Anda di halaman 1dari 10

UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA ISOLAT JAMUR ENDOFIT ANTAGONISTIK DALAM

MENINGKATKAN KETAHANAN INDUKSI BEBERAPA KLON VANILI TERHADAP PENYAKIT


BUSUK BATANG

I Made Sudantha*) dan Abdul Latief Abadi**)


*)
PS. Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Mataram
**)
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas isolat jamur endofit antagonistik dalam mengendalikan
penyakit busuk batang vanili dan meningkatkan ketahanan induksi beberapa klon vanili terhadap penyakit busuk batang.
Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilaksanakan di rumah plastik. Penelitian menggunakan rancangan
acak lengkap dengan percobaan faktorial terdiri dari dua faktor, yaitu isolat jamur endofit antagonistic terdiri atas 8 aras
dan klon vanili terdiri atas dua aras. Perlakuan merupakan kombinasi dari faktor jamur endofit antagonistik dan klon
vanili yang masing-masing diulang tiga kali. Variabel yang diamati adalah masa inkubasi penyakit busuk batang,
persentase panjang pembusukan pada batang dan panjang tunas daun/sulur. Data hasil pengamatan dianalisis
menggunakan analisis keragaman pada taraf nyata 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan isolat
jamur endofit Trichoderma sp. isolat ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride), ENDO-02 batang Timbenuh (T.
koningii), ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum), ENDO-05 batang Selebung (T. pseudokoningii), ENDO-
06 batang Celelos (T. viride), dan jamur endofit Rhizoctonia spp. isolat ENDO-07 batang Timbenuh dan ENDO-08
batang Selebung, efektif mengendalikan penyakit busuk batang, sehingga menyebabkan bibit vanili tidak terinfeksi oleh
penyakit busuk batang. Selain itu perlakuan tersebut dapat meningkatkan ketahanan induksi bibit vanili klon Timbenuh
NTB dan klon Malang Jawa Timur menjadi sangat tahan terhadap penyakit busuk batang, dan menyebabkan tunas
daun/sulur menjadi lebih panjang.
Kata kunci : endofit, antagonistik, isolat, induksi, vanili

PENDAHULUAN

Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae merupakan kendala utama dalam pengembangan tanaman
vanili. Jamur ini menyerang semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun dan buah. Infeksi oleh
jamur ini kebanyakan dimulai dari stek tanaman karena jamur sudah terlanjur ada di dalam tanah dan
dilanjutkan menyerang pada akar dan batang. Sedangkan serangan pada daun dan buah bersumber dari
percikan air atau peralatan yang sudah terinfeksi (Semangun, 1991).
Pada tanaman dewasa tingkat kematian akibat serangan jamur ini mencapai 50-100%,
memperpendek umur produksi dari 10 kali panen menjadi dua kali bahkan tidak dapat berproduksi
(Hadisutrisno, 2005). Selain itu, menyebabkan produktivitas tanaman vanili menjadi rendah yaitu berkisar
antara 0,2-0,5 kg polong kering per pohon, padahal potensinya dapat mencapai 1,0-1,5 kg polong kering per
pohon (Ruhnayat, 2004). Menurut Hadisutrisno (dalam Redaksi Trubus, 2004); 7-32% bibit yang berasal
dari stek terkontaminasi oleh jamur ini, walaupun tanaman induknya tidak menunjukkan gejala serangan.
Sampai saat ini penyakit busuk batang vanili merupakan salah satu penyakit pada tanaman vanili
yang sulit dikendalikan, karena jamur F. oxysporum f. sp. vanillae memiliki struktur bertahan berupa
klamidospora yang dapat bertahan dalam tanah sebagai saprofit dalam waktu relatif lama sekitar tiga sampai
empat tahun walau tanpa tanaman inang (Sukamto dan Tombe, 1995; Nurawan et al., 1995). Selain itu
menurut Hadisutrisno (2005), sulitnya pengendalian penyakit ini disebabkan karena penularannya melalui
stek yang sudah terinfeksi, sehingga penyebarannya menjadi cepat dan meluas. Ruhnayat (2004) mengatakan
bahwa sampai saat ini belum ditemukan klon vanili yang tahan atau toleran terhadap penyakit ini.
Dari hasil uji patogenisitas tiga isolat jamur F. oxysporum f. sp vanillae yang diisolasi dari kebun
vanili Timbenuh, Selebung dan Celelos, ternyata ketiganya menyebabkan infeksi pada klon vanili lokal NTB
dan introduksi dari Pulau Jawa, yaitu pada klon Timbenuh NTB, Selebung NTB, klon Ungaran Jawa Tengah
dan klon Sumedang Jawa Barat menunjukkan reaksi peka, sedang klon Celelos NTB dan Malang Jawa Timur
menunjukkan reaksi agak tahan (Sudantha dan Abadi, 2006).
Pengendalian penyakit busuk batang yang paling banyak dilakukan saat ini adalah penggunaan
fungusida melalui perlakuan stek dan penyemprotan pada tanaman. Namun aplikasi fungisida seringkali
gagal menghadapi serangan jamur F. oxysporum yang berat (Ruhnayat, 2004). Salah satu alternatif
pengendalian adalah secara hayati menggunakan jamur endofit yang bersifat antagonistik untuk
meningkatkan ketahanan induksi terhadap penyakit busuk batang.
Ketahanan induksi merupakan ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen karena tanaman telah
terinfeksi oleh mikroorganisme lain sebelumnya, baik dari jenis yang sama maupun dari jenis lain (Abadi,
2003). Jamur endofit adalah jamur yang hidup di dalam jaringan tanaman sehat tanpa menyebabkan gejala
atau kerusakan pada tanaman inang (Petrini dan Petrini, 1985 dalam Davis et al., 2003). Keuntungan dengan
adanya jamur endofit pada tanaman inang adalah meningkatnya toleransi terhadap logam berat,
meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, menekan serangan hama, resistensi sistemik terhadap patogen
(Saikkonen et al., 1998 dalam Arnold et al., 2003).
Berdasarkan hasil isolasi pada jaringan tanaman vanili sehat di kebun vanili Timbenuh Lombok
Timur, kebun Selebung Lombok Tengah dan kebun Celelos Lombok Barat NTB ditemukan 16 isolat jamur
endofit yang bersifat antagonistik terhadap jamur F. oxysprorum f. sp. vanillae secara in-vitro. Dari 16 isolat
jamur endofit tersebut ada tujuh isolat efektif menekan pertumbuhan jamur F. oxysprorum f. sp. vanillae,
yaitu Trichoderma sp. ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride), Trichoderma sp. ENDO-02 batang
Timbenuh (T. koningii), Trichoderma sp. ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum), Trichoderma sp.
ENDO-05 batang Selebung (T. pseudokoningii), Trichoderma sp. ENDO-06 batang Celelos (T. viride),
Rhizoctonia sp. ENDO-07 batang Timbenuh, dan Rhizoctonia sp. ENDO-08 batang Selebung (Sudantha
dan Abadi, 2006).
Mekanisme antagonisme jamur endofit Trichoderma spp. dan Rhizoctonia spp. terhadap jamur F.
oxysporum f. sp. vanillae dengan cara fisik (kompetisi ruang dan mikoparasit) dan mengeluarkan antibiotik
yang didifusikan ke dalam medium agar. (Sudantha dan Abadi, 2006). Petrini (1993) melaporkan bahwa
jamur endofit menghasilkan alkaloid dan mikotoksin sehingga memungkinkan digunakan untuk
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Menurut Dahlam et al. (1991), dan Brunner dan Petrini
(1992), jamur endofit menghasilkan senyawa aktif biologis secara in-vitro antara lain alkaloid, paxillin,
lolitrems dan tetranone steroid. Selain itu menurut Photita (2003 dalam Lumyong et al., 2004), jamur endofit
antagonis mempunyai aktivitas tinggi dalam menghasilkan enzim yang dapat digunakan untuk
mengendalikan patogen. Jamur endofit Neotyphodium sp. menghasilkan enzim β-1,6-glucanase yang
menyerupai enzim yang sama yang dihasilkan oleh jamur T. harzianum dan T. virens (Moy et al., 2002).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan uji efektivitas jamur endofit antagonistik dalam
meningkatkan ketahanan induksi beberapa klon vanili terhadap penyakit busuk batang dengan tujuan untuk
mengetahui efektivitas jamur endofit antagonistik dalam mengendalikan penyakit busuk batang vanili dan
meningkatkan ketahanan induksi beberapa klon vanili terhadap penyakit busuk batang.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilaksanakan di rumah plastik Fakultas


Pertanian Universitas Mataram.

a. Rancangan Percobaan
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan percobaan faktorial yang terdiri dari
dua faktor, yaitu:
Faktor jenis jamur endofit antagonistik (E) yang terdiri atas delapan aras, yaitu:
e1 = dengan jamur endofit Trichoderma sp. ENDO-01 akar Timbenuh
e2 = dengan jamur endofit Trichoderma sp. ENDO-02 batang Timbenuh
e3 = dengan jamur endofit Trichoderma sp. ENDO-03 buah Timbenuh
e4 = dengan jamur endofit Trichoderma sp. ENDO-05 batang Selebung
e5 = dengan jamur endofit Trichoderma sp. ENDO-06 batang Celelos
e6 = dengan jamur endofit Rhizoctonia sp. ENDO-07 batang Timbenuh
e7 = dengan jamur endofit Rhizoctonia sp. ENDO-08 batang Selebung
e8 = tanpa jamur endofit antagonistik
Faktor klon vanili (K) yang terdiri atas dua aras, yaitu:
a1 = klon vanili Timbenuh NTB (reaksi peka terhadap penyakit busuk batang)
a2 = klon vali Malang Jawa Timur (reaksi agak tahan terhadap penyakit busuk batang)
Perlakuan merupakan kombinasi dari faktor jamur endofit antagonistik dan klon vanili yang masing-
masing diulang tiga kali, sehingga terdapat 48 unit percobaan.
b. Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan
Semua isolat jamur endofit antagonistik dan jamur F. oxysporum f.sp. vanillae terlebih dahulu
dimurnikan, kemudian diperbanyak pada medium PDA dan medium seresah daun kopi (Sudantha dan Abadi,
2007).
Stek vanili klon Timbenuh dan klon Malang dipotong sepanjang empat buku atau sepanjang 40 cm,
diambil dari sulur yang belum pernah berbunga dan dari pohon yang pernah berbuah dan mempunyai ruas
yang pendek. Sebelum disemai, stek dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan lendir yang terdapat
pada ujung-ujung stek dan kotoran yang menempel.
Medium yang digunakan untuk menanam stek vanili adalah tanah, arang sekam, pupuk kandang kuda
dan pasir yang sudah disterilkan dengan perbandingan 1 : 1 : 1 : 1 (v/v) yang dimasukkan dalam polybag
berukuran 15 x 35 cm. Pangkal Stek vanili yang telah disiapkan direndam dalam suspensi jamur endofit
(kerapatan konidia 10 7/ml) selama 30 menit. Selanjutnya ditanam dalam polybag dengan kemiringan antar
20 – 30° untuk memudahkan perambatan sulur vanili pada ajir. Setelah satu minggu diinokulasi dengan
suspensi spora jamur F. oxysporum f.sp. vanillae sebanyak 25 ml suspensi (kerapatan konidia 10 7/ml).

c. Pengamatan Variabel
Variabel yang diamati adalah:
1. Masa inkubasi, pengamatan dilakukan setiap hari sampai timbulnya gejala pertama.
2. Panjang pembusukan pada batang, pengamatan dilakukan sampai dengan umur delapan minggu setelah
inokulasi patogen. Untuk menilai tingkat ketahanan induksi bibit vanili terhadap penyakit busuk batang
maka dibuat kriteria reaksi ketahanan seperti yang tampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Reaksi Ketahanan Induksi Bibit Vanili Terhadap Penyakit Busuk Batang yang Disebabkan oleh
Jamur F. oxysporum f. sp. vanillae Berdasarkan Persentase Panjang Pembusukan pada Batang
No. Persentase panjang pembusukan pada batang (P) Reaksi ketahanan
1 Tidak terinfeksi Sangat Tahan
2 1% < P ≤ 10% Tahan
3 11% < P ≤ 30% Agak Tahan
4 31% < P ≤ 60% Agak Peka
5 61% < P ≤ 80% Peka
6 81% < P ≤ 100% Sangat Peka

3. Panjang tunas daun/sulur, pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang tunas daun/sulur sampai
dengan umur delapan minggu setelah patogen.

4. Pertumbuhan miselium jamur endofit antagonistik dalam tanaman diamati dengan cara memotong
bagian-bagian tanaman (akar, pangkal batang dan daun), difiksasi, kemudian direndam dalam pewarna
jaringan tanaman (lactophenol cotton blue) serta diamati dengan bantuan mikroskop. Pengamatan
dilakukan sampai dengan umur delapan minggu setelah inokulasi jamur F. oxysporum f.sp. vanillae,
secara destruktif. Pengamatan meliputi lokasi keberadaan jamur endofit dalam jaringan akar, batang dan
daun.
Data hasil pengamatan akan dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Keragaman pada taraf
nyata 0,05 dan apabila antar perlakuan ada yang berbeda nyata (signifikan) maka dilanjutkan dengan Uji
Beda Nyata Jujur pada taraf nyata yang sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor jamur endofit antagonistik dan klon vanili serta
interaksinya menunjukkan beda nyata terhadap masa inkubasi penyakit busuk batang vanili, persentase
panjang pembusukan pada batang yang terinfeksi penyakit busuk batang, dan panjang tunas daun/sulur. Hasil
uji lanjut ketiga variabel tersebut disajikan pada Tabel 2, 3 dan 4.
Tabel 2. Hasil Uji Lanjut Masa Inkubasi Penyakit Busuk Batang Vanili Sampai Umur Delapan Minggu Setelah
Inokulasi Patogen Sebagai Interaksi Penggunaan Beberapa Jamur Endofit dan Klon Vanili
Masa inkubasi (hari)
Klon vanili
No. Jenis jamur endofit
Klon Timbenuh Klon Malang
NTB Jawa Timur
1 Trichoderma sp. ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride) 0,000 a*) 0,000 a
A**) A
2 Trichoderma sp. ENDO-02 batang Timbenuh (T. koningii) 0,000 a 0,000 a
A A
3 Trichoderma sp. ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum) 0,000 a 0,000 a
A A
4 Trichoderma sp. ENDO-05 batang Selebung (T. pseudokoningii) 0,000 a 0,000 a
A A
5 Trichoderma sp. ENDO-06 batang Celelos (T. viride) 0,000 a 0,000 a
A A
6 Rhizoctonia sp. ENDO-07 batangTimbenuh 0,000 a 0,000 a
A A
7 Rhizoctonia sp. ENDO-08 batang Selebung 0,000 a 0,000 a
A A
8 Kontrol (tanpa endofit) 8,000 a 7,667 a
B B
Ket : data 0 artinya bibit vanili tidak terinfeksi penyakit busuk batang sampai berumur delapan minggu setelah
inokulasi patogen (pada analisis keragaman data ditransformasikan dalam Arcsin X + 0.5.
*) Angka-angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil) tidak berbeda nyata p ≤ 0,05.
**) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kapital) tidak berbeda nyata p ≤0,05

Pada Tabel 2 terlihat bahwa perlakuan dengan semua jamur endofit Trichoderma sp. isolat ENDO-
01 ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride), ENDO-02 batang Timbenuh (T. koningii), ENDO-03 buah
Timbenuh (T. longibrachiatum), ENDO-05 batang Selebung (T. pseudokoningii), ENDO-06 batang Celelos
(T. viride), dan jamur endofit Rhizoctonia spp isolat ENDO-07 batang Timbenuh dan ENDO-08 batang
Selebung menyebabkan bibit vanili tidak terinfeksi oleh penyakit busuk batang baik pada klon vanili
Timbenuh NTB maupun klon vanili Malang Jawa Timur, sedang pada kontrol (tanpa jamur endofit) terjadi
penyakit busuk batang pada bibit vanili dengan masa inkubasi rata-rata 8,000 hari pada klon vanili
Timbenuh NTB yang tidak berbeda nyata dengan klon vanili Malang Jawa Timur dengan masa inkubasi
rata-rata 7,667 hari.
Pada Tabel 3 terlihat bahwa panjang pembusukan batang stek vanili umur delapan minggu setelah
inokulasi patogen pada kontrol (tanpa jamur endofit) mencapai 83,33% (reaksi sangat peka) untuk klon
vanili Timbenuh NTB dan 80,83% untuk klon vanili Malang Jawa Timur, sedang apabila diperlakukan
dengan isolat jamur endofit Trichoderma sp. isolat ENDO-01 ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride),
ENDO-02 batang Timbenuh (T. koningii), ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum), ENDO-05
batang Selebung (T. pseudokoningii), ENDO-06 batang Celelos (T. viride), dan jamur endofit Rhizoctonia
spp. isolat ENDO-07 batang Timbenuh dan ENDO-08 batang Selebung menyebabkan pada bibit vanili tidak
terjadi infeksi penyakit busuk batang (reaksi sangat tahan), baik pada klon vanili Timbenuh NTB maupun
klon vanili Malang Jawa Timur.
Tidak terinfeksinya bibit vanili klon Timbenuh NTB dan klon Malang Jawa Timur setelah perlakuan
dengan isolat jamur endofit disebabkan karena jamur endofit secara efektif dapat menekan pertumbuhan
jamur F. oxysporum f. sp. vanillae pada jaringan tanaman vanili. Diduga mekanisme antagonisme yang
terjadi pada jaringan tanaman vanili sama dengan yang terjadi secara in-vitro. Sudantha dan Abadi (2006)
melaporkan bahwa hasil percobaan uji antagonisme antara 16 isolat jamur endofit dengan jamur F.
oxysporum f. sp. vanillae secara in-vitro di laboratorium menggunakan metode oposisi langsung dan uji uap
biakan, ternyata semua isolat jamur endofit dapat menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp.
vanillae dengan persentase hambatan yang tertinggi oleh Trichoderma spp. disusul oleh Rhizoctonia spp.,
Aspergillus spp., Penicillium sp. dan Cladosporium spp. Penghambatan pertumbuhan jamur F. oxysporum f.
sp. vanillae melalui mekanisme kompetisi ruang (jamur endofit lebih cepat pertumbuhnya), mikoparasit
(hifa jamur endofit membelit dan melakukan penetrasi ke dalam hifa jamur patogen) dan antibiosis (jamur
endofit mengeluarkan antibiotik yang mudah menguap yang didifusikan ke medium).
Tabel 3. Hasil Uji Lanjut Persentase Panjang Pembusukan pada Batang Vanili dan Reaksi Ketahan Bibit Vanili
Umur Delapan Minggu Setelah Inokulasi Patogen Sebagai Interaksi Penggunaan Beberapa Jamur
Endofit dan Klon Vanili
Klon vanili
Klon Timbenuh NTB Klon Malang Jawa Timur
No. Jenis jamur endofit Panjang Panjang
Reaksi Reaksi
pembusukan pembusukan
ketahanan ketahanan
(%) (%)
1 Trichoderma sp. ENDO-01 akar tanah 0,000 a*) 0,000 a*)
Timbenuh (T. viride) A**) Sangat Tahan A**) Sangat Tahan
Trichoderma sp. ENDO-02 batang 0,000 a 0,000 a
2 Timbenuh (T. koningii) A Sangat Tahan A Sangat Tahan
Trichoderma sp. ENDO-03 buah 0,000 a 0,000 a
3 Timbenuh (T. longibrachiatum) A Sangat Tahan A Sangat Tahan

Trichoderma sp. ENDO-05 batang 0,000 a 0,000 a


4 Selebung (T. pseudokoningii) A Sangat Tahan A Sangat Tahan

Trichoderma sp. ENDO-06 batang 0,000 a 0,000 a


5 Celelos (T. viride) A Sangat Tahan A Sangat Tahan
Rhizoctonia sp. ENDO-07 0,000 a 0,000 a
6 batangTimbenuh A Sangat Tahan A Sangat Tahan
Rhizoctonia sp. ENDO-08 batang 0,000 a 0,000 a
7 Selebung A Sangat Tahan A Sangat Tahan
Kontrol (tanpa endofit) 83,33 a 80,83 a
8 E Sangat Peka F Sangat Peka
Ket : data 0 artinya bibit vanili tidak terinfeksi penyakit busuk batang sampai berumur delapan minggu setelah
inokulasi patogen (pada analisis keragaman data ditransformasikan dalam Arcsin X + 0.5
*) Angka-angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil) tidak berbeda nyata p ≤ 0,05
**) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kapital) tidak berbeda nyata p ≤ 0,05

Dengan tidak terinfeksinya bibit vanili klon Timbenuh NTB dan klon Malang Jawa Timur maka
dapat dikatakan bahwa semua isolat jamur endofit tersebut dapat meningkatkan ketahanan induksi bibit vanili
terhadap penyakit busuk batang, yang semula bereaksi sangat peka (pada kontrol) berubah menjadi reaksi
sangat tahan. Pada Gambar 1 dan 2 memperlihatkan bibit vanili klon Timbenuh NTB dan klon Malang Jawa
Timur tumbuh sehat setelah diperlakukan dengan jamur endofit, sedang pada kontrol (tanpa jamur endofit)
bibit vanili terinfeksi oleh penyakit busuk batang.

Gambar 1. Bibit Vanili Klon Timbenuh NTB Sehat (Diperlakukan dengan Isolat Jamur Endofit) dan
Terinfeksi Penyakit Busuk Batang (Tanpa Perlakuan Jamur Endofit).
Gambar 2. Bibit Vanili Klon Malang Jawa Timur (Diperlakukan dengan Isolat Jamur Endofit) dan Terinfeksi
Penyakit Busuk Batang (Tanpa Perlakuan Jamur Endofit).

Terjadinya peningkatan ketahanan induksi bibit vanili terhadap penyakit busuk batang ini
disebabkan karena jamur endofit mampu mengendalikan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae penyebab
penyakit busuk batang melalui mekanisme kompetisi, mikoparasit dan antibiosis. Diduga mekanisme
antagonisme yang terjadi secara in-vitro juga terjadi pada jaringan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Abadi (2003) bahwa ketahanan induksi dapat terjadi karena tanaman telah terinfeksi oleh mikroorganisme
lain sebelumnya, baik dari jenis yang sama maupun dari jenis lain. Lebih lanjut Guest (2005) mengatakan
bahwa ketahanan induksi terjadi karena kombinasi dari rintangan pasif dengan respon lokal karena adanya
peristiwa matinya sel dan akumulasi antibiotik yang dapat berupa fitoaleksin. Weindling dan Emerson
(1936), dan Brian (1944) melaporkan bahwa jamur T. viride menghasilkan antibiotik gliotoksin (dalam Cook
dan Baker, 1983). Selanjutnya Brian dan McGowan (1945, dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan
bahwa selain gliotoksin jamur T. viride menghasilkan antibiotik viridin. Rifai (1969) melaporkan bahwa
jamur T. viride mengeluarkan bau minyak kelapa terutama pada biakan yang sudah tua. Selain itu menurut
Jones dan Watson (1969 dalam Cook dan Baker, 1983), jamur T. viride menghasilkan enzim enzim β-(1,3)
glucanase, sehingga mampu menghancurkan miselia jamur patogenik.
Sebagai gambaran tentang pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur endofit antagonis dalam
jaringan batang vanili dilakukan pemotongan jaringan batang secara membujur, kemudian difiksasi dan
direndam dalam pewarna jaringan tanaman (lactophenol cotton blue) serta diamati dengan bantuan
mikroskop, hasilnya seperti yang tampak pada Gambar 3. Pada bibit vanili yang sudah diperlakukan dengan
isolat jamur endofit, ternyata memperlihatkan miselia jamur endofit memenuhi ruang antar sel dalam
jaringan batang, sedang pada kontrol, ruang antar sel pada jaringan batang tidak mengandung jamur endofit.
Menurut Petrini (1991), jamur endofit adalah jamur yang hidup di dalam jaringan tanaman sehat tanpa
menyebabkan gejala atau kerusakan pada tanaman inang. Simbiosis dengan tanaman dapat berupa
mutualistik, netralisme dan antagonistik. Kolonisasi jamur endofit pada tanaman dimulai dari masuknya ke
jaringan tanaman, perkecambahan spora, penetrasi epidermis dan kolonisasi jaringan.

Miselia jamur Trichoderma sp. ENDO-02 batang Miselia jamur Trichoderma sp. ENDO-01 akar tanah
Timbenuh (T. koningii) Timbenuh (T. viride)

Miselia jamur Trichoderma sp. ENDO-05 batang Miselia jamur Trichoderma sp. ENDO-06 batang Celelos
Selebung (T. pseudokoningii) (T. viride)

Miselia jamur Rhizoctonia sp. ENDO-07 batang Ruang antar sel dari batang vanili yang tidak mengandung
Timbenuh jamur endofit
Gambar 3. Miselia jamur endofit Trichoderma spp. dan Rhizoctonia spp. di ruang antar sel dalam jaringan
batang vanili sehat dan ruang antar sel dari batang vanili yang tidak mengandung jamur endofit
(kontrol)

Untuk meyakinkan bahwa di dalam jaringan batang tersebut adalah jamur endofit yang serupa dengan
perlakuan percobaan maka dilakukan reisolasi yang hasilnya seperti pada Gambar 4 – 9.

Gambar 4. Koloni dan morfologi jamur endofit Gambar 5. Koloni dan morfologi jamur endofit
Trichoderma sp. isolat ENDO-01 akar Trichoderma sp. isolat ENDO-02 batang
tanah Timbenuh (T. viride) vanili Timbenuh (T. koningii)
Gambar 6. Koloni dan morfologi jamur endofit Gambar 7. Koloni dan morfologi jamur endofit
Trichoderma sp. isolat ENDO-04 batang Trichoderma sp. isolat ENDO-05 batang
vanili Jurang Malang (T. polysporum) vanili Selebung (T. pseudokoningii)

Gambar 8. Koloni dan morfologi jamur endofit Gambar 9. Koloni dan morfologi jamur endofit
Rhizoctonia sp. isolat ENDO-07 batang Rhizoctonia sp. isolat ENDO-08 batang
vanili Timbenuh (Rhizoctonia sp.) vanili Selebung (Rhizoctonia sp.)

Tabel 4. Hasil Uji Lanjut Panjang Tunas Daun/Sulur Vanili Umur Delapan Minggu Setelah Inokulasi Patogen
Sebagai Interaksi Penggunaan Beberapa Jamur Endofit dan Cara Aplikasinya.
Klon vanili
Klon Timbenuh NTB Klon Malang Jawa Timur
No. Jenis jamur endofit
Panjang tunas daun/sulur Panjang tunas daun/sulur
(cm) (cm)
1 Trichoderma sp. ENDO-01 akar tanah Timbenuh 54,33 a*) 53,67 a
(T. viride) B**) B
2 Trichoderma sp. ENDO-02 batang Timbenuh (T. 52,67 a 54,00 a
koningii) B B
3 Trichoderma sp. ENDO-03 buah Timbenuh (T. 53,33 a 55,33 a
longibrachiatum) B B
4 Trichoderma sp. ENDO-05 batang Selebung (T. 55,67 a 55,33 a
pseudokoningii) B B
5 Trichoderma sp. ENDO-06 batang Celelos (T. 53,67 a 55,33 a
viride) B B
6 Rhizoctonia sp. ENDO-07 batangTimbenuh 55,00 a 56,33 a
B B
7 Rhizoctonia sp. ENDO-08 batang Selebung 51,50 a 52,00 a
B B
8 Kontrol (tanpa endofit) 5,20 a 5,33 a
A A
*) Angka-angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil) tidak berbeda nyata p ≤ 0,05
**) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kapital) tidak berbeda nyata p ≤ 0,05

Pada Tabel 4 terlihat bahwa perlakuan dengan semua isolat jamur endofit menyebabkan panjang
tunas daun/sulur lebih panjang dari pada kontrol, sedang antar perlakuan dengan isolat jamur endofit tidak
menunjukkan beda nyata. Terjadinya perbedaan panjang tunas daun/sulur tersebut disebabkan karena isolat
jamur endofit ini menyebabkan bibit vanili sampai dengan umur delapan minggu setelah inokulasi patogen
tidak terinfeksi oleh penyakit busuk batang, sehingga pertumbuhan bibit vanili menjadi lebih baik termasuk
panjang tunas daun/sulur. Selain itu diduga bahwa jamur endofit Trichoderma spp. menghasilkan etilen yang
dapat memacu pertumbuhan dan pemanjangan tunas daun/sulur. Menurut Salisbury dan Ross (1995,
beberapa jenis jamur yang hidup di tanah dapat menghasilkan etilen. Diduga etilen yang dilepaskan oleh
jamur tersebut membantu mendorong perkecambahan biji, mengendalikan pertumbuhan kecambah,
memperlambat serangan organisme patogen tular tanah, dan memacu pembentukan dan pertumbuhan batang,
daun, akar, bunga atau buah. Tronsmo dan Dennis (1977 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan bahwa
penyemprotan konidia jamur T. viride dan T. polysporum untuk melindungi tanaman strawberi dari penyakit
busuk ternyata dapat memacu pembungaan lebih awal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlakuan dengan jamur endofit Trichoderma sp. isolat ENDO-01 ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T.
viride), ENDO-02 batang Timbenuh (T. koningii), ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum),
ENDO-05 batang Selebung (T. pseudokoningii), ENDO-06 batang Celelos (T. viride), dan jamur
endofit Rhizoctonia spp. isolat ENDO-07 batang Timbenuh dan ENDO-08 batang Selebung, efektif
mengendalikan penyakit busuk batang, sehingga menyebabkan bibit vanili klon Timbenuh NTB dan
klon Malang Jawa Timur tidak terinfeksi oleh penyakit busuk batang
2. Isolat jamur endofit Trichoderma sp. isolat ENDO-01 ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride),
ENDO-02 batang Timbenuh (T. koningii), ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum), ENDO-
05 batang Selebung (T. pseudokoningii), ENDO-06 batang Celelos (T. viride), dan jamur endofit
Rhizoctonia spp. isolat ENDO-07 batang Timbenuh dan ENDO-08 batang Selebung dapat meningkatkan
ketahanan induksi bibit vanili klon Timbenuh NTB dan klon Malang Jawa Timur menjadi bereaksi
sangat tahan terhadap penyakit busuk batang.
3. Dengan meningkatnya ketahanan induksi pada bibit vanili klon Timbenuh NTB dan klon Malang Jawa
Timur akibat perlakuan dengan isolat jamur endofit Trichoderma sp. isolat ENDO-01 ENDO-01 akar
tanah Timbenuh (T. viride), ENDO-02 batang Timbenuh (T. koningii), ENDO-03 buah Timbenuh (T.
longibrachiatum), ENDO-05 batang Selebung (T. pseudokoningii), ENDO-06 batang Celelos (T.
viride), dan jamur endofit Rhizoctonia spp. isolat ENDO-07 batang Timbenuh dan ENDO-08 batang
Selebung maka tunas daun/sulur menjadi lebih panjang.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penggunaan isolat
jamur endofit Trichoderma sp. isolat ENDO-01 ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride), ENDO-02
batang Timbenuh (T. koningii), ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum), ENDO-05 batang
Selebung (T. pseudokoningii), ENDO-06 batang Celelos (T. viride), dan jamur endofit Rhizoctonia spp.
isolat ENDO-07 batang Timbenuh dan ENDO-08 batang Selebung pada kondisi lapang. Selain itu perlu
penelitian lebih lanjut tentang senyawa antibiotik atau etilen yang dihasilkan oleh isolat jamur endofit
tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Direktur Binlitabmas Dirjen Dikti dan Ketua Lembaga
Penelitian Universitas Mataram yang telah memberikan dana penelitian fundamental melalui Binlitabmas
Dirjen Dikti Depdiknas, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor:
028/SP3/PP/DP2M/II/ 2006 tanggal 1 Pebruari 2006.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan I Edisi Pertama. Bayumedia Publishing dan Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur – Indonesia. 137 hal.
Arnold, A. E., L. C. Mejia, D. Kyllo, E. I. Rojash, Z. Maynard, N. Robbins and E. A. Herre. 2003. Fungal
Endophytes Limit Pathogen Damage In a Tropical Tree. PNAS vol. 100 No. 26: 15649 – 15654.
Published online:
Brunner, F. and O. Petrini. 1992. Taxonomic Studies of Xylaria species and Xylariaceous Endophytes by
Izozyme Electrophoresis. Mycological Research 96: 723 – 733.
Cook, R. J. and K. F. Baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. The
American Phytopathological Society. St. Paul, Minnesota. 539 hal.
Dahlam, D. L., H. Eichenseer and M. R. Siegel. 1991. Chemical Perspectives on Endophyte-Grass
Interaction and Their Implications to Insect Herbivory. In: Microbial Mediation of Plant-Herbivore
Interaction (Eds. Barbosa, P., V. A. Krichil and C. G. Jones). Jhon Wiley & Sons Inc., New York:
227 – 252.
Davis, E. C., J. B. Franklin, A. J. Shaw and R. Vilgalys. 2003. Endophytic Xylaria (Xylariaceae) Among
Liverworts and Angiospermae: Phylogenetics, Distribution, and SymSAPROis. American Journal
of Botany 9 (11): 1661 – 1667.
Guest, D. 2005. Induced Disease Resistance in Plants. In Program and Abstract The 1st International
Conference of Crop Security 2005, Brawijaya University, Malang, September 20th – 22nd, 2005. 264
p.
Hadisutrisno, B. 2005. Budidaya Vanili Tahan Penyakit Busuk Batang. Penerbit Penebar Swadaya, Depok. 87
p.
Lumyong, S., P. Lumyong and K. D. Hyde, 2004. Endophytes. In Jones, E. B. G., M. Tantichareon and K. D.
Hyde (Ed.), Thai Fungal Diversity. Published by BIOTEC Thailand and Biodiversity Research and
Training Program (BRTI/TRF. Biotec). 197 – 212.
Moy, M., H. M. Li, R. Sullivan, J. F. White Jr, and F. C. Belanger. 2002. Endophytic Fungal β-1,6-Glucanase
Expression in the Infected Host Grass. Plant Physiol.Vol.130: 1298 – 1308.
http://www.plantphysiol.org/cgi/content/full/130/3/1298, (18 Maret 2005).
Nurawan, A., M. Tombe dan K. Matsumoto. 1995. Penelitian Daya Antagonisme Isolat Bakteri yang
Diisolasi Dari Rhizosfera Berbagai Jenis Tanaman Terhadap Patogen Busuk Batang Vanili. Dalam
Parman et al. (Penyunting), Peran Fitopatologi dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutandi
Kawasan Timur Indonesia. Risalah Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan
Fitopatologi Indonesia di Mataram. 356 – 359.
Petrini, O. 1991. Fungal Endophytes of Tree Leaves. In: Microbial Ecology of Leaves (Eds. Andrews, J. H.
and S. S. Hirano). Springer-Verlag, Berlin. 179 – 197.
Petrini, O. 1993. Endophyt of Pteridium spp.: Some Consederations for Biological Control. Sydowia 45: 330
–338.
Redaksi Trubus, 2004. Panduan Praktis: Vanili Kiat bebas Busuk Batang. Penerbit Majalah Trubus, Jakarta.
16 hal.
Rifai, M. A. 1969. A Revision of The Genus Trichoderma. Mycological Papers, No. 16. Commonwealth
Mycological Instittute Kew, Surrey, England. 56 hal.
Ruhnayat, A. 2004. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Bertanam Vanili Si Emas Hijau nan Wangi.
Agromedia Pustaka, Jakarta. 51 hal.
Salisbury, F. B. Dan C. W. Ross, 1995. Fisiology Tumbuhan Jilid 3. Perkembangan tumbuhan dan fisiologi
Tumbuhan (Terjemahan D. R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB Bandung.
Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
529 – 535.
Sudantha, I. M. Dan A. L. Abadi. 2006. Biodiversitas Jamur endofit Pada Vanili (Vanilla planifolia Andrews)
dan Potensinya Untuk Meningkatkan Ketahanan Vanili Terhadap Penyakit Busuk Batang. Laporan
Kemajuan Penelitian Fundamenatal DP3M DIKTI. Fakultas Pertanian Universitas Mataram,
Mataram 107 hal.
Sukamto dan M. Tombe. 1995. Antagonisme Trichoderma viride terhadap Fusarium oxysporum f. sp.
vanillae secara In-Vitro. Dalam Parman et al. (Penyunting), Peran Fitopatologi dalam Pembangunan
Pertanian Berkelanjutandi Kawasan Timur Indonesia. Risalah Kongres Nasional XIII dan Seminar
Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di Mataram. 600 – 604.

Anda mungkin juga menyukai