Anda di halaman 1dari 9

Senin, 16 Februari 2009

Kekerasan Geng Pelajar Wanita , Faktor Penyebab dan Penanganannya

Sungguh miris mendengar kaum intelektual


dan berwawasan berkelahi ibarat manusia purba yang
mempertahankan wilayah kekuasaannya. Inilah yang pantas
mencerminkan berita perkelahian pelajar wanita di Kupang yang
terjadi pada beberapa hari yang lalu. Perkelahian ini melibatkan 3
sekolah yang berbeda dan yang menyedihkan lagi adalah kejadian ini
sudah berulang-ulang terjadi di wilayah yang sama. Para oknum
pelajar wanita ini berdalih bahwa geng mereka dilecehkan dan mereka
ingin dihargai di wilayah kekuasaannya.

Begitu maraknya perkelahian antar geng baik pelajar pria maupun


wanita hingga menimbulkan pertanyaan besar di benakku : apakah
sekolah dan aparatnya sudah melakukan tugasnya dengan baik ?
Tidak juga. Karena apabila kepala sekolah , guru pembimbing, guru
pengajar dan keamanan sekolah serta didukung oleh murid-murid itu
sendiri dapat bersatu padu untuk menjauhkan kekerasan dari institusi
sekolah , maka hal ini dapatlah terjadi tanpa kesulitan yang berarti.
Dilematisnya , berita kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap
muridnya pun sedang marak di Indonesia. Coba saja baca beritanya
disini. Jadi, para aparat sekolah patut untuk disalahkan walaupun
perkelahian tersebut terjadi di luar sekolah. Selain sekolah , orangtua
sebagai contoh tingkah laku dasar bagi siswa dirumah pun patut untuk
dituding sebagai salah satu penyebab terjadinya kasus kekerasan yang
dilakukan oleh geng pelajar wanita ini. Kenapa ? karena apabila
orangtua telah menanamkan tingkah laku kasih dan sayang yang
tinggi dalam suatu rumah tangga , maka sang pelajar wanita tidak
akan bertingkah laku brutal seperti itu.

Jadi bagaimanakah menangani maraknya geng wanita serta eksistensi


kekerasan yang ada pada geng tersebut ? Tidaklah sulit apabila pihak
sekolah , orangtua dan kepolisian dapat menyatukan persepsi serta
bekerja sama dalam mengantisipasi timbulnya geng-geng pelajar
lainnya . Ada beberapa alternatif penanganan kasus ini diantaranya :

Pertama , Pihak sekolah mampu merubah sifat agresif serta radikal


yang ada dalam diri siswa menjadi suatu energi positif yang dapat
lebih konstruktif sifatnya. Sebagai contoh , sekolah dapat
menyediakan fasilitas-fasilitas yang berorientasi pada usaha
membangun karakter atau bakat siswa seperti kegiatan bela diri , olah
raga maupun kepemimpinan / diklat

Kedua , pihak orangtua dapat menunjukkan keperdulian mereka


terhadap perkembangan anaknya dengan memonitor kegiatan anak
secara reguler tanpa harus bersikap posesif ataupun otoritif. Mereka
dapat menanyakan prestasi ataupun kesulitan belajar anaknya secara
berkala seperti sekali sebulan. Ataupun sang orangtua dapat
menyempatkan diri untuk bersilahturahmi ke sekolah demi
membangun komunikasi yang baik dengan pihak sekolah.

Ketiga , pihak kepolisian dapat


berkerja sama dengan sekolah untuk mengadakan seminar rutin
tentang hukum buat siswa sehingga para siswa mampu menyadari
kesulitan yang akan mereka alami apabila mereka melakukan tindakan
kriminal dan berhadapan dengan hukum. Selain itu pihak kepolisian
dapat memberikan shock therapy bagi siswa yang nakal dan tak turut
peraturan sehingga siswa lain dapat belajar dari pengalaman pahit
tersebut.

terakhir, pihak pelajar lainnya yang mengetahui adanya geng


disekolah dapat memberikan info terbaru tentang siapa dan apa yang
telah dilakukan oleh geng pelajar wanita tersebut. Dengan begitu ,
pihak sekolah dan orangtua dapat memperoleh info terbaru tentang
permasalahan yang sedang dialami oleh pelajar tersebut serta
membubarkan geng pelajar tersebut dengan cepat.

