Anda di halaman 1dari 53

BAB I – PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini media-media semakin berkembang, baik media


elektronik ataupun media cetak. Hal ini disebabkan masyarakat
membutuhkan berbagai informasi yang sedang beredar (up to date).
Lebih dari itu, sekarang ini media menjadi saran bagi masyarakat
untuk menyampaikan setiap aspirasi-aspirasi mereka, tentunya
setelah diberlakukannya kebebasan Pers yaitu dimana seluruh warga
Indonesia memiliki hak demokrasi tetapi pemerintah masih ikut andil
untuk mengawasi berita apa saja yang akan disebarkan oleh media.

Mengingat hal tersebut, adapun sifat dari berbagai media yang


tidak bisa dipungkiri keberadaannya untuk menjual suatu berita atau
peristiwa kepada khalayak karena media adalah bisnis yang sangat
menguntungkan. Oleh karena itu penyajiannya harusnya mengikuti
kebutuhan masyarakat baik untuk sarana pengetahuan ataupun
sarana hiburan dari berbagai segmentasi. Mediapun memiliki
kekuasaan atau pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat.
Sebagai contohnya yaitu para artis-artis, mereka selalu dipublikasikan
oleh berbagai media entah berita tersebut mengangkat sisi positif atau
negatif yang pada akhirnya memiliki dampak dan berbagai opini dari
masyarakat.

Agar menarik minat para pembaca media selalu menyajikan


sesuatu yang berbeda dan menarik dari segi isi - konten dan kualitas.
Khususnya media cetak, salah satunya majalah yang banyak beredar
dan digemari. Hal ini deisebabkan karena majalah memiliki warna
tersendiri yang sangat identik, dimana penggunaan bahasa dan
bahasannya tidak terlalu berat dan selalu disesuaikan terhadap target
audience. Maka media memliki target kemana berita tersebut akan

1
disampaikan. Target media adalah dari segala umur, lapisan, usia
baik anak kecil, remaja, dewasa muda, dewasa, hingga orangtua.

Hal ini yang mendasari mengapa media selalu laku dijual.


Namun apakah semua media memenuhi sarat informasi bagi setiap
targetnya apalagi bagi anak-anak yang baru bertumbuh secara
perkembangan mental dan fisik.

Tim penulis ingin mengfokuskan Research ini pada majalah


anak-anak (8-12 tahun) yaitu Majalah XY Kids, dimana Majalah ini
telah banyak menarik minat bukan hanya anak-anak namun juga
remaja yang diluar segmentasi pun iktu membacanya dan terus
mengikuti setiap edisinya. Isi dari majalah XY Kids mengulas tentang
tokoh-tokoh kartun – animasi, trend yang terjadi di Indonesia,
teknologi, olah raga, sinema – film, musik, artis –artis muda baik
dalam dan luar negri serta games.

2
1.2 Rumusan Masalah

Sebelum majalah XY Kids beredar dipasaran, majalah BOBO


pun telah menjadi salah satu ikon majalah yang cukup dikenal
masyarakat untuk anak-anak. Majalah Bobo menjangkau untuk anak-
anak yang usia 6 – 12 tahun, mungkin atas kebijakan itulah para tim
redaksi majalah tersebut mulai memikirkan sajian yang baru untuk
anak-anak yang berusia setara agar tidak tertinggal oleh
perkembangan jaman.

Berdasrkan hal tersebut, tim penulis ingin mengetahui


bagaimana redaksi beserta timnya merangkai suatu berita dalam hal
ini membingkai (framing) agar sesuai dengan pasar segmentasi
mereka yaitu anak – anak , berikut dasar - dasar penulisannya?

3
1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui bagaimana cara editor menyusun fakta-fakta


dunia anak ke dalam rubriknya.
 Untuk mengetahui bagaimana cara editor menggambarkan dan
menggulas suatu fakta dalam dunia anak ke dalam rubriknya.
 Untuk mengetahui bagaimana editor membahasakan suatu
fakta dalam dunia anak kedalam rubriknya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu
paradigma baru bagi pengembangan ilmu komunikasi
khususnya dalam bidang jurnalistik yang dalam hal ini ialah
dunia anak, melalui analisis framing isi dan tata bahasa
majalah anak serta pantas atau tidaknya untuk konsumsi anak-
anak.

1.4.2 Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai


masukan bagi media massa khususnya majalah anak-anak
saat menggulas sebuah fakta ataupun cerita untuk dijadikan
sebuah wacana yang layak untuk dikonsumsi anak-anak. Lebih
dari itu penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para pembaca
terlebih orang tua sebagai pembimbing anak, untuk turut serta
memberi pengarahan dalam hal kritis wacana.

4
1.5 Batasan

Penilitian ini hanya sebatas pada majalah XY Kids saja. Berikut


isi dari majalah tersebut serta hal-hal yang terkait mengenai dunia
anak dalam hal majalah anak. Pengulasan mengenai framing dibatasi
oleh wacana terlebih tata bahasa yang digunakan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dalam laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I – PENDAHULUAN

Bab ini mengulas tentang latar belakang dan apa yang menjadi landasan
dasar tim penulis mengambil judul Analisis Framing Terhadap Majalah XY
Kids

BAB II – KERANGKA TEORITIS

Bab ini mengulas berbagai teori yang akan digunakan untuk menganalisis
hasil lapangan dan membatasi hanya kepada orientasi tim penulis, yaitu
menganai framing, berikut teori – teori lain yang dianggap bersangkutan.

BAB III – METHODOLOGI

Bab ini memuat berbagai cara olah data yang penulis sajikan.

5
BAB IV – ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisa dari hasil lapangan yang dikaitkan dengan teori
– teori yang ada di bab 2.

BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil analisa bab sebelumnya dan saran
yang tim penulis cantumkan sebagaimana tim penulis menutup sebuah
penelitian ilmiah.

6
BAB II – KERANGKA TEORITIS

2.1 Komuniksi Massa

2.1.1 Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia


(human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai
digunakan pesan-pesan komunikasi. Dalam sejarah publisistik dimulai
satu setengah abad setelah ditemukan mesin cetak oleh Johannes
Gutenberg. Sejak itu dimulai suatu zaman yang dikenal dengan
zaman pubisistik atau awal dari era komunikasi massa. Sebaliknya,
zaman sebelumnya dikenal sebagai zaman prapubisistik.

Istilah publisistik sering dipakai dalam arti yang identik dengan


istilah komunikasi massa. Lee dalam bukunya Pubisistik Pers
mendefinisikan ilmu publisistik sebagai ilmu kemasyarakatan yang
mempelajari gejala komunikasi massa dalam seginya (Lee, 1965). Di
Amerika Serikat, komunikasi massa sebagai ilmu baru lahir pada
1940-an, ketika para ilmuwan sosial mulai melakukan pendekatan-
pendekatan ilmiah mengenai gejala komunikasi yang mengunakan
media massa ini dipelajari di perguruan tinggi sekitar tahun 1950-an.

Pada dekade sebelum abat ke-20, alat-alat mekanika yang


menyertai lahirnya publisistik atau komunikasi massa adalah alat-alat
pencetak (Pers printed) yang menghasilkan surat kabar, buku-buku,
majalah, brosur dan materi cetak lain. Gejala ini makin meluas pada
dasawarsa pertama abad ke-20, ketika film dan radio digunakan
secara luas. Kemudian disusul televisi pada dekade berikutnya. Kini
kita sudah memasuki era telekomunikasi dengan digunakanya sistem
satelit ruang angkasa dan jaringan komputer.

