3
5.764
197
Kemlayan
33
3.879
118
Jumlah B
319,4
60.957
191
Kecamatan Laweyan
Panularan
54,4
9.930
183

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 25

LAPORAN AKHIR

No
2
3
D
1
2
3

Kecamatan/Kelurahan
Sriwedari
Penumping
Jumlah C
Kecamatan Jebres
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Jumlah D
TOTAL

Luas
(ha)
51,3
50,33
156,03

Jumlah
Penduduk
4.245
5.625
19.800

23
35
48,5
106,5
1063,45

4.999
9.625
7.558
22.182
193.435

Kepadatan
Jiwa/ha
83
112
127
217
275
156
208
182

Sumber : BPS dalam Angka 2014

B. Jumlah penduduk Menurut Jenis Kelamin


Penduduk di Kawasan I Kota Surakarta pada tahun 2013 sebanyak 193.435 jiwa yang
terdiri dari penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 94.990 jiwa dan penduduk
berjenis kelamin perempuan sebanyak 98.445 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki paling
banyak terdapat di Kelurahan Semanggi yaitu sebanyak 17.224 jiwa, sedangkan paling
sedikit berada di Kelurahan Kampung Baru yaitu sebanyak 1.554 jiwa.
Jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan paling banyak berada di Kelurahan
Semanggi yaitu sebanyak 17.215 jiwa dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan
paling sedikit berada di Kelurahan Kauman yaitu sebanyak 1.720 jiwa. Untuk lebih
jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel yang
ada berikut.
Tabel II.4
Penduduk Menurut Jenis KelaminKawasan I Kota Surakarta
Tahun 2013
No
Kecamatan/Kelurahan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
A Kecamatan Pasar Kliwon
1 Joyosuran
5.730
6.048
11.778
2 Semanggi
17.224
17.215
34.439
3 Pasar Kliwon
3.456
3.732
7.188
4 Baluwarti
3.585
3.895
7.480
5 Gajahan
2.548
2.685
5.233
6 Kauman
1.795
1.720
3.515
7 Kampung Baru
1.554
2.081
3.635
8 Kedung Lumbu
2.890
2.806
5.696
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 26

LAPORAN AKHIR

No
Kecamatan/Kelurahan
9 Sangkrah
Jumlah A
B Kecamatan Serengan
1 Joyokatan
2 Danukusuman
3 Serengan
4 Tipes
5 Kratonan
6 Jayengan
7 Kemlayan
Jumlah B
C Kecamatan Laweyan
1 Panularan
2 Sriwedari
3 Penumping
Jumlah C
D Kecamatan Jebres
1 Sudiroprajan
2 Gandekan
3 Sewu
Jumlah D
TOTAL

Laki-Laki Perempuan Jumlah


5.547
5.985
11.532
44.329
46.167
90.496
4.496
5.674
6.516
5.730
2.756
2.849
1.864
29.885

4.440
6.197
6.695
5.867
2.943
2.915
2.015
31.072

8.936
11.871
13.211
11.597
5.699
5.764
3.879
60.957

4.903
2.062
2.671
9.636

5.027
2.183
2.954
10.164

9.930
4.245
5.625
19.800

2.492
4.826
3.822
11.140
94.990

2.507
4.799
3.736
11.042
98.445

4.999
9.625
7.558
22.182
193.435

Sumber : BPS dalam Angka 2014

C. Jumlah penduduk Menurut Kelompok Umur


Jumlah penduduk di Kawasan I Kota Surakarta pada tahun 2013 sebanyak 93.435 jiwa.
Kelompok umur yang paling banyak penduduknya adalah kelompok umur 30 39 yaitu
sebanyak 28.608 jiwa, sedangkan kelompok umur paling sedikit jumlahnya adalah
kelompok umur 60 tahun keatas yaitu sebanyak 12.277 jiwa. Berdasarkan kelompok umur
yang ada, maka jumlah penduduk usia produktif (usia 20 sampai dengan 49 tahun)
sebanyak 92.151 jiwa, sedangkan penduduk yang tidak produktif (usia 50 tahun keatas)
sebanyak 31.337 jiwa.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 27

LAPORAN AKHIR

No
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
B
1
2
3
4
5
6
7
C
1
2
3

Kecamatan/Kelurahan
Kecamatan Pasar Kliwon
Joyosuran
Semanggi
Pasar Kliwon
Baluwarti
Gajahan
Kauman
Kampung Baru
Kedung Lumbu
Sangkrah
Jumlah A
Kecamatan Serengan
Joyokatan
Danukusuman
Serengan
Tipes
Kratonan
Jayengan
Kemlayan
Jumlah B
Kecamatan Laweyan
Panularan
Sriwedari
Penumping
Jumlah C

Tabel II.5
Penduduk Menurut Kelompok Umum di Kawasan I Kota Surakarta
Tahun 2013
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-39
40-49

50-59

+60

Jumlah

1.027
3.117
568
1.306
325
395
485
310
966
8.499

887
2.662
515
566
296
234
255
402
959
6.776

735
2.692
573
645
338
295
345
453
885
6.961

829
2.917
593
783
390
320
383
422
1.019
7.656

1.442
2.782
610
749
442
239
372
405
1.032
8.073

1.741
3.170
659
893
555
291
302
376
1.248
9.235

1.741
5.738
1.092
862
908
766
743
1.154
2.046
15.050

1.690
4.753
1.412
742
864
497
437
887
1.512
12.794

1.519
3.670
829
537
564
439
271
677
1.099
9.605

167
2.938
337
397
551
39
42
610
766
5.847

11.778
34.439
7.188
7.480
5.233
3.515
3.635
5.696
11.532
90.496

1.384
975
1.040
789
245
695
993
6.121

368
756
987
640
235
342
522
3.850

867
1.486
1.687
857
473
591
327
6.288

1.293
1.526
1.634
943
428
562
359
6.745

1.200
1.525
1.649
887
405
713
350
6.729

1.022
1.350
1.576
930
414
728
358
6.378

968
1.588
1.446
2.226
1.030
849
284
8.391

867
1.287
1.250
1.843
943
607
245
7.042

662
889
1.181
1.320
817
416
262
5.547

305
489
761
1.162
709
261
179
3.866

8.936
11.871
13.211
11.597
5.699
5.764
3.879
60.957

2.438
273
577
3.288

913
309
469
1.691

851
302
721
1.874

1.058
296
652
2.006

900
313
717
1.930

861
319
674
1.854

950
767
672
2.389

887
693
587
2.167

832
478
444
1.754

240
495
112
847

9.930
4.245
5.625
19.800

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 28

LAPORAN AKHIR

No
D
1
2
3

Kecamatan/Kelurahan
Kecamatan Jebres
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Jumlah D
TOTAL

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-39

40-49

50-59

+60

Jumlah

280
813
860
1.953
19.861

425
847
654
1.926
14.243

381
828
612
1.821
16.944

378
1.297
817
2.492
18.899

409
1.200
965
2.574
19.306

499
987
682
2.168
19.635

832
1.075
871
2.778
28.608

647
1.115
837
2.599
24.602

617
717
820
2.154
19.060

531
746
440
1.717
12.289

4.999
9.625
7.558
22.182
193.435

Sumber : BPS dalam Angka 2014

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 29

LAPORAN AKHIR

D. Jumlah penduduk Menurut Pendidikan


Jumlah penduduk usia 5 tahun keatas di Kawasan I Kota Surakarta menurut
pendidikan pada tahun 2013 sebanyak 176.236 jiwa. Tingkat pendidikan paling banyak di
Kawasan I Kota Surakarta adalah penduduk Tamatan SLTA yaitu sebanyak 37.515 jiwa,
sedangkan jumlah penduduk yang tidak sekolah sebanyak 13.319 jiwa.Penduduk yang
berpendidikan tamat akademi/perguruan tinggi di Kawasan I Kota Surakarta sebanyak
18.606 jiwa.
Tabel II.6
Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Menurut Pendidikan
di Kawasan I Kota Surakarta Tahun 2013
No

Kecamatan/
Kelurahan

A
1
2
3
4
5
6
7
8
9

B
1
2
3
4
5
6
7

C
1
2
3

Kecamatan Pasar
Kliwon
Joyosuran
Semanggi
Pasar Kliwon
Baluwarti
Gajahan
Kauman
Kampung Baru
Kedung Lumbu
Sangkrah
Jumlah A
Kecamatan
Serengan
Joyokatan
Danukusuman
Serengan
Tipes
Kratonan
Jayengan
Kemlayan
Jumlah B
Kecamatan
Laweyan
Panularan
Sriwedari
Penumping
Jumlah C

Tamat
Akademi/PT

Tamat
SLTA

Tamat
SLTP

Tamat
SD

1.166
3.193
209
598
842
603
577
656
679
8.523

3.405
8.128
2.562
1.571
1.780
664
1.132
1.284
3.050
23.576

1.931
7.006
1.746
1.698
928
496
482
943
2.185
17.415

1.664
2.320
671
1.080
412
297
311
850
2.602
10.207

151
601
1.979
1.447
907
725
377
6.187

1.446
3.246
4.505
3.433
1.880
1.424
439
16.373

1.639
2.758
2.786
1.839
822
971
441
11.256

757
775
776
2.308

2.978
1.449
1.743
6.170

2.865
586
1053
4504

Tidak
Tamat
SD

Belum
Tamat SD

Tidak
Sekolah

Jumlah

915
3.084
777
313
124
129
115
798
203
6.458

687
5.483
644
433
405
566
211
642
903
9.974

1.074
2.109
10
481
415
365
320
213
944
5.931

10.842
31.323
6.619
6.174
4.906
3.120
3.148
5.386
10.566
82.084

2.895
3.363
1.167
1.776
600
710
318
10.829

317
367
686
812
417
273
267
3.139

565
287
874
411
232
754
868
3.991

561
334
168
1.190
660
309
276
3.498

7.574
10.956
12.165
10.908
5.518
5.166
2.986
55.273

2.625
363
672
3.660

254
248
90
592

75
184
657
916

76
367
57
500

9.630
3.972
5.048
18.650

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 30

LAPORAN AKHIR

No

Kecamatan/
Kelurahan

Kecamatan Jebres
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Jumlah D
TOTAL

1
2
3

Tamat
Akademi/PT

Tamat
SLTA

Tamat
SLTP

Tamat
SD

573
832
183
1.588
18.606

1.197
1.536
1.069
3.802
49.921

684
1.647
2.009
4.340
37.515

782
1.786
830
3.398
28.094

Tidak
Tamat
SD
420
622
676
1.718
11.907

Belum
Tamat SD

Tidak
Sekolah

Jumlah

380
914
699
1.993
16.874

683
1.475
1.232
3.390
13.319

4.719
8.812
6.698
20.229
176.236

Sumber : BPS dalam Angka 2014

E. Jumlah penduduk Menurut Mata Pencaharian


Jumlah Penduduk Kawasan I Kota Surakarta menurut mata pencaharian pada tahun
2013 sebanyak 159.406 jiwa.Mata pencaharian yang paling sedikit digeluti oleh
masyarakat di Kawasan I Kota Surakarta adalah sebagai petani yaitu sebanyak 4 jiwa.
Penduduk yang bekerja sebagai pengusaha sebanyak 7.006 jiwa, penduduk yang bekerja
sebagai buruh industri sebanyak 25.121 jiwa, penduduk yang bekerja sebagai buruh
bangunan sebanyak 15.070 jiwa, penduduk yang bekerja sebagai pedagang sebanyak
15.722 jiwa, penduduk yang bekerja di sektor angkutan sebanyak 8.966 jiwa, penduduk
yang bekerja sebagai PNS/ TNI/POLRI sebanyak 3.988 jiwa
Gambar 2.2
Diagram Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Kawasan I Kota Surakarta Tahun 2013

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 31

LAPORAN AKHIR

Tabel II.7
Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kawasan I Kota Surakarta Tahun 2013
No
A

Kecamatan/Kelurahan

Petani

Pemilik
Usaha

Buruh
Industri

Buruh
Bangunan

Pedagang

Angkutan

PNS/TNI/
POLRI

Pensiunan

lain

Jumlah

Kecamatan Pasar
Kliwon

Joyosuran

48

1.400

580

331

120

121

168

7.175

9.943

Semanggi

689

3.547

3.072

4.368

1.583

283

300

14.818

28.660

Pasar Kliwon

74

1.327

1.744

191

111

156

258

2.245

6.106

Baluwarti

59

568

421

461

231

729

83

3.057

5.609

Gajahan

102

1.215

57

221

221

233

106

2.457

4.612

Kauman

342

161

113

718

64

51

78

1.358

2.885

Kampung Baru

24

74

322

54

12

82

68

2.256

2.892

Kedung Lumbu

170

487

584

450

979

134

1.117

2.599

6.520

Sangkrah

1.173

2.615

1.074

1.174

1.504

96

138

2.274

10.048

2.681

11.394

7.967

7.968

4.825

1.885

2.316

38.239

77.275

279

100

135

69

3.374

6.793

Jumlah A
B

Kecamatan Serengan

Joyokatan

585

1.610

640

Danukusuman

401

1.443

992

451

539

551

72

5.289

9.738

Serengan

414

581

576

1.360

627

343

235

6.917

11.054

Tipes

60

783

951

106

27

157

216

7.749

10.051

Kratonan

867

1.239

182

1.188

666

111

97

387

4.737

Jayengan

99

753

71

578

43

59

67

3.045

4.715

Kemlayan

230

474

609

587

53

59

74

2.087

2.656

6.883

4.021

4.549

2.055

149

830

26.762

49.175

Jumlah B
C

Kecamatan Laweyan

Panularan

797

521

488

989

708

498

377

2.033

6.411

Sriwedari

15

241

419

530

156

102

136

2.063

3.662

Penumping

54

2.120

309

39

64

111

1.874

4.580

866

2.882

1.216

1.528

903

664

624

5.970

14.653

Jumlah C

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 32

LAPORAN AKHIR

No

Kecamatan/Kelurahan

Kecamatan Jebres

Petani

Pemilik
Usaha

Buruh
Industri

Buruh
Bangunan

Pedagang

Angkutan

PNS/TNI/
POLRI

Pensiunan

lain

Jumlah

Sudiroprajan

708

296

320

483

326

354

349

1.458

4.294

Gandekan

72

693

818

936

792

890

771

2.993

7.965

Sewu

23

2.973

728

258

65

46

48

1.903

6.044

Jumlah D

803

3.962

1.866

1.677

1.183

1.290

1.168

6.354

18.303

TOTAL

7.006

25.121

15.070

15.722

8.966

3.988

4.938

77.325

159.406

Sumber : BPS dalam Angka 2014

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 33

LAPORAN AKHIR

F. Jumlah penduduk Menurut Agama


Jumlah penduduk di Kawasan I Kota Surakarta tahun 2013 paling banyak menganut
agama islam yaitu sebanyak 154.379 jiwa atau sebesar 79,81% dari penduduk total
Kawasan I Kota Surakarta, penduduk yang memeluk agama katolik sebanyak 18.840 jiwa,
penduduk yang memeluk agama Kristen protestan sebanyak 19.274 jiwa, penduduk yang
beragama budha sebanyak 756 jiwa dan penduduk yang beragama hindu sebanyak 186
jiwa.
Tabel II.8
Banyaknya Penduduk Menurut Agama di Kawasan I
Kota Surakarta Tahun 2013
No
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kecamatan/Kelurahan
Kecamatan Pasar Kliwon
Joyosuran
Semanggi
Pasar Kliwon
Baluwarti
Gajahan
Kauman
Kampung Baru
Kedung Lumbu
Sangkrah
Jumlah A
B
Kecamatan Serengan
1 Joyokatan
2 Danukusuman
3 Serengan
4 Tipes
5 Kratonan
6 Jayengan
7 Kemlayan
Jumlah B
C
Kecamatan Laweyan
1 Panularan
2 Sriwedari
3 Penumping
Jumlah C
D
Kecamatan Jebres
1 Sudiroprajan
2 Gandekan
3 Sewu
Jumlah D
TOTAL
Sumber : BPS dalam Angka 2014

2.3.3

Islam

Katolik

Protestan

Budha

Hindu

Jumlah

7.853
30.130
6.892
6.632
3.461
3.328
2.231
4.875
9.973
75.375

1.894
1.712
24
504
692
93
882
445
926
7.172

1.962
2.556
253
311
860
55
487
358
617
7.459

56
10
19
16
202
39
24
15
8
389

13
31
0
17
18
0
11
3
8
101

11.778
34.439
7.188
7.480
5.233
3.515
3.635
5.696
11.532
90.496

7.789
8.911
10.895
9.209
4.307
4.595
2.430
48.136

341
1.427
1.247
1.057
404
313
648
5.437

802
1.512
1.047
1.309
965
795
801
7.231

4
21
21
19
20
65
0
150

0
0
1
2
0
0
0
3

8.936
11.871
13.211
11.596
5.696
5.768
3.879
60.957

8.366
2.925
4.218
15.509

1.463
623
678
2.764

67
667
707
1.441

19
26
15
60

16
4
6
26

9.931
4.245
5.624
19.800

2.609
6.206
6.544
15.359
154.379

918
2.121
428
3.467
18.840

1.359
1.251
533
3.143
19.274

105
29
23
157
756

8
18
30
56
186

4.999
9.625
7.558
22.182
193.435

Sarana dan Prasarana Kota

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 34

LAPORAN AKHIR

A. Sarana Perumahan dan Permukiman


Kawasan I Kota Surakarta merupakan kawasan pusat kota dimana terdapat
konsentrasi permukiman yang cukup tinggi (padat). Berkaitan dengan hal tersebut sarana
perumahan dan permukiman pada Kawasan I ini selain berupa perumahan yang telah
lama tumbuh dan berkembang, di kawasan ini juga terdapat dua lokasi rumah susun
yaitu di Begalon Kel.Panularan dan Kel.Semanggi.

Tabel II.9
Data Kondisi Rusunawa di Kawasan I Kota Surakarta
No

Lokasi Rusunawa

Rusunawa Begalon I
dan II

Tahun
Pembangunan
2003-2004 dan
2006-2007

Terhuni/
tidak
Terhuni

pengelola

UPTD Rumah
Susun Pemkot
Surakarta
2 Rusunawa Semanggi 2008
Terhuni UPTD Rumah
Susun Pemkot
Surakarta
Sumber: DPU Kota Surakarta - UPTD Rumah Susun, 2014

Jumlah
Penghuni
192 KK

Kondisi

196 KK

Baik

Baik

Sebagaimana wilayah lain, Kota Surakarta terutama Kawasan I juga menghadapi


masalah dalam penyediaan lingkungan hunian (rumah) yang layak huni, memenuhi
standar rumah yang aman, nyaman, sehat dan produktif. Jumlah Rumah Tidak Layak
Huni (RTLH) di Kota Surakarta secara keseluruhan mencapai sekitar 10,33%. Di Kawasan
I, secara umum persentase rumah tidak layak ini mencapai lebih besar daripada rata-rata
kota yaitu 15,93%. Persentase RTLH terbesar berada di Kec.Serengan yang mencapai 42%.
Berikut pada Tabel II. di bawah ini adalah data jumlah rumah tidak layak huni Kota
Surakarta tahun 2012.Besarnya jumlah rumah tidak layak ini ini menunjukkan besarnya
lingkungan kumuh perkotaan, sehingga memerlukan perhatian dalam penataannya, yang
dalam hal ini dapat menjadi perhatian dalam perencanaan RDTR di kawasan ini.
Tabel II.10
Sebaran Rumah Tidak Layak Huni Kota Surakarta 2012
KELURAHAN
KEC. JEBRES
Gandekan
Sewu
Sudiroprajan
KEC.LAWEYAN

JUMLAH RUMAH
(UNIT)
29.746
1.704
1.420
750
18.611

JUMLAH RTLH
(UNIT)
3.318
346
218
122
1.591

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

PERSENTASE
(%)
11,15%
20,31%
15,35%
16,27%
8,55%

II - 35

LAPORAN AKHIR

KELURAHAN
Panularan
Penumping
Sriwedari
KEC.PASAR KLIWON
Baluwarti
Gajahan
Joyosuran
Kampung Baru
Kauman
Kedung Lumbu
Pasar Kliwon
Sangkrah
Semanggi
KEC.SERENGAN
Danukusuman
Jayengan
Joyotakan
Kemlayan
Kratonan
Serengan
Tipes
KAWASAN I

JUMLAH RUMAH
(UNIT)
1.696
772
687
16.139
1.519
714
1.878
486
481
915
1.061
2.402
6.683
9.862
1.831
832
1.423
716
956
1.963
2.141
74.355

JUMLAH RTLH
(UNIT)
168
48
76
2.742
332
102
231
59
14
97
207
465
1.235
4.194
1.075
111
696
280
523
517
992
11.845

PERSENTASE
(%)
9,91%
6,22%
11,06%
16,99%
21,86%
14,29%
12,30%
12,14%
2,91%
10,60%
19,51%
19,36%
18,48%
42,53%
58,71%
13,34%
48,91%
39,11%
54,71%
26,34%
46,33%
15,93%

Sumber: Solokotakita,2013
Sementara itu dari hasil identifikasi BAPPEDA Kota Surakarta, pada kawasan ini
terdapat 10 titik kawasan permukiman kumuh dengan luas sekitar 92,21 ha, baik berupa
lingkungan perumahan padat maupun perumahan pada bantaran sungai. Sebaran
kawasan kumuh ini terbanyak berada pada Kec.Pasar Kliwon yaitu pada 5 kelurahan,
disusul Kec.Jebres pada 3 lokasi dan Kec.Serengan meliputi 2 lokasi (lihat Tabel II.17 dan
gambar-gambar di bawah ini).

