Anda di halaman 1dari 21

GENESA PEMBENTUKAN ENDAPAN MINERAL PADA LINGKUNGAN

MAGMATIK
---Makalah---

UNTUK MEMENUHI TUGAS PENGGANTI KULIAH TANGGAL 26 NOV 2015


GEOLOGI SUMBERDAYA MINERAL DAN GEOLOGI EKSPLORASI SEMESTER V

Oleh:
Taufiq Hadi Ramadhan
Rifky Nurdeani
Ridho Taufanadhie Priambodo
Muhammad Aditio
Anugrah Kusuma
Adytia Putra Pradana
Vilia Yohana

270110130053
270110130085
270110130113
270110130129
270110130133
270110130153
270110130161

Kelas A

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

PENDAHULUAN
Kajian tentang genesa mineral membahas persoalan mineralisasi dari suatu endapan
bijih yang terdapat di alam. Seperti halnya dengan endapan yang mengandung unsur Cu, Pb
dan Zn yang biasanya di alam terdapat dalam suatu lingkungan pengendapan yaitu
lingkungan magmatik, hidrotermal (mesotermal), dan kontak metasomatis. Pada genesa
primer, berhubungan erat dengan aktifitas magma. Batuan intrusi yang menguntungkan
dalam pembentukan bijih tembaga yaitu batuan menengah (intermediate igneous). Sedangkan
pada genesa sekunder berhubungan erat dengan keberadaan mineral (Cu) di alam yang
bersifat tidak stabil bila terkena pengaruh air dan udara. Pembentukan bijih secara umum di
alam melalui proses-proses pembekuan, pelapukan, sedimentasi, dan metamorfosa.
Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses
pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor
pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls). Tujuan utama mempelajari genesa
suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam menemukan dan mencari
endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian,
membantu dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta
membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan
endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau
proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).
Lingkungan magmatik dikarakteristikan oleh temperatur tinggi hingga menengah dan
tekanan dengan variasinya cukup lebar. Mineral yang terbentuk berhubungan dengan
aktivitas magma yaitu cairan silikat panas yang menjadi bahan induk batuan beku. Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam lagi mengenai genesa pembentukan
endapan mineral pada lingkungan magmatik.

Genesa Pembentukan Endapan Mineral Pada Lingkungan Magmatik

Pengertian Lingkungan Magmatik :


Lingkungan magmatik dikarakteristik oleh temperatur tinggi hingga menengah dan
tekanan dengan variasinya cukup lebar. Mineral yang terbentuk berhubungan dengan
aktivitas magma yaitu cairan silikat panas yang menjadi bahan induk batuan beku.
Batuan beku merupakan hasil kristalisasi magma, suatu lelelhan panas yang
mengandung unsur - unsur penting secara kuantitatif yaitu O, Si, Al, Ca, Mg, Na, dan K dan
dalam jumlah kecil hampir semua unsur - unsur lainnya kristalisasi mineral dan magma
menghasilkan konsentrasi unsur - unsur minor dalam cairan sisa dan konsentrasi zat zat
volatile, seperti H2O, CO3, N2, senyawa sulfur dan boron serta HCl dan HF.
Larutan sisa tersebut menghasilkan pegmatite dan vein hidrotermal (urat - urat
hidrotermal ) kadang kadang terbentuk di dalam batuan beku yang telah memadat dan
dalam rekahan. Rekahan dan batuan sampingnya, bahkan dapat mencapai permukaan berupa
gas - gas menimbulkan fumarol fumarol atau larutan larutan membentuk hot spring.
Dalam lingkungan magmatik ada ada enam tipe mineral yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Segregasi magma/igneous (batuan beku)


Pegmatit
Epithermal
Porfiri
Fumarole
Mesothermal

1. Segregasi magma/Igneous (Batuan Beku)


a. Segregasi magma
Endapan Early Magmatic dihasilkan dari proses magmatik langsung, yang
disebut orthomagmatik (proses pengkristalan magma hingga mencapai 90%). Mineral bijih
pada endapan ini selalu berasosiasi dengan batuan beku plutonik ultrabasa dan basa. Cara
terbentuknya endapan ini bisa terjadi dengan 3 cara, yaitu :

1. Kristalisasi sederhana tanpa konsentrasi (disseminasi), terjadi pada magma dalam


yang kemudian akan menghasilkan batuan beku granular, dimana kristal yang
terbentuk di awal akan tersebar seluruhnya,. Bentuk endapan yang dihasilkan intrusif
seperti dike, pipa atau stock. Contoh endapan ini adalah diamond pipe pada batuan
kimberlite di Afrika Selatan.

