Anda di halaman 1dari 49

TEMBAKAU

Tanaman tembakau pada mulanya ditemukan oleh Columbus pada tahun


1492 di Amerika. Tembakau merupakan tanaman industri yang diambil daunnya
dan diolah menjadi rokok dan barang industri lain. Tanaman tembakau cocok
ditanam pada daerah yang memiliki curah hujan rata-rata 2000 mm per tahun.
Suhu udara yang cocok untuk tanaman tembakau adalah antara 21 32 oC dengan
pH antara 5 6. Tembakau dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur,
bersturktur remah, memiliki drainase dan aerasi yang baik dan berada pada
ketinggian 2000 3000 m dpl. (Dishubunnak,2012)
Di Indonesia, tanaman tembakau asli dikenal dengan nama tembakau rakyat
atau tembakau asli. Yang dimaksud dengan istilah tembakau asli atau tembakau
rakyat ialah tembakau yang ditanam oleh rakyat, mulai dari pembuatan
pesemaian, pananaman, dan pengolahan daunnya sehingga siap untuk dijual di
pasaran. Dalam bahasa asing tembakau ini disebut native tobaccoes atau
bevolkings tabak. Tembakau asli atau rakyat dikenal sebagai tembakau jenis
daerah juga sering disebut landras. Tembakau rakyat ditanam oleh petani secara
campur aduk (terdiri dari berbagai varietas dalam satu lahan) dan kebanyakan
pembenihannya dilakukan sendiri oleh petani. Hal inilah yang menyulitkan
pelacakan varietas secara pasti. Belum lagi pengaruh persilangan dengan benihbenih impor sehingga varietas tembakau asli semakin heterogen. Tidak
mengherankan jika sekarang banyak dijumpai bermacam-macam varietas dalam
satu hamparan pertanaman yang dilakukan oleh petani.
Dalam bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing.
Bahasa Spanyol "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan,
khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada gulungan
daun-daun pada tumbuhan ini (Bartolome De La Casas, 1552) atau bisa juga dari
kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau (menurut
Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba, tetapi Sp. tabaco (juga It.
tobacco) umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak

1410, yang berasal dari Bahasa Arab "tabbaq", yang dikabarkan ada sejak abad
ke-9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco (bahasa Inggris)
bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis
yang berasal dari Amerika.
Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan
berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan
lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani dan sumber devisa bagi
negara

disamping

mendorong

berkembangnya

agribisnis

tembakau

dan

agroindustri. Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan tembakau.


Perbaikan teknik budidaya, teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan
bahan tanam unggul melalui hibridasi, pengaturan jarak tanam, usaha
perlindungan terhadap hama dan penyakit, menentukan periode penanaman dan
pemeliharaan tembakau yang efisien agar didapatkan produksi optimum. Berikut
ini adalah klasifikasi tanaman tembakau.
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Solanales

Famili

: Solanaceae

Genus

: Nicotianae

Spesies

: Nicotiana tabaccum, Nicotiana Rustica

Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk genus Nicotinae, serta


familia Solanaceae. Spesies-spesies yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah
Nicotianae Tabacum dan Nicotianae Rustica dengan rincian sebagai berikut:
1) Nicotiana rustica L mengandung kadar nikotin yang tinggi (max n = 16%)
biasanya digunakan untuk membuat abstrak alkoloid (sebagai bahan baku
obat dan isektisida), jenis ini banyak berkembang di Rusia dan India.
2) Nicotiana tabacum L mengandung kadar nikotin yang rendah (min n = 0,6%)
jenis ini umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok.

Beberapa contoh dari varietas tembakau (Nicotiana tabacum) adalah:


1. Tembakau Virginia
Tembakau Virginia mempunyai bentuk yang ramping, memiliki
ketinggian tanaman sedang sampai tinggi, memiliki daun yang berbentuk
lonjong yang ujungnya meruncing dengan warna daun hijau kekuningan,
daun bertangkai pendek, kedudukan daun pada batang tegak, jarak antara
daun satu dengan yang lain cukup lebar sehingga kelihatan kurang rimbun
dan memiliki daya adaptasi yang luas terhadap tanah dan iklim. Tembakau ini
banyak ditanam di dataran rendah yang panas (Hanum,2008).
Tembakau Virginia yang telah diolah menghasilkan krosok berwarna
kuning keemasan hingga kuning jingga, aromanya sangat berbeda dengan
jenis tembakau yang lain, memiliki kandungan gula tinggi sehingga terasa
manis dan bila dirokok terasa ringan. Daun tengah Tembakau Virginia sangat
baik digunakan untuk pembuatan rokok sigaret putih (Makfoeld,D, 1994).
2. Tembakau Oriental
Tembakau Oriental memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis
tembakau lain yaitu terletak pada aroma yang harum dan khas. Karena
aromanya yang khas, tembakau Oriental/Turki juga disebut sebagai aromatic
tobacco. Tembakau Turki digunakan oleh semua pabrik rokok sebagai
campuran yang dapat meningkatkan mutu rokok sigaret.
3. Tembakau Burley
Tembakau Burley memiliki warna daun hijau pucat, batang dan ibu
tulang daun berwarna putih krem, daun tergolong ukuran besar (90160 cm),
tanaman lebih banyak berbentuk silindris daripada piramida dan tinggi
tanaman sekitar 180 cm. Krosok daun tembakau Burley setelah pengolahan
berubah menjadi tipis, berwarna coklat kemerahmerahan, halus, lunak, dan
beraroma sedap. Bagian daun tembakau Burley dengan kandungan nikotin
yang banyak terdapat pada daun bawah, daun tengah, dan daun atas.