Jadi , marilah kita sebagai insan yang perduli terhadap kemajuan


pendidikan negri ini dapat bersatu padu untuk mengantisipasi dan
mengeliminasi segala bentuk kekerasan yang ada baik disekolah
maupun di luar sekolah.

Diposkan oleh Joelouisrock di 11:00


Label: Berita Terkini
Penyalahgunaan OBAT TERLARANG Di Kalangan
REMAJA/PELAJAR
Pendahuluan.
Penyalahgunaan obat terlarang di kalangan remaja/pelajar merupakan
masalah yang kompleks. Kenapa? Oleh karena tidak saja menyangkut pada remaja
atau pelajar itu sendiri, tetapi juga melibatkan banyak pihak baik keluarga,
lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah, teman sebaya, tenaga kesehatan,
serta aparat hukum, baik sebagai faktor penyebab, pencetus ataupun yang
menanggulangi.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
puber. Pada masa inilah umumnya dikenal sebagai masa "pancaroba"
keadaan remaja penuh energi, serba ingin tahu, belum sepenuhnya memiliki
pertimbangan yang matang, mudah terombang-ambing, mudah terpengaruh, nekat
dan berani, emosi tinggi, selalu ingin coba dan tidak mau ketinggalan.
Pada masa-masa inilah mereka merupakan kelompok yang paling rawan berkaitan
dengan penyalahgunaan obat terlarang.

Pengetahuan mengenai bahaya obat terlarang ini hanyalah merupakan


salah satu segi yang perlu disampaikan agar mereka sadar akan dampaknya
terhadap kesehatannya bahkan ancaman terhadap kehidupannya. Kalau saja
semua perilaku pada masa remaja tersebut terarah dengan baik pada hal-hal
yang positif tentunya akan dihasilkan remaja/pelajar yang berprestasi sebagai
tumpuan masa depan, tetapi sebaliknya akan menghasilkan perilaku negatif
seperti kenakalan remaja, tindak kejahatan, rusaknya fisik dan mental yang
sangat merugikan dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya.

Definisi Obat Terlarang


Penyalahgunaan obat atau "drug abuse" berasal dari kata
"salah guna" atau "tidak tepat guna" merupakan suatu
penyelewengan penggunaan obat bukan untuk tujuan medis/pengobatan atau
tidak sesuai dengan indikasinya.

Dalam percakapan sehari-hari sering kita menggunakan kata narkotik


sebagai satu-satunya obat terlarang. Apakah memang demikian? Ternyata dari
istilah-istilah yang sedang populer sekarang seperti NAZA (Narkotika, Alkohol,
dan Zat Adiktif lainya) atau NARKOBA (Narkotika, Psikotropika, dan bahan
bahaya lainnya), maka obat terlarang itu juga mencakup psikotropika, alkohol,
tembakau, dan zat adiktif dan yang memabukkan lainnya. Obat-obat ini apabila
digunakan secara tidak benar akan menyebabkan perubahan pikiran, perasaaan,
dan tingkah laku pemakainya serta menyebabkan gangguan fisik dan psikis
dan kerusakkan susunan saraf pusat bahkan sampai menyebabkan kematian.

Secara farmakologik, obat-obatan ini dapat menyebabkan terjadinya


toleransi, depedensi atau ketergantungan berupa adiksi dan habituasi, intoksikasi
dan gejala putus obat (withdrawal syndrome).

Dalam bidang hukum juga sudah dikeluarkan dua undang-undang, yaitu:


UU Narkotika No. 22 Tahun 1997 dan UU Psikotropika No. 5 Tahun 1997. Dalam
undang-undang tersebut, narkotika dibedakan menjadi 3 golongan, masing-masing:
Narkotika golongan I (tidak digunakan untuk tujuan medis, seperti morfin,
heroin, kokain dan kanabis). Narkotika golongan II (digunakan untuk terapi
sebagai pilihan akhir karena adanya efek ketergantungan yang kuat, seperti
petidin, metadon), dan Narkotika golongan III (digunakan untuk terapi karena
efek ketergantungannya kecil, seperi kodein, doveri).

Sedangkan dalam UU Psikotropika didefinisikan sebagai zat atau obat


bukan narkotik tetapi berkhasiat psikoaktif berupa perubahan aktivitas
mental/tingkah laku melalui pengaruhnya pada susunan saraf pusat serta
dapat menyebabkan efek ketergantungan.

Psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu:


1. Psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan
potensi ketergantungan yang sangat kuat, contoh: LSD, MDMA dan
mascalin.
2. Psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan
ketergantungan
seperti amfetamin.
3. Psikotropika dari kelompok hipnotik sedatif, seperti barbiturat.
Efek ketergantungannya sedang.
4. Psikotropika yang efek ketergantungannya ringan, seperti diazepam,
nitrazepam.

Bahaya penggunaan obat terlarang.


Bahaya penggunaan obat terlarang ini dapat dibedakan menjadi bahaya
dari segi hukum dan bahaya dari segi kesehatan. Seperti diketahui dari
UU Narkotika dan UU Psikotropika maka semua orang yang terlibat dapat dikenai
sanksi berupa hukuman penjara, denda, bahkan sampai hukuman mati. Mereka
yang dapat dijerat hukum melalui undang-undang tersebut mencakup produsen,
penyalur dan pemakai dengan gradasi (tingkatan) hukuman dan denda yang
bervariasi. Bahkan orang-orang yang mempersulit penyelidikan pun dapat
dijerat hukum. Denda maksimal yang tercantum dalam undang-undang tersebut
adalah sebesar Rp750 juta, sedangkan hukuman maksimalnya adalah mati.
Bahaya dari segi kesehatan sangat berbeda, tergantung dari jenis
obat yang digunakan. Yang pasti semua obat terlarang itu menyebabkan adiksi
dan gejala putus obat apabila dihentikan pemakaiannya. Adiksi yang ditimbulkan
menyebabkan si pemakai menjadi ketagihan dan membutuhkan obat tersebut
terus-menerus. Ketergantungan ini mengganggu fisik dan psikisnya.

Intoksikasi timbul akibat dosis yang dipakai berlebihan sehingga


terjadi keracunan. Intoksikasi ini umumnya menyebabkan kematian. Gejala
putus obat (withdrawal syndrome) adalah, gejala-gejala yang timbul akibat
dihentikannya pemakaian obat terlarang tersebut. Dalam keadaan ini maka
fungsi normal tubuhnya menjadi terganggu seperti, berkeringat, nyeri seluruh
tubuh, demam, mual sampai muntah. Gejala ini akan menghilang kalau diberikan
lagi obat terlarang itu. Semakin lama gejala ini akan semakin hebat. Secara
farmakologik, maka efek yang ditimbulkan oleh obat terlarang itu dapat
dikelompokkan menjadi depresan, stimulan, dan halusinogen.

Dalam kelompok depresan, maka obat terlarang ini akan menyebabkan


depresi (menekan) aktivitas susunan saraf pusat. Pemakai akan menjadi tenang
pada awalnya, kemudian apatis, mengantuk dan tidak sadar diri. Semua gerak
refleks menurun, mata menjadi sayu, daya penilaian menurun, gangguan terhadap
sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah). Termasuk kelompok
depresan
ini ialah opioid seperti heroin, morfin dan turunannya, sedativa seperti
barbiturat dan diazepam, nitrazepam dan turunannya.

Kelompok stimulan merupakan obat terlarang yang dapat merangsang


fungsi tubuh. Pada awalnya pemakai akan merasa segar, penuh percaya diri,
kemudian berlanjut menjadi susah tidur, perilaku hiperaktif, agresif, denyut
jantung jadi cepat, dan mudah tersinggung. Termasuk dalam kelompok ini
contohnya adalah kokain, amfetamin, ekstasi, dan kafein.

Kelompok halusinogen merupakan kelompok obat yang menyebabkan adanya


penyimpangan persepsi termasuk halusinasi seperti mendengar suara atau
melihat sesuatu tanpa ada rangsang. Persepsi ini menjadi "aneh".
Termasuk dalam kelompok ini contohnya ialah LSD, meskalin, mariyunana/ganja.
Pemakai menjadi curiga berlebihan, mata menjadi merah dan agresif serta
disorientasi.

Cara-cara pemakaian obat tersebut di atas juga sangat bervariasi,


dari secara oral sampai suntikan. Menyangkut cara penyuntikan, maka bahaya
yang timbul adalah kemungkinan terjadinya infeksi pada tempat suntik,
tertularnya
radang hati (hepatitis virus B) dan HIV/AIDS. Sedangkan cara pemakaian
yang dihirup melalui hidung dapat menyebabkan pendarahan di hidung (epistakis).
Di samping obat-obat terlarang tersebut di atas, juga pemakaian tembakau
dan alkohol sangat berbahaya bagi kalangan remaja/pelajar. Tembakau yang
dihisap sebagai rokok, dari penelitian ilmiah ternyata mengandung bahan
aktif lebih dari 3000 macam, termasuk nikotin, tar, CO2, CO, hidrogen sianida
dan tembaga. Seorang perokok akan dihadapkan pada resiko rusaknya jaringan
paru-paru, sesak napas, kanker paru dan penyakit jantung koroner. Pada
intoksikasi akut dapat menyebabkan kematian. Sekarang sudah banyak negara
melarang pemakaian tembakau di depan umum dan dalam setiap bungkus rokok
tercantum bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh rokok.

Alkohol merupakan zat yang mengandung etanol dengan fungsi menekan


sistem susunan saraf pusat. Dosis rendah memang membuat tubuh menjadi segar
karena bersifat merangsang. Namun pada dosis lebih besar akan timbul berbagai
macam gangguan berupa rusaknya jaringan otak, gangguan daya ingat, gangguan
jiwa, mudah tersinggung, menurunnya koordinasi otot (jalan jadi sempoyongan),
reaksi refleks menurun, kelumpuhan bahkan menyebabkan kematian.

Jadi terlihat jelas bahwa semua obat terlarang ini lebih banyak mudaratnya
(ruginya) dari pada manfaatnya, karena itu harus dijauhi oleh para remaja/pelajar.

Upaya pencegahan.
Moto bahwa, "Pencegahan lebih baik dari mengobati", akan
benar-benar terbukti dalam kasus pemakaian obat-obat terlarang. Mereka
yang sudah terjerumus sampai menimbulkan ketergantungan akan lebih sulit
ditangani dan sukar diberikan pengarahan. Umumnya sukar untuk menghentikan
pemakaian obat. Jalan satu-satunya adalah perawatan di RSKO (Rumah Sakit
Ketergantungan Obat) dengan diusahakan pengurangan dosis sedikit demi sedikit
sampai akhirnya pemakaiannya berhenti sama sekali.

Tentunya biaya perawatan ini sangat mahal sekali. Dalam hal ini maka
usaha pencegahan menjadi sangat penting sekali. Usaha pencegahan yang dikenal
dengan "prevensi primer", yaitu pencegahan yang dilakukan pada
saat penyalahgunaan belum terjadi. Usaha ini antara lain:

1. Pembinaan kehidupan beragama, baik di sekolah, keluarga dan lingkungan.


2. Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dengan orang tua dan
guru serta lingkungannya.
3. Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik dalam
penyaluran energi remaja yang tinggi seperti berolahraga.
4. Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik di
sekolah maupun di rumah dan lingkungan sekitar.
5. Mengetahui secara pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal
pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang.
6. Saling menghargai sesama remaja (peer group) dan anggota keluarga.
7. Penyelesaian berbagai masalah di kalangan remaja/pelajar secara
positif dan konstruktif.

Dengan berbagai usaha tersebut semoga kalangan remaja/pelajar dapat


terhindar dari penyalahgunaan obat terlarang. Masa remaja akan dapat dijalani
dengan baik serta membuahkan masa dewasa yang sehat dan bertanggung jawab.

Penanggulangan Narkoba
Oleh: AsianBrain.com Content Team

Mengingat sudah menjamurnya pengaruh Narkoba diberbagai kalangan maka


Penanggulangan Narkoba sangatlah penting, guna untuk menjaga generasi penerus
bangsa.

Cara terbaik untuk mencegah kecanduan terhadap Narkoba adalah dengan tidak
mengkonsumsi kembali obat-obat terlarang, nah perlunya pihak dokter, layanan
masyarakat, keluarga memberikan penjelasan secara detail efek dari obat terlarang dalam
dosis berlebih terhadap tubuh kita. Nah apabila Anda perlu mengambil lebih banyak
dosis diluar yang telah dianjurkan karena penyakit kambuh kembali, sebaiknya
konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter Anda.

Orang tua dapat mengambil langkah-langkah berikut dalam membantu


Penanggulangan Narkoba khusus bagi anaknya :

• Komunikasi, sering berbicara antar orang tua dan anak, dengan memberikan
informasi tentang resiko penggunaan dan penyalahgunaan Narkoba atau obat-obat
terlarang.
• Dengarkan, Jadilah pendengar yang baik bagi orang tua bila anak-anak sedang
berbicara mengenai tekanan antar sebaya mereka, maka anak akan mendukung
dalam penolakan terhadap Narkoba.
• Jadilah Contoh Yang baik, mencontohkan pengaruh buruk terhadap anak,
khususnya ketergantungan kepada obat terlarang, akan berdampak sangat buruk
bagi perkembangan hidupnya, dan efeknya akan lebih cepat untuk kecanduan
Narkoba.
• Jagalah keharmonisan keluarga, memperkuat hubungan dalam keluarga itu
sangat diperlukan, karena bila anak dikucilkan dalam keluarga, maka dia akan
merasa asing, sendirian dan biasanya obat terlaranglah sebagai penghilang rasa
sakit yang diderita oleh si anak.

Tujuan dari program terapi kecanduan obat pada umumnya adalah agar si pasien berhenti
menggunakan obat-obat terlarang secepat dan se aman mungkin, cara penanggulangan
Detoxification secara bertahap akan mengurangi dosis obat atau zat kimia seperti
methadone yang memiliki efek samping yang tidak terlalu parah bagi tubuh. Untuk
beberapa orang, mungkin lebih aman bila menjalani proses program Rehabilitasi rawat
jalan.
Beberapa bentuk penanggulanan Narkoba tambahan setelah Detoxification :

• Konseling , pasien atau keluarga melakukan konsultasi kepada psikolog, atau


psikiater, nah kegiatan ini dapat membantu si pasien terhindar dari kecanduan
obat-obatan, kebiasaan atau prilaku terapi yang dijalankan akan membantu si
pasien apabila terjadi kambuh atau penarikan kembali terhadap obat-obatan.
• Program Perawatan, program perawatan ini termasuk pendidikan umum dan
sesi terapi yang difokuskan pada pembentukan ketenangan dan pencegahan
kecanduan kembali.
• Self help groups meeting, seperti pertemuan kelompok khusus untuk
ketergantungan obat Narkoba tingkat satu. Dengan sharing secara personal
permasalahan yang terjadi dapat meningkatkan harga diri dari si pasien, sehingga
dapat mencegah dari kecanduan Narkoba.

Peer Education atau Pendidikan di kalangan anak muda, telah menjadi populer di
berbagai Negara sebagai metode pendidikan dan pencegahan narkoba bagi anak muda.
Program ini beroperasi pada prinsip bahwa anak muda yang lebih mungkin untuk bisa
menyebarkan informasi serta pendekatan lainnya dikalangan kaum muda lainnya.
Pendidik dalam program ini, melatih khusus agar informasi positif bisa menyebar secara
luas di lingkungan anak-anak muda.

Manfaat dari program ini secara luas berdampak positif dalam hal pengetahuan,
keterampilan, pengembangan diri, sikap dan keyak

Anda mungkin juga menyukai