2. Segregasi, dimana konsentrasi awal magma dari hasil diferensiasi mengalami


pemisahan karena tenggelamnya kristal berat yang terbentuk ke bagian bawah magma
chamber, seperti yang terjadi pada chromite. Endapan segregasi early magmatic
umumnya lenticular dan relative berukuran kecil, biasanya berupa disconnected podshape lenses, stringer & buches dan kadang membentuk layer dalam hostrock
(contohnya stratiform band of chromite pada Bushveld Igneous Complex, Afrika
Selatan) Contoh lainnya endapan segregasi early magmatic ada pada Stillwater
Complex di Montana.

3. Injeksi, dimana mineral bijih terkonsentrasi oleh diferensiasi kristalisasi lebih awal
atau berbarengan dengan batuan yang berasosiasi dengan mineral silikan. Mineral
bijih tersebut diinjeksikan ke dalam host rock atau batuan sekitarnya,
sebagai mush kristal oksida yang fluidanya dari residual magma. Mineral bijih
tersebut memotong struktur batuan termasuk fragmen batuan, atau terjadi sebagai dike
atau tubuh intrusi lainnya. Contoh endapan ini adalah Titaniferous magnetite dike di
Cumberland, Rhode Island, Magnetite di Kiruna, Swedia, Platinum pipes dan
beberapa Bushveld Complex di Afrika Selatan, Ilmenite of Allard Lake, Quebec.

Perbedaan antara Early Magmatic Deposits dan Late Magmatic Deposits adalah :

Early Magmatic Deposits harus terletak dalam batuan beku pada tempat pengendapan
dan mineral bijih terakumulasi sebagai padatan, tidak ada mobilitas setelah akumulasi

Late Magmatic Deposits terakumulasi melalui mobilitas dan endapan mungkin


terletak dengan sempit dan selaras dalam host rock atau memotong struktur internal.

b. Igneous (Batuan Beku)


Mineralogi batuan beku cukup sederhana hanya 7 mineral atau grup mineral yang
umumnya terdapat dalam jumlah banyak di dalam batuan beku yaitu kuarsa, feldspar,
felsparthoid, hornblende, biotit dan olivine serta dapat diklasifikasikan sebagai mineral
pembentuk utama ( essential constituens ). Beberapa mineral lain terdapat dalam jumlah
kecil, antara lain magnetit, ilment, dan apatit dan diklasifiksikan sebagai pembentuk
(accessory constituens).
Mineral mineral batuan beku baik utama maupun tambahan juga sebagai leucocratic
( batuan terang ) dan melanocratic ( batuan gelap ). Penggolongan ini juga dapat merupakan
penggolongan secara kimia, memisahkan kuarsa dan sodium, potassium serta kalsium
aluminosilikat dan mineral mineral ferromagnesian ( piroksen, hornblende, biotit, dan
olivine).
Tabel Klasifikasi batuan beku secara mineralogi

Keterangan : Yang diatas merupakan Tipe Plutonik dan yang dibawahnya merupakan Tipe
Vulkanik
Pengaruh lingkungan geologi terhadap batuan akan terefleksi pada ukuran butiran
mineralnya. Mineral pada batuan tipe vulkanik berbutir halus karena melalui proses
pendinginan yang cepat kadang terdapat mineral butiran agak kasar disebut fenokris. Pada
batuan plutonik mineral berbutiran kasar, karena pendinginan yang perlahan sehingga
memberikan kesempatan Kristal tumbuh besar.

