Gastritis
Di susun Oleh :
Fibriani
12106022
Gastritis
1. Definisi
Gastritis adalah proses inplamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel - sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu
penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam pada
umumnya. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan pada : manifestasi klinis, gambaran histologi yang khas, distribusi
anatomi, kemungkinan patogenesis gastritis, terutama gastritis kronik. (Hirlan.
2001. 127)
Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut
dan kronok. Harus diingat bahwa, walaupun dilakukan pembagian menjadi
akut dan kronik, tapi keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik
bukan merupakan kelanjutan dari gastritis akut.
2. Klasifikasi Gastritis
a. Gastritis Akut
Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan
penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut
yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah
gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena
pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai
derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung
pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.
(Hirlan, 2001 : 127)
b. Gastritis Kronik
Gastritis Kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun. (Iin Inayah 2004. 59)
Gastritis Kronik adalah inflamasi yang lama dapat disebabkan oleh
ulkus benigna atau maligna dari lambung. (Smeltzer, Suzanne. 2001. 1062)
Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel - sel radang yang terjadi
pada lamina propia dan daerah intra epitelia terdiri atas sel - sel radang kronik,
yaitu limfosit dan sel plasma. Kehadiran glanulosit neutrofil pada daerah
tersebut menandakan adanya aktivitas.
Menurut distribusi anatomisnya, gastritis kronik dibagi menjadi :
a). Gastritis kronik korpus sering disebut juga dengan gastritis tipe A menurut
pembagian dahulu. Bentuk ini jarang dijumpai. Gastritis tipe A sering
dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia
pernisiosa.
b). Gastritis kronik antrum sering juga disebut gastritis tipe B. Gastritis tipe
ini paling sering dijumpai dan mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan kuman H. pylori.
a. Mulut / Oris
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian
yaitu : bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi,
bibir dan pipi. Sedangkan rongga bagian mulut atau bagian dalam, yaitu
rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksiliaris, palatum dan
mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lender mulut ditutupi epithelium yang berlapis - lapis,
dibawahnya terletak kelenjar - kelenjar halus yang mengeluarkan lendir,
selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir
saraf sensoris.
b. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (osofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini terletak bersimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, di depan ruas tulang belakang.
Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
c. Esofagus / Kerongkongan
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah
lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar, lapisan selaput lender,
(mukosa), lapisan sub-mukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan
otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak di belakang trakea dan di
Tabel 1
Fungsi Lambung
Fungsi Motoris
Resevior,
menyimpan 2.
1. Fungsi
tersebut
sedikit
cerna.
kecil.
sedikit
demi
Menyesuaikan
peningkatan
dipengaruhi
peregangan
2. Fungsi
Mencampur,
memecahkan 4.
Sekresi
oleh
asupan
antrum,
protein,
alkalinisasi
Faktor
Intrinsik,
kecil
dan
mencampurnya
getah
meliputinya.
Kontraksi
peristaltik
serta
intrinsik.
dan
kerja.
Pengsongan
memberikan
pelumasan
4. Patofisiologi
a) Gastritis Akut
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti
dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superfisisl, bagian ini
mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandung sangat sedikit asam
tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisisl dapat terjadi dan dapat
menimbulkan hemoragi. Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit
kepala, malas, mual dan sering disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa
pasien asimtomatik.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami
gastritis. Kadang-kadang, hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila
makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat
mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya pasien sembuh kira-kira sehari,
meskipun biasanya nafsu makan mungkin menurun selama 2 atau 3 hari
kemudian.
b) Gastritis Kronik
Gastritis kronik dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe
A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel
parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus
atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylori)
mempengaruhi antrum dan pilorus (ujung bawah lambung dekat duodenum).
Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylori, faktor diet seperti minum panas
atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau rufluks isi
usus kedalam lambung.
Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk
gejala defisiensi Vitamin B12.
anoreksia (nafsu makan buruk), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa
asam di mulut atau mual dan muntah. (Smeltzer, Suzanne C. 2001 : 1062)
5. Etiologi
Penyebab gastritis tidak jelas. Penyakit ini paling sering terjadi pada
orang tua. Reaksi imunologi dengan terbentuknya antibody terhadap sel
parietal, gastritis akut yang menjadi kronik, faktor lingkungan seperti
kebiasaan mengkonsumsi alkohol, merokok, the panas, serta pemakaian
aspirin secara kronik diduga berperan sebagai penyebab. Rupluks empedu ke
lambung, terutama setelah operasi lambung juga berperan terhadap kejadian
gastritis. Helicobacter pylori ternyata juga berperan.
