Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

Gastritis

Di susun Oleh :
Fibriani
12106022

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN UMUM


(+KARDIOVASKULAR)
STIKES JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2008

Gastritis
1. Definisi
Gastritis adalah proses inplamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel - sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu
penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam pada
umumnya. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan pada : manifestasi klinis, gambaran histologi yang khas, distribusi
anatomi, kemungkinan patogenesis gastritis, terutama gastritis kronik. (Hirlan.
2001. 127)
Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut
dan kronok. Harus diingat bahwa, walaupun dilakukan pembagian menjadi
akut dan kronik, tapi keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik
bukan merupakan kelanjutan dari gastritis akut.

2. Klasifikasi Gastritis
a. Gastritis Akut
Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan
penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut
yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah
gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena

pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai
derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung
pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.
(Hirlan, 2001 : 127)
b. Gastritis Kronik
Gastritis Kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun. (Iin Inayah 2004. 59)
Gastritis Kronik adalah inflamasi yang lama dapat disebabkan oleh
ulkus benigna atau maligna dari lambung. (Smeltzer, Suzanne. 2001. 1062)
Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel - sel radang yang terjadi
pada lamina propia dan daerah intra epitelia terdiri atas sel - sel radang kronik,
yaitu limfosit dan sel plasma. Kehadiran glanulosit neutrofil pada daerah
tersebut menandakan adanya aktivitas.
Menurut distribusi anatomisnya, gastritis kronik dibagi menjadi :
a). Gastritis kronik korpus sering disebut juga dengan gastritis tipe A menurut
pembagian dahulu. Bentuk ini jarang dijumpai. Gastritis tipe A sering
dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia
pernisiosa.
b). Gastritis kronik antrum sering juga disebut gastritis tipe B. Gastritis tipe
ini paling sering dijumpai dan mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan kuman H. pylori.

c). Gastritis tipe AB merupakan gastritis tipe kronik yang distribusi


anatomisnya menyebar keseluruh gaster. Penyebaran ke arah korpus
tersebut cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. (Hirlan, 2001:
129 - 130)
3. Anatomi Fisiologi Saluran Pencernaan dan Lambung
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan
jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan
enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
(H. Syaifuddin, B.Ac. 1997: 75)
a. Mulut / Oris
b. Faring
c. Esofagus / kerongkongan
d. Gaster / lambung
e. Intestinum Minor / usus halus
f. Intestinum Mayor / usus besar
g. Rektum
h. Anus

Gambar 1. Sistem Pencernaan

Sumber : Smeltzer, Suzanne C. 2001 : 985

a. Mulut / Oris
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian
yaitu : bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi,
bibir dan pipi. Sedangkan rongga bagian mulut atau bagian dalam, yaitu

rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksiliaris, palatum dan
mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lender mulut ditutupi epithelium yang berlapis - lapis,
dibawahnya terletak kelenjar - kelenjar halus yang mengeluarkan lendir,
selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir
saraf sensoris.
b. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (osofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini terletak bersimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, di depan ruas tulang belakang.
Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
c. Esofagus / Kerongkongan
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah
lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar, lapisan selaput lender,
(mukosa), lapisan sub-mukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan
otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak di belakang trakea dan di

depan tulang punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke


dalam abdomen menyambung dengan lambung.
Tiap - tiap ujung esofagus dilindungi oleh suatu sfringter.
Krikofaringeus memembentuk springter esofagus bagian atas terdiri atas
serabut - serabut otot rangka. Dalam keadaan normal ia berada dalam keadaan
tonik atau berkontraksi kecuali waktu menelan. Springter esofagus bagian
bawah, walaupun secara anatomis tidak nyata, bersifat sebagai springter dan
berperan sebagai barier secara repluks isi lambung ke dalam esophagus.
Dalam keadaan normal ia menutup kecuali bila makanan masuk ke dalam
lambung atau waktu berdahak atau muntah.
d. Gaster / Lambung
Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak
di daerah diafragma di depan pangkreas dan limpa, menempel di sebelah kiri
fundus uteri.
Bentuk, ukuran dan posisi sangat tergantung pada bentuk tubuh, sikap
dan derajat peregangan lambung. Bila kosong, lambung menyerupai tabung
berbentuk J dan bila terisi penuh berbentuk seperti buah per raksasa.
Kapasitas normal lambung adalah 1-2 liter.
Fundus, korpus dan pilorus merupakan tiga pembagian anatomi
lambung. Fundus merupakan bagian yang membesar ke kiri dan di atas pintu

