PENDAHULUAN
Peran terpenting konseling pasien adalah memperbaiki kualitas hidup pasien dan
menyediakan pelayanan yang bermutu untuk pasien. Kejadian yang disebut
kecelakaan obat (efek merugikan, efek samping, interaksi obat dan kesalahan
penggunaan obat) dan ketidak patuhan terhadap program pengobatan menurunkan
kualitas hidup dan mengganggu pelayanan yang bermutu. Selain itu tingginya
biaya pelayanan kesehatan saat ini menimbulkan kebutuhan akan adanya
intervensi untuk meminimalkan biaya – biaya yang tidak diperlukan dan
memaksimalkan keuntungan – keuntungan yang diperoleh dari terapi medis
(Melanie J. Rantucci, 2010).
Sebagai bukti adanya kebutuhan ini, lebih dari 200 penelitian dan perkiraan
penggunaan obat oleh pasien yang tidak dirawat inap menunjukkan bahwa 50 %
pasien akan menggunakan obat secara tidak benar. Menurut laporan Department
of Health and Human Service ( DHHS ) tahun 1990, 48 % dari seluruh penduduk
Amerika serikat, dan 55 % manula, dalam beberapa hal, gagal mengikuti regimen
pengobatan. Selain itu sebuah penelitian menunjukan bahwa 32 % pasien yang
mendapat perintah pengulangan resep dari dokter tidak mengulangi pembelian
resep tersebut. Sebagai bukti lain dari hal ini, telah dihitung bahwa dari 25.815
resep yang kemungkinan dapat dibeli ulang di Apotik komunitas bebas biasa pada
tahun 1988 hanya 14.681 resep yang diracik dan diserahkan pada pasien. Dengan
kata lain setiap detik atau sepertiga pasien yang menerima resep kemungkinan
menggunakan obat secara tidak benar.
Tenaga medis dapat memberikan banyak dampak signifikan pada keadaan ini
melalui konseling pasien. Menurut laporan DHHS “Regimen Pengobatan :
Penyebab Ketidakpatuhan “kurangnya informasi tentang obat merupakan salah
satu dari empat variabel terpenting yang menjadi alasan utama pasien manula
gagal mematuhi regimen pengobatan. Banyak penelitian telah membuktikan
keefektifan penyediaan informasi dan sistem pengingat oleh apoteker. Sebagai
contoh, suatu penelitian di Memphis, Tenesse menemukan tingkat kepatuhan
84.7% pada pasien yang menerima banyak informasi tentang antibiotik,
sedangkan pasien yang lebih sedikit menerima informasi hanya menunjukkan
tingkat kepatuhan 63 %. Penelitian lain menunjukkan peningkatan kepatuhan
sebesar 49 % pada pasien yang mendapat obat jantung, antihipertensi dan
hipoglikemik oral dengan bantuan sistem pengingat resep.
Selain masalah kepatuhan dan reaksi obat merugikan, melalui konselin pasien,
apoteker dapat menemikan banyak masalah lain yang terkait obat seperti Indikasi
yang tidak terobati, pemilikhan obat yang tidak tepat, dosis subterapi, over-dosis,
Interaksi obat dan penggunaan obat tanpa indikasi.
Selain mengurangi morbiditas akibat obat dan biaya – biaya selanjutnya yang di
keluarkan oleh perorangan dan masyarakat, konseling pasien dapat memberikan
keuntungan pada pasien dalam sejumlah hal lain yang meliputi perbaikan kondisi
pasien dan kepuasan terhadap pelayanan. Pasien kemungkinan mengiginkan
pemastian bahwa suatu obat aman dan efektiuf. Pasien juga kemungkinan
membutuhkan penjelasan tambahan yang belum mereka dapatkan dari dokter
tentang penyakit mereka karena pasien terlalu terburu-buru, terlalu sedih atau
terlalu malu untuk bertanya. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa
komunikasi yang efektif antara pasien dan dokter memperbaiki hasil yang di
peroleh pasien. Kualitas komunikasi saat mengambil riwayat pasien dan selama
mendiskusikan perencanaan pengobatan pasien diketahui riwayat pasien dan
selama mendiskusikan perencanaan pengobatan pasien di ketahui meningkatkan
kesehatan emosional, penghilangan gejala, Fungsi, pengukuran fisoigik ( yaitu
tekanan darah dan kadar gula darah ) dan pengendalian rasa nyeri. Akan tetapi,
komunikasi dokter-pasien sering kali terburu-buru dan Informasi terkait masalah-
masalah terapi obat tidak didiskusikan dengan cukup lengkap. Komunikasi
apoteker-pasien dapat memperbaiki keterbatasan komunikasi dokter-pasien, dan
dapat meningkatkan hasil yang di peroleh pasien.