OFFICE ADDRESS:
Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan
(belakang pasaraya manggarai)
phone number : 021 8317064
pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan :
Jl. Setiabudi no. 65 G, medan
Phone number : 061 8229229
Pin BB : 24BF7CD2
www.Optimaprep.Com
1. Dislipidemia
1. Dislipidemia
1. Dislipidemia
2. Hepatitis Virus
2. Hepatitis Virus
2. Hepatitis Virus
2. Hepatitis Virus
3. Leukemia
CLL
CML
ALL
AML
The bone marrow makes abnormal leukocyte dont die when they
should crowd out normal leukocytes, erythrocytes, & platelets. This
makes it hard for normal blood cells to do their work.
Prevalence
Over 55 y.o.
Mainly adults
Common in
children
Adults &
children
Mature
lymphocyte,
smudge cells
Mature granulocyte,
dominant myelocyte
& segment
Therapy
Lymphoblas Myeloblast
t >20%
>20%, aeur rod
may (+)
Treated right away
4. Penyakit Hepatobilier
4. Penyakit Hepatobilier
Koledokolitiasis
Batu empedu di duktus biliaris komunis
Manifestasi klinis
Kolik bilier, kolangitis asending, ikterus obstruktif, pankreatitis
akut.
Radiologi
USG, sensitivitas 13-55%, temuan: visualisasi batu (hiperekoik),
dilatasi duktus bilier
CT dengan kontras: 65-88%
Terapi
ERCP dengan sfingterotomi
http://radiopaedia.org/articles/choledocholithiasis
4. Penyakit Hepatobilier
Kolelitiasis:
Nyeri kanan atas/epigastrik
mendadak, hilang dalam 30
menit-3 jam, mual, setelah makan
berlemak.
Kolesistitis:
Nyeri kanan atas
bahu/punggung, mual, muntah,
demam
Nyeri tekan kanan atas (murphy
sign)
Koledokolitiasis:
Nyeri kanan atas, ikterik, pruritis,
mual.
Kolangitis:
Triad Charcot: nyeri kanan atas,
ikterik, demam/menggigil
Reynold pentad: charcot + syok &
mitral stenosis
Pathophysiology of disease. 2nd ed. Springer; 2006.
Isoniazide:
Reactive metabolites of monoacetyl hydrazine are probably toxic to
tissues through free radical generation.
Rifampin
Conjugated hyperbilirubinemia probably is caused by rifampin
inhibiting the major bile salt exporter pump.
Rare hepatocellular injury appears to be a hypersensitivity reaction.
An Official ATS Statement: Hepatotoxicity of Antituberculosis Therapy
Kemungkinan Penyebab
HENTIKAN OBAT
Tuli
Streptomisin
Stop streptomisin
Stop streptomisin
Ikterus
Gangguan penglihatan
Etambutol
Stop etambutol
Rifampisin
Stop rifampisin
Kemungkinan Penyebab
Tata Laksana
Rifampisin
Nyeri sendi
Pyrazinamid
Aspirin/allopurinol
INH
Urine kemerahan
Rifampisin
Beri penjelasan
Pyelonefritis:
Inflammation of the kidney & renal pelvis
fever, chilling, nausea, vomit, flank pain, diarrhe, leukocyte silinder.
Cystitis:
Complicated UTI
Urethritis:
7. Pneumonia
Community acquired pneumonia:
Pneumonia yang didapat di masyarakat
7. Pneumonia
Diagnosis pneumonia komunitas:
Infiltrat baru/infiltrat progresif + 2 gejala:
1. Batuk progresif
2. Perubahan karakter dahak/purulen
3. Suhu aksila 38 oC/riw. Demam
4. Fisis: tanda konsolidasi, napas bronkial, ronkhi
5. Lab: Leukositosis 10.000/leukopenia 4.500
Gambaran radiologis:
Infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran
bronkogenik & interstisial serta gambaran kaviti.
Air bronchogram: gambaran lusen pada bronkiolus yang tampak
karena alveoli di sekitarnya menjadi opak akibat inflamasi.
Pneumonia komuniti, pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indoneisa. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.
7. Pneumonia
Diagnosis pneumonia nosokomial:
1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah
dirawat di rumah sakit dan menyingkirkan semua
infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk
rumah sakit
2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas
dasar :
Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
Ditambah 2 diantara kriteria berikut:
Pneumonia nosokomial, pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indoneisa. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.
8. Infeksi Dengue
NS1:
antigen nonstructural untuk replikasi virus yang dapat dideteksi sejak
hari pertama demam.
Puncak deteksi NS1: hari ke 2-3 (sensitivitas 75%) & mulai tidak
terdeteksi hari ke 5-6.
8. Infeksi Dengue
Shock
Bleeding
Primary infection:
IgM: detectable by days 35 after the onset of
illness, by about 2 weeks & undetectable after
23 months.
IgG: detectable at low level by the end of the first
week & remain for a longer period (for many
years).
Secondary infection:
IgG: detectable at high levels in the initial phase,
persist from several months to a lifelong period.
9. SLE
Systemic lupus
erythematosus:
an autoimmune
disease
organs & cells
undergo damage
initially mediated by
tissue-binding
autoantibodies &
immune complexes.
9. SLE
10. Kardiologi
12. Kolera
Kematian pada kasus kolera disebabkan oleh syok hipovolemik, sehingga resusitasi
cairan adalah hal pertama dan utama dalam penatalaksanaan.
Antibiotik tidak mutlak diperlukan untuk bisa sembuh, tetapi bisa mengurangi
durasi dan volume cairan yang hilang, serta mempercepat hilangnya kuman dari
feses.
12. Kolera
12. Kolera
Omeprazol 2 x 20 mg/hari,
bismuth subsalisilat 4 x 525 mg/hari,
Metronidazol 4 x 250 mg/hari,
Tetrasiklin 4x500 mg/hari selama 10-14 hari
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 8, Agustus 2010
14. SLE
Evaluasi aktivitas penyakit ini berguna sebagai panduan dalam pemberian
terapi.
Indeks untuk menilai aktivitas penyakit seperti SLEDAI, MEX-SLEDAI,
SLAM, BILAG Score, dsb.
Dianjurkan untuk menggunakan MEX-SLEDAI atau SLEDAI.
The SLEDAI is designed to measure the activity or extent of inflammation
in nine organ systems (Table 7). It has a theoretical maximum of 105
points. However, in practice, it is unusual for a patient to have more than
three to five organ systems involved. The rate of 5-year survival for
patients with a SLEDAI of less than 19 is 85%, as compared with 65% for
those with a SLEDAI over 19.[73] - See more at:
http://www.cancernetwork.com/review-article/bmt-severe-autoimmunediseases-idea-whose-time-has-come/page/0/3#sthash.Be32CIaY.dpuf
14. SLE
https://www.rheumatology.org/Practice/Clinical/Indexes/Systemic_Lupus_Erythematosus_Disease_Activity_Index_SELENA
_Modification/
15. Hemostasis
Aspirin menghambat COX-1 yang menurunkan PGG2 sehingga
menghambat aktivasi trombosit gangguan agregasi trombosit
bleeding time memanjang.
Untuk menilai respons terapi aspirin, saat ini dapat diperiksa dengan
VerifyNow.
16. Diuretic
Adverse effects of sulfonamide
type (CA inhibitor, thiazide, loop)
diuretics:
hypokalemia is a consequence of
excessive K+ loss in the terminal
segments of the distal tubules
where increased amounts of Na+
are available for exchange with
K+
hyperglycemia and glycosuria
Hyperuricemia: increase in
serum urate levels may
precipitate gout in predisposed
patients.
Sulfonamide diuretics compete
with urate for the tubular organic
anion secretory system.
Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa Kementerian. Kemenkes 2011.
18. Arthritis
Rheumatoid arthritis (RA)
Penyakit inflamasi kronik dengan penyebab yang belum
diketahui, ditandai oleh poliartritis perifer yang simetrik.
Skor 6/lebih: definite RA.
Faktor reumatoid merupakan autoantibodi yang
menyerang IgG lebih spesifik menandakan autoimunitas
daripada CRP yang merupakan penanda inflamasi.
Mechanism of toxicity:
Cyanide binds to cellular cytochrome oxidase blocking the
aerobic utilization of oxygen metabolic acidosis.
Symptoms
headache, nausea, dyspnea, & confusion.
Syncope, seizures, coma, agonal respirations, & cardiovascular
collapse ensue rapidly after heavy exposure.
Poisoning & drug overdose by the faculty, staff and associates of the California Poison Control
System third edition
22. Disentri
Trias disentri: demam, tenesmus, diare berdarah.
Manifestasi klinis disentri
amoeba:
Awitan perlahan atau
fulminan.
Tenesmus terdapat pada
50% pasien & selalu terkait
dengan keterlibatan
rektosigmoid.
Nyeri tekan abdomen
bawah, biasanya di daerah
caecum, kolon transversum
atau sigmoid.
22. Disentri
Diagnosis
Characteristic
Crohn disease
Colitis ulcerative
Disentri
Shigellosis
Variasi dari diare cair yang ringan hingga disentri berat. Pada kasus
berat, awitan cepat, dengan tenesmus, demam, dan feses lendir
darah yang sering. Sering disertai demam, sakit kepala, & malaise.
IBS
Fauci et al. Harrisons principles of internal medicine. 18th ed. McGraw-Hill; 2012.
23. Diuretic
Adverse effects:
Loop diuretic (furosemid)
Hypo(Na, K, Mg, Ca), hyperuricemia, ototoxicity
Thiazide (hidroklorotiazid)
Hypo(Na, K, Mg), hyperCa, hyperlipidemia, pancreatitis
K-sparing (spironolakton)
HyperK, metabolic acidosis
Disorder
Hyponatremia
Hypernatremia
Hypokalemia
Hyperkalemia
Hypocalcemia
Hypercalcemia
Hypomagnesemia
Hypermagnesemia
fulfilled for the last 3 months with symptom onset at least 6 months prior to
diagnosis.
bDiscomfort means an uncomfortable sensation not described as pain.
Characteristic
Crohn disease
Colitis ulcerative
Colon carcinoma
25. Sepsis
26. Farmakologi
27. Pharmacology
Acetaminophen intoxication
Acute ingestion of more than 150200 mg/kg in children or 67 g in
adults is potentially hepatotoxic.
High-risk patients include alcoholics and patients taking
anticonvulsant medications or isoniazid.
Clinical manifestations:
Early after acute acetaminophen overdose, there are usually no
symptoms other than anorexia, nausea, or vomiting. Rarely, a massive
overdose may cause altered mental status and metabolic acidosis.
After 2448 hours, when transaminase levels (AST and ALT) rise,
hepatic necrosis becomes evident. If acute fulminant hepatic failure
occurs, encephalopathy and death may ensue.
27. Pharmacology
Management
N-acetylcysteine
loading dose 140 mg/kg orally, followed by 70 mg/kg every 4 h for 1520
doses
Perkeni 2011.
JNC VIII
1.
2.
CDC:
Dosis awal atropin untuk dewasa 1-2 mg, untuk anak
0,01 mg/kg (minimum 0,01 mg), diberikan IV. Jika
tidak bisa IV, boleh via IM, SK, ETT.
Dosis diulang tiap 15 menit sampai sekret & keringat
berlebih terkontrol.
Dosis pralidoksim untuk dewasa 1 g, anak 2550mg/kg. Diberikan IV selama 30-60 menit.
ABC,
Bolus atropin 13 mg of atropin, tergantung keparahan,
Infus NaCl 0,9%, jaga sistol > 80 mmHg & urin > 0,5 mL/kg/jam
Periksa denyut nadi, TD, ukuran pupil, keringat, & auskultasi paru saat
pemberian atropin pertama
Beri pralidoksim klorida 2 g IV selama 20-30 menit, lalu infus pralidoksim 0,5-1
g/jam dalam NaCl 0,9%
Setelah 5 menit pemberian atropin, periksa denyut nadi, TD, ukuran pupil,
keringat & auskultasi paru. Jika tidak ada perbaikan, berikan atropin dua kali
dosis awal
Periksa ulang tiap 5 menit; jika tidak ada respon dosis atropin dinaikkan dua
kali, jika ada perbaikan gunakan dosis yang sama atau lebih kecil.
Atropin bolus diberikan sampai denyut jantung >80 kali/menit, TD > 80 mmHg,
dan auskultasi paru bersih (kecuali ada area fokal karena aspirasi).
bungkuk
Kelengkungan vertebra torakal yang berlebihan
Sering pada usia tua karena osteoporosis
Mungkin juga karena tuberculosis spinal, rickets, atau osteomalacia
Lordosis
mengayun ke belakang
Kelengkungan vertebra lumbal yang berlebihan
Dapat disebabkan TB spinal atau rickets
Dapat bersifat sementara: beer guts pada laki-laki, kehamilan pada wanita
Lordosis
Scoliosis
Kyphosis
Ankylosing Spondilitis
Symptoms
early morning back stiffness,
improvement of stiffness with
exercise,
insidious onset,
age of onset <40 years,
back pain lasting >3 months
Sign
RoBamboo spine, Straightening /
squaring of anterior vertebral
margins Osteitis of anterior corners
Genotype HLA-B27
http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/366/
32. Lipoma
Massa yang berasal dari sel adiposa, tumbuh
dengan lambat
Lokasi: Punggung atas, leher, bahu
Diagnosis
Histologic
Lipoma
Atherom cyst
Dermoid Cyst
Epidermal Cyst
Occasionally superonasal
Posterior margins are easily palpable
Dermoid Cyst
Lipoma
Etiology
Neuroma
Schwannoma
Neurofibroma
>90% trauma
Benign neoplasm of
the neural sheet
(Schwann cells)
Benign Neoplasm of
the neural sheet and
perineural fibroblasts
Histopathology
Wellcircumscribed and
encapsulated with
interlacing fascicles
of spindle cells
Streaming fascicles
of spindle-shaped
Schwann cells;
These cells are
often palisaded
Not welldemarcated
interlacing bundles
of spindle-shaped
cells that exhibit
wavy nuclei
Sometimes mast
cells
http://www.learningradiology.com
Lateral displacement
Galleazzi Fracture
Fraktur distal radius
dan dislokasi sendi
radio-ulna ke arah
inferior
Like Monteggia fracture
if treated conservatively
it will redisplace
This fracture appeared
in acceptable position
after reduction and POP
http://www.learningradiology.com
Colles Fracture
Fraktur tersering pada tulang yang
mengalami osteoporosis
Extra-Articular : 1 inch of distal Radius
Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi dorsofleksi
Typical deformity : Dinner Fork
Deformity is : Impaction, dorsal
displacement and angulation, radial
displacement and angulation and avulsion of
ulnar styloid process
http://www.learningradiology.com
Colles Fracture
optimized by optima
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
Hampir berlawanan dengan Colles fracture
Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
colles
Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi palmar fleksi
Typical deformity : Garden Spade
Management is conservative : MUA and
Above Elbow POP
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
http://www.learningradiology.com
http://en.wikipedia.org/wiki/Burn
Total Body
Surface Area
: 9%
: 18%
: 9%
: 18%
1 kaki seluruhnya18%
1 paha(depan+belakang)18/2=9%
54%
35. Intussusception
Sebagian usus masuk ke dalam bag. Usus yang lainobstruksi usus
Bayi sehat, tiba-tiba menangis kesakitan(crying spells), nyeri, Lethargy
Pada kuadran kanan atas teraba massa berbentuk sosis dan kekosongan
pada kuadran kanan bawah (Dance sign)
Usia 6 - 12 bulan
Biasanya jenis kelamin laki-laki
lethargy/irritability
Portio-like on DRE
Triad:
vomiting
abdominal pain
colicky, severe, and intermittent,drawing the legs up to the
abdomen,kicking the air, In between attacks, calm and relieved
blood per rectum /currant jelly stool
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/679/highlights/overview.html
PART OF THE
INTESTINE FOLDS
ON ITSELF LIKE A
TELESCOPE
Etiologi
90% Idiopatik
Belum dapat dipastikan, namun diperkirakan
penyebabnya adalah virus ( Anomalies with
peristalsis)
10% Patologis
Polyp, tumour or other mass within the intestinal
tract is caught by the normal contractions,
creating a lead point which pushes along
causing the intussusception
Anne Connell
Radiologic signs
Ultrasound signs
include:
target sign /doughnut
sign)
pseudokidney sign
crescent in a doughnut
sign
Barium Enema
Barium Enema
pemeriksaan gold
standar
intussusception as an
occluding mass
prolapsing into the
lumen, giving the
"coiled spring
appearance
Midgut volvulus
Klinis
Children
Adults
intermittent abdominal pain
(87%)
nausea (31%)
Contrast
cork-screw appearance
Birds beak
small bowel on the right side
of abdomen that does not
cross midline
USG
Whirlpool sign
Barium enema
Contraindicated in
patients with free air on
AXR, clinical signs of
peritonitis, or suspicion
for necrosed bowel
Birds beak
Cork screw
Can decompress
Fracture Configuration
http://www.merckmanuals.com/professional/injuries_poisoning/fractures_dis
locations_and_sprains/fractures.html
37. Kriptorkismus
Kriptorkismus: testis tidak ada dalam skrotum dan
tidak dapat dimasukkan ke skrotum
Ectopic: tidak melewati jalur turunnya testis
Retraktil: dapat dimanipulasi hingga masuk ke dalam
skrotum dan dapat menetap tanpa tarikan
Gliding: dapat dimanipulasi hingga masuk ke dalam
skrotum namun bila dilepas akan tertarik kembali
Ascended: sebelumnya telah ada dalam skrotum lalu
tertarik ke atas secara spontan
Gejala:
Keluhan infertilitas
benjolan di perut bagian
bawah
testis tersebut dapat
mengalami trauma,
infeksi, torsio, atau
berubah menjadi tumor
testis
Pemeriksaan Fisik:
Pada skrotum dan inguinal,
teraba massa seperti
benang
Jaringan ini biasanya
gubernakulum atau
epididimis dan vas
deferens
bisa bersamaan dengan
testis intraabdominal
5-8 wk processus
vaginalis
Gubernaculum attaches to
lower epididymis
12 wk transabdominal
descent to internal
inguinal ring
26-28 wk gubernaculum
swells to form inguinal
canal, testis descends into
scrotum
Insulin-3 (INSL3) effects
gubernacular growth
Undescended
Testis
124
125
Treatment
Controversial and Various guidelines
Hormonal
Spontaneous testicular descent closely related to
postnatal LH and T surges
HormonhCG, GnRH, hMG, Combined (hCG & GnRH)
Timing for Hormone therapy:
In term boys, 4 mo
In premies, 6 mo
Surgery
Orchidopexy
American Academy of Pediatrics guidelines for the management of cryptorchidism
recommend that orchidopexy be performed when a child is between the ages of 6
months and 1 year
http://www.aafp.org/afp/2000/1101/p203
7.html
Undescended testes: a
consensus on
management
130
Mandibular Fracture
132
History of trauma
(traumatized patients with possible
head injury) and facial injuries
Pemeriksaan fisik
Extroral
Condylar fractures
Fraktur mandibula tersering
Unilateral or bilateral
Intracapsular or extracapsular
135
137
Radiographs
Plain radiograph
OPG
Lateral oblique
PA mandible
AP mandible (reverse
Townes)
Lower occlusal
CT scan
3-D CT imaging
MRI
138
39. Epididymitis
Inflamasi dari epididimis
Bila ada keterlibatan
testisepididymoorchit
is
Biasanya disebabkan
oleh STD
Common sexually
transmitted pathogen,
Chlamydia
PRESENTATION
TREATMENT
ORAL ANTIBIOTIC.