masuk esofagus ke dalam lambung. Korpus merupakan bagian di tengah dan


antrum pilorus merupakan bagian yang paling rendah. Lambung berakhir
dengan sfringter pilorus. Terdapat dua karvatura minor yang berbentuk konkaf
dan batas kiri bawah adalah karvatura major.

Gambar 2. Struktur Lambung

Sumber : Drs. H. Syaifuddin, B.Ac. 1997 : 78

Tabel 1
Fungsi Lambung
Fungsi Motoris
Resevior,
menyimpan 2.

1. Fungsi

Fungsi Sekresi dan Pencernaan


Mencernakan Protein, oleh pepsin

makanan sampai sampai makanan

dan HCl dimulai. Pencernaan pati dan

tersebut

sedikit

lemak oleh amilase lambung dan

dicernakan dan bergerak pada saluran

pilase dalam lambung pencernaannya

cerna.

kecil.

sedikit

demi

Menyesuaikan

peningkatan

volume tanpa menambah tekanan 3.

Sintesis dan Pengeluaran Gastrin,

dengan relaksasi reseptif otot polos,

dipengaruhi

di perantarai oleh nervus fagus dan

peregangan

dirangsang oleh gastrin.

autrum dan rangsangan vagus.

2. Fungsi

Mencampur,

memecahkan 4.

Sekresi

oleh

asupan

antrum,

protein,

alkalinisasi

Faktor

Intrinsik,

makanan menjadi partikel - partikel

memungkinkan absorpsi vitamin B12

kecil

dari usus halus bagian distal.

dan

mencampurnya

getah

lambung melalui kontraksi otot yang 5.

Sekresi Mukus, yang membentuk

meliputinya.

selubung pelindung bagi lambung

Kontraksi

peristaltik

diatur oleh suatu dasar irama listrik

serta

intrinsik.

makanan agar mudah ditranspor.

3. Fungsi Pengosongan Lambung, diatur


oleh pembukaan sfringter pilorus,
yang dipengaruhi oleh viskositas,
volume, keasaman, aktivitas, ososis,
keadaan fisik, serta oleh emosi, obatobatan

dan

kerja.

Pengsongan

lambung diatur oleh faktor saraf dan


hormonal.

memberikan

pelumasan

e. Intestinum Minor / Usus Halus


Intestinum Minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya 6 m
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi
hasil pencernaan yang terdiri dari : Lapisan usus halus, lapisan mukosa
(sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M. sirkuler), lapisan otot memanjang
(M. longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
f. Intestinum Mayor / Usus Besar
Intestinum Mayor adalah tempat menyerap air dari makanan, tempat
tinggal bakteri coli dan tempat feces.
g. Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os
koksigis.
h. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat
oleh 3 sfringter : sfringter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut
kehendak, sfringter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak, sfringter
ani externus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak

4. Patofisiologi
a) Gastritis Akut
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti
dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superfisisl, bagian ini
mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandung sangat sedikit asam
tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisisl dapat terjadi dan dapat
menimbulkan hemoragi. Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit
kepala, malas, mual dan sering disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa
pasien asimtomatik.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami
gastritis. Kadang-kadang, hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila
makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat
mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya pasien sembuh kira-kira sehari,
meskipun biasanya nafsu makan mungkin menurun selama 2 atau 3 hari
kemudian.
b) Gastritis Kronik
Gastritis kronik dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe
A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel
parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus
atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylori)
mempengaruhi antrum dan pilorus (ujung bawah lambung dekat duodenum).

Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylori, faktor diet seperti minum panas
atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau rufluks isi
usus kedalam lambung.
Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk
gejala defisiensi Vitamin B12.

Pada gastritis tipe B, pasien mengeluh

anoreksia (nafsu makan buruk), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa
asam di mulut atau mual dan muntah. (Smeltzer, Suzanne C. 2001 : 1062)

5. Etiologi
Penyebab gastritis tidak jelas. Penyakit ini paling sering terjadi pada
orang tua. Reaksi imunologi dengan terbentuknya antibody terhadap sel
parietal, gastritis akut yang menjadi kronik, faktor lingkungan seperti
kebiasaan mengkonsumsi alkohol, merokok, the panas, serta pemakaian
aspirin secara kronik diduga berperan sebagai penyebab. Rupluks empedu ke
lambung, terutama setelah operasi lambung juga berperan terhadap kejadian
gastritis. Helicobacter pylori ternyata juga berperan.

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang khas pada gastritis yaitu nyeri pada
epigastrium, mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang
sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis
dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.

Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan


obat - obatan atau bahan kimia tertentu. (Arif Mansjor. 2001. 492 - 493).

7. Penatalaksanaan
Faktor utama adalah menghilangkan etiologinya. Diet lambung,
dengan porsi kecil dan sering. Obat - obatan ditujukan untuk mengatur sekresi
asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
antikolinergik dan antasid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa
sukralfat dan prostataglandin. (Arif Mansjor. 2001. 493).

B. Proses Keperawatan
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yang meliputi : Pengkajian,
Identifikasi masalah, perncanaan, implementasi dan evaluasi. Kelima langkah
ini adalah pusat untuk tindakan keperawatan dan memberikan asuhan pasien
secara individual dan kualitas yang lebih tinggi dalam berbagai situasi.
Dimana tahapnya saling berkaitan dan berkesinambungan. (Doenges. 1999: 6)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien.

a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
a) Identitas klien tediri dari nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, status marital, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, diagnosa medis, No. medrec dan alamat.
b) Identitas penanggung jawab terdiri dari nama, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan
alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Merupakan keluhan klien saat dikaji, klien yang mengalami
Gastritis biasanya megeluh nyeri pada Epigastrium.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Dikembangkan dari keluhan utama dengan menggunakan
teknik PQRST
P : (Palliatif)
Apa yang memperberat dan memperingan gangguan,
biasanya klien masuk ke Rumah Sakit karena pola
kebiasaan makan klien yang salah serta gejala terasa ringan
jika klien istirahat.

Q : (Quality)
Akan dirasakan oleh klien rasa nyeri seperti ditusuk tusuk
atau di sayat sayat.
R : (Region)
Biasanya

nyeri

akan dirasakan menyebar

kedaerah

punggung belakang dan sekitarnya.


S : (Skala)
Sejauh mana rasa nyeri tersebut dirasakan apakah sampai
menggangu aktivitas klien.
T : (Time)
Waktu terjadinya serangan dan biasanya nyeri dirasakan
siang hari atau malam hari.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu diketahui klien penyebab gastritis, diantaranya : bakteri,
infeksi lokal dan alkohol. Perlu dikaji riwayat nutrisi, kurang
teratur makan, biasa minum minuman keras, faktor psikis
dan infeksi bakteri. Biasanya keluhan dirasakan sudah berbulan
bulan atau bertahun tahun.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Data yang diperlukan meliputi kesehatan orang tua, saudara
kandung, anak dan suami.