Jenis-jenis tembakau yang dinamakan menurut tempat penghasilnya sebagai


berikut:

Tembakau Deli, penghasil tembakau untuk pembuatan cerutu.


Tembakau Temanggung, penghasil tembakau srintil untuk sigaret.
Tembakau Vorstenlanden (Yogya-Klaten-Solo), penghasil tembakau

untuk cerutu dan tembakau sigaret (tembakau Virginia).


Tembakau Besuki, penghasil tembakau rajangan untuk sigaret.
Tembakau Madura, penghasil tembakau untuk sigaret.
Tembakau Lombok Timur, penghasil tembakau untuk sigaret (tembakau
Virginia)

Berdasarkan iklim, tembakau yang diproduksi di Indonesia dapat dibagi


antara lain:
a) Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk
membuat rokok putih dan rokok kretek;
b) Tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO), yaitu jenis tembakau yang
dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu.
Tembakau yang dibuat sebagai cerutu adalah tembakau Deli D4, KF-7, F15, Tembakau Vortstenlanden G, TV, Tembakau Besuki varietas H dan tembakau
Lumajang. Tembakau Sigaret berupa tembakau Virginia, tembakau Oriental,
tembakau Burley

SEJARAH TEMBAKAU
Pada mulanya tembakau digunakan oleh orang-orang asli Amerika untuk
pengobatan oleh Christopher Columbus yang melintasi Lautan Atlantik untuk
pertama kalinya pada tahun 1942. Orang asli Amerika yang bermukim di New
World telah menghadiahkan beliau daun tembakau dan seabad setelah itu,
merokok telah menjadi kegilaan global, dan seterusnya memberi manfaat ekonomi
kepada para pengusaha di Amerika Serikat. Penanaman dan penggunaan
tembakau di Indonesia sudah dikenal sejak lama.

Sejarah penanaman tembakau di Indonesia dimulai pada tahun 1830 oleh


Van Den Bosch melalui Cultuurstelsel yang dilakukan disekitar daerah
Semarang, Jawa Tengah, namun pada saat itu mengalami kegagalan. Pada tahun
1856, Belanda mencoba kembali melakukan penanaman tembakau secara meluas
di daerah Besuki, Jawa Timur dengan dilengkapi suatu balai penelitian yaitu
Besoekisch Profstation pada tahun 1910. Dengan adanya balai penelitian tersebut
maka dilakukan usaha-usaha untuk mendapatkan galur yang cocok dan
diinginkan, yakni dengan cara seleksi/hibridisasi menggunakan tembakau yang
telah ada atau yang didatangkan dari luar. Jenis tembakau cerutu Besuki yang
sekarang banyak ditanam di daerah tersebut merupakan hasil persilangan antara
jenis Kedu dengan jenis Deli (Djojosudiro, 1967).
Dua tahun kemudian yakni pada tahun 1858 diadakan penanaman jenis
tembakau cerutu lainnya di daerah Yogyakarta-Surakarta, tepatnya di daerah
Klaten. Penanaman tembakau juga dilakukan di luar Jawa, yakni di daerah Deli,
Sumatra Utara yang dipelopori oleh J. Nienhuys pada tahun 1863. Jenis tanah
sangat berpengaruh terhadap tanaman tembakau, untuk wilayah Deli sekitar
Sungai Ular dan anak Sungai Wampulah merupakan derah yang baik untuk
tembakau Deli. Jenis tembakau Deli merupakan jenis tembakau cerutu paling baik
guna keperluan pembungkusan cerutu.
Tembakau bisa didapat secara komersil dalam bentuk-bentuk kering maupun
awet, dan sering dihisap (seperti merokok) dalam bentuk cerutu dan rokok, atau
dengan menggunakan pipa. Tembakau juga bisa dikunyah, "dicelup" (diletakkan
antara pipi dengan gusi), dan dikulum, atau dihirup ke dalam hidung sebagai
bahan hisapan dalam bentuk serbuk halus (seperti menggunakan morfin bubuk).
Tembakau mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoxin yang sangat
ampuh jika digunakan pada serangga. Neurotoxin merupakan bahan yang dapat
melumpuhkan syaraf, dan pada konsentrasi yang rendah dapat menimbulkan
ketergantungan (addiction). Zat ini sering digunakan sebagai bahan utama
insektisida.