SCROTAL ELEVATION,
bed rest,&use of
NSAID.
admission & IV drugs
used.
in STD treat partner.
in chronic pain do
epididymectomy.
http://www.racgp.org.au/afp/2013/november/acute-scrotal-pain/
40. Hypoxia
HYPOXIA: A condition in
which the oxygen
available is inadequate
at the tissue level
Five types of hypoxia:
Anemic
Hypoxemic
Histotoxic
Circulatory
Hypermetabolic
Breathing disturbance
in chest blunt
traumacauses
Hypoxemiahypoxemic
hypoxia
Nasal Cannula
Used for low-medium concentrations of
O2
Simple
Can use continuously with meals and
activity
Flow rates in excess of 4L cause drying
and irritation
Depth and rate of breathing affect
amount of O2 reaching lungs
adults 6 LPM
infants/toddlers 2 LPM
children 3 LPM
FIO2 is not affected by mouth breathing
1lit o2=FIO2 4%
6 lito2=Fio2 24%
21%+24%=Fio2 45%
Simple Mask
Low to medium concentration of O2
Client exhales through ports on sides of
mask
Should not be used for controlled O2
levels
O2 flow rate- 6 to 8L
Can cause skin breakdown; must remove
to eat.
1 lit o2=FIO2 6%
6 lito2=Fio2 36%
21% + 36%=Fio2 57-60%
Non-Rebreathing Mask
Consists of mask, reservoir bag,
2 one-way valves at exhalation
ports and bag
Client can only inhale from
reservoir bag
Bag must remain inflated at all
times
O2 flow rate- 10 to 15L
Fio2= 95-100%
Poorly fitting; must remove to
eat
Venturi Mask
Most reliable and accurate method for
delivering a precise O2 concentration
Consists of a mask with a jet
Excess gas leaves by exhalation ports
O2 flow rate 4 to 15L & Narrowed
orifice
Fio2, 24%-60%
Can cause skin breakdown; must
remove to eat
Natural history 90 %
disappear
Age
Doesnt appear until the
spontaneously during
umbilical cord has
the first year
separated and healed .
Most close by age 3
No specific symptoms
May remain small and
Have wide neck and
reduce easily , rarely give
asymptomatic
intestinal obstruction.
Umbilical Hernia
caused when an
opening in the
abdominal wall, which
normally closes before
birth, doesnt close
completely.
high correlation between PSA and Prostat Volume, specifically Trantitional Zone Volume
men with larger prostates have higher PSA levels
PSA is a predictor of disease progression and screening tool for CaP
as PSA values tend to increase with increasing PV and increasing age, PSA may be used as a
prognostic marker for BPH
1
Alur Diagnosis
Biopsi Prostat
Diagnosis BPH
http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/detection/PSA
PSA Test
Tes yang mengukur kadar prostate specific
antigen (PSA) dalam darah
PSA protein yang dihasilkan oleh prostat
Laki-laki secara normal memiliki kadar PSA
rendah, dan kadarnya akan meningkat seiring
dengan usia
Pembesaran prostat
inflammation or infection of the prostate called prostatitis
ISK tunggu 6 minggu setelah sembuh
Aktivitas fisik berlebih, terutama cycling dalam 48 jam
sebelum tes
Ejakulasi48 jam sebelum tes
Anal sex and prostate stimulation
RT sebelum PSA test
Biopsi prostat 6 minggu sebelum tes
Other investigations or operations on your bladder or
prostate, or a catheter
http://emedicine.medscape.com/article/
http://en.wikipedia.org/wiki/
Disorders
Etiology
Clinical
Kista Epididimis
= spermatokel
Hidrocele
Varicocoele
Vein insufficiency
Spermatokel
diverticulum from
the tubules found in
the head of the
epididymis, possibly
trauma
Radang testis
sinistra/Orchitis
Mumps virus
Hydrocele
Onset
Feature
Breast cancer
30-menopause
Fibroadenoma
mammae
< 30 years
Fibrocystic
mammae
20 to 40 years
Mastitis
18-50 years
Philloides
Tumors
30-55 years
Duct Papilloma
45-50 years
PROGNOSIS
Staging systems inc.TNM
Tumour size and axillary
node status are important
parameters
10-year survival rate for
lymph node neg disease is
80% vs 35% for tumours
with positive nodes
TREATMENT OPTIONS
Surgery
Mastectomy
Breast conservation
+/- Axillary dissection
Radiation therapy (local
control)
Chemotherapy (systemic
control)
Hormonal Rx (systemic
control)
Types of Biopsy
Definitions
Excisional biopsy
Incisional biopsy
or core biopsy
Needle aspiration
biopsy
Terminology
Definitions
Enucleation
Debulking
Extirpation
I
IIA
IIB
IIIA
IIIB
IIIC
IV
T1N0
T1N1
T2N0
T2N1
T3N0
T1N2
T2N2
T3N1
T3N2
T4N0
T4N1
T4N2
N3
M1
Metastatic breast
cancer
Systemic treatment
Mastectomy
45. Osteosarkoma
Presenting symptom
PainThe most
common presenting
symptom
particularly pain with
activity
sprain, arthritis, or
growing pains
Lymphadenopathy
involvement of local or regional lymph nodes is unusual
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis pada daerah yang
dicurigai terinfeksi, tidak menunjukkan area
radiolusen yang biasa ditemukan pd
osteomielitis.
Conventional features
Periosteal reactions
onion-skin
Codman's triangle
No osteoblastic appearance,
fracture can be seen
Ekstrakompartemental
The extent of the primary tumor is classified
as either intracompartmental (T1), meaning it
has basically remained within the bone, or
extracompartmental (T2), meaning it has
extended beyond the bone into other nearby
structures
Atrophy
Physical examination
Phalens maneuver
Tinels sign
Weak thumb
abduction.
Unable to move thumb
two-point
discrimination
Atrophy of thenar
muscles
Sites of compresion
Fibrous bands in
Pronator Teres
Flexor Diditorum
Superficialis
origin
Enlarged bicipital
bursa
Gantzers muscle
Not traumatic
origin
Shaft fracture
Mobilisasi dilakukan setelah post operasi
hari-I (Partial weight bearing)
Distal fracture
Gentle range of motion in a hinged-knee brace is
begun early and continued for 6 weeks
Associated tendons
frequently superficial tendons
Central WristTendon m. Palmaris Longus (most superficial)
Lateral WristTendon m. Flexor Carpi Radialis
49. Dysphagia
Dysphagia
Kesulitan menelankondisi yang biasa terjadi
58% dari populasi usia 50 tahun
16% of the elderly.
Proses Menelan
Mekanisme kompleks
Melibatkan 26 otot dan 5 nervus kranialis
CN V -- both sensory and motor fibers; important in
chewing
CN VII -- both sensory and motor fibers; important for
sensation of oropharynx & taste to anterior 2/3 of tongue
CN IX -- both sensory and motor fibers; important for taste
to posterior tongue, sensory and motor functions of the
pharynx
CN X -- both sensory and motor fibers; important for taste to
oropharynx, and sensation and motor function to larynx and
laryngopharynx; important for airway protection
CN XII -- motor fibers that primarily innervate the tongue
A normal adult swallows unconsciously 600 times in a 24-hour
period
Swallowing Stage 1
Oral
Food ingested, prepared
(mastication) and modified
(lubrication)
Voluntary control
Frequently results from
weakness lips, tongue,
cheeks
Unable to organize food into
well formed bolus and move
posteriorly
Xerostomia difficulty
breaking down solids
Swallowing Stage 2
Pharyngeal
Prevented from entering nasopharynx,
larynx rises, retroflexion of epiglottis
and vocal fold closure, synchronized
contraction of middle and inferior
constrictors, and synchronized
relaxation of the cricopharyngeal
muscle Involuntary
Timing neurologic epiglottis
doesnt protect larynx - leads to
cough/aspiration
Weakness neurologic injury/cancer
residual food after swallow can lead
to aspiration
Stage 3
Esophageal
Begins with cricopharyngeal relaxation
Involuntary
Most common
Sensation of food
sticking at base of
throat/chest
Peristalsis, tumor,
stricture
Neoplasia Esofagus
uncommon
when present is typically malignant.
The two main culprits are
esophageal squamous cell
carcinoma
esophageal adenocarcinoma.
Clinical Presentation
Dysphagia is the
presenting complaint
in 80-90% of patients
with esophageal
carcinoma
Early symptoms are
sometimes
nonspecific
retrosternal
discomfort or
indigestion
Cancer
Dysphagia
Oropharyngeal dysphagia
Neuromuscular dysfunction
Cerebrovascular accidents
Amyotrophic Lateral
Sclerosis (AML)
Parkinson's disease
Myasthenia gravis
Tardive dyskinesia.
Esophageal dysphagia
Achalasia
Nonachalasia Motility
Disorders
Strictures
Rings/Webs
GERD
Extraesophageal GERD
Neoplasia
Esophageal Diverticula
Foreign Bodies
Pill-Induced Injury
Infectious Esophagitis
Caustic Injury
Esophageal dysphagia
Solids only
Mechanical obstruction
Intermittent
Rings/Webs
Motility disorder
progressive
Strictures
Malignancy
Intermittent
Esophageal
spasm
progressive
Achalasia
Scleroderma
Rings/Webs
common findings on
upper endoscopy,
many are
asymptomatic
Symptoms can
include intermittent
solid food
dysphagia, aspiration, and
regurgitation.
Esophageal achalasia
Akalasia
Kelainan motilitas dari spinkter esofagus bawah
(lower oesophageal spincter or cardiac sphincter)
Gejala Klinis
Gejala yang tersering adalah disfagia makanan padat lebih sulit
dibandingkan makanan lunak dan cair
Regurgitasimuncul pada 80-90% dan beberapa pasien belajar
untuk menginduksi regurgitasi untuk mengurangi nyeri
Nyeri dadamuncul pada 25-50% pasien
Muncul setelah makan dan nyeri retrosternal, lebih sering pada pada
awal penyakit
Rat-tail Sign-irregularly
marginated tapering of
esophagus in achalasia AKA
Bird's Beak Sign; or of
bronchus and biliary duct in
carcinoma
http://www.patient.co.uk/doctor/Achalasia.htm
Ileus
Kelainan fungsional atau terjadinya paralisis dari gerakan
peristaltik usus
Mural
Extraluminal
Benda asing
Bezoars
Batu Empedu
Sisa-sisa
makanan
Neoplasims
lipoma
polyps
leiyomayoma
hematoma
lymphoma
carcimoid
carinoma
secondary Tumors
Crohns
TB
Stricture
Intussusception
Congenital
Postoperative
adhesions
A. Lumbricoides
Congenital
adhesions
Hernia
Volvulus
Pemeriksaan Radiologis
Posisi: Supine, tegak dan LLD
Pola udara dalam usus:
Gastric,
Colonic and 1-2 small bowel
Fluid Levels:
Gastric
1-2 small bowel
Caecal
Hepatobiliary
Udara bebas dibawah diaphragma
Rectum
Small Bowel
Central ( diameter 5 cm max)
Vulvulae coniventae
Ileum: may appear tubeless
53. Cardiac
Arrest
Indication for
CPR
No response
Not breathing
No pulse
Check Pulse
a.Carotis
http://circ.ahajournals.org/content/11
2/24_suppl/IV-156/F2.expansion.html
54. Intoxication
Klasifikasi lainnya:
Glaukoma kongenital primer
anomali perkembangan yang
mempengaruhi trabecular
meshwork.
Glaukoma kongenital
sekunder: kelainan kongenital
mata dan sistemik lainnya,
kelainan sekunder akibat
trauma, inflamasi, dan tumor.
Etiologi
R Krishnadas, R Ramakrishnan. Congenital Glaucoma-A Brief Review. Journal of Current Glaucoma Practice
Patogenesis
Abnormalitas anatomi trabeluar meshwork penumpukan
cairan aqueous humor peninggian tekanan intraokuler
bisa terkompensasi krn jaringan mata anak masih lembek
sehingga seluruh mata membesar (panjang bisa 32 mm,
kornea bisa 16 mm buftalmos & megalokornea) kornea
menipis sehingga kurvatura kornea berkurang
Ketika mata tidak dapat lagi meregang bisa terjadi
penggaungan dan atrofi papil saraf optik
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Diagnosis glaukoma
kongenital tahap lanjut
dengan mendapati:
Megalokornea
Robekan membran
descement
Pengeruhan difus kornea
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Megalocornea
http://emedicine.medscape.com/article/1196299-overview
Tatalaksana
Medikamentosa hingga
TIO normal
Acetazolamide
pilokarpin
Operasi:
Goniotomi (memotong
jaringan yg menutup
trabekula atau memotong
iris yg berinsersi pada
trabekula
Goniopuncture: membuat
fistula antara bilik depan
dan jaringan
subkonjungtiva (dilakukan
bila goniotomi tidak
berhasil)
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
MATA MERAH
VISUS TURUN
struktur yang
bervaskuler
sklera konjungtiva
tidak
menghalangi
media refraksi
Konjungtivitis murni
Trakoma
mata kering,
xeroftalmia
Pterigium
Pinguekula
Episkleritis
skleritis
mengenai media
refraksi (kornea,
uvea, atau
seluruh mata)
Keratitis
Keratokonjungtivitis
Ulkus Kornea
Uveitis
glaukoma akut
Endoftalmitis
panoftalmitis
uveitis posterior
perdarahan vitreous
Ablasio retina
oklusi arteri atau vena
retinal
neuritis optik
neuropati optik akut
karena obat (misalnya
etambutol), migrain,
tumor otak
MATA TENANG
VISUS TURUN
PERLAHAN
Katarak
Glaukoma
retinopati
penyakit sistemik
retinitis
pigmentosa
kelainan refraksi
RETINOPATI DIABETIK
DM ophthalmic complications :
Corneal abnormalities
Glaucoma
Iris neovascularization
Cataracts
Neuropathies
Diabetic retinopathy
most common and
potentially most blinding
Diabetic Retinopathy :
Retinopathy (damage to the
retina) caused by
complications of diabetes,
which can eventually lead to
blindness.
It is an ocular manifestation of
systemic disease which affects
up to 80% of all patients who
have had diabetes for 10 years
or more.