Tabel II.11
Sebaran Lingkungan Permukiman Kumuh di Kawasan I Kota Surakarta
No
1
2
3
4
5
6

Tipologi Kawasan Kumuh


Bantaran Sungai & Padat Perkotaan
Bantaran Sungai
Bantaran Sungai
Bantaran Sungai & Padat Perkotaan
Bantaran Sungai & Padat Perkotaan
Padat Perkotaan

Kelurahan
SUDIROPRAJAN
GANDEKAN
SEWU
JOYOTAKAN
DANUKUSUMAN
JOYOSURAN

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Kecamatan

Jebres
Serengan
Pasar Kliwon

Luas
Kawasan
Kumuh
4.17
3.54
7.97
6.55
8.45
3.00

II - 36

LAPORAN AKHIR

No
7
8
9
10

Tipologi Kawasan Kumuh


Bantaran Sungai & Padat Perkotaan
Padat Perkotaan
Padat Perkotaan
Bantaran Sungai & Padat Perkotaan

Kelurahan

Kecamatan

SEMANGGI
PASAR KLIWON
KEDUNG LUMBU
SANGKRAH

TOTAL KAWASAN KUMUH KAWASAN I KOTA SURAKARTA

Luas
Kawasan
Kumuh
21.42
6.44
17.38
13.29
92.21

Sumber: Hasil identifikasi BAPPEDA Kota Surakarta, 2014

Gambar 2.3

Kawasan Kumuh di Kel. Gandekan Kec. Jebres


Sumber :Bappeda Kota Surakarta (2014)

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 37

LAPORAN AKHIR

Gambar 2.4

Kawasan Kumuh di Kel. Joyotakan Kec. Serengan


Sumber :Bappeda Kota Surakarta (2014)

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 38

LAPORAN AKHIR

Gambar 2.5

Kawasan Kumuh di Kel. Danukusuman Kec. Serengan


Sumber :Bappeda Kota Surakarta (2014)

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 39

LAPORAN AKHIR

Gambar 2.6

Kawasan Kumuh di Kel. Joyosuran Kec. Pasar Kliwon


Sumber :Bappeda Kota Surakarta (2014)

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 40

LAPORAN AKHIR

Gambar 2.7

Kawasan Kumuh di Kel. Pasar Kliwon Kec. Pasar Kliwon


Sumber :Bappeda Kota Surakarta (2014)

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 41

LAPORAN AKHIR

Gambar 2.8

Kawasan Kumuh di Kel. Kedunglumbu Kec. Pasar Kliwon


Sumber :Bappeda Kota Surakarta (2014)

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 42

LAPORAN AKHIR

Penyusunan KLHS RDTR Kota


Surakarta Kawasan I

Kawasan I

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 43

LAPORAN AKHIR

Kawasan perumahan dan permukiman di Kawasan I juga sangat erat terkait dengan
keberadaan Cagar Budaya.Sebagaimana diketahui beberapa lokasi cagar budaya di
Kawasan I Kota Surakarta adalah di kawasan keraton Baluwarti, Kawasan Kampung
Batik (Kauman), Kawasan Kampung Etnik Arab (Pasar Kliwon) dan Kampung Semanggi.
Kawasan-kawasan tersebut menjadi perhatian dalam perencanaan RDTR. Berikut ini
adalah sekilas tentang kondisi kawasan tersebut :
1. Kawasan Keraton Baluwarti
Keraton Kasunanan Surakarta dibangun
sejak tahun 1945 oleh Pakubuwono II
dengan

demikian

usia

bangunan

dan

lingkungan sudah melebihi usia 50 tahun


(Monumen Ordonantie Stbl, 238/1931), jadi
keraton dilihat dari usianya sudah lebih dari
setengah abad dan ini termasuk bangunan
dan lingkungan yang dilestarikan.
Keraton dan lingkungannya perlu di konservasi secara keseluruhan sedangkan bentuk
konservasi meliputi: Lingkungan Bagian Gapura Gladag, Bagian Alun-Alun utara,
Pagelaran, Sasono Mulyo, Kamandungan, Inti Keraton Masangur, Siti Hinggil Kidul,
alun-alun kidul dan bagian gapura Gladag. Sedangkan bentuk konservasi meliputi
preservasi, restorasi/ rehabilitasi dan revitalisasi/adaptasi. Keistimewaan dalam hal ini
adalah bangunan yang dilindungi karena memiliki keistimewaan, misalnya terpanjang,
tertinggi, tertua, terbesar, yang pertama dan sebagainya, keraton menjadi istimewa
karena mempunyai bentuk fisik lingkungan yang sangat menonjol, bekas lingkungan
pemerintahan kerajaan, mempunyai nilai sejarah yang tinggi, mempunyai bentuk
arsitektur tradisional jawa, menyatu dengan bentuk arsitektur Islam.
Restorasi merupakan mengembalikan suatu tempat kekeadaan semula dengan
menghilangkan tambahan-tambahan dan memasang komponen-komponen semula tanpa
menggunakan bahan baru,1 seperti sekarang dilakukan rehabilitasi Siti Hinggil yang ada
di utara. Revitalisasi/adaptasi merupakan tempat agar digunakan untuk fungsi yang
lebih sesuai, yang dimaksud dengan fungsi yang lebih sesuai adalah kegunaan yang tidak
melihat perubahan drastis atau yang hanya memerlukan sedikit dampak minimal, dalam
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 44

LAPORAN AKHIR

hal ini dari pihak keraton mengadakan rehabilitasi Siti Hinggil yang saat ini kondisi fisik
bangunannya kurang baik.
Dikaitkan dengan konsepsi kota Jawa masa lalu, kampung Baluwarti dapat diartikan
sebagai kutha Sala. Awal pembentukan kampung Baluwarti, bersamaan dengan Kraton
Kasunanan

Surakarta.Sebagai

ikutan

keberadaan

Kraton,

lingkungan

Baluwarti

merupakan permukiman yang sengaja dibuat untuk mendukung keberadaan Kraton,


sekaligus menjadi area pertahanan Kraton.Oleh
karena itu, keberadaan permukiman di Baluwarti
merupakan bagian dari satu kesatuan tidak
terpisahkan dengan Kraton Kasunanan Surakarta.
Untuk menunjang aktivitas kehidupan seharihari, terdapat beberapa fasilitas lingkungan yang
digunakan untuk kepentingan Kraton maupun
penduduk di Baluwarti.
2. Kawasan Kampung Batik (Kauman)
Kauman sebagai kawasan lama kota Surakarta
yang terletak di pusat kota mempunyai nilai
strategis

dalam

pengembangannya,

sehingga

perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan ini


tidak akan lepas dari perkembangan kota secara makro. Luas kawasan ini adalah 19,20
Ha, dengan jumlah penduduk 3.508 orang. Kampung Kauman ini merupakan Kelurahan
yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Pasar Kliwon. Kawasan ini dibatasi oleh jalanjalan utama kota yang mempunyai intensitas lalu lintas cukup padat, dengan jaringan
jalan perkampungannya berpola papan catur dan mempunyai ciri khas berupa loronglorong sempit. Bangunan disini pada awalnya berorientasi ke masjid Agung Surakarta,
dengan bentuk bangunan rumah Jawa.Kondisi permukiman disini cukup padat dan
dilingkungan ini tidak dijumpai ruang terbuka bagi fasiitas komunal penghuninya.Secara
makro saat ini perkembangan fisik kawasan ini dicirikan sebagai daerah perumahan,
perdagangan dan jasa.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 45

LAPORAN AKHIR

Pada umumnya bentuk-bentuk bangunan rumah tinggal disini tidak berbeda dengan
bangunan rumah tradisional yang ada di Kota Surakarta yaitu berbentuk limasan, pelana
dan joglo, sedang huniannya sesuai dengan kepercayaan Jawa berorientasi Utara-Selatan.
Selain bangunan yang diperuntukkan sebagai hunian di Kauman ini juga banyak
bangunan hunian yang bergabung dengan pabrik. Rumah-rumah dengan fungsi
gabungan ini dicirikan dengan pagar keliling setinggi antara 5-6 meter, dengan pintu
gerbang (regol) besar disamping sebagai sirkulasi untuk pekerjanya, dan pintu-pintu
dobel (berlapis) dari papan untuk bagian luarnya dan pintu kaca pada bagian dalamnya
sebagai pintu utama. Disamping itu juga dicirikan tidak adanya daerah peralihan antara
publik space dan zone privat hunian.
Dengan perkembangan yang ada sekarang, maka ciri arsitektur kawasan ini sudah
banyak berubah, terutama pada daerah tepian jalan utama yang tumbuh menjadi
kawasan perdagangan, grosir dan jasa.Sedangkan untuk perkampungannya ciri
arsitektur tradisionalnya masih nampak tetapi fungsinya telah berubah.Penggunaan
komponen-komponen baru dipakai terutama pada penyelesaian bukaan-bukaanya
(pintu-jendela), menurut penghuninya untuk mencari kepraktisan dan kemudahan
perawatan. Sedang untuk struktur konstruksinya pada daerah perkampungan ini masih
banyak yang asli hanya pada bangunan yang berubah total dengan wajah baru saja yang
strukturnya telah disesuaikan dengan bentuk bangunannya.
3. Kawasan Kampung Etnik Arab (Pasar Kliwon)
Perkampungan Arab di Surakarta menempati tiga wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan
Pasar Kliwon, Kelurahan Semanggi dan Kelurahan Kedung Lumbu. Kecamatan Pasar
Kliwon atau berada disebelah timur tembok Baluwarti Kraton Surakarta. Penempatan
kampung Arab secara berkelompok tersebut sudah diatur

sejak jaman dulu untuk

mempermudah pengurusan bagi etnis asing di Surakarta

dan demi terwujudnya

ketertiban dan keamanan. Etnis Arab mulai datang di Pasar Kliwon diperkirakan sejak
abad ke-19. Terbentuknya perkampungan di Pasar
adanya politik pemukiman di masa kerajaan, juga

Kliwon, selain disebabkan oleh


tidak terlepas dari kebijakan

pemerintah kolonial. Pola pemukiman di daerah kerajaan masih mengacu pada


pembagian kelas sosial, yakni sentono dalem, abdi dalem dan kawulo dalem. Sedangkan
kedudukan etnis Arab sebagai orang asing yang berada di luar sistem sosial masyarakat
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 46

LAPORAN AKHIR

Jawa, pemukimannya dikelompokkan di daerah tertentu serta terpisah dari penduduk


lainnya. Munculnya perkampungan Arab di Pasar Kliwon yang telah ada sejak zaman
kerajaan, dipertajam lagi pada masa kolonial Belanda. Pemerintah Hindia Belanda selalu
berusaha untuk memisahkan orang- orang Arab dari pergaulan dan kontak sosial dengan
etnis Jawa. Penguasa Hindia- Belanda menentang pembaharuan keturunan Arab dengan
ancaman siapa yang berani membaur berarti melakukan tindakan kriminal.
Pemukiman orang-orang Arab di Pasar Kliwon juga disebabkan oleh tarikan migran
yang datang dalam kelompoknya sendiri mempunyai latar belakang budaya yang sama
sehingga terbentuk suatu perkampungan yang khusus

dihuni oleh etnis Arab.

Perkampungan

bukan

orang-orang

Arab

tersebut

selanjutnya

lagi

merupakan

pemukiman yang eksklusif. Perkampungan orang-orang Arab di Pasar Kliwon berpola


tersebar hampir merata di antara penduduk etnis Jawa. Penyebaran pemukiman ini
sangat menentukan dalam mempercepat proses

integrasi kelompok minoritas Arab

dengan penduduk Jawa.


4. Kampung Semanggi
Semanggi merupakan kelurahan paling tenggara Kota Surakarta yang dua sisi
wilayahnya berbatasan dengan Pemkab Sukoharjo.Dari sisi sejarah, kelurahan berluas
sekitar 166 Ha itu disebut-sebut telah mulai ada sejak zaman Majapahit.Pada zaman itu
penduduk Semanggi dikenal sebagai nelayan yang menggantungkan hidup pada bandarbandar di sekitar Bengawan Solo. Dari situ pulalah nama Semanggi dianggap berasal dari
nama tanaman dengan nama sama yang lazim tumbuh di perairan pinggiran bengawan.
Ada sejarawan yang menyebut nama lain Bengawan Solo sebagai Bengawan Semanggi
yang terjadi pada abad ke-17 seperti yang dicatat dalam Further Topographical Notes on
the Ferry Charter of 1359 tulisan J Noorduyn. Pada piagam yang disebut Ferry Charter itu
pulalah ditunjukkan nilai penting Bengawan Semanggi sebagai daerah bandar
besar.Jumlahnya bahkan mencapai 44 bandar, sehingga dapat dibayangkan betapa ramai
aktivitas kapal yang bersauh disitu.Sebagai daerah pinggiran bengawan, Semanggi
tumbuh sebagai daerah yang subur. Wedheg (tanah bercampur pasir) dan waled (tanah
endapan) yang berasal dari aliran bengawan membuat lahan di sekitar itu sebagai lahan
subur untuk pertanian. Kondisi tersebut tentu saja memunculkan komunitas baru.Selain
nelayan dan penambang pasir, Semanggi dihuni kalangan petani.Mereka bercocok tanam
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 47

LAPORAN AKHIR

berbagai jenis tanaman dan sayuran, antara lain tembakau, jagung, terong, krai,
semangka, cabai, dan kacang.Akan tetapi kondisinya sekarang sudah berubah.Popularitas
Semanggi sebagai wilayah bandar juga pentingnya daerah itu dari sisi historis sejak
zaman Majapahit seakan-akan berkebalikan dari pencitraannya sekarang.

B. Sarana Pendidikan
Saranapendidikan di Kawasan I Kota Surakarta tahun 2013 terdiri dari SD negeri
sebanyak 61 unit, SD swasta sebanyak 41 unit, SLTP Negeri sebanyak 10 unit, SLTP
swasta sebanyak 21 unit, SLTA Negeri sebanyak 4 unit, SLTA Swasta sebanyak 10 unit
dan sarana pendidikan berupa pendidikan tinggi sebanyak 6 unit. Jumlah sarana
pendidikan berupa SD Negeri paling banyak terdapat di Kelurahan Semanggi Kecamatan
Pasar Kliwon yaitu sebanyak 12 unit.

Tabel II.12
Banyaknya Sarana Pendidikan di Kawasan I Kota Surakarta Tahun 2013
No

Kecamatan/Kelurahan

Kecamatan Pasar Kliwon

SD
Negeri

SD
Swasta

SLTP N

SLTP
Swasta

SLTA
N

SLTA
Swasta

PT

Joyosuran

Semanggi

12

Pasar Kliwon

Baluwarti

Gajahan

Kauman

Kampung Baru

Kedung Lumbu

Sangkrah

28

21

Jumlah A
B

Kecamatan Serengan
1

Joyokatan

Danukusuman

Serengan

Tipes

Kratonan

Jayengan

Kemlayan

19

13

Jumlah B

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 48

LAPORAN AKHIR

No

Kecamatan/Kelurahan

SD
Negeri

SD
Swasta

SLTP N

SLTP
Swasta

SLTA
N

SLTA
Swasta

PT

Kecamatan Laweyan
1

Panularan

Sriwedari

Penumping

Jumlah C
D

Kecamatan Jebres
1

Sudiroprajan

Gandekan

Sewu

Jumlah D

TOTAL

61

41

10

21

10

Sumber : BPS dalam Angka 2014


C. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan di Kawasan I Kota Surakarta pada tahun 2013 terdiri dari Rumah
sakit sebanyak 4 unit, balai Pengobatan sebanyak 17 unit, Puskesmas sebanyak 5 unit,
Puskesmas pembantu sebanyak 9 unit dan apotik sebanyak 36 unit. Rumah Sakit paling
banyak terdapat di Kecamatan Serengan yaitu sebanyak 3 unit, Balai Pengobatan paling
banyak terdapat Kecamatan Pasar Kliwon yaitu sebanyak 8 unit, sedangkan untuk sarana
kesehatan berupa apotik paling banyak terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon yaitu
sebanyak 12 unit
Tabel II.13
Banyaknya Sarana Kesehatan di Kawasan I Kota Surakarta
Tahun 2013
No
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
B
1
2

Kecamatan/Kelurahan
Kecamatan Pasar Kliwon
Joyosuran
Semanggi
Pasar Kliwon
Baluwarti
Gajahan
Kauman
Kampung Baru
Kedung Lumbu
Sangkrah
Jumlah A
Kecamatan Serengan
Joyokatan
Danukusuman

RS

B. Pengobatan

Puskesmas

0
0
1
0
0
0
0
0
0
1

1
1
2
1
0
0
0
1
2
8

0
0
0
0
1
0
0
0
1
2

1
1
0
0
0
0
0
0
0
2

2
3
2
0
3
0
1
0
1
12

0
2

1
1

0
0

1
1

0
3

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Pustu

Apotik

II - 49

LAPORAN AKHIR

No
3
4
5
6
7
C
1
2
3
D
1
2
3

Kecamatan/Kelurahan
Serengan
Tipes
Kratonan
Jayengan
Kemlayan
Jumlah B
Kecamatan Laweyan
Panularan
Sriwedari
Penumping
Jumlah C
Kecamatan Jebres
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Jumlah D
TOTAL

RS
0
0
0
1
0
3

B. Pengobatan
1
0
1
3
0
7

Puskesmas
0
0
1
1
0
2

0
0
0
0

0
0
1
1

0
0
0
0
4

0
1
0
1
17

Pustu
1
1
0
0
0
4

Apotik
3
2
4
1
1
14

0
0
1
1

0
1
0
1

3
0
3
6

0
0
0
0
5

0
1
1
2
9

2
2
0
4
36

Sumber : BPS dalam Angka 2014

D. Sarana Peribadatan
Sarana Peribadatan di Kawasan I Kota Surakarta pada tahun 2013 terdiri dari masjid
sebanyak

178

unit,

mushola

sebanyak

94

unit,

gereja

sebanyak

55

unit,

Vihara/kuil/klenteng sebanyak 3 unit dan sarana peribadatan berupa pura sebanyak 1


unit. Sarana peribdatan paling banyak terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon yaitu
sebanyak 91 unit, sarana peribadatan berupa mushola paling banyak terdapat di
Kecamatan Pasar Kliwon yaitu sebanyak 55 unit, sedangkan sarana peribadatan berupa
gereja paling banyak terdapat di Kecamatan Serengan yaitu sebanyak 19 unit
Tabel II.14
Banyaknya Sarana Peribadatan di Kawasan I Kota Surakarta
Tahun 2013
No
A

Kecamatan/Kelurahan

Masjid

Mushola

Gereja

Vihara/Kuil/Klenteng

Pura

Kecamatan Pasar Kliwon


1

Joyosuran

12

Semanggi

38

12

Pasar Kliwon

Baluwarti

12

Gajahan

Kauman

Kampung Baru

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 50

LAPORAN AKHIR

No

Kecamatan/Kelurahan

Kedung Lumbu

Sangkrah

Masjid

Mushola

13

91

55

18

15

Jumlah A
B

Gereja

Vihara/Kuil/Klenteng

Pura

Kecamatan Serengan
1

Joyokatan

Danukusuman

Serengan

Tipes

Kratonan

Jayengan

Kemlayan

52

20

19

Jumlah B
C

Kecamatan Laweyan
1

Panularan

10

Sriwedari

Penumping

23

10

Jumlah C
D

Kecamatan Jebres
1

Sudiroprajan

Gandekan

Sewu

Jumlah D

12

12

TOTAL

178

94

55

Sumber : BPS dalam Angka 2014

E. Sarana Perekonomian
Sarana Perekonomian di Kawasan I Kota Surakarta pada tahun 2013 sebanyak 5.815
unit yang terdiri dari pasar tradisional sebanyak 15 unit, supermarket sebanyak 42 unit,
toko/kios sebanyak 4.175 unit dan sarana perekonomian lainnya sebanyak 1.583 unit.
Kelurahan yang paling banyak memiliki sarana perekonomian adalah Kelurahan
Semanggi yaitu sebanyak 742 unit yang terdiri dari pasar tradisional sebanyak 4 unit,
supermarket sebanyak 2 unit, toko/kios/warung sebanyak 450 unit dan sarana
perekonomian lainnya sebanyak 286 unit.
Tabel II.15
Banyaknya Sarana Perekonomian di Kawasan I Kota Surakarta
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 51

LAPORAN AKHIR

Tahun 2013
No

Kecamatan/Kelurahan

Kecamatan Pasar Kliwon

Pasar
Tradisional

Supermarket/
swalayan

Toko/Kios/
Warung

Lainnya

Jumlah

Joyosuran

125

50

177

Semanggi

450

286

742

Pasar Kliwon

85

50

138

Baluwarti

65

40

105

Gajahan

195

150

347

Kauman

115

60

175

Kampung Baru

100

58

158

Kedung Lumbu

98

60

161

Sangkrah

95

80

177

10

1328

834

2180

Jumlah A
B

Kecamatan Serengan
1

Joyokatan

244

74

320

Danukusuman

418

70

490

Serengan

291

103

396

Tipes

278

111

392

Kratonan

181

60

243

Jayengan

238

55

295

Kemlayan

14

419

53

487

26

2069

526

2623

Jumlah B
C

Kecamatan Laweyan
1

Panularan

203

22

227

Sriwedari

80

11

93

Penumping

45

38

85

328

71

405

Jumlah C
D

Kecamatan Jebres
1

Sudiroprajan

238

39

279

Gandekan

136

59

197

Sewu

76

54

131

Jumlah D

450

152

607

TOTAL

15

42

4175

1583

5815

Sumber : BPS dalam Angka 2014


F. Prasarana dan Sarana Transportasi
Prasarana transportasi di Kawasan I utamannya berupa jaringan jalan. Jalan-jalan
utama di kawasan yaitu meliputi :
1. Jalan Kolektor Primer meliputi ruas jalan :
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 52

LAPORAN AKHIR

a)

Jalan Slamet Riyadi

b) Jalan Brigadir Jendral Sudiarto


c) Jalan Honggowongso
d) Jalan Kapten Mulyadi
e) Jalan Veteran
2. Jalan Lokal Primer meliputi ruas jalan.

Tabel II.16
Jalan Lokal Primer di Kawasan I Kota Surakarta
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Nama Jalan
Jalan Abioso
Jalan Batanghari
Jalan Beton
Jalan Bhayangkara
Jalan Bogowonto
Jalan Brigadir Sudiarto
Jalan Butuh
Jalan Cakra
Jalan Cempaka
Jalan Ciliwung
Jalan Cipunegara
Jalan Cisadane
Jalan Citandui
Jalan Citarum
Jalan Cokrobaskoro
Jalan Cut Nyak Dien
Jalan Dewi Sartika
Jalan Dewutan
Jalan Dilagan
Jalan Dr.Wahidin
Jalan Gajah Suranto
Jalan Gajahan
Jalan Gatot Subroto
Jalan Gotong Royong
Jalan Hadiwijayan
Jalan Haryo Panularan
Jalan Ibu Pertiwi
Jalan Jatayu
Jalan Juanda Kartasanjaya
Jalan Kadipolo
Jalan Kalilarangan
Jalan Kalimosodo
Jalan Kaliwidas 2
Jalan Kebangkitan Nasional

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Fungsi
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer

II - 53

LAPORAN AKHIR

No.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.

Nama Jalan
Jalan Kemlayan
Jalan Kepolisian
Jalan Ki Ageng Mangir Gg II
Jalan Kiai Gede Sala
JalanKiai Gede Sala
Jalan Kiai Haji Ashari
Jalan Kiai Haji Wahid Hasyim
Jalan Kiai Mojo
Jalan Madukoro
Jalan Makam Brenggolo/Jamsaren
Jalan Manggis
Jalan Maospati
Jalan Muhammad Yamin
Jalan Museum
Jalan Nirbitan
Jalan Notoningratan
Jalan Padmonegoro
Jalan Palu
Jalan Panembahan
Jalan Pangeran Wijil
Jalan Patimura
Jalan Ponconoko
Jalan Prof. Kahar Muzakir
Jalan Rajiman
Jalan Raya Solo Permai
Jalan Re Martadinata
Jalan Reksoninten
Jalan Roro Mendut
Jalan Sampangan
Jalan Sasono Mulyo
Jalan Sawo
Jalan Senopati
Jalan Silir
Jalan Sorogeni
Jalan Sri Narendro
Jalan Stiyaki
Jalan Sunan Kalijaga
Jalan Sungai Barito
Jalan Sungai Indragiri
Jalan Sungai Kapuas
Jalan Sungai Mahakam
Jalan Sungai Negara
Jalan Sungai Riam Kanan
Jalan Sungai Riam Kiri
Jalan Sungai Sebakung
Jalan Sungai Serayu
Jalan Supit Urang

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Fungsi
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer

II - 54

LAPORAN AKHIR

No.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.

Nama Jalan
Jalan Sutowijoyo
Jalan Trisula
Jalan Untung Suropati
Jalan Widoro Kandang
Jalan Wijaya Kusuma
Jalan Wiropaten
Jalan Wirotamtomo
Jalan Yos Sudarso
Jalan Kiai Gede Sala
Jalan Mayor Sunaryo
Jalan Ki Ageng Mangir
Jalan Poncowati
Jalan Sungai Batanghari

Fungsi
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer

Sumber : RDTR Kawasan I, th. 2013.

