RENJATAN KARDIOGENIK
PENGERTIAN
Renjatan kardiogenik adalah kegagalan sirkulasi akut karena ketidakmampuan daya pompa jantung
DIAGNOSIS
Trias renjatan : tekanan darah < 90 mmHg, takikardi, dan oliguria
Pemeriksaan fisik
1.
Tanda tanda gagal jantung
2.
Kemungkinan : komplikasi infark miokard akut seperti rupture septum interventrikel atau
muskulus papilaris. Infark ventrikel kanan pada infark inferior dimana denyut jantung rendah
karena blok AV, tanda gagal jantung kanan dengan paru yang tidak kongestif. Murmur :
regurgitasi akut aorta, mitral, stenosis aorta berat atau trombosis katup prostetik.
Elektrokardiografi
1.
Tanda iskemia, infark, hipertrofi, low voltage
2.
Aritmia : AV blok, bradiaritmia, takiaritmia
Foto toraks
Opsifikasi hilus dan bagian basal paru, kemudian makin kearah apeks paru. Kadang kadang efusi
pleura
Ekokardiografi
Kontraktilitas ventrikel kiri atau ventrikel kanan yang buruk, dilatasi ventrikel kiri atau atrium kiri
atau arteri pulmonalis, Regurgitasi katup, Mikmosa atrium, Efusi perikard dengan temponade,
kardiomiopati hipertrofik, Perikarditis konstriktiva
DIAGNOSIS BANDING
Syok hipovelomik
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Jika ada defisit volume yang ikut berperan berikan normal salin250 500 ml kecuali ada
edema paru akut. Jika terapi gagal pasang kateter Swan Ganz.
EKG prekordial kanan untuk deteksi gagal jantung kanan bila ada infark akut inferior.
Penilaian cukup tidaknya volume paling baik dengan kateter Swan Ganz untuk mendapatkan
PAWP. Jika pemberian cairan kontraindikasi atau tidak efektif berikan vasopressor untuk
mempertahankan tekanan darah sistolik 100 mmHg. Depomin dimulai dengan 5
ug/kgBB/menit dititrasi sampai tercapai target mempertahankan terakanan darah atau sampai
15 ug/kgBB/menit. Tambahkan norepinefrin bila tekanan darah < 80 mmHg dengan dosis 0,1
30 ug/kgBB/menit
Jika tidak respons dengan dopamin dapat juga ditambahkan dobutamin dengan dosis titrasi 2,5
20 ug/kgBB/menit. Atau Milrininon / Amrinon
IABP (Intra Aortic ballon Pump) bila tidak responsif dengan terapi adekuat sambil menunggu
tindakan intervensi bedah
Jika tekanan darah sudah stabil dapat diberikan vasolidator untuk mengurangi afterload dan
memperbaiki fungsi pompa terutama berguna pada : hipertensi berat, edema paru,
dekompensasi katup. Nitrogliserin sublingual dan intravena
nitrogliserin pororal 0,4 0,6 mg tiap 5 -10 menit. Jika tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa
diberikan nitrogliserin intravena mulai dosis 3 5 ug/kgBB. Jika tidak memberi hasil
memuaskan maka dapat diberikan nitropusid. Nitropusid IV dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/menit
bila tidak memberi respons dengan nitrat, dosis dinaikkan sampai di dapatkan perbaikan klinis
atau sampai tekanan darah sistolik 85 90 mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai
tekanan darah normal atau selama dapat dipertahankan perfusi yang adekuat ke orga oegan
vital.
Bila perlu : diberikan dopamin 2 5 ug/kgBB/menit atau dobutamin 2 10 ug/kgBB/menit
untuk menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respons klinis
Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard
Intubasi dan ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis atau tidak berhasil dengan
terapi oksigen
Atasi aritmia atau gangguan konduksi
Operasi pada komplikasi akut infark jantung akut seperti regurgitasi, VSD dan ruptur dinding
ventrikel atau korda tendinae
KOMPLIKASI
Gagal nafas
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi
WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, PPDS Penyakit Dalam, Dokter UGD dan Dokter Umum
yang bekerja di bagian penyakit dalam.
UNIT YANG MENANGANI
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, divisi ginjal-hipertensi, divisi kardiologi, dan bagian
Neurologi, Patologi Klinik, Mata dan Gizi.
-2-
RENJATAN ANAFILAKSIS
PENGERTIAN
Renjatan anafilaksasi adalah keadaan gawat darurat yang ditandai dengan (hipotensi) penurunan
tekanan darah sistolik < 90 mmHg akibat respons hipersensitivitas tipe I (adanya reaksi antigen
dengan antibody Ig E)
DIAGNOSIS
Hipotensi, takikardi, akral dingin, oliguria yang dapat disertai gejala klinis lain berupa :
Reaksi sistemik ringan : rasa geli / gatal serta hangat, rasa penuh di mulut, dan tenggorokan,
hidung tersumbat dan terjadi edema di sekitar mata, kulit gatal, mata berair, bersin bersin,
onset biasanya 2 jam setelah paparan antigen
Reaksi sistemik sedang : seperti reaksi sistemik ringan, ditambah spasme bronkus dan atau
edema saluran nafas, sesak, batuk, mengi, angioedema, urtikaria menyeluruh, mual, muntah,
gatal, badan terasa hangat, gelisah, onset seperti reaksi anafilaktif ringan
Reaksi sistemik berat : terjadi mendadak, seperti reaksi sistemik ringan dan sedang yang
bertambah berat. Spasme bronkus, edema laring, suara serak, stridor, sesak nafas, sianosis,
henti nafas. Edema dan hipermotilitas saluran cerna sehingga sakit menelan, kejang perut
diare dan muntah. Kejang uterus, kejang umum. Gangguan kardiovaskular, aritmia jantung,
koma.
DIAGNOSIS BANDING
Renjatan kardiogenik, renjatan hipovolemik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin, ureum, kreatinin, elektrolit, analisis gas darah, EKG
TERAPI
A. Untuk renjatan :
1. Adrenalin larutan 1 : 100, 0,3 0,5 ml subkutan / intramuskular pada lengan atas atau
paha. Bila renjatan anafilaksasi disebabkan sengatan serangga berikan suntikan adrenalin
kedua 0,1 0,3 ml pada tempat sengatan kecuali bila sengatan di kepala, leher, tangan
dan kaki. Terapi dapat dilanjutkan dengan infus adrenalin 1 ml (1 mg) dalam dekstrosa
5% 250 cc dimulai dengan kecepata 1 ug/menit dapat ditingkatkan sampai 4 ug/menit
sesuai keadaan tekanan darah. Hati hati pada orang tua dengan kelainan jantung atau
gangguan kardiovaskular lainnya.
2. Pasang tourniquet proksimal dari suntikan atau sengatan serangga, dilonggarkan 1 2
menit setiap 10 menit
3. Oksigen bila sesak, mengi, sianosis 3 5 l/menit dengan sungkup atau kanul nasal
4. Antihistamin intravena, intramuskular atau oral
Rawat pasien di ICU bila dengan tindakan tidak membaik, dilanjutkan dengan terapi :
a.
IVFD Dekstrosa 5 % dalam 0,45 % NaCl 2 3 I/m permukaan tubuh
b.
Dopamin 0,3 1,2 mg/kgBB/jam bila tekanan darah tidak membaik
c.
Kortikosteroid 7 10 mg hidrokortison/kgBB intravena dilanjutkan 5 mg/kgBB
tiap 6 jam, yang dihentikan setelah 72 jam
-3-
C.
D.
KOMPLIKASI
Renjatan ireversibel, kegagalan multi organ failure
PROGNOSIS
Tergantung organ yang terlibat dan beratnya gejala
WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, PPDS Penyakit Dalam, Dokter UGD dan Dokter Umum
yang bekerja di bagian penyakit dalam.
UNIT YANG MENANGANI
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, divisi ginjal-hipertensi, divisi kardiologi, dan bagian
Neurologi, Patologi Klinik, Mata dan Gizi.
-4-
KETO-ASIDOSIS DIABETIKUM
PENGERTIAN
Ketoasidosis diabetikum adalah kondisi dekompensasi metabolik akibat defisiensi insulin absolut
atau relatif dan merupakan komplikasi akut diabetes militus yang serius. Gambaran klinis utama
ketoasidosis diabetikum (KAD) adalah hiperglikemia, ketosis, dan asidosis metabolik, faktor
pencetus : infeksi, infark miokard akut, pankreatitis akut, penggunaann obat golongan steroid,
penghentian atau pengurangan dosis insulin.
DIAOGNOSIS
Klinis :
Demam / infeksi
Muntah
Nyeri perut
DIAGNOSIS BANDING
Ketosis diabetic, hiperglikemi, hiperosmolar non ketotik / hyperglycemic hyperosmolar state,
ensefalopati uremikum, asidosis uremikum, minum alcohol, ketosis alkoholik, ketosis hipoglikemia,
ketosis starvasi, asidosis laktat, asidosis hiperkloremik, kelebihan salisilat, drug-induced acidosis,
ensefalopati karena infeksi, trauma kapitis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan cito : gula darah, elektrolit, ureum, kreatinin, aseton darah, urin rutin, analisis gas
darah, EKG
Pemantauan :
Analisis gas darah : bila pH < 7 saat masuk diperiksa setiap 6 jam s.d. pH > 7,1 selanjutnya
setiap hari sampai stabil
Pemeriksaan lain (sesuai indikasi) : kultur darah, kultur urin, kultur pus
TERAPI
PRINSIP
-5-
Rehidrasi
Regulasi cepat, glukosa darah dengan pemberian insulin kerja cepat
Koreksi elektrolit dan asam basa
Antibiotika yang adekuat
Terapi Supportif
NaCl 0,9% diberikan 1 2 L pada 1 jam pertama, lalu 1L pada jam kedua, lalu 0,5
L pada jam ketiga dan keempat, dan 0,25 L pada jam kelima dan keenam, selanjutnya
sesuai kebutuhan.
Jika Na+ > 155 mEq/L ganti cairan dengan NaCl 0,45 %
Jika Gd < 200 mg/dL : kecepatan dikurangi RI drip 45 mU/kgBB/jam dalam NaCl
0,9 %
Jika GD stabil 200 300 mg/dL selama 12 jam RI drip 1 2 U/jam IV, disertai
sliding scale setiap 6 jam :
GD
RI
(mg/dL)
(Unit, subkutan)
< 200
0
200 250
5
250 300
10
300 350
15
> 350
20
Setelah sliding scale tiap 6 jam, dapat diperhitungkan kebutuhan insulin sehari dibagi
3 dosis sehari subkutan, sebelum makan (bila pasien sudah makan)
III. Kalium
Kalium (K Cl) drip dimulai bersamaan dengan drip RI, dengan dosis 50 mEq/6 jam.
Syarat : tidak ada gagal ginjal, tidak ditemukan gelombang T yang lancip dan tinggi
pada EKG, dan jumlah urin cukup adekuat.
Drip dihentikan
V.
Tatalaksana Umum
Antibiotik adekuat
Heparin : Bila ada KID satau hiperosmolar ( > 380 mOsm/L). Terapi disesuaiakan
dengan pemantauan klinis.
KOMPLIKASI
Syok hipovolemik, edema paru, hipertrigliseridemia infark miokard akut, hipoglikemia,
hipokalemia, edema otak, hipokalsemia.
PROGNOSIS
Dubia ad malam, tergantung pada usia, komorbid, adanya infark miokard akut, sepsis, syok.
WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, PPDS Penyakit Dalam, Dokter UGD dan Dokter Umum
yang bekerja di bagian penyakit dalam.
UNIT YANG MENANGANI
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, divisi ginjal-hipertensi, divisi kardiologi, dan bagian
Neurologi, Patologi Klinik, Mata dan Gizi.
-7-
HIPOGLIKEMIA
PENGERTIAN
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 md/dL, atau kadar glukosa darah <
80 mg/dL dengan gejala klinis. Hipoglikemia pada DM terjadi karena :
Kelebihan obat / dosis obat : terutama insulin, atau obat hipoglikemia oral
Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun : gagal ginjal kronik, pasca persalinan
Asupan makan tidak adekuat : jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat
Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan menghitung sementara
Stadium simpatik : keringat dingin pada muka, bibir atau tangan gemetar
Stadium gangguan otak berat : tidak sadar, dengan atau tanpa kejang
Anamnesis :
Penggunaan preparat insulin atau obat hipoglikemik oral : dosis terakhir, waktu pemakaian
terakhir, perubahan dosis.
Obat :
(sering) : insulin, sulfonilurea, alkohol,
(kadang) : kinin, pentamidine
(jarang) : salisilat, sulfonamid
Penyakit kritis : gagal hati, gagal ginjal, gagal jantung, sepsis, starvasi dan inanisi
TERAPI
Stadium permulaan (sadar)
Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop / permen gula murni (bukan pemanis
pengganti gula diet / gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat
Cari penyebab
Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia)
1.
Diberikan larutan Dextrosa 40 % sebanyak 2 flakon ( = 50 mL) bolus intravena,
2.
diberikan cairan Dextrosa 10 % per infus, 6 jam per kolf,
3.
Periksa GD sewaktu (Gds), kalau memungkinkan dengan glukometer :
Bila GDS > 200 mg/dL pertimbangkan menurunkan kecepatan drip Dextrosa 10 %
5.
Bila Gds > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut turut, pemantauan GDS setiap 12 jam,
dengan protokol sesuai diatas. Bila GDs > 200 mg/dL pertimbangkan mengganti infus
dengan Dextrosa 5 % atau NaCl 0,9 %
6.
Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis insulin, seperti :
adrenalin, kortison dosis tinggi, atau glukagen 0,5 1 mg IV / IM (bila penyebabnya insulin)
7.
Bila pasien belum sadar, GDS sekitar 200 mg/dL : Hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12
jam atau Deksametason 10 mg IV bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan Manitol 1,5 2
g/kgBB IV setiap 6 8 jam. Cari penyebab lain penurunan kesadaran menurun
KOMPLIKASI
Kerusakan otak, koma, kematian
PROGNOSIS
Dubia
WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, PPDS Penyakit Dalam, Dokter UGD dan Dokter Umum
yang bekerja di bagian penyakit dalam.
UNIT YANG MENANGANI
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, divisi ginjal-hipertensi, divisi kardiologi, dan bagian
Neurologi, Patologi Klinik, Mata dan Gizi.
-9-
PENGERTIAN
Sepsis merupakan sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS) yang disebabkan oleh infeksi.
Renjatan (syok) septik : sepsis dengan hipotensi, ditandai dengan penurunan TDS < 90
mmHg atau penurunan > 40 mmHg dari TD awal, tanpa adanya obat obatan yang dapat
menurunkan TD
Sepsis berat : gangguan fungsi organ atau kegagalan fungsi organ termasuk penurunan
kesadara, gangguan fungsi hati, ginjal, paru paru, asidosis metabolik
DIAGNOSIS SEPSIS
1.
SIRS ditandai dengan 2 gejala atau lebih berikut :
Hitung leukosit > 12.000/mm atau < 4.000/mm, atau adanya > 10 % sel batang
2.
Ada fokus infeksi yang bermakna
DIAGNOSIS BANDING
Renjatan kardiogenik, renjatan hipovolemik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin, gula darah, AGD, elektrolit, kultur darah dan infeksi fokal
(urin, pus, sputum,dll) disertai uji kepekaan mikroorganisme terhadap anti mikroba, foto toraks
TERAPI
Antimikroba empirik diberikan sesuai dengan tempat infeksi, dugaan kuman penyebab, profil
antimikroba (farmakokinetik dan farmakodinamik), keadaan fungsi ginjal dan fungsi hati
Antimikroba detinitif di berikan bila hasil kultur mikroorganisme telah diketahui, antimikroba
dapat diberikan sesuai hasil uji kepekaan mikroorganisme
Suportif : resusitasi ABC, oksigenasi, terapi cairan, vasopresor / inotropik, dan transfusi
(sesuai indikasi) pada renjatan septik diperlukan untuk mendapatkan respons secepatnya
Resusitasi cairan. Hipovolemia pada sepsis segera diatasi dengan pemberian cairan
kristaloid atau koloid. Volume cairan yang diberikan mengacu pada respons klinis
(respos terlihat dari peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi jantung, kecukupan
isi nadi, perabaan kulit dan ekstremitas, produksi urin, dan perbaikan kesadaran) dan
perlu diperhatikan ada tidaknya tanda kelebihan cairan (peningkatan tekanan vena
jugularis, ronki, galop S3, dan penurunan saturasi oksigen). Sebaiknya dievaluasi dengan
CVP (dipertahankan 8 12 mmHg), dengan mempertimbangkan kebutuhan kalori
perhari.
Oksigenasi sesuai kebutuhan. Ventilator diindikasikan pada hipoksemia yang progresif,
hiperkapnia, gangguan neurologis, atau kegagalan otot pernafasan
Bila hidrasi cukup tetapi pasien tetap hipotensi, diberikan vasoaktif untuk mencapai
tekanan darah sistolik > 90 mmHg atau MAP 60 mmHg dan urin dipertahankan > 30
ml/jam. Dapat digunakan vasopresor seperto dopamin dengan dosis > 8 g/kgBB/menit,
norepinefrin 0,03 1,5 g/kgBB/menit, fenilefrin 0,5 8 g/kgBB/menit, atau epinefrin
0,1 0,5 g/kgBB/menit. Bila terdapat disfungsi miokard, dapat digunakan inotropik
- 10 -
KOMPLIKASI
Gagal nafas, gagal ginjal, gagal hati, KID, renjatan septik ireversibel
PROGNOSIS
Dubia ad malam
WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, PPDS Penyakit Dalam, Dokter UGD dan Dokter Umum
yang bekerja di bagian penyakit dalam.
UNIT YANG MENANGANI
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, divisi ginjal-hipertensi, divisi kardiologi, dan bagian
Neurologi, Patologi Klinik, Mata dan Gizi.
- 11 -
GAGAL NAPAS
PENGERTIAN
Gagal napas adalah ketidakmampuan mempertahankan nilai pH (keasaman), oksigen (O2), dan
karbondioksida (CO2) darah arteri supaya tetap dalam batas normal.
Etiologi
Penyakit paru parenkim : pneuminia, edema paru, aspirasi, inhalasi asap, gas
PO2 turun
Umumnya kurus
Hiperventilasi
PCO2 meningkat
PO2 menurun
Sianosis
Umumnya kegemukan
Hipoventilasi
Tremor CO2
Edema
DIAGNOSIS BANDING
Edema paru, ARDS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto toraks
EKG
TERAPI
Tahap I
Bronkodilator nebulizer
- 12 -
Humidifikasi
Fisioterapi dada
Antibiotika
Tahap II
Bronkodilator Paranteral
Kortikosteroid
Tahap III
Stimulan pernafasan
Ventilasi mekanik
KOMPLIKASI
Mortalitas
PROGNOSIS
Malam
WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, PPDS Penyakit Dalam, Dokter UGD dan Dokter Umum
yang bekerja di bagian penyakit dalam.
UNIT YANG MENANGANI
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, divisi ginjal-hipertensi, divisi kardiologi, dan bagian
Neurologi, Patologi Klinik, Mata dan Gizi.
- 13 -
Asupan nutrisi
Kebutuhan kalori 30 kal/kgBB ideal/hari pada GGA tanpa komplikasi; kebutuhan
ditambah 15 20 % pada GGA berat (terdapat komplikasi / stres)
Kebutuhan protein 0,6 0,8 gram/kgBB ideal / hari pada GGA tanpa komplikasi; 1 1,5
gram/kgBB ideal/hari pada GGA berat
Perbandingan karbohidrat dan lemak 70 : 30
Suplementasi asam amino tidak dianjurkan
Asupan cairan tentukan status hidrasi pasien, catat cairan yang masuk dan keluar tiap hari,
pengukuran BB setiap hari bila memungkinkan, dan pengukuran tekanan vena sentral bila ada
fasilitas.
Hipovolemia : rehidrasi sesuai kebutuhan
- Bila akibat perdarahan diberikan transfusi darah PRC dan cairan isotonik, hematokrit
dipertahankan sekitar 30 %
- Bila akibat diare, muntah, atau asupan cairan yang kurang dapat diberikan cairan
kristaloid
Normovolemia : cairan seimbang (input = output)
Hipervolemia : retriksi cairan (input < output)
Fase anuria / oliguria : cairan seimbang : fase poliuria : 2/3 dari cairan yang keluar
Dalam keadaan insensible water loss yang normal, pasien membutuhkan 300 500 ml
electrolyte free water perhari sebagai bagian dari total cairan yang diperlukan.
- 14 -
KOMPLIKASI
Gangguan asam basa dan elektrolit, sindrom uremik, edema paru, infeksi
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, PPDS Penyakit Dalam, Dokter UGD dan Dokter Umum
yang bekerja di bagian penyakit dalam.
UNIT YANG MENANGANI
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, divisi ginjal-hipertensi, divisi kardiologi, dan bagian
Neurologi, Patologi Klinik, Mata dan Gizi.
- 15 -
HEMATEMESIS MELENA
PENGERTIAN
Hematemesis adalah muntah darah berwarna hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
Melena adalah buang air besar (BAB) berwarna hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian
atas. Yang dimaksud saluran cerna atas (proksimal) adalah diatas ligamentum Treitz, mulai dari
jejunum proksimal, duodenum, gaster, dan esofagus.