RETINOPATI DIABETIK
Signs and Symptoms
Seeing spots or floaters in the
field of vision
Blurred vision
Having a dark or empty spot in
the center of the vision
Difficulty seeing well at night
On funduscopic exam : cotton
wool spot, flame
hemorrhages, dot-blot
hemorrhages, hard exudates
Pemeriksaan :
Tajam penglihatan
Funduskopi dalam keadaan
pupil dilatasi : direk/indirek
Foto Fundus
USG bila ada perdarahan
vitreus
Tatalaksana :
Fotokoagulasi laser
RETINOPATI DIABETIK
Riwayat DM yang lama, biasa > 20 tahun
Mata tenang visus turun perlahan
Pemeriksaan Oftalmoskop
Mikroaneurisma (penonjolan dinding kapiler)
Perdarahan dalam bentuk titik, garis, bercak yang letaknya dekat
dengan mikroaneurisma di polus posterior (dot blot hemorrhage)
Dilatasi vena yang lumennya ireguler dan berkelok
Hard exudate (infiltrasi lipid ke dalam retina akibat dari peningkatan
permeabiitas kapiler), warna kekuningan
Soft exudate (cotton wall patches) adalah iskemia retina tampak
sebagai bercak kuning bersifat difus dan warna putih
Neovaskularisasi
Edema retina
KLASIFIKASI RETINOPATI DM
Derajat I : Mikroaneurisama dengan atau
tanpa eksudat lemak pada fundus okuli
Derajat II: Mikroaneurisma, perdarahan bintik
dan bercak dengan atau tanpa eksudat lemak
pada fundus okuli
Derajat III: Mikroaneurisma, perdarahan bintik
dan bercak, neovaskularisasi
Pra
Proliferatif(Non
proliferatif)
Proliferatif
Proliferatif
lanjut
Flame-shaped hemorrhage
Macular edema
Neovascularization
Penatalaksanaan :
1. Medical Treatment :
Aldose reduktase inhibitor (sorbinil)
Penelitian menurunkan proses retinopati
Vascular Endothelial Growth factor Inhibitor
Aminoguanidin (mengikat protein yang
mengalami glikolisis
Pentoxypilin (memperbaiki sirkulasi perifer)
2. Laser Photocoagulation
Early Treatment Diabetic Retinopathy Study
(ETDRS) : Fotokoagulasi dini menurunkan incident
ggn visus 50%
Terapi pilihan utama pada retinopati diabetes
yang telah mengancam penglihatan
Indikasi :
Perdarahan vitreous atau preretinal terokalisasi
Kontraksi progresif proliferasi fibrin
Neovaskularisasi ekstensif di COA
3. Bedah Vitrektomi :
Vitrektomi dini pada PDR dapat menyebabkan
regresi NVD dan NVE
Indikasi :
Vitrektomi dipertimbangkan dilakukan jika terjadi
rekurensi, kegagalan terapi dengan foto koagulasi,
ataupun perdarahan vitreus yang massif hingga polus
posterior tidak terlihat.
Perdarahan vitreous yang lama (3 6 bln)
PDR (retinopati diabetik proliferatif) yang aktif dengan
visus baik
Adanya traksi pada papil, peripapil, makula
Adanya ablasio retina yang melibatkan makula
Penurunan tajam penglihatan dari 10/50 menjadi
10/100 atau lebih buruk
Oklusi arteri
sentral
retina
Penyumbataan arteri sentralis retina dapat disebabkan oleh radang arteri, thrombus dan
emboli pada arteri, spsame pembuluh darah, akibat terlambatnya pengaliran darah, giant cell
arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Secara oftalmoskopis,
retina superficial mengalami pengeruhan kecuali di foveola yang memperlihatkan bercak
merah cherry (cherry red spot). Penglihatan kabur yang hilang timbul tanpa disertai rasa sakit
dan kemudian gelap menetap. Penurunan visus mendadak biasanya disebabkan oleh emboli
Oklusi vena
sentral
retina
Kelainan retina akibat sumbatan akut vena retina sentral yang ditandai dengan penglihatan
hilang mendadak.
Vena dilatasi dan berkelok, Perdarahan dot dan flame shaped , Perdarahan masif pada ke 4
kuadran , Cotton wool spot, dapat disertai dengan atau tanpa edema papil
ARMD
Degenerasi makula terkait usia. Penyebab pasti belum diketahui. Insidens meningkat pada usia
> 50 tahun. Predominansi pada wanita, riwayat keluarga, dan riwayat merokok. Gangguan
penglihatan sentral (mata kabur, distorsi atau skotoma). Ditandai oleh atrofi dan degenerasi
retina bagian luar, epitel pigmen retina, membran Bruch, dan koriokapilaris dengan derajat
bervariasi. Funduskopi: drusen (endapan putih, kuning, bulat, diskret tersebar di seluruh
makula dan kutub posterior)
Tatalaksana bisa berupa Antioksidan serta Fotokoagulasi laser
Retinopati
hipertensi
suatu kondisi dengan karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada populasi yang
menderita hipertensi. Mata tenang visus turun perlahan dengan tanda AV crossing cotton
wol spot- hingga edema papil; copperwire; silverwire
Amaurosis
Fugax
59. HORDEOLUM
Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata
Infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
Gejala: kelopak bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal,
merah, nyeri bila ditekan, ada pseudoptosis/ptosis akibat
bertambah berat kelopak
Gejala
nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau
bawah
berwarna kemerahan.
Pada hordeolum interna, benjolan akan nampak lebih jelas
dengan membuka kelopak mata.
Rasa mengganjal pada kelopak mata
Nyeri takan dan makin nyeri saat menunduk.
Kadang mata berair dan peka terhadap sinar.
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas
2 bentuk :
Hordeolum internum: infeksi kelenjar Meibom di dalam
tarsus. Tampak penonjolan ke daerah kulit kelopak, pus
dapat keluar dari pangkal rambut
Hordeolum eksternum: infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.
Penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal
http://www.huidziekten.nl/zakboek/dermatosen/htxt/Hordeolum.htm
Hordeolum Eksterna
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas
Hordeolum Interna
Pengobatan
Self-limited dlm 1-2 mingu
Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4x/hari
Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya:
Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B,
Chloramphenicol
Jika tidak menunjukkan perbaikan : Antibiotika oral
(diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin,
Eritromisin, Doxycyclin
Insisi bila pus tidak dapat keluar
Pada hordeolum interna, insisi vertikal terhadap margo
palpebra supaya tidak memotong kelenjar meibom lainnya
Pada hordeolum eksterna, insisi horizontal supaya kosmetik
tetap baik
Diagnosis Banding
Kalazion
Inflamasi idiopatik, steril, dan kronik dari kelenjar Meibom
Ditandai oleh pembengkakan yang tidak nyeri, muncul
berminggu-minggu.
Dibedakan dari hordeolum oleh ketiadaan tanda-tanda inflamasi
akut
Jika sangat besar, kalazion dapat menekan bola mata,
menyebabkan astigmatisma
Blefaritis
Radang kronik pada kelopak mata, disebabkan peradangan
kronik tepi kelopak mata (blefaritis anterior) atau peradangan
kronik kelenjar Meibom (blefaritis posterior)
Gejala: kelopak mata merah, edema, nyeri, eksudat lengket,
epiforia, dapat disertai konjungtivitis dan keratitis
Selulitis palpebra
Infiltrat difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut,
biasanya disebabkan infeksi Streptococcus.
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
Konjungtivitis Atopi
Biasanya ada riwayat atopi
Gejala + Tanda: sensasi
terbakar, sekret mukoid
mata merah, fotofobia
Terdapat papila-papila halus
yang terutama ada di tarsus
inferior
Jarang ditemukan papila
raksasa
Karena eksaserbasi datang
berulanga kali
neovaskularisasi kornea,
sikatriks
KONJUNGTIVITIS VERNAL
Nama lain:
spring catarrh
seasonal conjunctivitis
warm weather conjunctivitis
Komplikasi:
Tatalaksana
Self-limiting
Akut:
Steroid topikal (+sistemik
bila perlu), jangka pendek
mengurangi gatal
(waspada efek samping:
glaukoma, katarak, dll.)
Vasokonstriktor topikal
Kompres dingin & ice
pack
VKC
AKC
Age at onset
Sex
No sex predilection
Seasonal variation
Discharge
Conjunctival
scarring
Higher incidence of
conjunctival scarring
Horner-Trantas
dots
Corneal
neovascularization
Not present
Deep corneal
neovascularization tends to
develop
Presence of
eosinophils in
conjunctival
scraping
Presence of eosinophils is
less likely
Pathology
Etiology
Feature
Bacterial
staphylococci
streptococci,
gonocci
Corynebacter
ium strains
Viral
Adenovirus
herpes
simplex virus
or varicellazoster virus
http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html
Treatment
Pathology
Etiology
Feature
Treatment
Fungal
Topical antifungal
Vernal
Allergy
Removal allergen
Topical antihistamine
Vasoconstrictors
Inclusion
Chlamydia
trachomatis
Doxycycline 100 mg PO
bid for 21 days OR
Erythromycin 250 mg
PO qid for 21 days
Topical antibiotics
Klasifikasi :
Derajat 1: kornea jernih dan tidak
ada iskemik limbus (prognosis
sangat baik)
Derajat 2: kornea berkabut
dengan gambaran iris yang masih
terlihat dan terdapat kurang dari
1/3 iskemik limbus (prognosis
baik)
Derajat 3: epitel kornea hilang
total, stroma berkabut dengan
gambaran iris tidak jelas dan
sudah terdapat 1/2 iskemik
limbus (prognosis kurang)
Derajat 4: kornea opak dan
sudah terdapat iskemik lebih dari
1/2 limbus (prognosis sangat
buruk)
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf
Trauma Asam :
Bahan asam mengenai mata maka
akan segera terjadi koagulasi protein
epitel kornea yang mengakibatkan
kekeruhan pada kornea, sehingga bila
konsentrasi tidak tinggi maka tidak
akan bersifat destruktif
Biasanya kerusakan hanya pada
bagian superfisial saja
Bahan kimia bersifat asam : asam
sulfat, air accu, asam sulfit, asam
hidrklorida, zat pemutih, asam
asetat, asam nitrat, asam kromat,
asam hidroflorida
Trauma Basa :
Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel
dan terjadi proses safonifikasi, disertai
dengan dehidrasi
Basa akan menembus kornea, kamera
okuli anterior sampai retina dengan
cepat, sehingga berakhir dengan
kebutaan.
Pada trauma basa akan terjadi
penghancuran jaringan kolagen kornea.
Bahan kimia bersifat basa: NaOH, CaOH,
amoniak, Freon/bahan pendingin lemari
es, sabun, shampo, kapur gamping,
semen, tiner, lem, cairan pembersih
dalam rumah tangga, soda kuat.
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf
Tatalaksana Medikamentosa :
Steroid : mengurangi
inflamasi dan infiltrasi
neutrofil
Siklopegik : mengistirahatkan
iris, mencegah iritis (atropine
atau scopolamin) dilatasi
pupil
Antibiotik : mencegah infeksi
oleh kuman oportunis
Controlling IOP
Preventing infection
artificial tears
Ascorbate collagen remodeling
Placement of a therapeutic bandage contact
lens until the epithelium has regenerated
Controlling inflammation
Control pain
62. Presbiopia
Pemeriksaan dengan
kartu Jaeger untuk
melihat ketajaman
penglihatan jarak
dekat.
63. Episcleritis
Simple episcleritis
This common condition is a
benign, recurrent
inflammation of the episclera
it is most common in young
women.
Episcleritis is usually selflimiting and may require little
or no treatment.
It is not usually associated
with any systemic disease,
although around 10% may
have a connective tissue
disease.
Clinical features
Treatment
Nodular episcleritis
Clinical features
Sudden onset of FB sensation,
discomfort, tearing photophobia.
It may be recurrent.
Red nodule arising from the
episclera
can be moved separately from the
sclera (cf. nodular scleritis) and
conjunctiva
blanches with topical
vasoconstrictor (e.g.,
phenylephrine 10%)
does not stain with fluorescein;
globe nontender
Spontaneous resolution occurs in
56 weeks.
Treatment
Treat as for simple episcleritis, but
there is a greater role for ocular
lubricants.
Patients with severe or prolonged
episodes may require artificial
tears and/or topical
corticosteroids.
Nodular episcleritis is more
indolent and may require local
corticosteroid drops or antiinflammatory agents.
Topical ophthalmic 0.5%
prednisolone, 0.1%
dexamethasone, or 0.1%
betamethasone daily may be used.
Episcleritis
Maximal congestion
of episcleral vessels
Scleritis
Maximal congestion of
deep vascular plexus
Slight congestion of
episcleral vessels
Endoftalmitis
Uveitis
Perdarahan vitreous
Hifema
Retinal detachment
Glaukoma
Oftalmia simpatetik
Pemeriksaan Rutin :
Visus : dgn kartu Snellen/chart
projector + pinhole
TIO : dgn tonometer
aplanasi/schiotz/palpasi
Slit lamp : utk melihat segmen
anterior
USG : utk melihat segmen
posterior (jika memungkinkan)
Ro orbita : jika curiga fraktur
dinding orbita/benda asing
Tatalaksana :
Bergantung pada berat trauma,
mulai dari hanya pemberian
antibiotik sistemik dan atau
topikal, perban tekan, hingga
operasi repair
HIFEMA
Definisi:
Perdarahan pada bilik mata
depan
Tampak seperti warna
merah atau genangan
darah pada dasar iris atau
pada kornea
Tujuan terapi:
Mencegah rebleeding
(biasanya dalam 5 hari
pertama)
Mencegah noda darah
pada kornea
Mencegah atrofi saraf
optik
Komplikasi:
Perdarahan ulang
Sinekiae anterior perifer
Atrofi saraf optik
Glaukoma
Tatalaksana:
Gejala Klinis :
Penatalaksanaan :
Tx berkaitan dengan
penyakit sistemik
Untuk memperbaiki visus
harus waspada sebab 90
menit setelah sumbatan
kerusakan retina
ireversible.
Prinsip gradient
perfusion pressure
(menurunkan TIO secara
mendadak sehingga
terjadi referfusi dengan
menggeser sumbatan)
Gradient perfusion
pressure :
Parasentesis sumbatan di
bawah 1 jam 0,1 0,4cc
Masase bola mata (dilatasi
arteri retina)
blocker
acetazolamide
Streptokinase (fibrinolisis)
Mixtur O2 95% dengan
CO2 5% (vasodilatasi)
Predisposisi :
Gejala Klinis
1. Tipe Noniskemik :
FFA (Fundus Fluorescein
Angiography) area nonperfusi
kecil 10 disc - Gejala lebih ringan.
2. Tipe Iskemik :
FFA area nonperfusi diatas
10 disc
Vena dilatasi lebih nyata
Perdarahan masif pada ke 4
kuadran
Cotton wool spot
Rubeosis iridis
Marcus Gunn +
Perdarahan vitreous
Edama retina dan edama
makula
Pemeriksaan :
FFA (Fundus Fluorescein
Angiography)
ERG
(Electroretinogram)
Tonometri
Penatalaksanaan :
Memperbaiki
underlying disease
Fotokoagulasi laser
Vitrektomi
Kortikosteroid belum
terbuti efektivitasnya
Anti koagulasi sistemik
tidak direkomendasikan
Kelainan retina akibat sumbatan akut vena retina sentral yang ditandai dengan
penglihatan hilang mendadak.
Vena dilatasi dan berkelok, Perdarahan dot dan flame shaped , Perdarahan masif pada ke
4 kuadran , Cotton wool spot, dapat disertai dengan atau tanpa edema papil
Ablatio
retina
suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). Gejala:floaters,
photopsia/light flashes, penurunan tajam penglihatan, ada semacam tirai tipis berbentuk
parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai bagian bawah hingga menutup
Perdarahan
vitreous
Perdarahan pada selaput vitreous sampai ke dalam vitreous. Gejala: penglihatan buram
tiba-tiba, peningkatan floaters,dan kilatan cahaya
Amaurosis
Fugax
KATARAK TRAUMATIK
Most common complication of non-perforating and
perforating injuries to the globe.
Intraocular trauma by surgical instruments, lodged foreign
body or intraocular filtration tube is also a possible cause.
Cataracts caused by blunt trauma classically form stellate- or
rosette-shaped posterior axial opacities that may be stable or
progressive,
Penetrating trauma with disruption of the lens capsule forms
cortical changes that may remain focal if small or may
progress rapidly to total cortical opacification.
Clinical features:
Cataract formation after non-perforating injuries such as contusion
or concussion may occur without any damage to the lens capsule
The cataract formation may be slowly progressive or mature
suddenly
It is not always easy to observe initial changes of the lens
Vossius' ring can be seen as circular iris pigment imprinted on the
surface of the lens anterior capsule
Opacification can occur in a variety of lens structures resulting in
discrete, punctate subepithelial changes, or deep in the cortex with
the typical rosette (flower-shaped) opacity
Trauma may also produce anterior or posterior subcapsular
opacities.
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/hemianopia
Hifema
Perdarahan
Subkonjungtiva
Edema Kornea
Ruptur Koroid
Subluksasi
http://www.patient.co.uk/doctor/Eye-Trauma.htm
http://www.patient.co.uk/doctor/Eye-Trauma.htm
http://www.patient.co.uk/doctor/Eye-Trauma.htm
Temuan klinis
Rubella
Varicella
Toxoplasma
Trias:
1. Kulit (scarring, active lesions, hypo- and
hyperpigmentation, aplasia cutis, and/or an
erythematous macular exanthem)
2. Mata (microopthalmia, retinal dysplasia, optic atrophy,
and/or chorioretinitis)
3. Neurologis (microcephaly, encephalomalacia,
hydranencephaly, and/or intracranial calcification)
http://cmr.asm.org/content/17/1/1.full
Rute obat
Pilihan pertama
Pilihan kedua
Alternatif
Organisme
mirip ragi =
Candida sp
Topikal
Subkonjungtiva
Sistemik
Natamycin
Natamycin
Flycytosine
Amphotericin B
Miconazole
Ketoconazole
Nystatin
-
Organisme
mirip hifa =
ulkus fungi
Topikal
Subkonjungtiva
Sistemik
Natamycin
Amphotericin B
Fluconazole
Amphotericin B
Miconazole
Ketoconazole
Miconazole
-
Sources:
Keratitis Fungal
Gejala nyeri biasanya dirasakan diawal, namun lama-lama
berkurang krn saraf kornea mulai rusak.
Pemeriksaan oftalmologi :
Grayish-white corneal infiltrate with a rough, dry texture and feathery
borders; infiltrat berada di dalam lapisan stroma
Lesi satelit, hipopion, plak/presipitat endotelilal
Bisa juga ditemukan epitel yang intak atau sedikit meninggi di atas
infiltrat stroma
Keratitis Fungal
Meskipun memiliki karakteristik, terkadang sulit membedakan
keratitis fungal dengan bakteri.