7. Penatalaksanaan
Faktor utama adalah menghilangkan etiologinya. Diet lambung,
dengan porsi kecil dan sering. Obat - obatan ditujukan untuk mengatur sekresi
asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
antikolinergik dan antasid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa
sukralfat dan prostataglandin. (Arif Mansjor. 2001. 493).
B. Proses Keperawatan
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yang meliputi : Pengkajian,
Identifikasi masalah, perncanaan, implementasi dan evaluasi. Kelima langkah
ini adalah pusat untuk tindakan keperawatan dan memberikan asuhan pasien
secara individual dan kualitas yang lebih tinggi dalam berbagai situasi.
Dimana tahapnya saling berkaitan dan berkesinambungan. (Doenges. 1999: 6)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien.
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
a) Identitas klien tediri dari nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, status marital, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, diagnosa medis, No. medrec dan alamat.
b) Identitas penanggung jawab terdiri dari nama, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan
alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Merupakan keluhan klien saat dikaji, klien yang mengalami
Gastritis biasanya megeluh nyeri pada Epigastrium.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Dikembangkan dari keluhan utama dengan menggunakan
teknik PQRST
P : (Palliatif)
Apa yang memperberat dan memperingan gangguan,
biasanya klien masuk ke Rumah Sakit karena pola
kebiasaan makan klien yang salah serta gejala terasa ringan
jika klien istirahat.
Q : (Quality)
Akan dirasakan oleh klien rasa nyeri seperti ditusuk tusuk
atau di sayat sayat.
R : (Region)
Biasanya
nyeri
kedaerah
3) Pemeriksaan Fisik
Adapun pemeriksaan fisik yang dipakai adalah pemeriksaan Head
To Toe. Pemeriksaan ini dilakukan melalui Inspeksi, Auskultasi
Palpasi dan Perkusi. (Gaffar La Ode. 1999. 59)
a) Inspeksi adalah pengamatan secara seksama terhadap status
kesehatan klien seperti inspeksi kesimetrisan, pergerakan
dinding dada, penggunaan otot Bantu nafas, inspeksi adanya
lesi pada kulit dan sebagainya.
b) Auskultasi adalah cara pemeriksaan fisik dengan menggunakan
stetoskop.
c) Palpasi dalah proses memeriksa dengan menggunakan tangan
atau jari tangan pada permukaan external tubuh untuk
mendeteksi adanya bukti abnormalitas pada berbagai organ
d) Perkusi adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukan jari
tengah ke jari tangan lainnya untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu organ tubuh.
Adapun pemeriksaan fisiknya adalah sebagai berikut :
a. Keadaan Umum
Klien akan tampak lemah, compos mentis (orientasi terhadap
tempat, waktu dan orang yang ada disekitarnya).
Kepala
Tidak akan didapatkan kelainan bentuk.
Mata
Selaput konjungtiva akan terlihat anemis karena pada
pasien gastritis biasanya akan susah tidur.
Telinga
Tidak ada kelainan bentuk, fungsi pendengaran baik.
Hidung
Tidak ada kelainan bentuk, keadaan mukosa hidung lembab
atau tidak.
Mulut
Selaput lendir bibir dan lidah pada pasien gastritis akan ada
terasa masam pada perasa, bentuk ataupun warna, apakah
ada sianosis, keadaan permukaan lidah, gigi, palatum,
tonsil dan orofaring.
Leher
Tidak ada pembesaran Kelenjar Getah Bening (KGB) dan
Peninggian tekanan vena jigularis (JVP).
d. Daerah dada
Pada pemeriksaan daerah dada akan ditemukan bentuk dada,
gerakan dada, pola nafas, suara paru, ada batuk atau tidak dan
adanya terpasang alat terapi atau tidak.
e. Daerah abdomen
Akan ditemukan adanya distensi lambung, nyeri tekan pada
daerah epigastrik, bising usus kadang kadang menaik dan
menurun.
f. Daerah punggung
Pada pemeriksaan daerah punggung dengan cara inspeksi dan
palpasi akan didapat bentuk punggung tidak ada kelainan.
g. Daerah ektremitas
-
Ektremitas Atas
Bentuk simetris, salah satu tangan akan terpasang alat
terapi infus, tonus otot derajat 5 dan tidak ada edema, ada
reflek bisep dan trisep ( + ).
Ektremitas bawah
Bentuk simetris, kedua kaki dapat digerakan, tidak ada
edema, tidak ada parises dan reflek ++
h. Daerah genitalia
Apakah terdapat kemerahan, alergi gatal gatal, lesi dan nyeri.
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang akan memberikan informasi tentang
fungsi sistem pencernaan.
b) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan barium meal, suatu cara pengambilan gambar
kontras pada gaster dan usus halus yang meliputi ukuran,
bentuk dan letaknya. Sehingga dapat diketahui kelainan
kelainan pada gaster dan usus halus.
Pemeriksaan barium swallw, suatu tekhnik radiografik kontras
untuk memvisualisasi esopagus sehingga dapat diketahui
kelainan pada esopagus.
c) Analisa cairan lambung
Merupakan suatu tindakan untuk mengeluarkan isi atau cairan
lambung, untuk menguji tingkat keasaman lambung dalam
keadaan puasa.
d) Endoskopi
Suatu cara untuk melihat secara langsung. Mukosa lambung
yang normal tampak berwarna merah muda dengan permukaan
halus, rata, licin. Perdarahan saluran cerna bagian atas, adanya
obstruksi saluran cerna, kecurigaan adanya keganasan.
e) Pemeriksaan feses
Bahan feses tidak bercampur urin dan feses sewaktu
pemeriksaan makroskopik : konsisten, warna, bau, lendir,
darah dan sisa makanan. Pemeriksaan mikroskopik : amoeba,
eritrosit dan telur cacing. Pemeriksaan kimiawi : darah samar,
bilirubin.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama yang
muncul pada gastritis (Smeltzer, Sussane C. 2001 : 1063) antara lain :
1. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan
masukan nutrien yang tidak adekuat.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan
cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
4. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit
5. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan
Kriteria hasil :
a. Klien akan mendiskusikan pengenalan takut atau masalah sehat
dan yang tidak sehat
b. Menyatakan rentang perasaan yang tepat
c. Menunjukan pemecahan masalah dan penggunaan sumber efektif
Tabel 2
Intervensi
- Ciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman
Rasional
- Lingkungan yang tenang dan
nyaman
akan
mengurangi
kecemasan
Kriteria hasil :
Rasional
- Memberikan informasi tentang
keadekuatan masukan diet
Kriteria hasil :
a. Klien tidak terlihat pucat
b. Tanda vital stabil
c. Turgor kulit baik
Tabel 4
Intervensi
- Catat karakteristik muntah atau
drainase
Rasional
- Membantu dalam membedakan
penyebab distress gaster
Tabel 5
Intervensi
- Tentukan persepsi klien tentang
penyebab gastritis
Rasional
- Membuat pengetahuan dasar dan
memberikan kesadaran yang
konstruksif pada individu
Kriteria hasil :
a. Klien mengatakan nyeri hilang
b. Menunjukan postur tubuh rileks dan mampu tidur atau istirahat
dengan tepat
Tabel 6
Intervensi
Rasional
- Kaji nyeri : letak, tipe, frekuensi - Nyeri hebat mendadak dapat
dan durasi
menandakan pervorasi
- Berikan aktivitas yang
menghibur
- Meminimalkan nyeri
- Menghilangkan nyeri
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan
oleh perawat dan klien. Selama tahap implementasi perawat melaksanakan
asuhan keperawatan. Hal hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi
dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar,
La Ode Jumadi. 1999 : 65)
5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Hal hal yang
harus dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data teratasi
atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan dan ketetapan
intervensi keperawatan. Penggunaan proses keperawatan secara tepat pada
praktek keperawatan akan memberikan keuntungan bagi klien dan
perawat. Perawat dapat mendemonstrasikan tanggung jawab dan tanggung
gugatnya yang merupakan salah satu ciri profesi dan yang paling penting
adalah menjamin efisiensi dan efektifitas asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien. (Gaffar, La Ode Jumadi. 1999 : 67)
Hasil hasil yang diharapkan dari klien dengan gastritis meliputi
sebagai berikut :
a. Rasa nyeri berkurang
b. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
c. Keseimbangan volume cairan teratasi
d. Ansietas klien berkurang
e. Pengetahuan klien meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta:
Media Aesculapius.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Gaffar, La Ode Jumadi. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika.
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.
Bandung: Yrama Widya.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: FKUI.
Potter, Patricia A. 0000. Buku Ajar Fundamental Profesional. Jakarta: Salemba
Medika.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan.
Reeves, Charlene. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Sudarth, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Stein, Jay H. 1998. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Edisi 2. Jakarta: EGC.