1306367795
1306368021
Septiana Kurnianingsih
1306367933
1306367920
KELOMPOK
: L3
TANGGAL PRAKTIKUM
: 3 Oktober 2015
JUDUL PRAKTIKUM
: Permeability
ASISTEN
: Azzah Balqis
I.
PENDAHULUAN
A. STANDAR ACUAN & REFERENSI
ASTM D 2434 Standartd Test Method for Permeability of Granular Soils (Constant Head)
AASHTO T 215 Standartd Method of Test for Permeability of Granular Soils (Constant
Head)
Modul Praktikum Mekanika Tanah Dasar - Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia.
B. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN
Mencari nilai permeabilitas k dari suatu sampel tanah
C. ALAT ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Mould Permeability
Gelas ukur
Penggaris
Jangka sorong
Stopwatch
Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
Alat Constant Head Test
Tamper
b. Bahan
1
Gambar 7.1 Peralatan praktikum permeability: a) Alat constant head test; b) penggaris; c)
Mould Permeability; d) Jangka sorong; e) Tamper; f) Gelas ukur
D. DASAR TEORI
Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran
rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga porinya. Pori-pori
2
tanah saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga air dapat mengalir dari
titik yang mempunyai tinggi energi lebih tinggi ke titik yangmempunyai tinggi energi lebih
rendah. Untuk yanah, permeabilitas dilukiskan sebagai sifat tanah yang menyatakan atau
menggambarkan bagaimana air mengalir melalui tanah.
Di dalam tanah, aliran dapat bersifat laminer atau turbulen. Tahanan terhadap aliran
tergantung pada jenis tanah, ukuran butiran tanah, bentuk butiran tanah, rapat massa, serta
bentuk geometri rongga porinya. Selanjutnya temperarur juga sangat mempengaruhi tahanan
alirannya (kekentalan dan tegangan permukaan).
Walaupun secara teoritis, semua jenis tanah lebih atau kurang mempunyai rongga
pori, dalam praktekn ya istilah mudah meloloskan air (permeable) ditujukan untuk tanah
yang memang benar-benar mempunyai sifat meloloskan air. Sebaliknya, tanah disebut kedap
air (impermeable), bila tanah tersebut mempunyai kemampuan meloloskan air yang sangat
kecil.
Debit air yang mengalir q melalui tanah pada suatu cross-section areaA adalah
proporsional terhadap gradien i yaitu :
q
iq=k i A
A
di mana:
Satuan koefisien permeabilitas sama dengan satuan kecepatan, yaitu m/detik. Koefisien k
disebut sebagai koefisien permeabilitas Darcy atau koefisien permeabilitas atau
permeabilitas tanah.
Permeabilitas tergantung oleh beberapa faktor. Yang utama adalah sebagai berikut :
1. Ukuran butiran. Secara proporsional, ukuran pori berhubungan dengan ukuran
partikel tanah
3
2. Properti aliran pori. Untuk air adalah viskositasnya, yang akan berubah akibat
dipengaruhi perubahan temperatur.
3. Void ratio
4. Bentuk dan susunan pori-pori tanah
5. Derajat saturasi. Kenaikan derajat saturasi pada tanah akan menyebabkan kenaikan
nilai permeabilitas.
Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin
rendah 'koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir-kasar yang
mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah daripada tanah
berbutir kasar, koefisien permeabilitas merupakan fungsi dari angka pori. Kalau tanahnya
berlapis-lapis, permeabilitas untuk aliran sejajar lapisan lebih besar daripada permeabilitas
untuk aliran tegak lurus lapisan. Permeabilitas lempung yang bercelah (fissured) lebih besar
daripada lempung yang tidak bercelah (unfissured).
Permeabilitas dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
berhubungan dengan seepage (rembesan) di bawah bendungan, disipasi air akibat
pembebanan tanah, dan drainase dari lapisan subgrade, bendungan, atau timbunan. Selain itu
tegangan efektif yang diperlukan dalam perhitungan masalah-masalah di atas juga secara
tidak langsung berkaitan dengan permeabilitas.