Namun, infeksi jamur biasanya localized, dengan button appearance
yaitu infiltrat stroma yang meluas dengan ulserasi epitel relatif kecil.
Stromal infiltrate
Keratitis Jamur
NEUROLOGI
Clinical Presentation :
Palatal muscles
Asymmetric
Usually affects more than one extraocular muscle and is
not limited to muscles innervated by one cranial nerve
Weakness of lateral and medial recti may produce a
pseudointernuclear opthalmoplegia
Limited adduction of one eye with nystagmus of
the abducting eye on attempted lateral gaze
Ptosis caused by eyelid weakness
Diplopia is very common
Myasthenia Gravis
Work Up :
Treatment :
Anti-acetylcholine receptor
antibody (+) in 74%
Anti-striated muscle antibody
(+) in 84% pts with thymoma
Chest X-ray
Chest CT Scan to identify
thymoma
AChE inhibitors
Pyridostigmine bromide (Mestinon)
Starts working in 30-60 minutes and
lasts 3-6 hours
Individualize dose
Adult dose:
60-960mg/d PO
2mg IV/IM q2-3h
Caution
Check for cholinergic crisis
Immunomodulating therapies :
Prednisone
Plasmapheresis
Thymectomy
Important in treatment, especially if
thymoma is present
Neuropati
Polineuritis
(Polineurodegene
rasi)
Sindroma klinik akibat gangguan fungsi saraf tepi yang luas yang terjadi
secara bersamaan. Gejala Klinik : Didahului ISPA, Kelumpuhan LMN
(Distal lebih berat dari proksimal), Gangguan sensorik berupa pola
sarung tangan dan kaus kaki (stocking and gloves), Reflek tendon
berkurang, Kadang-kadang melibatkan saraf kranial.
Periodic paralysis
Episodic weakness
Related to potassium: Hypokalemia or Hyperkalemia
Unrelated to potassium
Myasthenia
Gravis
Guillaine Barre
Syndrome
Acute immune-immediated polyneuropathies, characterised by postinfection, symmetrical muscle weakness starts from proximal leg
Distrofi Muskular
user.shikoku.ne.jp/tobrains/exam/CT/CT-e.html
Epidural Hematom
Tipe
hematom
Lokasi
Pembuluh
darah yang
terkait
Symptoms
Epidural
Antara kranium dan
duramater
Subdural
Antara duramater dan
subarakhnoid
arteri meningea
media
(temporoparietal)
Arteri anterior
etmoidalis (lokus
frontalis)
Bridging veins
Sinus transversus dan
sigmoideus (lokus
oksipitalis)
Sinus sagitalis superior
lokus vertux
Terdapat interval lusid
CT
biconvex
appearance
75. Afasia
Kelainan yang terjadi karena kerusakan dari
bagian otak yang mengurus bahasa.
yaitu kehilangan kemampuan untuk
membentuk kata-kata atau kehilangan
kemampuan untuk menangkap arti kata-kata
sehingga pembicaraan tidak dapat
berlangsung dengan baik.
Pembagian Afasia :
1. Afasia Motorik (Broca)
2. Afasia Sensorik (Wernicke)
3. Afasia Global
Afasia Motorik :
- Terjadi karena rusaknya area Broca di
gyrus frontalis inferior.
- Mengerti isi pembicaraan, namun tidak
bisa menjawab atau mengemukakan
pendapat
- Disebut juga Afasia Expressif atau Afasia
Broca
- Bisa mengeluarkan 1 2 kata(nonfluent)
Afasia Sensorik
- Terjadi karena rusaknya area Wernicke di
girus temporal superior.
- Tidak mengerti isi pembicaraan, tapi bisa
mengeluarkan kata-kata(fluent)
- Disebut juga Afasia reseptif atau Afasia
Wernicke
Afasia Global
- Mengenai area Broca dan Wernicke
- Tidak mengerti dan tida bisa
mengeluarkan kata kata
Etiologi
1.
Trauma
2.
Tumor
3.
Radiation-induced
4.
Entrapment
Keadaan ini merupakan penyebab cedera pleksus brakhialis pada thoracic outlet
syndrome. Faktor lain yaitu payudara berukuran besar yang dapat menarik
dinding dada ke depan (anterior dan inferior).
5.
Idiopatik
Sindroma Erb-Duchenne
Lesi di radiks servikal atas (C5 dan C6) atau trunkus superior
dan biasanya terjadi akibat trauma. Pada bayi biasanya
akibat distokia bahu, orang dewasa terjadi karena jatuh
pada bahu dengan kepala terlampau menekuk kesamping.
Presentasi klinis pasien berupa waiters tip position dimana
lengan berada dalam posisi adduksi (kelemahan otot
deltoid dan supraspinatus), rotasi internal pada bahu
(kelemahan otot teres minor dan infraspinatus), pronasi
(kelemahan otot supinator dan brachioradialis) dan
pergelangan tangan fleksi (kelemahan otot ekstensor karpi
radialis longus dan brevis).
Selain itu terdapat pula kelemahan pada otot biseps
brakhialis, brakhialis, pektoralis mayor, subscapularis,
rhomboid, levator scapula dan teres mayor.
Refleks bisep biasanya menghilang, sedangkan hipestesi
terjadi pada bagian luar (lateral) dari lengan atas dan
tangan.
Am Fam Physician. 2010 Jan 15;81(2):147-155.
claw
hand
Netter 1997
Lesi Pan-supraklavikular
(radiks C5-T1 / semua trunkus)
Pada lesi ini terjadi kelemahan seluruh otot
ekstremitas atas, defisit sensorik yang jelas
pada seluruh ekstremitas atas dan mungkin
terdapat nyeri.
Otot rhomboid, seratus anterior dan otot-otot
spinal mungkin tidak lemah tergantung dari
letak lesi proksimal (radiks) atau lebih ke distal
(trunkus).
Am Fam Physician. 2010 Jan 15;81(2):147-155.
79. Koma
Koma merupakan penurunan kesadaran yang paling
rendah atau keadaan unarousable unresponsiveness,
yaitu keadaan dimana dengan semua rangsangan,
penderita tidak dapat dibangunkan.
Dalam bidang neurology, koma merupakan kegawat
daruratan medik yang paling sering
ditemukan/dijumpai.
Koma bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu
keadaan klinik tertentu yang disebabkan oleh berbagai
faktor serta membutuhkan tindakan penanganan yang
cepat dan tepat, dimana saja dan kapan saja.
PSKIATRI
81-83. Skizofrenia
Kriteria umum diagnosis skizofrenia:
Skizofrenia
Paranoid
merasa terancam/dikendalikan
Hebefrenik
Katatonik
Skizotipal
Waham menetap
hanya waham
Psikotik akut
Skizoafektif
Residual
Simpleks
PPDGJ
Psikofarmaka
Antipsikotik:
1st gen: klorpromazin, haloperidol.
2nd gen: klozapin, risperidone, olanzapine
Depresi:
Selective serotonin reuptake inhibitor: Fluoxetine,
sertraline, paroxetine.
Tricyclic: amitriptiline, doxepine, imipramine
Lingkungan :
lingkungan yang memusuhi,
masalah rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup,
perubahan kebiasaan hidup,
pola aktivitas sehari-hari,
kesukaran berhubungan
dengan orang lain,
kemiskinan,
Putus sekolah
Faktor Predisposisi/risiko
Faktor Genetis
Diduga letak gen
skizofrenia pada
kromosom no. 6 dengan
kontribusi genetik
tambahan no. 4, 8, 15 dan
22
kembar identik memilki
kemungkinan mengalami
skizofrenia sebesar 50%
Kedua orang tua
skizofrenia maka
peluangnya menjadi 35%
Psikologis
anak yang diperlakukan
oleh ibu pencemas,
terlalu melindungi, dingin
dan tidak berperasaan,
ayah yang mengambil
jarak dengan anaknya
Cognitive Disorder
If MCI progresses, memory problems become more
noticeable. Family and friends may begin to notice
signs such as:
repeating the same question over and over again.
retelling the same stories or providing the same
information repeatedly.
lack of initiative in beginning or completing activities.
trouble managing number-related tasks such as bill
paying.
lack of focus during conversations and activities.
inability to follow multi-step directions.
Psychiatric Examination
Mental Status Examination
The mental status
examination is the part of
the clinical assessment
that describes the sum
total of the examiner's
observations and
impressions of the
psychiatric patient at the
time of the interview.
The patient's mental status
can change from day to
day or hour to hour.
Pedoman diagnostik:
Penurunan kemampuan daya ingat & daya pikir yang sampai
mengganggu kegiatan harian
Tidak ada gangguan kesadaran
Gejala & disabilitas sudah nyata paling sedikit 6 bulan
Karakteristik
Fetishism
Frotteurism
Masochism
Sadism
Voyeurism
Necrophilia
Diagnosis
Pedophilia
Eksibisionis
Karakteristik
Description
Illusion
Delusion
Incoherence
Depersonalization
Derealization
Symptoms
Description
Hallucination
Idea of Reference
Dereism
Loosening of
associations
Idea of reference
Circumstantiality
Tilikan terganggu
hilangnya kemampuan untuk memahami
kenyataan obyektif akan kondisi dan situasi
dirinya
Darmono S. In
http://xa.yimg.com/kq/groups/20899393/913752678/name/11.
+Gambaran+dan+Gejala+Klinis+Gangguan+Jiwa.ppt. FKUI/RSCM
88. ADHD
Childhood Psychiatry
Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD)
a pattern of diminished sustained attention and
higher levels of impulsivity in a child or adolescent
Jenis-jenis ADHD
http://www.brainbalancecenters.com/blog/2013/08/an-inside-look-at-adhd/
http://en.wikipedia.rg/wiki
Definitions
Akathisia
Dystonia
Dyskinesia
Tardive dyskinesia
http://www.uspharm
acist.com/content/c/
10205/?t=alzheimer%
27s_and_dementia,n
eurology
1) peningkatan aktivitas,
2) banyak bicara,
3) flight of idea,
4) hilangnya inhibisi dari norma sosial,
5) berkurangnya kebutuhan tidur,
6) harga diri atau ide-ide kebesaran yang berlebihan,
7) distraktibillitas atau perubahan aktivitas atau rencana yang konstan,
8) perilaku berisiko atau ceroboh tanpa menyadari akibatnya,
9) peningkatan energi seksual.
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Gangguan Afektif
Pada gangguan afektif dengan ciri psikotik, waham
bersifat mood-congruent (konsisten dengan
depresi/manik)
Depresi: waham tentang dosa, kemiskinan,
malapetaka, & pasien merasa bertanggung jawab.
Manik: waham tentang kekuasaan, uang, utusan
Tuhan.
Diagnosis
Gejala Psikotik
Gangguan Afektif
Skizofrenia
Ada
Durasi singkat
Skizoafektif
91. Depresi
Gejala utama:
1. afek depresif,
2. hilang minat &
kegembiraan,
3. mudah lelah &
menurunnya
aktivitas.
Gejala lainnya:
1. konsentrasi menurun,
2. harga diri & kepercayaan diri
berkurang,
3. rasa bersalah & tidak berguna
yang tidak beralasan,
4. merasa masa depan suram &
pesimistis,
5. gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh
diri,
6. tidur terganggu,
7. perubahan nafsu makan (naik
atau turun).
PPDGJ
Depresi
Episode depresif ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain > 2
minggu
Episode depresif sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain, >2
minggu.
Gangguan Afektif
Pada gangguan afektif dengan ciri psikotik, waham
bersifat mood-congruent (konsisten dengan
depresi/manik)
Depresi: waham tentang dosa, kemiskinan,
malapetaka, & pasien merasa bertanggung jawab.
Manik: waham tentang kekuasaan, uang, utusan
Tuhan.
Diagnosis
Gejala Psikotik
Gangguan Afektif
Skizofrenia
Ada
Durasi singkat
Skizoafektif
Terapi Depresi
Kombinasi psikoterapi & farmakoterapi adalah terapi paling
efektif.
The different antidepressant class adverse effect profiles
make the SSRIs more tolerable than the TCAs SSRI is
commonly used as first line drug for major depression.
Antidepressan
A review of the use of antidepressants (Anderson, 01):
There is little difference in efficacy among most new (post1980) and older TCAs & monoamine oxidase inhibitor
(MAOI) antidepressants;
The serotonin (5-HT) and norepinephrine (NE) reuptake
inhibitors (SNRIs), including venlafaxine, and the TCAs are
superior in efficacy to the selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs);
Fluoxetine has a slower onset of therapeutic action than
the other SSRIs;
The different antidepressant class adverse effect profiles
make the SSRIs more tolerable than the TCAs. (Case files:
SSRI is commonly used as first line drug for major
depression)
Antidepressan
Cardiac Toxicity:
1. Tricyclic antidepressants may slow cardiac
conduction, resulting in intraventricular
conduction delay, prolongation of the QT interval,
and AV block. Therefore, TCAs should not be used
in patients with conduction defects, arrhythmias,
or a history of a recent MI.
2. SSRIs, venlafaxine, bupropion, mirtazapine, and
nefazodone have no effects on cardiac
conduction.
Antidepresan
Dosis anjuran/hari
Amitriptiliin
Imipramin
Maprotilin
Sertralin
Fluoxetin
Citalopram
Venlafaxin
Moclobemid
75 150 mg
75 150 mg
75 150 mg
50 10 mg
20 40 mg
20 60 mg
75 150 mg
300 600 mg
Hypersomnia
sleeping too much, as well as being drowsy at
times when client should be alert
Excessive sleepiness
Narcolepsy
Sleeping at the wrong time
Sleep intrudes into wakefulness, causing clients
to fall asleep almost instantly
Sleep is brief but refreshing
May also have sleep paralysis, sudden loss of
strength, and hallucinations as fall asleep or
awaken.
Night terror
Abrupt awakening from sleep, usually
beginning with a panicky scream or cry.
Intense fear and signs of autonomic arousal
Unresponsive to efforts from other to calm
client
No detailed dream recalled
Amnesia for episode
Sleep walking/somnabulisme
Rising from bed during sleep and
walking about.
Usually occurs early in the night.
On awakening, the person has amnesia
for episode
Karakteristik
Amnesia
Fugue
Stupor
Trans
Motorik
Konvulsi
Anestesi &
kehilangan
sensorik
Gejala Umum
Gejala Psikologis
Gejala Fisik
95. Ansietas
Diagnosis
Characteristic
Gangguan panik
Gangguan fobik
Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau
situasi, antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit,
cedera, dan kematian.
Gangguan
penyesuaian
Gangguan cemas
menyeluruh
Gangguan Fobik
Diagnosis
Karakteristik
Fobia Khas
Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau
situasi, antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit, cedera,
dan kematian.
Fobia sosial
Agorafobia
PPDGJ
Clostridium Tetani
Ditemukan pada tanah, dan saluran pencernaan binatang
Memiliki neurotoksin poten (tetanus toxin, tetanospasmin)
Patogenesis
Kuman masuk ke luka spora menjadi sel vegetatif
memproduksi toksin bermigrasi sepanjang saraf
ke SSP kejang & spasme otot
Terapi
Antibiotik dan ATS
Clostridium Botulinum
Clostridium Difficile
Hidup di kolon
Antibiotic-associated diarrhea (AAD), colitis, pseudomembranous colitis
Patogenesis
Penggunaan antibiotik jangka panjang flora normal di kolon mati
pertumbuhan c. difficile
Gejala
Diare ringan sampai enterokolitis.
Pada kolitis tanpa pseudomembran pasien menderita lemah, nyeri
abdominal, mual, diare, demam tinggi dan leukositosis bermakna.
Terapi
Metronidazole, vancomycin
Clostridium Perfringens
Eksotoksin: gas gangrene pada luka operasi
Demam tinggi, pus coklat, gelebung gas bawah
kulit, perubahan warna kulit, bau busuk
Terapi: antibiotik
98
Histopatologi Skrofuloderma
Cuboid cell
lining
99.
100. Posio
Ointment Skin
Ointment
Specific Indication/advantage
Gel/Jelly
More liquid than salve and transparent, good use for mucosa,
can easily washed by water.
Cream/Cremores
Salve/Zalf/unguent
a
Powder
Injection
Diagnosis Banding :
Melanoma maligma, nevus biru, nevus sel epiteloid dan atau nevus
spindel, KSB berpigmen, Histiositoma, Keratosis seboroik berpigmen.
Pengobatan :
Pada umumnya tidak diperlukan pengobatan. Namun bila
menimbulkan masalah sesara kosmetik, atau sering terjadi iritasi
karena gesekan pakaian, dapat dilakukan bedah eksisi. Bila ada
kecurigaan ke arah keganasan dapat dilakukan eksisi dengan
pemeriksaan histopatologi
Terapi
Nistatin : berupa cream, salep, emulsi.
Grup azol : mikonazol 2% berupa cream atau bedak,
klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan cream, tiokonazol,
bufonazol, isokonazol, siklopiroksolamin 1% larutan, cream,
antimikotin yang laen yang berspektrum luas.
Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberikan kontrimazol
500mg pervaginam dosis tunggal, sistemik diberikan
ketokonazol 2x200mg selama 5 hari atau dengan intrakonazol
2x200mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150mg dosis
tunggal.
Intrakonazol : bila dipakai untuk kandidiasis vulvovaginalis
dosis orang dewasa 2x100mg sehari, selama 3 hari.
103.
104.
105.
106.
107.
