LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
APRIL 2015
OLEH :
NOVELA V. TANUAB
(1008012026)
PEMBIMBING :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp. M
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya laporan kasus dengan judul
Hodeolum Eksterna Okuli Dekstra. Penulisan laporan kasus ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu tugas kepaniteraan Ilmu Mata di RSUD Prof. W. Z. Johannes.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah
sulit untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M selaku pembimbing yang telah
membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, dan kepada semua
pihak yang turun serta membantu penyusunan makalah ini.
Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya selama proses kemajuan
pendidikan selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................
Kata Pengantar.
ii
iii
iv
Daftar Tabel .
12
12
12
13
13
3.2 Definisi
16
3.3 Etiologi
18
18
3.5 Patofisiologi
19
19
3.7 Penatalaksanaan.
20
3.8 Komplikasi.
22
3.9 Pencegahan.
23
3.10 Pterigium..
23
3.11 Katarak
24
26
29
30
DAFTAR GAMBAR
15
16
17
17
21
DAFTAR TABEL
10
24
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited). Namun tak jarang
memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal dan antibiotik topikal maupun obat
antibiotika sistemik.2,3 Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan
fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu
ketika hendak menyentuh mata atau kelopaknya.1-3
Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan
ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.1
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami
penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan
kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.1
BAB II
LAPORAN KASUS
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 65 tahun
Pekerjaan
Agama
: Protestan
Suku
: Sabu
Alamat
: Airnona
: 09.02.78
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Prof. W.Z. Yohannes dengan keluhan mata kanan
bengkak sejak 1 hari sebelum pasien datang ke poli mata, mata bengkak ini terutama di
kelopak mata bagian atas lebih besar dibandingkan yang kelopak mata bawah terasa seperti
ada yang mengganjal. Mata kanan terasa gatal, nyeri seperti tertusuk-tusuk, berair pada mata
kanan, terdapat kotoran mata pada mata kanan tapi tidak terlalu banyak, mata merah tidak
ada. Karena tidak dapat menahan nyeri dan mata yang membengkak, pasien mengkompres
mata kanannya dengan air hangat kemudian bengkak sedikit berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini sebelumnya.
Riwayat Diabetes dan hipertensi sejak tahun 2007, alergi disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama dengan pasien.
Riwayat Pengobatan :
Pasien minum obat diabetes yaitu metformin -0- dan glimepiride --0 dan hipertensi
yaitu amlodipine 5mg 0-0-1 secara rutin
Riwayat trauma :
Riwayat trauma, terkena benda asing, atau bahan kimia pada mata disangkal oleh pasien.
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
: TD : 130/80 mmHg
Nadi: 84x/menit
Pernapasan: 21x/menit
Suhu : 36,8 0C
10
STATUS OPHTALMOLOGIS
OD
OS
Edema palpebral superior
Sekret mukoid
Jaringan fibrovaskuler
Pemeriksaan subyektif
Tabel 1. Pemeriksaan Subyektif Oftalmologis
Pemeriksaan
OD
OS
Visus Jauh
0,5/60
3/60
Koreksi
Addisi
Proyeksi sinar
Baik
Baik
Persepsi warna
Baik
Baik
Kacamata lama
11
Pemeriksaan Objektif
OD
OS
edema (+)
Palpebra Superior
edema (-)
Nyeri tekan (+)
edema (+)
Palebra inferior
edema (-)
Nyeri tekan (+)
Apparatus Lakrimalis
Konjungtiva
Lakrimasi(+)
Lakrimasi (-)
Superior
benjolan (+)
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
benjolan (+)
benjolan (-)
Konjungtiva Bulbi
Kornea
Jernih
Jernih
COA
Sedang
Sedang
Bulat
Bulat
Refleks direk +
Refleks direk +
Refleks indirek +
Refleks indirek +
Sinekia (-)
Sinekia (-)
Pupil
Iris
12
Lensa
Sedikit keruh
Sedikit keruh
2.5 PENATALAKSANAAN
Rencana Terapi :
Antibiotik sistemik
: Ciprofloxacin 2x500 mg
Analgetik
: As.mefenamat 3x500 mg
Antibiotik topical
Edukasi :
Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit
drainase. Lakukan dengan mata tertutup. Jangan mencoba memecahkan hordeolum, biarkan
pecah sendiri. Jaga kebersihan mata dengan membersihkan kelopak mata dengan air bersih.
Kontrol ke poliklinik saat obat minum habis.
2.6 PROGNOSIS
a. Quo Ad Vitam
: Ad Bonam
13
BAB III
PEMBAHASAN
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi
kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata
berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata
melalui punctum lakrimalis.
Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak
sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion,
entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak
mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.7
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata.
Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion akut. Hordeolum merupakan
infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena
disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka
disebut hordeolum eksternum.4
Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada
semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang. Mudah timbul pada
individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.4
3.1 ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan
melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
14
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat
lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan
lapis membran mukosa (konjungtiva palpebra).10
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan
elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura
palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat
berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai
bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar
palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kujlit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak
mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak
bawah).
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra,
yang melekat erat pada tarsus.
15
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut
pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke
dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal)
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus
lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini
berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian
lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak
di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum
orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior;
septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.7
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot
rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke
depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang
mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra
inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa
untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus
16
inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus
simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata
bawah oleh cabang kedua nervus V. 1
3.2 DEFINISI
Hordeolum ( stye ) adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata
bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman
Stafilokokus (Staphylococcus aureus). Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata
atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.
17
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena,
timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna
yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.10
18
19
20
kulit dari margo kelopak mata, sensasi terbakar di mata, terasa berat pada kelopak mata,
gatal pada bola mata, penglihatan kabur, secret purulen di mata, iritasi pada mata, sensitivitas
cahaya, tearing, ketidaknyamanan selama berkedip, sensasi benda asing di mata.
21
4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab
infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
Medikasi 11,13
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.
1. Antibiotik topikal.
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. 4
Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum
interna ringan.
2. Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe
di preauricular.4
Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan
cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin
atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau
klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.4
Pembedahan 11,13
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan
mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. 4
22
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain
tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila:
a. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo
palpebra untuk mencegah terpotongnya kelenjar meibom.
b. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan
insisi horizontal untuk meminimalkan jaringan parut, dilakukan ekskohleasi atau kuretase
seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep
antibiotik.1
23
3.9 PENCEGAHAN11,13
a. Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar
hordeolum tidak mudah berulang.
b. Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan
ekskresi kelenjar lemak.
c. Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman.
d. Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.
3.10 Pterigium1
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovascular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak dikelopak bagian nasal ataupun
temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan
puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi
iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata.
Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara
panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan neoplasma, radang
dan degenerasi.
Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluahan mata
iritatif, merah dan mungkin menimbulkan astigmat yang akan memberikan keluhan
penglihatan. Pengobatan tidak diperlukan karena sering bersifat rekuren, terutama pada
pasien yang masih muda. Bila pterigium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes
mata dekongestan. Pengobatan pterigium adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan
pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme iregular atau
24
pterigium yang telah menutupi media penglihatan. Pencegahan pterigium dapat menggunakan
kaca mata pelindung agar mata terlindung dari sinar matahari, debu dan udara kering.
Pasien ini tidak memberikan keluhan dari penyakit pterigium ini karena pertumbuhan
jaringan fibrovaskular belum menutupi daerah penglihatan dan tidak ada terjadinya
peradangan.
3.11
Katarak 1,11
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa dan denaturasi protein lensa, ataupun terjadi akibat kedua-duanya.
Katarak merupakan penyakit kekeruhan lensa yang mengakibatkan lensa menjadi tidak
transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Berdasarkan usia timbulnya
katarak, katarak dapat dibedakan menjadi katarak insipien, matur, imatur dan hipermatur.
Katarak senilis dapat dikelompokkan menjadi beberapa stadium, yaitu:
1.
Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai
terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks
berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien . Katarak intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap
air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi.
2.
Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder
3.
Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak
25
dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal
dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa
pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali,
tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
4.
Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari
kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada
pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang
pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila
proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk
sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa
karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.
Tabel 3. Perbedaan Stadium Katarak Senil
Pada pasien ditemukan katarak pada kedua mata setelah berusia 65 tahun sehingga
dikategorikan sebagai katarak senil stadium imatur. Untuk melihat stadium pada katarak senil
26
didapatkan hasil pemeriksaan fisik mata yaitu, pada mata kiri (OS) dan mata kanan (OD)
sedikit keruh pada sebagian lensa, shadow test positif dimana sesuai dengan katarak senil
imatur. Pasien dengan katarak dapat memberikan penyulit glaukoma, pada katarak intumesen
terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap
air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang
akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
3.12
yang bersifat ganas. Karsinoma tersebut biasanya berasal dari kelenjar meibom yang terletak
pada tarsal plate, namun dapat juga berasal dari kelenjar Zeis dekat bulu mata atau kelenjar
sebasea pada karunkula, alis ataupun kulit wajah.
Insiden AKS diperkirakan sekitar 16% dari keganasan palpebra. Karsinoma ini lebih
banyak ditemukan pada orang Asia daripada orang barat. Insiden tertinggi 6069 th, wanita
lebih sering menderita tumor ini, dengan perbandingan 2:1. Lebih banyak pada palpebra
superior yaitu pada 2/3 kasus, 20% pada palpebra inferior, dan 47% pada karunkula. Di
Amerika insiden karsinoma ini sekitar 0,55% dari seluruh karsinoma palpebra, sedangkan di
Cina, insiden karsinoma ini bisa mencapai 10% dari seluruh karsinoma palpebra. Lee dkk
melaporkan insiden karsinoma sebasea sebanyak 10,2% dari total karsinoma palpebra di
Singapura selama periode 27 tahun (19681995).
Diagnosis klinis adenoma karsinoma sebasea palpebra sulit ditegakkan karena pada
stadium dini dapat menyerupai lesi jinak. Penderita biasanya mengeluh timbul benjolan pada
palpebra dimana pada pemeriksaan benjolan tersebut dapat menyerupai kalazion, bleparitis
kronis,
karsinoma
sel
basal
atau
sel
skuamosa,
sikatriks
pemfigoid
okular,
27
28
posterior lamellar graft, jika mengenai daerah sentral dilakukan cutler beard flap. Jika defek
palpebra horizontal > 50% dan defek vertikal luas (> 15 mm) dilakukan teknik mustarde
rotation flap.
Kesulitan diagnosis dan keterlambatan tatalaksana pada AKS palpebra membuat
prognosis menjadi lebih buruk. Prognosis buruk sebesar 83% biasanya didapatkan pada kasus
dengan lesi pada palpebra superior dan inferior, invasi vaskular-limfe 88% atau orbita 76%,
multisentrik, diameter ukuran lesi > 10 mm, dan gejala klinis lebih dari 6 bulan mempunyai
angka mortalitas 38%.
29
BAB IV
PENUTUP
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis yaitu ditemukan adanya benjolan pada kelopak
mata kanan atas sejak 1 hari sebelum di periksa di poliklinik mata RSUD Prof. W. Z.
Yohannes, Kupang. Ditemukan adanya edema pada palpebra terutama palpebral superior,
hiperemi, dan nyeri pada pemeriksaan oftalmologi. Dengan adanya tanda-tanda demikian
maka dapat ditegakkan diagnosis yaitu hordeolum eksterna palpebra superior et inferior
okulus dekstra. Selain itu pada pasien ini juga di dapatkan jaringan fibrovaskular pada kedua
mata yang di diagnosis dengan pterigium dekstra et sinistra serta terdapat lensa yang sedikit
keruh yang di diagnosis dengan katarak senilis imatur dekstra et sinistra. Pada terapi yang di
berikan awal pada kasus ini diutamakan pada pengobatan untuk hordeolum dan diharapkan
pasien kembali control untuk melihat kemajuan terapi dan mengevaluasi pterigium dan
katarak pada pasien ini.
Demikian telah dilaporkan suatu kasus dengan diagnosis hordeolum eksterna palpebra
superior et inferior okulus dekstra yang mencakup diagnosis, pemeriksaan oftalmologis,
penanganan dan prognosisnya. Serta di bahas juga mengenai pterigium dan katarak imatur
dektra et sinistra pada pasien ini karena ada riwayat diabetes dan hipertensi sejak 2007 yang
dapat menjadi faktor risiko.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta H. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta, 2007
2. Wijan N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta, 1989
3. The Merck Manual Of Diagnosis And Therapy. McKinley Healt Center. University Of Illionis.
17th Edition, 1999
4. Michael JB. Hordeolum. 2010. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/798940-overview
5. Ehrenhaus M.P. MD. Hordeolum Treatment, Managemen & Clinical presentation. 2012
6. Carter, Susan. Eyelid disorder, diagnosis and management. San Fransisco. 1998
Available from : http://www.aafp.org.afp/980600ap/articles.html
7. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2000:
Hal 17-20
8. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2004:
Hal 92-94
9. Raftery AT., Lim, Eric., Churchills Pocketbook of Differential Diagnosis. Elseviers :
2010
10. Yanoff, M., Duker, J. Textbook Of Ophtalmology. Moaby Elseviers : 2010
11. Carr J, Fairman F. Type Clinical For Review Approved By: Referral Guidelines:
Ophthalmology Document Purpose. 2012;(March).
12. Guidelines Cm. Hordeolum. 2014;Version 9:156.
13. Virginia Commonwealth University. Hordeolum. 2013;(August):9355.
14. Jr Ls. Hordeolum And Chalazion Treatment The Full Gamut. :257.
15. Adenocarcinoma S. Cutler Beard Technique for the Management of Superior Palpebra.
2010;7(4):1603.
16. Siregar NH. Karsinoma Kelenjar Sebasea. 2006;39(1):810.