7
Sebagian atau sejumlah besar dari peralatan mekanik itu
dikenal sebagai alat-alat komunikasi massa atau lebih populer
saluran, ketika narasumber (Komunikasi) mampu mencapai jumlah
penerima (komunikan, audience) yang luas serta secara serentak
dengan kecepatan yang relatif tinggi.

Karena demikian eratnya penggunaan peralatan tersebut,


maka komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi
yang megunakan media massa untuk pesan-pesan yang
disampaikan. Hal ini sangat berbeda dengan pengertian komunikasi
yang begitu banyak menyita energi dalam upaya memberikan definisi.

Komunikasi massa kita adopsi dari istilah bahasa Inggris, mass


communication, kependekan dari mass media communication
(Komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan
media massa atau komunikasi yang “massa mediated”.

8
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah yang terbanyak mendapatkan


penyelidikan daripada pelbagai bidang, jadi model dan teori dalam
komunikasi massa banyak sekali. Lagi pun media massa merangkumi
media cetak dan media elektronik. Bidangnya begitu luas. Komunikasi
massa adalah komunikasi yang paling penting dalam kehidupan kita.
Setiap hari kita membaca kabar, buku, majalah, menonton TV, dan
mendengar radio. Radio, TV, surat kabar dan majalah adalah media
massa yang paling penting dalam mencorakkan kehidupan manusia.
Baik orang dewasa maupun kanak-kanak.

2.2 Media Massa

2.2.1 Definisi Media Massa

Istilah Mass communication atau communications diartikan


sebagai salurannya, yaitu massa media (Media Massa) kependekan
dari media of communication (Susanto,1974).

Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih


dari sekedar “orang banyak”. Seperti orang-orang yang sedang
mengerumuni penjual obat atau yang sedang bersama-sama
berhenti menanti dibukanya pintu lintasan kereta api. Massa di sini
bukan sekadar orang banyak di suatu lokasi yang sama. Massa kita
artikan sebagai “meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-
alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari
saluran”. (Berlo, 1960). Massa mengandung pengertian orang
banyak, tetapi mereka tidak hanya berada di suatu lokasi tertentu
yang sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar diberbagai gereja
diberbagai lokasi yang dalam waktu yang sama atau hampir
bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama.

9
Massa juga dapat kita lihat sebagai “meliputi semua lapisan
masyarakat” atau “khalayak ramai” dalam berbagai tingkat umur,
pendidikan, keyakinan, status sosial. Tentu saja yang terjangkau
oleh saluran media massa. Pengertian itu perlu dikemukakan, sebab
istilah massa pernah dipakai hanya untuk menunjuk suatu lapisan
bawah atau rendah, yang jumlahnya paling banyak dalam suatu
sistem sosial, yang primitif, lebih banyak dikuasai oleh naluri
daripada oleh akal sehat, dan cenderung suka membuat kerusuhan
apabila ada kesempatan. Dalam hubungan ini Gustave Le Bon
dalam Psychologie Der Massen mengatakan. “Barang siapa pandai
mengelabuhi massa, ia akan menguasainya, tetapi barang siapa
yang mencoba-coba mendidik massa, ia akan menjadi korban yang
pertama” (Scramn, 1971).

2.2.2 Fungsi Media Massa

Pool (1973) mendefinisikankomunikasi massa sebagai.


“Komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika
anatara sumber dan penerimaan tidak terjadi kontak secara
langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada peneriman
melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah,
radio, film atau televisi.”

Komunikasi massa adalah yang terbanyak mendapatkan


penyelidikan daripada pelbagai bidang, jadi model dan teori dalam
komunikasi massa banyak sekali. Lagi pun media massa
merangkumi media cetak dan media elektronik. Bidangnya begitu
luas. Komunikasi massa adalah komunikasi yang paling penting
dalam kehidupan kita. Setiap hari kita membaca surat kabar, buku,
majalah, menonton TV, dan mendengar radio. Radio, TV, serta
majalah yang dimana merupakan media massa yang cukup
mengambil peran dalam mencorakkan hidup manusia sama ada
orang dewasa maupun kanak-kanak.
10
2.3 Media Massa Cetak

2.3.1 Majalah

Majalah (Magazine adalah publikasi atau terbitan berkala yang


memuat pelbagai artikel berita-olahan (depth reporting), berita
investigative, cerita, dongeng, mitos, dan legenda. Majalah dicetak
dalam lembaran kertas berukuran kuarto, folio, atau bahkan lebih
kecil, dan dengan ciri-ciri utama dijilid seperti buku. Berdasarkan visi
dan segmentasi pembacanya, secara umum bentuk majalah terbagi
atas majalah foto, majalah anak-anak, majalah berita, majalah,
ilmiah, dan lain-lain.

Menurut Dominick, klasifikasi majalah dibagi kedalam lima


kategori utama, yakni:

(1) general consumer magazine (majalah konsumen umum)

(2) business publication (majalah bisnis)

(3) literacy reviews and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah)

(4) newsletter (majalah khusus terbita berkala)

(5) Public Relations Magazines (Majalah Humas).

11
2.3.1 Sejarah Majalah di Indonesia

Keberadaannya dimulai pada masa menjelang dan awal


kemerdekaan Indonesia. Tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan
nama Panja raja pimpinan Markoem Djojo Hadisoeparto

Awal Kemerdekaan

Majalah Revue Indoensia yang diterbitkan oleh Soemanang,


SH telah mengemukakan gagasannya perlunya koordinasi penerbitan
surat kabar yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Terbit
semuanya dengan satu tujuan, yaitu menghancurakan sisa-sisa
kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakyat
terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional utnuk
keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.

Zaman Orde Lama

Penguasa Perang Tertinggi mengeluarkan pedoman resmi


untuk penerbit surat kabar dan majalah di seluruh Indonesia.
Pedoman itu intinya adalah surat kabar dan majalah wajib menjadi
pendukung, pembela dan alat penyebar. Pada masa ini
perkembangan majalah tidak begitu baik, karena relatif sedikit majalah
yang terbit.

Zaman Orde baru

Banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya. Hal


ini sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang
makin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju.

12
2.3.3 Kategori majalah

Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju,


artinya redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi
pembacanya. Kategori majalah pada masa Orde baru; majalah berita,
keluarga, wanita, pria, remaja wanita, remaja pria, anak-anak, ilmiah
popular, umum, hukum, pertanian, humor, olahraga, daerah.

2.3.4 Fungsi Majalah

Fungsi majalah mengacu pada sasaran khalayak yang spesifik.

 Kekuatan Majalah:

- Khalayak sasarannya jelas, karena lebih tersegmen


dan terspesialisasi

- Majalah dapat mengangkat produk-produk yang


diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak sasaran
terhadap prestige majalah tersebut.

- Usia edar majalah lebih panjang daripada surat kabar.

- Kualitas visual lebih baik daripada surat kabar

- Efektif untuk pesan iklan yang berbau promosi


penjualan.

13
 Kelemahan Majalah

- Fleksibilitas kurang, karena ada deadline dalam


pembuatan final artwork iklan.

- Biaya pencetakan tinggi, karena kualitas visualnya


bagus.

- Biasanya tidak ada ready stock, karena distribusi


majalah umumnya lambat dan jaringan distribusi
kurang tepat sasaran.

2.3.5 Karakteristik Majalah

Majalah ialah media yang paling sedrehana organisasinya,


relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal
yang banyak. Majalah tetap dibedakan dengan surat kabar karena
majalah memiliki karakteristik tersendiri:

• Penyajian lebih dalam

• Nilai aktualitas lebih lama

• Gambar /foto lebih banyak

• Cover /sampul sebagai daya tarik.