Cryptococcus
Neofarmans
Jamur seperti ragi (yeast-like fungus) yang ada dimana-mana
di seluruh dunia
Penyebab utama meningitis jamur dan penyebab terbanyak
morbiditas & mortalitas pasien dengan gangguan imunitas
Ditemukan pada kotoran burung (terutama merpati), tanah,
binatang juga pada kelompok manusia (colonized human).
Diagnosis:
Sistemik: ditemukan antigen kriptokokus serum
Meningitis: antigen kriptokokus pada CSF
Terapi:
Sistemik: Flukonazol 200-400 mg/h (10 minggu)
Meningitis: Amphotericin B 0.7 1 mg/Kg BB (2 minggu)
Pneumocystis Jiroveci
Pneumonia (PCP)
Terjadi pada penderita dengan CD4 < 200
Subakut beberapa minggu bulan: gejala demam, batuk kering, sesak
napas yang memburuk, BB turun
Rontgen: tidak khas, berupa infiltrat bilateral intersisial yang difus
Cryptosporodium
Terapi: Niklosamide
Kista Hidatid
Etiologi: Echinococcus granulosus
Hospes definitif: Anjing dan carnivora
lainnya.
Echinococcus granulosus
LARVA :
HIDATID
BENTUK
GELEMBUNG
TELUR
Diagnosis Klinis
1. Diagnosis klinik berdasarkan pertumbuhan
kista/tumor yg lambat (khususnya di hepar)
2. DD >>>> keganasan, abses amouba, dan kista
kongenital
3. Pemeriksaan Rontgen bermanfaat untuk kista
pulmonal & kista yang mengalami kalsifikasi
4. USG hepar bermanfaat untuk mendeteksi kista
hidatid
Diagnosis Laboratorium
1.
2.
3.
4.
Menemukan protoskoleks
Menemukan brood capsule
Menemukan kista baru pada pasca operasi
Menemukan fragmen hidatid dari pecahan kista di
dalam sputum dan urin.
5. Menemukan skoleks dari cairan kista.
6. Reaksi Casoni (skin tes, hasil tes memperlihatkan
positif palsu 14 %)
7. Tes serologi (ELISA, IHA, IFA, & IEF)
Proteksi perorang :
1.
2.
3.
110. Pioderma
Penyakit
Keterangan
Erisipelas
Selulitis
Impetigo
krustosa
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 58-61
Sumber: Stulberg DL,et al. Diagnosis and treatment of basal cell and squamous cell carcinoma.
American Family Physician. 2004;70(8):1481-1488.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
SCC
Melanoma maligna
Etiologi belum pasti. Mungkin
faktor herediter atau iritasi
berulang pada tahi lalat
Usia 30-60 tahun
Bentuk:
Superfisial: Bercak dengan
warna bervariasi, tidak teratur,
berbatas tegas, sedikit
penonjolan
Nodular: nodus berwarna biru
kehitaman dengan batas tegas
Lentigo melanoma maligna:
plakat berbatas tegas, coklat
kehitaman, meliputi muka
Prognosis buruk
BCC
MM
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Clinical Manifestation
CP is generally divided into several major motor syndromes
that differ according to the pattern of neurologic involvement,
neuropathology, and etiology
Clinical Manifestation
Spastic hemiplegia: decreased spontaneous movements on the affected
side, the arm is often more involved than the leg. Spasticity is apparent in
the affected extremities, particularly the ankle, causing an equinovarus
deformity of the foot
Spastic diplegia is bilateral spasticity of the legs greater than in the arms.
Examination: spasticity in the legs with brisk reflexes, ankle clonus, and a
bilateral Babinski sign. When the child is suspended by the axillae, a
scissoring posture of the lower extremities is maintained
Spastic quadriplegia is the most severe form of CP because of marked
motor impairment of all extremities and the high association with mental
retardation and seizures
Athetoid CP, also called choreoathetoid or extrapyramidal CP, is less
common than spastic cerebral palsy. Affected infants are characteristically
hypotonic with poor head control and marked head lag
Typical deficits
Water: 6 L, or 100 mL per kg
body weight
Sodium: 7 to 10 mEq per kg body
weight
Potassium: 3 to 5 mEq per kg
body weight
Phosphate: ~1.0 mmol per kg
body weight
until SQ insulin
initiated
Insulin Administration
Adapted from:
Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, et al; American Diabetes Association. Hyperglycemic crises in
diabetes.treatment
Diabetes Care. 2004;27(Suppl.
1):S94-S102
Insulin
is begun
after the initial fluid resuscitation
INSULIN
IV insulin infusion
regular insulin
0.1 units/kg/hr
Insulin therapy
Turns off the production of ketones
Decreases blood glucose
Decrease to
Thestatus
insulin infusion should be continued until
and neurological
0.05 units/kg/hr
the ph >7.30 and/or the HCO3 >15 mEq/L and the
until SQ insulin
serum ketones have cleared
initiated
Adapted from:
Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, et al; American Diabetes Association. Hyperglycemic crises in
diabetes. Diabetes Care. 2004;27(Suppl. 1):S94-S102
Potassium Administration
initial serum potassium is <2.5 mmol/L (hypokalemia)
Administer 0.5-1 mEq/kg of potassium chloride in IV
Start potassium replacement early, even before starting insulin therapy
Dextrose Administration
Dextrose
Adapted from:
Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, et al; American
Diabetes Association. Hyperglycemic crises in diabetes.
Diabetes Care. 2004;27(Suppl. 1):S94-S102
61
Bicarbonate
Bicarbonate therapy is generally
contraindicated in Pediatric DKA due to
increased risk of cerebral edema.
Bicarbonate therapy should only be
considered in cases of:
Severe acidemia
Life-threatening hyperkalemia
Cerebral oedema
This is unpredictable, occurs more frequently in younger children and
newly diagnosed diabetes and has a mortality of around 25%. The
causes are not known.
Hypokalaemia
This is preventable with careful monitoring and management
Aspiration pneumonia
Use a naso-gastric tube in semi-conscious or unconscious children.
http://dtc.ucsf.edu/types-of-diabetes/type2/treatment-of-type-2diabetes/medications-and-therapies/type-2-insulin-rx/types-of-insulin/
Examples
Onset of
Duration of
action (mins) action (hours)
Rapid
Aspart, lispro
10-20
Rapidintermediate
Short
Regular*
Shortintermediate
Regularisophane
Novomix,
10-20
Humalog
Actrapid, Humulin S, 15-60
Insuman Rapid
Mixtard,
15-60
Category
Generic type
2-5
8-16+
4-8
8-16+
Humulin M2/3/5,
(NPH) mixture
Insuman Comb
Intermediate
Long
Very long
'Biphasic'
Isophane (NPH) Insulatard,
Humulin I,
Insuman Basal
Crystalline zinc Ultratard,
suspensions
Humulin Zn
'Lente'
Glargine
60-120
8-16+
120-240
16-30
60-120
24+
http://www.medscape.com/viewarticle/462554_4
Perdarahan Subgaleal
Memantau hematokrit
Memantau hiperbilirubinemia
Mungkin diperlukan pemeriksaan koagulopati
Tabel 7 : Diagnosis banding trauma lahir ekstrakranial
L es i
s etelah
lahir
M elin tas i
garis sutura
kehilan gan
darah akut
Kaput
suksedaneum
lunak, lekukan
tidak
ya
tidak
Sefal hematoma
padat, tegang
ya
tidak
tidak
Hematoma
subgaleal
padat, berair
ya
ya
Trauma Intrakranial
Perdarahan Subdural
ya
Fluoride
Fluoride's predominant
effect is posteruptive and
topical and that the effect
depends on fluoride being
in the right amount in the
right place at the right
time.
Fluoride works primarily
after teeth have erupted,
especially when small
amounts are maintained
constantly in the mouth,
specifically in dental plaque
and saliva.
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5014a1.htm
Fluorosis Gigi
The proper amount of
fluoride helps prevent and
control dental caries.
Severe forms of this
condition can occur only
when young children ingest
excess fluoride, from any
source, during critical
periods of tooth
development.
The severity of the
condition depends on the
dose, duration, and timing
of fluoride intake.
Indikasi Kontra
DTP
Polio Oral
Polio Inactivated
MMR
Hepatitis B
Varisela
Pertimbangan Tambahan
Anak dengan batuk-pilek ringan dengan atau
tanpa demam boleh diimunisasi, kecuali bila
bayi sangat rewel, imunisasi dapat ditunda 1-2
minggu
Tidak dibenarkan memberikan imunisasi
dengan pengurangan dosis atau dengan dosis
terbagi
Anak yang sedang minum antibiotik tetap
diperbolehkan imunisasi
Keterangan
Inkompatibilitas ABO
Inkompatibilitas Rh
Inkompatibilitas ABO
Terjadi pada ibu dengan
golongan darah O terhadap
janin dengan golongan
darah A, B, atau AB
Tidak terjadi pada ibu gol A
dan B karena antibodi yg
terbentuk adalah IgM yg tdk
melewati plasenta,
sedangkan 1% ibu gol darah
O yang memiliki titer
antibody IgG terhadap
antigen A dan B, bisa
melewati plasenta
Inkompatibilitas ABO
Inkompatibilitas Rh
ISK
3 bentuk gejala UTI:
Pyelonefritis (upper UTI): nyeri abdomen, demam, malaise, mual,
muntah, kadang-kadang diare
Sistitis (lower UTI): disuria, urgency, frequency, nyeri suprapubik,
inkontinensia, urin berbau
Bakteriuria asimtomatik: kultur urin (+) tetapi tidak disertai gejala
Pemeriksaan Penunjang :
Urinalisis : Proteinuria, leukosituria (>5/LPB), Hematuria
(Eritrosit>5/LPB)
Biakan urin dan uji sensitivitas
Kreatinin dan Ureum
Pencitraan ginjal dan saluran kemih untuk mencari kelainan
anatomis maupun fungsional
Diagnosa pasti : Bakteriuria bermakna pada biakan urin (>10 5 koloni
kuman per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) yang diambil
pagi hari)
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. & PPM IDAI
Risk Factor
Algoritme
Penanggulangan
dan Pencitraan
Anak dengan ISK
Tatalaksana UTI
Tujuan : Memberantas kuman penyebab, mencegah dan menangani komplikasi dini, mencari
kelainan yang mendasari
Umum (Suportif)
Masukan cairan yang cukup
Edukasi untuk tidak menahan berkemih
Menjaga kebersihan daerah perineum dan periurethra
Hindari konstipasi
Khusus
Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibiotik diberikan secara empirik
selama 7-10 hari
Obat rawat jalan : kotrimoksazol oral 24 mg/kgBB setiap 12 jam, alternatif ampisilin,
amoksisilin, kecuali jika :
Terdapat demam tinggi dan gangguan sistemik
Terdapat tanda pyelonefritis (nyeri pinggang/bengkak)
Pada bayi muda
Jika respon klinis kurang baik, atau kondisi anak memburuk berikan gentamisin (7.5
mg/kg IV sekali sehari) + ampisilin (50 mg/kg IV setiap 6 jam) atau sefalosporin gen-3
parenteral
Antibiotik profilaksis diberikan pada ISK simpleks berulang, pielonefritis akut, ISK pada
neonatus, atau ISK kompleks (disertai kelainan anatomis atau fungsional)
Pertimbangkan komplikasi pielonefritis atau sepsis
Hipoglikemia
Diagnosis
Anamnesis: tremor, iritabilitas, kejang/koma, letargi/apatis, sulit menyusui,
apneu, sianosis, menangis lemah/melengking
PF: BBL >4000 gram, lemas/letargi/kejang beberapa saat sesudah lahir
Penunjang: Pemeriksaan glukosa darah baik strip maupun darah vena, reduksi
urin, elektrolit darah
Penatalaksanaan
Bolus 200 mg/kg dengan dextrosa 10% IV selama 5 menit
Hitung Glucose Infusion Rate (GIR), 6-8 mg/kgBB/menit untuk mencapai GD
maksimal. Dapat dinaikkan sampai maksimal 12mg/kgBB/menit
Cek GD per 6 jam
Bila hasil GD 36-47 mg/dl 2 kali berturut-turut + Infus dextrosa 10%
Bila GD >47 mg/dl setelah 24 jam terapi, infus diturunkan bertahap
2mg/kgBB/menit setiap jam
Tingkatkan asupan oral
Sindrom
Klinefelter
47,XXY
noninherited
Sindrom
Edward
Trisomi 18
Noninherited
Clenched hands, Crossed legs, abnormally shaped head; micrognathia, Feet with a
rounded bottom (rocker-bottom feet), Low birth weight & IUGR, Low-set ears, Mental
delay, microcephaly, Undescended testicle, coloboma iris, Umbilical hernia or inguinal
hernia, congenital heart disease (ASD, PDA, VSD), kidney problems (i.e: Horseshoe
kidney, Hydronephrosis, Polycystic kidney), severe intellectual disability
It is three times more common in girls than boys. Many individuals with trisomy 18 die
before birth or within their first month.
Sindrom Down
Trisomi 21
noninherited
mikrosefal; hypotonus, Excess skin at the nape of the neck, Flattened nose, Separated
sutures, Single palm crease, Small ears, small mouth, Upward slanting eyes, Wide, short
hands with short fingers, White spots on the colored part of the eye (Brushfield spots),
heart defects (ASD, VSD)
Physical development is often slower than normal (Most never reach their average adult
height), delayed mental and social development (Impulsive behavior, Poor judgment, Short
attention span, Slow learning)
Sindrom turner
45 + XO
noninherited
The most common feature is short stature, which becomes evident by about age 5.
Ovarian hypofunction. Many affected girls do not undergo puberty and infertile.
About 30 % have webbed neck, a low hairline at the back of the neck, limfedema
ekstrimitas, skeletal abnormalities, or kidney problem, 1/3 have heart defect, such as
coarctation of the aorta.
Most of them have normal intelligence. Developmental delays, nonverbal learning
disabilities, and behavioral problems are possible
Marfan
syndrome
3 dari 4 kasus
bersifat
diturunkan
Fragile X
syndrome
Diturunkan
secara X-linked
dominan
Defisiensi Vitamin B
Vitamin B1 (Thiamine)
Mechanism of toxicity:
Cyanide binds to cellular cytochrome oxidase blocking the aerobic utilization
of oxygen.
Cyanide Intoxication
Treatment:
A. Emergency and supportive measures. Treat all cyanide
exposures as potentially lethal.
1. Maintain an open airway and assist ventilation if necessary.
2. Treat coma, hypotension, & seizures if they occur.
3. Start an IV line and monitor the patients vital signs and ECG
B. Specific drugs and antidotes
C. Prehospital.
Immediately administer activated charcoal if available. Do not
induce vomiting unless victim is more than 20 minutes from a
medical facility and charcoal is not available.
Cyanide Poisoning
Treatment
Provide oxygen
Hydroxocobalamin: Combines with cyanide to form cyanocobalamin (vitamin B-12),
which is renally cleared
Sodium nitrites: Induce cyanide-scavenging methemoglobinemia in red blood cells,
(combines with cyanide, thus releasing cytochrome oxidase enzyme)
Sodium thiosulfate: Enhances the conversion of cyanide to thiocyanate , which is renally
excreted
Administer sodium bicarbonate in severe poisoning because of marked lactic acidosis
523
2. Leukemia126. Leukemia
CLL
CML
ALL
AML
The bone marrow makes abnormal leukocyte dont die when they
should crowd out normal leukocytes, erythrocytes, & platelets.
This makes it hard for normal blood cells to do their work.
Prevalence
Over 55 y.o.
Mainly adults
Symptoms &
Signs
Common in
children
Grow quickly
their doctor.
Adults &
children
feel sick & go to
Mature
lymphocyte
Mature
granulocyte
Therapy
Lymphoblast
>20%
Myeloblast
>20%
Leukemia
Jenis leukemia yang paling sering terjadi pada
anak-anak adalah Acute Lymphoblastic
Leukemia (ALL) dan Acute Myelogenous
Leukemia (AML)
ALL merupakan keganasan yg paling sering
ditemui pada anak-anak (1/4 total kasus
keganasan pediatrik)
Puncak insidens ALL usia 2-5 tahun
Clinical Manifestation
More common in AML
Leukostasis (when blas count >50.000/uL): occluded
microcirculationheadache, blurred vision, TIA, CVA, dyspnea,
hypoxia
DIC (promyelocitic subtype)
Leukemic infiltration of skin, gingiva (monocytic subtype)
Chloroma: extramedullary tumor, virtually any location.
ALL
AML
etiologi
Gejala dan
tanda
Lab
Anemia, Trombositopenia,
Leukopeni/Hiperleukositosis/normal,
Dominasi Limfosit, Sel Blas (+)
Trombositopenia,
leukopenia/leukositosis, primitif
granulocyte/monocyte, auer rods (hin,
needle-shaped, eosinophilic cytoplasmic
inclusions)
Terapi
kemoterapi
kemoterapi
127. Bronkiolitis
Infection (inflammation) at
bronchioli
Bisa disebabkan oleh
beberapa jenis virus, yang
paling sering adalah
respiratory syncytial virus
(RSV)
Virus lainnya: influenza,
parainfluenza, dan
adenoviruses
Predominantly < 2 years of age
(2-6 months)
Difficult to differentiate with
pneumonia and asthma
Bronkhiolitis
Bronchiolitis
Bronchiolitis:
Management
Mild disease
Symptomatic therapy
Moderate to Severe diseases
Life Support Treatment : O2, IVFD
Etiological Treatment
Anti viral therapy (rare)
Antibiotic (if etiology bacteria)
Symptomatic Therapy
Bronchodilator: controversial
Corticosteroid: controversial (not effective)
Tatalaksana Bronkiolitis
Walaupun pemakaian nebulisasi
dengan beta2 agonis sampai saat
ini masih kontroversi, tetapi
masih bisa dianjurkan dengan
alasan:
Pada bronkiolitis selain terdapat
proses inflamasi akibat infeksi virus
juga ada bronkospasme dibagian
perifer saluran napas (bronkioli)
Beta agonis dapat meningkatkan
mukosilier
Sering tidak mudah membedakan
antara bronkiolitis dengan
serangan pertama asma
Efek samping nebulasi beta agonis
yang minimal dibandingkan
epinefrin.