MORFOLOGI TEMBAKAU

1. Akar
Tanaman tembakau memiliki perakaran tunggang yang mampu
menembus tanah hingga 50 75 cm.
2. Batang
Tanaman tembakau memiliki batang yang membulat, lunak tetapi kokoh.
Pada bagian batang terdapat ruas-ruas tempat tumbuhnya daun dan tunas
ketiak.
3. Daun
Tembakau memiliki daun yang berbentuk bulat lonjong atau bulat dengan
tulang daun menyirip. Bagian tepi daun agak bergelombang dengan
permukaan yang licin. Dalam satu tanaman biasanya terdapat 28 32 helai
daun.
4. Bunga
Tanaman tembakau memiliki bunga majemuk yang tersusun dalam
beberapa tandan. Dalam satu tandan berisi 15 bunga dengan bentuk terompet
dengan panjang dan warna yang bervariasi tergantung varietasnya.
5. Buah
Tanaman tembakau memiliki buah yang tumbuh pada bagian dasar
bunga. Tiga minggu setelah penyerbukan, buah tembakau sudah matang.
Dalam satu tanaman terdapat kurang lebih 300 buah dengan 12.000 biji yang
ada didalamnya.
6. Biji
Biji buah tembakau dapat berkecambah dalam waktu 2 3 minggu
tergantung berhasil atau tidaknya masa dormansi.

SYARAT TUMBUH
1. Iklim

Tanaman tembakau pada umumnya tidak menyukai iklim yang kering


ataupun iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering terjadi pada
lahan tanaman tembakau dapat merusak tanaman yang menyebabkan tanaman
roboh dan berpengaruh terhadap pengeringan dan pengerasan tanah yang
dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam tanah.
Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman kurang baik yang dapat menurunkan produktivitasnya.
Oleh karena itu, lokasi untuk penanaman tembakau sebaiknya memilih
tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan varietas yang akan
ditanam. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau
berkisar antara 21 - 30oC. Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran
rendah ataupun di dataran tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian
tempat yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 900 mdpl.
2. Tanah
Tanaman tembakau menyukai tanah yang gembur, remah, dan mudah
mengikat air. Selain itu lahan yang baik untuk tanaman tembakau adalah yang
memiliki drainase dan aerasi yang baik. Hal ini disebabkan karena tanaman
tembakau yang sangat peka terhadap air yang menggenang. Tanah yang
optimal bagi tanaman tembakau adalah tanah yang memiliki pH 5 6.
Apabila didapat nilai yang kurang dari 5 maka perlu diberikan pengapuran
untuk menaikkan pH, sedangkan bila didapat nilai pH lebih tinggi dari 6
maka perlu diberikan belerang untuk menurunkan pH.

TEKNIK BUDIDAYA TEMBAKAU


1.

Pembibitan
Jumlah benih yang dibutuhkan kurang lebih 8 - 10 gram/ha, tergantung
jarak tanam. Biji yang akan ditanam harus utuh tidak terserang penyakit dan
tidak keriput. Media semai yaitu campuran tanah (50%) ditambah pupuk
kandang matang yang telah dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis
pupuk untuk setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35
gram ZA dan isikan pada polybag. Bedeng persemaian diberi naungan berupa
daun-daunan, tinggi atap 100 cm sisi Timur dan 60 cm sisi Barat.
Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per gelas air hangat selama 1-2
jam lalu dikeringkan dengan cara dianginkan. Kecambahkan pada
baki/tampah yang diberi alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga
agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah tumbuh akarnya yang ditandai
dengan bintik putih. Pada stadium ini benih baru dapat disemaikan. Siram
media semai sampai agak basah/lembab, masukan benih pada lubang sedalam
0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis. Semprot POC NASA (2-3 tutup/tangki)
selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari. Bibit sudah dapat dipindahkan ke
kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai.

2.

Pengolahan Tanah dan Penanaman


Guna memperoleh perakaran yang baik pengolahan tanah harus
mencapai kedalaman olah lebih dari 30 cm. Sejumlah studi membuktikan
bahwa pengolahan tanah intensif menyebabkan penurunan bahan organik
tanah. Pengolahan tanah intensif pada jenis tanah andisol dapat menyebabkan
menurunnya kadar C organik tanah. Bila N terdapat dalam jumlah yang
rendah akan menyebabkan menurunnya luas daun, berat kering, dan klorosis
sebagai akibat dari menurunya jumlah klorofil.
Rendahnya kandungan N menyebabkan produktivitas tembakau rendah.
Sangat rendahnya kadar C organik, selain menyebabkan kebutuhan akan
pupuk organik (pupuk kandang) yang semakin meningkat, juga menyebabkan

rendahnya efisiensi pemupukan. Dengan meningkatkan kadar C organik


tanah, yang dapat dilakukan dengan penambahan pupuk organik. Pengolahan
tanah dilakukan 70 hari sebelum penanaman dimana H-70 dilakukan
pembersihan jerami, H-60 pembuatan got keliling, H-55 pembajakan 2, H-40
pembajakan 3, H-30 pembajakan 4, H-25 pembersihan rumput di pematang
dan H-15 dilakukan bajak siap tanam (Hanum,C, 2008). Adapun jarak
tanamnya adalah sebagai berikut:
Tembakau virginia dan Tembakau Burley digunakan jarak tanam 110 cm x
50 cm, 120 cm x 50 cm atau 120 cm x 45 cm dengan populasi tanaman
berkisar antara 16.000 18.000 pohon /ha.
Tembakau Cerutu Vorstendlanden varietas hibrida TV38XG populasi
idealnya adalah 17.480 tanaman/ha, sedang varietas F1K sebesar 16.930
tanaman/ha.
Tembakau rajangan Temanggung Jarak tanam digunakan 100 cm x 50cm
(jarak tanam pagar ganda) atau 100 cm x 75 cm. Populasi tanaman
berkisar antara 11.000 hingga 18.000 batang/ha.
Tembakau rajangan Madura ditanam dengan populasi berkisar antara
20.000 sampai dengan 33.000 tanaman/ha. Jarak tanam yang paling baik
adalah 100 cm x 50 cm atau 100 cm x 45 cm dengan populasi tanaman
33.000 tanaman /ha.

