Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
DONI SETIAWAN
NIM :
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan, baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas, akan diapresiasi
oleh masyarakat luas selaku pengguna layanan jika pelayanan kedua institusi pelayanan
kesehatan tersebut bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu pasti menggunakan
pendekatan manajemen sehingga pengelolaannya menjadi efektif, efisien, dan produktif.
Untuk bisa menyediakan pelayanan kesehatan seperti itu, pimpinan dan staf dari kedua
institusi pelayanan tersebut harus menerepkan prinsip-prinsip manajemen (Muninjaya,
2012).
Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di berbagai jenis
organisasi untuk membantu manajer dalam memecahkan masalah organisasi, sehingga
manajemen juga dapat digunakan dalam bidang kesehatan untuk membantu manajer
organisasi pelayanan kesehatan memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Menurut
Notoatmodjo (2003), manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk
mengatur petugas kesehatan dan non-petugas kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan. (Herlambang &Murwani, 2012).
Sebagian besar penempatan dokter yang baru lulus diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga medis di puskesmas seluruh Indonesia. Dokter tidak saja berperan
sebagai medicus practicus, tetapi juga sebagai pimpinan unit kerja pelayanan kesehatan
seperti sebagai kepala puskesmas (Muninjaya, 2012). Selain itu,Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,menyebutkan dalam pasal 34 ayat 1
bahwa setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan perseorangan harus
memiliki kompetensi manajemen kesehatan perseorangan yang dibutuhkan (Kemenkes,
2009). Untuk itu, dokter dituntut untuk mengembangkan managerialship dan leadership-nya
sehingga tugas pokok dan fungsi puskesmas berkembang efektif,efisien,dan produktif. Oleh
karena itu, penting bagi dokter untuk mengetahui lebih dalam serta memiliki kemampuan
mengenai manajemen kesehatan dan manajemen puskesmas (Muninjaya, 2012).
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang manajemen kesehatan
dan manajemen puskesmas serta peran seorang dokter dalam manajemen kesehatan
dan manajemen puskesmas.
C. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembacakhususnya
dokter agar dapat lebih mengetahui dan memahami mengenai Manajemen Kesehatan dan
Manajemen Puskesmas sehingga dapat menerapkannya saat bertugas sebagai dokter
nantinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Kesehatan
1. Definisi
Secara klasik, manajemen adalah ilmu atau seni tentang penggunaan sumber daya
secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Manajemen merupakan ilmu terapan yang penerapannya
disesuaikan dengan ruang lingkup fungsi organisasi, bentuk kerja sama manusia di
dalam organisasi, dan ruang lingkup masalah yang dihadapi. Di bidang kesehatan,
manajemen diterapkan untuk mengatur perilaku staf yang bekerja di dalam organisasi
(institusi pelayanan) kesehatan untuk menjaga dan mengatasi gangguan kesehatan pada
individu atau kelompok masyarakat secara efektif, efisien, dan produktif (Muninjaya,
2012).
Sehat adalah suatu keadaan optimal, baik jasmani maupun rohani serta sosial
ekonomi, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan
fisik dan mental saja (WHO, 1946). Di Indonesia pengertian sehat dituangkan dalam
UU Pokok Kesehatan RI No.9 tahun 1960 (Herlambang & Murwani, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Manajemen Kesehatan dan Rumah
Sakit, manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para
petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui program kesehatan (Herlambang & Murwani, 2012).
Sesuai dengan tujuan sistem kesahatan, yakni peningkatan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, maka manajemen kesehatan tidak dapat disamakan dengan
manajemen niaga yang lebih berorientasi pada upaya mencari keuntungan berupa uang
untuk pemilik perusahaan (profit oriented) melainkan manajemen kesehatan berorientasi
memberikan manfaat pelayanan secara optimal pada masyarakat (benefit oriented) oleh
karena organisasi kesehatan lebih mementingkan pencapaian kesejahteraan umum
(Herlambang & Murwani, 2012).
2. Fungsi
Fungsi-fungsi dalam manajemen kesehatan sama dengan fungsi-fungsi dalam
manajemen perusahaan, yaitu (Herlambang & Murwani, 2012) :
akan
mengetahui:
pembagian tugas secara jelas, tugas pokok dan prosedur kerja staf, hubungan
organisatoris
dalam
struktur
organisasi,
pendelegasian
wewenang,
dan
bentuk
kegiatan-kegiatan
pokok
untuk
mencapai
tujuan;
(c)
peran kepemimpinan (leadership), motivasi staf, kerja sama antar staf, dan
komunikasi yang lancer antar staf.
Adapun tujuan fungsi pelaksanaan dan pembimbingan adalah: (1)
menciptakan kerjasama yang lebih efisien; (2) mengembangkan kemampuan dan
keterampilan staf; (3) menumbuhkan rasa menyukai dan memiliki pekerjaan; (4)
mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi prestasi
kerja staf; (5) membuat organisasi berkembang secara dinamis.
d. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Melalui fungsi pengawasan, standar keberhasilan program yang telah
dibuat dalam bentuk target, prosedur kerja, dan sebagainya harus selalu
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh
staf.
Jenis standar pengawasan ada dua, yaitu : (1) standar norma, standar yang
dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan program yang sejenis atau
yang pernah dilaksanakan dalam situasi yang sama di masa lalu; (2) standar
kriteria, standar yang diterapkan untuk kegiatan-kegiatan pelayanan oleh petugas
yang sudah mendapatkan pelatihan.
Pemimpin bisa mendapatkan data pada saat melakukan pengawasan
dengan tiga cara: pengamatan langsung, laporan lisan dari staf atau pengaduan
masyarakat, dan laporan tertulis dari staf.
e. Fungsi Evaluasi (Evaluation)
Tujuannya yaitu untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
program dengan memperbaiki fungsi manajemen. Evaluasi ada beberapa macam,
yaitu: (a) evaluasi terhadap input, dilaksanakan sebelum program dilaksanakan;
(b) evaluasi terhadap proses, dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung; (c)
evaluasi terhadap output, dilaksanakan setelah pekerjaan selesai.
Fungsi-fungsi manajemen diatas dapat dilihat pada Gambar 2.1. Meskipun
keempat fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, teteapi sebagai
sebuah proses, keempatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
berhubungan satu sama lain. Jika tujuan organisasi belum tercapai, pimpinan
organisasi harus menganalisis kelemahan pelaksanaan salah satu atau beberapa
fungsi manajemen tersebut (Muninjaya, 2012).
Subsistem adalah bagian dari sistem yang membentuk sistem pula. Dalam sistem
kesehatan nasional, subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya administrasi kesehatan yang didukung oleh pengelolaan data dan
informasi, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Herlambang & Murwani, 2012).
Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari empat unsur utama (Herlambang &
Murwani, 2012) :
a. Administrasi kesehatan,
pengendalian
serta
adalah
pengawasan
kegiatan
dan
perencanaan,
pelaksanaan,
pertanggungjawaban
dan
penyelenggara
pembangunan kesehatan.
b. Informasi kesehatan, adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang
merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah hasil penelitian dan pengembangan yang
merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
d. Hukum kesehatan, adalah peraturan perundang-undangan kesehatan yang dipakai
sebagai acuan bagi penyelenggara pembangunan kesehatan.
Supervisi rutin oleh pimpinan puskesmas dan rapat-rapat rutin untuk koordinasi dan
memantau kegiatan program. Supervisi oleh pimpinan, monitoring, dan evaluasi
merupakan penjabaran fungsi manajemen (pengawasan dan pengendalian) di
puskesmas (Tabel 2.1) (Muninjaya, 2004).
Planning
Organizing
Actuating
Controlling
Hanya sebagian kecil yang berasal dari APBN. Puskesmas juga mendapat dana
dari sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
c) Pimpinan puskesmas menunjuk bendahara puskesmas, ada yang menjadi
bendahara proyek (mencatat dan melaporkan dana operasional kegiatan
proyek) dan bendahara rutin (mengurusi gaji pegawai dan pemasukan
keuangan rutin puskesmas).
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Good Clinical Practice (GCP) adalah suatu standar kualitas etik dan ilmiah
internasional untuk mendisain, melaksanakan, mencatat, dan melaporkan uji klinik
yang melibatkan partisipasi subjek manusia. Mematuhi standar ini akan memberi
kepastian kepada publik bahwa hak, keamanan, kesejahteraan subjek uji klinik
dilindungi serta data uji klinik dapat dipercaya.
2. Dokter harus mengetahui dan memahami GCP karena dokter yang akan melakukan
uji klinik dianjurkan menerapkan prinsip GCP agar uji klinik yang dilakukan
menghasilkan mutu hasil uji klinik yang dapat dipercaya dan bermanfaat serta diakui
di dunia internasional. Dokter yang berpedoman pada GCP akan melindungi hak,
keamanan, dan kesejahteraan subjek uji klinik.
DAFTAR PUSTAKA
Muninjaya, A. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal 44-49, 129-164
Herlambang, S., Murwani, A. 2012. Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan dan
Rumah sakit. Gosyen publishing: Yogyakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2001. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 02002/SK/KBPOM Tentang Tata Laksana Uji
Klinik.
Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan.
2014.
Good
Clinical
Practice.
Diambil