3) Pemeriksaan Fisik
Adapun pemeriksaan fisik yang dipakai adalah pemeriksaan Head
To Toe. Pemeriksaan ini dilakukan melalui Inspeksi, Auskultasi
Palpasi dan Perkusi. (Gaffar La Ode. 1999. 59)
a) Inspeksi adalah pengamatan secara seksama terhadap status
kesehatan klien seperti inspeksi kesimetrisan, pergerakan
dinding dada, penggunaan otot Bantu nafas, inspeksi adanya
lesi pada kulit dan sebagainya.
b) Auskultasi adalah cara pemeriksaan fisik dengan menggunakan
stetoskop.
c) Palpasi dalah proses memeriksa dengan menggunakan tangan
atau jari tangan pada permukaan external tubuh untuk
mendeteksi adanya bukti abnormalitas pada berbagai organ
d) Perkusi adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukan jari
tengah ke jari tangan lainnya untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu organ tubuh.
Adapun pemeriksaan fisiknya adalah sebagai berikut :
a. Keadaan Umum
Klien akan tampak lemah, compos mentis (orientasi terhadap
tempat, waktu dan orang yang ada disekitarnya).

b. Tanda tanda Vital


Diantaranya suhu dan nadi diatas normal, dibandingkan dengan
orang yang sehat.
c. Daerah kepala dan leher
-

Kepala
Tidak akan didapatkan kelainan bentuk.

Mata
Selaput konjungtiva akan terlihat anemis karena pada
pasien gastritis biasanya akan susah tidur.

Telinga
Tidak ada kelainan bentuk, fungsi pendengaran baik.

Hidung
Tidak ada kelainan bentuk, keadaan mukosa hidung lembab
atau tidak.

Mulut
Selaput lendir bibir dan lidah pada pasien gastritis akan ada
terasa masam pada perasa, bentuk ataupun warna, apakah
ada sianosis, keadaan permukaan lidah, gigi, palatum,
tonsil dan orofaring.

Leher
Tidak ada pembesaran Kelenjar Getah Bening (KGB) dan
Peninggian tekanan vena jigularis (JVP).

d. Daerah dada
Pada pemeriksaan daerah dada akan ditemukan bentuk dada,
gerakan dada, pola nafas, suara paru, ada batuk atau tidak dan
adanya terpasang alat terapi atau tidak.
e. Daerah abdomen
Akan ditemukan adanya distensi lambung, nyeri tekan pada
daerah epigastrik, bising usus kadang kadang menaik dan
menurun.
f. Daerah punggung
Pada pemeriksaan daerah punggung dengan cara inspeksi dan
palpasi akan didapat bentuk punggung tidak ada kelainan.
g. Daerah ektremitas
-

Ektremitas Atas
Bentuk simetris, salah satu tangan akan terpasang alat
terapi infus, tonus otot derajat 5 dan tidak ada edema, ada
reflek bisep dan trisep ( + ).

Ektremitas bawah
Bentuk simetris, kedua kaki dapat digerakan, tidak ada
edema, tidak ada parises dan reflek ++

h. Daerah genitalia
Apakah terdapat kemerahan, alergi gatal gatal, lesi dan nyeri.

4) Aktivitas sehari hari


Hal hal yang perlu dikaji dan diperhatikan pada aktivitas sehari
hari klien adalah pola makan dan minum (nutrisi) yang memicu
terjadinya penyakit gastritis, personal hygiene, eliminasi (BAB dan
BAK), kebiasaan tidur atau istirahat.
5) Aspek psikologis
Kurang pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya bisa
menimbulkan kecemasan pada klien. Maka perlu diperhatikan
tingkat pemahaman serta ekspresi klien selama pengkajian.
6) Aspek sosial ekonomi
Aspek sosial ekonomi meliputi hubungan atau interaksi klien
dengan keluarga, perawat dan orang lain. Fungsi dan perannya
dalam keluarga pun perlu dikaji, sedangkan aspek sosial ekonomi
meliputi tingkat kesejahteraan klien, hal itu dapat mempengaruhi
derajat kesehatannya.
7) Aspek spiritual
Aspek spiritual meliputi kegiatan keagamaan atau ibadah klien,
persepsi klien terhadap penyakitnya dan harapan klien akan
kesembuhannya.
8) Data penunjang
Prosedur diagnostik yang lazim dilakukan pada pasien pasien
yang mengalami gangguan sistem pencernaan, antara lain :