Sarana Transportasi di Kawasan I Kota Surakarta pada Tahun 2013 terdiri dari sarana
transportasi berupa mobil sebanyak 4.427 unit, sepeda motor sebanyak 20.765 unit, taxi
sebanyak 17 unit, angkutan kota sebanyak 183 unit, sarana transportasi berupa bus
sebanyak 97 unit dan truk sebanyak 198 unit. Jumlah sarana transportasi berupa mobil
paling banyak terdapat di Kelurahan Semanggi yaitu sebanyak 1.415 unit. Sarana
transportasi berupa sepeda motor paling banyak terdapat di Kelurahan Kampung Baru
yaitu sebanyak 2.745 unit.
Tabel II.17
Banyaknya Sarana Transportasi di Kawasan I Kota Surakarta
Tahun 2013
No

Kecamatan/Kelurahan

Kecamatan Pasar Kliwon


Joyosuran
Semanggi
Pasar Kliwon
Baluwarti
Gajahan
Kauman
Kampung Baru
Kedung Lumbu
Sangkrah
Jumlah A
Kecamatan Serengan
Joyokatan
Danukusuman

1
2
3
4
5
6
7
8
9
B
1
2

Mobil

Sepeda Motor

Taxi

Angkot

Bis

Truk

85
1.415
175
25
55
175
765
202
105
3.002

1.100
2.125
975
370
865
570
2.745
1.356
1.995
12.101

0
4
3
0
0
0
4
0
4
15

0
35
5
0
10
0
0
58
0
108

0
0
1
1
0
0
1
0
1
4

0
30
2
1
5
0
43
7
10
98

47
86

308
492

0
0

33
19

56
27

54
0

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 55

LAPORAN AKHIR

No
3
4
5
6
7
C
1
2
3
D
1
2
3

Kecamatan/Kelurahan
Serengan
Tipes
Kratonan
Jayengan
Kemlayan
Jumlah B
Kecamatan Laweyan
Panularan
Sriwedari
Penumping
Jumlah C
Kecamatan Jebres
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Jumlah D
TOTAL

Mobil

Sepeda Motor

Taxi

Angkot

Bis

Truk

78
303
126
59
122
821

1.923
1.175
1.220
202
263
5.583

2
0
0
0
0
2

3
5
0
10
5
75

0
4
0
0
0
87

0
18
9
11
0
92

102
89
115
306

300
285
948
1.533

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

130
78
90
298
4.427

276
298
974
1.548
20.765

0
0
0
0
17

0
0
0
0
183

0
0
6
6
97

0
0
8
8
198

Sumber : BPS dalam Angka 2014


Kemampuan sistem transportasi Kawasan I Kota Surakarta dapat dilihat dari kinerja
ruas jalan pada jalan utama di Kawasn I Kota Surakarta seperti pada tabel berikut.

Tabel II.18
Kinerja Ruas Jalan pada Jalan Utama Kota Surakarta
No

1
2
3
4

Ruas Jalan

Jl. Slamet Riyadi


Jl. Kol. Sutarto
Jl. Veteran
Jl. Rajiman

Panjang
Ruas

Volume lalu
lintas
(kend/ jam)

Kapasitas
(kend/jam)

4432.75
2834.6
1768.35
1607.3

5568
5194
4978
3980

3.500
1.300
2.275
2.000

v/c ratio

0.7961
0.5457
0.3552
0.4038

Sumber : Status Lingkungan Hidup, 2011

G. Prasarana Drainase
Sistem drainase kawasan I Kota Surakarta merupakan bagian dari system yang
dikembangkan sejak jaman penjajahan Belanda dengan memanfaatkan beberapa sungai
alam yang ada, yaitu Bengawan Solo (sebagai aliran akhir), Kali Jenes, Kali Pepe dan kali

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 56

LAPORAN AKHIR

Pelemwulung yang semuanya bermuara ke Bengawan Solo. Menurut daerah


tangkapannya system drainase kawasan ini dapat dibedakan menjadi :

Sistem makro meliputi saluran aliran sungai yang melintasi kota Surakarta dan
mengalir menuju sungai Bengawan Solo yaitu Kali Tanggul/Wingko.

Sistem mikro meliputi saluran drainase utama di bagian tengah kota yaitu Kali
Pepe Hilir dan Kali Jenes serta saluran tersier dan sekunder/kolektor dalam kota.

Adapun keempat kali yang melalui Kawasan I tersebut sebagaimana terlihat dalam
peta berikut ini.Berdasarkan peta kerawanan bencana di Kota Surakarta, maka diketahui
beberapa wilayah di Kawasan I ini merupakan daerah rawan terjadi banjir/genangan,
yaitu di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo, meliputi wilayah :
Kec. Serengan :

Kelurahan Serengan,

Kelurahan Danukusuman

Kelurahan Joyotakan;

Kec. Pasarkliwon :

Kelurahan Joyosuran,

Kelurahan Gajahan,

Kelurahan Baluwarti,

Kelurahan Semanggi,

Kelurahan Sangkrah,

Kelurahan Pasar Kliwon.

Kec. Jebres :

Kelurahan Sewu,

KecKelurahan Gandekan,

Kelurahan Pucangsawit,

Kelurahan Jagalan.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 57

LAPORAN AKHIR

Kawasan I
Gambar 2.9
Anak Sungai Bengawan Solo di Kota Surakarta

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 58

LAPORAN AKHIR
Penyusunan KLHS RDTR
Kota Surakarta Kawasan I

Kawasan I
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 59

LAPORAN AKHIR

H. Prasarana Pengelolaan Sampah


Secara umum pengelolaan sampah di kawasan I merupakan bagian dari pengelolaan
sampah di Kota Surakarta yang kondisi secara keseluruhan ditunjukkan dengan data
teknis operasional sebagai berikut :
Tabel II.19
Teknis Operasional Pelayanan Persampahan di Kota Surakarta Tahun 2013
No.

Uraian

Cakupan pelayanan persampahan

Perkiraan timbulan sampah

Timbulan sampah yang terangkut:

Cakupan wilayah pelayanan

Volume
65,12 %
1.490.969 liter/hari
970.918,7 liter
100 %

Sumber: Bappeda Kota Surakarta, 2013

Pengelolaan sampah di Kota Surakarta ini dilakukan oleh beberapa pihak sebagai
berikut :
Dari rumah tangga sampai TPS dikelola oleh LPMK/kelurahan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta mengelola sampah dari TPS
sampai TPA
Dinas Pengelolaan Persampahan Pasar: mengelola sampah di 37 lokasi Pasar ke
TPA (memakai armada sendiri)
Unit Pelaksana Teknis Daerah Terminal: mengelola sampah di lokasi TPS di
terminal selanjutnya di buang langsung ke TPA dengan armada terminal
TPS memberlakukan jam pembuangan sampai jam 14.00 WIB dalam praktek
pengelolaan sampah, prinsipnya adalah: sampah terangkut pada siang hari dan bersih
pada malam hari, memindahkan TPS-TPA yang dekat dengan lingkungan pemukiman
dan diganti TPS transfer DEPO. TPS transfer DEPO adalah tempat bertemunya gerobak
dengan armada DKP, sampah langsung dimuat di armada sampah.
Timbunan sampah di Kota Surakarta mencapai 972 m3/hari sampah pada tahun 2013,
yang meliputi:
Sampah rumah tangga dan fasilitas umum lainnya 732 m3 /hari
Sampah pasar 240 m3 /hari
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 60

LAPORAN AKHIR

Kelurahan secara langsung mengelola sarana dan prasarana pengumpul sampah


seperti Becak Sampah/Gerobag Dorong Sampah, Gerobak Motor Sampah.
Institusi Penghasil Sampah Lainnya seperti Pusat Perbelanjaan/Mall , Industri, Hotel,
Sarana Kesehatan yang volume sampahnya kurang dari 1 m3/hari diambil oleh DKP,
sedangkan volume sampah melebihi 1 m3/hari dibuang sendiri oleh institusi yang
bersangkutan langsung ke TPA Putri Cempo di Kec. Mojosongo.
Penanganan sampah di Kota Surakarta saat ini secara lebih rinci dapat dapat dijelaskan
sebagai berikut :

Pengumpulan sampah dari jalan utama / protokol :Sampah dari jalan


utama/protokol dikumpulkan oleh tenaga kebersihan dari DKP dan dibawa ke TPS
terdekat atau kontainer. Sampah dari TPS/kontainer kemudian dibawa ke TPA
Putri Cempo menggunakan armada DKP.

Pengumpulan sampah dari pasar :Sampah dari pasar dikumpulkan oleh tenaga
kebersihan DPP. Sampah kemudian dibawa ke TPS pasar/kontainer , selanjutnya
dibawa ke TPA Putri Cempo menggunakan armada DPP.

Pengumpulan sampah dari lingkungan permukiman :Sampah dikumpulkan dari


tempat sampah rumah tangga dan kios/warung perumahan kemudian dibawa ke
TPS yang terdekat oleh tenaga sampah yang dipekerjakan Kelurahan atau
masyarakat.Sampah dibawa menggunakan Gerobak sampah atau gerobak motor
sampah.Kemudian DKP mengangkut sampah dari TPS ke TPA Putri Cempo
menggunakan armada Truk.

Pengumpulan dari institusi lainnya (Perkantoran, Tempat-tempat Kesehatan,


Pasar Modern, Hotel, Sekolahan, Fasum, Industri) :Sampah yang berasal dari
institusi lainnya dikumpulkan oleh tenaga kebersihan yang dipekerjakan oleh
institusi lainnya dibawa ke TPS selanjutnya dibawa ke TPA Putri Cempo
menggunakan armada DKP.Sampah yang mempunyai berat lebih besar dari 1 m3
langsung dibawa ke TPA Putri Cempo dengan menggunakan armada institusi
lainnya.
Saat ini terdapat permasalahan teknis operasional persampahan di Kota Surakarta

termasuk Kawasan I antara lain:

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 61

LAPORAN AKHIR

Cakupan pelayanan masih belum menjangkau wilayah yang seharusnya ditangani


dengan off site system, sehingga banyak sampah yang dibuang ke sungai atau
lapangan area terbuka.

Jumlah sarana dan prasarana kurang, dibandingkan dengan jumlah timbulan


sampah yang terjadi.

Kualitas sarana dan prasarana kurang memadai, beberapa peralatan sudah melebihi
usia peruntukan (life time) dan dalam kondisi rusak.

Pola penanganan sampah masih bertumpu pada pola penanganan on site individu
setempat (menimbun di pekarangan) dan pola konvensional, dimana sampah dari
sumber sampah, diwadahi, dikumpulkan, dan diangkut ke pembuangan akhir.
Upaya pengurangan sampah dari sumbernya sudah ada tetapi masih sangat kecil.
Konsekuensi pola ini dibutuhkan biaya inventasi dan operasional yang besar.

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) terkonsentrasi pada TPA Pitri Cempo
yang masih menggunakan system open dumping, kurangnya luas lahan serta
fasilitas TPA.

Pengembangan cakupan pelayanan tidak terencana dengan baik, sehingga wilayahwilayah baru yang potensial tidak ditangani dengan cepat (terutama perumahan
dan kawasan baru).

I. Prasarana Sanitasi Lingkungan


Sanitasi perkotaan merupakan salah satu indikator suatu kota yang sehat dan
berkelanjutan. Sebagaimana diketahui, sebagian besar masyarakat Kota Surakarta dalam
penanganan limbah domestik menggunakan sistem on site dengan septik tank dan
peresapan ke tanah. Kota Surakarta telah membangun sarana penanganan limbah cair
domestik dengan sistem perpipaan, namun belum semua masyarakat kota Surakarta
terjangkau oleh sarana pelayanan ini. Wilayah kawasan I yang telah terlayani sanitasi offsite dengan pengolahan pada IPAL Semanggi yang berkapasitas 60 ltr/dtk

adalah

sebagai berikut :

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 62

LAPORAN AKHIR

Tabel II.20
Cakupan Pelayanan Sistem Off-site di Kawasan I
No

Kelurahan
Wilayah Pelayanan Selatan
(1)
Kampungbaru
(2)
Tipes
(3)
Kemlayan
(4)
Serengan
(5)
Danukusuman
(6)
Joyosuran
(7)
Penumping
(8)
Sriwedari
(9)
Jayengan
(10)
Kauman
(11)
Kedunglumbu
(12)
Pasarkliwon
(13)
Baluwarti
(14)
Semanggi
Total Keseluruhan
Sumber : PDAM Kota Surakarta, 2014

Jumlah SR
8.157
71
787
25
1.004
618
696
130
126
171
108
140
60
125
1.093
12.714

Melihat kondisi tersebut penanganan air kotor tidak bisa dipandang sebelah mata dan
merupakan tanggung jawab bersama. Pencemaran yang meluas akan sangat merugikan
dan menjadi ancaman terhadap kesehatan masyarakat, pencemaran air tanah dan badan
air/sungai.Untuk itu isu pengelolaan sanitasi ini perlu diperhatikan dalam perencanaan
RDTR pada kawasan ini.Tingkat risiko air limbah di kawasan ini dapat digambarkan
pada gambar berikut ini.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 63

LAPORAN AKHIR

Kawasan I

Gambar 2.10 Tingkat Risiko Air Limbah di Kota Surakarta


Sumber :PDAM Kota Surakarta (2014)

Selain itu, berdasarkan data Status Lingkungan Hidup Kota Surakarta, diketahui status
mutu air sungai di Kota Surakarta untuk mengetahui kondisi mutu air menunjukkan
kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan terhadap baku mutu air yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan pengambilan sampel di enam sungai di Surakarta dengan mengacu pada PP
No. 82 Tahun 2001, ada beberapa sungai yang tercemar, termasuk yang mengalir melalui
Kawasan I.
Pencemaran sungai terjadi di Sungai Pepe bagian hulu tercemar oleh nitrat, bagian
tengah tercemar oleh logam Cu, dan bagian hilir tercemar oleh logam Cu dan Nitrat. Di
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 64

LAPORAN AKHIR

Sungai Brojo, daerah yang tercemar adalah hilir, tengah, dan hulu, zat pencemarnya
adalah Cu. Selain itu, pada daerah hilir terdapat COD yang melibihi ambang batas.
Kelebihan COD ini dapat menyebabkan kualitas air menurun. Sedangkan Sungai Jenes
bagian hilir tercemar Cu dan Nitrat.Data pencemaran sungai dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel II.21 Pencemaran Sungai
Lokasi Sampel

S. Pepe

S. Brojo

S. Jenes

Hulu

Nitrat

Cu

Tengah

Cu

Cu

Hilir

Cu, Nitrat

Cu, COD

Cu, Nitrat

Sumber: Dokumen Status Lingkungan Hidup, BLH (2012)

J. Permasalahan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota


Ruang terbuka hijau (RTH) kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang
berfungsi sebagai kawasan lindung yang menjaga keseimbangan lingkungan kota.
Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, hutan kota, RTH untuk rekreasi kota,
RTH untuk olahraga, dan RTH pekarangan. Dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang disebutkan bahwa jumlah RTH disetiap kota harus sebesar 30 % dari luas kota
tersebut. Menurut Purnomohadi (2008), RTH perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi. Fungsi
ekologis RTH adalah dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi
polusi udara, dan pengaturan iklim mikro. Fungsi lainnya yaitu sosial-ekonomi untuk
memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai
landmarkkota. Sementara evakuasi berfungsi antara lain untuk tempat pengungsian saat
terjadi bencana alam.
RTH di Kawasan I Kota Surakarta saat ini berbentuk RTH public berupa alun-alun,
lapangan olah raga, makam, RTH jalur jalan, sempadan sungai, dan RTH privat yang
seperti RTH perumahan, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum. Jumlah RTH ini saat
sekarang masih sangat terbatas baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Sebaran RTH
public dimaksud dapat digambarkan pada peta di bawah ini.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 65

LAPORAN AKHIR

Gambar 2.11
Sebaran RTH Di Kawasan I Kota Surakarta

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 66

LAPORAN AKHIR

2.4. IDENTIFIKASI ISU-ISU PENGEMBANGAN WILAYAH BERKELANJUTAN


Identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan merupakan tahapan pelaksanaan KLHS
yang dilakukan dengan tujuan untuk :
Menetapkan isu-isu pembangunan berkelanjutan yangmeliputi aspek sosial, aspek ekonomi
dan aspek lingkunganhidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut.
Membahas isu secara terfokus dan signifikan.
Membantu menentukan capaian tujuan pembangunanberkelanjutan sebagai acuan bagi
penentuan dan/ataupenilaian substansi kebijakan, rencana dan/atau program.
Perumusan isu strategis pembangunan berkelanjutan dalam KLHS RDTR dilakukan
berdasarkan prioritas dengan mempertimbangkan beberapa hal-hal sebagai berikut :
Karakteristik wilayah;
Signifikansi potensi dampak terhadap lingkungan hidup;
Keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan;
Keterkaitan dengan materi muatan KRP;
Masukan masyarakat dan pemangku kepentingan;
Basis data hasil olahan maupu hasil studi terkait yang pernah dilakukan; dan
Isu strategis yang terkait dengan kriteria pembangunan berkelanjutan (ekonomi, sosial, dan
lingkungan), dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya pengelompokan isu-isu pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan
dengan berdasarkan salah satu aspek atau kombinasi dari beberapa aspek sebagai berikut :
1. Aspek pembangunan berkelanjutan, yaitu :
aspek sosial,
aspek ekonomi, dan
aspek lingkungan.
2. Aspek muatan KLHS yang tertuang dalam Pasal 16 UUPPLH, yaitu :
kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
kinerja layanan/jasa ekosistem;
efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
3. Aspek muatan KLHS yang tertuang dalam penjelasan Pasal 15 ayat 2 huruf b, yaitu dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup yang meliputi:
perubahan iklim;
kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;
peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan,
dan/atau kebakaran hutan dan lahan;
penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam;

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 67

LAPORAN AKHIR

peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan;


peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat; dan/atau
peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
Berdasarkan kajian yang mempertimbangkan hal-hal diatas, maka dapat dirumuskan
identifikasi isu pembangunan berkelanjutan dalam penyusunan KLHS RDTR Kawasan I
sebagai berikut:
Tabel II.22
Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
No
1

Pengelompokan Isu
Pembangunan
Berkelanjutan
Masih tingginya jumlah
masyarakat yang
berpenghasilan
rendah/pra-sejahtera
Masih adanya lingkungan
permukiman yang tidak
layak huni atau kawasan
kumuh perkotaan

Belum optimalnya
penyediaan sarana
prasarana pengelolaan
sampah

Permasalahan drainase
perkotaan

Permasalahan
pencemaran lingkungan

Keterangan
Terdapat 16 % penduduk tinggal di rumah yang tidak layak
huni.
Jumlah penduduk cukup besar yang bekerja di sector informal.
Terdapat kawasan kumuh perkotaan seluas 92,1 ha pada 10
lokasi.
Terdapat 16 % penduduk tinggal di rumah yang tidak layak
huni.
Sarana hunian berupa rumah susun baru terdapat pada dua
lokasi yang menampung 388 KK.
Meningkatnya produksi sampah.
Rendahnya jangkauan layanan persampahan.
Permasalahan pengumpulan dan pengolahan sampah.
Permasalahan sampah pasar kota dan Pedagang Kaki Lima
(PKL).
Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengelola sampah,
masih terdapat pembuangan sampah di tempat terbuka
(misalnya sungai)
Dampak perubahan iklim menyebabkan tingginya curah hujan
pada musim penghujan.
Tingginya aliran permukaan pada puncak musim hujan
melampaui daya tampung sungai dan saluran drainase tidak
sehingga terjadi luapan banjir/genangan di kawasan sekitarnya.
Sempadan sungai menyempit, penurunan vegetasi sempadan
sungai semakin mempercepat kerusakan badan sungai.
Permasalalahan sistem drainase kota.
Kondisi kualitas air sungai tercemar.
Layanan pengelolaan air limbah off-site perpipaan baru
mencapai 17%.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 68

LAPORAN AKHIR

No

Pengelompokan Isu
Pembangunan
Berkelanjutan

Kurangnya Ruang
Terbuka Hijau (RTH)

Masalah transportasi kota

Potensi cagar budaya

Keterangan
Sanitasi lingkungan yang tidak layak potensial menyebabkan
masalah kesehatan lingkungan.
Terdapat wilayah dengan risiko pencemaran air limbah cukup
tinggi.
Dampak yang ditimbukan yaitu adanya pencemaran lingkungan
(terutama air dan tanah).
Kurangnya ketersediaan RTH digambarkan dari masih
terbatasnya RTH baik RTH privat maupun publik.
Masih rendahnya kualitas vegetasi pada RTH yang ada,
misalnya RTH jalur jalan dan sempadan sungai.
Dampak yang ditimbulkan dari kurangnya RTH antara lain:
Kurangnya sarana/tempat sebagai media interaksi sosial
untuk masyarakat
Meningkatnya ancaman terhadap dampak perubahan iklim
Meningkatnya suhu udara kawasan.
Berkurangnya fungsi konservasi sumberdaya air.
Meningkatnya efek gas rumah kaca / GRK (dalam konteks
perubahan iklim)
Ancaman RTH sempadan sungai.
Ancaman RTH tepi jalan karena aktifitas perkotaan.
Belum optimalnya RTH pemakaman.
Belum optimalnya layanan angkutan umum missal.
Tingginya pertumbuhan kendaraan pribadi.
Menurunnya kinerja jalan.
Timbulnya masalah kemacetan lalu-lintas.
Dampak terjadinya polusi udara.
Beberapa lokasi cagar budaya di Kawasan I Kota Surakarta
adalah :
Kawasan keraton di Kel. Baluwarti,
Kawasan Kampung Batik (Kauman),
Kawasan Kampung Etnik Arab (Pasar Kliwon),
Kampung Semanggi, dan
Kawasan Sriwedari.

Sumber : Analisis, 2014

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 69

LAPORAN AKHIR

2.5. RUMUSAN TUJUAN PENATAAN, PRINSIP-PRINSIP PENATAAN RUANG


DAN/ATAU PROGRAM YANG TELAH DISEPAKATI DITELAAH
Rumusan tujuan penataan, prinsip-prinsip penataan ruang dan/atau program yang
telah disepakati ditelaah dalam hal ini merupakan substansi RDTR Kawasan I Kota Surakarta
yang telah disusun pada tahun 2013 sengan muatan sebagai berikut.

2.5.1.

Tujuan penataan Kawasan I Kota Surakarta


Tujuan penataan Kawasan I Kota Surakarta yang merujuk pada fungsi kawasan yang

telah ditetapkan didalam RTRW, yaitu kawasan I sebagai sub pusat pelayanan I memiliki
fungsi sebagai kawasan pariwisata, perdagangan dan jasa serta olar-raga dan RTH, maka
penetapan Tujuan Penataan BWP Kawasan I adalah sebagai berikut: Terwujudnya Kawasan
Wisata Budaya Yang Lestari dan Memadukan Perkembangan Sejarah Kuno, Kini, Nanti.
Komponen pengembangan:
Wisata budaya

bangunan bersejarah Kota Surakarta yang meliputi:


Jalur Jalan Slamet Riyadi, Taman Sriwedari, Stadion
Sriwedari, Museum Radya Pustaka, Keraton Kasunanan
Surakarta, Kampung Kauman, Masjid Mangkoenegaran,
Kampung Baluwarti, Masjid Agung Surakarta, Pasar
Klewer, Benteng Vastenburg, Rumah Sakit Kustati dan
Masjid Jami Assegaf, Kampung Semanggi, Klenteng Tie
Kok Sie, Pasar Gede

Perkembangan Sejarah
Kuno, Kini dan Nanti

2.5.2.