14
2.4 Artikel

2.4.1 Definisi Artikel

Artikel, menurut kamus, adalah “kalangan dalam surat kabar”.


atau artikel juga biasa disebut tulisan atas nama pribadi penulisnya
didalam media cetak.

Unsur-unsur Artikel

Artikel, atau artikel jurnalistik adalah tulisan lepas mengenai


pelbagai soal actual yang bersifat opini pribadi penulisnya. Sekalipun
bersifat opini (gagasan murni), biasanya penulis artikel berangkat
dari sejumlah referensi, entah itu kepustakaan atau hasil wawancara.
Artikel jurnalistik, bisa ditulis oleh orang lain (kiriman peniulis luar),
biasa pula oleh si wartawan sendiri. Karena bersifat pribadi, artikel
jurnalistik pun mesti menyertakan nama lengkap penulisnya. Kendati
demikian, berdasarkan dengan karikatur atau kolom (yang tujuannya
“cuma” mengomentari sesuatu peristiwa), artikel jurnalistik harus
mengemukakan pandangan, penilaian, dan solusi penulisan. Oleh
karena itu, artikel jurnalistik yang baik juga mesti menggunakan
referensi. Andai tidak, artikel jurnalistik semacam ini lebih cenderung
disebut esai, yakni tulisan tentang suatu masalah yang ditulis
ringkas, padat, dan berdasarkan pandangan subjektif penulisnya.
Adapun hal-hal yang harus di perhatikan dalam penulisan artikel
(Hennessey, 1975).

• Adanya isu (masalah yang sedang hangat), yang membangun


sikap kolektif, sehingga muncul pro-kontra, sampai terjadinya
consensus.

• Adanya publik, yakni kelompok atau komunitas yang kita tahu


persis memang tertarik dengan isu tersebut.

15
• Adanya pilihan-pilihan kompleks yang dilakukan public. Begitu
isu muncul. Focus public akan terpecah dan mengundang
tanggapan setuju atau tidak. Hal ini tentunya juga tergantung
sikap atau pengalaman anggota public. Makin kompleks suatu
isu, makin kompleks pula pandangan yang muncul. Yang patut
diperhatikan, pembentukan opini amat sangat dipengaruhi jarak,
geografis, wawasan pengetahuan, dan sikap masyarakat.

• Adanya alat penyampaian opini. Apa pun opini yang hendak


diangkat, agar terbuka harus disampaikan melalui media massa.
Banyak cara untuk mengangkat opini, tapi yang paling bail dan
sangat efektif-efisien hanyalah dengan ditulis.

• Adanya ketertarikan banyak individu. Berapa banyak individu


yang terlibat, agaknya sulit diprediksi.

16
2.4.3 Bagian-bagian Artikel

Artikel juga kerab menemukan dua jenis tulisan lainnya, yang


acap kali juga ats nama pribadi, yang kita kenal sebagai esai dan
features.Oleh para cerdik-pandai, esai dikatakan bentuk tulisan yang
ditulis semata-mata dari sudut pandang penulisnya. Dalam
penegasan lain, esai adalah jenis tulisan berbentuk prosa yang
mempersoalkan sesuatu hal itu menarik minat penulisnya. Itulah
sebabnya, esai dikatakan bersifat amat subjektif, karena di dalamnya
amat jarang ditemukan kutipan teori atau pendapat penulis lain.
Andaipun ada, kutipan teori itu bukanlah sebagai landasan
argumentasi, melainkan lebih sebagai ilustrasi, pemicu persoalan,
atau aksesoris belaka. Denganbegitu, pokok persoalan dalam esai
seolah murni muncul dari penulisnya.

Dalam hal cermat berpikir, esai agaknya mirip dengan


features (diindonesiakan menjadi karangan khas). oleh kebanyakan
pakar tulisan-menulis, features didefinisikan sebagai karangan prosa
berbentuk ringkas-padat yang disajikan secara naratif dan sarat
mengandung unsure human interst (makna kemanusiaan). Namun,
hemat saya, definisikan ini pun tidak mampu menjawab secara
tentas menegnai apa itu feature. Impliksinya, features sulit
dibedakan dari esai, karena esai juga dapat berbentuk karangan
prosa ringas-padat yang disajikan secara naratif.

17
2.5 Kebijakan Redaksi

Kebijakan redaksi adalah pedoman (baik tertulis maupun


tidak tertulis), yang menjadi buku suci redaksi dalam mengelola
news room (mulai dari menentukan isu liputan, angle liputan,
memilih narasumber, penugasan, sampai format tulisan dsb).
Dengan kata lain, kebijakan redaksi (editorial policy) merupakan
kaidah bagi setiap langkah operasional pemberitaan.

2.7 Framing

Anaisis Framing merupakan seni atau kreativitas yang


kesimpulannya boleh jadi berbeda, jika dilakukan dengan analisis
berbeda, meskipun kasusnya sama. Sebabnya, analisis seorang
manusia yang aktif, dan bebas menafsirkan lingkungannya, suatu
prinsip yang penting yang dianut oleh paradigma interpretif. Maka
secara teoritis, siapa pun dapat membangun dan mengembangkan
sebuah kerangkan atau model analisi framing. Mengembangkan
sebuah kerangka atau model yang bermanfaatlah yang akan
bertahan lama, yakni yang mampu menjelaskan dan menafsirkan
wawancara yang diteliti, yang pada gilirannya akan menentukan
apakah kerangka atau model tersebut akan laku di pasaran
(akademis) atau tidak.

Analisis framing cocok digunakan untuk meneliti konteks


sosial-budaya suatu wacana, khususnya hubungan antara berita
dan ideologi, yaitu proses atau mekanisme mengenai bagaimana
berita membangun, mempertahankan, dan mereproduksi,
mengubah, dan meruntuhkan ideologi.

18
Analisi framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai
analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (Peristiwa, aktor,
kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian
tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial
dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa
dipahami dengan bentuknya tertentu. Hasilnya, pemberitaan media
pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu.
Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik,
tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilka.
Misalnya, langkahmemorandum yang diajukan DPR kepada
Presiden Gus Dur bisa saja dimaknai dan dipahami sebagai upaya
DPR melakukan kontrol dan pengawasan kepada pemerintah. Bisa
juga memorandum DPR itu dimaknai oleh media sebagai upaya
menjatuhkan presiden dan dilakukan oleh orang-orang yang tidak
suka dengan Gus Dur. Bagaimana media memahami dan memaknai
realitas, dan dengan cara apa realitas itu ditindakan, hal inilah yang
menjadi pusat perhatian dan analisis framing. Praktisnya, ia
digunakan untuk melihat bagaimana aspek tertentu ditonjolkan atau
ditekan oleh media. Penonjolan atau penekanan aspek tertentu dari
realitas tersebut haruslah dicermati lebih lanjut. Karena penonjolan
atau penekanan aspek tertentu dan realitas tersebut akan membuat
(hanya) bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih mudah
diingat, dan lebih mengena dalam piliran khalayak. Ia juga diikuti
oleh akibat yang lain, kita kemudian jadi melupakan aspek lain yang
bisa jadi jauh lebih berarti dan berguna dalam mengambarkan
realitas.

19
2.8 Konstrak

Istilah Arti

Analisis Analisis bagaimana atau cara seorang editor mengulas suatu


Framing berita ke dalam media cetak asuhannya.

Majalah Salah satu dari jenis media cetak yang mempunyai orientasi
terbit berperiodik (mingguan / dwi mingguan / bulanan) memiliki
segmen khusus, berwarna dan memuat pola-pola interaksi
sosial.

Komunikasi Pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain dengan


media tertentu. Bersifat berkesinambungan dan terus menerus

Rubrik Wadah artikel-artikel yang memiliki klasifikasi-klasifikasi tertentu,


sesuai dengan artikel yang ada di dalamnya.
Redaksi Pengasuh dalam media cetak yang menempati urutan teratas.

Artikel Wacana yang termuat dalam suatu rubrik, berisikan tentang


opini dalam memandang suatu obyek tertentu.
Agenda Daftar Perencanaan untuk beberapa penyelesaian yang sifatnya
berkala dalam suatu lembaga media.

Bahasa Tutur Bahasa sehari – hari yang dipakai anak- anak jaman sekarang,
bahasa gaul untuk berinteraksi.

Tren Sedang naik daun, atau popular, banyak digemari banyak


kalangan

Social Grade Ranking penghasilan dari kelas A(sangat berkecukupan) hingga


kelas E (sangat kurang berkecukupan)

Editor Orang yang merangakai setiap bahasan yang ada dalam


majalah yang akan mereka susun. Dalam makalah ini
redaktir bersama tim redaksi dianggap sebagai editor, sebab
pengkhususan editor secara personal tidak ada.

20
Konsul Media hard ware (perangkat keras) untuk memainkan game.
Contohnya Nintendo, Playstation, XBOX, dan PSP

Side magazine Majalah sampingan yang berhalaman minim (dibawah 10


halaman) biasanya hanya mengulas pada topik tertentu
saja. Side magazine bersifat gratis. Side magazine
merupakan awal dari suatu majalah.

21
BAB III – METHODOLOGI

Penelitian yang digunakan tim penulis dalam penelitian ini adalah bersifat
kualitatif, di mana dalam pengambilan data, penulis menggunakan Framing
analisis.

3.1 Paradigma Riset

 Kualitatif
Kualitatif research menurut Catherine marshal dalam
sarwono (2006: 193), diartikan sebagai berikut, “Kualitatif
research dipengertiankan sebagai suatu proses yang mencoba
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai
kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia”.

Sugiyono (2005:1). Mempengertiankan pengertian kualitatif


sebagai berikut:

“Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang


digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
( sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana penelitian
adalah instrumen kunci, tekhnik pengumpulan data
dilakukan secara gabungan ( triangulasi), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menerangkan makna dari pada generalisasi”.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman


yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif
partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih
dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap
kenyataan sosial yang jadi focus penelitian, dan kemudian
22
ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang
kenyataan – kenyataan tersebut.

 Jenis: Framing
Analisis Framing digunakan tim penulis dengan cara
seorang editor mengulas suatu berita ke dalam media cetak
asuhannya. Anaisis Framing merupakan seni atau kreativitas
yang kesimpulannya boleh jadi berbeda, jika dilakukan dengan
analisis berbeda, meskipun kasusnya sama.

3.2 Narasumber:

-Purposive Sampling:

Kelompok kami memakai tekhnik purposive sampling


dikarenakan Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
untuk tujuan tertentu saja. Misalnya pada penelitian tentang disiplin
pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam
bidang kepegawaian saja.

Oleh karena itu karena kami mengangkat topik tentang majalah


XY kids yang berhubungan dengan masyarakat social pada umumnya
dan ini berhubungan hanya dengan orang tertentu yaitu para
konsumen XY kids dan juga orang – orang yang berhubungan dengan
majalah XY kids, mulai dari editor majalah dan juga para pegawai
laiinya yang berpartisipasi di dalam struktur majalah itu.

Kami akan mulai mengambil data berawal dari mewawancarai


editor inti dari majalah XY kids dan juga orang – orang yang terlibat
dalam penentuan tema dari majalah XY kids tersebut, lalu kami akan
melakukan riset di lapangan mulai dari majalah dan toko buku yang
menjual majalah XY kids tersebut dan melihat apakah konsumen

23
mereka sesuai dengan target khalayak mereka yang harusnya
konsumennya adalah anak – anak dan bukan remaja serta orang
dewasa.

Kemudian kami akan pergi ke toko buku terdekat dan mulai


melakukan riset dengan melihat siapa saja orang yang membeli
majalah tersebut apa kah remaja, orang dewasa atau anak kecil yang
tertarik untuk membeli majalah tersebut.

Setelah itu kami akan mewawancarai konsumen dari majalah


XY kids tersebut dan memberikan pertanyaan – pertanyaan seputar
kenapa mereka memilih majalah XY kids dan apa dampaknya kalau
dibaca oleh anak – anak kecil yang masih tidak mengerti tentang apa
yang mereka baca dan dampaknya terhadap anak – anak itu, karena
anak – anak kecil masih mudah terpengaruh dan mudah meniru hal –
hal yang mereka lihat baik itu benar ataupun salah.

Lalu kami akan melakukan wawancara terhadap para pakar –


pakar yang mengerti tentang masalah yang kami angkat ini dan apa
dampaknya terhadap masyarakat sekarang ini, serta kami akan
meminta pendapat untuk pemecahan dalam masalah ini dan juga
meminta saran apa yang harus tim kami lakukan untuk lebih
melengkapi makalah yang kami buat ini.

24
3.3 Teknik Pengumpulan Data:

3.3.1 Data Primer :

Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan


oleh orang yang melakukan penelitian. Data primer disebut jg data asli
atau data baru. Data primer yang didapatkan setelah melalui analisis
framing seluruhnya berasal dari narasumber inti yaitu editor majalah
xy kids dan juga consumen – consumen masyarakat yang ikut
membaca xy kids

3.3.2 Data Sekunder :

Data yang diperoleh atau dikumpulkan melalui sumber –


sumber lain yang tetap berkaitan dan membantu melengkapi data –
data yang sudah ada dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh
dengan melakukan wawancara terhadap masyarakat umum dan juga
terhadap pakar – pakar yang mengerti tentang masalah dalam
penelitian ini.

25
3.4 Teknik Analisis Data

Reliability Validity

- Kelompok kami akan - kelompok kami akan


mewawancarai narasumber berusaha merekam suara
kunci yang berasal dari dari narasumber kunci yang
editor XY kids menjadi inti dari wawancara
kami
- Kami akan melakukan - kelompok kami akan
pengamatan di toko - toko membuat catatan dari setiap
buku terdekat untuk kata – kata yang dikeluarkan
mengetahui siapakah oleh narasumber
konsumen xy kids

- kami akan mewawancarai - mengambil foto dari pihak


para konsumen dari XY kids narasumber beserta dengan
dan menanyakan tanggapan foto dari kelompok kami
mereka terhadap penelitian
ini
- kami akan melakukan - membuat surat dengan atas
wawancara dengan pakar – nama narasumber bahwa
pakar yang mengerti tentang data hasil wawancara kami
masalah ini bole dipakai untuk
dipublikasikan

26
3.5 Waktu & Tempat

Berikut Kronologi waktu dan beserta tempat dimana kami menghimpun


setiap data yang ada.

• 28 Oktober 2009: Pencarian buku – buku yang berhubungan,


guna mencari teori yang sesuai dengan materi framing.

i. Lokasi : Perpustakaan Kampus LSPR dan Research


Centre

• 5 November 2009: Membeli majalah XY Kids untuk


dicermati setiap rubriknya (edisi khusus, musik)

ii. Lokasi : Depan Rumah Sakit Jakarta, pedagang eceran

• 19 November 2009: Membeli majalah XY Kids untuk


dicermati setiap rubriknya

iii. Lokasi : Mall Ambasador Lt.2

• 28 Januari 2010 : Pembuatan surat ijin ke kantor XY Kids

iv. Lokasi : Kampus B LSPR

• 15 Januari 2010 : Surat ijin selesai

v. Lokasi : Kampus B LSPR

27
• 25 Januari 2010 : Mendatangi kantor Kompas Gramedia

vi. Lokasi : Jalan Panjang No. 8A Lt. 4, Kebon Jeruk


Jakarta Barat.

• 1-3 Januari 2010 : Penyelesain tugas

vii. Lokasi : Wisma anugerah, Jakarta pusat.

28
BAB IV – ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Majalah XY Kids

Majalah anak (range usia 8 – 12 tahun) yang mengungkap tentang


berbagai hal yang lagi menjadi tren. Tema yang diulas, mengenai mainan,
games, animasi, film, ilmu pengetahuan dan teknologi, acara tivi, komik, olah
raga, musik, pemberitaan artis – artis muda yang baik lokal maupun
mancanegara, dan sebagainya. Majalah ini, terbit dua mingguan, setiap hari
Kamis. Tersebar di seluruh kota-kota besar di Indonesia karena
mentargetkan pasar ke social grade A – B.

XY kids memposisikan diri sebagai teman bagi para pembacanya.


Berbeda dengan saudaranya yaitu BOBO yang lebih bersifat edukatif untuk
mereka. Walaupun bernaung dalam tempat yang sama yaitu KOMPAS
Gramedia. Dalam penyampian setiap artikelnya XY kids menggunakan
bahasa tutur. Jadi seringkali terlihat kurang sopan bila membandingkan
dengan bahasa dalam majalah BOBO. Dalam hal ini XY Kids lebih
menekankan bahwa dia merupakan teman bagi para pembacanya, bukan
sebgai guru, adik atau orang tua mereka. Sehingga bahasa yang
disampaikan pun demekian, sesuai dengan bahasa yang dipakai oleh para
pembaca mereka.

Dalam mendidik – mengedukatif setip pembacanya, XY Kids


memberikan simulasi berupa pendidikan yang siftanya justru informal.
Melalui rubrik informasi dan teknologi XY Kids menawarkan sejumlah
pengetahuan. Redakatur beranggapan bahwa anak – anak Indonesia
sekarang sudah bukan anak era 90-an yang perlu disuapin terlebih dahulu.
Mereka sudah mampu mengembangkan diri dalam dunia eksternal mereka,
dengan lingkungan dan teman – teman mereka. XY Kids merupakan majalah
dimana anak yang menghendakinya bukan orang tua yang membelikan atas
dasar sejarah turun - temurun. Seringkali Orang tua yang memberikan
majalah sebagai suatu wadah inspiratif bagi anak – anak mereka, karena

29
sifat dari majalah tersebut yang dinilai baik atau orang tua mereka dahulu
pernah dibelikan orang tua mereka saat mereka masih kanak – kanak, inilah
yang dimaksud atas dasar turun – temurun. Namun lain bagi XY Kids dimana
seorang anak memiliki pilihan sendiri untuk menjadi bahan wacana mereka
sendiri, walaupun tetap saja biaya yang dikeluarkan untuk membeli berasal
dari orang tua mereka.

Visi dan misi

Misi : Menjadikan anak-anak Indonesia lebih kreatf. Majalah XY Kids


bukan hanya menghibur, namun juga memberikan berbagai informasi untuk
mengembangkan wawasan anak-anak Indonesia sesuai jamannya.

Visi : majalah hiburan untuk anak – anak ditengah kegiatan sekolah yang
padat serta menjadi teman bagi mereka yang mendidik tanpa harus
menggurui.

Akan meluncurkan majalah XY Kids untuk anak yang usianya dibawahnya

30
4.1.1 Sejarah Singkat XY kids

Awalnya XY Kids hanya berbentuk dami – dummy di luncurkan awal


tahun 2003 dan sifatnya masih cuma - cuma sebagai side magazine dari
BOBO. Jadi saat ini usia XY Kids sudah mencapai 7 tahun. Tim penulis yang
saat itu hanya beranggotakan 8 orang, dituntut untuk membuat majalah anak
– anak yang lain dari pada majalah sebelumnya. Bila saudaranya yaitu
BOBO mengambil statement teman bermain dan belajar, maka XY Kids
mengambil statement teman bermain sambil belajar. Tim penulis sadar
bahwa anak – anak era sekarang sudah cerdas dan terbuka dengan hal –
hal baru disekitar mereka. Hal ini yang menjadikan XY Kids muncul sebagai
teman mereka. Menggunakan bahasa tutur khas anak – anak.

Dalam perkembangannya dimana XY Kids berfokus pada anak – anak


usia 8 – 12 tahun, justru pembeli terbanyak diatas 12 tahun. Rubrik – rubrik
yang ditawarkan kadang mengundang emosi bagi para orang tua, walaupun
faktanya mereka hanya berasumsi di blog saja belum protes

31
4.2 Analisi Framing Media

Seperti yang telah kita ketahui dalam bab II, telah dipaparkan bahwa
sekarang ini kita telah memasuki era telekomunikasi dimana informasi
sangatlah dibutuhkan dari generasi ke generasi dengan perkembangan
teknologi yang selalu dinamis baik media cetak maupun media elektronik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat luas ini selalu haus akan informasi
maka dari itu dalam penyampaiannya suatu media memiliki tatanan yang
selalu terbagi dalam berbagai lapisan dan golongan salah satunya adalah
usia. Hal tersebut dikarenakan tidak semua masyarakat dapat menerima
maksud yang akan disampaikan dalam suatu media agar tidak ada bias
ataupun misscommunication / salah persepsi.

Majalah menjadi salah satu media cetak yang tujuannya / sasarannya


lebih spesifik. Kalau kita lihat, majalah selalu memiliki tujuan yang jelas
kepada setiap target audience, ini akan bergantung pada bagaimana mereka
membungkus atau mengkaji suatu artikel – artikel dan informasi yang akan
dimuat dalam majalah. Tak jarang majalah menjadi pilihan utama karena
dilihat dari kebutuhannya majalah selalu dikemas dan disusun dari segi
visual yang menarik dimana si pembaca akan memiliki minat yang lebih.

Pastinya setiap majalah memiliki standard kelayakan, apalagi untuk


majalah anak – anak karena meninggingat tumbuh kembang mereka
sangatlah penting dimasa –masa ini. Anak – anak cenderung mudah
menyerap setiap informasi yang mereka dapat dan sering sekali mereka
belum bisa memilah – milah mana yang harus mereka terima untuk
dilakukan dan mana saja yang tidak boleh dilakukan. Para peneliti ingin
memfokuskan penelitiannya untuk anak – anak yang berusia 8 -12 tahun
karena mereka adalah target audience dari majalah anak yaitu majalah XY
Kids.

32
Pada umur 8 – 12 tahun mereka mulai meninggalkan sisi egosentrisnya
(menempatkan posisi mereka sebagai pusat perhatian dari semuanya), dan
mereka mulai untuk bermain, berkumpul dengan lingkungan baru dan
mereka sudah dapat diberikan motivasi serta mengerti hal – hal yang
sistematis, akan tetapi setiap pesan yang akan diberikan untuk si anak
haruslah memperhatikan penggunaan bahasanya. Mereka juga mulai
bertumbuh sebagai pra-remaja yang mereka sedikitnya sudah mulai
mengerti konsep dan dapat berpikir. Namun pada usia pra-remaja ini mereka
bisa merasakan suatu pergumulan didalam diri mereka yang sedang mereka
hadapi, maka itu perlunya lingkungan yang sehat untuk mendukung dan
memberikan pendekatan yang lebih karena sifat mereka yang masih labil.
Pada saat itu anak telah memasuki masa pubertas.

Ada fase – fase untuk tumbuh kembang si anak pada usia – usia
tertentu yang harus diperhatikan oleh orangtua agar mereka dapat mendidik
atau menempatkan diri secara benar bagi anak mereka, yaitu :

Fase Pertama ;

- Teman untuk bermain

Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun.

Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang


menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka
mempunyai ketertarikkan yang sama.

Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi
mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan
mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau
bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan,
persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali
begitu saja.

33
Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7
tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ;

“Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku lagi”

Dalam usia ini mereka dengan gampangnya mengatakan tentang berteman,


biasanya percakapan mereka dimulai dengan perkataan “namamu siapa ?
dan namaku......” dan mereka bisa begitu saja berteman setelah saling
mengetahui nama masing-masing.

Fase Kedua

- Teman untuk bersama

Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8


sampai 10 tahun.

Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada fase
pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan
saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi.

Dalam fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang
anak pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari
kedua belah pihak.

Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul
masalah, seperti ;

- Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;

- Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;

- Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya


tersebut

membutuhkan pertolongan.

34
Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ;

“Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?”

Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin persahabatan, biasanya
persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka saling
mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan
mereka bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung factor
apa yang terjadi selama persahabatan mereka.

Fase Ketiga

- Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian

Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak
hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa
berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.

Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena
pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan
permasalahan psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau
problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu
permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka
sendiri.

Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia
mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman
berbagi kepercayaan dan teman berbagi emosi.

Cara pendekatannyapun haruslah berbeda karena usia 8 – 12 tahun,


mereka menemukan bahwa teman adalah sarana yang menarik untuk diajak
bermain maupun memberikan contoh pada mereka. Mereka juga dapat
merasakan bahwa pertemanan adalah sesuatu yang sangat pribadi yang
bisa dipercayai untuk saling berbagi untuk mendapatkan nasihat maupun
35
jalan keluar untuk masalah mereka karena nasihat tersebut disampaikan
tidak terdengar untuk menggurui namun akan lebih membangakitkan
suasana yang nyaman apalagi bila privacy mereka terjaga. Maka bagi
orangtua pun harus pintar – pintar untuk memposisikan diri bagi anak – anak
mereka pada fase usia ini.

Akhir – akhir ini media cetak yaitu majalah sudah menjadi “teman
baik” untuk mereka, bukan hanya sebagai hiburan yang menarik tetapi
diharapkan bisa menempatkan diri sebagi sarat informasi yang dikemas
secara berwarna agar mereka tidak gampang bosan malah akan membuat
anak – anak menanti – nanti setiap edisi yang akan diterbitkan. Sebut saja
majalah anak yaitu XY Kids magazine yang sedang menjadi trend, majalah
ini sangatlah menghibur, apalagi mengingat anak – anak sekarang sudah
memiliki kegiatan yang sangat padat didalam sekolah maupun diluar
kegiatan sekolah seperti mengikuti berbagai macam private study setiap
harinya. Mereka akan cenderung untuk merasa penad dan jenuh akan
aktifitas mereka yang sangat berat.

Majalah XY Kids dikemas secara ringan namun mengandung banyak


informasi yang sedang in atau yang sedang hangat diperbincangkan, seperti
contohnya; tokoh – tokoh kartun animasi, mainan – mainan yang sedang
digemari dan lain sebagainya. Pengetahuan yang diberikan bukan untuk
menggurui si anak namun lebih kepada hal – hal yang menyenangkan
seperti seorang sahabat bagi mereka agar mereka menyukainnya. Akan
tetapi apabila kita mengamati lebih lanjut disaat kita mulai membaca majalah
XY Kids, ada pertanyaan yang menggelitik para peneliti yaitu menyangkut
tatana bahasa yang digunakan seperti “cewe, cowo, gue elu, dan gebetan”.
Apakah bahasa yang digunakan layak untuk mereka padahal bukankah
seharusnya penggunaan bahasapun harus diperhatikan secara mendetail
walaupun bahasa tersebut bukan menjadi hal yang tabu di lingkungan
mereka. Ada beberapa edisi yang mengangkat ulasan yang bukankah
seharusnya cenderung untuk orang dewasa.

36
Para peneliti telah melakukan analisa yang lebih mendalam, analisa
yang para peneliti gunakan adalah Framing Analysis karena secara
sederhana analisa ini dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui
bagaimana realitas (Peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh
media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini
realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa
dipahami dengan bentuknya tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi
tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen
tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan
bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan.

37
4.2.1 Cara Redaktur Menyusun Berita.

Redaktur bersama tim redaksi mengadakan rapat secara periodik guna


memenuhi agenda mereka.

 Rapat tahunan – annual meeting = diadakan setiap awal tahun


guna merencanakan bahasan apa yang akan diluncurkan,
berikut mengenai rubrik dan konten yang sedang trend di mata
anak – anak. Rapat ini biasanya dibarengi dengan evaluasi dari
progress tahun sebelumnya.

 Rapat mingguan – weekly meeting = diadakan setiap hari senin


di setiap minggunya. Rapat ini bersifat umum dan berkutat
pada hal apa saja yang akan diluncurkan untuk majalah
mereka, sesuai dengan pola terbit mereka yaitu terbit di hari
kamis minggu pertama dan minggu ketiga di setiap bulannya.

Para tim lapangan – reporter terjun di minggu ke dua dan kempat untuk
mencari berita dan ulasan yang sedang menjadi trend. Tim terbagi menjadi 5
bagian yaitu:

• Olah raga : Tim mencari data-data seputar olah raga


melalui internet, biasanya berita yang diulas mengenai olah
raga di luar negeri. Seperti sepakbola yang hampir selalu ada
dan basket

• Games : Tim pergi ke mall untuk mengetahui pasar


dan perkembangan konsul terkini, mainan- mainan terbaru
biasanya mereka membeli untuk dipelajari sekaligus
mempromosikan juga melalui rubrik mereka

38
• Musik : Tim pergi ke toko musik untuk
mengetahui perkembangan musik di tanah air dan luar negri.
Ditambah juga mencari dari internet, berikut artis – artis yang
menjadi sorotan media. Hanya sebatas lagu mereka

• Kartun : Tim menganalisa film – film


biasanya mengenai kartun – animasi Jepang yang sedang
berlangsung di Indonesia

• Film – sinema : Tim menganalisa film di bioskop yang


sedang beredar. Tentunya tim hanya mengulas film yang
patut atau layak sesuai dengan segmen saja.

Setelah semuanya terkumpul bahan – bahan yang akan diramu, redaktur


sebagai pemimpin dan penanggung jawab akan mengkontrol – brainstorming
bahan – bahan mana saja yang akan dipilih untuk dilunjurkan.

39
BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Kesimpulan Umum

Majalah XY Kids lebih memposisikan diri sebagai teman bagi


para pembacanya sehingga bahasa yang digunakanpun
menggunakan bahasa tutur atau bahasa khas keseharian mereka
sehingga majalah XY Kids berorientasi pada bahasa yang sifatnya
edukatif tapi tidak menggurui.

5.1.2 Kesimpulan Khusus

Dalam segi pembahasannya majalah XY Kids terkadang


bersifat tidak pada aturannya, terutama bagi tumbuh kembang anak
di usia 8 hingga 12 tahun untuk mengerti dan itu bisa berakibat baik
atau buruk bagi anak tersebut.

40
5.2 Saran

5.2.1 Saran Akademis

Setiap media cetak dalam hal ini khususnya majalah


mempunyai cara membingkai setiap bahasannya. Dalam segmentasi
apapun analisis framing tidak bersinggungan dengan sopan atau
tidak sopan. Namun lebih kepada bagaimana cara seorang redaktur
bersama tim redaksi merangkum bahasannya sesuai dengan
fenomena yang terjadi di pasar segmentasi dan target audience
mereka

5.2.2 Saran Praktis

Setiap majalah hendaknya tidak terlalu atau tidak harus selalu


mengikuti fenomena apa yang terjadi di dalam masyarakat khususnya
yang dengan segmentasi atau target audience mereka hendaknya
mereka menjadi trendsetter bukan menjadi follower guna menjadikan
sumber daya manusia yang lebih baik dan berkembang.

41
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Sarwono, Jonathan. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif . edisi


pertama. yogyakarta: Penerbit graha ilmu, 2006

Sugiyono. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005

Internet

http://books.google.co.id/books?
id=uKRiqPSWnO0C&pg=PA1&dq=definisi+komunikasi+massa#v=onepage&
q=&f=false: Rabu 28 oktober 2009, Pk. 19.00

http://books.google.co.id/books?
id=wGwj0CPSjlQC&pg=PA66&dq=definisi+framing#v=onepage&q=definisi
%20framing&f=false: Rabu 28 oktober 2009, Pk. 20.00

http://books.google.co.id/books?
id=yCWn93wnNHYC&printsec=frontcover&dq=media+massa&lr=&client=firef
ox-a#v=onepage&q=&f=false: Sabtu 31 oktober 2009, Pk. 18.30

http://belajardekavetiga.blogspot.com/2005/09/karakter-majalah.html: 9
November 2009, Pk. 11:08

http://oliviadwiayu.wordpress.com: 11 November 2009, Pk. 22.00

http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2009/01/bentuk-bentuk-media-
massa.html: 11 November 2009, Pk. 22.00

42
http://immfaiuad.wordpress.com/2008/01/01/pengertian-ideologi/: 10
November 2009, PK. 0 7:50

http://buntomijanto.wordpress.com/2007/03/06/menelaah-kebijakan-redaksi-
pers-medan-dalam-memberitakan-isu-hivaids/: 10 November 20, PK. 08:02

http://hendragrandis.files.wordpress.com/2008/09/metodologi_1.pdf: 03
Febuary 2010, Pk. 09.00

43
LAMPIRAN

44
45
Transcript wawancara – George Wilhelm (Staff redaksi):

1. Q: Kapan awalnya anda mulai menulis untuk majalah Xy Kids dan


sejak kapan anda sudah ada di XY Kids?

A: Saya sejak awal kira-kira pada tahun 2003. Sebenarnya sudah dari
awal sekali waktu XY Kids ini masih berbentuk dummy.

2. Q: Segmentasi dari majalah XY Kids

A: Anak – anak yang berumur 8 – 12 tahun (A & B) dimana XY Kids


menargetkan kepada anak – anak yang aktif, well inform dan penikmat
games
.Menurutnya majalah ini hanyalah sebagai sarana hiburan anak –
anak ditengah kepenatan dari kegiatan sekolah yang sekarang ini saja dapat
dilihat anak – anak setelah kegiatan belajar mengajar di sekolah, harus lagi
ditambah dengan les –les tambahan diluar sekolah.
Cara majalah ini mengemas suatu pengetahuan pun tidak seperti
pelajaran disekolahan namun lebih kepada hal apa saja yang bisa menarik
minat mereka namun tetap pada porsinya.

3. Q: Kalau soal bahasa yang sering digunakan, seperti contohnya


sering sekali ada kata – kata cewe / cowo, gebetan dan lain
sebagainya. Apakah itu sudah bisa atau layak dikonsumsi untuk anak
– anak ?

A: Kata mas George, “ Nah itu dia, tapi kalau diliha dari
perkembangan anak sekarang coba kita lihat, mereka sudah tahulah soal
pacaran dan lain – lain. Kalaupun mau diganti bahasanya apa juga yg bisa
kedengarannya enak dan nyambung,kayaknya susah juga tuh. Kalaupun
ada kritikan langsung dari orangtua ke redaksi kami, untuk saat ini malah

46
belum ada. Karena orientasinya adalah si pembaca tersebut yaitu anak –
anak, guananya untuk mendekatkan diri kepada anak, bukan pendekatan
antara orangtua dan anak ataupun guru dan murid,namun pendekatannya
lebih mengarah pada teman secara informal.

4. Q: Topik untuk majalah XY kids dapat dari mana?

A: Biasanya ide – idenya dibuat dulu baru nanti dari semuanya akan
disetujui melalui rapat redaksi.

5. Q: Bisa dijelaskan lebih detail proses awal sampai akhir majalah XY


Kids ini dimuat?

A: Diawali dari brainstroming yaitu apa saja yang akan dimuat dlam
setiap edisi lalu akan disortir dalam rapat redaksi. Setalah topik itu disetujui
maka wartawan akan mengumpulkan data atau mereserch dengan cara
browing melalui internet, terjun kelapangan dan juga berkonsultasi langsung
dengan narasumber / orang- orang yang sudah berkompeten dibidangnya.

6. Q: Standart kelayakan untuk penulisan yang akan dimuat bahasanya?

A: Untuk penulisan mereka memilih untuk menggunakan bahasa yang


tutur / sehari –hari / bahasa gaul bahasanyapun tidak berat lebih mengikuti
perkembangan trend yang sedang in. Disamping itu bahasannya
memberikan pengetahuan yang lebih karena majalah ini mereview alasan
anak – anak untuk membeli suatu produk atau mainan ataupun tontonan
agar mereka menjadi smart konsuming.

47
7. Q: Visi dari majalah XY Kids dan misi kedepannya?

• majalah hiburan untuk anak – anak ditengah kegiatan sekolah


yang padat serta menjadi teman bagi mereka yang mendidik
tanpa harus menggurui.

• Akan meluncurkan majalah XY Kids untuk anak yang usianya


dibawahnya

8. Q: Disalah satu edisi XY Kids ada topik yg mengulas tentang Fast and

Farious bukankah itu film untuk orang dewasa?

A: Anak – anak jaman sekarang ini sangat well inform jadi ada
ataupun tidak adanya ulasan tentang Fast and Farious di edisi
majalah ini anak – anak akan tetap tahu dan tetap menonton. Jadi kita
memikirkan lebih baik kita mengulas ini dari segi lain dimana kita
membahas soal adengan – adegan dimana mobilnya sangat keren,
sehinnga anak – anak kalau nanti menonton film akan lebih
menfokuskan pada hal tersebut bukan sesuatu yang berbau dewasa.

48
Membiarkan Anak Menonton Film Jagoan
Ditulis oleh Administrator
Sunday, 30 November 2008
oleh Nina Mutmainnah Armando “Anak-anak Kok Menonton The Dark
Knight”. Begitu judul surat
pembaca yang muncul di Koran Tempo awal Agustus lalu. Penulisnya,
Endah Triastuti, menyatakan keprihatinannya
karena saat menonton The Dark Knight, bioskop dipenuhi oleh serombongan
anak usia SD yang ikut menonton tanpa
didampingi oleh orang dewasa yang cukup. Sekitar 30-an anak itu menonton
dengan hanya ditemani oleh sekitar 3
orang dewasa saja.
The Dark Knight adalah film bioskop terbaru Batman, sang superhero
terkenal sejagat. Film ini sangat dipuji karena
tekniknya yang canggih dan akting para pemainnya. Tetapi harus diingat,
film ini memang bukan film anak-anak. Endah
di suratnya menyebut film ini sebagai film dewasa karena banyak bermuatan
tayangan yang sadistis. Misalnya,
pembunuhan dengan menggunakan senjata (pistol, bazooka, pisau),
penyiksaan (orang diikat dengan ditutup mata dan
mulutnya, orang didorong keluar jendela dari gedung tinggi, orang ditabrak
dengan kendaraan secara sengaja), kekejian
(orang yang sudah meninggal digantung, ancaman dengan pisau,
penusukan dahi orang dengan bolpoin), dan adegan
dewasa (orang dewasa berciuman mesra). Kekerasan dalam film ini
memang sangat kental. Saat saya menonton film
ini, beberapa kali saya harus memejamkan mata atau memalingkan wajah
akibat kekengerian yang saya rasakan saat
menonton adegan tertentu. Jadi, saya amat setuju ketika Endah menulis,
”Membiarkan anak usia SD menonton
film tersebut tanpa pendampingan adalah bentuk ketidakpedulian terhadap
kekejian dan kekerasan”. Ia

49
menyarankan, seharusnya, anak-anak menonton dengan didampingi, satu
anak didampingi oleh satu orang dewasa,
sehingga anak-anak itu mendapat ”penjelasan yang layak tentang
semua gambaran ’buatan’
itu”. *** Beberapa kali saya melihat memang anak-anak sering
”dilepas” menonton film bioskop.
Tampaknya, telah menjadi gaya hidup baru bagi anak-anak kota besar masa
kini untuk hangout bersama teman-teman
sebaya mereka: pergi ke mal bersama-sama dan kemudian menonton film
bioskop bareng-bareng. Anak-anak kecil itu
(usia kelas 4 hingga 6 SD) mengadopsi gaya kakak-kakak mereka yang
remaja, pergi bersama-sama teman ke mal dan
bioskop tanpa pengawasan orangtua. Kalau toh ada yang mengantar
rombongan anak-anak itu, paling hanya satu atau
dua orangtua atau pengasuh saja. Banyak orangtua yang hanya mengantar
anak-anak itu ke mal dan kemudian nanti
menjemput lagi. Di satu sisi, tindakan semacam ini memang melatih
kemandirian anak. Ditambah lagi, anak-anak
memang perlu bersosialisasi sebanyak-banyaknya dengan teman-temannya
untuk mengasah kecerdasan sosialnya.
Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah orangtua mengontrol film yang
ditonton anak? Dalam pengamatan saya,
anak-anak banyak pergi berombongan menonton jika film bioskop yang
diputar adalah film populer yang sedang hangat
diperbincangkan. Misalnya saja Hulk, Spiderman, Batman, Superman, Harry
Potter, Kungfu Panda, dan lain-lain.
Masalahnya, tak semua film populer di kalangan anak-anak itu adalah film
yang aman. Bahkan, beberapa di antaranya
bahkan bukan film anak, tetapi film remaja atau dewasa. Namun, anak-anak
ini (dan juga orangtua mereka!) banyak
yang mengira bahwa film-film tentang tokoh jagoan atau superhero adalah
film anak, karena umumnya bercerita tentang

50
bagaimana sang tokoh jagoan tadi memberantas kejahatan – sebuah
tema yang dianggap sangat bagus.
Padahal, banyak dari film tadi dibumbui kekerasan yang berlebihan dan juga
umumnya dihiasi adegan dewasa
(umumnya adegan ciuman). Anak-anak banyak yang mengira bahwa itu
adalah tontonan untuk mereka, karena di
banyak media anak film-film itu juga dipromosikan gencar. Belum lagi,
berbarengan dengan penayangan filmnya, anakanak
juga ”diserbu” oleh berbagai merchandise di pasaran yang
terkait dengan film tersebut (ada boneka,
topi, poster, pin, tempat pensil, kartu, dan sebagainya). Saat film Batman The
Dark Knight kini hangat diperbincangkan,s
misalnya, banyak majalah anak mengulasnya dan memposisikannya seolah-
olah film tersebut adalah benar film anak.
Sebagai contoh, majalah anak XYKids pada bulan Juli menampilkan edisi
Batman. Di sampulnya tertulis kata-kata
”Edisi Khusus Batman: Komplet tentang Batman, musuhnya,
senjatanya, vehiches-nya, gebetannya, dsb”.
Artikel di dalamnya ditulis dengan gaya tulisan yang lebih pas untuk remaja,
bukan untuk anak, padahal jelas-jelas ini
adalah majalah anak. Promosi gencar sebuah film sangat potensial
mendorong anak untuk ikut menonton filmnya.
Apalagi, jika promosi gencar, banyak teman-teman yang menonton, maka
anak pun ingin menonton karena bagian dari
trend pergaulan –kalau nggak ikut nonton maka ngga gaul gitu loh...
*** Banyak orangtua yang tidak melakukan
kontrol lebih dahulu pada film yang akan ditonton anaknya. Mereka tidak
mencari tahu sebelumnya, bagaimana
persisnya film tersebut. Sekarang ini tampaknya menjadi keharusan bagi
orangtua untuk mencari informasi terlebih
dahulu tentang bagaimanakah film yang ditonton anak. Tidak lagi cukup
bahwa film itu dipromosikan di sana-sini

51
(termasuk di majalah khusus anak), tetapi seharusnya orangtua mencari
informasi sebanyak-banyaknya tentang sebuah
film sebelum memberi izin boleh tidaknya anak menonton. Orangtua
sepatutnya berpikir cukup dalam tentang
pemberian izin ini dengan mengaitkannya pada dua hal: usia anak dan
tampilan film. Film dengan materi dewasa yang
kental (misalnya kekerasan yang cukup banyak ditampilkan) tentu saja
sebaiknya tidak dibolehkan untuk ditonton anak
yang lebih kecil. Anak-anak kecil belum kritis menonton, belum dapat
membedakan realita dan fiksi, dan seringkali
merasa ketakutan akibat materi-materi menakutkan dalam film. Tambahan
lagi, setiap anak (bahkan hingga remaja
SMP) seharusnya didampingi saat menonton film-film yang banyak muatan
dewasanya semacam The Dark
Knight.Pendampingan diperlukan agar anak mendapat penjelasan dari apa
yang tampak di layar, karena banyak sekali
tampilan yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut bagi anak. Bagi anak
yang lebih kecil, pendampingan diperlukan
untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat kekejian yang tampil di layar. ***
Banyak sekali film yang
”menyerbu” anak kita (film bioskop maupun DVD). Banyak di
antaranya sebenarnya bukan merupakan film
anak, tetapi anak-anak kita ingin menontonnya dengan beragam alasan.
Selain diperlukan sikap kritis orangtua untuk
melihat setiap film sebelumnya, please, jangan ”melepas”
anak Anda menonton film hanya bersama
http://www.ummi-online.com/
http://www.ummi-online.com/ Powered by: Joomla! Generated: 19 October,
2009, 13:44
teman-teman sebayanya. Anda-lah, orangtuanya, yang seharusnya ada di
sisi anak saat ia menonton film tersebut. -----
------------
http://www.ummi-online.com/
52
http://www.ummi-online.com/ Powered by: Joomla! Generated: 19
October, 2009, 13:44

53

Anda mungkin juga menyukai