I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Memahami proses transesterifikasi dalam pembuatan alkil ester
(Biodiesel).
1.2 Membuat alkil ester dari asam lemak melalui proses transesterifikasi.
1.3 Menentukan viskositas biodiesel.
2.2 Distilasi
Suatu teknik pemisahan atau pemurnian suatu campuran berdasarkan
perbdaaan titik didih.
• Hukum Dalton
Tekanan total dari suatu larutan adalah jumlah tekanan parsial
masing- masing komponen penyusunnya.
P tot = Pa + Pb + …+ Pn
dimana:
P total = tekanan uap total / mmHg
Pa,Pb,Pn = tekanan uap parsial komponen penyusunnya
• Hukum Roult
Tekanan uap suatu larutan sebanding dengan tekanan uap pelarut
murni dikalikan dengan fraksi molnya.
Pa = P°a . Xa
dimana :
Pa = tekanan uap larutan a / mmHg
Xa = fraksi mol a
1
• Aturan Fase Gibbs
Hubungan derajat kebebasan suatu sistem dengan komponendan fase.
F=C–P+2
Keterangan :
F= derajat kebebasan
C= jumlah komponen suatu sistem
P =fase pembentuk sistem
• Titik Didih
Suatu keadaan dimana terjadi kesetimbangan antara fase cair dan fase
gas. Pada keadaan ini senyawa mulai berubah dari fase cair ke gas.
2.3 Ekstraksi
• Hukum Distribusi Nernst
Jika ke dalam dua pelarut yang tidak bercampur ditambahkan suatu
zat ketiga, maka zat tersebut akan terdistribusi sedemikian rupa pada
masing-masing pelarut dengan perbandingan konsentrasi pada suhu
tertentu adalah tetap.
dimana :
Kd = koefisien distribusi
Corg = konsentrasi suatu zat dalam pelarut organik
Cair = konsentrasi suatu zat dalam pelarut air
2
III. REAKSI
3
IV. TEORI DASAR
Di alam ini terdapat berbagai jenis bahan bakar yang dapat dimanfaatkan
dalam kehidupan manusia. Secara umum, bahan bakar dapat dibedakan atas
beberapa kelompok, yaitu :
Ada berbagai jenis bahan bakar. Bahan bakar padat termasuk batu bara
dan kayu. Seluruh jenis tersebut dapat terbakar, dan menciptakan api dan panas.
Batu bara dibakar dengan kereta uap untuk memanaskan air sehingga menjadi uap
untuk menggerakkan peralatan dan menyediakan energi. Kayu umumnya
digunakan untuk pemanasan domestik dan industri.
Bahan bakar yang non-solid (padat) termasuk minyak dan gas (keduanya
mempunyai subjenis yang beragam diantaranya adalah bahan bakar alam dan
bensin).
Dalam suatu reaksi nuklir, bahan bakar yang radioaktif akan melalui
pemecahan nuklir. Hasil dari proses ini adalah sumber energi tanpa proses
pembakaran.
1. Minyak
Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak
larut/bercampur dalam air. Dalam arti sempit, kata 'minyak' biasanya mengacu ke
4
minyak bumi (petroleum) atau bahkan produk olahannya: minyak tanah
(kerosene). Namun demikian, kata ini sebenarnya berlaku luas, baik untuk minyak
sebagai bagian dari diet makanan (misalnya minyak goreng), sebagai bahan bakar
(misalnya minyak tanah), sebagai pelumas (misalnya minyak rem), sebagai
medium pemindahan energi, maupun sebagai wangi-wangian (misalnya minyak
nilam).
Jenis-jenis minyak
Minyak bumi
5
bumi tidak dihasilkan dan didapat secara langsung dari hewan atau tumbuhan,
melainkan dari fosil.
Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang
kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll.
Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon. Empat
alkana teringan— CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan C4H10 (butana)
— semuanya adalah gas yang mendidih pada -161.6°C, -88.6°C, -42°C, dan
-0.5°C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F). Rantai dalam
wilayah C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan
tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk
cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur bersama dan
digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah C10 sampai
C15, diikuti oleh minyak diesel (C10 hingga C20) dan bahan bakar minyak yang
digunakan dalam mesin kapal. Senyawaan dari minyak bumi ini semuanya dalam
bentuk cair dalam suhu ruangan. Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat
(termasuk Vaseline®) berada di antara C16 sampai ke C20. Rantai di atas C20
berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan bitumen aspal.
Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius:
6
2. Petrol
3. Pertamax
• Bebas timbal
• RON atau Research Octane Number tinggi 92 untuk Pertamax dan 96
untuk Pertamax Plus
• Mesin lebih awet karena pembakaran lebih sempurna
• Harga per liter relatif mahal karena diproduksi untuk kendaraan high-end
• Kualitas terkadang tidak sesuai dengan yang dijanjikan (terkontaminasi)
4. Gas
7
atom-atom gas dan molekul sering memantul antara satu sama lain, apalagi jika
energi kinetis ini semakin bertambah.
5. Diesel
Diesel, di Indonesia lebih dikenal dengan nama solar, adalah suatu produk
akhir yang digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin diesel yang diciptakan
oleh Rudolf Diesel, dan disempurnakan oleh Charles F. Kettering.
Bahan bakar fosil, juga dikenal sebagai bahan bakar mineral, adalah
sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum,
dan gas alam. Penggunaan bahan bakar fosil ini telah menggerakan
pengembangan industri dan menggantikan kincir anging tenaga air, dan juga
pembakaran kayu atau peat untuk panas.
Pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia merupakan sumber utama dari
karbon dioksida yang merupakan salah satu gas rumah hijau yang dipercayai
menyebabkan pemanasan global. Sejumlah kecil bahan bakar hidrokarbon adalah
bahan bakar bio yang diperoleh dari karbon dioksida di atmosfer dan oleh karena
itu tidak menambah karbon dioksida di udara (Anonymous1, 2009).
7. Biodiesel
8
Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel
memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi,
dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas (Mahar et al.,
2006).
Bahan bakar yang berbentuk cair ini bersifat menyerupai solar, sehingga
sangat prospektif untuk dikembangkan. Apalagi biodiesel memiliki kelebihan lain
dibandingkan dengan solar, yakni (Hambali et al., 2007):
9
• Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih
baik (free sulphur, smoke number rendah) sesuai dengan isu-isu global,
• Cetane number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik
dibandingkan dengan minyak kasar,
• Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai
(biodegredable),
• Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat
diperbarui, dan
• Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi
secara lokal.
Bahan bakar diesel, selain berasal dari petrokimia juga dapat disintesis
dari ester asam lemak yang berasal dari minyak nabati. Bahan bakar dari minyak
nabati (biodiesel) dikenal sebagai produk yang ramah lingkungan, tidak
mencemari udara, mudah terbiodegradasi, dan berasal dari bahan baku yang
dapat diperbaharui. Pada umumnya biodiesel disintesis dari ester asam lemak
dengan rantai karbon antara C6-C22. Minyak sawit merupakan salah satu jenis
minyak nabati yang mengandung asam lemak dengan rantai karbon C14-C20,
sehingga mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel.
Di PPKS, biodiesel dibuat melalui proses transesterifikasi dua tahap, dilanjutkan
dengan pencucian, pengeringan dan terakhir filtrasi, tetapi jika bahan baku dari
CPO maka sebelumnya perlu dilakukan esterifikasi (Harpini, 2006).
10
Gambar 4.1 Reaksi Pembuatan Biodiesel (Adi, 2009)
11
Produk biodiesel harus dimurnikan dari produk samping, gliserin, sabun
sisa methanol dan soda. Sisa soda yang ada pada biodiesel dapat henghidrolisa
dan memecah biodiesel menjadi FFA yang kemudian terlarut dalam biodiesel itu
sendiri. Kandungan FFA dalam biodiesel tidak bagus karena dapat menyumbat
filter atau saringan dengan endapan dan menjadi korosi pada logam mesin diesel
(Anonymous2, 2009).
5. 1 Alat
5.2 Bahan
1. Air suling
2. Asam Asetat
3. Metanol
4. Minyak Sawit
5. Natrium Hidroksida
12
5.3 Gambar Alat
5.1 Gambar Rangkaian Alat Refluks 5.2 Gambar Rangkaian Alat Ekstraksi
13
Minyak goreng • aduk Terbentuk biodiesel,
• ambil sebanyak 250 mL campuran berwarna
14
7.2 Reaksi Transesterifikasi
Sebanyak 250 mL minyak goreng dipanaskan sampai suhu kurang lebih
55˚ C pada reaktor leher tiga yang dilengkapi dengan kondensor dan corong tetes.
Larutan sodium metoksida dimasukkan melalui corong tetes sampai habis.
Campuran tersebut dipanaskan sampai suhu mencapai 60˚ C selama 60 menit,
sambil diaduk dengan magnetic stirrer. Selanjutnya campuran dikeluarkan dari
reaktor dan didinginkan.
VII. PERHITUNGAN
8.1 Penentuan Katalis
Menentukan Jumlah Katalis
Metanol : Minyak goreng
4 : 1
Volume minyak goreng : 250 mL
Massa minyak goring : 225,70 gram
15
Mol metanol = 4 × 0,75 mol = 3 mol
= 29, 84 %
16
a. Hitung Biaya Investasi
Modal tetap
• Timbangan : Rp 800.000,-
• Reaktor (drum bekas 100 L) : Rp 200.000,-
• Motor pengaduk : Rp 500.000,-
• Sistem pemanas & kontrol : Rp 700.000,-
• Wadah-wadah : Rp 275.000,-
• Perlengkapan lainnya : Rp 250.000,- +
Total Rp 2.775.000,-
Modal kerja
• Persediaan bahan baku & kemasan : Rp 3.860.000,-
• Persediaan bahan jadi : Rp 2.200.000,- +
Total Rp 6.060.000,-
b. Total Investasi
Total Modal = Modal Tetap + Modal Kerja
= Rp 2.775.000,- + Rp 6.060.000,-
= Rp 8.835.000,-
d. Perhitungan HPP
Harga pokok bahan baku : Rp 8.040.000,-
17
Biaya HPP/liter produk : Rp 6.700,-
e. Keuntungan
Keuntungan/liter = HPP/liter – harga penjualan/liter
= Rp 6.700,- - Rp 4.500,-
= Rp 2.200,-
f. BEP
BEP = Biaya operasional/bln : harga jual
= Rp 5.050.000,-/bln : Rp 4.500,-/liter
= 1122 liter
IX. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk membuat biodiesel dari minyak goreng
(minyak sawit). Prosedur pembuatan biodiesel ini disebut transesterifikasi. Reaksi
transesterifikasi dengan alkohol juga dikenal dengan nama alkoholisis. Karena
reaksi dalam percobaan ini menggunakan metanol maka disebut metanolisis.
18
Tanpa adanya katalis, reaksi akan berlangsung sangat lambat, oleh karena itu
dalam reaksi ini digunakan katalis. Katalis dapat berupa zat yang bersifat basa,
asam, atau enzim. Katalis yang umum digunakan untuk reaksi transesterifikasi
adalah katalis asam dan basa. Untuk katalis asam biasanya digunakan asam
sulfonat dan asam sulfat sedangkan katalis basa digunakan natrium hidroksida,
kalium hidroksida dan natrium etoksida. Reaksi transesterifikasi dengan katalis
basa lebih cepat 4000 kali dibandingkan katalis asam, dan juga katalis alkali tidak
sekorosif katalis asam. Logam alkali alkoksida (seperti natrium etoksida untuk
metanolisis) adalah katalis yang paling aktif dengan memberikan hasil yang
sangat tinggi (>98%) pada waktu reaksi yang singkat yaitu selama 30 menit dan
konsentrasi katalis yang rendah (0,5 % mol) . Efek kelancaran reaksi dari katalis
basa adalah yang paling besar, sehingga katalis inilah yang sekarang paling umum
diterapkan dalam praktek.
Pada pembuatan biodiesel ini, hal pertama yang dilakukan adalah penyiapan
larutan natrium metoksida. Larutan natrium metoksida ini dibuat dengan
mencampurkan natrium hidroksida dan metanol. Pencampuran ini dilakukan
hingga semua natrium hidroksida larut dalam metanol. Natrium hidroksida larut
dalam metanol karena memiliki kepolaran yang sama. Sambil melarutkan,
campuran diaduk agar natrium hidroksida lebih cepat larut. Pengadukan disini
dapat menambah kelarutan karena dengan pengadukan maka interaksi atau
tumbukan antar partikel larutan meningkat. Dengan adanya pengadukan, energi
kinetik masing-masing partikel akan bertambah sehingga partikel-partikel mudah
bergerak dan interaksi serta tumbukannya semakin kuat. Pengadukan ini
merupakan metode konvensional yang dapat meningkatkan kelarutan.
Reaksi antara semua natrium hidroksida dengan metanol merupakan reaksi
eksoterm (menghasilkan panas) membentuk molekul polar (Na+ŌCH3). Setelah
larutan natrium metoksida disiapkan, selanjutnya minyak goreng dipanaskan
hingga 50-60°C dan dicampurkan dengan larutan natrium metoksida. Persamaan
stoikiometri reaksi transesterifikasi trigliserida dengan methanol adalah sebagai
berikut:
19
Mekanisme reaksi pembentukan produk ester metil asam lemak dengan
menggunakan ion metilat adalah sebagai berikut :
20
punggung” ini akan menjadi gliserin. Terpecahnya trigliserida menjadi tiga ester
asam lemak akan menurunkan sepertiga dari berat awal molekul,selain itu akan
menurunkan viskositas 5 – 10 %.
Setelah itu dilakukan prosedur pemisahan, yaitu larutan minyak goreng dan
natrium hidroksida yang terbentuk didiamkan pada suatu corong pisah, hal ini
dilakukan agar lapisan biodiesel terpisah dengan gliserin dan air. Terbentuk dua
lapisan : lapisan atas biodiesel yaitu metil ester, air, natrium hidroksida, minyak
yang tidak terkonversi dan metanol, sedangakan lapisan bawah yaitu gliserin dan
air.
Selanjutnya dilakukan proses pencucian (ekstraksi) dengan menggunakan
250 mL campuran air dan asam asetat sebanyak 4 kali, hal ini dilakukan untuk
mengambil sisa natrium hidroksida yang masih ada pada larutan. Larutan bawah
yang berupa sisa-sisa larutan yang tidak tercampur dibuang. Setelah dicuci,
produk didistilasi pada suhu 100ºC selama ± 1 jam, yang bertujuan untuk
menghilangkan air yang masih ada.
Biodiesel yang dihasilkan berwarna kuning madu. Biodiesel yang dihasilkan
dapat diuji kualitasnya dengan pengujian secara visual yaitu dengan uji nyala. Bila
pengujian ini memberikan warna nyala, maka pembuatan biodiesel ini dapat
dikatakan berhasil. Tetapi dalam percobaan ini larutan diuji hanya dengan
viscometer Brookfield, dengan nilai viskositas yang didapat yaitu sebesar 9,2
centipoise. Kekentalan merupakan parameter penting dalam menentukan metil
ester dapat digunakan atau tidak sebagai bahan bakar alternatif, semakin tinggi
kekentalan maka semakin sukar biodiesel mengalir. Kekentalan adalah tahanan
yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler terhadap gaya gravitasi,
biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk mengalir pada jarak
tertentu. Jika kekentalan semakin tinggi, maka tahanan untuk mengalir akan
semakin tinggi. Kekentalan juga menunjukkan sifat pelumasan atau lubrikasi dari
bahan bakar. Kekentalan yang relatif tinggi mempunyai sifat pelumasan yang
lebih baik. Pada umumnya, bahan bakar harus mempunyai kekentalan yang relatif
rendah agar dapat mudah mengalir dan teratomisasi.
21
X. KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24