Pengembangan wisata budaya dengan menampilkan


sejarah Kota Surakarta (Kuno) dengan kemasan kekinian
sehingga terlihat sesuai dengan zaman, dan dapat
dilangsungkan dan berkelanjutan sampai dengan nanti

Rencana Pola Ruang

1. Zona Lindung
Kawasan lindung berfungsi utama untuk melindungi kelestarian sumberdaya alam,
sumberdaya buatan seperti tanah, air, iklim, tumbuhan, keanekaragaman hayati, satwa, tipe
ekosistem dan keunikan alam serta nilai budaya dan sejarah bangsa guna kepentingan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 70

LAPORAN AKHIR

pembangunan berkelanjutan. Di dalam kawasan ini tidak diperkenankan adanya kegiatan


budidaya yang dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya, kecuali digunakan untuk
meningkatkan fungsi lindungnya
B. Kawasan Perlindungan Setempat
1) Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan fungsi sungai. Sempadan Sungai di Kota Surakarta
dengan mempertimbangkan PP Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai yang
didalamnya mengatur garis sempadan sungai untuk kawasan perkotaan dan kajian
atau penetapan dari BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) untuk Kota Surakarta.
Rencana pengelolaan kawasan sempadan sungai dan saluran di Kawasan I Kota
Surakarta adalah sebagai berikut:
Sungai bertanggul
Sungai tidak bertanggul

Saluran bertanggul

Saluran tidak bertanggul

a) Sungai bertanggul adalah 3 (tiga) meter di sebelah luar


sepanjang kaki tanggul;
a) Sungai berkedalaman kurang dari 3 meter adalah 10
(sepuluh) meter;
b) Sungai berkedalaman 3 (tiga) sampai 20 (dua puluh) meter
adalah 15 (lima belas) meter;
a) 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
debit 4 m3/detik atau lebih;
b) 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
debit 1 4 m3/detik;
c) 1 (satu) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
debit kurang 1 m3/detik
a)
4 (empat) kali kedalaman saluran lalu ditambah
5 (lima) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan
dengan debit 4 m3/detik;
b)
4 (empat) kali kedalaman saluran ditambah 3
(tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
debit 1-4 m3/detik;
c)
4 (empat) kali kedalaman saluran ditambah 2
(dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
debit kurang dari 1 m3/detik.

2) Jalan Persimpangan Sebidang


a. Persimpangan Sebidang

untuk pertigaan, terletak pada sisi-sisi segitiga yang titik sudutnya


ditentukan dari titik pusat pertemuan as jalan masing-masing yaitu : adalah
0,5 kali lebar jalan yang bersangkutan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 71

LAPORAN AKHIR

untuk perempatan, terletak pada sisi-sisi segi empat yang titik sudutnya
ditentukan dari titik pusat pertemuan as jalan masing-masing yaitu 3 (tiga)
kali lebar jalan.

3) Jalan Tikungan
Garis sempadan jalan tikungan terletak pada garis lengkung yang merupakan
perbatasan dari tali busur yang masing-masing menghubungkan dua titik di as jalan
dan yang meliputi suatu busur dari sumbu itu yaitu: 3 (tiga) kali lebar jalan
4) Sempadan Industri, Sempadan SUTET dan Sempadan Rel KA
Sempadan Rel Kereta Api di Kawasan I Kota Surakarta yaitu.
a. Garis sempadan jalan rel kereta api adalah 6 meter dan batas daerah manfaat jalan
rel terdekat apabila jalan rel kereta api itu terletak diatas tanah yang rata.
b. Garis sempadan jalan rel kereta api adalah 2 meter dihitung dari kaki talud
apabila jalan rel kereta api itu terletak diatas tanah yang ditingkatkan.
c. Garis sempadan jalan rel kereta api adalah 2 meter ditambah lebar lereng sampai
puncak dihitung dari daerah manfaat jalan rel kereta api apabila jalan rel kereta
api itu terletak di dalam galian.
d. Garis sempadan jalan rel kereta api pada belokan adalah 18 meter diukur dari
lengkung dalam sampai tepi daerah manfaat jalan. Dalam peralihan jalan lurus ke
jalan lengkung diluar daerah manfaat jalan harus ada jalur tanah yang bebas yang
secara berangsur-angsur melebar dari batas terluar damija rel kereta api sampai 18
meter. Garis sempadan jalan rel kereta api tidak berlaku apabila jalan rel kereta api
tersebut terletak dalam galian.
e. Garis sempadan jalan perlintasan sebidang antara jalan rel kereta api dengan jalan
adalah 150 meter dari daerah manfaat jalan rel kereta api pada titik perpotongan
as jalan rel kereta api dengan daerah manfaat jalan dan secara berangsur-angsur
menuju batas atau garis sempadan jalan rel kereta api pada titik 500 meter dari
titik perpotongan as jalan rel kereta api dengan as jalan.
Sempadan SUTET merupakan sempadan untuk saluran udara tegangan ekstra tinggi.
Garis sempadan SUTET diatur dalam Permen PU no. 5 tahun 2008. Garis sempadan
jaringan tenaga listrik adalah 64 meter yang ditetapkan dari titik tengah jaringan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 72

LAPORAN AKHIR

tenaga listrik. Ketentuan jarak bebas minimum antara SUTET dengan tanah dan benda
lain ditetapkan sebagai berikut.
Lokasi
Bangunan Industri
Pompa bensin
Penimbunan bahan bakar
Pagar
Lapangan Terbuka
Jalan Raya
Pepohonan
Bangunan tahan api
Rel kereta api
Jembatan besi/tangga besi/kereta listrik
Dari titik tertinggi tiang kapal
Lapangan olahraga
SUTT lainnya penghantar udara tegangan rendah, dll
Sumber : Permen PU no.5 tahun 2008

SUTET
(500 KV)
20 m
20 m
50 m
3m
15 m
15 m
8,5 m
8,5 m
15 m
8,5 m
8,5 m
14 m
8,5

Untuk sempadan industri merupakan sempadan atau barier seperti jalur hijau yang
mengelilingi kawasan industri. Adapun ketentuan sempadan diatur lebih lanjut
didalam peraturan, yaitu :
a. Garis sempadan bangunan terhadap sungai bertanggul didalam kawasan perkotaan
ditetapkan 8 meter dari sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Sedangkan garis
sempadan bangunan terhadap sungai bertanggul diluar kawasan perkotaan ditetapkan
10 meter dari sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
b. Khusus garis sempadan bangunan industri dan pergudangan terhadap sungai
bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan 13 meter dari sebelah luar
sepanjang kaki tanggul. Sedangkan diluar kawasan perkotaan ditetapkan 15 meter dari
sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

C. Zona Ruang Terbuka Hijau


Pada lingkup perkotaan di Kawasan I Kota Surakarta. Kawasan ini merupakan tempat
yang cocok untuk mengawali program pelestarian ruang terbuka hijau di Kawasan I Kota
Surakarta. Kawasan ini bertujuan untuk menciptakan ruang kota yang manusiawi, hijau,
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 73

LAPORAN AKHIR

sejuk, dan estetis. Fungsi-fungsi yang diperkenankan di kawasan hijau kota didalam
Kawasan I Kota Surakarta adalah sebagai RTH Taman, jalur hijau, dan RTH pemakaman
RTH Taman Kota
RTH Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota
atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal 480.000 penduduk dengan
standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2.
Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan
fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% 90%.Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum.
RTH Jalur Hijau Jalan
Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara
2030% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan kelas jalan.Untuk menentukan
pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan
persyaratan penempatannya.Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah
setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah.
RTH Pemakaman
Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi
utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai
daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro
serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat
dan sebagai sumber pendapatan

2. Zona Budidaya
Kawasan budidaya merupakan kawasan yang memiliki kondisi fisik dan potensi
sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan produksi dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia.Kawasan budidaya terbagi dalam kawasan budidaya pertanian
dan non pertanian.Wilayah seperti ini statusnya dapat dialihfungsikan. Sedangkan kawasan
budidaya non pertanian meliputi kawasan peruntukkan industri, pertambangan, Fasilitas
ekonomi,

permukiman,

Fasilitas

sosial

yang

dalam

penggunaannya

tidak

dapat

dialihfungsikan.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 74

LAPORAN AKHIR

A. Zona Perumahan
Kawasan I Kota Surakarta memiliki karakteristik permukiman padat.Hal ini dapat
dilihat dari jumlah backlog rumahnya.Rata-rata setiap rumah dihuni oleh 4 KK sehingga
rumah menjadi sempit dan berdesakan. Jumlah kekurangan rumah atau backlog di
Kawasan I sebesar 10.050 unit dari selisih jumlah rumah sebesar 36.997 unit dengan jumlah
KK sebesar 47.047 jiwa
Arah pengembangan dan pemenuhan kebutuhan akan perumahan dialokasikan diluar
kawasan I ini, yang memang dalam RTRW direncanakan didalam pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman. Arahan kawasan perumahan kepadatan tinggi
dilakukan melalui :
Peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan dan penyediaan ruang terbuka
hijau dan ruang terbuka non hijau;
Peningkatan kualitas hunian di kawasan perumahan melalui pembangunan
perumahan secara vertikal; dan
Menetapkan koefisien dasar bangunan maksimal 80% dalam setiap pembangunan
kawasan perumahan
Pengembangan kawasan permukiman dan perumahan dilakukan berdasarkan pola
sistem unit lingkungan. Rencana pengembangan kawasan permukiman berkepadatan
tinggi diarahkan di sekitar pusat kota, hal ini disesuaikan dengan kecenderungan
perkembangannya. Untuk permukiman dengan kepadatan sedang dan rendah diarahkan
pada daerah pengembangan (di wilayah utara kota) sedangkan untuk diwilayah kita
diperuntukkan sebagai kawasan permukiman kepadatan tinggi.
Adapun metoda pengembangan permukiman dengan kepadatan tinggi direncanakan
melalui cara rehabilitasi atau program perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan
dengan mengutamakan peningkatan infrastruktur dan fasilitas sosial yang ada, seperti
jalan lingkungan, saluran drainase, sistem sanitasi, dan persampahan.
Upaya pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kawasan I Kota
Surakarta diarahkan dalam tujuan pengembangan sebagai berikut :

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 75

LAPORAN AKHIR

Memberikan arahan bagi upaya penyediaan rumah tinggal sebagai Fasilitas hunian
masyarakat, sekaligus sebagai bagian dari upaya-upaya untuk meninggalkan
kesejahtaraan masyarakat.
Menciptakan lingkungan rumah tinggal yang sehat, aman, serasi dan teratur sehingga
memenuhi kaidah-kaidah penciptaan lingkungan perumahan yang layak huni, layak
lingkungan, layak usaha dan layak berkrmbang.
Sebagai elemen pembentuk ruang kawasan, rencana pengembangan kawasan
perumahan dan permukiman akan mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan
melalui penyebaran penduduk yang menghuni Fasilitas perumahan dan permukiman
yang dikembangkan.
Memberikan dorongan bagi tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor pembangnan
ekonomi dan social budaya di kawasan pengembangan.
B. Zona Perdagangan dan Jasa
a. Pasar
Rencana pengembangan Pasar tradisional yang ada di Kawasan I Kota Surakarta yaitu
dengan melakukan kegiatan diantaranya
Pengembangan kegiatan pasar dan peningkatan kualitas pasar tradisional.
Peningkatan pasar skala pelayanan lingkungan yang tersebar di seluruh kecamatan.
Pengembangan pasar modern dan tradisional dengan skala pelayanan regional
dikembangkan pada Kawasan I dengan skala pelayanan jalan regional, sedangkan
untuk pasar tradisional dan modern dengan skala yang lebih kecil (lokal) berada
menyebar di seluruh wilayah dengan jumlah dan ketentuan yang telah ditetapkan.
b. Pertokoan
Pertokoan dikembangkan pada kawasan permukiman dengan lingkup skala yang
berbeda, dimana pertokoan skala kecamatan terdapat di jalan kolektor utama.
Sedangkan untuk pertokoan skala lingkungan menyebar di kawasan permukiman yang
ada di wilayah masing-masing.

Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 76

LAPORAN AKHIR

Pengembangan perdagangan dan jasa skala regional dan kecamatan dikembangkan


disepanjang jalan kolektor utama yang menjadi jalan akses. Pengendalian
pembangunan tetap diberlakukan mengingat jalan utama merupakan jalan kolektor
primer dengan arus pergerakan regional yang tinggi.
Pengembangan perdagangan dan jasa skala lokal dikembangkan ke arah
permukiman warga.
Kegiatan perdagangan yang dikembangkan di pusat perdagangan umumnya
merupakan kegiatan perdagangan grosir dan eceran dengan lingkup atau skala
pelayanan kota dan regional. Pada kawasan yang memiliki kecenderungan berkembang
menjadi kawasan perdagangan diperlukan pengaturan tata peruntukan lahannya
dengan menetapkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa campuran. Dengan adanya
penetapan tersebut, maka akan lebih mudah dilakukan pengawasan dan pengendalian
perkembangannya.
Pertimbangan lain yang digunakan dalam penetapan dan pengembangan lokasi
Fasilitas perdagangan dan jasa antara lain :
Lokasi berada di lingkungan perumahan dengan jangkauan pelayanan terbatas
pada lingkungan RT untuk Fasilitas warung/kios.
Lokadi berada di lingkungan perumahan yang skala pelayanan lebih luas dari RT,
misalnya RW.
Lokasi berada di pusat kegiatan lingkungan (pusat desa/kelurahan), untuk
FasilitasPusat perbelanjaan lingkungan/ pasar lokal.
Lokasi berada di pusat kota untuk Fasilitas pusat perbelanjaan/pasar induk

C. Zona Sarana dan Prasarana Umum


a. Fasilitas Pendidikan
Standar perhitungan kebutuhan fasilitas pendidikan berdasarkan SNI 03.1733.2004
adalah sebagai berikut:
TK melayani 1.250 jiwa penduduk; luas lahan yang dibutuhkan 500m.
SD melayani 1.600 jiwa penduduk; luas lahan yang dibutuhkan 2.000m.
SMP melayani 4.800 jiwa penduduk; luas lahan yang dibutuhkan 9.000m.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 77

LAPORAN AKHIR

SMA melayani 4.800 jiwa penduduk; luas lahan yang dibutuhkan 12.500m.

b. Fasilitas Peribadatan
rencana penyediaan fasilitas peribadatan di wilayah Kawasan I Kota Surakarta juga
diarahkan pada:
Penyediaan fasilitas peribadatan sebagai usaha pemenuhan kebutuhan ibadah
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan pemeluknya masing-masing,
Peningkatan kualitas fasilitas peribadatan penduduk yang sudah ada, melalui
swadaya masyarakat.
Penyediaan fasilitas peribadatan, selain memperhatikan jumlah kebutuhan juga
mempertimbangkan

petelakan

lokasi

sarana

sehingga

pelayanan

sarana

peribadatan tersebut mampu menjangkau kebutuhan penduduk.


c. Fasilitas Ruang Terbuka Hijau
Rencana fasilitas ruang terbuka hijau di Kawasan I Kota Surakarta antara lain:
Kawasan I Kota Surakarta membutuhkan 9 unit taman kelurahan, luas dari masingmasing taman tersebut adalah 9.000 m2
Kawasan I Kota Surakarta membutuhkan 2 unit taman kecamatan, luas dari
masing-masing taman tersebut adalah 24.000 m2.
d. Fasilitas Kesehatan
Rencana fasilitas kesehatan di Kawasan I Kota Surakarta antara lain :
Kawasan I membutuhkan 2 puskesmas dengan luasan 1.000 m2 per unit
Kawasan I membutuhkan 9 puskesmas pembantu dengan luasan 300 m2 per unit.
e. Fasilitas Olahraga
berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan I pada tahun 2034 membutuhkan 9
unit lapangan olahraga skala kelurahan dan 2 unit lapangan olahraga skala kecamatan.
f. Fasilitas Sosial Dan Budaya
berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan I pada tahun 2034 fasilitas sosial dan
budaya di Kawasan I Kota Surakarta membutuhkan 2 unit gedung serbaguna

g. Fasilitas Perekonomian

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 78

LAPORAN AKHIR

Fasilitas perekonomian merupakan sarana yang digunakan dalam suatu usaha tertentu
misalnya perdagangan. Dalam hal ini fasilitas perdagangan dan niaga menurut SNI
03.1733.2004 adalah sebagai berikut:

Toko/warung melayani 250 orang dengan luas 100 m.

Pertokoan melayani 6000 orang dengan luas 3000 m.

Pusat Petokoan dan Pasar Lingkungan melayani 30.000 orang dengan luas lahan
10.000 m.

Pusat Perbelanjaan dan niaga (toko+pasar+bank+kantor) melayani 120.000 dalam


skala kecamatan dengan luas lahan 36.000 m.

berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan I pada tahun 2034 membutuhkan
fasilitas perekonomian sebagao berikut:

Pasar lingkungan sebanyak 9 unit dengan luas masing-masing pasar 10.000 m2

membutuhkan fasilitas pusat perbelanjaan sebanyak 2 unit dengan luas masingmasing pusat berbelanjaan 36.000 m2

D. Zona Industri
Pengembangan dan rencana peruntukkan Kawasan I Kota Surakarta menurut RTRW
Kota Surakarta dibeberapa titik lokasi diperuntukkan sebagai kawasan peruntukkan, sehingga
menjadikan pengembangan kawasan menjadi wilayah yang lebih pesat. Dalam penataan ruang
di wilayah Kawasan I Kota Surakarta.Fasilitas seperti pengelolaan limbah sekaligus outlet
sebagai Fasilitas promosi dan pemasaran.
Untuk industri besar dan menengah dengan mempertimbangkan syarat kawasan
peruntukkan industri sebagai berikut:
Pengelolaan sesuai dengan manajemen kawasan peruntukkan industri dan memperhatikan
dampak lingkungan;
Melibatkan penduduk sekitar dalam proses produksi untuk menghindari kesenjangan
interwilayah;
Pengembangan di luar kawasan peruntukkan industri harus berbasis pada potensi lokal;
Pembinaan industri kecil dan rumah tangga dilakukan guna meningkatkan nilai produk
hasil-hasil pertanian.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 79

LAPORAN AKHIR

Sedangkan untuk kegiatan industri yang lebih kecil tingkatannya sepertti indutri rumah
tangga (rumahan) dapat dilakukan pada masing masing wilayah perencanaan di seluruh
Kawasan I Kota Surakarta dengan mengingat keberlanjutan lingkungan yang ada disekitarnya.
Untuk strategi pengembangan dan pengendalian prasarana penunjang pada industri
besar di yang berada di sepanjang koridor utama jalan kolektor Kawasan I Kota Surakarta.
Untuk strategi pengembangan kawasan peruntukan industri menengah dan besar meliputi:
menciptakan iklim investasi yang kondusif;
mengembangkan kawasan peruntukan industri yang ditunjang dengan promosi dan
pemasaran hasil industri;
mengembangkan industri menengah dan besar untuk mengolah hasil

pertanian,

peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan;


menangani dan mengelola limbah yang dihasilkan industri dengan penyediaan instalasi
pengolahan air limbah (IPAL), baik secara individual maupun komunal;
menyediakan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan kegiatan industri; dan
menciptakan keterkaitan antara industri menengah dan besar dengan industri mikro dan
kecil.
Strategi pengembangan kawasan peruntukan industri mikro dan kecil (home industri),
meliputi:
mengoptimalkan pembinaan industri mikro dan kecil;
mengembangkan industri agribisnis yang mendukung komoditas agribisnis unggulan
mengembangkan dan memberdayakan industri mikro dan kecil untuk mengolah hasil
pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan;
menangani dan mengelola limbah yang dihasilkan industri mikro dan kecil;
mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri mikro dan kecil; dan
mengembangkan pola kemitraan antara industri mikro dan kecil dengan industri
menengah dan besar.
Untuk mendukung kualitas lingkungan di kawasan peruntukkan industri, perlu adanya
strategi penyediaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan meliputi:
menetapkan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan minimal 30% (tiga puluh persen);
mengatur ketersediaan ruang terbuka hijau privat dan publik di kawasan perkotaan; dan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 80

LAPORAN AKHIR

menyediakan jalur hijau sebagai zona penyangga pada tepi luar kawasan peruntukkan
industri

2.5.3.

Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana

A. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan


Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan
dengan memperhatikan keterhubungan antar kawasan. Pengembangan dan peningkatan
jaringan jalan di Kawasan I Kota Surakarta direncanakan memanfaatkan pola jaringan jalan dan
embrio jalan yang telah ada. Rencana pengembangan jaringan jalan bertujuan untuk
mendapatkan struktur pelayanan jalan yang efisien.
Dengan memperhatikan kondisi jalan yang ada, maka struktur dan fungsi jaringan jalan
yang direncanakan di Kawasan I adalah sebagai jalan kolektor primer dan lokal primer.
Jalan primer adalah jalan yang mengubungkan antar kota atau antar daerah. Fungsi jalan
primer yang direncanakan di Kawasan I Kota Surakarta adalah :
3. Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang menghubungkan antar Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) atau antar Pusat Kegiatan Wilayah dengan Pusat Kegiatan Lokal
(PKL). Jalan ini di Kawasan I Kota Surakarta meliputi
f)

Jalan Slamet Riyadi

g) Jalan Brigadir Jendral Sudiarto


h) Jalan Honggowongso
i)

Jalan Kapten Mulyadi

j)

Jalan Veteran

4. Jalan Lokal Primer adalah jalan yang dirancang untuk menghubungkan antar
kegiatan lokal, seperti antar kelurahan dan antara kawasan pengembangan primer.
Tabel II.23
Rencana Jalan Lokal Primer di Kawasan I Kota Surakarta
No
1
2
3
4
5
6

Nama Jalan
Jalan Abioso
Jalan Abioso
Jalan Batanghari
Jalan Batanghari
Jalan Beton
Jalan Bhayangkara

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Fungsi
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer

II - 81

LAPORAN AKHIR

No
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53

Nama Jalan
Jalan Bogowonto
Jalan Brigadir Sudiarto
Jalan Butuh
Jalan Cakra
Jalan Cempaka
Jalan Ciliwung
Jalan Cipunegara
Jalan Cisadane
Jalan Citandui
Jalan Citarum
Jalan Cokrobaskoro
Jalan Cut Nyak Dien
Jalan Dewi Sartika
Jalan Dewutan
Jalan Dilagan
Jalan Dr.Wahidin
Jalan Gajah Suranto
Jalan Gajahan
Jalan Gatot Subroto
Jalan Gotong Royong
Jalan Hadiwijayan
Jalan Haryo Panularan
Jalan Ibu Pertiwi
Jalan Jatayu
Jalan Jatayu
Jalan Juanda Kartasanjaya
Jalan Kadipolo
Jalan Kalilarangan
Jalan Kalimosodo
Jalan Kaliwidas 2
Jalan Kebangkitan Nasional
Jalan Kemlayan
Jalan Kepolisian
Jalan Ki Ageng Mangir Gg II
Jalan Kiai Gede Sala
JalanKiai Gede Sala
Jalan Kiai Haji Ashari
Jalan Kiai Haji Wahid Hasyim
Jalan Kiai Mojo
Jalan Madukoro
Jalan Makam Brenggolo/Jamsaren
Jalan Manggis
Jalan Maospati
Jalan Muhammad Yamin
Jalan Museum
Jalan Nirbitan
Jalan Notoningratan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Fungsi
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer

II - 82

LAPORAN AKHIR

No
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97

Nama Jalan
Jalan Padmonegoro
Jalan Palu
Jalan Panembahan
Jalan Pangeran Wijil
Jalan Patimura
Jalan Ponconoko
Jalan Prof. Kahar Muzakir
Jalan Rajiman
Jalan Raya Solo Permai
Jalan Re Martadinata
Jalan Reksoninten
Jalan Roro Mendut
Jalan Sampangan
Jalan Sasono Mulyo
Jalan Sawo
Jalan Senopati
Jalan Silir
Jalan Sorogeni
Jalan Sri Narendro
Jalan Stiyaki
Jalan Sunan Kalijaga
Jalan Sungai Barito
Jalan Sungai Indragiri
Jalan Sungai Kapuas
Jalan Sungai Mahakam
Jalan Sungai Negara
Jalan Sungai Riam Kanan
Jalan Sungai Riam Kiri
Jalan Sungai Sebakung
Jalan Sungai Serayu
Jalan Supit Urang
Jalan Sutowijoyo
Jalan Trisula
Jalan Untung Suropati
Jalan Widoro Kandang
Jalan Wijaya Kusuma
Jalan Wiropaten
Jalan Wirotamtomo
Jalan Yos Sudarso
Jalan Kiai Gede Sala
Jalan Mayor Sunaryo
Jalan Ki Ageng Mangir
Jalan Poncowati
Jalan Sungai Batanghari

Fungsi
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer
Lokal Primer

B. Rencana Pengembangan FasilitasTransportasi

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 83

LAPORAN AKHIR

Rencana pengembangan fasilitas transportasi di Kawasan I antara lain:

Penyediaan tempat parkir di Kawasan I menggunakan sistem parkir on street yaitu parkir
berada di bahu jalan

mengembangkan jaringan trayek agar menjangkau ke seluruh Kota Surakarta

Menyediakan Halte bus trans di Kawasan I Kota Surakarta yang lokasinya terdapat pada
jalur hijau dan strategis

C. Rencana Pengembangan Jalur Sepeda


Pengembangan jalur sepeda di Kawasan I Kota Surakarta ini berada disetiap ruas jalan
yang ada, dengan pembeda cat atau lambang atau garis yang tertera di suatu ruas jalan. Rata
rata jalur sepeda membutuhkan lebar 2 meter. Penerapan jalur sepeda di Kawasan I Kota
Surakarta dapat diterapkan di Jalan Jalan Slamet Riyadi, Jalan Brigadir Jendral Sudiarto, Jalan
Honggowongso, Jalan Kapten Mulyadi dan Jalan Veteran.