a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang akan memberikan informasi tentang
fungsi sistem pencernaan.
b) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan barium meal, suatu cara pengambilan gambar
kontras pada gaster dan usus halus yang meliputi ukuran,
bentuk dan letaknya. Sehingga dapat diketahui kelainan
kelainan pada gaster dan usus halus.
Pemeriksaan barium swallw, suatu tekhnik radiografik kontras
untuk memvisualisasi esopagus sehingga dapat diketahui
kelainan pada esopagus.
c) Analisa cairan lambung
Merupakan suatu tindakan untuk mengeluarkan isi atau cairan
lambung, untuk menguji tingkat keasaman lambung dalam
keadaan puasa.
d) Endoskopi
Suatu cara untuk melihat secara langsung. Mukosa lambung
yang normal tampak berwarna merah muda dengan permukaan
halus, rata, licin. Perdarahan saluran cerna bagian atas, adanya
obstruksi saluran cerna, kecurigaan adanya keganasan.

e) Pemeriksaan feses
Bahan feses tidak bercampur urin dan feses sewaktu
pemeriksaan makroskopik : konsisten, warna, bau, lendir,
darah dan sisa makanan. Pemeriksaan mikroskopik : amoeba,
eritrosit dan telur cacing. Pemeriksaan kimiawi : darah samar,
bilirubin.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama yang
muncul pada gastritis (Smeltzer, Sussane C. 2001 : 1063) antara lain :
1. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan
masukan nutrien yang tidak adekuat.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan
cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
4. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit
5. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan

perencanaan adalah mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah


keperawatan klien.
1. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
Tujuan

: Memahami proses penyakitnya.

Kriteria hasil :
a. Klien akan mendiskusikan pengenalan takut atau masalah sehat
dan yang tidak sehat
b. Menyatakan rentang perasaan yang tepat
c. Menunjukan pemecahan masalah dan penggunaan sumber efektif
Tabel 2
Intervensi
- Ciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman

Rasional
- Lingkungan yang tenang dan
nyaman
akan
mengurangi
kecemasan

- Bantu klien menurunkan


ansietas

- Ansietas cenderung memperberat


dan dapat menjerat klien dalam
ketegangan dan nyeri fisik serta
emosional

- Jelaskan semua tentang


prosedur pengobatan

- Meningkatkan minat dan tingkat


pemahaman klien

2. Perubahan nutrisi berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak


adekuat
Tujuan

: Pemasukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan berat badan stabil


b. Mempetahankan keseimbangan masukan dan haluaran
Tabel 3
Intervensi
- Catat berat badan saat masuk
dan bandingkan dengan saat
berikutnya

Rasional
- Memberikan informasi tentang
keadekuatan masukan diet

- Berikan diet dalam jumlah kecil


tapi sering

- Dilatasi gaster dapat terjadi bila


pemberian makan terlalu cepat

- Awasi toleransi terhadap


masukan, cairan, catat distensi
abdomen, mual / muntah

- Pengosongan lambung lambat


dan dilatasi gaster dapat terjadi

- Pantau tanda tanda vital

- Sebagai dasar untuk


membandingkan temuan
abnormal

- Kaji riwayat pengobatan klien :


aspirin, steroid, vasopresin

- Menyebabkan kualitatif mucus


lambung yang dapat
mempermudah degradasi mucus
oleh pepsin

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan


cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah
Tujuan

: Kebutuhan volume cairan untuk individu

Kriteria hasil :
a. Klien tidak terlihat pucat
b. Tanda vital stabil
c. Turgor kulit baik