Hitung cairan
Calculate Deficit/terapi pengganti
Mild Dehydration: 4% deficit (50 ml/kg deficit, 30 ml/kg if
>10 kg)
Moderate Dehydration: 8% deficit (100 ml/kg deficit, 60
ml/kg if >10 kg)
Severe Dehydration: 12% deficit (120 ml/kg deficit)
On Going Loss/ Concomitant water loss setiap muntah/
diare
Can be measured directly (eg, NGT, catheter, stool
measurements) or estimated (eg: 10cc/kgBB/diare; 5
cc/kgbb/muntah)
129. Hemofilia
Hemophilia is the most common inherited
bleeding disorder.
There are:
Hemophilia A : deficiency of factor VIII
Hemophilia B : deficiency of factor IX
Epidemiology
Incidence:
hemophilia A ( 85%) 1 : 5,000 10,000 males
(or 1 : 10,000 of male life birth)
hemophilia B ( 15%) 1 : 23,000 30,000 males
(or 1 : 50,000 of male life birth)
Approximately 70% had family history of bleeding
problems
Clinical manifestasion: mild, Moderate, severe
Genetic
Inherited as sex (X)-linked recessive
Genes of factor VIII/IX are located on the
distal part of the long arm (q) of X
chromosome
Female (women) are carriers
http://www.cdc.gov/ncbddd/hemophilia/inheritance-pattern.html
Clinical manifestation
Bleeding:
usually deep (hematoma, hemarthrosis)
spontaneous or following mild trauma
Type:
hemarthrosis
hematoma
intracranial hemorrhage
hematuria
epistaxis
bleeding of the frenulum (baby)
Kuliah Hemofilia FKUI. Pustika A.
Diagnosis
history of abnormal bleeding in a boy
n normal platelet count
n bleeding time usually normal
n clotting time: prolonged
n prothrombin time usually normal
n partial thromboplastin time prolonged
n decreased antihemophilic factor
n
Antenatal diagnosis
factor-IX
(unit/ml)
~ 0,5
~ 0,6
~ 4,0
25 - 100
25 - 35
(ml)
200
20
10
20
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap dan kultur darah
Gula darah dan elektrolit jika terdapat indikasi
Pungsi lumbal untuk menegakkan diagnosis dan menentukan
etiologi
Pada kasus berat sebaiknya ditunda
Kontraindikasi mutlak : Terdapat gejala peningkatan tekanan
intrakranial
Diindikasikan pada suspek meningitis, SAH, dan penyakit SSP yang lain
(eg. GBS)
Protokol pertama pada kasus kejang pada anak usia < 1 tahun
sangat dianjurkan; 12-18 bln dianjurkan; > 18 bln tidak rutin
dilakukan
CT Scan dengan kontras atau MRI pada kasus berat, atau dicurigai
adanya abses otal, hidrosefalus, atau empiema subdural
EEG jika ditemukan perlambatan umum
CSF interpretation
Biochemistry
Neutrophils
(x 106 /L)
Lymphocytes
(x 106/L)
Protein
(g/L)
Glucose
(CSF:blood ratio)
Normal
(>1 month of
age)
< 0.4
Normal
neonate
(<1 month of
age)
< 20
<1.0
http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/CSF_Interpretation/
Ensefalitis
Meningitis
bakterial
Akut
Akut
Kronik
Akut
Akut/kronik
Demam
< 7 hari
< 7 hari
> 7 hari
< 7 hari
</> 7 hari/(-)
Kejang
Umum/fo
kal
Umum
Umum
Umum
Umum
Penurunan
kesadaran
Somnolen
- sopor
Apatis
Variasi, apatis
- sopor
CM - Apatis
Apatis Somnolen
+/-
+/-
++/-
Lambat
Cepat
Lambat
Cepat
Cepat/Lambat
Etiologi
Tidak dpt
diidentifik
asi
++/-
TBC/riw.
kontak
Ekstra SSP
Terapi
Simpt/ant
iviral
Antibiotik
Tuberkulostatik
Simpt.
Atasi penyakit
primer
Onset
Paresis
Perbaikan
kesadaran
Mening.TBC
Mening.viru
s
Ensefalopati
Viral men
Tekanan
Normal/
Makros.
Keruh
Lekosit
Encephali
tis
Encephal
opathy
Jernih
Xantokrom
Jernih
Jernih
> 1000
10-1000
500-1000
10-500
< 10
+++
MN (%)
+++
+++
++
Protein
Normal/
Normal
Normal
Glukosa
Normal
Normal
Normal
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
PMN (%)
Gram
/Rapid T.
TBC men
HAEMOPHILUS MENINGITIS
Haemophilus influenzae is a nonmotile,
Gram-negative, rod-shaped bacterium
(coccobacilli; (0.5-1.5 micrometres).
Altered cry
Lethargy
Nausea or vomiting
Fever
Headache
Photophobia
Meningismus
Irritability
Anorexia
Seizures
Haemophilus Meningitis
Treatment:
Antimicrobial therapy
Dexamethasone may help
decrease the inflammatory
response & prevent hearing
loss.
Increased intracranial
pressure (ICP) can be treated
with mannitol.
Anticonvulsant
http://emedicine.medscape.com/article/218271-treatment
http://emedicine.medscape.com/article/1164916-medication#2
MENINGOCOCCAL MENINGITIS
caused by the gramnegative diplococcus
Neisseria meningitidis
Symptoms
acute onset
Intense headache
Fever
Nausea
Vomiting
Photophobia
Stiff neck
Lethargy or drowsiness
http://emedicine.medscape.com/article/1165557-overview
http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2008/bingen_sama/
Medication:
Penicillin is the drug of choice
for the treatment
Chemoprophylactic
antimicrobials most commonly
used to eradicate meningococci
include rifampin, quinolones
(eg, ciprofloxacin), ceftriaxone.
Marasmus
wajah seperti orang tua
kulit terlihat longgar
tulang rusuk tampak
terlihat jelas
kulit paha berkeriput
terlihat tulang belakang
lebih menonjol dan kulit
di pantat berkeriput
( baggy pant )
Kwashiorkor
edema
rambut kemerahan, mudah
dicabut
kurang aktif, rewel/cengeng
pengurusan otot
Kelainan kulit berupa bercak
merah muda yg meluas &
berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
Marasmik-kwashiorkor
Terdapat tanda dan gejala klinis marasmus dan
kwashiorkor secara bersamaan
Stabilisasi
H 1-2
Transisi
H 3-7
Rehabilitasi
H 8-14
mg
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
tanpa Fe
+ Fe
HIPOGLIKEMIA
Semua anak dengan gizi
buruk berisiko hipoglikemia
(< 54 mg/dl)
Jika tidak memungkinkan
periksa GDS, maka semua
anak gizi buruk dianggap
hipoglikemia
Segera beri F-75 pertama,
bila tidak dapat disediakan
dengan cepat, berikan 50 ml
glukosa/ gula 10% (1 sendok
teh munjung gula dalam 50
ml air) oral/NGT.
Pemberian Makanan
Fase stabilisasi (Inisiasi)
Energi: 80-100 kal/kg/hari
Protein: 1-1,5 gram/kg/hari
Cairan: 130 ml/kg/hari atau 100 ml/kg/hari (edema)
Fase transisi
Energi: 100-150 kal/kg/hari
Protein: 2-3 gram/kg/hari
Fase rehabilitasi
Energi: 150-220 kal/kg/hari
Protein: 3-4 gram/kg/hari
DEHIDRASI
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali
pada kasus dehidrasi berat dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT
beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam
pertama
setelah 2 jam, berikan ReSoMal 510
ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75
dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10
jam.
Atasi Infeksi
Anggap semua anak dengan
gizi buruk mengalami infeksi
saat mereka datang dan
segera diberi antibiotik.
PILIHAN ANTIBIOTIK
SPEKTRUM LUAS
Jika tidak ada komplikasi
atau tidak ada infeksi nyata
Kotrimoksazol PO (25 mg
SMZ + 5 mg TMP/kgBB/12
jam selama 5 hari.
Mikronutrien
Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3
bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2,
dan 15.
Uji Tuberkulin
Hasil Positif
Infeksi TB alamiah
Imunisasi BCG
Infeksi mikobaterium
atipik
Hasil Negatif
Tidak ada infeksi TB
Dalam masa inkubasi
infeksi TB
Anergi
Pembacaan:
Positif jika 10 mm, atau
5 mm pada kondisi
imunosupresi
Vaksin BCG
Vaksin BCG diberikan pada umur <3 bulan, sebaiknya pada
anak dengan uji Mantoux (tuberkulin) negatif.
Efek proteksi timbul 812 minggu setelah penyuntikan.
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 0,10 ml untuk
anak, 0,05 ml untuk bayi baru lahir.
VaksinBCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas pada insersio M.deltoideus sesuai anjuran WHO,
tidak di tempat lain (bokong, paha).
Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif pada
umur lebih dari 3 bulan.
Pada bayi yang kontak erat dengan pasien TB dengan
bakteri tahan asam (BTA) +3 sebaiknya diberikan INH
profilaksis dulu, apabila pasien kontak sudah tenang bayi
dapat diberi BCG.
KIPI BCG
Penyuntikan BCG secara
intradermal akan
menimbulkan ulkus lokal yang
superfisial 3 (2-6) minggu
setelah penyuntikan.
Ulkus tertutup krusta, akan
sembuh dalam 2-3 bulan, dan
meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm.
Apabila dosis terlalu tinggi
maka ulkus yang timbul lebih
besar, namun apabila
penyuntikan terlalu dalam
maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retracted).
Limfadenitis
Limfadenitis supuratif di aksila
atau di leher kadang-kadang
dijumpai setelah penyuntikan
BCG.
Limfadenitis akan sembuh
sendiri, jadi tidak perlu diobati.
Apabila limfadenitis melekat
pada kulit atau timbul fistula
maka lakukan drainase dan
diberikan OAT
BCG-itis diseminasi
(Disseminated BCG Disease)
berhubungan dengan
imunodefisiensi berat.
diobati dengan kombinasi obat
anti tuberkulosis.
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin >5 mm,
Menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV,
imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid, obat
imuno-supresif, mendapat pengobatan radiasi, penyakit
keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem
limfe,
Menderita gizi buruk,
Menderita demam tinggi,
Menderita infeksi kulit yang luas,
Pernah sakit tuberkulosis,
Kehamilan.
Morbili/Rubeola/Campak
Pre-eruptive Stage
Demam
Catarrhal Symptoms coryza, conjunctivitis
Respiratory Symptoms cough
Eruptive Stage/Stage of Skin Rashes
Exanthem sign
Maculopapular Rashes Muncul 2-7
hari setelah onset
Demam tinggi yang menetap
Anoreksia dan iritabilitas
Diare, pruritis, letargi dan
limfadenopati oksipital
Stage of Convalescence
Rash menghilang sama dengan urutan
munculnya (muka lalu ke tubuh bag bawah)
membekas kecoklatan
Demam akan perlahan menghilang saat
erupsi di tangan dan kaki memudar
Tindakan Pencegahan :
Imunisasi Campak pada usia 9 bulan
Mencegah terjadinya komplikasi berat
Morbili
Paramyxovirus
Kel yg rentan:
Anak usia prasekolah yg
blm divaksinasi
Anak usia sekolah yang
gagal imunisasi
Prodromal
Hari 7-11 setelah
eksposure
Demam, batuk,
konjungtivitis,sekret
hidung. (cough, coryza,
conjunctivitis 3C)
Enanthem ruam
kemerahan
Kopliks spots muncul 2
hari sebelum ruam dan
bertahan selama 2 hari.
Morbili
KOMPLIKASI
Otitis Media
Bronchopneumonia
Encephalitis
Pericarditis
Subacute sclerosing
panencephalitis late
sequellae due to persistent
infection of the CNS
Penatalaksanaan
Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan
mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis.
Obat diberikan untuk gejala simptomatis, demam dengan
antipiretik.
Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik.
Suplementasi vitamin A diberikan pada:
Rubella
Togavirus
Yg rentan: orang dewasa
yang belum divaksinasi
Musim: akhir musim
dingin/ awal musim semi.
Inkubasi 14-21 hari
Masa infeksius: 5-7 hari
sblm ruam s.d. 3-5 hari
setelah ruam muncul
Asymptomatik hingga
50%
Prodromal
Anak-anak: tidak bergejala
s.d. gejala ringan
Dewasa: demam, malaside,
nyeri tenggorokan, mual,
anoreksia, limfadenitis
oksipital yg nyeri.
Enanthem
Forschheimers spots
petekie pada hard
palate
Rubella - komplikasi
Arthralgias/arthritis pada
org dewasa
Peripheral neuritis
encephalitis
thrombocytopenic purpura
(jarang)
Congenital rubella
syndrome
Infeksi pada trimester
pertama
IUGR, kelainan mata, tuli,
kelainan jantung, anemia,
trombositopenia, nodul kulit.
Scarlet Fever
Sindrom yang memiliki
karakteristik: faringitis
eksudatif, demam, dan rash.
Disebabkan oleh group Abetahemolyticstreptococci
(GABHS)
Masa inkubasi 1-4 hari.
Manifestasi pada kulit diawali
oleh infeksi streptokokus
(umumnya pada
tonsillopharynx) : nyeri
tenggorokan dan demam
tinggi, disertai nyeri kepala,
mual, muntah, nyeri perut,
myalgia, dan malaise.
134. Disentri
Disentri adalah diare yang disertai darah. Sebagian
besar kasus disebabkan oleh Shigella dan hampir
semuanya membutuhkan pengobatan antibiotik
Pemeriksaan penunjang: Feses rutin untuk
mengidentifikasi trofozoit amuba dan giardia.
Peningkatan jumlah leukosit lebih dari 10 per lapang
pandang mendukung etiologi bakteri invasif
Pikirkan diagnosa invaginasi jika terdapat tanda dan
gejala: Feses dominan lendir dan darah, kesakitan dan
gelisah, muntah, massa intra-abdomen (+)
(shigellosis)
Bakteri (Disentri basiler)
Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan
tersering ( 60% kasus disentri yang dirujuk serta
hampir semua kasus disentri yang berat dan
mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
Salmonella
Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
Gejala klinis
Disentri basiler
Diare mendadak yang disertai darah
dan lendir dalam tinja. Pada disentri
shigellosis, pada permulaan sakit,
bisa terdapat diare encer tanpa darah
dalam 6-24 jam pertama, dan setelah
12-72 jam sesudah permulaan sakit,
didapatkan darah dan lendir dalam
tinja.
Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan
toksik.
Muntah-muntah.
Anoreksia.
Sakit kram di perut dan sakit di anus
saat BAB.
Kadang-kadang disertai dengan gejala
menyerupai ensefalitis dan sepsis
(kejang, sakit kepala, letargi, kaku
kuduk, halusinasi).
Disentri amoeba
Diare disertai darah dan lendir
dalam tinja.
Frekuensi BAB umumnya lebih
sedikit daripada disentri
basiler (10x/hari)
Sakit perut hebat (kolik)
Gejala konstitusional biasanya
tidak ada (panas hanya
ditemukan pada 1/3 kasus).
PENGOBATAN
Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis.
Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimoksazol
(trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari)
dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.
Alternatif yang dapat diberikan : Ampisilin 100mg/kgBB/hari/4 dosis,
Cefixime 8mg/kgBB/hari/2 dosis, Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, Asam
nalidiksat 55mg/kgBB/hari/4 dosis.
Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit
dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll.
Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi :
Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica tinja.
Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut
(masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri
basiler.
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. 2008
PENGOBATAN
Terapi antiamebik intestinal pada anak adalah Metronidazol
30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari. Bila
disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan
akan membaik dalam 2-3 hari terapi.
Jika negatif amuba, berikan antibiotik oral lain (lini ke-2) yang sensitif
shigella : sefiksim dan asam nalidiksat.
Pada anak < 2 bulan, evaluasi penyebab lain (Cth. Invaginasi)
Penanganan lain sama dengan penanganan diare akut (cairan, zinc)
Jangan pernah memberi obat untuk menghilangkan gejala
simptomatis seperti nyeri atau untuk mengurangi frekuensi BAB
SEPSIS
Late-onset sepsis
Muncul hari ke 4-90; organisme didapat
dari lingkungan sekitar.
Mikroorganisme penyebab:
Coagulase-negative Staphylococcus
(susceptible to first-generation
cephalosporin) leading cause of lateonset infections
Staphylococcus aureus
E coli
Klebsiella
Pseudomonas
Enterobacter
Stages of sepsis based on American College of Chest Physicians/Society of Critical Care Medicine
Consensus Panel guidelines
http://emedicine.medscape.com/article/169640-overview
Kriteria SIRS
Third-generation cephalosporins
represent a reasonable
alternative to an aminoglycoside.
However, several studies have
reported rapid development of
resistance to cefotaxime
extensive/prolonged use of thirdgeneration cephalosporins is a
risk factor for invasive candidiasis.
Ceftriaxone is contraindicated in
neonates because it is highly
protein bound and may displace
bilirubin, leading to a risk of
kernicterus.