D. Rencana Pengembangan Jaringan Energi


Sebagian besar Wilayah Kawasan I sudah terjangkau oleh jaringan listrik PLN,
kebutuhan listrik untuk kawasan ini sampai tahun 2034 dihitung berdasarkan asumsi berikut :

Rumah Tipe Besar menggunakan listrik rata-rata 1.300 watt

Rumah Tipe Sedang menggunakan listrik.rata-rata 900 watt

Rumah Tipe Kecil menggunakan listrik rata-rata 450 watt.

E. Rencana Jaringan Telekomunikasi


Standar pelayanan sambungan telepon rumah adalah 250 penduduk yang berarti dalam
tiap 250 penduduk harus ada paling sedikit 1 buah sambungan telepon rumah. Sedangkan
standar pelayanan telepon umum adalah 2.000 penduduk, telepon umum ditempatkan di
pusat-pusat aktivitas seperti kawasan perkantoran, pasar, dan fasilitas umum lainnya

F. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum


Standar perhitungan kebutuhan air bersih di Kawasan I adalah sebagai berikut:

Air bersih untuk rumah tangga/domestik sebesar 120 liter/orang/hari

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 84

LAPORAN AKHIR

Untuk perdagangan sebesar 10% kebutuhan domestik

Untuk kegiatan sosial dan pelayanan umum sebesar 10% kebutuhan domestik

G. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase


Pada bagian perkotaan Kawasan I Kota Surakarta sistem jaringan drainase yang cocok
adalah drainase tertutup, hal ini untuk mengantisipasi tercemarnya saluran drainase dari
sampah perkotaan sehingga saluran drainase dapat berfungsi lebih efisien. Sedangkan untuk
kawasan perumahan sistem drainase yang cocok adalah drainase terbuka agar masyarakat
dapat lebih mudah membersihkan saluran jika terjadi penyumbatan karena sampah.
Komponen-komponen pelengkap sistem drainase yang harus diperhatikan antara lain
gorong-gorong, pertemuan antar saluran, pintu air, dan sebagainya. Komponen-komponen
penyusun saluran drainase harus sesuai dengan standar SNI yang sudah ditetapkan. Berikut
merupakan tabel ruas-ruas saluran maupun kali yang berada di Kawasan I Kota Surakarta.

Tabel II.24
Nama ruas, Panjang, dan Lebar Atas Drainase Kawasan I Kota Surakarta
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Nama Ruas
Kali Wingko
Kali Tanggul
Bengawan Solo
Kali Jenes
Kali Pepe Hilir
Kali Boro
Sal.Stasiun Jebres-Kali Boro
Sal.Kp.Sewu
Sal.Sorogenen-Gandekan
Sal.Simpon BI
Sal.Sekitar Kospin
Kali Toklo
Sal.Belakang Hotel Sahid Raya
Kali Kawong
Sal.Depok-Sambeng
Sal.Sekitar UTP-RS Brayat Minulyo
Sal.Tegalkonas
Sal.Jl.Untung Suropati
Sal.Jl.Kapten Mulyadi
Sal.Kp.Gajahan-Baturono
Sal.Kalilarangan

Panjang
(m)
1.842
6.710
7.800
3.950
5.760
2200
1900
437
1.048
430
405
1.550
731
1.288
506
450
764
1.446
612
1.805
2.301

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Lebar
Atas (m)
50
60
200
6
6-40
6
4
2,5
1.5-4
2,5
3
6
3
5
3
3
3
1,75
3
1.75-3
1,75

Kelas Drainase
Primer
Primer
Primer
Primer
Primer
Primer
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder

II - 85

LAPORAN AKHIR

No.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Nama Ruas
Kali Buntung
Sal.Jl.Brigjen Sudiarto
Sal.Kp.Semanggi-Jl.Kyai Mojo
Sal.Jl.Honggowongso
Sal.Jl.Gajah Mada
Sal.Jl.Bayangkara
Sal.Jl.Dr.Supomo
Sal.Dr.Cipto Mangunkusumo
Sal.Dr.Wahidin
Sal.Dr.Muwardi
Sumber : DPU bidang Drainase Kota Surakarta

Panjang
(m)
546
922
1.579
1.874
1.164
1.580
1.209
1.312
950
686

Lebar
Atas (m)
2,5
1
2,5
3
3
2
2,5
3
5
4

Kelas Drainase
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Primer
Sekunder
Sekunder
Primer
Sekunder

H. Rencana Pengembangan Jaringan Limbah


Air limbah bertujuan memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana yanq berfungsi
rnengalirkan adalah air limbah domestik (air limbah rumah tangga) yang berasal dari
perumahan dan permukiman, dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif.
Berdasarkan SNI 03.1733.2004, air limbah domestik ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Black Water, yaitu air limbah manusia (human waste) yang berasal dari toilet/jamban;
b. GrayWater, yaitu air buangan rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, dapur, dan
tempat cuci (sullage).
Penanganan air limbah di perumahan dan permukiman pada dasarnya merupakan
tanggung jawab masyarakat sendiri, sedangkan sarana penunjangnya dapat dibantu atau
disediakan oleh pemerintah daerah, baik dengan atau tanpa bantuan pemerintah pusat
maupun kerja sama dengan sektor swasta.
a. Teknologi/Sistem Sanitasi
Secara teknis ada beberapa jenis pembuangan limbah domestik ini. Secara umum sistem
pembuangan ini dapat digolongkan menjadi setempat (on-site) atau bukan setempat (offsite), basah atau kering. Sistem setempat membuang limbah pada lokasi rumah. Sistem
bukan setempat mencakup pengumpulan oleh truk, pipa, atau saluran untuk pengelolaan
dan pembuangan di tempat lain. Sistem basah memerlukan air untuk pengeluaran, sistem
kering tidak perlu air
b. Pembuangan Air Limbah Sistem Setempat

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 86

LAPORAN AKHIR

Pembuangan air limbah sistem setempat dalam praktek sehari-hari dapat dilakukan
dengan:
- Individual oleh masing-masing keluarga pada setiap rumah;
- Komunal secara bersama-sama oleh beberapa keluarga, yang biasanya berupa jamban
jamak, MCK, atau tangki septik komunal.

I. Rencana Pengembangan Persampahan


Standar perhitungan produksi sampah domestik atau sampah rumah tangga adalah 2,5
liter/orang/hari.

Selain

itu

kegiatan

sosial

juga

berpotensi

menimbulkan

sampah,

perhitungannya adalah 20% dari jumlah sampah domestik.


JumlahTPS di Kawasan I Kota Surakarta adalah 15 unit yang meliputi TPS transfer depo
dan TPS dari bak biasa. Petugas pengangkutan sampah di kawasan ini dilakukan oleh
pemulung dan dimasing-masing TPS ada 2 pemulung yang mengambil sampah dari rumah
menuju TPS. Untuk TPST berada di TPST Sangkrah dan Sriwedari.

2.5.4.

Sub BWP yang diprioritaskan dalam pengembangan Kawasan I Kota Surakarta


Sub BWP yang diprioritaskan dalam pengembangan Kawasan I Kota Surakarta

memperhatikan tujuan penataan kawasan yaitu Terwujudnya Kawasan Wisata Budaya Yang
Lestari dan Memadukan Perkembangan Sejarah Kuno, Kini, Nanti adalah pada Sub BWP I.
Dengan tujuan tersebut maka yang menjadi point utama adalah kawasan cagar budaya yang
berada di Sub BWP I meliputi meliputi Kelurahan Gajahan, Kelurahan Baluwarti, Kelurahan
Kauman, Kelurahan Pasar Kliwon, Kelurahan Kedunglumbu.Kegiatan yang ada di Sub BWP I
ini adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan pariwisata
Kegiatan pariwisata dengan skala pelayanan regional bahkan internasional yang didukung
oleh kompleks pariwisata keratonan kasunan, dengan fasilitas pendukungnya. Kegiatan
pariwisata ini menjadi daya tarik dan pengembangan sektor ekonomi lokal dan perlu
untuk diwadahi didalam jaringan pergerakan, tempat parkir yang memadai.
2. Kegiatan perdagangan dan jasa
Kegiatan perdagangan dan jasa ini tumbuh dari kegiatan pariwisata dan kebutuhan
pengembangan koridor. Kegiatan pariwisata (komplek keraton kasunan) ini tumbuh dan
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 87

LAPORAN AKHIR

berkembang menumbuhkan sektor perdagangan pariwisata dan memenuhi kompleks


wisata tersebut dan sekitar koridor pengembangan dengan skala pelayanan mulai dari
regional sampai dengan lingkungan.
3. Kegiatan permukiman
Kawasan permukiman ini merupakan kawasan permukiman kota lama sebagai kawasan
permukiman cagar budaya dengan ciri bangunan dan kawasan kota lama. Selain itu ada
kawasan permukiman yang merupakan bagian dari permukiman pendukung pedagangan
dan jasa dengan kondisi permukiman yang lebih modern.

2.5.5.

Pembagian BWP Dan Sub BWP


Penyusunan RDTR Kawasan ini, dibutuhkan kedalaman peta dan rencana yang lebih

detail, sehingga dibutuhkan pembagian BWPdan Sub BWP serta blok dalam rangka
mempermudah didalam detail yang akan digunakan. Adapun pertimbangan didalam
penentuan pembagian BWP, Sub BWP dan Blok adalah sebagai berikut:

Bagian wilayah perkotaan dipilih sebagai bagian kawasan yang paling berpengaruh
terhadap kawasan tersebut (misalnya sebagai pusat aktivitas, pusat kegiatan baik didalam
kawasan/ kota tersebut maupun tujuan bagi wisatawan)

Kesamaan

peruntukkan

lahan,

sehingga

memudahkan

didalam

menentukan

pengembangan pola ruang yang akan diterapkan pada kawasan tersebut

Deliniasi fisik, yaitu dengan batas jalan, sungai atau blok bangunan
Kawasan I merupakan BWP (Bagian Wilayah Perkotaan) ke-1 didalam Kota Surakarta

sehingga yang disebut dengan BWP adalah keseluruhan dari Kawasan I. Dari BWP tersebut
kemudian dibagi menjadi Sub BWP dengan melihat karakteritik kawasan. Dari masing masing
Sub BWP tersebut dibagi kembali dengan tingkat kedalaman Blok. Adapun perincian rencana
pembagian Sub BWP dan Blok di Kawasan I adalah berikut:
1. Sub BWP I merupakan kawasan kompleks keraton yang didukung dengan adanya
keraton kasunan, alun alun keraton, pasar klewer, kawasan permukiman kota lama, dan
kawasan perdagangan yang berada di Sub BWP ini. Untuk wilayahnya sendiri meliputi
Kelurahan Gajahan, Kelurahan Baluwarti, Kelurahan Kauman, Sebagian Kelurahan Pasar

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 88

LAPORAN AKHIR

Kliwon, Sebagian Kelurahan Kedunglumbu. Sub BWP I dibagi menjadi 2 Blok yaitu Blok
I.I,1 dan Blok I.I.2.
2. Sub BWP II, merupakan kawasan stadion dan taman sriwedari, Museum Radya Pustaka,
kawasan perdagangan dan jasa, kawasan RTH dengan adanya stadion (lapangan), dan
kawasan permukiman pendukung kegiatan perdagangan dan jasa. Sub BWP II meliputi
Kelurahan Penumping, Kelurahan Panularan, Kelurahan Tipes dan Kelurahan Sriwedari.
Sub BWP II dibagi menjadi 3 Blok, yaitu Blok I.II.1, Blok I.II.2, dan Blok I.II.3.
3. Sub BWP III, merupakan kawasan perdagangan dan jasa yang didukung oleh kawasan
permukiman yang berada di sekeliling Baluwarti sebagai kawasan permukiman kota
lama. Sub BWP III ini terdiri dari Kelurahan Kemlayan, kelurahan Jayengan, Kelurahan
Keratonan, Kelurahan Serengan. Sub BWP III dibagi menjadi 3 Blok yaitu Blok I.III.1, Blok
I.III.2, dan Blok I.III.3.
4. Sub BWP IV, merupakan kawasan yang berada di sisi selatan kawasan dan merupakan
wilayah perbatasan. Terdiri dari Kelurahan Serengan. Sub BWP IV dibagi menhadi 2
Blok, yaitu Blok I.IV.1 dan I.IV.2.
5. Sub BWP V, merupakan kawasan perdagangan dan jasa dengan dominasi pusat
perbelanjaan seperti PGS, Luwes, maupun pertokoan disepanjang koridor jalan. Selain itu
juga terdapat Benteng Vasterberg, kawasan permukiman umumnya adalah permukiman
pendukung perdagangan dan jasa, namun ada juga permukiman kumuh dibantaran
sungai dan rel KA. Sub BWP V terdiri dari Sebagian Kelurahan Semanggi, Sebagian
Kelurahan pasar Kliwon, Sebagian Kelurahan Kedunglumbu, dan sebagian Kelurahan
Sangkrah. Sub BWP V dibagi menjadi 3 Blok yaitu Blok I.V.1, Blok I.V.2 dan Blok I.V.3.
6. Sub BWP VI, merupakan kawasan perdagangan dan jasa dengan ditandai ada sentra
pasar klitikan, pasar besi tua dan pasar hewan yang berada di Kelurahan Semanggu,
selain itu juga terdapat rusunawa dan IPAL Semanggi. Sub BWP VI terdiri dari Sebagian
Kelurahan Semanggi. Sub BWP VI dibagi menjadi 2 Blok yaitu Blok I.VI.1 dan Blok I.VI.2.
7. Sub BWP VII, merupakan kawasan permukiman padat yang terdapat didalam sub BWP
ini. Sub BWP VII terdiri dari Kelurahan Danukusuman, Kelurahan Joyotakan dan
Kelurahan Joyosuran. Sub BWP VII dibagi menjadi 3 Blok yaitu Blok I.VII.1 dan Blok
I.VII.2.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 89

LAPORAN AKHIR

8. Sub BWP VIII, merupakan kawasan bantaran Kalipepe dan rel kereta api. Dengan
kondisi kawasan permukiman padat dan kumuh, selain itu juga terdapat potensi potensi
perekonomian seperti pasar dan pertokoan, serta perdagangan dan jasa yang tumbuh
disepanjang koridor jalan.. Sub BWP VIII terdiri dari Kelurahan Sewu, Kelurahan
Gandekan, Kelurahan Sudiroprajan dan Kelurahan Sangkrah.Sub BWP VIII dibagi
menjadi 3 Blok yaitu Blok I.VIII.1, Blok I.VIII.2 dan Blok I.VIII.3.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 90

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 91

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 92

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 93

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

II - 94

LAPORAN AKHIR

BAB III
PENGKAJIAN PENGARUH TUJUAN PENATAAN
RUANG, PRINSIP-PRINSIP PENATAAN RUANG
DAN/ATAU PROGRAM TERHADAP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

3.1.

PENAPISAN
Penapisan merupakan tahapan awal dalam pelaksanaan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS). Tahapan penapisan yaitu tahapan KLHS yang
mengidentifikasi apakah perlu dilakukan KLHS terhadap suatu kebijakan, rencana,
dan/atau program (KRP). Proses penapisan dilakukan oleh pembuat KRP dengan
didukung pendapat ahli. Selain itu penapisan dapat dilakukan berdasarkan hasil
kajian ilmiah serta melalui konsultasi dengan instansi lingkungan hidup dan instansi
terkait lainnya.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkuan Hidup (PPLH) Pasal 15, menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah (Provinsi, Kota dan Kabupaten) wajib melaksanakan KLHS dalam penyusunan
Rencana Tata Ruangnya. KLHS dilakukan untuk mengintegrasikan aspek lingkungan
dalam pengambilan keputusan awal kebijakan, rencana, dan program dalam hal ini
adalah Rencana Tata Ruang. Berdasarkan ketentuan diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kegiatan penyusunan KLHS RDTR Kawasan I harus disusun
sebagai dokumen pendamping produk RDTR Kawasan I.
Selain UU Nomor 32 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang juga menyatakan bahwa : Pengolahan
data dan analisis paling sedikit meliputi : 1). teknik analisis daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup yang ditentukan melalui kajian lingkungan hidup
strategis; 2). teknik analisis keterkaitan antarwilayah dan/atau kawasan perkotaan;
dan 3). teknik perancangan kawasan (Pasal 67 ayat 2 huruf c). PP tersebut juga
menjadi dasar bahwa kegiatan penyusunan KLHS RDTR Kawasan I menjadi wajib

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 1

LAPORAN AKHIR

dilakukan. Perundangan lain yang mengharuskan adanya penyusunan KLHS dalam


penyusunan RDTR, juga termuat dalam Peraturan Menteri (Permen) Nomor
20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang/
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. Dokumen KLHS dalam batang tubuh subbab 5.3
kelengkapan dokumen untuk persetujuan substansi Rancangan Peraturan Daerah
(raperda) tentang RDTR, menyatakan bahwa dokumen KLHS merupakan dokumen
pendukung dalam proses persetujuan substansi raperda RDTR, sehingga dokumen
KLHS perlu disusun.
Secara singkat tabulasi identifikasi uji penapisan KLHS bagi suatu kebijakan,
rencana, dan/atau program RDTR Kawasan I sebagai berikut :

Tabel III.1

No

Identifikasi Uji Penapisan KLHS RDTR Kawasan I

Kriteria Penapisan
KLHS RDTR
Kawasan I

Penilaian
Uraian Pertimbangan dan
Kesimpulan

Kesimpulan: (Signifikan atau


Tidak Signifikan)
RDTR Kawasan I merupakan
bagian dari RTR Kota
Surakarta yang harus
dilengkapi dengan KLHS. Hal
ini signifikan sesuai dengan
amanah Pasal 15 UU 32 Tahun
2009.
Muatan substansi KLHS
RDTR Kawasan I salah
satunya adalah telaah daya
dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. Hal ini
sangat signifikan dengan PP
No 15 Tahun 2010 (Pasal 67
ayat 2 huruf c).

UU No 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan
dan Pengelolaan
Lingkuan Hidup
(PPLH) Pasal 15

Pemerintah dan Pemerintah


Daerah (Provinsi, Kota)
wajib melaksanakan KLHS
dalam penyusunan Rencana
Tata Ruangnya.

Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 15 Tahun
2010 tentang
Penyelenggaraan
Penataan Ruang

Peraturan Menteri
(Permen) Nomor
20/PRT/M/2011
tentang Pedoman
Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang/
Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota

Pengolahan data dan


analisis, paling sedikit
dilakukan dengan : teknik
analisis daya dukung dan
daya tampung lingkungan
hidup yang ditentukan
melalui kajian lingkungan
hidup strategis (Pasal 67 ayat
2 huruf c).
Dokumen KLHS merupakan
dokumen pendukung dalam
proses persetujuan substansi
Rancangan Peraturan
Daerah (raperda) RDTR.
(subbab 5.3 kelengkapan
dokumen untuk persetujuan
substansi raperda tentang
RDTR).

Hal ini sangat signifikan


menyusun dokumen KLHS
memenuhi Permen No
20/PRT/M/2011 subbab 5.3
kelengkapan dokumen untuk
persetujuan substansi raperda
tentang RDTR.

Sumber : Analisis, 2014.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 2

LAPORAN AKHIR

Kajian KLHS dari produk RDTR Kawasan I disesuaikan dengan muatan


substansi RDTR dalam Permen 20/PRT/M/2011 yang mencakup beberapa substansi
pokok, yaitu :
1. Tujuan penataan BWP
2. Rencana pola ruang
3. Rencana jaringan prasarana
4. Penetapan SBWP yang diprioritaskan
5. Ketentuan pemanfaatan ruang
6. Peraturan zonasi
3.2.

PENGKAJIAN PENGARUH K-R-P TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN


HIDUP
Pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP) terhadap kondisi
lingkungan hidup dalam lingkup RDTR Kawasan I dilakukan melalui 4 (empat)
tahapan, yaitu : 1) Identifikasi pelibatan masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya, 2) Penilaian isu pembangunan berkelanjutan, 3) Penialian Prioritas Kebijakan,
Rencana, dan Program (KRP), dan 4) Telaah Pengaruh Kebijakan, Rencana, dan
Program (KRP). Masing-masing tahapan kajian pengaruh KRP secara rinci diuraikan
sebagai berikut :
3.2.1.

Identifikasi Pelibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya


Identifikasi pelibatan masyarakat dan pemangku kepentingan dapat dilakukan
sesuai proses dan prosedur penyusunan dan evaluasi masing-masing KRP. Sedangkan
dalam penyusunan KLHS RDTR Kawasan I, untuk bentuk pelibatan masyarakat
disesuaikan dengan perundangan yang terkait yaitu mengacu pada PP No 68 Tahun
2010 tentang bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang. Secara
garis besar bentuk pelibatan masyarakat dan pemangku kepentingan dapat dilihat
pada tabel berikut.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 3

LAPORAN AKHIR

Tabel III.2
No
1

Bentuk Pelibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan dan Impementasi KLHS RDTR
Kawasan I
Tahapan KLHS

Perencanaan/penyusunan KLHS
a. Penapisan (kesepakatan perlu tidaknya KLHS)
b. Identifikasi masyarakat dan pemangku
kepentingan

c. Integrasi proses pelibatan masyarakat


d. Konsultasi publik / dialog / diskusi dengan
masyarakat dan pemangku kepentingan
terkait identifikasi isu lingkungan hidup
dalam pembangunan berkelanjutan.
e. Identifikasi isu strategis pembangunan
berkelanjutan

Identifikasi Bentuk Pelibatan Masyarakat Dan


Pemangku Kepentingan
Instansi/ Lembaga Yang Terlibat :
Pembuat keputusan :
Penetapan KLHS RDTR Kawasan I yang akan dilakukan.
Rekomendasi pelaksanaan kegiatan KLHS
Penyusun KRP dan Instansi terkait :
Identifikasi pemangku kepentingan.
Idenitifikasi apakah perlu dilakukan KLHS terhadap RDTR Kawasan I.
Penetapan KLHS RDTR Kawasan I yang akan dilakukan.
Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Masyarakat yang memiliki informasi dan masyarakat yang terkena dampak :
Keterlibatan pasif masyarakat dalam menerima informasi tentang adanya KLHS
Penyusun KRP dan Instansi terkait :
Pemberian data dan informasi terkait lingkungan hidup
Masukan data kebijakan sektor terkait lingkungan hidup
Masukan data potensi dan masalah penataan ruang
Masukan data potensi dan masalah pembangunan berkelanjutan
Masukan isu strategis pembangunan berkelanjutan dari aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan.
Masukan kebijakan sektoral terkait isu strategis pembangunan berkelanjutan
Masukan prioritas utama dari isu strategis yang ada
Masyarakat yang memiliki informasi dan masyarakat yang terkena dampak :
Masukan data karakteristik lokasi studi.
Masukan data potensi, masalah dan isu strategis dalam pembangunan berkelanjutan
Aspirasi dan opini masyarakat dalam meminimalisasi dampak lingkungan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 4

LAPORAN AKHIR

No

Tahapan KLHS

Identifikasi Bentuk Pelibatan Masyarakat Dan


Pemangku Kepentingan

f. Identifikasi Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program (KRP)

g. Telaah
Pengaruh
Kebijakan,
dan/atau Program (KRP)

Rencana,

Masukan isu strategis pembangunan berkelanjutan di wilayah studi


Masukan isu strategis yang paling memberikan dampak menurut masyarakat
Masukan dampak resiko dari isu strategis pembangunan berkelanjutan
Penyusun KRP dan Instansi terkait :
Masukan substansi KRP yang paling memberikan pengaruh besar terhadap
lingkungan hidup
Menentukan muatan dan substansi KRP yang perlu ditelaah pengaruhnya terhadap
lingkungan hidup dan diberi muatan pertimbangan aspek pembangunan
berkelanjutan
Masukan kebijakan sektoral terkait KRP yang perlu ditelaah pengaruhnya terhadap
lingkungan hidup
Masyarakat yang memiliki informasi dan masyarakat yang terkena dampak :
Masukan KRP yang memberikan dampak paling besar terhadap lingkungan hidup
Masukan dampak resiko dari KRP yang mulai ditimbulkan.
Penyusun KRP dan Instansi terkait :
Masukan hasil kajian kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Masukan hasil kajian kinerja layanan/jasa ekosistem
Masukan hasil kajian efisiensi pemanfaatan SDA
Masukan hasil kajian tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan
iklim
Masukan hasil kajian tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati
Masukan hasil kajian perkiraan dampak/risiko lingkungan hidup yang timbul baik
dari isu strategis maupun KRP.
Masyarakat yang memiliki informasi dan masyarakat yang terkena dampak :
Masukan dampak resiko KRP yang dudah mulai timbul di wilayah
Masukan dampak resiko KRP jika diterapkan.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 5

LAPORAN AKHIR

No

Tahapan KLHS
h. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

i. Rekomendasi
Perbaikan
Pengintegrasian Hasil KLHS

KRP

dan

Pemanfaatan
j. Keberlanjutan Proses
k. Keberlanjutan Produktifitas
l. Keselamatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Identifikasi Bentuk Pelibatan Masyarakat Dan


Pemangku Kepentingan
Penyusun KRP dan Instansi terkait :
Masukan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau
program
Masukan instrumen, metode serta cara mitigasi dampak dan risiko lingkungan
Masukan alternatif skenario pembangunan
Masukan alternatif prioritas pembangunan
Masukan alternatif lokasi yang lebih layak secara lingkungan
Masukan alternatif tahapan pelaksanaan dan identifikasi waktu yang lebih tepat
bagi pembangunan
Masyarakat yang memiliki informasi dan masyarakat yang terkena dampak :
Masukan alternatif lokasi yang lebih layak secara lingkungan
Penyusun KRP dan Instansi terkait :
Pemberian saran dan pendapat perbaikan untuk pengambilan keputusan KRP yang
mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan
Masukan perbaikan dalam perubahan prioritas
Masukan kemungkinan penundaan KRP
Rekomendasi penyesuaian ukuran dan skala rencana
Rekomendasi penyesuaian lokasi
Alternatif rencana dan program
Pembuat keputusan, Penyusun KRP dan Instansi terkait :
Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban melaksanakan standar pelayanan
minimal dalam rangka pelaksanaan peran masyarakat dalam penataan ruang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Masyarakat yang memiliki informasi dan masyarakat yang terkena dampak :
Kerjasama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang dan pelaksanaan KLHS;

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 6

LAPORAN AKHIR

Tahapan KLHS

No

Identifikasi Bentuk Pelibatan Masyarakat Dan


Pemangku Kepentingan
Memberikan pendapat, saran dan usulan dalam sistem pelaksanaan KLHS.
Memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang dan
kajian KLHS yang telah ditetapkan
Menjaga serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan sumber daya alam

Pengedalian, pemeliharaan, pemantauan dan


evaluasi, pengawasan dan penegakan hukum
m. Pencegahan
n. Penanggulangan
o. Pemulihan
p. Konservasi SDA
q. Pencadangan SDA
r. Pelestarian fungsi lingkungan hidup
s. Pembinaan
t. Sanksi Administrasi
u. Sanksi Perdata
v. Sanksi Pidana

Pembuat keputusan
Menunjuk instansi lingkungan hidup tingkat kota dalam penyelenggaraan KLHS
termasuk dalam pemantauan dan evaluasi tingkat kota.
Menyampaikan hasil pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan KLHS kepada
Gubernur.
Penyusun KRP dan Instansi terkait
Monotiroing dan evaluasi pelaksanaan KRP secara berkala untuk memastikan
bahwa KRP berjalan sesuai dengan hasil kajian KLHS.
Menyampaikan hasil pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan KLHS kepada
Walikota.
Masyarakat yang memiliki informasi dan masyarakat yang terkena dampak
Ikutserta dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang dan
hasil KLHS yang telah ditetapkan
Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang
yang melanggar rencana tata ruang dan hasil KLHS yang telah ditetapkan
Pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan tidak
sesuai dengan kajian KLHS.

Sumber: Analisis, 2014

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 7

LAPORAN AKHIR

3.2.2.

Penilaian Isu Pembangunan Berkelanjutan


Hasil identifikasi isu strategis pembangunan berkelanjutan sebagaimana
disampaikan pada bab sebelumnya di atas, selanjutnya dilakukan penapisan dari
daftar panjang isu-isu pembangunan berkelanjutan menjadi daftar pendek isu strategis
pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan teknik penilaian dan pembobotan.
Adapun tahapan metode pembobotan sebagai berikut :
1. Menetapkan kriteria untuk menilai isu-isu pembangunan berkelanjutan.
Adapun kriteria dalam menilai isu-isu pembangunan berkelanjutan sebagai
berikut:
Memiliki keterkaitan antar sektor, wilayah, dan antar generasi.
Bersifat tidak bisa atau sulit dipulihkan, risiko/dampak mencakup jumlah dan
luasan yang besar dan bersifat kumulatif.
Memiliki implikasi jangka panjang.
2. Menggunakan daftar panjang isu-isu pembangunan berkelanjutan untuk
merumuskan isu strategis yang prioritas untuk ditelaah pengaruhnya.
3. Melakukan uji silang isu-isu pembangunan berkelanjutan dengan kriteria
penilaian.
4. Menetapkan nilai pada masing-masing kriteria berdasarkan tingkat resiko (risk)
untuk setiap isu.
Adapun nilai yang digunakan diklasifikasikan dalam tiga (3) skala, yaitu : nilai 3
(tinggi), nilai 2 (sedang), dan nilai 1 (rendah). Dalam penilaian ini tidak digunakan
nilai nol (0) agar diperoleh kecenderungan. Hal ini terkait dengan asumsi bahwa
setiap tindakan atau perlakuan terhadap suatu kondisi alam dan/atau
lingkungannya akan ada konsekuensi dampaknya (trade-off).
Asumsi korelasi penilaian dengan kriteria penialaian sebagai berikut :
Tabel III.3

Penilaian Kriteria Isu Pembangunan Berkelanjutan

No

Kriteria

Tinggi (Skor 3)

Sedang (Skor 2)

Memiliki
keterkaitan antar
sektor, wilayah, dan
antar generasi.

Memiliki keterkaitan 3
(tiga) aspek (antar
sektor, wilayah, dan
generasi)

Meliliki keterkaitan
2 (dua) aspek

Meliliki
keterkaitan salah
satu aspek

Bersifat tidak bisa


atau sulit
dipulihkan,
risiko/dampak
mencakup jumlah
dan luasan yang
besar dan bersifat
kumulatif.

Sulit dipulihkan,

Bisa pulih dalam


waktu lama

Bisa pulih
dalam waktu
dekat

Risiko/dampak
jumlah dan luasan
di dalam
kecamatan dan
daerah sekitarnya
Dampak bersifat

Risiko/dampak
jumlah dan
luasan skala
kecamatan,
Dampak bersifat

Rendah (Skor 1)

Risiko/dampak
jumlah dan
luasan dalam
skala desa,
Dampak bersifat

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 8

LAPORAN AKHIR

No

Kriteria

Tinggi (Skor 3)
kumulatif

Memiiki implikasi
jangka panjang.

Implikasi dampak
yang terjadi dalam
jangka waktu yang
lama/panjang

Sedang (Skor 2)

Rendah (Skor 1)

kumulatif
Implikasi dampak
yang terjadi dalam
jangka waktu
menengah

tidak komulatif
Implikasi dampak
yang terjadi dalam
jangka waktu
pendek

Sumber : Analisis, 2014

Berdasarkan tahapan dan metode pembobotan di atas, dapat diketahui


penilaian isu pembangunan berkelanjutan yang prioritas untuk ditelaah pengaruhnya
dalam KLHS RDTR Kawasan I sebagai berikut.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 9

LAPORAN AKHIR

Tabel III.4

Penilaian Isu Pembangunan Berkelanjutan

Kriteria Penilaian Prioritas Isu PB

No

4
5
6
7
8

Isu Pembangunan Berkelanjutan

Memiliki
keterkaitan
antar sektor,
wilayah, dan
antar generasi
(A)

Bersifat sulit
dipulihkan, risiko/
dampak mencakup
jumlah dan luasan yang
besar dan bersifat
kumulatif (B)

Masih tingginya jumlah


masyarakat yang berpenghasilan
3
2
rendah/pra-sejahtera
Masih adanya lingkungan
permukiman yang tidak layak
2
2
huni atau kawasan kumuh
perkotaan
Belum optimalnya penyediaan
2
2
sarana prasarana pengelolaan
sampah
Permasalahan drainase perkotaan
3
2
Permasalahan pencemaran
3
2
lingkungan
Kurangnya Ruang Terbuka Hijau
1
1
(RTH)
Permasalahan transportasi kota
2
1
Potensi cagar budaya
2
1
Total Per Kriteria
18
13
Sumber : Analisis, 2014
Keterangan :
Interval Penilaian Rangking Prioritas Isu PB : Rangking I = > 2,3

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Nilai Bobot Kriteria


Total
Nilai
(Bobot x
Isu)

Rangking
Prioritas Isu
Pembangunan
Berkelanjutan

0,9

2,6

0,8

0,6

2,0

II

0,6

0,8

0,9

2,3

II

0,9

0,8

0,6

2,3

II

0,9

0,8

0,9

2,6

0,3

0,4

0,9

1,6

III

3
2
21

0,6
0,6
5,4

0,4
0,4
6,4

0,9
0,6
6,3

1,9
1,6
16,9

II
III

Memiiki
implikasi
jangka
panjang
(C)

A
(30%)

B
(40%)

C
(30%)

0,9

0,8

0,6

Rangking II = 1,7 2,3

Rangking III = < 1,7

III - 10

LAPORAN AKHIR

3.2.3. Penilaian Prioritas Kebijakan, Rencana, dan/atau Program


Penilaian prioritas kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP) dilakukan baik
untuk kebijakan, rencana, dan/atau program yang akan disusun maupun kebijakan,
rencana, dan/atau program yang telah disusun dan akan dievaluasi. Untuk
identifikasi KRP dalam KLHS RDTR Kawasan I dilakukan pada KRP yang akan
dilakukan. Adapun tujuan identifikasi KRP pada saat KRP tersebut telah disusun,
namun dalam proses penetapan adalah mengetahui dan menentukan muatan dan
substansi rancangan KRP yang perlu ditelaah pengaruhnya terhadap lingkungan
hidup dan diberi muatan pertimbangan aspek pembangunan berkelanjutan.
Tahapan yang dilakukan dalam penetapan KRP yang perlu ditelaah
pengaruhnya dapat dilakukan dengan metode penilaian frekuensi dampak yang
diberikan KRP dalam kaitannya dengan prioritas isu pembangunan berkelanjutan
yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Penilaian frekuensi dampak dilakukan
dengan teknik uji silang antara KRP dan isu pembangunan berkelanjutan yang
dihasilkan pada tahap sebelumnya.
Total frekuensi nilai dampak KRP yang menunjukkan nilai negatif merupakan
KRP yang prioritas untuk ditelaah pengaruhnya, mengingat dampak negatif yang
diberikan terhadap lingkungan lebih banyak dibandingkan dengan dampak
positifnya. Secara rinci penetapan prioritas KRP dapat dilihat pada tabel berikut :

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 11

LAPORAN AKHIR

Tabel III.5

Penilaian Prioritas KRP

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Total Frekuensi Dampak

+
+
+

Frekuensi Dampak Negatif (-)

Frekuensi Dampak Positif (+)

Potensi cagar budaya

Permasalahan transportasi kota

B
1
2
3
4
5
2

+
+
+
+
+

+
+
+
+
+

+
+
+
+
+

+
+
+
+
+

+
+
+
+
+

+
+
+
+
+

6
6
7
7
7

0
0
0
0
0

6
6
7
7
7

Kurangnya Ruang Terbuka


Hijau (RTH)

PENATAAN RUANG
Perencanaan
Proses Perda
Pengendalian
Penyusunan & pemerdaan zoning Regulasi
Penyusunan/Optimalisasi BKPRD
Kegiatan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Penertiban pemanfaatan kawasan lindung
Penertiban pemanfaatan kawasan budidaya
CAGAR BUDAYA
Pembangunan prasasti penanda sejarah pada masing masing
kampung/ kelurahan
Pelestarian bangunan cagar budaya (ragawi)
Pelestarian aktivitas sejarah (non ragawi) menjadi aset
warisan budaya yang akan tetap dijalankan didalam
masyarakat

Permasalahan pencemaran
lingkungan

1
A

Permasalahan drainase
perkotaan

Program Utama

Masih adanya lingkungan


permukiman yang tidak layak
huni atau kawasan kumuh
perkotaan
Belum optimalnya penyediaan
sarana prasarana pengelolaan
sampah

No

Masih tingginya jumlah


masyarakat yang
berpenghasilan rendah/prasejahtera

Isu Pembangunan Berkelanjutan

III - 12

LAPORAN AKHIR

3
4
1
2
3
4
5
6
7
5

-2

+
+
+
+
+
+
+

2
3
3
2
2
2
2

0
0
0
0
0
0
0

3
4
4
3
3
2
2

+
+
+
+
+
+

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

+
+

+
+
+
+
+
+
+

Potensi cagar budaya

Permasalahan transportasi kota

Kurangnya Ruang Terbuka


Hijau (RTH)

Permasalahan pencemaran
lingkungan

Permasalahan drainase
perkotaan

Masih adanya lingkungan


permukiman yang tidak layak
huni atau kawasan kumuh
perkotaan
Belum optimalnya penyediaan
sarana prasarana pengelolaan
sampah

Total Frekuensi Dampak

PERINDUSTRIAN
Pengembangan kawasan industri ramah lingkungan
Peningkatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
industri
Peningkatan Pengendalian Polusi (Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah /IPAL)
TRANSPORTASI
Peningkatan Jalan Kolektor Primer
Peningkatan Jalan Lokal Primer
Peningkatan Jalan Lingkungan
Pembangunan dan pengaturan jalur sepada
Pembangunan Jalur BST dan halte/ shelter
Pengadaan dan Pemeliharaan rambu lalu lintas
Pengadaan dan Pemeliharaan penerangan jalan
AIR BERSIH
Peningkatan pelayanan jaringan air bersih

Frekuensi Dampak Negatif (-)

3
1

Program Utama

Masih tingginya jumlah


masyarakat yang
berpenghasilan rendah/prasejahtera

No

Frekuensi Dampak Positif (+)

Isu Pembangunan Berkelanjutan

III - 13

LAPORAN AKHIR

1
2
8
1
2
3

LIMBAH
Pengadaan Jaringan Pembuangan limbah baik untuk industri
maupun untuk rumah tangga (khususnya home industry)
Pembangunan IPAL komunal
SAMPAH
Pengadaan TPS Mobile
Pembangunan TPST Sriwedari dan TPST Sangkrah
Sosialiasi perilaku masyarakat terkait pentingnya membuang
sampah pada tempatnya

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+

5
5
5
5
5
5

0
0
0
0
0
0

5
5
5
5
5
5

Potensi cagar budaya

Permasalahan transportasi kota

Kurangnya Ruang Terbuka


Hijau (RTH)

Permasalahan pencemaran
lingkungan

Permasalahan drainase
perkotaan
+
+
+
+
+
+

Total Frekuensi Dampak

+
+
+
+
+
+

Frekuensi Dampak Negatif (-)

DRAINASE
Perbaikan saluran drainase primer
Perbaikan saluran drainase sekunder
Pembangunan saluran drainase tersier
Pemeliharaan Jaringan Drainase/Saluran
Normalisasi saluran pembuangan
Prokasih (program kalibersih)

Frekuensi Dampak Positif (+)

6
1
2
3
4
5
6
7

Program Utama

Masih adanya lingkungan


permukiman yang tidak layak
huni atau kawasan kumuh
perkotaan
Belum optimalnya penyediaan
sarana prasarana pengelolaan
sampah

No

Masih tingginya jumlah


masyarakat yang
berpenghasilan rendah/prasejahtera

Isu Pembangunan Berkelanjutan

+
+

+
+

+
+

+
+

+
+

5
5

0
0

5
5

III - 14

LAPORAN AKHIR

Peningkatan kualitas dan pemeliharaan pasar

+
+

+
+

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Kurangnya Ruang Terbuka


Hijau (RTH)

Permasalahan pencemaran
lingkungan

Permasalahan drainase
perkotaan

Total Frekuensi Dampak

12
1
2

Frekuensi Dampak Negatif (-)

Frekuensi Dampak Positif (+)

PERIBADATAN
Pengembangan jangkauan pelayanan Fasilitas peribadatan
kepada masyarakat
KESEHATAN
Pengembangan Fasilitas Kesehatan skala pelayanan
kecamatan
Peningkatan kualitas fasilitas kesehatan skala lingkungan
seperti posyandu, bidan, dsb
FASILITAS PERDAGANGAN
Pembangunan Sektor ekonomi Kreatif
Penataan Sektor Kawasan Perdagangan Informal

+
+

Potensi cagar budaya

11

PENDIDIKAN
Pembangunan lembaga pendidikan kursus ketrampilan
Pembangunan Fasilitas SLTA/perguruan tinggi

Permasalahan transportasi kota

9
1
2
10

Program Utama

Masih adanya lingkungan


permukiman yang tidak layak
huni atau kawasan kumuh
perkotaan
Belum optimalnya penyediaan
sarana prasarana pengelolaan
sampah

No

Masih tingginya jumlah


masyarakat yang
berpenghasilan rendah/prasejahtera

Isu Pembangunan Berkelanjutan

+
+

3
3

1
5

2
-2

+
+

3
3

5
5

-2
-2

III - 15

LAPORAN AKHIR

+
+

+
+

Total Frekuensi Dampak

+
+

Frekuensi Dampak Negatif (-)

+
+

Frekuensi Dampak Positif (+)

+
+

Potensi cagar budaya

+
+

Permasalahan transportasi kota

LINGKUNGAN
Penataan Kawasan Kalipepe
Sumber : Analisis, 2014

Kurangnya Ruang Terbuka


Hijau (RTH)

KAWASAN PERMUKIMAN
Perbaikan Lingkungan Permukiman kumuh dan padat
Pemenuhan kebutuhan rumah layak huni untuk masyarakat

Permasalahan pencemaran
lingkungan

12
1
2
13

Permasalahan drainase
perkotaan

Program Utama

Masih adanya lingkungan


permukiman yang tidak layak
huni atau kawasan kumuh
perkotaan
Belum optimalnya penyediaan
sarana prasarana pengelolaan
sampah

No

Masih tingginya jumlah


masyarakat yang
berpenghasilan rendah/prasejahtera

Isu Pembangunan Berkelanjutan

+
+

+
+

8
8

0
0

8
8

Keterangan : Kebijakan, Rencana dan Program yang memberikan nilai frekuensi dampak negatif (-) merupakan KRP terpilih yang akan
dikaji/ditelaah lebih lanjut pada tahap selanjutnya.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 16

LAPORAN AKHIR

Berdasarkan tabel penilaian prioritas KRP di atas, dapat diketahui bahwa KRP
RDTR Kawasan I yang mempunyai potensi dampak atau pengaruh negatif terhadap
kondisi lingkungan hidup sebagai berikut :
1. Pengembangan kawasan industri ramah lingkungan
2. Pembangunan Fasilitas SLTA/perguruan tinggi
3. Pembangunan Sektor ekonomi Kreatif
4. Penataan Sektor Kawasan Perdagangan Informal
Namun demikian terdapat beberapa program yang berdampak positif terhadap
kondisi lingkungan hidup tetapi belum mampu efektif berpengaruh positif karena
skala kegiatan yang kurang misalnya lokasinya kurang dan sebagainya. Kondisi
seperti ini terjadi pada beberapa program sebagai berikut :
1. Penataan Kawasan Kali Pepe.
2. Pembangunan TPST di Kawasan Sriwedari dan Sangkrah.
3. Pembangunan RTH skala lingkungan.
3.2.4. Telaah Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup
Telaah pengaruh KRP dilakukan untuk mengetahui kemungkinan dan potensi
pengaruh KRP terhadap isu strategis lingkungan hidup dalam pembangunan
berkelanjutan yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Hasil dari telaah
pengaruh KRP dapat dijadikan acuan dalam identifikasi alternatif untuk memperbaiki
muatan dan substansi KRP agar tujuan dan sasaran KRP dapat berkelanjutan,
termasuk mencegah/mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Secara
garis besar telaah pengaruh KRP dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu :
telaah pengaruh terhadap isu pembangunan berkelanjutan, telaah pengaruh KRP,
telaah dampak pengaruh isu pembangunan berkelanjutan dan KRP.
Telaah juga dikaji dengan menggunakan salah satu atau kombinasi substansi
berdasarkan Pasal 16 UU PPLH, yaitu :
1) Kapasitas daya dukung & daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan,
2) Kinerja layanan/jasa ekosistem,
3) Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam (SDA),
4) Tingkat kerentanan & kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim,
5) Tingkat ketahanan & potensi keanekaragaman hayati, dan
6) Perkiraan mengenai dampak & risiko lingkungan hidup.
Telaah pengaruh komponen KRP RDTR perkotaan Kawasan I dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 17

LAPORAN AKHIR

Tabel III.6

No
A
1

Telaah Pengaruh KRP pada Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan

Komponen Kebijakan, Rencana


Telaah Pengaruh KRP pada Lingkungan Hidup dan
dan/atau Program (KRP) RDTR
Pembangunan Berkelanjutan
Kawasan I
Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) RDTR Kawasan I dengan Nilai Frekuensi Dampak Negatif (-)
Pengembangan kawasan industri
Rencana pengembangan kawasan industri ramah lingkungan, memberikan pengaruh dan dapat
ramah lingkungan
berakibat pada :
Keterbatasan ketersediaan lahan mendukung penyediaan sarana industry dimaksud.
Berkurangnya daya tampung lahan untuk mewadahi sarana industry mengingat kegiatan ini
diikuti dengan pergerakan kegiatan tenaga kerja, bahan baku dan produk industry.
Potensi meningkatnya pencemaran lingkungan (limbah cair dan padat) akibat kegiatan industry di
perkotaan.
Permasalahan kemacetan lalu-lintas pada titik-titik kegiatan sosial ekonomi seperti kawasan
industri.
Ancaman berkurangnya luasan lahan terbuka hijau yang dikembangkan untuk penyediaan sarana
industri.
Dalam jangka panjang seharusnya kegiatan industry yang ada saat ini (contoh industry batik) perlu
dikaji untuk direlokasi ke arah pinggiran atau luar kota. Kegiatan industry yang ada saat ini dapat
dialihfungsikan sebagai kawasan perdagangan dan jasa atau wisata belanja (contoh dapat
digunakan sebagai butik/outlet untuk penjualan produk-produk batik.
Pembangunan Fasilitas SLTA/
Rencana pengembangan fasilitas SLTA/perguruan tinggi, memberikan pengaruh dan dapat berakibat
perguruan tinggi
pada :
Keterbatasan ketersediaan lahan mendukung penyediaan sarana pendidikan dimaksud.
Berkurangnya daya tampung lahan untuk mewadahi sarana pendidikan ini mengingat kegiatan ini
diikuti dengan pergerakan kegiatan siswa/pelajar, tumbuhnya permukiman untuk pelajar
khususnya di sekitar kampus pendidikan tinggi, serta sarana pendukung lainnya seperti pusat
fotocopy dan sebagainya.
Potensi meningkatnya pencemaran lingkungan (limbah cair dan padat) akibat kegiatan pendidikan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 18

LAPORAN AKHIR

No

Komponen Kebijakan, Rencana


dan/atau Program (KRP) RDTR
Kawasan I

Pembangunan Sektor Ekonomi


Kreatif

Penataan Sektor Kawasan


Perdagangan Informal

Telaah Pengaruh KRP pada Lingkungan Hidup dan


Pembangunan Berkelanjutan
menengah dan tinggi di perkotaan.
Permasalahan kemacetan lalu-lintas pada titik-titik kegiatan terkait kawasan pendidikan
menengah/tinggi.
Ancaman berkurangnya luasan lahan terbuka hijau yang dikembangkan untuk penyediaan sarana
pendidikan.
Rencana pengembangan sector ekonomi kreatif, memberikan pengaruh dan dapat berakibat pada :
Meskipun relatif berdampak kecil terhadap lingkungan, karena kegiatan ekonomi kreatif yang
berbasis budaya, seni, dan kreatifitas, cenderung tidak diusahakan dalam skala besar dan
memanfaatkan sumberdaya alam intensif; namun demikian kegiatan ekonomi ini tetap perlu
mendapat perhatian dalam pengelolaannya.
Kegiatan ekonomi kreatif potensi meningkatnya pencemaran lingkungan (limbah cair dan padat)
akibat kegiatan yang tidak dikelola dan didukung sarana yang memadai (misalnya fasilitas
pembuangan sampah).
Permasalahan kemacetan lalu-lintas pada titik-titik tertentu terkait kegiatan ekonomi kreatif.
Rencana pengembangan sector perdagangan informal, memberikan pengaruh dan dapat berakibat pada:
Meskipun relatif berdampak kecil terhadap lingkungan, karena kegiatan penataan berupaya
memperbaiki pedanagang kaki lima yang tidak tettata sebelumnya; namun demikian kegiatan
ekonomi ini tetap perlu mendapat perhatian dalam pengelolaannya.
Kegiatan penataan sector perdagangan informal potensi meningkatnya pencemaran lingkungan
(limbah cair dan padat) akibat kegiatan yang tidak dikelola dan didukung sarana yang memadai
(misalnya fasilitas pembuangan sampah).
Permasalahan kemacetan lalu-lintas pada titik-titik tertentu terkait kegiatan perdagangan informal.
Perlu pengkajian secara mendalam berkaitan dengan keberadaan Pasar Hewan di kawasan
Notoharjo Kel. Semanggi. Mengingat potensi dampaknya terhadap lingkungan perkotaan padat di
sekitarnya.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 19

LAPORAN AKHIR

No
B
1

Komponen Kebijakan, Rencana


Telaah Pengaruh KRP pada Lingkungan Hidup dan
dan/atau Program (KRP) RDTR
Pembangunan Berkelanjutan
Kawasan I
Program yang berdampak positif terhadap kondisi lingkungan hidup tetapi belum mampu efektif berpengaruh positif
Penataan Kawasan Kali Pepe
Dalam RDTR Kawasan I dirumuskan program penataan kawasan Kali Pepe, tidak termasuk bantaran
sungai lainnya (Kali Jenes dan Kali Pelemwulung). Program ini sangat baik dalam meningkatkan
kualitas lingkungan hidup di kawasan sekitar sungai, karena pada kawasan ini merupakan konsentrasi
kawasan kumuh dan daerah rawan banjir.
Untuk itu program ini perlu diperluas pada lokasi-lokasi lainnya yaitu pada kawasan Kali Jenes dan
Kali Pelemwulung.
Pembangunan TPST di Kawasan
Sriwedari dan Sangkrah

Pembangunan TPST merupakan salah satu upaya pengurangan produksi sampah yang akan diangkut
menuju TPA Putri Cempo melalui pengolahan di tingkat komunal (setempat). Sehingga program ini
tentunya dapat dilaksanakan pada seluruh kelurahan di Kawasan I, tidak terbatas di Sriwedari dan
Sangkrah. Untuk itu perlu upaya ekstentifikasi wilayah dan prioritas pada beberapa konsentrasi
kawasan kumuh yang biasanya upaya pengelolaan sampah masih kurang yang ditunjukkan dengan
masih banyaknya sampah yang dibuang di badan sungai. Kawasan prioritas pembangunan TPST
antara lain adalah :
1. Sudiroprajan.
2. Gandekan.
3. Sewu.
4. Joyotakan.
5. Danukusuman.
6. Joyosuran.
7. Semanggi.
8. Pasar Kliwon.
9. Kedunglumbu.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 20

LAPORAN AKHIR

No
3

Komponen Kebijakan, Rencana


dan/atau Program (KRP) RDTR
Kawasan I
Pembangunan RTH skala
lingkungan.

Telaah Pengaruh KRP pada Lingkungan Hidup dan


Pembangunan Berkelanjutan
Dalam RDTR Kawasan I dirumuskan program pembangunan RTH skala lingkungan. Idealnya, dengan
luasan RTH yang masih kurang, perlu pembangunan RTH skala yang lebih besar, misalnya skala
kawasan. Pembangunan RTH skala kawasan yang baru dapat melengkapi RTH kawasan yang sudah
ada seperti alun-alun utara, alun-alun selatan dan Stadion Sriwedari. Untuk itu lokasi-lokasi potensial
dapat dikembangkan sebagai RTH skala kawasan seperti pemanfaatan lahan sempadan/bantaran
sungai dan area lahan kosong yang masih ada untuk pengembangan Hutan Kota. Pengembangan RTH
ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan potensi RTH yang berdekatan misalnya
sempadan/bantaran sungai, lahan kosong, makam, jalur jalan dan lapangan olah raga.

Sumber : Analisis, 2014

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 21

LAPORAN AKHIR

Selain kajian telaah pengaruh yang sudah diuraikan diatas, kajian KLHS
Kawasan I juga melakukan telaah terhadap salah satu substansi KLHS yang terdapat
pada Pasal 16 UU PPLH secara lebih detail. Kajian pengaruh secara detail yang terkait
dengan KLHS RDTR Kawasan I yaitu pada kajian kapasitas daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup untuk pembangunan. Secara lebih detail identifikasi daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan dalam kegiatan
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kawasan I dilakukan
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang
Wilayah.
Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui
kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan
manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya
kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber
daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup
dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang
yang sesuai. Daya dukung lingkungan hidup terbatas pada kapasitas penyediaan
sumber daya alam, terutama berkaitan dengan kemampuan lahan serta ketersediaan
dan kebutuhan akan lahan dalam suatu ruang/wilayah.
Dalam identifikasi kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup, dilakukan beberapa tahapan analisis yang dilakukan untuk mengetahui alokasi
pemanfaatan ruang yang dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:
a. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.
b. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.
c. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
Secara rinci kajian dan analisis daya dukung lingkungan dalam penataan ruang
ini dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Kemampuan / Daya Dukung Lahan untuk Alokasi Pemanfaatan Ruang
Komponen dalam analisis penetapan kemampuan lahan untuk alokasi
pemanfaatan ruang dibedakan dalam dua bagian, yaitu Kemampuan Lahan dan
Evaluasi Kesesuaian Lahan. Berikut penjelalasan kajian analisis yang dilakukan.
1. Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan merupakan karakteristik lahan yang mencakup sifat tanah (fisik
dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain. Berdasarkan
karakteristik lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi kemampuan lahan ke
dalam tingkat kelas, sub kelas, dan unit pengelolaan. Dalam analisis ini, mengingat
kondisi lahan sudah merupakan kawasan perkotaan dengan dominasi kawasan
terbangun. Maka analisis hanya dilakukan hingga Kemampuan Lahan dalam
Tingkat Kelas.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 22

LAPORAN AKHIR

Lahan diklasifikasikan ke dalam 8 (delapan) kelas, yang ditandai dengan huruf


romawi I sampai dengan VIII. Dua kelas pertama (kelas I dan kelas II) merupakan
lahan yang cocok untuk penggunaan pertanian dan 2 (dua) kelas terakhir (kelas VII
dan kelas VIII) merupakan lahan yang harus dilindungi atau untuk fungsi
konservasi. Kelas III sampai dengan kelas VI dapat dipertimbangkan untuk
berbagai pemanfaatan lainnya. Meskipun demikian, lahan kelas III dan kelas IV
masih dapat digunakan untuk pertanian. Keterangan lebih rinci mengenai
klasifikasi kelas lahan dan penggunaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel III.7
Kelas
I

1)
2)
3)

II

1)

2)

Klasifikasi Kemampuan Lahan Dalam Tingkat Kelas

Kriteria
Tidak mempunyai atau hanya sedikit hambatan yang
membatasi penggunaannya.
Sesuai untuk berbagai penggunaan, terutama
pertanian.
Karakteristik lahannya antara lain: topografi hampir
datar - datar, ancaman erosi kecil, kedalaman efektif
dalam, drainase baik, mudah diolah, kapasitas
menahan air baik, subur, tidak terancam banjir.
Mempunyai beberapa hambatan atau ancaman
kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya
atau memerlukan tindakan konservasi yang sedang.
Pengelolaan perlu hati-hati termasuk tindakan
konservasi untuk mencegah kerusakan.

III

1) Mempunyai beberapa hambatan yang berat yang


mengurangi pilihan penggunaan lahan dan
memerlukan tindakan konservasi khusus dan
keduanya.
2) Mempunyai pembatas lebih berat dari kelas II dan
jika dipergunakan untuk tanaman perlu pengelolaan
tanah dan tindakan konservasi lebih sulit diterapkan.
3) Hambatan pada angka I membatasi lama penggunaan
bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan
tanaman atau kombinasi dari pembatas tersebut.

IV

1) Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih besar


dari kelas III, dan pilihan tanaman juga terbatas.
2) Perlu pengelolaan hati-hati untuk tanaman semusim,
tindakan konservasi lebih sulit diterapkan.

Penggunaan
Pertanian:
a. Tanaman pertanian
semusim.
b. Tanaman rumput.
c. Hutan dan cagar alam.

Pertanian:
a. Tanaman semusim.
b. Tanaman rumput.
c. Padang Penggembalaan
d. Hutan Produksi
e. Hutan Lindung
f. Cagar Alam
1. Pertanian:
a. Tanaman semusim.
b. Tanaman yang
memerlukan
pengolahan tanah.
c. Tanaman rumput.
d. Padang rumput.
e. Hutan produksi.
f. Hutan lindung dan
cagar alam.
2. Non-pertanian.
1. Pertanian:
a. Tanaman semusim dan
tanaman pertanian
pada umumnya.
b. Tanaman rumput.
c. Hutan produksi.
d. Padang
penggembalaan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 23

LAPORAN AKHIR

Kelas

VI

VII

VIII

Kriteria

1) Tidak terancam erosi tetapi mempunyai hambatan


lain yang tidak mudah untuk dihilangkan, sehingga
membatasi pilihan penggunaannya.
2) Mempunyai hambatan yang membatasi pilihan
macam penggunaan dan tanaman.
3) Terletak pada topografi datar-hampir datar tetapi
sering terlanda banjir, berbatu atau iklim yang kurang
sesuai.
1) Mempunyai
faktor
penghambat
berat
yang
menyebabkan penggunaan tanah sangat terbatas
karena mempunyai ancaman kerusakan yang tidak
dapat dihilangkan.
2) Umumnya terletak pada lereng curam, sehingga jika
dipergunakan untuk penggembalaan dan hutan
produksi harus dikelola dengan baik untuk
menghindari erosi.
Mempunyai faktor penghambat dan ancaman berat yang
tidak dapat dihilangkan, karena itu pemanfaatannya
harus bersifat konservasi. Jika digunakan untuk padang
rumput atau hutan produksi
harus dilakukan pencegahan erosi yang berat.
1) Sebaiknya dibiarkan secara alami.
2) Pembatas dan ancaman sangat berat dan tidak
mungkin dilakukan tindakan konservasi, sehingga
perlu dilindungi.

Penggunaan
e. Hutan lindung dan
suaka alam.
2. Non-pertanian.
1. Pertanian:
a. Tanaman rumput.
b. Padang
penggembalaan.
c. Hutan produksi.
d. Hutan lindung dan
suaka alam.
2. Non-pertanian
1. Pertanian:
a. Tanaman rumput.
b. Padang
penggembalaan.
c. Hutan produksi.
d. Hutan lindung dan
cagar alam.
2. Non-pertanian
a. Padang rumput.
b. Hutan produksi.

a. Hutan lindung.
b. Rekreasi alam.
c. Cagar alam.

Sumber : Permen Nomor 17 Tahun 2009

Dari hasil analisis overlay pemetaan dengan memperhatikan kondisi tekstur


tanah yang didominasi jenis tanah alluvial dan latosol, tekstur sedang; kondisi
lereng landai; tingkat erosi sedang; dan kondisi banjir kadang-kadang tergenang;
maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Kemampuan Lahan Kelas I. Lahan ini berada pada sebagian besar Kec.
Serengan dan sebagian Kec. Pasar Kliwon bagian barat. Temasuk pula wilayah
Kec. Laweyan. Pada lahan ini tidak mempunyai atau hanya sedikit hambatan
yang membatasi penggunaannya, sehingga sesuai untuk berbagai penggunaan.
Pada awalnya kawasan ini sesuai untuk pertanian. Karakteristik lahannya
antara lain: topografi hampir datar - datar, ancaman erosi kecil, kedalaman
efektif dalam, drainase baik, mudah diolah, kapasitas menahan air baik, subur,
tidak terancam banjir. Namun dengan melihat kondisi lahan ini sudah kawasan
perkotaan yang padat, maka lahan ini juga sesuai untuk budidaya non
pertanian atau kawasan terbangun.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 24

LAPORAN AKHIR

Kemampuan Lahan Kelas II. Lahan dengan kemampuan lahan Kelas II ini
mempunyai hambatan yaitu kadang-kadang tergenang banjir. Lahan ini berada
pada sepanjang alur Sungai Bengawan Solo di Kec. Pasar Kliwon dan Kec.
Jebres. Mempunyai beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang
mengurangi pilihan penggunaannya atau memerlukan tindakan konservasi
yang sedang. Pengelolaan perlu hati-hati termasuk tindakan konservasi untuk
mencegah kerusakan. Sehingga meskipun saat ini digunakan untuk kawasan
terbangun tetapi dalam pengembangan dan pengelolaannya perlu
memperhatikan aspek tersebut. Untuk itu pada kawasan ini perlu dialokasikan
ruang-ruang untuk mitigasi bencana banjir.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Kelas Kemampuan Lahan di perkotaan
Kawasan I di bawah ini.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 25

LAPORAN AKHIR

Gambar 3.1
Kelas Kemampuan Lahan Kawasan I

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 26

LAPORAN AKHIR

2. Kesesuaian Penggunaan Lahan untuk Fungsi Lindung dan Budidaya


Kesesuaian penggunaan lahan untuk fungsi lindung ini mengacu Keppres Nomor
32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kawasan lindung
didefiniskan sebagai kawasan yang fungsi utamanya melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan serta
nilai budaya serta sejarah bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Kesesuaian lahan untuk kawasan lindung dalam konteks perkotaan Kawasan I
adalah dalam bentuk Sempadan sungai. Yaitu merupakan pengaman aliran sungai,
pada jarak tertentu sesuai ketentuan yang berlaku di kanan kiri sungai (sempadan
sungai). Berdasarkan Keppres 32/1990, serta memperhatikan ketentuan peraturan
terkait lainnya (termasuk ketentuan tentang Garis Sempadan yang dikeluarkan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah) kawasan sempadan sungai mempunyai manfaat
penting untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu
dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik sungai serta mengamankan aliran
sungai. Penetapan garis sempadan sungai sekurang-kurangnya dilakukan dengan
ketentuan berikut:
Sungai bertanggul
Sungai bertanggul adalah 3 (tiga) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul;
Sungai tidak
a) Sungai berkedalaman kurang dari 3 meter adalah 10
bertanggul
(sepuluh) meter;
b) Sungai berkedalaman 3 (tiga) sampai 20 (dua puluh)
meter adalah 15 (lima belas) meter;
Saluran bertanggul
a) 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan
dengan debit 4 m3/detik atau lebih;
b) 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan
dengan debit 1 4 m3/detik;
c) 1 (satu) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan
dengan debit kurang 1 m3/detik
Saluran tidak
a) 4 (empat) kali kedalaman saluran lalu ditambah 5
bertanggul
(lima) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan
dengan debit 4 m3/detik;
b) 4 (empat) kali kedalaman saluran ditambah 3 (tiga)
meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
debit 1-4 m3/detik;
c) 4 (empat) kali kedalaman saluran ditambah 2 (dua)
meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
debit kurang dari 1 m3/detik.
Selain sempadan sungai, kawasan I juga terdapat kawasan lindung cagar budaya
berupa kawasan keraton Kasunanan dan kawasan Sriwedari.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 27

LAPORAN AKHIR

Mengacu ketentuan tersebut maka seluruh wilayah pada kawasan I sesuai untuk
kawasan budidaya kecuali pada lokasi-lokasi sebagai kawasan sempadan sungai
dan cagar budaya.
3. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Kesesuaian Penggunaan Lahan
Evaluasi kemampuan lahan dan kesesuaian penggunaan lahan dilakukan untuk
melihat kesesuaian antara rencana pola ruang yang direncanakan serta hasil analisis
kemampuan lahan / kesesuaian lahan yang mendukung suatu kawasan. Beberapa
parameter pemetaan yang digunakan adalah:
a. Peta rencana pola ruang
b. Peta kemampuan lahan
c. Peta kesesuaian lahan untuk fungsi lindung dan budidaya
Dari hasil analisis evaluasi kesesuaian penggunaan lahan dapat diketahui beberapa
rencana pola ruang yang terindikasi dapat menimbulkan dampak resiko terhadap
lingkungan hidup. Berdasarkan hasil analisis maka dihasilkan kondisi evaluasi
kesesuaian lahan perkotaan Kawasan I dalam bentuk 2 (dua) kondisi, yaitu :

a) Sesuai/Cocok
Merupakan kawasan dengan hasil evaluasi kesesuaian dengan kondisi cocok,
dengan beberapa parameter karakteristik, sebagai berikut :
Kondisi rencana pola ruang RDTR sesuai dengan kemampuan lahan dan
kesesuaian penggunaan lahan.
Tidak terdapat faktor penghambat dalam kesesuaian lahannya.
Jika terdapat faktor penghambat dapat diatasi (tidak berpengaruh negatif).
b) Sesuai/Cocok dengan rekomendasi
Merupakan kawasan dengan hasil evaluasi kesesuaian dengan kondisi cocok
dengan rekomendasi, dengan beberapa parameter karakteristik, sebagai berikut :
Kondisi rencana pola ruang RDTR sesuai dengan kemampuan lahan dan
kesesuaian penggunaan lahan.
Terdapat faktor penghambat dalam kesesuaian lahannya, namun bisa
diatasi dengan alternatif penggunaan lahan lainnya.
Dalam kategori ini, sesuai dengan rekomendasi diarahkan pada lahan-lahan di
sempadan sungai yang dapat dioptimalkan untuk fungsi-fungsi pengaman
sungai dan fungsi-fungsi keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan dengan
memperbesar luasan RTH kota.

B. Daya Tampung Penduduk


Daya tampung kawasan merupakan kemampuan lahan untuk dapat menampung
jumlah penduduk tertentu. Oleh karena itu daya tampung kawasan sangat
berkaitan dengan alokasi penggunaan lahan permukiman. Daya tampung kawasan
ditentukan dengan mempertimbangkan kondisi eksisting persebaran kawasan
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 28

LAPORAN AKHIR

permukiman kawasan tersebut dan juga arahan peran kawasan tersebut dalam
rencana struktur kota. Daya tampung penduduk terhadap ruang ruang untuk
mengakomodasi perkembangan penduduk dan berbagai sarana dan prasarana
kegiatan penduduknya, dicerminkan oleh luas lahan potensial yang tersedia
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
Kepadatan penduduk menjadi salah satu penentu kualitas lingkungan karena
tingginya aktivitas sosial-ekonomi penduduk akan menekan lingkungan hidup,
baik lingkungan lahan/tanah, air maupun udara. Semakin padat penduduk maka
tekanan terhadap lingkungan akan semakin besar yang akan menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan. Jumlah penduduk yang besar akan mengalami
kepadatan penduduk yang berlebihan. Kepadatan penduduk atau Density adalah
jumlah rata-rata penduduk yang mendiami suatu wilayah administrative tertentu
biasanya dinyatakan dalam jiwa/Ha. Kepadatan penduduk ini terjadi karena tidak
seimbangnya jumlah penduduk yang mendiami wilayah tertentu dengan wilayah
yang didiami. Jumlah penduduk yang terus menunjukkan peningkatan tidak
dibarengi dengan luas wilayah suatu tempat yang tetap. Sehingga ini
menyebabkan jumlah penduduk yang ada diwilayah tertentu melebihi jumlah
ideal penduduk yang seharusnya tinggal di wilayah tersebut.
Menurut standar dalam pedoman penetapan wilayah perkotaan besar, seperti Kota
Surakarta, termasuk dalam kategori permukiman kepadatan tinggi dengan
kepadatan penduduk 100 - 1000 jiwa/ Ha. Atas dasar tersebut, maka daya
tampung penduduk perkotaan Kawasan I ditetapkan maksimal sebesar 1.063.000
jiwa atau kepadatan maksimal 1.000 jiwa / Ha.
Pengembangan ruang untuk 20 tahun mendatang berdasarkan prediksi jumlah
penduduk sesuai RDTR Kec. Kawasan I yaitu sebesar 205.994 jiwa maka kepadatan
rata-rata akan mencapai 194 jiwa/ha atau masih di bawah daya tampung maksimal
kota.
Tabel III.8
Proyeksi Jumlah Penduduk di Wilayah Perencanaan Sampai Tahun 2035
Tahun
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan
(jiwa/ha)

Eksisting
th. 2013

2015

2020

2025

2030

2035

193.435

194.015

196.943

199.915

202.932

205.994

182

183

185

188

191

194

Sumber: hasil analisis, 2014

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

III - 29

LAPORAN AKHIR

BAB IV
ALTERNATIF TUJUAN PENATAAN, PRINSIP
PENATAAN RUANG, DAN/ATAU PROGRAM

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan KRP untuk mengembangkan


berbagai alternatif perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan berkelanjutan.
Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan KRP
antara lain :
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana,
dan/atau program yang diprakirakan akan menimbulkan dampak lingkungan
hidup atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau
program.
c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan,
rencana, dan/atau program.
d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
Bentuk alternatif penyempurnaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut di
bawah ini:
a. Kebutuhan pembangunan: mengecek kembali kebutuhan pembangunan yang baru
misalnya target pengentasan kemiskinan atau peningkatan pendapatan penduduk.
b. Lokasi: mengusulkan lokasi baru yang dianggap lebih aman, atau mengusulkan
pengurangan luas wilayah kebijakan, rencana dan/atau program.
c. Proses, metode, dan teknologi: mengusulkan alternatif proses dan/atau metode
dan/atau teknologi pembangunan yang lebih baik, seperti peningkatan
pendapatan rakyat melalui pengembangan ekonomi kreatif, bukan pembangunan
ekonomi konvensional yang menguras sumber daya alam, seperti pembuatan
jembatan untuk melintasi kawasan lindung.
d. Jangka waktu dan tahapan pembangunan: mengusulkan perubahan jangka waktu
pembangunan, awal kegiatan pembangunan, urutan, maupun kemungkinan
penundaan satu program pembangunan.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

IV - 1

LAPORAN AKHIR

Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program


dalam kajian KLHS RDTR perkotaan Kawasan I Kota Surakarta dapat dilihat pada
Tabel IV.1.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

IV - 2

LAPORAN AKHIR

Tabel IV. 1. Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program (KRP)

No
A
1

KRP RDTR

Telaah Pengaruh KRP pada lingkungan


hidup dan Pembangunan
Berkelanjutan

Alternatif Penyempurnaan /Perbaikan KRP

Perbaikan Rumusan
Perbaikan Muatan
Kebijakan
Rencana
Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) RDTR Kawasan I Kota Surakarta dengan Nilai Frekuensi Dampak Negatif (-)
Pengembangan
Mengarahkan
Perubahan zona industri
Keterbatasan ketersediaan lahan
kawasan industri
pengembangan
menjadi zona
mendukung penyediaan sarana
ramah lingkungan
kawasan industri di
perdagangan dan jasa.

industri dimaksud.
Kegiatan perdagangan
Berkurangnya daya tampung lahan luar kota (bukan pada
Kawasan I)
dan jasa yang
untuk mewadahi sarana industri
dikembangkan adalah
mengingat kegiatan ini diikuti
dalam rangka untuk
dengan pergerakan kegiatan tenaga
menjual atau
kerja, bahan baku dan produk
mempromosikan
industri.
produk indsutri

Potensi meningkatnya pencemaran


dimaksud,
misalnya
lingkungan (limbah cair dan padat)
untuk bangunan seperti
akibat kegiatan industri di
butik, factory outlet,
perkotaan.
sementara industri
Permasalahan kemacetan lalu-lintas
pengolahannya
pada titik-titik kegiatan sosial
dipindahkan ke lokasi
ekonomi seperti kawasan industri.
lain di luar kawasan
Ancaman berkurangnya luasan
perencanaan.
lahan terbuka hijau yang
Alternatif kedua (jika
dikembangkan untuk penyediaan
alternatif di atas tidak
sarana industri.
ditempuh) maka perlu
Dalam jangka panjang seharusnya
pada zona industri
kegiatan industri yang ada saat ini
perlu dibatasi dengan
(contoh industri batik) perlu dikaji

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Perbaikan Materi
Program
Relokasi kegiatan
industri tertentu.
Penerapan aturan
bidang lingkungan
hidup (penerapan
ketentuan tentang
AMDAL,UKL-UPL, Ijin
Gangguan, dan Ijin
Lingkungan).
Pengaturan / rekayasa
lalu lintas atau
ANDALALIN.

IV - 3

LAPORAN AKHIR

No

KRP RDTR

Telaah Pengaruh KRP pada lingkungan


hidup dan Pembangunan
Berkelanjutan

Alternatif Penyempurnaan /Perbaikan KRP


Perbaikan Rumusan
Kebijakan

untuk direlokasi ke arah pinggiran


atau luar kota. Kegiatan industri
yang ada saat ini dapat
dialihfungsikan sebagai kawasan
perdagangan dan jasa atau wisata
belanja (contoh dapat digunakan
sebagai butik/outlet untuk
penjualan produk-produk batik.

Pembangunan Fasilitas
SLTA/ perguruan
tinggi

Rencana pengembangan fasilitas


SLTA/perguruan tinggi, memberikan
pengaruh dan dapat berakibat pada :
Keterbatasan ketersediaan lahan
mendukung penyediaan sarana
pendidikan dimaksud.
Berkurangnya daya tampung lahan
untuk mewadahi sarana
pendidikan ini mengingat kegiatan
ini diikuti dengan pergerakan
kegiatan siswa/pelajar, tumbuhnya
permukiman untuk pelajar
khususnya di sekitar kampus
pendidikan tinggi, serta sarana
pendukung lainnya seperti pusat
fotocopy dan sebagainya.

Pengaturan kegiatan
kota yang efektif dan
efisien

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Perbaikan Muatan
Rencana
mangkhususkan pada
jenis industri yang
sudah ada, serta
persyaratan pengelolaan
lingkungan yang ketat
diatur dalam peraturan
zonasi seperti
pentingnya produksi
bersih, pengolahan
limbah, dan sebagainya.
Perlunya muatan rencana
mengarahkan secara rinci
lokasi-lokasi
pengembangan kegiatan
pendidikan. Hal
diperlukan agar terjadi
keterpaduan antar
kegiatan kota mengingat
perlunya dukungan
kawasan pendukung
seperti perdagangan dan
jasa, sarana olah raga dan
RTH, peribadatan,
permukiman hingga
prasarana seperti jaringan
transportasi dan sarana

Perbaikan Materi
Program

Penataan kawasan
pendidikan terpadu.
Penyediaan sarana
angkutan umum
massal terpadu dengan
pusat pendidikan.
Keterpaduan
pengembangan sarana
olah raga dan RTH
dengan kawasan
pendidikan.
Penyediaan jalur
pedestrian dan jalur
sepeda pada kawasan
pendidikan. Penetapan
jalur sepeda tidak

IV - 4

LAPORAN AKHIR

No

KRP RDTR

Telaah Pengaruh KRP pada lingkungan


hidup dan Pembangunan
Berkelanjutan

Alternatif Penyempurnaan /Perbaikan KRP


Perbaikan Rumusan
Kebijakan

Potensi meningkatnya pencemaran


lingkungan (limbah cair dan padat)
akibat kegiatan pendidikan
menengah dan tinggi di perkotaan.
Permasalahan kemacetan lalu-lintas
pada titik-titik kegiatan terkait
kawasan pendidikan
menengah/tinggi.
Ancaman berkurangnya luasan
lahan terbuka hijau yang
dikembangkan untuk penyediaan
sarana pendidikan.

Pembangunan Sektor
Ekonomi Kreatif

Rencana pengembangan sector ekonomi


kreatif, memberikan pengaruh dan dapat
berakibat pada :
Meskipun relatif berdampak kecil
terhadap lingkungan, karena
kegiatan ekonomi kreatif yang
berbasis budaya, seni, dan
kreatifitas, cenderung tidak
diusahakan dalam skala besar dan

Memantapkan peran
kawasan I sebagai
pusat pengembangan
ekonomi kreatif Kota
Surakarta.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Perbaikan Muatan
Rencana
angkutan umum.

Sektor ekonomi kreatif


perlu diperluas tidak
hanya bertumpu pada
keberadaan Keraton
Kasunanan sebagimana
diarahkan pada muatan
SBWP yang diprioritaskan
dalam RDTR. Sektor
konomi kreatif dapat

Perbaikan Materi
Program
terbatas pada Jl. Slamet
Riyadi, Jl. Brigadir
Jendral Sudiarto, Jl.
Honggowongso, Jl.
Kapten Mulyadi dan Jl.
Veteran tetapi juga
jalur alternatif lainnya.
Penerapan aturan
bidang lingkungan
hidup (penerapan
ketentuan tentang
AMDAL,UKL-UPL, Ijin
Gangguan, dan Ijin
Lingkungan).
Pengaturan / rekayasa
lalu lintas atau
ANDALALIN.
Pengembangan pusatpusat ekonomi kreatif
seperti :
o Pasar Klitikan
Notoharjo.
o Kawasan
Sriwedari.
o Pusat kuliner.
o Dll.

IV - 5

LAPORAN AKHIR

No

B
1

KRP RDTR

Telaah Pengaruh KRP pada lingkungan


hidup dan Pembangunan
Berkelanjutan

Alternatif Penyempurnaan /Perbaikan KRP


Perbaikan Rumusan
Kebijakan

memanfaatkan sumberdaya alam


intensif; namun demikian kegiatan
ekonomi ini tetap perlu mendapat
perhatian dalam pengelolaannya.
Kegiatan ekonomi kreatif potensi
meningkatnya pencemaran
lingkungan (limbah cair dan padat)
akibat kegiatan yang tidak dikelola
dan didukung sarana yang
memadai (misalnya fasilitas
pembuangan sampah).
Permasalahan kemacetan lalu-lintas
pada titik-titik tertentu terkait
kegiatan ekonomi kreatif.
Efektifitas Program yang Berdampak Positif terhadap Kondisi Lingkungan Hidup
Penataan Kawasan Kali Dalam RDTR Kawasan I dirumuskan
Peningkatan kualitas
Pepe
program penataan kawasan Kali Pepe,
lingkungan kawasan
tidak termasuk bantaran sungai lainnya
sekitar sungai
(Kali Jenes dan Kali Pelemwulung).
Program ini sangat baik dalam
meningkatkan kualitas lingkungan
hidup di kawasan sekitar sungai, karena
pada kawasan ini merupakan
konsentrasi kawasan kumuh dan daerah
rawan banjir.
Untuk itu program ini perlu diperluas

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

Perbaikan Muatan
Rencana
didorong pada kawasan
lainnya dengan
memanfaatkan potensi
lokal kawasan seperti
kuliner, pasar tradisional,

Perbaikan Materi
Program
Meningkatkan peran
komunitas kreatif Kota
Surakarta seperti:
o Pecinta hewan.
o Pecinta seni.
o Pecinta music.
o Pecinta permainan
anak.
o Pecinta kendaraan.
o Pecinta sepeda.
o Dll.

Mengingat penting dan


mendesaknya
penanganan kawasan
sekitar sungai yang
merupakan konsentrasi
kawasan kumuh, maka
kawasan ini perlu
ditetapkan sebagai Sub
BWP yang diprioritaskan
penanganannya.

Program penataan
kawasan sepanjang Kali
Pepe.
Program penataan
kawasan sepanjang Kali
Jenes.
Program penataan
kawasan sepanjang Kali
Pelemwulung.

IV - 6

LAPORAN AKHIR

No

KRP RDTR

Pembangunan TPST di
Kawasan Sriwedari dan
Sangkrah

Telaah Pengaruh KRP pada lingkungan


hidup dan Pembangunan
Berkelanjutan
pada lokasi-lokasi lainnya yaitu pada
kawasan Kali Jenes dan Kali
Pelemwulung.
Pembangunan TPST merupakan salah
satu upaya pengurangan produksi
sampah yang akan diangkut menuju
TPA Putri Cempo melalui pengolahan di
tingkat komunal (setempat). Sehingga
program ini tentunya dapat
dilaksanakan pada seluruh kelurahan di
Kawasan I, tidak terbatas di Sriwedari
dan Sangkrah. Untuk itu perlu upaya
ekstentifikasi wilayah dan prioritas pada
beberapa konsentrasi kawasan kumuh
yang biasanya upaya pengelolaan
sampah masih kurang yang ditunjukkan
dengan masih banyaknya sampah yang
dibuang di badan sungai. Kawasan
prioritas pembangunan TPST antara lain
adalah :
1. Sudiroprajan.
2. Gandekan.
3. Sewu.
4. Joyotakan.
5. Danukusuman.
6. Joyosuran.

Alternatif Penyempurnaan /Perbaikan KRP


Perbaikan Rumusan
Kebijakan

Perbaikan Muatan
Rencana

Perbaikan Materi
Program

Penerapan prinsip
pengelolan sampah
dengan 3R (ReduceReuse-Recycle) dengan
melibatkan peranserta
masyarakat

Perlu penjabaran konsep


penanganan sampah
komunal dipadukan
dengan sistem
pengelolaan sampah skala
kota.

Pembangunan TPST pada


di tingkat kelurahan
dengan prioritas pada
kawasan kumuh di
Kelurahan :
1. Sudiroprajan.
2. Gandekan.
3. Sewu.
4. Joyotakan.
5. Danukusuman.
6. Joyosuran.
7. Semanggi.
8. Pasar Kliwon.
9. Kedunglumbu.
10. Sangkrah.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

IV - 7

LAPORAN AKHIR

No

KRP RDTR

Pembangunan RTH
skala lingkungan.

Telaah Pengaruh KRP pada lingkungan


hidup dan Pembangunan
Berkelanjutan
7. Semanggi.
8. Pasar Kliwon.
9. Kedunglumbu.
Dalam RDTR Kawasan I dirumuskan
program pembangunan RTH skala
lingkungan. Idealnya, dengan luasan
RTH yang masih kurang, perlu
pembangunan RTH skala yang lebih
besar, misalnya skala kawasan.
Pembangunan RTH skala kawasan yang
baru dapat melengkapi RTH kawasan
yang sudah ada seperti alun-alun utara,
alun-alun selatan dan Stadion Sriwedari.
Untuk itu lokasi-lokasi potensial dapat
dikembangkan sebagai RTH skala
kawasan seperti pemanfaatan lahan
sempadan/bantaran sungai dan area
lahan kosong yang masih ada untuk
pengembangan Hutan Kota.
Pengembangan RTH ini dapat dilakukan
dengan mengintegrasikan potensi RTH
yang berdekatan misalnya
sempadan/bantaran sungai, lahan
kosong, makam, jalur jalan dan lapangan
olah raga.

Alternatif Penyempurnaan /Perbaikan KRP


Perbaikan Rumusan
Kebijakan

Peningkatan luasan
RTH kota dalam
rangka mewujudkan
konsep kota hijau
yang berkelanjutan

Perbaikan Muatan
Rencana

Perbaikan Materi
Program

Perlu penjabaran rencana


RTH kota ke dalam
arahan lokasi secara rinci.

Pengembangan RTH
terutama hutan kota
dengan mengintegrasikan
potensi RTH yang
berdekatan misalnya
sempadan/bantaran
sungai, lahan kosong,
makam, jalur jalan dan
lapangan olah raga.

Sumber : Analisis, 2014

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

IV - 8

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

IV - 9

LAPORAN AKHIR

BAB V
REKOMENDASI

Tujuan rekomendasi adalah mengusulkan perbaikan muatan kebijakan, rencana


dan/atau program berdasarkan hasil perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan,
rencana dan/atau program. Rekomendasi perbaikan rancangan kebijakan, rencana,
dan/atau program ini dapat berupa:
a. perbaikan rumusan kebijakan;
b. perbaikan muatan rencana;
c. perbaikan materi program.
Memperhatikan hasil pengkajian pengaruh RDTR Kawasan I Kota
Surakartaterhadap pembangunan berkelanjutan, serta beberapa alternatif perbaikan /
penyempurnaan RDTR Kawasan I Kota Surakarta sebagaimana dijelaskan dalam Bab
III dan Bab IV, maka rekomendasi yang dapat dirumuskan mencakup perbaikan
muatan rencana dan perbaikan materi program dalam RDTR Kawasan I Kota
Surakarta.
Prioritas perbaikan materi rencana dalam hal ini selain memperhatikan hasil
pengkajian pengaruh RDTR Kawasan I Kota Surakarta terhadap pembangunan
berkelanjutan juga memperhatikan kebijakan pembangunan / penataan ruang terkait
atau yang lebih tinggi terutama RTRW Kota Surakarta yang tertuang dalam Peraturan
Daerah (Perda) Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Surakarta 2011-2031. Sehingga rekomendasi perbaikan muatan rencana
dalam RDTR Kawasan I Kota Surakartameliputi :

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

V-1

LAPORAN AKHIR

1. Perluasan Rencana Zona Sempadan Sungai


Kesesuaian penggunaan lahan untuk fungsi lindung ini mengacu Keppres
Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kawasan lindung
didefiniskan sebagai kawasan yang fungsi utamanya melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan serta
nilai budaya serta sejarah bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Kesesuaian lahan untuk kawasan lindung dalam konteks perkotaan ini adalah
dalam bentuk Sempadan sungai. Yaitu merupakan pengaman aliran sungai, pada
jarak tertentu sesuai ketentuan yang berlaku di kanan kiri sungai (sempadan
sungai).
Berdasarkan Keppres 32/1990, serta memperhatikan ketentuan peraturan
terkait lainnya (termasuk ketentuan tentang Garis Sempadan yang dikeluarkan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah) kawasan sempadan sungai mempunyai manfaat
penting untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu
dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik sungai serta mengamankan aliran
sungai. Penetapan garis sempadan sungai sekurang-kurangnya dilakukan dengan
ketentuan berikut:
Sungai bertanggul
Sungai tidak
bertanggul

Saluran bertanggul

Saluran tidak
bertanggul

Sungai bertanggul adalah 3 (tiga) meter di sebelah luar


sepanjang kaki tanggul;
a) Sungai berkedalaman kurang dari 3 meter adalah 10
(sepuluh) meter;
b) Sungai berkedalaman 3 (tiga) sampai 20 (dua puluh)
meter adalah 15 (lima belas) meter;
a) 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan
dengan debit 4 m3/detik atau lebih;
b) 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan
dengan debit 1 4 m3/detik;
c) 1 (satu) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan
dengan debit kurang 1 m3/detik
d) 4 (empat) kali kedalaman saluran lalu ditambah 5
(lima) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan
dengan debit 4 m3/detik;
e) 4 (empat) kali kedalaman saluran ditambah 3 (tiga)
meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
debit 1-4 m3/detik;
f)
4 (empat) kali kedalaman saluran ditambah 2 (dua)
meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
debit kurang dari 1 m3/detik.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

V-2

LAPORAN AKHIR

Mengacu ketentuan miminal lebar sempadan sungai di perkotaan


sebagaimana dalam Keppres 32/1990, serta dengan memperhatikan kondisi fisik
morfologi sungai dan daerah sempadannya dimana lebar sempadan sungai secara
fisik dapat mengikuti pola alur sungai dan kondisi penggunaan lahan sempadan
yang mendukung fungsi sebagai sempadan seperti untuk pengaman sungai,
dataran banjir, vegetasi / RTH pendukung fungsi sungai, sehingga tidak
direkomendasikan digunakan untuk fungsi budidaya lainnya (misalnya untuk
perumahan). Atau dengan kata lain lebar sempadan sungai tidak sama/seragam
dengan menggunakan lebar minimal sebagaimana ketentuan di atas.
Dengan perbaikan rencana zona sempadan sungai tersebut, maka dapat
meningkatkan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik perkotaan di Kawasan I
Kota Surakarta (lihat peta-peta berikut ini).

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

V-3

LAPORAN AKHIR

Keterpaduan RTH
sempadan sungai
dengan RTH
makam

Keterpaduan RTH
sempadan sungai
dengan RTH
lapangan

Rekomendasi garis
sempadan sungai

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

V-4

LAPORAN AKHIR

Keterpaduan RTH
sempadan sungai
dengan RTH
makam dan
lapangan

Rekomendasi garis
sempadan sungai

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

V-5

LAPORAN AKHIR

Rekomendasi garis
sempadan sungai

Keterpaduan RTH
sempadan sungai
dengan RTH
makam dan
lapangan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

V-6

LAPORAN AKHIR

Rekomendasi garis
sempadan sungai

Keterpaduan RTH
sempadan sungai
dengan RTH
makam dan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

V-7

LAPORAN AKHIR

Rekomendasi garis
sempadan sungai

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

V-8

LAPORAN AKHIR

2. Pengurangan Rencana Zona Industri


Direkomendasikan untuk mengurangi/merubah zona industri menjadi zona
perdagangan dan jasa. Kegiatan perdagangan dan jasa yang dikembangkan adalah
dalam rangka untuk menjual atau mempromosikan produk indsutri dimaksud,
misalnya untuk bangunan seperti butik, factory outlet, sementara industri
pengolahannya dipindahkan ke lokasi lain di luar kawasan perencanaan.
Alternatif kedua (jika alternatif di atas tidak ditempuh) maka perlu pada zona
industri perlu dibatasi dengan mangkhususkan pada jenis industri yang sudah ada,
serta persyaratan pengelolaan lingkungan yang ketat diatur dalam peraturan zonasi
seperti pentingnya produksi bersih, pengolahan limbah, dan sebagainya.
3. Perluasan Rencana Jalur Sepeda
Penyediaan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada kawasan pendidikan. Penetapan jalur
sepeda tidak terbatas pada Jl. Slamet Riyadi, Jl. Brigadir Jendral Sudiarto, Jl. Honggowongso,
Jl. Kapten Mulyadi dan Jl. Veteran tetapi juga jalur alternatif lainnya. Jalur sepeda dapat
diarahkan sebagai jalur alternatif antar jalan-jalan utama, sehingga mampu mengurangi
beban lalu-lintas pada jalan utama.

4. Penambahan Materi Rencana Jalur Pedestrian dan Sistem Parkir


Meskipun saat ini telah tersedia jalur pedestrian (pejalan kaki), tetapi dalam jangka panjang
perlu direncanakan secara lebih rinci keberadaan jalur tersebut dengan memperhatikan pola
aktifitas kota, terutama aktifitas ekonomi kreatif dan budaya yang menjadi potensi kota.
Jalur pedestrian juga perlu dipadukan dengan rencana sistem parkir. Dimana aktifitas
parkir tidak dapat bertumpu pada sarana parkir tepi jalan (on street parking) tetapi juga
perlu mendorong penyediaan sarana parkir lain seperti kantong parkir umum yang
menjangkau aktifitas kota.

5. Penambahan Sub BWP Prioritas


Direkomendasikan dilakukan penambahan sub BWP prioritas pada lokasi-lokasi :
1. Kawasan Pasar Klitikan Notoharjo Kel. Semanggi.
2. Kawasan Sriwedari.
3. Kawasan bantaran Kali Pepe.
4. Kawasan bantaran Kali Jenes.

5.2. Perbaikan Materi Program


Dengan memperhatikan perbaikan materi rencana dan memperhatikan hasil
pengkajian pengaruh RDTR Kawasan I Kota Surakarta terhadap pembangunan
berkelanjutan, serta beberapa alternatif perbaikan / penyempurnaan materi rencana
dalam RDTR, maka rekomendasi yang dapat dirumuskan melalui perbaikan materi
program dalam RDTR Kawasan I Kota Surakarta sebagai berikut :
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

V-9

LAPORAN AKHIR

1.
2.
3.
4.
5.

6.

7.

8.

9.

Relokasi kegiatan industri tertentu.


Penataan kawasan pendidikan terpadu.
Penyediaan sarana angkutan umum massal.
Penyediaan jalur pedestrian dan jalur sepeda (pada kawasan pendidikan, perdagangan
dan jasa, pariwisata dan budaya).
Pengembangan pusat-pusat ekonomi kreatif seperti :
a. Pasar Klitikan Notoharjo.
b. Kawasan Sriwedari.
c. Pusat kuliner.
Meningkatkan peran komunitas kreatif Kota Surakarta seperti:
a. Pecinta hewan.
b. Pecinta seni.
c. Pecinta music.
d. Pecinta permainan anak.
e. Pecinta kendaraan.
f. Pecinta sepeda.
Program penataan kawasan sepanjang sungai :
a. Kali Pepe.
b. Kali Jenes.
c. Kali Pelemwulung.
Pembangunan TPST pada di tingkat kelurahan dengan prioritas pada kawasan kumuh
di Kelurahan :
a. Sudiroprajan.
b. Gandekan.
c. Sewu.
d. Joyotakan.
e. Danukusuman.
f. Joyosuran.
g. Semanggi.
h. Pasar Kliwon.
i. Kedunglumbu.
j. Sangkrah.
Pengembangan RTH terutama hutan kota dengan mengintegrasikan potensi RTH yang
berdekatan misalnya sempadan/bantaran sungai, lahan kosong, makam, jalur jalan dan
lapangan olah raga.

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Kota Surakarta Kawasan I Tahun 2014

V - 10

Anda mungkin juga menyukai