2. Pegmatit
Pegmatit adalah suatu endapan dari batuan beku yang biasanya bersifat granitic dan
memiliki ukuran kristal yang sangat kasar (>2,5 cm). Pegmatit terbentuk ketika tahap
kristalisasi akhir, dengan kandungan air cukup tinggi dan pertumbuhan kristal yang relatif
cepat pada bagian atas suatu komplek struktur. Pegmatit kadang mempunyai kensentrasi
beberapa rare elements (lithium, boron, fluorine, tantalum, niobium, REE dan uranium) yang
bernilai ekonomis.Pegmatit adalah sumber utama dari beryllium, lithium, cesium, tantalum,
muscovite dan feldspar. Pegmatit juga merupakan sumber minor dari Uranium, Yttrium,
REE, Tin dan Tungsten. Miarolitik pegmatite adalah sumber penting dari gemston seperti
beryl (emerald), topaz dan tourmaline.
Pegmatit terdapat pada batuan berumur Archean sampai Kenozoik. Pegmatit pada
Prakambrium terdapat pada tatanan tektonik yang berasosiasi dengan metamorfisme
amfibolit, sedangkan pada umur yang lebih muda berasosiasi dengan intrusi di sepanjang
jalur tektonik.
Pegmatit bisa terbentuk dari metamorfisme regional yang menyebabkan batuan
menuju fase granitization, yang menghasilkan produk akhir berupa granit dan pegmatite.
Selain itu, pegmatit juga dapat terbentuk dari aktifitas magma, yaitu ketika magma terbentuk
sehingga terjadi diferensiasi yang mengakibatkan kandungan volatile tinggi dan terinjeksikan
pada batuan sekitar sehingga terbentuk pegmatite. Material yang diinjeksikan pada sistem
tertutup (sistem kimia) sehingga terbentuk pegmatite sederhana yang mengandung albit,
kuarsa, mikroklin dan muskovit. Ketika ada interaksi dengan dapur magma sehingga terjadi
pergantian, maka akan terbentuk pegmatite kompleks yang membawa rare minerals.
Umumnya pegmatite muncul berupa dike atau vein.
Zonasi Endapan Pegmatit (berdasarkan mineralogi dan tekstur) berdasarkan Cameron,
dkk 1949 dalam Guilbert, 1986.

1. Border zone, tipis, terdiri dari


mineral

feldspar,

kuarsa,

muskovit, aksesoris (garnet,


tourmaline, beryl)
2. Wall

zone,

umum

hadir

dengan mineral yang hampir


sama dengan border zone
tetapi lebih intensif dan kasal,
muncul mineral logam
3. Intermediete zone : dapat mengandung mineral bijih yang ekonomis (Be, Nb, Ta, Sn,
Li, U), variasi mineral cukup banyak (berylniobite-tentalite-perthite-cessiteriteuranite-gems), ukuran butir kasar
4. Core zone, didominasi kuarsa
Contoh endapan pegmatit yang ada di dunia adalah pegmatite dike dalam quartz-biotite schist
di Northwest Territories, Canada dan Elba granitic pegmatit di Laut Tyrrhenian, Italia

3. Epitermal
Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem hidrotermal
yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada busur vulkanik yang dekat
dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008). Penggolongan tersebut
berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi yang dicirikan oleh kandungan
mineralnya. Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal
hingga 1000 meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan
tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno,
1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang
terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein.
Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure).
Asosiasi pada endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral
penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari
endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama
berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.

Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe-seperti zona dimana


batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga ditemukan,
khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai tipe tidak menerus
(discontinuous).
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali
mencapai permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan
fumaroles. Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan fossil roots dari sistem
fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi
sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epithermal tua relatif
tidak umum secara global. Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic
atau lebih muda.
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik
quartz, kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah satu
ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb,
Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk tipe pengisian
ruang terbuka (karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform
banding dan struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah
permukaan ini juga memiliki tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi.
Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang
dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan
mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000 dalam Chandra,2009).
Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):

Suhu relatif rendah (50-250C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%

Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)

Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama
yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif, biasanya
disertai oleh sesar turun dan kekar.

Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan
kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork. Jarang terbentuk
sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit kenampakan replacement (penggantian).

Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U

Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit, galena,
kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite,
selenides, tellurides.

Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot,
karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit

Ubahan batuan samping terdiri dari chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi,


dolomitisasi, kloritisasi

Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang sangat umum,
sering sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan.

Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008)
adalah:

Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatik

Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya


memiliki batuan induk berupa batuan vulkanik.

Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol dan
litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeability pada kedalaman
yang dangkal dari sistem hidrotermal.

Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal yang
terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat bidang sesar
utama, tetapi biasanya pada sesar-sesar minor.

Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.

Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras dan
realtif tahan terhadap pelapukan.

Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%).


3.1

Klasifikasi Endapan Epithermal

Pada lingkungan epitermal terdapat 2 (dua) kondisi sistem hidrotermal yang dapat
dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi dan keterdapatan mineral-mineral alterasi dan
mineral bijihnya yaitu epitermal low sulfidasi dan high sulfidasi (Hedenquist et al .,1996;
2000 dalam Sibarani, 2008). Pengklasifikasian endapan epitermal masih merupakan
perdebatan hingga saat ini, akan tetapi sebagian besar mengacu kepada aspek mineralogi
dan gangue mineral, dimana aspek tersebut merefleksikan aspek kimia fluida maupun aspek
perbandingan karakteristik mineralogi, alterasi (ubahan) dan bentuk endapan pada lingkungan
epitermal. Aspek kimia dari fluida yang termineralisasi adalah salah satu faktor yang
terpenting dalam penentuan kapan mineralisasi tersebut terjadi dalam sistem hidrotermal.
3.1.1 Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah / Tipe Adularia-Serisit
(Epithermal Low Sulfidation )
a.

Tinjauan Umum

Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang bersifat
netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi kuarsa-adularia,
karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya perbandingan perak dan emas

relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat,
dan logam dasar sulfida. Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah
andesit alkali, dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah
berasosiasi dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur pergeseran
(dilatational jog).
b. Genesa dan Karakteristik
Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa
magma yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di
dekat permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah, dipengaruhi oleh
sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih. Proses boiling disertai
pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk pengendapan emas sebagai respon atas
turunnya tekanan. Perulangan proses boiling akan tercermin dari tekstur crusstiform
banding dari silika dalam urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi
mensyaratkan pelepasan tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk
memungkinkan proses boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik lempeng subduksi, kolisi
dan pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan
salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH,
sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia. Terlepasnya
CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai adularia dan bladed
calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat bijih sistem sulfidasi rendah
Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsaadularia,
karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari sistem sulfidasi rendah
variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl,
mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi. Mineral-mineral sulfur biasanya dalam bentuk
H2S dan sulfida kompleks dengan temperatur sedang (150-300 C) dan didominasi oleh air
permukaan
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah andesit
alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan batuan alkali. Riolit sering hadir pada sistem
sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi. Bentuk endapan didominasi
oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open space), tersebar (disseminated), dan
umumnya terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996). Struktur yang berkembang
pada sistem sulfidasi rendah berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan
sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996), lihat Tabel di bawah
Tabel Karakteristik endapan epitermal sulfidasi rendah (Corbett dan Leach, 1996).
Tipe endapan

Sinter breccia, stockwork

Posisi tektonik

Subduction, collision, dan rift

Tekstur

Colloform atau crusstiform

c.

Asosiasi mineral

Stibnit, sinnabar, adularia, metal sulfida

Mineral bijih

Pirit, elektrum, emas, sfalerit, arsenopirit

Contoh endapan

Pongkor, Hishikari dan Golden Cross

Interaksi Fluida

Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang didominasi oleh
air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari sirkulasi air meteorik yang
dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S
d. Model Konseptual Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah

Gambar Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah (Hedenquist dkk., 1996 dalam
Nagel, 2008).
Gambar diatas merupakan model konseptual dari endapan emas sulfidasi rendah. Dari
gambar tersebut dapat dilihat bahwa endapan ephitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan
lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif dekat permukaan serta larutan yang
berperan dalam proses pembentukannya berasal dari campuran air magmatik dengan air
meteorit
3.1.2 Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal High
Sulfidation) atau Acid Sulfate
Tinjauan Umum
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan vulkanik
bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara regional atau
intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan temperatur 1000C3200C. Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal
yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan
horizontal menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi (2003000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan acidic yang tinggi
yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).

a. Genesa dan Karakteristik


Endapan epitermal high
sulfidation terbentuk dari reaksi batuan
induk dengan fluida magma asam yang
panas, yang menghasilkan suatu
karakteristik zona alterasi (ubahan) yang
akhirnya membentuk endapan
Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan
kontrol permeabilitas yang tergantung
oleh faktor litologi, struktur, alterasi di
batuan samping, mineralogi bijih dan
kedalaman formasi.High
Gambar Keberadaan sistem sulfidasi tinggi
sulphidation berhubungan dengan pH asam, timbul
dari bercampurnya fluida yang mendekati pH asam
dengan larutan sisa magma yang bersifat encer sebagai hasil dari diferensiasi magma, di
kedalaman yang dekat dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan oleh jenis sulfur yang
dioksidasi menjadi SO.
b. Interaksi Fluida
Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem magmatic-hydrothermal
yang didominasi oleh fluida hidrothermal yang asam, dimana terdapat fluks larutan magmatik
dan vapor yang mengandung H2O, CO2, HCl, H2S, and SO2, dengan variabel input dari air
meteorik lokal.
4.