Setidaknya ada empat metode di laboratorium untuk mencari nilai permeabilitas
tanah, yaitu metode Capillarity Head Test, korelasi data konsolidasi untuk menghitung
permeabilitas, Variable Head Test, dan Constant Head Test. Constant Head umumnya lebih
sering digunakan pada tanah cohesionless daripada Variable Head karena instrumen yang
lebih sederhana.
Metode Constant Head Test
Metode ini hanya digunakan pada tanah dengan permeabilitas tinggi. Oleh karena itu,
pada percobaan yang akan dilakukan perlu ditambahkan pasir untuk memodifikasi
permeabilitas tanah lempung yang sangat kecil. Prinsip pada percobaan ini dapat dilihat pada
gambar.
i=
h
L
k=
qL
Aht
dengan:
k = koefisien permeability
A = luas sample tanah
t = selang waktu
L = tinggi sampel tanah
Apabila air yang melalui sampel tanah sedikit seperti pada sampel tanah lempung
murni dimana nilai k sangat kecil, maka metode ini tidak efektif lagi digunakan untuk
mengukur nilai k. Sehingga akan lebih baik menggunakan cara yang kedua, yaitu metode
Variable Head.
Metode Variable Head Test
dh
dt
dengan :
a = luas cross-sectionstandpipe
dh/dt = penurunan muka air
Sedangkan jumlah air yang merembes melalui tanah dalam waktu tertentu pada
permeameter adalah :
q= A k
h
L
lalu dengan menyamakan jumlah air yang masuk = jumlah air yang keluar :
q =qout
dh
h
=A k
dt
L
h1
h1
dh
A k dt
=
h h aL
h
ln
h0 A k t
=
h1 a L
k =2.3
h
aL
log 10 0
At
h1
dengan:
a = luas cross-section standpipe
L = panjang sampel di dalam permeameter
A = luas cross-section permeameter
t = jumlah waktu pada waktu pengukuran
h0, h1 = tinggi head (lihat gambar 7.2)
Koefisien Permeabilitas pada suhu kamar (ToC) adalah KT sedangkan untuk suhu
standar (20oC) perlu dikonversi menjadi:
K 20=K T
T
20
( )
dimana:
T = viskositas cairan pada temperatur TC.
20 = viskositas cairan pada temperatur 20C.
Perbandingan viskositas dapat dilihat pada gambar 7.3 di bawah ini (tabel koreksi
viskositas cairan).
Temperatur
(oC)
Menurut Cassagrande pada tahun 1938, nilai-nilai permeability untuk berbagai jenis
tanah pada suhu standar (20oC) adalah sebagai berikut:
Tabel 7.2 Koefisien permeabilitas menurut Cassagrande
II.
PRAKTIKUM
A. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Persiapan
1. Menyiapkan tanah kering yang lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak 3 kg, dan pasir
sebanyak 3 kg.
2. Menyiapkan mould permeability, kemudian catat data diameter, tinggi, serta berat
mould.
3. Mencampur tanah dengan pasir dengan perbandingan tertentu (tanah:pasir = 1:1 / 1:2 /
2:1) sehingga terdapat 3 sampel campuran tanah dan pasir, kemudian aduk sampai
rata.
4. Memasukkan campuran tanah dan pasir untuk setiap masing-masing perbandingan
tersebut ke dalam mould hingga padat dan perhatikan filter pada bagian atas dan dasar
mould agar harus selalu terpasang.
5. Menutup mould dan letakkan pada alat permeability.
b. Jalannya praktikum
1. Percobaan yang dilakukan adalah Constant Head Test, pertama-tama mengalirkan air
melalui selang, naik ke reservoir di atas kemudian masuk ke mould permeability
hingga seluruh tanah di dalam mould jenuh sempurna.
2. Mengeluarkan udara yang berada pada alat permeability hingga benar-benar tidak ada
lagi udara yang tersisa di dalam. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuka
sedikit baut untuk mengeluarkan gelembung udara.
3. Mengusahakan untuk menstabilkan tinggi air yang berada di reservoir dan jaga agar
tidak terjadi gelombang.
4. Mengukur tinggi muka air dan reservoir ke mould (h).
5. Memperhatikan air yang keluar dari mould hingga tidak terjadi perubahan (konstan).
6. Setelah konstan, menampung air limpahan tersebut ke dalam gelas ukur sambil
mencatat waktu menggunakan stopwatch.
7. Mengukur volume yang tertampung selama waktu yang ditentukan tersebut (V).
8. Mengulangi percobaan tersebut untuk sampel 2 dan 3, kemudian melakukan
perhitungan nilai permeabilitas rata-rata dari ketiga sampel tersebut.
III.
PENGOLAHAN DATA
A. DATA PENGAMATAN
Sampel
Diameter (mm)
Dimensi Mould
L5
L6
75,4
75,8
Rata-rata
75,7
10
Rata-rata diameter
75,4
75,9
75,6
75,7
75,9
75,8
Per-sampel
Tinggi (cm)
105
105
105
= 1 kg
Wpasir
= 0,5 kg
= 23 cm
= 23 x 10 m
Luas (A)
1
d2
4
1
3 2
( 75,6 10 )
4
4,489 103 m2
= 105 cm = 1,05 m
Waktu (detik)
30
30
30
Volume (ml)
18
18
18
18=18+18
3
= 18 mL
= 18 x 10-6 m
Sample 2 (kelompok L6):
Wtanah
= 0,5 kg
Wpasir
= 1 kg
= 22,5 cm
= 22,5x 10 m
11
Luas (A)
1
d2
4
1
3 2
( 75,8 10 )
4
4,513 103 m2
= 105 cm = 1,05 m
Waktu (detik)
30
30
30
36 +34+34
3
Volume (ml)
36
34
34
= 34,67 mL
= 34,67 x 10-6 m
B. PERHITUNGAN
Sampel 1 (Kelompok L5)
Perbandingan 1 kg tanah dengan 0.5 kg pasir (2 : 1)
K 32=
V .L
A. H .t
18 x 106 x 23 x 10
4,489 103 x 1,05 x 30
2,928 x 105 m
s
12
V .L
A .H .t
5,487 x 105 m
13
IV. ANALISA
A. ANALISA PERCOBAAN
Percobaan permeabilitas dilaksanakan oleh shift 3 yaitu kelompok L5 dan L6 pada
hari Sabtu 3 oktober 2015 di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik universitas
Indonesia. Percobaan permeabilitas ini bertujuan untuk mendapatkan nila k dari suatu sampel
tanah. Nilai k adalah koefisien permeabilitas yang menunjukkan ukuran tahanan tanah
terhadap aliran air.
Sebelum memuai praktikum, praktikan melakukan tahap persiapan terlebih dahulu.
Persiapan dilakukan dengan menyiapkan tanah kering yang lolos saringan No. 4 ASTM
sebanyak 3 kg dan pasir sebanyak 3 kg. Tanah dan pasir digunakan sebagai sampel karena
keduanya secara teori memiliki perbedaan koefisien permeabilitas. Dari perbedaan tersebut
dapat dibandingkan apakah percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori atau tidak.
Kemudian melakukan pengukuran terhadap dimensi mould permeability yaitu diameter dan
tinggi untuk mendapatkan volumenya. Tanah dan pasir yang telah disiapkan dicampur dan
dibagi menjadi dua sampel. Sampel yang pertama adalah campuran tanah seberat 1 kg dan
14
pasir 0,5 kg (tanah : pasir = 2 : 1). Sedangkan sampel kedua adalah campuran tanah seberat
0,5 kg dan pasir seberat 1 kg (tanah : pasir = 1 : 2). Tanah tersebut dicampurkan dengan pasir
dan diaduk supaya homogen. Campuran dibuat dalam komposisi yang berbeda agar praktikan
dapat melihat perbedaan nilai koefisien permeabilitas dari masing-masing campuran.
Kemudian campuran tanah dan pasir dimasukkan ke dalam mould permeability dengan
sebelumnya memasukkan filter pada dasar mould agar ketika air mengalir tanah tetap tertahan
dan tidak ikut serta mengalir. Tanah dimasukkan dengan membagi menjadi 3 lapisan dan
ditumbuk setiap lapisan sebanyak 25 kali. Tumbukan tersebut dilakukan dengan alasan untuk
memadatkan tanah agar rongga yang ada pada tanah dapat terisi penuh, atau dengan kata lain
tidak ada rongga pada tanah. Setelah tanah penuh mengisi mould dan dipadatkan kemudian
filter kedua dipasang dibagian atas agar air yang mengalir tersebar secara merata ke
permukaan mould. Kemudian mould ditutup dan dipasang pada alat permeability.
Percobaan dimulai dengan menyiapkan alat Constant Head Test dimana ketinggian air
diatur konstan. Pertama-tama praktikan menghubungkan selang dari reservoir ke keran air
dan mengalirkan air mengisi reservoir. Debit air diatur sedemikian rupa sehingga permukaan
airnya tidak bergelombang karena praktikan akan mengukur secara Constant head. Ketika air
mengisi reservoir dalam keadaan konstan yaitu ketika sudah tidak terjadi penambahan
ketinggian maka praktikan mengukur tinggi airnya. Disaat air telah membasahi seluruh
campuran tanah, udara yang ada di dalam tanah dikeluarkan dengan cara membuka sedikit
baut yang terdapat pada tutup mould maka gelembung udara akan keluar seluruhnya dan
tanah akan menjadi jenuh.
Selanjutnya dilakukan perhitungan volume air yang keluar dari tanah. yaitu dengan
cara membuka keran yang berada di bagian bawah mould. Air akan keluar hingga debitnya
konstan. Setelah debitnya konstan maka dilakukan pengukuran volumenya dengan gelas ukur
selama waktu 30 sekon. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dan kemudian dicatat dan
diukur suhunya.
B. ANALISA HASIL
Hasil dari pengolahan data didapatkan nilai koefisien permeabilitas (k). Sampel 1
dengan perbandingan tanah : pasir = 2 : 1 didapatkan nilai k percobaan pada suhu 32 oC
adalah 2,298 x 10-5 m/s dan nilai k pada suhu 20oC yang didapat setelah dilakukan
perhitungan adalah 2,240 x 10-5 m/s. Sampel 2 dengan perbandingan tanah : pasir = 1 : 2
15
didapatkan nilai k percobaan pada suhu 33oC adalah 4,110 x 10-5 m/s dan nilai k pada suhu
20oC yang didapat setelah dilakukan perhitungan adalah 4,487 x 10-5 m/s.
Sampel
K20
KT
Dari hasil yang diperoleh praktikan dapat mengetahui jenis tanah yang diuji. Nilai
koefisien permeabilitas yang didapat dibandingkan dengan Tabel BS 8004: 1986. Tabel
tersebut menunjukkan berbagai jenis tanah pada suhu standar (20 oC) dengan melihat
koefisien permeabilitasnya. Dalam hal ini nilai k yang dibandingkan adalah nilai k pada
sampel 1.
1
10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
10-6
10-7
10-8
10-9
Kerikil
bersih
Lempung
sangat Lempung
10-10
tak
dan
lempung-lanau
lempung
berlapis-lapis
(>20% lempung)
yang
lanau
mengalami
Berdasarkan tabel tersebut, maka diketahui bahwa tanah yang digunakan dalam
percobaan tergolong pasir sangat halus, lanau dan lempung-lanau berlapis-lapis karena
sampel memiliki nilai permeabilitas sebesar 2,240 x 10-5 m/s.
Sedangkan apabila dilihat pada tabel Cassagandre tentang nilai koefisien
permeabilitas jenis tanah pada suhu standar (20oC) jenis tanah uji merupakan pasir atau
campuran pasir dan kerikil.
Jenis Tanah
Kerikil
Pasir/campuran pasir-kerikil
Pasir halus, lanau organic,
k (m/s)
1 x 10-2 1
1 x 10-5 - 1 x 10-2
1 x 10-9 - 1 x 10-5
16
1 x 10-11 - 1 x 10-9
Selain itu identifikasi jenis tanah dapat dilihat pada penggolongan jenis tanah menurut
Wesley. Nilai koefisien permeabilitas yang didapatkan dari kedua sampel yang ada berkisar
antara 1 x 10-5 sampai 5 x 10-5. Sehingga dapat dikatakan bahwa jenis tanah tersebut adalah
pasir halus, sesuai dengan Tabel penggolongan jenis tanah berdasarkan koefisien
permeabilitas menurut Wesley:
Jenis Tanah
Pasir berlempung, pasir berlanau
Pasir halus
Pasir kelanauan
Lanau
Lempung
k (m/s)
5 x 10 - 1 x 10-4
1 x 10-5 - 5 x 10-5
1 x 10-6 - 2 x 10-5
1 x 10-7 - 5 x 10-6
1 x 10-11 - 1 x 10-8
-5
Dari hasil pengolahan data terdapat perbedaan antara nilai k dari sampel 1 dan nilai k
dari sampel 2. Sampel 1 memiliki nilai k yang yang lebih kecil daripada nilai k sampel 2.
Berdasarkan teori semakin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin
rendah 'koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir-kasar yang
mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah daripada tanah
berbutir kasar saja karena koefisien permeabilitas merupakan fungsi dari angka pori. Secara
teoritis pasir lebih kasar dibandingkan dengan tanah terbukti dalam percobaan sampel yang
mengandung lebih banyak pasir nilai k-nya lebih besar. Hal ini disebabkan karena ukuran
partikel pasir yang digunakan lebih besar dari ukuran tanah yang digunakan. Sehingga
semakin banyak pasir nilai koefisien permeabilitasnya semakin besar karena angka porinya
semakin besar.
C. ANALISA KESALAHAN
Selama percobaan permeabilitas berlangsung, terdapat beberapa kesalahan yang
berpotensi
untuk
mempengaruhi
hasil
perhitungan.
Kesalahan-kesalahan
tersebut
diantaranya:
17
Kesalahan yang dilakukan praktikkan ketika mencampurkan tanah dan pasir, yaitu
dalam proses penimbangan tanah dan pasir yang tidak sesuai takaran perbandingan
maupun dalam proses pengadukan tanah dan pasir yang belum tentu homogen.
Kesalahan yang dilakukan praktikkan dalam melakukan pemadatan didalam mould
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan analisis yang telah dilakukan oleh praktikan, dapat
disimpulkan bahwa:
Nilai koefisien permeabilitas (K) yang diperoleh dari sampel 1 pada suhu 32 oC
adalah sebesar 2,985 x 10-5 m/s dan nilai hasil perhitungan untuk suhu 20oC adalah
Aplikasi dari percobaan permeability ini adalah kegunaan dari nilai koefisien
permeability yang digunakan dalam memilih campuran tanah untuk galian pondasi bangunan.
Berdasarkan hasil percobaan, jenis sampel tanah yang dijadikan sebagai bahan uji percobaan
termasuk kurang baik untuk digunakan sebagai galian pondasi bangunan. Hal ini dikarenakan
18
aliran air dapat dengan cepat mengaliri tanah sehingga berpotensi untuk mengikis struktur
tanah dan mengakibatkan pondasi lebih cepat turun.
VI.
LAMPIRAN
19