Skrining
Kecurigaan besar sepsis bila :
Bayi umur sampai dengan usia 3 hari
Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan
kecurigaan infeksi berat, atau ketuban pecah dini
Bayi memiliki dua atau lebih gejala yang tergolong
dalam kategori A, atau tiga atau lebih gejala pada
kategori B
Kategori B
Tremor
Kejang
Tidak sadar
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kuman
Kultur darah gold standard
Pewarnaan gram
Pemeriksaan hematologi
Darah perifer lengkap
Rasio neutrofil imatur dan neutrofil total (rasio I/T).
Pemeriksaan kadar D-dimer
Pemeriksaan C-reactive protein (CRP)
Procalcitonin (PCT)
Pemeriksaaan kemokin, sitokin dan molekul adhesi
Pemeriksaan Biomolekuler/Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pencitraan
radiografi toraks: Menunjukkan infiltrat segmental atau lobular, yang biasanya difus, pola
retikulogranular, hampir serupa dengan gambaran pada RDS (Respiratory Distress
Syndrome); Pneumonia
Pemeriksaan CT Scan diperlukan pada kasus meningitis neonatal kompleks untuk melihat
hidrosefalus obstruktif, lokasi obstruksi dan melihat infark ataupun abses
Third-generation cephalosporins
represent a reasonable
alternative to an aminoglycoside.
However, several studies have
reported rapid development of
resistance to cefotaxime
extensive/prolonged use of thirdgeneration cephalosporins is a
risk factor for invasive candidiasis.
Ceftriaxone is contraindicated in
neonates because it is highly
protein bound and may displace
bilirubin, leading to a risk of
kernicterus.
Site of injection:
Proximal tibia
sternum
Indikasi
Kontraindikasi
Burns
Obesity
Edema
Seizures
Hypovolemic shock
Burns
Cardiopulmonary arrest
Burns
Blood draws
Local anesthesia
Medication infusion
Paralisis Bahu
Paralisis Bahu
Paralisis Erb
Erb-duchenne palsy
Paralisis saraf perifer C5 dan C6 (bagian dari plexus brachialis
bagian atas (trunkus Superior)/ brachial monoparesis)
Manifestasi: adducted and internally rotated, with the elbow
extended, the forearm pronated, the wrist flexed, and the hand
in a fist. (waiters tip)
In the first hours of life, the hand also may appear flaccid, but
strength soon returns.
Paralisis Klumpke
Paralisis parsial dari pleksus brachialis bagian bawah C8-T1
(trunkus Superior)
Manifestasi: paralisis lengan bawah dan tangan
The infant with a nerve injury to the lower plexus (C8-T1) holds
the arm supinated, with the elbow bent and the wrist extended
because of the unopposed wrist extensors
hyperextension of MCP due to loss of hand intrinsics
flexion of IP joints due to loss of hand intrinsics
Erbs Palsy
http://orthoinfo.aaos.org/figures/A00077F
01.jpg
138. Epiglotitis
Organism
Haemophilus influenzae type B: most
common (bacil gram -, needs factor X
and V for growth)
Also caused by
Age
Location
Purely supraglottic lesion
Cough is unusual
Epiglotitis
Diff Diagnosis: Croup
Imaging
Enlargement of epiglottis
Tx:
Secure airway
May require intubation or
emergency tracheostomy
Some use IV steroids
Empiric antibiotic therapy
Acyanotic
With volume
load:
- ASD
- VSD
- PDA
- Valve
regurgitation
Cyanotic
With pressure
load:
With
pulmonary blood
flow:
With
pulmonary blood
flow:
- Valve stenosis
- ToF
- Coarctation of
aorta
- Atresia
pulmonal
- Transposition of
the great vessels
- Atresia tricuspid
- Truncus
arteriosus
Clinical Findings
Clinical Findings
VSD:
Pathophysiology & Clinical Findings
Flow across VSD
VSD:
Pathophysiology & Clinical Findings
cardiomegaly with
prominence of
both ventricles,
the left atrium, &
the pulmonary artery.
pulmonary vascular
marking
ASD:
Pathophysiology & Clinical Findings
The degree of L-to-R shunting is dependent on:
- the size of the defect,
ASD:
Pathophysiology & Clinical Findings
Ro:
Constant increased of
ventricular diastolic volume
Flow across the septal defect doesnt produce murmur because the pressure gap
between LA & RA is not significant
1. Nelsons textbook of pediatrics. 18th ed.
ASD:
Pathophysiology & Clinical Findings
Coarctasio of Aorta
Single Ventricle
Single
Ventricle
ouble Outlet Right
Tricuspid Atresia
entricle
Double Outlet Right Ventricle
Tricuspid Atresia
Os sacrum (tulang
kelangkang), dan
Os coxigys (tulang
tungging).
Terapi
Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu mengedan.
Jika Anda dapat merasakan plasenta dalam vagina keluarkan
plasenta tersebut.
Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan
lakukan kateterisasi kandung kemih.
Jika plasenta belum keluar berikan oksitosin 10 unit IM.
Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian
oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan
tali pusat terkendali.
Jika traksi tarikan tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah
untuk mengeluarkan plasenta secara manual.
Kontak seksual
Riwayat penyakit menular seksual
Multiple sexual partners
IUD
Uterine tenderness, OR
Adnexal tenderness, OR
Cervical motion tenderness on pelvic exam?
YES
NO
YES
NO
NO
YES
http://depts.washington.edu/handbook/syndromesFemale/ch8_pid.html
http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/pid.htm
PID - Pengobatan
http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/pid.htm
145 146 .
147. TORCH
Infeksi TORCH
T=toxoplasmosis
O=other (syphilis)
R=rubella
C=cytomegalovirus
(CMV)
H=herpes simplex (HSV)
Diagnosis
IgG maternal bisa akibat
imunisasi atau infeksi lampau
tidak dapat dipegang
Virus dapat diisolasi dari sekret
nasal
Terapi
Pencegahan: Imunisasi
Perawatan: suportif dengan
mengedukasi orangtua
Tes Serologik
Bayi
Manifestasi Klinis
Toksoplasma
Diagnosis
Gejala: tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik).
Pemeriksaan laboratorium: Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas AntiToxoplasma IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi
Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif perlu
diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertama, selanjutnya tiap
trimester), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.
CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini
temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga
herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh
dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya
bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai
risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran
hati, kuning, pengkapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lainlain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui
infeksi akut atau infeksi berulang, dimana infeksi akut mempunyai
risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan
meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
Sumber :Pengertian TORCH Berikut Pencegahannya - Bidanku.comhttp://bidanku.com/pengertian-torch-berikutpencegahannya
148.
Sperma Abnormal
149. Spermatogenesis
Astenozoospermia:
biasanya akibat
kerusakan testis FSH
tidak terpakai
penumpukan FSH di
sirkulasi
150. PCOS
Etiologi
hiperandrogenisme dan resistensi terhadap insulin
Gejala PCOS
Gangguan siklus haid yaitu siklus haid jarang dan tidak teratur
Gangguan kesuburan dimana yang bersangkutan menjadi sulit hamil
(subfertile)
Tumbuh bulu yang berlebihan dimuka, dada, perut, anggota badan
dan rambut mudah rontok (hirsutisme)
Banyak jerawat
kegemukan (obesitas)
Pada USG ditemukan banyak kista di ovarium
PCOS: Terapi
Sasaran pengelolaan
tatalaksana
Pola hidup sehat dengan diet, olahraga teratur untuk kendalikan
berat badan (obesitas) dan tidak merokok
Obat2an/medikamentosa
Untuk melancarkan haid : dengan pil KB. PIl KB juga dapat mengurangi
resiko perdarahan abnormal dan kanker rahim
Untuk memicu ovulasi : dengan Clomiphene citrate dan FSH
Untuk menghilangkan hirsutism dan jerawat : dengan pil KB
(Cyproterone acetate), Spironolactone dan flutamide
Untuk menurunkan insulin darah : dengan Metformin
Faktor Predisposisi
Penyulit Lainnya
Diagnosis
Plasenta Previa
Solusio Plasenta
Syok/takikardia
Hilangnya gerak dan DJJ
Bentuk uterus
abnormal/kontur tidak jelas
Nyeri raba/tekan dinding
perut
Bagian anak mudah dipalpasi
Ruptura Uteri
Hipertensi
Versi luar
Trauma abdomen
Polihidramnion
Gemelli
Defisiensi nutritif
Pernah SC
Partus lama
CPD
Kelainan
letak/presentasi
Persalinan traumatik
Kehamilan multipara
Genetik
Solusio plasenta
Janin mati dalam rahim
Eklampsia
Emboli air ketuban
Perdarahan gusi
Gambaran memar bawah kulit
Perdarahan dari tempat
suntikan/infus
Gangguan
pembekuan darah
Vasa Previa
Plasenta Previa
Perdarahan awal ringan, perdarahan ulangan lebih berat sampai
syok,umumnya perdarahan awal terjadi pada 33 minggu. Pada
perdarahan <32 minggu waspada infeksi traktus uri &
vaginitis, servisitis
Klasifikasi:
Plasenta letak rendah : plasenta pada segmen bawahuterus
dengan tepi tidak mencapai ostium internum.
Plasenta previa marginalis: tepi plasenta letak rendahmencapai
ostium internum tetapi tidak menutupi ostiuminternum
Plasenta previa partialis: plasenta menutupi sebagianostium
internum
Plasenta previa totalis (komplit): plasenta menutupiseluruh
ostium internum
Panggul sempit
Primigravida
Janin besar dan Berharga
Presentasi dahi dan muka(letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara
lain tidak berhasil
Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
Gemelli
Kelelahan ibu
Partus tak maju
Gawat janin yang ringan
Toksemia gravidarum
Rupture uteri iminens
Ibu: memperpendek persalinan
kala II, penyakit jantung
kompensasi, penyakit fibrotik.
Janin: adanya gawat janin
Waktu: kala persalinan lama
KONTRA INDIKASI
Ibu: dengan resiko tinggi rupture
uteri
Kondisi ibu tidak boleh mengejan
Panggul sempit (disproporsi
kepala panggul)
Janin: letak lintang, presentasi
muka, presentasi bokong,
preterm, kepala janin menyusul
Anemia
Hydramnion
Preeklampsia
Kelahiran prematur
Perdarahan postpartum
SC
Fetal
Malpresensi
Plasenta previa
Solusio Plasenta
KPD
Prematuritas
Prolaps plasenta
IUGR
Malformasi kongenital
157. Dysmenorrhea
Dysmenorrhea severe, painful cramping sensation
in the lower abdomen often accompanied by other
symptoms sweating, tachycardia, headaches,
nausea/vomitting, diarrhea, tremulousness, all
occurring just before or during menses
- Primary: no obvious pathologic condition, onset <
20 years old
- Secondary: associated with pelvic conditions or
pathology
Endometriosis
Pengertian : adanya jaringan endometrium (kelenjar
atau stroma) di luar uterus.:
Faktor Risiko
Faktor genetik:
Risiko 7x lbh besar pada riwayat ibu penderita
endometriosis
Faktor imunologi
Tidak semua wanita dengan mesntruasi retrograd
akan menderita endometriosis, mungkin ada
kekurangan imun yang mempengaruhi
677
Gejala Klinik
Dismenore
Timbul beberapa saat sebelum keluarnya darah haid,
berlangsung selama menstruasi dan progresif
Subfertilitas/infertilitas
Abortus spontan
Meningkat 40% dibanding wanita normal 15-25%
Keluhan lain
Di kolon & rektum : distensi abdomen, kostipasi
Di ureter : obstruksi, disuri, hematuri dll
678
Pemeriksaan Klinis
Umumnya tidak menunjukan kelainan
Nodul pada daerah ligamentum sakrouterina
dan kavum douglas
Nyeri pada septum rektovagina dan
pembesaran ovarium unilateral (kistik)
Kasus berat : uterus retroversi fiksata,
pergerakan ovarium dan tuba terbatas
Pemeriksaan Penunjang
Laparoskopi : untuk biopsi lesi
USG, CT scan, MRI
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/255450
Hiperplasia Endometrium
Patogenesis
Paparan Estrogen terus menerus memiliki efek Menstimulasi
the transcription of genes for cyclin D, protooncogenes,
growth factors, dan growth factor receptors.
Klinis
Diagnosis hiperplasia endometrium dapat dicurigai pada:
1. Wanita pasca menoupose (50-60 thn) dengan perdarahan
uterus yang banyak, lama, dan sering (< 21 hari) atau
2. Perdarahan uterus yang tidak teratur pada wanita
menopouse, atau menjelang menepouse.
* Setelah disingkirkan adanya keganasan
Penegakan Diagnosis
Pasien datang dengan perdarahan uterus yang
abnormal
Timbul paling sering sesaat setelah menarche dan
pada akhir masa reproduktif
20% of cases are adolescents
50% of cases in 40-50 year olds
Menstrual Cycle
Source Undetermined
Definitions
Menorrhagia (hypermenorrhea): prolonged (>7 days)
and/or excessive (>80cc) uterine bleeding occurring at
REGULAR intervals.
Metorrhagia: uterine bleeding occurring at completely
irregular but frequent intervals, the amount being
variable.
Menometorrhagia: uterine bleeding that is prolonged
AND occurs at completely irregular intervals.
Polymenorrhea: uterine bleeding at regular intervals of
less than 21 days.
Intermenstrual bleeding: bleeding of variable amounts
occurring between regular menstrual periods.
Definitions
Oligomenorrhea: uterine bleeding at regular intervals from
35 days to 6 months.
Amenorrhea: absence of uterine bleeding for > 6 months.
Postmenopausal bleeding: uterine bleeding that occurs more
than 1 year after the last menses in a woman with ovarian
failure.
Pathophysiology
Two types: anovulatory and ovulatory
Most women with DUB do not ovulate.
In theses women, there is continuous E2 production
without corpus luteum formation and progesterone
production.
Causes of DUB
The main cause of DUB is anovulation resulting from
altered neuroendocrine and/or ovarian hormonal events.
In premenarchal girls, FSH > LH and hormonal patterns are
anovulatory.
Causes of DUB
The pathophysiology of DUB may also represent
exaggerated FSH release in response to normal levels
of GnRH.
Causes of DUB
After menarche,
normal adult FSH
and LH patterns
eventually develop
with mid-cycle
surges and E2
peaks.
Causes of DUB
In perimenopausal women, the mean length of the
cycle is shorter compared to younger women.
Shortened follicular phase
Diminished capacity of follicles to secrete Estradiol
Differential Diagnosis of
Abnormal Uterine Bleeding
Organic
Reproductive tract disease
Systemic Disease
Iatrogenic causes
Non-organic
DUB
Abortion
Ectopic gestation
Retained products
Placental polyp
Trophoblastic disease
Leiomyomata
Endometrial or endocervical polyps
Adenomyosis and endometriosis
Pelvic infections
Trauma
Foreign bodies (IUD, sanitary products)
Endometrial hyperplasia
Endometrial cancer
Cervical cancer
Less frequently:
vaginal,vulvar, fallopian tube cancers
estrogen secreting ovarian tumors
granulosa-theca cell tumors
Systemic Disease
Coagulation disorders
platelet deficiency
platelet function defect
prothrombin deficiency
Hypothyroidism
Liver disease
Cirrhosis
Iatrogenic Causes
Medications
Steroids
Anticoagulants
Tranquilizers
Antidepressants
Digitalis
Dilantin
Intrauterine Devices
Intrauterine Pregnancy
prgilbert/vw-99
708
162. SKDN
SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita
SKDN sendiri mempunyai singkatan yaitu sebagai berikut:
S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu,
K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,
D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini,
N= jumlah balita yang naik berat badanya.
163. ANOVA
Adakah perbedaan bermakna antara keempat metode diet dengan
penurunan berat badan (kg)?
Pemilihan uji hipotesis yang tepat dilakukan dalam 7 langkah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Basuki E. Konseling Medik: Kunci Menuju Kepatuhan Pasien. 2009. MJI: 59; 2.
166. p-value
Nilai p (p value) adalah probabilitas untuk menarik
kesimpulan SALAH bahwa terdapat beda/ hubungan/
pengaruh sebesar atau lebih besar daripada yang teramati,
ketika Ho benar (tidak ada beda/ hubungan/ pengaruh)
Nilai p menunjukkan besarnya peran peluang (kebetulan.
Makin kecil nilai p, makin kecil beda/ hubungan/ pengaruh
yang teramati terjadi karena kebetulan
Jika nilai p, maka beda itu secara statistik tidak signfikan,
peran peluang besar
Jika nilai p<, maka beda itu secara statistik signfikan,
peran peluang kecil
Tjokronegoro, 2004, Metologi Penelitian Bidang kedokteran, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Odds Ratio
Interpretasi
OR = 1 , faktor risiko bersifat netral
OR > 1 ; Confident Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan sakit
OR < 1 ; Confdient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit
168-169.LEVEL OF PREVENTION
Pencegahan Primer :
promosi kesehatan (health promotion)
proteksi spesifik (spesific protection)
Pencegahan Sekunder
deteksi dini dan penatalaksanaan segera (early
Pencegahan Tersier
Pembatasan disabilitas (disability limitation)
Rehabilitasi (Rehabilitation)
Tahap
Pencegahan
Bentuk
Intervensi
Sektor2 yang
Bertanggung
Jawab
TUJUAN
SEHAT
BERESIKO
PENYAKIT
AKUT
PENYAKIT
KRONIS
PENCEGAHAN
PRIMER
170. Efficacy
Efficacy: adalah respon maksimal yang dihasilkan suatu obat. Efikasi
tergantung pada jumlah kompleks obat-reseptor yang terbentuk
dan efisiensi reseptor yang diaktifkan dalam menghasilkan suatu
kerja seluler
Efektivitas: untuk menilai efektivitas perlu diperhatikan seberapa
baik intervensi tersebut, kemampuannya untuk menyaring dan
mendiagnosis penyakit secara akurat, intervensi tersebut memberi
keuntungan bagi masyarakat
Efisiensi: suatu ukuran yang menunjukkan hubungan antara hasilhasil yang dicapai oleh suatu intervensi atau program terhadap
sumber-sumber yang dikeluarkan
Reliabilitas: dapat diandalkan, dalam proses pengukuran berarti
hasil pengukuran akan sama atau hampir sama apabila dilakukan
berulang kali.
Ganiswara, S.G., Setiabudi, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi (Editor).1995. Farmakologi dan
Terapi. Edisi 4.. Bagian Farmakologi FK UI: Jakarta
171. KLB
Tergolong Kejadian luar biasa, jika ada unsur :
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak
ada atau tidak dikenal.
Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut penyakitnya (jam,
hari, minggu).
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau
lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
(jam,hari,minggu,bulan, tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan
kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan
angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
3.
4.
5.
6.
7.
Holistik
Komprehensif
Terpadu
Berkesinambungan
PELAYANAN KEDOKTERAN
KELUARGA
HOLISTIK
PELAYANAN KEDOKTERAN
KELUARGA
KOMPREHENSIF
Tidak hanya kuratif saja, tapi pencegahan
dan pemulihan
Health promotion
Spesific protection
Early diagnosis and Prompt treatment
Disability limitation
Rehabilitation
PELAYANAN KEDOKTERAN
KELUARGA
BERKESINAMBUNGAN
Tidak sesaat, ada follow upnya dan perencanaan
manajemen pasien
TERPADU / TERINTEGRASI
Memakai seluruh ilmu kedokteran yang telah di
dapat
Bekerja sama dengan pasien, keluarga, dokter
spesialis atau tenaga kesehatan lain
Keterangan
Wawancara
Teknik
Keterangan
Observasi
partisipasi
observasi
nonpartisipan
yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam
interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan
dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti
Observasi tidak
terstruktur
Observasi
kelompok
Teknik
Keterangan
Focus Group
Discussion
yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang yang
dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda lewat diskusi untuk
menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti
Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007
2.
Itikad baik tersebut dapat dinilai dari tindakan yang dilakukan penolong. Hal
yang bertentangan dengan itikad baik misalnya melakukan trakeostomi yang
tidak perlu untuk menambah keterampilan penolong. Dalam hal
pertanggungjawaban hukum, bila pihak pasien menggugat tenaga kesehatan
karena diduga terdapat kekeliruan dalam penegakan diagnosis atau
pemberian terapi maka pihak pasien harus membuktikan bahwa hanya
kekeliruan itulah yang menjadi penyebab kerugiannya/cacat (proximate
cause).
Mancini MR, Gale AT. Emergency care and the law. Maryland: Aspen Publication; 1981.
Informed Consent
Setiap tindakan medis harus mendapatkan
persetujuan dari pasien (informed consent).
Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam UU
No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2
dan Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medis.
Dalam keadaan gawat darurat di mana harus
segera dilakukan tindakan medis pada pasien
yang tidak sadar dan tidak didampingi pasien,
tidak perlu persetujuan dari siapapun (pasal 11
Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989).
Guwandi, J. 2008. Informed consent. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Peran dokter
Menentukan seseorang telah meninggal dunia
(berhenti secara permanen: sirkulasi, respirasi
dan neurologi)
Melengkapi surat keterangan kematian bagian
medis (menuliskan sebab kematian, jika
diperlukanotopsi
Identifikasi jenazah tidak dikenal
180. Odontologi
Penggunaan gigi sebagai identifikasi memberikan
keuntungan dikarenakan sifat gigi yang keras dan
tahan terhadap cuaca, kimia, maupun trauma.
Selain itu gigi manusia mempunyai sifat
diphypodensi dimana setiap gigi mempunyai
konfigurasi dan relief yang berbeda dan
perubahan yang terjadi karena umur atau proses
patologis/intervensi pada gigi dapat menjadi
informasi lain.
Stimson, P. G, Mertz, C. A, 1997. Forensic Dentistry, CNC Press Boca Raton, New York.
Gigi permanen
Gigi permanen berjumlah 28 32 terdiri dari 2 gigi seri, 1
gigi taring, 2 gigi premolar, dan 3 gigi molar pada setiap
daerah rahang. Gigi permanen menggantikan gigi susu.
Antara umur 6 14 tahun 20 gigi susu diganti gigi
permanen. Gigi molar 1 dan 2 mulai erupsi pada umur 6
12 tahun sedangkan gigi molar 3 mulai erupsi pada umur
17 21 tahun.
Stimson, P. G, Mertz, C. A, 1997. Forensic Dentistry, CNC Press Boca Raton, New York.
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1997
182. Hanging
Penggantungan (Hanging) adalah suatu keadaan
dimana terjadi konstriksi dari leher oleh alat
penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan
seluruh atau sebagian.
Alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat
badan sifatnya aktif sehingga terjadi konstriksi
pada leher.
Penggantungan adalah penyebab kematian akibat
asfiksia yang paling sering ditemukan.
Idries AM. Penggantungan. In: Idries AM, editor. Pedoman ilmu kedokteran
forensik. Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. p202-207.
TIPE-TIPE PENGGANTUNGAN
Berdasarkan cara kematian:
a. Suicidal Hanging (Gantung Diri)
b.
Accidental Hanging
c.
Gantung diri merupakan cara kematian yang paling sering dijumpai pada
penggantungan, yaitu sekitar 90% dari seluruh kasus.
Kejadian penggantungan akibat kecelakaan lebih banyak ditemukan pada
anak-anak utamanya pada umur antara 6-12 tahun. Meskipun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa yaitu ketika
melampiaskan nafsu seksual yang menyimpang (Autoerotic Hanging).
b.
Yaitu apabila sebagian dari tubuh masih menyentuh lantai. Sisa berat
badan 10 - 15 kg pada orang dewasa sudah dapat menyebabkan
tersumbat saluran nafas dan hanya diperlukan sisa berat badan 5 kg
untuk menyumbat arteri karotis. Partial hanging ini hampir
selamanya karena bunuh diri.
b.
Atypical hanging
Patomekanisme
Asfiksiaobstruksi jalan napas, fraktur v.
cervicalis.
Iskemi otak obstruksi a. karotis, vena
jugularis
Refleks vagus penekanan carotid body,
menyebabkan bradikardia, aritmia hingga
pada akhirnya cardiac arrest.
Kerusakan medulla oblongata fraktur v.
cervicalis I-II (Hangman- fracture)
Pemeriksaan luar
Kepala:
Muka sianotik (vena terjepit) atau muka pucat (vena dan arteri terjepit)
Tanda penjeratan pada leher. Hal ini sangat penting diperhatikan oleh dokter, dan
keadaannya bergantung kepada beberapa kondisi :
Tanda penjeratannya jelas dan dalam jika tali yang digunakan kecil dibandingkan jika
menggunakan tali yang besar. Bila alat penjerat mempunyai permukaan yang luas, yang berarti
tekanan yang ditimbulkan tidak terlalu besar tetapi cukup menekan pembuluh balik, maka
muka korban tampak sembab, mata menonjol, wajah berwarna merah kebiruan dan lidah atau
air liur dapat keluar tergantung dari letak alat penjerat. Jika permukaan alat penjerat kecil,
yang berarti tekanan yang ditimbulkan besar dan dapat menekan baik pembuluh balik
maupun pembuluh nadi; maka korban tampak pucat dan tidak ada penonjolan dari mata.
Alur jerat : bentuk penjeratannya berjalan miring (oblik atau berbentuk V) pada bagian depan
leher, dimulai pada leher bagian atas di antara kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan
miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju belakang telinga. Tanda ini semakin tidak
jelas pada bagian belakang.
Tanda penjeratan atau jejas jerat yang sebenarnya luka lecet akibat tekanan alat jerat yang
berwarna merah kecoklatan atau coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan berkilat. Pada
perabaan, kulit terasa seperti perabaan kertas perkamen, disebut tanda parchmentisasi, dan
sering ditemukan adanya vesikel pada tepi jejas jerat tersebut dan tidak jarang jejas jerat
membentuk cetakan sesuai bentuk permukaan dari alat jerat.
Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit dibagian bawah telinga, tampak
daerah segitiga pada kulit dibawah telinga.
Pinggiran berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasi disekitarnya.
Jumlah tanda penjeratan. Kadang-kadang pada leher terlihat 2 buah atau lebih bekas
penjeratan. Hal ini menunjukkan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak 2 kali.
Tanda-tanda asfiksia.
Mata menonjol keluar; oleh karena pecahnya oleh bendungan
kepala, dimana vena-vena terhambat sedang arteri tidak.
Perdarahan berupa peteki tampak pada wajah dan
subkonjungtiva; pecahnya vena oleh bendungan dan
meningkatnya permeabilitas pembuluh darah akibat asfiksia.
Lidah menjulur; tergantung dari letak jerat. Bila tepat di
kartilago tiroid lidah akan terjulur sedang jika di atasnya lidah
tidak akan terjulur.
Anggota gerak
Lebam mayat dan bintik-bintik perdarahan terutama
pada bagian akral dari ekstremitas, sangat tergantung
dari lamanya korban dalam posisi tergantung.
Posisi tangan biasanya dalam keadaan tergenggam.
Pemeriksaan Dalam
Kepala
Tanda bendungan pembuluh darah otak
Leher
Jaringan yang berada dibawah jeratan berwarna putih, berkilat dan perabaan seperti
perkamen karena kekurangan darah, terutama jika mayat tergantung cukup lama. Pada
jaringan dibawahnya mungkin tidak terdapat cedera lainnya.
Platisma atau otot lain disekitarnya mungkin memar atau ruptur pada beberapa keadaan.
Kerusakan otot ini lebih banyak terjadi pada kasus penggantungan yang disertai dengan tindak
kekerasan.
Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun
ruptur. Resapan darah hanya terjadi didalam dinding pembuluh darah.
Fraktur tulang hyoid jarang terjadi. Fraktur ini biasanya terdapat pada penggantungan yang
korbannya dijatuhkan dengan tali penggantung yang panjang dimana tulang hyoid mengalami
benturan dengan tulang vertebra. Adanya efusi darah disekitar fraktur menunjukkan bahwa
penggantungannya ante-mortem.
Fraktur kartilago tiroid jarang terjadi. Pada korban diatas 40 tahun, patah tulang ini darap
terjadi bukan karena tekanan alat penjerat tetapi karena terjadinya traksi pada
penggantungan.
Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas. Fraktur ini sering terjadi pada korban
hukuman gantung
Darah
Darah dalam jantung gelap dan lebih cair.
No
Cedera. Luka-luka pada tubuh korban Cedera berupa luka-luka pada tubuh korban
yang bisa menyebabkan kematian biasanya mengarah kepada pembunuhan
mendadak tidak ditemukan pada kasus
bunuh diri
Tempat kejadian. Jika kejadian berlangsung Tempat kejadian. Bila sebaliknya pada ruangan
di dalam kamar, dimana pintu, jendela ditemukan terkunci dari luar, maka penggantungan
ditemukan dalam keadaan tertutup dan adalah kasus pembunuhan
terkunci dari dalam, maka kasusnya pasti
merupakan bunuh diri
10
Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali
pada kasus gantung diri
jika korban sedang tidur, tidak sadar atau masih
anak-anak.
Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997; p.131-168
Dasar Hukum
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
290/MENKES/PER/III/2008.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004
tentang praktik kedokteran, pada Pasal 45 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi.
Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentang Informed
Consent dalam lampiran SKB IDI No. 319 /P/BA/88 butir 33
berbunyi
Setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar
mengharuskan adanya persetujuan tertulis yang ditandatangani
oleh pasien, setelah sebelumnya pasien itu memperoleh
informasi yang cukup kuat tentang perlunya tindakan medis
yang bersangkutan serta resiko yang bersangkutan dengannya
(Departemen Kesehatan RI, 1997)
3.
b.
c.
d.
4.
Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk tindakan medis yang
dinyatakan secara spesifik.
Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan (voluntary).
Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh seorang (pasien) yang sehat
mental dan yang memang berhak memberikannya.
Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan setelah diberikan cukup informasi dan
penjelasan yang diberikan.
Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang
akan dilakukan.
Informasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan.
Informasi dan penjelasan tentang resiko dan komplikasi yang mungkin akan terjadi.
Informasi dan penjelasan tentang alternatif tindakan lain yang tersedia dan serta resikonya
dari masing-masing tindakan tersebut.
Informasi dan penjelasan tentang prognosis penyakit apabila tindakan tersebut dilakukan.
Diagnosis.
7.
c.
d.
e.
f.
Pasien sendiri, yaitu apabila pasien telah berumur 21 tahun atau sudah menikah.
Bagi pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan (Informed Consent) atau penolakan
tindakan medis diberikan oleh mereka, menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah/Ibu adopsi
2) Saudara-saudara kandung
Bagi pasien dibawah umur 21 tahun atau tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya
berhalangan hadir. Persetujuan (Informed Consent) atau penolakan tindakan medis
diberikan oleh mereka, menurut hak sebagai berikut:
1) Ayah/Ibu adopsi
2) Saudara-saudara kandung
Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed Consent) atau
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah/Ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara-saudara kandung
Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle) persetujuan atau
penolakan tindakan medis diberikan menurut urutan hak tersebut :
1) Wali
2) Curator
Bagi pasien dewasa yang telah menikah /orang tua, persetujuan atau penolakan tindakan
medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak tersebut:
1) Suami/isteri
2) Ayah/ibu kandung
3) Anak-anak kandung
4) Saudara-saudara kandung.
8.
Luka berat itu sendiri telah diatur dalam pasal 90 KUHP secara limitatif.
Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati salah satu luka
sebagaimana dicantumkan dalam pasal 90 KUHP, maka korban tersebut
dimasukkan dalam kategori tersebut. Luka berat menurut pasal 90 KUHP
adalah :
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
kehilangan salah satu panca indera;
mendapat cacat berat;
menderita sakit lumpuh;
terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Indonesia.
Pedoman teknik pemeriksaan dan interpretasi luka dengan orientasi medikolegal
atas kecederaan. Jakarta, 2005.
THT KL
193. Keganasan
History
Male in 5th decade,
exposed with nickel,
chrom, formalin,
terpentin.
Diagnosis
Treatment
Ca
sinonasal
Surgery
KNF
Radiotherapy,
chemoradiation,
surgery.
Ca tonsil
Surgery
Juvenile
angiofibro
ma
Surgery
Physical Exam.
193. Keganasan
Angiofibroma juvenil berasal dari kavum nasi
posterior & dapat meluas ke nasofaring, fossa
pterygopalatina, dan fossa infratemporal.
Tatalaksana utama adalah dengan pembedahan
sesuai dengan stadium tumor.
Pemeriksaan CT scan diperlukan untuk melihat
ekstensi tumor.
Tatalaksana:
Reseksi dan kadang radiasi untuk penyakit persisten.
Reseksi meliputi rinotomi lateral dan maksilektomi
medial.
Current diagnosis & treatment in otolaryngology. 2nd ed.
timpani membonjol.
4. Perforasi: ruptur membran timpani, demam berkurang.
5. Resolusi: Jika tidak ada perforasi membran timpani kembali
normal. Jika perforasi sekret berkurang.
1) Lecture notes on diseases of the ear, nose, and throat. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Hyperaemic stage
Suppuration stage
1) Diagnostic handbook of otorhinolaryngology. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
198. Epistaksis
Epistaksis anterior:
Sumber: pleksus kisselbach atau a. ethmoidalis anterior
Dapat terjadi karena infeksi & trauma ringan, mudah
dihentikan.
Penekanan dengan jari selama 10-15 menit akan
menekan pembuluh darah & menghentikan perdarahan.
Jika sumber perdarahan terlihat kauter dengan
AgNO3, jika tidak berhenti tampon anterior 2 x 24
jam.
198. Epistaksis
Epistaksis Posterior
Perdarahan berasal
dari a. ethmoidalis
posterior atau a.
sphenopalatina, sering
sulit dihentikan.
Terjadi pada pasien
dengan hipertensi
atau arteriosklerosis.
Terapi: tampon
bellocq/posterior
selama 2-3 hari.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
198. Epistaksis
Penatalaksanaan
Perbaiki keadaan umum
Nadi, napas, tekanan darah
Hentikan perdarahan
Bersihkan hidung dari darah & bekuan
Pasang tampon sementara yang telah dibasahin adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
199. Otitis
Etiology of acute otitis media:
Streptococcus pneumoniae 35%,
Haemophilus influenzae 25%,
Moraxella catarrhalis 15%.
Less frequently identified pathogens: group A streptococci, S. aureus,
& Pseudomonas aeruginosa
Etiology of chronic suppurative otitis media:
P. aeruginosa,
S. aureus,
Proteus species.
Enterobacter
Pada soal tidak ada keterangan sudah berapa lama gejala berlangsung
(berulang atau tidak dari masa lalu), saat ini anggap akut.
Current diagnosis & treatment in otorhynolaryngology
Menner a pocket guide to the ear
200. Epistaksis
Epistaksis Posterior
Perdarahan berasal
dari a. ethmoidalis
posterior atau a.
sphenopalatina, sering
sulit dihentikan.
Terjadi pada pasien
dengan hipertensi
atau arteriosklerosis.
Terapi: tampon
bellocq/posterior
selama 2-3 hari.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.