FUMAROL

Fumarol adalah lubang di dalam kerak bumi (maupun objek astronomi yang lain),
yang sering terdapat di sekitar gunung berapi, yang mengeluarkan uap dan gas seperti karbon
dioksida, sulfur dioksida, asam hidroklorik, danhidrogen sulfida. Nama solfatara, yang
berasal dari kata solfo dari bahasa Italia, sulfur diberikan pada fumarol yang mengeluarkan
gas sulfur.
Fumarol bisa terdapat di sepanjang retakan kecil maupun rekahan yang panjang, dalam
medan atau klaster yang kacau balau, dan di permukaan aliran lava serta endapan aliran
piroklastik yang tebal. Lapangan fumarol merupakan suatu wilayah mata air panas dan
semburan gas dimana magma atau batuan beku yang panas di kedalaman yang dangkal atau
air tanah. Dari perspektifnya air tanah, fumarol bisa dideskripsikan sebagai mata air panas
yang membuat air mendidih sebelum air mencapai permukaan tanah.
Salah satu aktivitas fumarol yang terkenal adalah Lembah Ten Thousan Smokes, yang
terbentuk selama meletusnya gunung Novarupta di Alaska pada 1912. Fumarol bisa bertahan
selama beberapa dekade atau abad jika berada di atas sebuah sumber panas yang persisten,

atau hilang dalam berminggu-minggu atau berbulan-bulan jika berada di puncak sebuah
endapan volkanik yang masih baru dan cepat dingin.
Hidrotermal berkaitan dengan air panas yang biasa dipakai dalam pembentukan logam
melalui pemanasan (dengan cairan panas yang naik dari magma yang mendingin). mineral
yang terbentuk di lingkungan hidrotermal adalah hasil presipitasi dari larutan air panas. Pada
pelepasan material lama dan pengendapan material baru menjadi ciri aktivitas hidrotermal,
serta banyak mineral pembentuk proses yang melibatkan solusi, termasuk pelapukan dan
diagenesa.
Hidrotermal merupakan suatu proses pembentukan mineral yang terjadi disekitar sumber dari
panas bumi didalam kulit bumi yang terjadi akibat adanya injeksi dari magma terhadap air
dengan kata lain terjadi pelarutan oleh magma sisa yang bercampur dengan air tanah
sehingga mengalami pengkristalan.
Ada beberapa situasi geologi yang dinamis di mana air "dingin" menjadi panas. Air di atas
sekitar 50oC dianggap sebagai cairan hidrotermal. Dalam beberapa situasi, pemanasan
dilakukan pada suhu di atas titik kritis H2O (374oC untuk H2O murni). Karakteristik air yang
berubah sama saat itu, jadi suhu tinggi H2O lebih tepat disebut sebagai fase air. Air terjebak
dalam ruang pori akumulasi sedimen dan dalam mineral hidrat dan bantalan-hidroksil dari
akumulasi sedimen dipanaskan selama penimbunan di cekungan sedimen.
Salah satu petunjuk datang dari mata air panas dan cairan fumarole. Di sejumlah tempat
fluida ini hadir mengendapkan sejumlah kecil mineral bijih logam. Dan kesimpulannya
sangat rasional bahwa mineral bijih tersebut sama dengan lepisn endapan yang ada dibawah
permukaan bumi. Pada mata air
panas mineral bijih diendapkan
dari suati larutan, pada
fumarrole ia mengkristal
bersamaan denga keluarnya
gas. Bukti bukti kuat
menunjukan bahwa mineral
bijih diendapkan dari cairan
atau larutan superkritikal lebih
banyal dari[ada gas. Khususnya
untuk meyakinkan observasi
bahwa di banyak tempat
endapan, mineral telah
tergantikan oleh mineral karbonat atau mineral silica. Mengartikan bahwa karbinat dan silica
telah tergerakan oleh larutan pembentuk bijih, dan pembawaan mineral oleh gas telihat sukar.
Pada endapan dimana asosiasi mineral mengindikasikan temperature yang rendah dari suatu
formasi. Transport logam dan pemilihan kelompok mineral dalam gas sangat tidak mungkin
sekali.

Tempat Keterbentukan Fumarol pada Sistem Hidrotermal


5. Porfiri
Endapan Porfiri adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi yang bersifat
intermedier-asam, yang kemudian terjadi kontak dengan batuan samping yang
mengakibatkan terjadinya mineralisasi. Porfiri bersifat epigenetik. Produk utama dari Porfiri
adalah Cu-Au atau Cu-Mo.
Porfiri terbentuk dari beberapa aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan breksi intrusi.
Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan samping, disseminated dan stockwork
mineralization. Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan ektensif akibat dari fluida
hidrotermal yang terbentuk. Pada dasarnya endapan porfiri mempunyai tonnase yang besar
dan grade yang kecil.