DIAGNOSIS
Muntah dan BAB darah warna hitam dengan sindrom dispepsia, bila ada riwayat makan obat
OAINS, jamu pegal linu, alkohol yang menimbulkan erosi / ulkus peptikum, riwayat sakit
kuning/hepatitis. Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, dapat disertai gangguan
kesadaran (prekoma / koma hepatikum), dapat terjadi syok hipovolemik
DIAGNOSIS BANDING
Hemoptoe, hematochezia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, hemostasis lengkap atau masa pendarahan, masa pembekuan, masa protrombin, elektrolit (Na,
K, Cl), pemeriksaan fungsi hati (cholinesterase, albumin/globulin, SGOT, SGPT, petanda hepatitis
B dan C), endoskopi SCBA diagnostik atau foto rontgen OMD, USG hati.
TERAPI
Non farmakologis
Tirah baring, puasa, diet hati / lambung, pasang NGT untuk dekompresi, pantau perdarahan
Farmakologis
Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb). Pada kasus varises transfusi
sampai dengan Hb 12 gr %
Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti plasma (misalnya dekstran / hemacel)
atau NaCl 0,9 % atau RL
Pada pasien dengan pecah varises / penyakit hati kronik / sirosis hati diberikan :
1. Laktulosa 4 x 1 sendok makan
2. Neomisin 4 x 500 mg
- 16 -
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, PPDS Penyakit Dalam, Dokter UGD dan Dokter Umum
yang bekerja di bagian penyakit dalam.
UNIT YANG MENANGANI
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, divisi ginjal-hipertensi, divisi kardiologi, dan bagian
Neurologi, Patologi Klinik, Mata dan Gizi.
- 17 -
KRISIS HIPERTENSI
PENGERTIAN
Krisis Hipertensi adalah keadaan hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah segera
karena akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Tingginya tekanan darah bervariasi, yang
terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.
Dibagi menjadi dua :
1.
Hipertensi emergency : situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif
2.
Hipertensi urgency : Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan dalam beberapa jam.
DIAGNOSIS
Anamnesis : Riwayat hipertensi dan terapinya, kebutuhan minum obat pasien, tekanan darah
rata rata, riwayat pemakaian obat obat simpatomimetik dan steroid, kelainan hormonal,
riwayat penyakit kronik lain, gejala gejala serebral, jantung, dan gangguan penglihatan
Pemeriksaan fisis : Tekanan darah pada kedua ekstremitas, perabaan denyut nadi perifer,
bunyi jantung, bruit dan abdomen, adanya edema atua tanda penumpukan cairan, funduskopi,
dan status neurologis.
Laboratorium : sesuai dengan penyakit dasar, penyakit penyerta, dan kerusakan organ target
DIAGNOSIS BANDING
Penyebab hipertensi emergency :
Hipertensi maligna terakselarasi dan papiledema
Kondisi jantung : diseksi aorta akut, gagal jantung kiri akut, infark miokard akut, pasca
operasi bypass koroner
Kondisi ginjal : GN akut, hipertensi renovaskular, krisis renal karena penyakit kolagen
vaskular, hipertensi berat pasca transplantasi ginjal.
Akibat katekolamin di sirkulasi : krisis feokromositoma, interaksi makanan atau obat dengan
MAO inhibitor, penggunaan obat simpatomimetik, mekanisme rebound akibat penghentian
mendadak obat antihipertensi, hiperrefleksi otomatis pasca cedera korda spinalis
Eklampsia
Kondisi bedah : hipertensi berat pada pasien yang memerlukan operasi segera, hipertensi
pasca operasi, perdarahan pasca operasi dari jahitan vaskular
Epistaksis berat
Labetalol
Furosemid
Dosis
Awitan
15 menit
Lama
Kerja
4 6 jam
0,5 2 jam
6 8 jam
1,5 2 jam
0,5 1 jam
8 12 jam
6 8 jam
Awitan
Lama
Kerja
2 3 jam
Hipertensi emergency
Obat
Diuretik :
Furosemid
Vasodilator :
Nitrogliserin
Dosis
20 40 mg, dapat diulang. Hanya
diberikan bila terjadi retensi cairan
5 15 menit
2 5 menit
5 10
menit
segera
1 2 menit
Ditiazem
Klonidin
Nitroprusid
PROGNOSIS
Dubia
WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, PPDS Penyakit Dalam, Dokter UGD dan Dokter Umum
yang bekerja di bagian penyakit dalam.
UNIT YANG MENANGANI
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, divisi ginjal-hipertensi, divisi kardiologi, dan bagian
Neurologi, Patologi Klinik, Mata dan Gizi.
- 20 -