Anda di halaman 1dari 15

PERDARAHAN PADA KEHAMLAN

TRIMESTER III

MAKALAH

Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Obstetri
Semester II Tahun Ajaran 2007/2008

Oleh :
1. Eka setiawati (B0007010)
2. Erlina Mustika F (B0007012)
3. Moizahtul Khasana (B0007027)
4. Rr. Ayu (B0007040)
5. Siti Nurhidayati (B0007043)

YAYASAN PENDIDIKAN TRI SANJA HUSADA


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA
SLAWI
2008
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji stukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa telah memberikan rahmat dan nikmatnya diataranya nimat iman dan
islam serta kesehatan sehingga karna nikmat yang telah diberikanya saya selaku
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Sholawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada junjungan alam


baginda rosul pahlawan revolusi dunia nabi akhir jaman,nabi besar nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita selaku umatnya dari jaman
pembodohan jaman keterbelakangan sampai jaman tekhnologi seperti sekararang
ini.

Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih


untuk meningkatkan pengetahuan bagi pembaca tentang Perdarahan Pada
Kehamilan Trimester III

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….


KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………
A. Latar Belakang ……………………………………………....
B. Tujuan Penulisan ……………………………………………
C. Manfaat Penulisan ………………………………………….
BAB II ISI ………………………………………………………………
A. Definisi dan Klasifikasi Perdarahan Antepartum ………….
B. Penyebab Perdarahan Antepartum ………………………..
1. Kelainan Plasenta ……………………………………..
2. Kelainan Serviks dan Vagina …………………………
C. Penanganan Perdarahan Antepartum ………………………
BAB III PENUTUP ……………………………………………………. .
A. Kesimpulan …………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perdarahan pada kehamilan Trimester III merupakan perdarahan yang
terjadi pada ibu hamil dengan perdarahan antepartum. Perdarahan pada
kehamilan selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan
antepartum sering terjadi pada kehamilan tua.

B. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui penyebab
dan bahaya pada perdarahan Trimester III bagi ibu dan janinnya.

C. Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat yang diperoleh dengan mempelajari tentang perdarahan
Trimester III, yaitu penulis dapat mengetahui pencegahan dan
penanggulangan perdarahan, selain itu penulis dapat mengetahui bahaya dan
resikonya pada ibu dan janin.

4
BAB II
ISI

IBU HAMIL dengan PERDARAHAN


ANTEPARTUM

A. Definisi dan Klasifikasi


Perdarahan antepartum merupakan perdarahan yang terjadi pada ibu
hamil dengan kehamilan tua.
Abortus merupakan perdarahan pada kehamilan muda.
HAP (Haemorraghic Ante Partum) biasanya :
3% dari persalinan
28,3% kematian perinatal

Pedarahan antepartum biasanya di batasi pada perdarahan jalan lahir


setelah kehamilan 28 Minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi
pada kehamilan sebelum 28 Minggu. Perdarahan setelah kehamilan 28
Minggu biasanya lebih banyak & lebih berbahaya dari pada sebelum
kehamilan 28 Minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan berbeda.
Kehamilan < 28 Minggu → Abortus
> 28 Minggu → Perdarahan antepartum

B. Patofisiologi
Penyebab perdarahan antepartum
1. Kelainan Plasenta
2. Kelainan Serviks
3. Kelainan Vagina

5
1. Kelainan Plasenta
a. Plasenta Previa :
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir.
Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uterus.

Klasifikasi
Plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.

Jenis plasenta previa:


 Plasenta previa totalis : seluruh pembukaan jalan lahir
tertutup plasenta.
 Plasenta previa lateralis/parsialis : sebagian pembukaan
jalan lahir tertutup plasenta.
 Plasenta previa marginalis : pinggir plasenta berada tepat
pada pinggir pembukaan.
 Plasenta letak rendah : plasenta yang letaknya abnormal
pada segmen bawah uterus, tapi belum sampai menutupi pembukaan
jalan lahir.
Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir
pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
Karena klasifikasi tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan
fisiologis, maka klasifikasi akan berubah setiap waktu.

Frekuensi
Plasenta previa terjadi kira-kira 1 diantara 200 persalinan.

Etiologi

6
Plasenta previa pada primigravida yang berumur > 35 Th , 10 kali lebih
sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur < 25 Th.
Gambaran klinik
 HAP tanpa nyeri & perdarahan tanpa alasan
 Darah berwarna merah segar
 Bagian terbawah janin belum masuk PAP
 Kelainan letak janin
Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa alasan, maka
sesegera mungkin pasien datang ke Rumah Sakit untuk mendapatkan
pertolongan.

Penentuan letak plasenta previa


o Penentuan letak plasenta secara langsung .
Perabaan fornises / melalui kanalis servikalis, berbahaya karena dapat
menimbulkan perdarahan banyak.
o Penentuan letak plasenta tidak langsung.
USG adalah cara yang sangat tepat, karena tidak menimbulkan bahaya
radiasi bagi ibu dan janinnya & tidak menimbulkan rasa nyeri.
o Diagnosis
Setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa
penyebabnya ialah plasenta previa, solusio plasenta dll.
o Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 28 Minggu berlangsung
tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyak
perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari
pemeriksaan hematokrit.
o Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk PAP, apabila presentasi
kepala biasanya kepala masih terapung diatas PAP & sukar didorong
ke dalam PAP.
o Pemeriksaan inspekulo

7
Bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan serviks & vagina, seperti erosio
porsionis uteri, karsinoma porsio uteri, polipus serviks uteri, varises
vulva & trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum harus dicurigai plasenta previa.

Penanganan
o Prinsip dasar penanganan
Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke
Rumah Sakit yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah
& operasi.
o Penanganan pasif
 Jika perdarahan diperkirakan tidak membahayakan
 Janin masih premature dan masih hidup
 Umur kehamilan kurang dari 37 Minggu
 Tafsiran berat janin belum sampai 2500 gram
 Tanda persalinan belum mulai dapat dibenarkan untuk
menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan
lebih baik.
 Tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam (VT)
 Tangani anemia
 Untuk menilai banyaknya perdarahan harus lebih
didasarkan pada pemeriksaan hemoglobin & hematokrit secara
berkala, dari pada memperkirakan banyaknya darah yang hilang
pervaginam.
Tujuan penanganan pasif : Pada kasus tertentu sangat bermanfaat
untuk mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat
prematuritas. Pada penanganan pasif ini tidak akan berhasil untuk
angka kematian perinatal pada kasus plasenta previa sentralis.
o Penanganan aktif
 Perdarahan di nilai membahayakan

8
 Terjadi pada kehamilan lebih dari 37 Minggu
 Tafsiran berat janin lebih dari 2500 gram tanda persalinan
sudah mulai
 Pemeriksaan dalam boleh dilakukan di meja operasi.
Terdapat 2 pilihan cara persalinan :
 Persalinan pervaginam
Bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta & bagian
plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung. Sehingga
perdarahan berhenti.
Dilakukan dengan cara :
1. Pemecahan selaput ketuban karena
- Bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian
plasenta yang berdarah
- Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti
regangan segmen bawah uterus sehingga pelepasan plasenta
dapat dihindari
2. Pemasangan Cunam Willett dan versi Braxton Hiks
 Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.

Prognosis
Pada plasenta previa dengan penanggulangan yang baik maka kematian
ibu rendah sekali,tapi jika keadaan janin buruk menyebabkan kematian
perinatal prematuritas.

b. Solusio Plasenta
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta yang letaknya normal
pada korpus uteri sebelum janin lahir.
Solusio plasenta dibagi dalam 3 macam :

9
1. Solusio plasenta totalis : plasenta lepas seluruhnya
2. Solusio plasenta parsialis : plasenta lepas sebagian
3. Solusio plasenta ringan / ruptura sinus marginalis : Plasenta lepas
pinggirnya (sedikit).
Penyebab solusio placenta belum diketahui.

Faktor predisposisi
1. Umur ibu tua
2. Multiparitas
3. Hipertensi kronis
4. Pre eklamsi
5. Trauma
6. Tali pusat pendek
7. Tekanan vena cava inferior
8. Defisiensi asam folik

Manifestasi klinis :
 Solusio plasenta ringan
Terjadi ruptura sinus marginalis / sebagian kecil plasenta yang
lepas, perdarahan sedikit / terjadi bisa pervaginam dan berwarna
kehitaman, perut agak sakit atau tegang, bagian janin masih mudah
diraba.
 Solusio plasenta sedang
Terjadi pelepasan plasenta lebih dari 1/4 bagian atau kurang dari 2/3
bagian, sakit perut berlebihan, perdarahan pervaginam, dinding uterus
tegang dan nyeri tekan sehingga janin sukar diraba, ibu syok dan
gawat janin, kelainan pembekuan darah & ginjal.
 Solusio plasenta berat
Plasenta lepas lebih dari 2/3 bagian, terjadi tiba-tiba, ibu syok dan
janin sudah meninggal, terjadi perdarahan pervaginam, kelainan
pembekuan darah & payah ginjal.

10
Gejala solusio plasenta
 Jika darah masih sedikit maka tidak selalu terjadi perdarahan
pervaginam.
 Gejala awal :
- nyeri abdomen
- uterus tegang
- nyeri tekan uterus
 Darah berwarna kehitaman
 Perdarahan banyak sehingga terjadi syok & janin sudah
meninggal

Komplikasi
 Perharahan sehingga terjadi syok hipovolemik
 Kelainan pembekuan darah
 Oliguria sampai dengan payah ginjal
 Gawat janin sampai menyebabkan kematian janin

Penanganan
 ANC
- Harus waspada jika ada factor presdiposisi maka harus
ditangani dengan segera
- Kelainan letak janin
- Bagian bawah janin belum masuk PAP maka harus
dicurigai terjadi plasenta previa sehingga segera di lakukan
pemeriksaan dengan USG
- Tangani anemia
- Pemeriksaan golongan darah ibu & calon donor
- ANC & persalinan harus dilaksanakan di Rumah sakit
 Pertolongan pertama

11
- Pada setiap perdarahan lebih dari normal sebelum persalinan harus
dianggap HAP apapun penyebabnya
- Harus dibawa ke rumah sakit yang memiliki sarana operasi dan
tranfusi darah
- Periksa dalam (VT) menyebabkan banyak perdarahan sehingga tidak
boleh dilakukan diluar kamar operasi
- Tampon vagina tidak berguna karena berbahaya
- Pasang infus sebelum syok
- Penyediaan darah segera

Penanganan
o Solusio plasenta ringan
 Pada kehamilan kurang dari 37 Minggu jika
perdarahan berhenti, nyeri abdomen berkurang, uterus tidak
tegang, maka pasien boleh pulang.
Tapi jika perdarahan bertambah lagi & tanda-tanda solusio
plasenta berlebihan maka akhiri kehamilannya.
 Pada kehamilan lebih dari 37 Minggu dengan
mengakhiri kehamilan.
o Solusio plasenta sedang dan berat
 Sediakan /pasang tranfusi darah
 Memecahkan ketuban dapat dilakukan persalinan
pervaginam lebih 6 jam, setelah solusio plasenta maka harus
dilakukan seksio sesarea.
 Sediakan/beri infus oksitosin
 Penanganan komplikasi

Prognosis
Pada solusio plasenta prognosis tergantung luas plasenta yang lepas,
banyaknya perdarahan, cepatnya penanganan yang ditunjukan oleh ibu.

12
Untuk solusio plasenta berat 100% kematian pada janin.
Untuk solusio plasenta ringan dan sedang tergantung pada luas plasenta
yang lepas, usia kehamilan yang ditunjukan untuk janin.

Kelainan insersi tali pusat


Insersi tali pusat normal yaitu bagian tengah
Abnormal :
o Insersi dipinggir
o Insersi lapisan amnion/korion (pembungkus ketuban)
yaitu insersi velamentosa
o Pembuluh-pembuluh darah berjalan melalui pembukaan
serviks uteri pada persalinan saat vasa previa.

HAP
Sesudah ketuban pecah harus dilakukan test antepartum
Terminasi kehamilan & dilakukan persalinan selekas mungkin.

2. Kelainan serviks dan vagina


 Erosio porsionis uteri
 Karsinoma porsionis uteri
 Polipus servisis uteri
 Varises vulvae
 trauma

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28
Minggu.
2. Abortus merupakan pandarahan kurang dari 28 Minggu.
3. Penyebab perdarahan antepartum
a. Kelainan plasenta
- Plasenta previa
- Solusio previa
- Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya
b. Kelainan serviks & vagina
- Erosio porsionis uteri
- Karsionamia porsionis uteri
- Polipus servisis uteri
- Varises vulvae
- Trauma

B. Saran
Jika terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga kesehata harus melakukan
penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah
sakit yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawiraharjo, Hanifa Wiknjosastro.2002.Ilmu


Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina pustaka

Mochtar,Rustam.1998.Sinopsis Obstetri.Jakarta:EGC

www.google.com

15

Anda mungkin juga menyukai