Menurut laporan Department of Health and Human Service ( DHHS ) tahun
1990, 48 % dari seluruh penduduk Amerika serikat, dan 55 % manula, dalam beberapa hal, gagal mengikuti regimen pengobatan. Selain itu sebuah penelitian menunjukan bahwa 32 % pasien yang mendapat perintah pengulangan resep dari dokter tidak mengulangi pembelian resep tersebut. Sebagai bukti lain dari hal ini, telah dihitung bahwa dari 25.815 resep yang kemungkinan dapat dibeli ulang di Apotik komunitas bebas biasa pada tahun 1988 hanya 14.681 resep yang diracik dan diserahkan pada pasien. Dengan kata lain setiap detik atau sepertiga pasien yang menerima resep kemungkinan menggunakan obat secara tidak benar.
Di Bandung sendiri pernah dilakukan penelitian oleh seorang mahasiswa
jurusan farmasi ITB di Rumah Sakit Immanuel Bandung, yang hasilnya : bahwa 41,43% pasien pernah melakukan ketidaktepatan dalam penggunaan obat, 70,99% salah menjalankan jadwal obat, 2,81% lebih menyukai apoteker sebagai sumber informasi obat (student project 2009, www.itb.ac.id )
Meskipun ketidaktepatan/ketidakpatuhan tidak selalu menimbulkan
konsekuensi, penelitian menujukkan bahwa 25 % pasien ini akan menggunakan obat dengan cara yang dapat membahayakan kesehatan pasien. Ketidakpatuhan dapat memperlama masa sakit atau meningkatkan keparahan penyakit. Selain itu ketidakpatuhan dapat membuat dokter berasumsi bahwa diagnosis salah. Asumsi ini muncul akibat buruknya respon terhadap obat. Hal ini menyebabkan dokter melakukan lebih banyak test dan mungkin memberikan tambahan obat baru. Tinjauan literatur memperlihatkan bahwa 5.5 % pasien masuk rumah sakit akibat keidakpatuhan terhadap terapi obat (Melanie J. Rantucci, 2010). Peran terpenting konseling pasien adalah memperbaiki kualitas hidup pasien dan menyediakan pelayanan yang bermutu untuk pasien. Kejadian yang disebut kecelakaan obat (efek merugikan, efek samping, interaksi obat dan kesalahan penggunaan obat) dan ketidak patuhan terhadap program pengobatan menurunkan kualitas hidup dan mengganggu pelayanan yang bermutu. Selain itu tingginya biaya pelayanan kesehatan saat ini menimbulkan kebutuhan akan adanya intervensi untuk meminimalkan biaya – biaya yang tidak diperlukan dan memaksimalkan keuntungan – keuntungan yang diperoleh dari terapi medis (Melanie J. Rantucci, 2010).
. Selain mengurangi morbiditas akibat obat dan biaya – biaya selanjutnya
yang di keluarkan oleh perorangan dan masyarakat, konseling pasien dapat memberikan keuntungan pada pasien dalam sejumlah hal lain yang meliputi perbaikan kondisi pasien dan kepuasan terhadap pelayanan. Pasien kemungkinan mengiginkan pemastian bahwa suatu obat aman dan efektiuf. Pasien juga kemungkinan membutuhkan penjelasan tambahan yang belum mereka dapatkan dari dokter tentang penyakit mereka karena pasien terlalu terburu-buru, terlalu sedih atau terlalu malu untuk bertanya. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa komunikasi yang efektif antara pasien dan dokter memperbaiki hasil yang di peroleh pasien. Kualitas komunikasi saat mengambil riwayat pasien dan selama mendiskusikan perencanaan pengobatan pasien diketahui riwayat pasien dan selama mendiskusikan perencanaan pengobatan pasien di ketahui meningkatkan kesehatan emosional, penghilangan gejala, Fungsi, pengukuran fisoigik ( yaitu tekanan darah dan kadar gula darah ) dan pengendalian rasa nyeri. Akan tetapi, komunikasi dokter-pasien sering kali terburu-buru dan Informasi terkait masalah- masalah terapi obat tidak didiskusikan dengan cukup lengkap. Komunikasi apoteker-pasien dapat memperbaiki keterbatasan komunikasi dokter-pasien, dan dapat meningkatkan hasil yang di peroleh pasien (Melanie J. Rantucci, 2010). Mandailing Natal merupakan kabupaten dengan Indeks Pembangunan Manusia(IPM) yang dalam beberapa tahun terakhir menduduki peringkat tiga terbawah untuk provinsi sumatera utara. Pemahan akan arti sehat dan penggunaan obat masih sangat memprihatinkan. Sayangnya, penelitian untuk hal – hal semacam ini belum ada. Oleh karena itu perlu dipelajari seperti apa gambaran kebutuhan konseling obat yang diinginkan pasien di kabupaten tersebut.