Endapan Porfiri adalah


endapan penghasil tembaga
(Cu) terbesar, lebih dari 50
%. Endapan porfiri
umumnya terbentuk pada
jalur orogenik, contohnya
pada lingkar Pasifik.
Contoh endapan ini di
Indonesia, terdapat di
Grassberg, SelogiriWonosari
Endapan porfiri adalah suatu endapan primer (hipogen) yang berukuran relatif besar dengan
kadar rendah sampai medium, Pada umumnya dikontrol oleh struktur geologi, Secara spasial
dan genetik berhubungan dengan intrusi porfiritik felsik sampai dengan intermediet.
1. Sub-tipe endapan porfiri
a) Endapan Porfiri Cu ( Au, Mo, Ag, Re, PGE)
b) Endapan Porfiri Cu-Mo ( Au, Ag)
c) Endapan Porfiri Cu-Mo-Au ( Ag)
d) Endapan Porfiri Cu-Au ( Ag, Mo)
e) Endapan Porfiri Mo ( W, Sn)
f) Endapan Porfiri Sn ( W, Mo, Ag, Bi, Cu, Zn, In)
2. Jenis mineral
a) Porfiri tembaga

Chalcopyrite, Pyrite, Chalcocite, Bornite, Molybdenite, Galena, Magnetite, Gold, Copper


b) Porfiri timahArsenopyrite, Frankeite, Pyrrhotite, Sphalerite, Chalcopyrite, Galena,
Stannite,FluoriteTetrahedrite-Tennantite, Sheelite
3. Tipe alterasi
a) Porfiri tembaga
- Propylitic
- Argillic
- Phyllic/Sericitization
- Potassic
b) Porfiri timah
- Propylitic
- Argillic
- Phyllic/Sericitization
- Tourmalinization
4. Tectonic setting
Metallogenic Province yang relatif memanjang dan dangkal yang berasosiasi dengan sabuk
(jalur) orogenik.
a. Endapan tembaga porfiri
Andesitic stratovolcanoes yang berhubungan dengan subduksi pada tatanantektonik busur
kepulauan dan busur benua.
b. Endapan molibdenum porfiri
An-orogenic batuan granit yang terbentuk pada kerak benua, khususnya pada zona regangan.
c. Beberapa endapan Porfiri Mo, Porfiri W-Mo dan Porfiri Sn terbentuk pada kerak benua
yang sangat tebal yang berhubungan dengan collosion.

5. Fluida Bijih
a. Fluid inclusion
Kisaran: 250-750C dengan salinitas 15-70 wt.% pada sistem orthomagmatik, jenis airnya
adalah air magmatik dan air meteoric
b. Sumber metal
Produk sampingan dari kristalisasi magmatic (incompability element). Metal dan sulfur
berasal dari batuan samping.
6. Kontrol Mineralisasi
Endapan porfiri terbentuk dan berhubungan erat dengan intrusi-intrusi epizonal dan
mesozonal. Pada intrusi felsik dicirikan dengan keberadaan tekstur-tekstur tertentu, seperti
comb-quartz. Hubungan yang erat antara aktivitas magma dan mineralisasi hidrothermal
dicirikan dengan keberadaan mineral-mineral pada intrusi dan breksi hydrothermal.

7. Karakteristik Mineralisasi
Dalam skala endapan bijih (ore deposits), beberapa tipe mineralisasi berupa veins, vein sets,
stockworks, fractures, 'crackled zones' and breccia pipes pada umumnya berasosiasi dengan
struktur. Secara regional, suatu kompleks endapan porfiri yang memiliki nilai ekonomis
biasanya dicirikan oleh tingginya tingkat kerapatan mineralized veins and fractures.
Jumlah/konsentrasi veinlets tersebut akan semakin besar dengan bertambahnya permeabilitas
batuan induk (host rock) sepanjang berlangsungnya proses mineralisasi.
Komposisi mineralogi suatu endapan porfiri secara umum cukup bervariasi. Kehadiran pirit
(FeS2) sebagai mineral sulfida yang dominan dapat mencirikan endapan porfiri Cu, Cu-Mo
dan Cu-Au (Ag), yang menunjukkan tingginya porsi sulfur yang terdapat dalam endapan.
Sebaliknya, pada endapan porfiri Sn, W dan Mo akan memperlihatkan kandungan sulfur dan
mineral-mineral sulfida yang rendah, dimana kehadiran mineral-mineral oksida akan lebih
dominan.
8. Zona Alterasi
Lowell-Guibert membagi endapan porfiri menjadi beberapa zona bedasarkan asosiasi
mineralnya, yaitu

Potassic Zone selalu hadir dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: K-felspar
sekunder, biotit, dan atau klorit yang menggantikan K-felspar.

Phyllic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: vein quartz,
sericite and pyrite and minor chlorite, illite dan rutile menggantikan K-spar
and biotite.

Argillic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: mineral
lempung kaolinite dan montmorillonite dengan sedikit disseminated pirit. Plagioclase
teralterasi kuat, K-spar tidak terpengaruh, dan biotit mengalami kloritisasi.

Propylitic Zone - selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: klorit, kalsit dan
minor epidote. Mineral mafik terubah sangat kuat sedangkan plagioklas sedikt
terubah.

Sedangkan berdasarkan mineral bijihnya, endapan porfiri dibagi menjadi beberapa zona,
yaitu:
Inner Zone bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit sulfida, tapi
paling banyak mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio py/cp sekitar 3:1.
Mineralisasi lebih banyak disseminated daripada stockwork.
Ore Zone berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan rasio py/cp
sekitar 2.5:1. Mineral bijih utama: chalcopyrite yang hadir sebagai stockwork veinlet.
Mineral bijih lainnya: bornite, enargite and chalcocite.
Pyrite Zone lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit tinggi (1015%) dan rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan disseminasi.

Outer Zone hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan mineralisasi
copper sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai, tapi biasanya sub-ore
grade. Mineralisasi hadir berupa vein sebenarnya (mirip vein epithermal).

Sisi terdalam (inner zone)


Umumnya zona potassic yang dicirikan oleh kehadiran biotite and/or K-feldspar (
amphibole magnetite anhydrite).
Sisi terluar (outer zone)
Umumnya merupakan propylitic alteration yang mengandung quartz, chlorite, epidote, calcite
and, locally, albite berasosiasi dengan pyrite. Zona-zona phyllic alteration (quartz +sericite +
pyrite) dan argillic alteration (quartz + illite + pyrite kaolinite smectite montmorillonite
calcite) dapat terbentuk sebagai zona-zona yang erletak diantara zona potassic and
propylitic.

6.

Mesothermal

Proses pembentukan endapan mesothermal


a.

Pembentukan mineral primer

Sebelum membahas mengenai proses pembentukan endapan mineral mesothermal, terlebih


dahulu harus diketahui tentang pembentukan endapan mineral menurut proses
pembentukannya, adalah sebagai berikut :
Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis
endapan, yaitu :

a.

Fase Magmatik Cair

d. Fase Hidrothermal

b.

Fase Pegmatitil

e. Fase Vulkanik

c.

Fase Pneumatolitik

Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang berbedabeda, yaitu yang berhubungan dengan :
a.

Kristalisasimagmanya

b.

Jarak endapan mineral dengan asal magma

intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah atuan beku

peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku

crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas

apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku

tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku

Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)


Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral
terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational
settling. Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan
petlandit.

Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)


Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat
kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang
mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan
stockwork.
Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam
lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme,
karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda.
Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak
dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain :
wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit,
turmalin, diopsit, dan skarn.

Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)


Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan.
Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)
Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih
secara primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1.

Lava flow

2.

Ekshalasi

3.

Mata air panas

b.

Proses Hidrotermal

Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat aqueos sebagai hasil
diferensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relative ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan deposit mineral. Berdasarkan
cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hydrothermal yaitu Cavity Filling
atau mengisi lubang-lubang yang sudah ada dalam batuan, dan Metasomatisme, dengan
mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur baru larutan hydrothermal.
Berdasarkan cara pembentukannya, maka dikenal beberapa jenis endapan hidrotermal, antara
lain :

Endapan mineral Ephitermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu < 200 C

Endapan mineral Mesothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu antara
200-300C dengan tekanan moderat

Endapan mineral Hipothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu 300-500C
dengan tekanan yang tinggi.

c.

Pembentukan Endapan Mineral Mesothermal

Endapan mineral mesothermal merupakan endapan mineral yang terbentuk pada


temperature dan tekanan menengah. Bijih endapan mineral ini terbentuk pada suhu sekitar
200-300C dengan kedalaman sekitar 1200-3600m dibawah permukaan bumi. Pada dasarnya
pembentukannya tidak jauh berbeda dengan pembentukan endapan mineral epitermal dan
hipotermal, yang membedakan hanya suhu dan tekanan pada saat pembentukannya.
Magma mengalami diferensiasi seiring penurunan suhu secara bertahap, mineral yang
pertama kali terbentuk adalah mineral yang terbentuk secara pegmatitic yang sarat akan unsur
logam, selanjutnya pada tingkat diatasnya kandungan unsur logam mulai berkurang seiring

pembentukan mineral secara pneumolitik, sehingga tahapan pembentukan mineral yang


selanjutnya adalah melalui proses hidrotermal akibat kandungan unsur mineral logam yang
sudah mulai berkurang. Dalam proses pembentukan endapan mineral hidrotermal ini diawali
dengan endapan mineral hypothermal pada suhu sekitar 300-500C dengan tekanan yang
masih sangat tinggi, kemudian terbentuk endapan mineral mesothermal pada suhu 200-300C
pada tekanan moderat, dan yang terakhir adalah endapan mineral epitermal pada suhu sekitar
150-200C dengan tekanan rendah dekat dengan permukaan.
Semakin mendekati permukaan, maka mineral-mineral yang terbentuk cenderung kepada
mineral yang bersifat acid(asam) seiring berkurangnya kandungan unsur logam sehingga
kandungan silikanya secara otomatis akan mendominasi.

DAFTAR PUSTAKA

Guilbert, J.M., dan Park,C.P., 1986, The geology of ore deposits. WH


Freeman: New York.
E.N Cameron dkk,1949, Internal structure of granitic pegmatites.
Economic Geology Pub
Taylor, H.P., Jr., 1973, O18/O16 evidence for meteoric-hydrothermal
alteration and ore deposition in the Tonopah, Comstock Lode, and
GoldfieldMining Districts, Nevada: Economic Geology, v. 68, p. 747-764.
Sibarani, August P,2008, Studi mikroskopi untuk verifikasi hasil analisis
XRD dan analisis tekstur pada sampel urat ciurug endapan epitermal
Pongkor Indonesia, Program Pertambangan, Fakultas Teknologi
Pertambangan dab Perminyakan, ITB
Corbett G.J. and Leach T.M., 1998, Southwest Pacific Rim Gold-copper
Systems: Structure, Alteration and Mineralisation. Society of Economic
Geologists, USA, Special Publication

Hedequist, J.W., Arribas, A.R, dan Urien E.G.,2000, Exploration for


Epithermal Gold deposits, Economic Geology, vol.13 , p. 245-277
F. Pirajno 1992. Hydrothermal Mineral Deposits. Principles and
Fundamental Concepts for the Exploration Geologist. xviii + 709 pp.
Berlin, Heidelberg, New York, London, Paris, Tokyo, Hong Kong:
Springer-Verlag.
https://ceritageologi.wordpress.com/2012/12/17/endapan-porfiri-cu/
(diambil pada tanggal 07 Desember 2015 pukul 18.00 WIB)
toba-geoscience.blogspot.com/2011/08/endapan-mineral-tipeporfiri.html (diambil pada tanggal 07 Desember 2015 pukul 18.00 WIB)
http://thegoldenjubilee.blogspot.co.id/2012/03/endapan-mineralmesothermal.html (diambil pada tanggal 07 Desember 2015 pukul
18.00 WIB)
http://odarockisthebest.blogspot.co.id/2011/03/deposithidrothermal.html (diambil pada tanggal 07 Desember 2015 pukul
17.30 WIB)
https://ceritageologi.wordpress.com/2012/12/10/endapan-mineralearly-magmatic/ (diambil pada tanggal 07 Desember 2015 pukul 18.00
WIB)
http://bahangaliantambang.blogspot.co.id/2011/12/genesha-mineralpada-lingkungan.html (diambil pada tanggal 07 Desember 2015 pukul
18.00 WIB)
http://thegoldenjubilee.blogspot.co.id/2012/03/endapan-mineralepitermal.html (diambil pada tabggal 07 Desember 2015 pukul 19.00)
https://geotrekindonesia.files.wordpress.com/2013/06/cibuni-7.jpg
(diambil pada tabggal 07 Desember 2015 pukul 19.00)
http://arriqofauqi.blogspot.co.id/2015/04/proses-hidrotermal.html
(diambil pada tabggal 07 Desember 2015 pukul 19.00)
http://kampungminers.blogspot.co.id/2013/03/mineralogi-endapan-bijih-tembagacu.html (diambil pada tanggal 09 Desember 2015 pukul 21.00 WIB)
http://bahangaliantambang.blogspot.co.id/2011/12/genesha-mineral-padalingkungan.html (diambil pada tanggal 09 Desember 2015 pukul 21.00 WIB)
http://tigakali-enam.blogspot.co.id/2011/10/genesa-mineral.html (diambil pada
tanggal 09 Desember 2015 pukul 21.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai