i.
ii.
2. Genetik
4. Usia
5. Rangsangan fisik berulang
Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang
dalam waktu yang lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada
tempat tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna.
6. Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya
adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada
beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis
kanker seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin
pria).
7. Infeksi
8. Gaya hidup
9. Karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)
iv.
v.
vi.
vii.
menimbulkan syok.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC TUMOR KOLON
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur
diagnostik paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah
samar, enema barium, proktosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak
60% dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan
viii.
d. Diagnosa IV:
Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam
peran keluarga.
Kriteria hasil :
- pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping.
- paien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan
berhubungan dengan perawatan setelah rawat inap.
Intervensi:
Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.
R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin
menghambat pengobatan.
R : mempengaruhi pilihan intervensi.
Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan
koping yang digunakan.
R : membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping adaptif yang
tepat .
Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak
yang normal pada anak yang berpenyakit kronis atau tidak mampu.
R : memudahkan keluarga dalam menciptakan/memelihara fungsi anggota
keluarga.
e. Diagnosa V:
Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
Kriteria hasil :
- mencari informasi untuk menurunkan ketakutan.
- menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.
- mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.
Intervensi:
Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien.
R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
Berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang
dapat menurunkan atau mengurangi takut.
R : mempertahankan perilaku koping yang efektif.
Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan.
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini,
harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.
R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk
mengurangi kecemasan.
f. Diagnosa VI :
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
- penampilan yang seimbang.
- melakukan pergerakkan dan perpindahan.
- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi
Intervensi:
Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan
peralatan.
R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
R : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena
ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
R : mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
R : sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.
g. Diagnosa VII :
Tujuan : pasien mengatakan nyeri menghilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- pasien melaporkan nyeri berkurang dengan skala 0-1
- pasien tampak tenang
- grimace tidak ada
- nadi antara 60-100x/menit
- pasien mampu melakukan teknik alternative untuk menurunkan nyeri
Intervensi:
Kaji keluhan nyeri secara komprehensif
R : nyeri mempunyai karakteristik tertentu dan penanganan yang spesifik.
observasi reaksi non verbal pasien terhadap nyeri
R : pasien dengan nyeri akan memperlihatkan reflek nonverbal berupa
grimace dan gelisah.
observasi nadi pasien
R : nyeri dapat meningkatkan nadi
Ajarkan dan dukung pasien menggunakan teknik distraksi relaksasi
R : denngan distraksi pasien teralihkan dan dengan relaksasi pasien dapat
tenang
Kolaborasi dalam pemberian analgesic dengan tim dokter
R : analgesic dapat menghambat zat perantara nyeri