Tabel 4
Intervensi
- Catat karakteristik muntah atau
drainase

Rasional
- Membantu dalam membedakan
penyebab distress gaster

- Awasi tanda tanda vital,


- Perubahan tekanan darah dan
bandingkan dengan hasil normal
nadi cepat digunakan untuk
klien sebelumnya
perkiraan kasar kehilangan cairan
- Awasi masukan dan haluaran
kemudian hubungkan dengan
berat badan

- Memberikan pedoman untuk


pemberian cairan

- Kolaborasi dalam pemberian


cairan sesuai indikasi

- Penggantian cairan tergantung


pada derajat hivopolemi

4. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diit dan proses penyakit


Tujuan

: Proses penyakit atau prognosis dan potensial

komplikasi dapat dipahami.


Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman tentang hubungan penyebab antara
makanan dengan rasa tidak nyaman
b. Mulai mendiskusikan perannya dalam mencegah kekambuhan
c. Menjelaskan kembali mengenai aturan diet

Tabel 5
Intervensi
- Tentukan persepsi klien tentang
penyebab gastritis

Rasional
- Membuat pengetahuan dasar dan
memberikan kesadaran yang
konstruksif pada individu

- Berikan atau kaji ulang


informasi tentang etiologi
gastritis, hubungan perilaku
pola hidup dan cara
menurunkan faktor resiko

- Memberikan pengetahuan dasar


dimana klien dapat membuat
pilihan informasi atau keputusan
tentang masa depan dan kontrol
masalah kesehatan

- Bantu klien untuk


mengidentifikasi hubungan
masukan makan dan pencetus
nyeri epigastrium, termasuk
menghindari iritan gaster

- Menemukan bahwa makanan dan


minuman meningkatkan sekresi
lambung dan nyeri

- Dukung penggunaan teknik


penanganan stress, hindari
stress emosi

- Menurunkan rangsang eksentrik


HCL, menurunkan resiko
keluhan

5. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi


Tujuan

: Terjadi penurunan atau hilangnya rasa nyeri

Kriteria hasil :
a. Klien mengatakan nyeri hilang
b. Menunjukan postur tubuh rileks dan mampu tidur atau istirahat
dengan tepat

Tabel 6
Intervensi
Rasional
- Kaji nyeri : letak, tipe, frekuensi - Nyeri hebat mendadak dapat
dan durasi
menandakan pervorasi
- Berikan aktivitas yang
menghibur

- Meminimalkan nyeri

- Diskusikan dan ajarkan teknik


relaksasi

- Menurunkan rangsangan yang


menimbulkan stress,
menimbulkan efek tenang,
mengurangi nyeri lambung

- Kolaborasi pemberian analgetik

- Menghilangkan nyeri

4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan
oleh perawat dan klien. Selama tahap implementasi perawat melaksanakan
asuhan keperawatan. Hal hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi
dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar,
La Ode Jumadi. 1999 : 65)

5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Hal hal yang
harus dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data teratasi
atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan dan ketetapan
intervensi keperawatan. Penggunaan proses keperawatan secara tepat pada
praktek keperawatan akan memberikan keuntungan bagi klien dan
perawat. Perawat dapat mendemonstrasikan tanggung jawab dan tanggung
gugatnya yang merupakan salah satu ciri profesi dan yang paling penting
adalah menjamin efisiensi dan efektifitas asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien. (Gaffar, La Ode Jumadi. 1999 : 67)
Hasil hasil yang diharapkan dari klien dengan gastritis meliputi
sebagai berikut :
a. Rasa nyeri berkurang
b. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
c. Keseimbangan volume cairan teratasi
d. Ansietas klien berkurang
e. Pengetahuan klien meningkat

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta:
Media Aesculapius.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Gaffar, La Ode Jumadi. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika.
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.
Bandung: Yrama Widya.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: FKUI.
Potter, Patricia A. 0000. Buku Ajar Fundamental Profesional. Jakarta: Salemba
Medika.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan.
Reeves, Charlene. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Sudarth, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Stein, Jay H. 1998. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai