Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Disusun Oleh:
HARDIN BIN BAHARUDDIN
MARINI TANDARTO
PEMBIMBING:
dr. M. Khairul Nuryanto, M. Kes
AZAS KETERPADUAN
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi
keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya
puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni:
a. Keterpaduan lintas program Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas.
Contoh keterpaduan lintas program antara lain: 1. Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan 2. Upaya
Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi
kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
3. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi
kesehatan, kesehatan gigi 4. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M,
kesehatan jiwa, promosi kesehatan
b. Keterpaduan lintas sektor Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan
dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain: 1. Upaya Kesehatan Sekolah:
keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama 2.
Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan, agama, pertanian3. Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB 4. Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha,
PKK, PLKB 5. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan 6. Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.
UPK PENGEMBANGAN PUSKESMAS PALARAN
1. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan salah satu upaya
puskesmas yang mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan memadukan
ilmu/praktik keperawatan dengan kesehatan masyarakat lewat dukungan peran serta aktif
masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh dan terpadu, ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
Petugas Perkesmas adalah semua perawat fungsional yang bekerja di puskesmas dan
mendukung adanya kolaborasi dengan petugas kesehatan lain (dokter, bidan, petugas gizi,
petugas kesling, dll) sesuai kebutuhan dan lingkup permasalahan yang dihadapi ketika melayani
masyarakat.
Kegiatan pelayanan Perkesmas dapat dilaksanakan di dalam dan di luar gedung
puskesmas. Di dalam gedung, perawat melakukan asuhan keperawatan bagi individu yang
datang ke puskesmas sedangkan kegiatan di luar gedung, perawat dapat melakukan asuhan
keperawatan keluarga maupun asuhan keperawatan kelompok khusus/rawan kesehatan di daerah
binaan Perkesmas. Berbagai masalah kesehatan yang memerlukan pelayanan Perkesmas antara
lain; kasus penyakit menular (Tuberkulosis, Malaria, HIV/AIDS) penyakit tidak menular
(Hipertensi, DM, Paska Stroke, Jantung), masalah kesehatan gizi (gizi kurang dan gizi buruk)
atau asuhan keperawatan kepada kelompok lansia, kelompok balita, kelompok calon jemaah
haji, kelompok dengan penyakit tertentu. Jenis kegiatan yang dilakukan selama memberikan
pelayanan perkesmas seperti; deteksi dini, penyuluhan kesehatan, konseling, perawatan
kesehatan dasar, dan rujukan ke pelayanan kesehatan terdekat.
Adapun yang menjadi sasaran program Perkesmas ini adalah seluruh masyarakat yang
dapat terbagi menjadi:
1.
Individu khususnya individu risiko tinggi (risti): menderita penyakit, balita, lanjut usia
(lansia), masalah mental/jiwa.
2.
Keluarga khususnya ibu hamil (bumil), lansia, menderita penyakit, masalah mental/jiwa.
3.
Kelompok/masyarakat berisiko tinggi, termasuk daerah kumuh, terisolasi, konflik, tidak
terjangkau pelayanan kesehatan.
Fokus sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan kesehatan dengan prioritasnya adalah
keluarga rentan terhadap masalah kesehatan (Gakin), keluarga risiko tinggi (anggota keluarga
bumil, balita, lansia, menderita penyakit).
Adapun bentuk kegiatan Perkesmas antara lain:
a. Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini (sasaran prioritas)
b. Penyuluhan kesehatan
c. Tindakan Keperawatan (direct care)
d. Konseling keperawatan
e. Pengobatan (sesuai kewenangan)
f. Rujukan pasien/masalah kesehatan
g. Dokumentasi keperawatan
Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat di PKM Palaran Induk diwujudkan
dengan dilakukannya beberapa program, antara lain adalah :
PROMOSI KESEHATAN
Tujuan UPK promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan dan merubah paradigma di masyarakat yang semula berparadigma sakit
menjadi paradigma sehat. Data puskesmas untuk tahun 2015 belum ada dikarenakan program
promosi kesehatan akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sehingga data yang digunakan masih
tahun 2014. Pada tahun 2015, program UPK promosi kesehatan yaitu
N
O
KEGIATAN
SASARAN
Target
PENANGGUNG
JAWAB
Masyarakat
6 x 1 tahun
Tim Promkes
Penyuluhan
masyarakat
Masyarakat
6 x 1 tahun
Tim Promkes
Masyarakat
kesehatan
di
Penyuluhan
kesehatan
Siswa sekolah
reproduksi remaja di sekolah
4 SMA, 3 SMP
Tim Promkes
Siswa SMP
Tim Promkes
Survey PHBS
Masyarakat
150 RT
Makmur
Tim Promkes
Kader
1 x 1 tahun
Tim Promkes
10 Sekolah
Tim Promkes
14 x 1 tahun
Tim Promkes
Bumil
di
Rawa
NO NAMA
TANGGAL
KEGIATAN
PELAKSANAAN
1
Penyuluhan bekal 15 Januari 2015
sehat anak sekolah
TEMPAT
PESERTA
PELAKSANAAN
Gereja
Harmoni Jemaat gereja
Gotong Royong
Puskesmas
Pembinaan
Posyandu
5
6
kader Januari,
Februari, Puskesmas
Maret ( hari Selasa
minggu ke - 4 setiap
bulan)
Kampanye Vitamin 27-28 Februari 2015 Pasar Palaran
A
28 Februari 2015
Pasar Malam Simpang
Pasir
Pembuatan spanduk Februari 2015
Puskesmas
DBD
Pendistribusian
Januari - Maret 2015 Rawat Inap Puskesmas
leaflet kesehatan
Palaran
Deteksi
Dini Februari 2015
Tumbuh Kembang
Pembinaan UKS
3 Maret 2015
SDN. 003
4 Maret 2015
Sekolah
5 Maret 2015
SMPN. 14
6 Maret 2015
SMAN. 6
Penyuluhan KB
25 Maret 2015
Puskesmas
Kader Posyandu
10
Koordinasi
lintas 24 Maret 2015
sektor
pembinaan
PHBS
Kelurahan
Makmur
kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup yakni Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi , dan Gizi.
3. Rumah Tangga Mengkonsumsi Garam Beryodium
Program ini bertujan untuk memenuhi konsumsi garam beryodium pada masyarakat
dalam wilayah kerja Puskesmas Induk Palaran dan meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai garam beryodium. Konsekuensi dari kekurangan yodium disebut Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), mencakup keterbelakangan mental yang permanen, gondok,
kegagalan reproduksi, meningkatnya kematian anak dan penurunan sosial ekonomi. Anak dengan
kekurangan yodium memiliki rata-rata IQ 13.5 poin lebih rendah dibandingkan yang cukup
yodium. Untuk mengatasinya penanggulangan GAKY difokuskan pada peningkatan konsumsi
garam beryodium.
Program ini dilakukan pada SD yang dipilih secara acak tiap kelurahannya. Program
dilakukan pada murid kelas 4 SD, pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dari pihak
puskesmas. Anak kelas 4 SD yang menjadi sampel ini akan membawa contoh garam yang
digunakan sehari-hari di rumahnya, kemudian garam tersebut akan dicek kadar yodiumnya.
Penyuluhan juga dilakukan mengenai garam beryodium, akibat dari kekurangan garam
yodium, dan cara penyimpanan garam yodium yang baik.
Pencapaian program ini dilakukan dengan cara memperbaiki distribusi garam sehingga
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
memasak atau selalu mengonsumsi garam mengandung cukup yodium.
4. Balita 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A
Program ini dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
Pemberian vitamin A untuk bayi (6-11 bulan) yaitu kapsul biru sebanyak 100.000 UI sedangkan
untuk balita (1-5 tahun) sebanyak 200.000 UI berupa kapsul merah. Pemberian dilakukan di
Puskesmas, Posyandu, TK dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), serta di bidan praktek. Yang
melaksanakan program ini ialah petugas gizi puskesmas, tim posyandu dan kader. Sasaran
program ini yaitu bayi (6-11 bulan) dan balita (1-5 tahun). Untuk bayi balita sumber data berasal
dari register pemberian vitamin A baik dari posyandu maupun dari puskesmas yang dikumpulkan
oleh bidan maupun dari petugas gizi. Pemberian vitamin A juga disertai dengan pemberian
penyuluhan mengenai peningkatan konsumsi sumber vitamin A alami (sayuran hijau) dan bahaya
akan kekurangan vitamin A.
5.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan
masalah dari yang paling penting sampai yang kurang penting
Dalam
diperhatikan, yakni:
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu
1.
2.
Teknik Non-Skoring
Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan
adalah dengan teknik non-skoring
I.
Metode Delbeq
Caranya
1. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6
sampai 8 orang
2. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan
peringkat prioritasnya
3. Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat urutan prioritas
untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya
4. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup
5. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya dituliskan
di belakang setiap masalah
6. Nilai peringat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti
mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut, dengan
harapan masing-masing orang akan mempertimbangkan kembali peringkat yang
diberikan setelah mengetahui nilai rata-rata
Tidak ada diskusi dalam teknik ini, yaitu untuk menghindari orang yang dominan
mempengaruhi orang lain
Kelemahan
1. Menentukan siapa yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas
tersebut
2. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif
3. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan tidak
untuk menentukan prioritas atas dasar fakta
II.
Metode Delphi
Caranya
3. Manageability
: Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan
sumber daya
4. Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
kesehatan tersebut
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya
diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang
ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan
dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya.
Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi
metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah
terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan
diambil.
Disebut juga cara ekonometrik. Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom
dan dipergunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai
prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
1. Magnitude
2. Severity
mana
masalah
MCUA
(Multiple Criteria Utility Asessment Method)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan mengenai
kriteria dan bobot yang akan digunakan. Metode ini memakai lima kriteria untuk
penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk menentukan bobot dari
masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan justifikasi
Kriteria
1. Emergency
2. Greetes member
3. Expanding scope
4. Feasibility
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga
didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0 10.
1. C =
2. A =
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor berkisar
1-5 atas serangkaian kriteria:
1. M =
3. V =
Vulnerability
(sensitif
atau
tidaknya
pemecahan
masalah
dalam
Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia
serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi.
II.
Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat
yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu
masalah lain yang berdiri sendiri.
III.
Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
1. PERENCANAAN
a. Rencana Usulan Kegiatan (R.U.K):
RUK sama dengan plan of action (POA) atau rencana kerja yang biasanya disusun
menjelang pergantian tahun anggaran kegiatan baru
b. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA):
RKA, merupakann pengembangan dari RUK setelah ada perbaikan tata cara
pembuatan anggaran kegiatan dalam setiap unit Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD).
c. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) :
Setelah disusun rencana kegiatan itu kemudian dibuatkan strategi pelaksanaan
secara terpadu
d. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) :
DPA merupakan kelanjutan dari RKA yang telah disetujui sebagai pedoman
pelaksanaan penggunaan anggaran kegiatan
2. PENGATURAN
a. Penggerakan : Mini Lokakarya Lintas Program
Mini Lokakarya (MinLok) ini dilaksanakan puskesmas setiap sebulan sekali, untuk
mengevaluasi hasil kegiatan pelayanan
b. Pelaksanaan : Mini Lokakarya Linta Sektoral
Minlok ini dilaksanakan puskesmas setiap tiga bulan sekali dengan melibatkan
instansi terkait seperti dinkes,diknas, kecamatan, kelurahan, dan lainnya, sesuai porsi
kegiatan puskesmas.
3. PENILAIAN
a. Pengawasan : Monitoring
Kegiatan pelayanan harus terus diawasi pelaksanaannya agar mencapai target yang
telah ditetapkan
b. Pengendalian : Controlling
Pelayanan yang sudah optimal tetap perlu dikendalikan arahnya agar tidak
menyimpang dari tujuan kegitan
c. Penilaian : Evaluation
Setiap hasil kegiatan harus dievaluasi sebagai bentuk pertanggungjawaban institusi
terhadap publik dan pemerintah daerah.
SISTEM RUJUKAN
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik vertical dalam arti dari satu strata
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal
dalam arti antara strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Macam-macam rujukan Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
1) Rujkan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu,
maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang
lebih mampu (baik hotizontal maupun vertical).Sebaliknya pasien pasca rawat inap
yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, bias dirujuk kembali ke puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam :
a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (missal
operasi) dan lain lain.
b. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten
atau
melakukan
bimbingan
tenaga
puskesmas
dan
atau
mampu
menyelenggarakan
upaya
kesehatan
masyarakat
wajib
dan
Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain, termasuk infeksi nasokomial
Perilaku merokok
Pola makan diet
Aktivitas fisik
Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan
dimasa datang
Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada
tahap perencanaan
Laporan.
Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB. Setiap bulan, Puskesmas mengirim data
STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya
sebagaimana formulir STP.PUS. Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP
Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data kader
kesehatan. Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit
potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Step awal dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan rekognisi faktor risiko, kemudian
melakukan analisis, dan komunikasi yang nantinya diharapkan dapat dikembangkannya
sistem pengumpulan, analisis dan diseminasi serta komunikasi data kesehatan dan keselamatan
di tempat kerja
Kegiatan Program meliputi rekognisi, analisis data kesehatan seluruh pekerja berisiko, dan
komunikasi pada seluruh pihak yang berkepentingan.
Metode yang digunakan untuk pelaksanaan Program Occupational Health surveilans adalah
dengan melakukan identifikasi faktor risiko di tempat kerja dan identifikasi pekerja di populasi
yang berisiko
Data Faktor Risiko Lingkungan Kerja
Data Pemantauan Higiene Industri
Data Pemantauan Ergonomi
Data Pemantauan Stres Kerja
Data Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja, Berkala, Khusus, Return to Work,
PHK/Pensiun
Analisis & Komunikasi Trend Faktor Risiko & Status Kesehatan, Hubungan Antara
Faktor Risiko & Efek Kesehatan
Objek Surveilans Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut;
Pekerja
Lingkungan kerja
Pekerjaan
Pengukuran Pajanan pada Pekerja:
Noise dosimeter
Personal dust sampler
Pengukuran dengan Spirometer
Pengukuran logam berat di urine & darah
Pengukuran Pajanan pada Lingkungan Kerja
Kebisingan di lingkungan kerja
Debu di lingkungan kerja
Temperatur di lingkungan kerja
Logam berat di lingkungan kerja
Berdasarkan pekerjaan, tergantung lama pajanan orang pada pekerjaan tersebut, dijelaskan
dalam bentuk hitungan atau fungsi dari pajanan dan tahun;
pajanan x tahun = person-years
Adapun pengukuran Pajanan juga ada dua macam, yakni
Pajanan sesaat
Pajanan kumulatif
Data yang tersedia atau didapat, digunakan untuk mengatasi masalah K3 berdasarkan bukti,
dengan menyusun upaya promotif, preventif, kebijakan, perencanaan program antara lain seperti
berikut.
1. Mengolah data sebagai alat/metode guna pemantauan penyakit atau masalah K3 di wilayah
setempat
2. Memantau kemajuan pelayanan K3 dan cakupan indikator K3 secara teratur (bulanan) dan
terus menerus.
3. Menilai kesenjangan pelayanan K3 terhadap standar pelayanan K3.
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator K3 terhadap target yang ditetapkan,
antara lain seperti berikut:
a. Konsentrasi debu, pelarut organik, pestisida, uap logam atau bahan kimia lainnya di udara
lingkuan kerja dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan
b. Tingkat pajanan bising, panas, atau getaran pada individu kelompok pekerja berisiko
dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.
c. Hasil pantauan biomarker timah hitam, benzene, aseton, inhibitor kolinesterase atau
bahan kimia lainnya dalam spesimen cairan tubuh pekerja dibandingkan dengan indeks
pajanan biologik
d. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan absenteisme yang terekam dibandingkan
dengan standar atau target yang ditetapkan
e. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kecelakaan yang terekan dibandingkan dengan
stanar atau target yang ditetapkan
5. Menilai Prevalens dan insiden penyakit spesifik yang diduga berkaitan dengan pajanan
hazard di tempat kerja
6. Menentukan sasaran individu, kelompok kerja, jenis pekerjaan dan wilayah prioritas yang
akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
7. Menilai keberhasilan pencapaian target, mengevaluasi dan menyusun strategi perbaikan
secara terus menerus
Persiapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja
1. Penilaian risiko kesehatan atau HRA yang dilakukan berdasarkan hazard yang
teridentifikasi oleh tim HI. Apabila belum ada, proses identifikasi hazard dan penilaian
risiko serta HRA dilakukan oleh tim multidisiplin yang anggotanya terdiri dari wakil
pimpinan dan pelaksana dari unit kerja terkait bagian kesehatan, keselamatan, HI ataupun
lingkungan dan ergonomis.
2. Perencanaan program
Setelah mendapatkan HRA, penaggungjawab surveilans Kesja yang adalah
Dokter Kesehatan kerja Dan HI yang akan menyusun program awalan hingga
menetapkan pekerja yang berisiko, penetapan jenis hazard dan efek kesehatan.
3. Penetapan pekerja yang beresiko
4. Penetapan jenis Hazard dan efek kesehatan yang dipantau
2.
Biasanaynya data ini didapat dari HI atau pengukuran dengan melibatkan Laboratorium
Provider. Sedangkan Informasi penanda kimia didapat dari ACGIH dan NIOSH
Tahap analisis data dan surveilans PAK
Dilakukan analisis trend dan interaksi pajanan, hasil pemantaun biologic dan efek
kesehatan yang ditimbulkan, baik perorangan maupun kelompok. Analisis hasil surveilans
hazard adalah membandingkan dengan nilai ambang batas.
Analisi hasil surveilans efek kesehatan akan didapat apa, siapa, di mana,
bilamana gangguan kesehatan terjadi sehingga didapat data distribusi frekuensi penyakit
berdasarkan beberapa faktor risiko. Surveilans hazard kesehatan di lingkungan dapat
menjawab intensitas, pajanan dan surveilans efek kesehatan pada pekerja menyediakan data
status kesehatan pekerja.
Menggabungkan data surveilans hazard dan surveilans efek kesehatan dapat
dilakukan analisis epidemiologi untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu gangguan
kesehatan timbul. Lebih lanjut dapat dilakukan pebandigan risiko relative pada pekerja
terpajan dan tidak terpajan maka akan lebih jelas hubungan atau asosiasi antara factor risiko
dan efek yang ditimbulkan.
Tahap pelaporan dan pemanfaatan hasil surveilans untuk perbaikan
3.