BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Asam dan basa telah didefinisikan oleh ahli kimia beabad-abad yang lalu. Ahli kimia
dahulu mendefinisikan asam basa berdasarkan sifat mereka bila ada dalam larutan. Asam
didefinisikan sebagai suatu zat yang larutan airnya berasa asam, memerahkan lakmus biru,
bereaksi dengan logam aktif dan menetralkan basa. Sedangkan basa didefinisikan sebagai
suatu zat yang larutan airnya berasa pahit, membirukan lakmus merah dan menetralkan asam.
Bila kuantitas ekuimolar dari suatu asam kuat seperti Hcl, dan suatu basa kuat seperti
NaOH dicampur dalam suatu larutan air, ion hidronium dari asam dan ion hidroksida dari
basa akan bersenyawa membentuk air. Reaksi ini dikenal sebagai penetralan atau netralisasi.
Persamaan reaksinya sebagai berikut.
H+ + Cl- + Na+ + OH-
Setelah reaksi antara asam klorida dan natrium hidroksida lengkap, tinggallah larutan
dari ion Na+ dan Cl-. Meskipun kedua ion penonton ini tidak terlibat dalam penetralan,
dapatlah dikatakan bahwa larutan NaCl terbentuk sebagai akibat reaksi asam basa (Keenan,
dkk. 1984).
Pemaparan lama dari reaksi penetralan hanya menunjukkan asam dan basa yang
dicampur dan zat-zat yang ada pada saat reaksi itu selesai, tanpa memperhatikan pelarut yang
digunakan, jika ada. Reaksi antara HCl dan NaOH, baik dalam bentuk murni maupun dalam
larutan air, ditafsirkan sebagai
HCl
asam
basa
NaOH
garam
NaCl +
HOH
air
Reaksi penetralan dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau
basa. Caranya dengan menambahkan setetes demi setetes larutan basa kepada larutan asam.
Setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam, dan penetesan dihentikan pada saat
jumlah mol H+ setara dengan mol OH-. Pada saat itu larutan bersifat netral dan disebut titik
ekuivalen. Cara seperti ini disebut titrasi, yaitu analisis dengan mengukur jumlah larutan yang
diperlukan untuk bereaksi tepat sama dengan larutan lain. Analisis ini disebut juga analisis
volumetri, karena yang diukur adalah volume larutan basa yang terpakai dengan volume
tertentu larutan asam (Syukri, S. 1999).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang
berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi.
Larutan asam yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia (erlenmeyer), dengan
mengukur volumnya terlebih dulu dengan memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik
ekuivalen dipakai indikator yang perubahan warnanya di sekitar titik ekuivalen. Saat terjadi
perubahan warna itu disebut titik akhir (Syukri, S. 1999).
Berikut syarat-syarat yang dilakukan agar titrasi yang dilakukan berhasil:
-
Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan standar.
Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.
Titik stoikhiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan
warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen, yang sering digunakan. Titik pada saat indikator
berubah warna disebut titik akhir.
Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui setepat
mungkin.
Titrasi asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan atau basa diantaranya:
OH- (c)
H2O
Untuk menghitung [H+] pada titik tertentu dalam titrasi, kita harus menentukan jumlah H +
yang tetap tinggal pada titik tersebut dibagi dengan volume total larutan.
Definisi satuan baru lebih tepat menggunakan satuan mililiter dan milimol (mmol).
= 10-3 mol
1 mmol =
mol solute
mol solute
1000
mmol solute
Molaritas
=
L larutan
L larutan
mL larutan
1000
Jadi larutan 1,0 M mengandung 1,0 mol solute per liter larutan, atau ekivalen 1,0 mmol solute
per mililiter larutan (Hardjono. 2005)
2. Asam Kuat dan Basa Lemah
Meskipun istilah penetralan lazim digunakan untuk reaksi apa saja antara asam
dengan basa, tak selalu akan dihasilkan larutan yang benar-benar netral. Memang larutan
netral hanya diperoleh bila asam dan basa itu sama kuatnya.
Perhatikan apa yang terjadi bila asam kuat, seperti HCl, dan amonia, NH 3, suatu basa
lemah, dicampur dalam larutan air. Persamaan berikut dapat digunakan untuk memaparkan
reaksi ini:
Pemaparan
lama
HCl
asam
+ NH4OH
basa
Pemaparan
NH4Cl + H2O
garam
H3O+
air
+ Cl- + NH3
NH4+ +
Cl- + H2O
baru
Larutan amonium klorida yang diperoleh bersifat agak asam, bukannya netral, karena ion
NH4+ berfungsi sebagai suatu asam dalam larutan air (Keenan, dkk. 1984).
Pada hakekatnya titrasi basa lemah dengan asam kuat dapat dipahami seperti cara
kerja sebelumnya. Yang perlu diperhatikan adalah tentang komponen utama dalam larutan
dan kemudian memutuskan apakah reaksi terjadi menuju sempurna (Keenan, dkk. 1984).
Berdasarkan definisi titik ekivalen terjadi bila semua NH3 semula diubah menjadi
NH4+. Hingga komponen utama dalam larutan adalah: NH4+, Cl- dan H2O. Pada titik ekivalen
tidak ada reaksi yang berlangsung sempurna. Pada titik ekivalen, larutan hanya mengandung
garam NH4Cl yang menghasilkan ion NH4+.
3. Asam Lemah dan Basa Kuat
Reaksi dalam larutan air dari asam lemah seperti asam asetat, HC 2H3O2, dengan basa
kuat NaOH dapat dinyatakan oleh persamaan berikut:
Pemaparan
HC2H3O2 +
NaOH
NaC2H3O2 + H2O
lama
Pemaparan
Na+ +
C2H3O2- + H2O
baru
Larutan natrium asetat yang dihasilkan agak bersifat basa, karena ion asetat berfungsi sebagai
basa dalam larutan air (Keenan, dkk. 1984).
4. Asam Lemah dan Basa Lemah
Sebagai contoh akhir dari penetralan, perhatikan reaksi dalam larutan air dari asam
asetat yang lemah itu dengan basa lemah amonia. Persamaan berikut ini dapat digunakan
untuk memaparkan penetralan ini
Pemaparan
HC2H3O2 + NH4OH
Pemaparan
HC2H3O2 + NH3
NH4C2H3O2 + H2O
lama
NH4+ + C2H3O2-
baru
Larutan amonium asetat, NH4C2H3O2 , yang dihasilkan, praktis netral. Ini karena kuat asam
ion NH4+ tepat diimbangi oleh basa kuat dari ion C2H3O2-.
Sebagai ringkasan, reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya, akan menghasilkan
larutan netral. Asam dan basa yang bereaksi dapat keduanya kuat maupun keduanya lemah.
Reaksi asam dan basa dengan kekuatan yang berlainan akan menghasilkan larutan yang atau
asam lemah atau basa lemah, bergantung pada kekuatan asam konjugat dan basa konjugat
yang dihasilkan. Jika asam yang dihasilkan itu lebih kuat daripada basa yang dihasilkan,
maka diperoleh larutan asam lemah. Sebaliknya jika basa yang dihasilkan lebih kuat daripada
asam yang dihasilkan, akan diperoleh larutan basa lemah. Terlepas dari kekuatan relatif asam
dan basa yang terlibat, semua reaksi asam-basa smacam itu lazim dirujuk sebagai reaksi
penetralan (Keenan, dkk. 1984).
Secara khas, bobot ekuivalen suatu asam ialah bobot yang menyediakan 1 mol proton,
yakni 6,022 x 1023 proton, kepada suatu basa.
Asam-asam dan basa-basa tertentu dapat mempunyai lebih dari satu bobot ekuivalen,
bergantung pada reaksi yang dijalani. Dalam hal-hal ini, persamaan berimbang untuk reaksi
yang sebenarnya terjadi, harus selalu diperhatikan dalam menghitung bobot ekuivalen.
Misalnya, jika hanya satu dari dua proton asam dari H2SO4 diambil oleh reaksi dengan
NaOH, maka bobot ekuivalen H2SO4 adalah 98,1 g:
H2SO4
1 mol, 98,1 g
1 mol, 40 g
NaOH
NaHSO4
1 mol, 12,01 g
H2O
1 mol, 18,0 g
Berdasarkan reaksi kimia khas yang dipergunakan dalam tiap kasus, reaksi penetralan
didefinisikan sbagai reaksi dalam mana kuantitas asam dan basa yang ekuivalen, bereaksi.
Umumnya, dengan penetralan diartikan bahwa semua proton yang tersedia dari asamnya dan
semua ion hidroksida dari basanya bereaksi untuk membentuk air. Misalnya, jika dirujuk
penetralan H2SO4 oleh NaOH, diandaikan bahwa reaksi itu akan menghasilkan Na 2SO4
kecuali bila diperoleh informasi bahwa dalam suatu kasus istimewa, NaHSO 4 merupakan
hasil reaksi.
Normalitas suatu larutan asam atau basa didefinisikan sebagai jumlah ekuivalen zat
terlarut per liter larutan. Suatu larutan 1 N suatu asam atau basa mengandung satu bobot
ekuivalen per liter larutan; suatu larutan 0,5 N mengandung setengah bobot ekuivalen per
liter; dan sebagainya.
Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama
volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan.
Untuk masing-masing larutan, perkalian volume, V (dalam liter) kali Normalitas, N,
adalah banyaknya ekuivalen dari spesi-spesi yang bereaksi:
VA x NA = ekuivA
VB x NB
= ekuivB
dengan A dan B masing-masing menyatakan asam dan basa pada penetralan, banyaknya
ekuivalen asam (ekuivA) sama dengan banyaknya ekuivalen basa (ekuivB),
ekuivA = ekuivB
dan
VA x NA = VB x NB
Karena faktor volume muncul pada kedua ruas persamaan, maka satuan volume apa saja
dapat digunakan dalam persamaan ini, asal kedua volume itu dinyatakan dengan satuan yang
sama, misalnya, keduanya dalam liter (L) atau keduanya dalam mililiter (mL), yakni:
LA x NA = LB x NB
atau
mLA x NA = mLB x NB
(Keenan, dkk. 1984)
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
- Statif
- Erlenmeyer 250 mL
- Buret
- Pipet volume 10 mL
- Labu ukur 100 mL
- Klem
- Pipet tetes
- Gelas ukur 10 mL
- Corong
- Gelas kimia
3.1.2 Bahan-bahan
- Asam cuka perdagangan
- NaOH 0,1 N
- Asam oksalat dehidrat 0,1 N
- Indikator PP
- Akuades
3.2 Prosedur percobaan
3.2.1 Asidimetri
Dititrasi larutan tersebut dengan larutan asam oksalat hingga warna merah lembayung hilang
Dititrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH 0,033N yang telah distandarisasi hingga
terjadi perubahan warna menjadi merah lembayung
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
4.1.1
Asidimetri
Perlakuan
Pengamatan
Dimasukkan larutan asam oksalat 0,1
Larutan NaOH berwarna bening
N kedalam buret
Setelah
dititrasi,
larutan
NaOH
0,1N
4.1.2
Alkalimetri
Perlakuan
Pengamatan
Diencerkan 10 mL asam asetrat dalam Faktor pengenceran = 10 kali
100 mL akuades
4.2 Reaksi
Reaksi yang terbentuk dari indikator fenolptalein (PP) dan larutan NaOH yaitu
Fenolftalein
Reaksi yang terbentuk dari indikator fenolptalein dengan larutan asam oksalat
Fenolftalein
Reaksi yang terbentuk dari larutan NaOH dengan larutan asam oksalat yaitu
H2C2O4 + 2NaOH
Na2C2O4
2H2O
Reaksi yang terbentuk saat titrasi larutan asam asetat dan larutan NaOH yaitu
CH3COOH + NaOH
4.3 Perhitungan
4.3.1 Perhitungan Normalitas NaOH
CH3COONa + H2O
NH C O
2
VHCO
2
VNaOH
= 0,1 N
= 3,3 mL
= 10 mL
V1 N1 = V2 N2
10 N1 = 3,3. 0,1
10 N1 = 0,33
N1 = 0,033 N
NNaOH = 0,033 N
4.3.2 Perhitungan kadar asam asetat dalam cuka
VNaOH = 17,675 mL
NNaOH = 0,033 N
VCH COOH = 10 mL
3
Mr CH COOH = 60 gr/mol
3
f = 10 kali pengenceran
NNaOH
VNaOH
CH3COOH
valensi CH3COOH
Mr
CH3COOH
VCH COOH
3
0,033 x 17,675
=
x 1 x 60 x 10
10
= 34,9965 gr/100 mL
4.4 Pembahasan
Asidimetri ialah penentuan kadar suatu basa dengan menggunakan asam sebagai
standar primer. Alkalimetri ialah penentuan kadar suatu asam dengan menggunakan basa
sebagai standar primer.
Titrasi adalah kegiatan yang dilakukan pada titran dan titrat dengan meneteskan
sedikit demi sedikit larutan titran pada larutan titrat. Titrat adalah zat yang dititrasi
ditempatkan di erlenmeyer. Larutan titrat ialah larutan yang ingin diketahui konsentrasinya.
Titran adalah zat penitrasi yaitu larutan standar yang diketahui tepat konsentrasinya.
Titik akhir titrasi ialah titik saat larutan berubah warna karena adanya indikator. Titik
ekivalen ialah titik daat jumlah mol ekivalen titran sama dengan molekivalen titrat.
Larutan standar primer adalah larutan yang kadarnya dapat diketahui secara langsung
dari penimbangannya. Contohnya: K2Cr2O7, As2O3, H2C2O4. Larutan standar sekunder adalah
larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan cara pembakuan. Contohnya: NaOH, HCl,
KMnO4.
Hasil percobaan titrasi NaOH dan H2C2O4 secara asidimetri yaitu warna larutan NaOH
menjadi merah lembayungsetelah ditetesi dengan indikator PP. Merah lembayung
menunjukkan bahwa larutan tersebut mengandung basa, tetapi setelah dititrasi dengan asam
oksalat, pada titik ekivalen volumenya 3,3 mL warna NaOH menjadi bening (tak berwarna)
karena titrannya berupa asam. Titrasi ini bereaksi secara sempurna karena perubahan pH pada
titik ekivalen besar. Semakin besar perubahan pH-nya, semakin mudah indikator PP untuk
menempatkan titik ekivalen atau berubah warna.
Pada titrasi asam asetat dan NaOH secara alkalimetri, warna larutan asam asetat tetap
bening setelah ditetesi indikator PP, karena indikator PP tidak akan bereaksi dengan suatu zat
asam. Setelah ditetesi larutan NaOH yang telah distandarisasi, warna larutan berubah menjadi
merah lembayung karena telah terjadi titrasi sempurna sehingga indikator PP memberikan
perubahan warna pada saat volume NaOH yang dibutuhkan mencapai titik ekivalen.
Asam secara umum merupakan senyawa kimia bila dilarutkan dalam air dakan
menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah
suatu zat yang dapat memberi proton (ion H +) kepada zat lain, atau menerima pasangan
elektron bebas dari suatu basa.
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam
air, memiliki pH lebih dari 7. Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan melepaskan
ion OH- dalam larutan.
Indikator adalah suatu zat penunjuk yang dapat membedakan larutan asam, basa, atau
netral berdasarkan trayek pH-nya.
Indikator PP dipergunakan untuk dapat mengetahui sifat dari suatu larutan apakah
asam maupun basa dan untuk mengetahui selesainya titrasi dengan menggunakan trayek pH.
Trayek pH merupakan suatu contoh warna yang akan digunakan untuk mengatur kadar asam
dan basa dalam suatu larutan sehingga dapat menentukan mana yang asam dan mana yang
basa.
Prinsip percobaan ini adalah menentukan kadar atau konsentrasi suatu larutan dengan
menggunakan larutan yang konsentrasinya diketahui dengan cara menitrasi suatu zat yang
konsentrasinya tidak diketahui dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui, sehingga
jumlah mol kedua zat sama antar satu dengan yang lainnya.
Syarat-syarat larutan standar primer adalah:
1. Sangat murni atau mudah dimurnikan
2. Stabil dalam keadaan biasa, setidak-tidaknya selama ditimbang
3.
Penambahan indikator PP yang berlebih. Penambahan indikator yang berlebih pada larutan
yang akan dititrasi mengakibatkan larutan tersebut membutuhkan volume titran yang besar
sampai indikator berubah warna pada titik ekivalen sehingga membutuhkan volume yang
lebih banyak.
Indikator
Rentang pH
Asam pikrat
meningkatnya pH
Tidak berwarna ke kuning
0,1 0,8
Timol biru
Merah ke kuning
1,2 2,8
2,6-Dinitrofenol
2,0 4,0
Metil kuning
Merah ke kuning
2,9 4,0
Bromfenol biru
Kuning ke biru
3,0 4,6
Metil oranye
Merah ke kuning
3,1 4,4
Bromkresol hijau
Kuning ke biru
3,8 5,4
Metal merah
Merah ke kuning
4,2 6,2
Litmus
Merah ke biru
5,0 8,0
Metal ungu
Ungu ke hijau
4,8 5,4
p-Nitrofenol
5,6 7,6
Bromkresol ungu
Kuning ke ungu
5,2 6,8
Bromtimol biru
Kuning ke biru
6,0 7,6
Netral merah
Merah ke kuning
6,8 8,0
Fenol merah
Kuning ke biru
6,8 8,4
Fenolftalein
8,0 9,6
Timolftalein
9,3 10,6
p-a Naftolftalein
Kuning ke biru
7,0 9,0
Alzarin Kuning R
Kuning ke violet
10,1 12,0
1,3,5 Trinitrobenzena
12,0 14,0
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
Kadar asam asetat dalam cuka perdagangan yang diperoleh secara alkalimetri sebesar
34,9965 gr/100mL
5.2 Saran
Bagaimana jika dilakukan titrasi asam kuat-basa kuat seperti HCl dan NaOH agar dapat
dibandingkan dengan hasil percobaan titrasi asam lemah dan basa kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Keenan,dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Petrucci, Ralph. 1986. Kimia Dasar. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Sastrohamidjojo, H.2005. Kimia Dasar 2. Yogyakarta: UGM Press
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB