autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua tidak
diketahui apakah mempunyai gen carier penyakit ini. Janin yang diturunkan
dari kedua orang tua yang menjadi carier saat kehamilan mempunyai peluang
sekitar 25 % - 30 % dari bayi yang mempunyai sindrom genetik, abnormalitas
kromosom, atau kelainan kongenital lainjuga beresiko untuk menderita atresia
ani (Purwanto, 2001)..
3. PATOFISIOLOGI
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
a) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara
komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik
b) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur
c) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau
tiga bulan
d) Berkaitan dengan sindrom down
e) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
f) Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina.
g) Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak
dapat dikeluarkan sehingga intenstinal menyebabkan obstruksi.
Terdapat tiga macam letak :
a.
Tinggi.
b.
Intermediate
c.
Rendah
(http://ilmubedah.wordpress.com/2010/02/23/atresia-ani/)
4. KLASIFIKASI
Melbourne membagi berdasarkan garis pubocoxigeus dan garis yang
melewati ischii kelainan disebut :
terletak
pada
m.levator
ani
tapi
tidak
menembusnya.
c) Letak rendah, rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara
kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm. Pada wanita 90% dengan fistula ke
vagina/perineum. Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke
traktus urinarius.
PATHWAY
5) Tidak
dapat
atau
mengalami
kesulitan
mengeluarkan
mekonium
fistula).
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
f. Pada pemeriksaan rectal touch terdapat adanya membran anal.
g. Perut kembung. ( Betz, dkk. 2002)
6.
PENATALAKSANAAN
1) Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur
pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir,
kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan
perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini
dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis
untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang.
Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan
dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik
kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada
harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan
yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapel.
2) Pengobatan.
a. Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
b. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan
dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)
3) Keperawatan
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada
anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi
akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan
juga
bisa
digunakan
untuk
9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1) Asidosis hiperkioremia.
2) Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
3) Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4) Komplikasi jangka panjang.
- Eversi mukosa anal
- Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
5) Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6) Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
7) Prolaps mukosa anorektal.
8) Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi).
(Ngustiyah, 1997 : 248)
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi ekskretorik) berhubungan dengan tidak
lengkapnya pembentukan anus.
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
3) Resiko infeksi beerhubungan dengan prosedur pembedahan
4) Kecemasan keluarga berhubungan dengan prosedur permbedahan dan kondisi
bayi
5) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kebutuhan keperwatan dirumah
dan pembedahan.
11. INTERVENSI
Diagnosa 1 dan 2
1.
Berikan perawatan kulit pada anoplasty dan jaga area tetap bersih
2.
3.
Posisikan bayi miring kesamping dengan kaki fleksi atau dengan kaki prone
dan panggul ditinggikan untuk mengurangi edema dan tekanan pada area
pembedahan.
4.
sensitif.
5.
normal.
Petahankan puasa dan berikan terapi hidrasi melalui IV sampai fungsi usus
6.
Kaji kolostomi : warna harus pink, dan tidak ada purulen, pembengkakan
Diagnosa 3
1.
2.
3.
4.
5.
Diagnosa 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
pengkajian
Diagnosa 5
1.
Ajarkan untyuk mengenal tanda tand dan gejala yang perlu dilaporkan
6.
Berikan instruksi secara tertulis dan verbal tentang alat alat yang
kembang.
(Suriadi dan Yuliani, Rita. 2001)
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisike-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Suriadi dan Yuliani, Rita. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Pt FAJAR
INTERPRATAMA
Wong,
Donna
L.
(2003).
Pedoman
Klinis
Keperawatan
Pediatrik.
Sri
Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.
http://ilmubedah.wordpress.com/2010/02/23/atresia-ani/
http://dokumenperawat.blogspot.com/2012/09/laporan-pendahuluan-atresia-ani.html
http://sufyannanank.blogspot.com/2012/11/atresia-anus.html
http://firwanintianur93.blogspot.com/2013/04/laporan-pendahuluan-atresia-aniatau.htmltelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)
c.
Keperawatan
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan
tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu
tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan
operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam
menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi serta memperhatikan kesehatan bayi.
(Staf Pengajar FKUI. 205).