3. Pengelolaan dan Perawatan Tanaman Tembakau


a. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air 1-2
liter setiap tanaman. Setelah 7 - 25 hari frekuensi penyiraman adalah 3 4 liter per tanaman. Pada umur 25 - 30 hari setelah tanam, frekuensi
pemberian air 4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanaman
pertumbuhan akan semakin cepat. Oleh karena itu, diperlukan 5 liter air
per tanaman setiap 3 hari. Setelah 65 hari dari masa tanam tembakau
tidak memerlukan lagi penyiraman, kecuali bila cuaca sangat kering.
Cara pengairan tembakau pada lahan beririgasi yaitu dengan cara dilep

hingga guludan tempat tanaman cukup basah dan selanjutnya lahan


dikeringkan kembali. Waktu pemberian air irigasi dapat ditentukan
dengan indikator sebagai berikut:

Tanaman layu pada pukul 11.00 atau tanah tidak lagi melekat apabila

digenggam.
Tinggi air irigasi ditentukan berdasarkan umur tanaman yaitu: sampai
dengan umur 45 hari setelah tanam volume air buludan, pada 50
65 HST tinggi air guludan dan menjelang panen tinggi air
guludan.
Pada tanaman tembakau cerutu di bawah naungan, penyiraman

dilakukan dengan cara sprinkler irigation. Dengan demikian volume air


yang diterima tanaman cukup seragam dan mencukupi volumenya. Pada
lahan kering (umumnya tembakau rakyat) pengairan sangat tergantung
pada curah hujan. Beberapa petani dengan modal yang cukup melakukan
penyiraman dengan sumber air tanah atau sungai dengan sistem
pompanisasi.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang
kurang baik dapat diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit
yang baik dengan umur yang sama.
c.

Pembumbunan (pendangiran)
Pendangiran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar
tanaman yang berada pada kedalaman 30 cm 40 cm di dalam tanah.
Pendangiran dilakukan 3 4 kali tergantung pada kondisi tanah pada
lahan dan gulma. Pada tanaman tembakau cerutu Vorstenlanden di bawah
naungan misalnya pendangiran dilakukan 3 kali pada umur 7 10 hari
setelah tanam (HST), 20 22 HST dan 30 35 HST. Pendangiran
umumnya dilakukan setelah pengairan. Pembumbunan tanah pada
guludan, untuk merangsang perakaran yang baik (Hanum,C, 2008).

d.

Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk menghindari adanya persaingan dalam
pengambilan unsur hara pada tanaman, menghilangkan sumber penyakit
dan mempermudah pada waktu pemupukan, pengendalian hama penyakit
dan mempermudah pada waktu pemetikan/panen, untuk meningkatkan
hasil produksi. Penyiangan dilakukan setiap 3 minggu. Dilakukan dengan
tangan mencabut gulmanya atau dapat menggunakan herbisida
(Hanum,C, 2008).

e.

Pemupukan
Penggunaan pupuk yang tepat, baik berupa pupuk organik dan
anorganik (N, P dan K). Penggunaan phospor (P) dalam komposisi pupuk
karena phospor berfungsi untuk pertumbuhan akar dan penyusunan inti
sel, lemak dan protein. Kandungan phospor dalam SP 36 sebesar 36%.
Tanda tanaman kekurangan P yaitu daun menjadi tampak tua warnanya
menjadi merah kecoklatan. Tepi daun, cabang dan batang terdapat warna
kecoklatan yang lama-lama menjadi kuning. Sedangkan Kalium pada
KNO3 berfungsi untuk mempengaruhi kualitas (rasa, warna dan bobot)
tanaman, menambah daya tahan tanaman terhadap kekeringan,
hama/penyakit, mempercepat pertumbuhan jaringan meristem, dan
membantu

pembentukan

protein

dan

karbohidrat.

Tanda-tanda

Kekurangan Kalium daun mengerut atau mengeriting terutama pada daun


tua, daun akan berwarna ungu lalu mengering lalu mati (Karama, A.
1991).
f.

Pemangkasan
Pangkas tunas ketiak dan bunga dilakukan tiap 3 hari sekali.
Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun
bunga di bawah bunga. Pemangkasan hanya dilakukan pada jenis
tembakau VO, dilakukan begitu kuncup bunga mulai keluar (80%) dan
dilakukan dengan tangan dengan cara dipetik. Pemangkasan dilakukan
agar tidak terjadi stagnasi. Pangkas pucuk maupun wiwil pada tanaman

tembakau bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan


ke mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil fotosintesis dapat
terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan
kualitasnya yang tinggi. Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan
secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan pada saat button stage atau
saat daun berjumlah 20 helai di atas daun bibit.
g.

Punggel dan wiwil/suli


Punggel dan wiwil/suli memastikan penggunaan bahan gizi
tanaman

dalam

proses

pengembangan

daun

tembakau

untuk

mendapatkan jumlah daun, berat daun dan kualitas tinggi yang akan
memberikan hasil maksimal bagi petani. Penggunaan sukirisida alami
dilakukan dengan alasan biaya produksi, penerapan teknologi ramah
lingkungan yang semua ini dilakukan pada waktu yang tepat. Dalam
pelaksanaan wiwilan sangat penting sekali karena akan berpengaruh
terhadap ketebalan daun/berat daun.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT


Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar pada
tanaman tembakau adalah penyakit lanas, penyakit rebah kecambah, penyakit
kerupuk dan penyakit layu bakteri. Konsep pengendalian hama dan penyakit
tanaman adalah pengendalian secara terpadu. Dalam hal ini yang penting adalah
melakukan pengamatan perkembangan populasi hama atau penyakit. Apabila
populasi hama dan penyakit melewati titik kritis ambang ekonomi maka harus
dilakukan pengendalian baik secara fisik, mekanik, biologis, teknik budidaya
maupun secara kimia. Hama ulat pucuk misalnya pada kepadatan populasi tertentu
cukup dikendalikan dengan mengutip ulat tersebut.
1. Hama
a. Ulat Grayak (Spodoptera litura) Gejala tanaman tembakau terserang ulat
grayak berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada
luka bekas gigitan. Cara pengendalian tanaman tembakau yang terserang

ulat grayak adalah dengan memangkas dan membakar sarang telur dan
ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari, semprot Natural VITURA.
b. Ulat Tanah (Agrotis ypsilon) Gejala tanaman yang terserang ulat tanah
adalah daun yang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai
daun rebah. Cara pengendalian tanaman yang terserang ulat tanah adalah
dengan memangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot
PESTONA.
c. Ulat penggerek pucuk (Heliothis sp.) Gejala tanaman yang terserang ulat
penggerek pucuk adalah daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang
dan habis. Cara pengendalian tanaman yang terserang ulat penggerek putih
kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA.
d. Nematoda (Meloydogyne sp.) Gejala tanaman yang terserang nematoda
adalah bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu,
daun berguguran dan akhirnya mati. Cara pengendalian tanaman yang
terserang nematoda adalah mensanitasi kebun, pemberian GLIO diawal
tanam, PESTONA
e. Kutu - kutuan (Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit yang
disebabkan virus. Cara pengendalian tanaman yang terserang kutu adalah
dengan menyebar predator Koksinelid, Natural BVR.
f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus), jangkrik (Brachytrypes
portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis
geminata), belalang banci (Engytarus tenuis)
2. Penyakit
a. Hangus batang (damping off). Penyebab penyakit hangus batang adalah
jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan
mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar. Cara
pengendalian tanaman yang terserang cabut tanaman yang terserang dan
bakar, pencegahan awal dengan Natural GLIO.
b. Lanas. Penyebab penyakit Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala
tanaman yang terserang lanas adalah timbul bercak-bercak pada daun
berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas dan
menggantung lalu layu dan mati. Cara pengendalian tanaman yang
terserang lanas adalah dengan mencabut tanaman yang terserang dan
bakar, semprotkan Natural GLIO.

c. Patik daun. Penyebab penyakit patik jamur adalah jamur Cercospora


nicotianae. Gejala tanaman yang terserang adalah terdapat bercak bulat
putih hingga coklat di atas daun, bagian daun yang terserang menjadi
rapuh dan mudah robek. Cara pengendalian tanaman yang terserang patik
daun adalah dengan mendesinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah
tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang,
semprot Natural GLIO.
d. Bercak coklat. Penyebab penyakit bercak coklat adalah jamur Alternaria
longipes. Gejala tanaman yang terserang bercak coklat adalah timbulnya
bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang
tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Cara
pengendalian tanaman yang terserang bercak coklat adalah dengan
mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
e. Busuk daun. Penyebab penyakit busuk daun adalah bakteri Sclerotium
rolfsii. Gejala tanaman yang terserang busuk daun mirip dengan lanas
namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa
cendawan. Cara pengendalian tanaman yang terserang cabut dan bakar
tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
f. Penyakit Virus Penyebab penyakit virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic,
(TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimun
(Cucumber Mozaic Virus). Gejala tanaman yang terserang virus-virus
tersebut adalah pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendaliannya
dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi
di cabut dan dibakar.

PANEN DAN PASCA PANEN


Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup
umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan. Untuk golongan tembakau
cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak,
hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan
sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar
menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak.

Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10


hari dari tingkat kemasakan tepat masak.
Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk
pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat
dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai
tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.
Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu:
a)
b)
c)
d)

Trash (apkiran): warna daun hitam


Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda
Less slick (kurang licin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon)
More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-oranye.

MANFAAT TEMBAKAU
Dari jaman dahulu hingga sekarang sebagian besar orang selalu berfikir bahwa
daun tembakau jika diolah hanya akan menjadi rokok. Namun baru-baru ini ada
banyak penelitian yang mengemukakan bahwa tanaman tembakau memiliki
banyak manfaat yang tidak diketahui publik. Berikut ini adalah manfaat tembakau
untuk tanaman dan untuk manusia.
1. Manfaat tembakau untuk tanaman
a. Rendam sebatang rokok di dalam satu liter air dan diamkan
semalam. Nikotin akan dilepaskan ke dalam air dan larutan dapat
disemprotkan ke tanaman untuk membunuh serangga.
b. Siapkan campuran yang terdiri atas setengah cangkir bubuk
bawang putih, satu cangkir kompos, dan satu cangkir tembakau.
Sebarkan campuran ini di sekitar pangkal tanaman untuk mencegah
serangan kutu tanaman.
c. Campur larutan tembakau
semprotkan

pada

daun

dengan

untuk

bubuk

mencegah

pyrethrum

dan

penyakit

daun

menggulung. Penyakit ini disebabkan larva serangga yang


menggulung daun untuk dijadikan tempat tinggalnya.
d. Sebarkan tembakau di sekitar pangkal pohon persik untuk
mencegah hama penggerek.

e. Jika Anda memiliki masalah kelabang, basahi tanah dengan


campuran air, bawang putih dan tembakau. Kelabang bisa
menimbulkan masalah karena memakan tanaman yang masih
muda.
f. Jika Anda memiliki masalah dengan tikus tanah, sebarkan
tembakau pada lubang yang menjadi sarang mereka.
g. Masukkan tembakau ke dalam sepanci air mendidih. Biarkan
dingin dan saring. Tambahkan setengah cangkir sabun cair wangi
lemon. Semprotkan larutan ini di sekitar halaman untuk
menyingkirkan laba-laba.
2. Manfaat tembakau untuk kesehatan
a. Ilmuwan dari beberapa lembaga penelitian Eropa berpartisipasi
dalam proyek bertajuk Pharma-Planta yang dipimpin Profesor
Mario Pezzotti dari Universitas Verona itu. Mereka membuat
tembakau transgenik yang memproduksi interleukin-10 (IL-10),
yang merupakan cytokine anti-radang yang ampuh. Cytokine
adalah protein yang merangsang sel-sel kekebalan tubuh agar aktif.
Para peneliti menemukan, tembakau dapat memproduksi dua
bentuk IL-10 itu dengan tepat. Produksi cytokine yang aktif cukup
tinggi, yang mungkin dapat digunakan lewat proses ekstraksi dan
pemurnian. Langkah selanjutnya, IL-10 hasil tembakau itu
diberikan kepada tikus untuk meneliti seberapa efektif ia
membangkitkan kekebalan tubuh. Penelitian menggunakan IL-10
hasil tembakau dalam dosis kecil dapat membantu mencegah
kencing manis atau diabetes melitus tipe 1. Diabetes melitus tipe 1
atau diabetes anak-anak dicirikan dengan hilangnya sel beta
penghasil insulin pada pankreas. Sehingga terjadi kekurangan
insulin pada tubuh.
b. Penemuan lain yang mengejutkan, ternyata tembakau bisa diolah
menjadi obat yang bisa digunakan untuk mengatasi penyakit
HIV/AIDS. HIV adalah virus yang menginfeksi sel sistem
kekebalan tubuh manusia. Dan hebatnya, ternyata tembakau
menghasilkan protein yang bisa digunakan sebagai obat human
immunodeficiency virus (HIV) penyebab AIDS, yang disebut

griffithsin. Protein ini menghentikan terbentuknya virus HIV pada


tubuh.
c. Tembakau juga bisa kita gunakan untuk melepaskan gigitan lintah
ketika di dalam hutan, tembakau juga bisa digunakan untuk
insektisida karena nikotin yang terkandung merupakan neurotoxin
yang sangat ampuh untuk serangga. Sementara itu, tembakau bisa
digunakan untuk mengobati, ambil 25 gram daun segar Nicotiana
tabacum, dicuci dan ditumbuk sampai lumat. ditambah minyak
tanah 25 ml diperas dan disaring. Hasil saringan dioleskan pada
luka.
d. Menurut Toto, pada daun tembakau terdapat senyawa bioaktif
seperti flavonoid dan fenol. Dua senyawa itu menjadi antioksidan
yang dapat mencegah penyakit kanker, anti-karsinogen, antiproliferasi, anti-flamasi, serta memberikan efek proteksi terhadap
penyakit kardiovaskuler.
e. Di dalam daun tembakau juga terdapat vitamin C atau asam
askorbat yang menjadi antioksidan dan dapat bereaksi dengan
antiradikal bebas dengan cara memberikan efek proteksi sel.
f. Di dalam tembakau juga ada zinc (Zn) yang berguna dalam
pembentukan struktur enzim dan protein yang bermanfaat bagi
tubuh. Selain itu, tembakau juga mengandung minyak astiri
(essential oil) yang dapat digunakan sebagai antibakteri dan
antiseptik
g. Selain untuk protein antikanker, GSCF juga bisa digunakan untuk
menstimulasi perbanyakan sel tunas (stemcell) yang bisa
dikembangkan untuk memulihkan jaringan fungsi tubuh yang
sudah rusak.

PELUANG DAN PROSPEK TANAMAN TEMBAKAU


Indonesa memiliki iklim yang sangat cocok untuk tanaman tembakau. Sejak
zaman penjajahan Belanda, tembakau sudah menjadi incaran para pedagang dan
saudagar-saudagar yang singgah ke negeri kita. Saat ini hampir diseluruh
Indonesia banyak sekali petani yang membudidayakannya. Dan pendapatan

negara melalui cukai pada rokok cukup besar dikaerankan jumlah produksi dan
konsumsi rokok yang besar. Berikut ini adalah beberapa daerah di Indonesia yang
berpotensi sebagai produsen-produsen tembakau terbesar di Indonesia.
1. Garut Termasuk Penghasil Tembakau Berkualitas
Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman
dari genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai
pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagi obat. Jika
dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat menjadi rokok, tembakau
kunyah, dan sebagainya. Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara
mempopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang.
Kepopuleran ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bagian
selatan. Setelah AmerikaSerikat, perubahan dalam permintaan dan tenaga
kerja menyebabkan perkembangan indutri rokok.
Produk baru ini dengan cepat berkembang menjadi perusahaa
perusahaan tembakau hingga terjadi kontroversi ilmiah pada pertengahan
abad ke20. Dalam Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari
bahasa asing. Bahasa Spanyol "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam
bahasa Arawakan, khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan
mengacu pada gulungan daundaun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome
de Las Casas,1552) atau bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y
untuk menghirup asap tembakau. Dalam Bahasa Arab "tabbaq", yang
dikabarkan ada sejak abad ke9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan.
Kata tobacco (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya
diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika.
Di Indonesia, terdapat berbagai jenis tembakau yang diproduksi,
misalnya Virginia (atau Fluecured), Burley, Rajangan, tembakau yang
dikeringkan matahari dan udara, serta tembakau untuk cerutu. Namun ada
beberapa faktor khas Indonesia yang membuat jenis tembakau di Indonesia
sulit dikelompokkan menjadi jenis Virginia, Burley atau Oriental. Masing
masing daerah penghasil tembakau di Indonesia biasanya memiliki jenis

tembakau yang unik, disebabkan oleh kondisi maupun budaya setempat. Oleh
karena itu, tembakau biasanya dinamakan menurut daerah asalnya, misalnya
Temanggung, Garut, Boyolali, dan lain sebagainya. Lebih dari 100 jenis
tembakau dihasilkan di Indonesia, dan 70% dari 200 juta kilogram tembakau
yang diproduksi di Indonesia merupakan jenis Rajangan yang lazim
digunakan untuk membuat rokok kretek.
Tembakau yang tumbuh di Kabupaten Garut adalah jenis Virginia yang
merupakan salah satu jenis tembakau yang dapat tumbuh subur disamping
jenis tembakau lokal yang sudah diusahakan oleh masyarakat petani di
Kabupaten Garut. Melalui usaha rintisan yang dipelopori oleh Dinas Tanaman
Pangan dan Holtikultura dan perkembangan yang telah menunjukan suatu
hasil yang dapat ditindaklanjuti dalam bentuk usaha agribisnis yang
menguntungkan produk tembakau yang dihasilkan petani terdapat dalam dua
bentuk tembakau rajangan dan daun tembakau oven. Keduanya samasama
memiliki kualitas pasar yang sangat potensial.
Industri rokok nasional menggunakan tembakau virginia sebanyak
kurang lebih sebesar 85% dan 15% nya adalah tembakau lokal dan bumbu
lainnya. Keadaan ini tentu saja merupakan peluang bisnis yang potensial
untuk dikembangkan melalui sistem infestasi. Permintaan tembakau virginia
pada petani cukup banyak mencapai 100 ton/tahun dalam bentuk daun
tembakau oven. Adapun Kabupaten Garut dalam hal sistem agribisnis
diperlukan sarana dan prasarana seperti, lahan, tenaga kerja, keahlian, dan
modal. Kemudian budi daya tembakau dilihat dari ketinggian tanah, varietas
yang dianjurkan, masalah hama dan penyakit, jenis pupuk dan obatobatan,
serta produksi dan pemasaran menjadi penunjang petani tembakau untuk
menghasilkan kualitas terbaik
2. Temanggung
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, itu semua
di dorong oleh keadaan tanah yang subur yang di wariskan turun temurun
oleh leluhur kita. Memang benar adanya petikan lirik lagu kolam susu koes

plus yang menggambarkan kesuburan dan kekayaan alam Indonesia.


Bermacam-macam hasil pertanian yang menjadi komoditi ekspor yang di
hasilkan oleh alam kita yang sangat membantu pemasukan devisa negara.
Devisa negara salah satunya datang dari sektor pertanian salah satunya
yang menyumbangkan devisa bagi negara adalah tembakau yang merupakan
bahan dasar dalam membuat rokok. Berapa uang yang di dapatkan negara
berkenaan dengan cukai rokok, selain itu untuk menghasilkan rokok yang
berkualitas juga memerlukan tembakau pilihan salah satunya jenis tembakau
srintil yang di hasilkan oleh salah satu dearah di Jawa Tengah yaitu
Temanggung. Kota ini merupakan kota kecil yang berada dibawah lereng
Gunung Sindoro dan Sumbing, udara sejuk dan dataran tinggi yang akan kita
jumpai di kawasan tersebut.
Tembakau dari Temanggung terkenal mempunyai kualitas yang unggul
dengan harga yang bersaing. Kualitas selalu di jaga oleh petani tembakau di
daerah temanggung seperti di daerah Parakan, Ngadirejo yang terkenal
mempunyai kualitas tembakau yang super. Para petani mengaku mendapatkan
skill yang di wariskan oleh leluhur mereka, tidak sembarang orang dapat
mengolah tembakau dengan baik, disini diperlukan keahlian khusus baik dari
mulai menanam, merawat sampai memetik dan mengolah menjadi tembakau
yang berkualitas dengan harga yang tinggi. Keadaan tanah subur dan
sejuknya udara dataran tinggi membuat tembakau di daerah ini lebih memiliki
kualitas dan nilai komoditas yang tinggi di bandingkan dengan tembakau di
daerah lain.
Tingginya harga tembakau di daerah Temanggung berpaengaruh pula
dengan keadaan pasar dalam hal ini harga sembako di Temanggung juga turut
mengalami peningkatan, hal yang sama juga dituturkan salah satu penjual di
Pasar Parakan yang mengaku harga tembakau sangat berpengaruh terhadap
harga barang lain di pasaran. Saat ini petani di Temanggung sedang
menikmati hasil panen, sedangkan panen tembakau sendiri sudah berakhir
karena dimulai sebulan sebelum puasa.

3. Lumajang
Kabupaten Lumajang yang pernah menjadi sentra penghasil tembakau
berkualitas unggul dan paling disukai oleh pecinta di jaman kolonial hingga
tahun 90-an. Kantor Perkebunan kembali akan menjadikan Lumajang sebagai
sentra pengembangan produksi tembakau bekerjasama dengan Dinas
Pertanian dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Kasi Usaha Tani Kantor Perkebunan kabupaten Lumajang, Ir. Timbang,
MM mengatakan tujuan pelaksanaan perencanaan pengembangan areal dan
produksi tembakau tahun 2012, untuk menyamakan persepsi antara petani
tembakau dan pengusaha tembakau. Agar dapat mencukupi kebutuhan
tembakau yang diinginkan sesuai ketentuan. Wilayah penghasil tembakau
berkualitas unggul di Kabupaten Lumajang berada diwilayah Tempeh, Kunir,
Pasirian, Senduro dan Pasrujambe. Bahkan tembakau di Lumajang pernah
masuk dalam perusahaan rokok terbesar di Indonesia seperti Sampoerna dan
Djarum Kudus. Sejumlah gudang tembakau dan lahan petani yang pernah
ditanami bahan pembuat rokok masih ada dan luas. Sehingga, Lumajang
masih bisa menjadi pemasok tembakau berkualitas, karena memiliki wilayah
yang sangat cocok dengan tanaman yang butuh panas itu.

4. Kudus
Kita tau kota kretek itu iyalah Kudus, karena memang industri kretek di
negeri ini cikal bakal-nya lahir di kota ini. Kemudian kota penghasil
tembakau terbaik ada di lembah Gunung Sindoro serta Gunung Sumbing
yaitu Wonosobo. Namun taukah kita dari mana cengkeh-cengkeh terbaik,
cengkeh-cengkeh pilihan dengan kualitas nomor wahid berasal? Rasanya tak
adil bila sala satu bahan baku kretek ini dan juga merupakan daya pikat
Negara-negara Eropa hingga menancapkan kolonialisme-nya tidak kita
ketahui. Taliabo, dibarat kepulauan Maluku tepatnya di Kepulauan Sula
adalah surga tumbuhnya tanaman beraroma khas. Memang tidak banyak alat
tranportasi yang menghubungkan kita ke paradise of clove ini. Salah satunya

dari Pelabuhan Murhum, Kota Bau Bau Sulawesi Tenggara, inilah saat nyali
petualangan petualangan kita dimulai, dengan kapal motor berkapasitas
kurang lebih 100 penumpang kita akan dibawa ke sana.
Tranportasi ini cukup khas alias gampang di kenali ketika kita berada di
pelabuhan murhum, sebab rute itu hanya dilayani dengan kapal motor yang
berbendera Fungka. Dengan kapal ini kita diajak singgah di beberapa tempat,
salah satunya banggai, Dari sana melewati pula-pulau kecil tanpa penghuni
yang cukup menarik dapat menjadi obat kejenuhan selama perjalanan.
Dermaga Bobong adalah gerbang memasuki padang cengkeh yang maha luas,
disini rumah-rumah para nelayan seolah menjadi penyambut kita kesana,
disinilah panorama cengkeh memenuhi cakrawala pandangan kita tak ubahnya ketika kita menyaksikan tanaman padi di Ubud, Bali atau kawasan kebun
teh puncak pass Jawa Barat dimana dari 8 mata angin kita menyaksikan
hanya tersaji satu tanaman, dan disini adalah cengkeh. Dari sinilah cengkehcengkeh terbaik di negeri ini bahkan di dunia tumbuh.
Tidak banyak yang tauh sejak kapan tanaman cengkeh, seolah tumbuh
disetiap jengkal Taliabo. Bila kita berkunjung kesana disaat musim petik
cengkeh tiba gambaran kawasan yang terpencil dan sunyi akan hilang, sebab
ribuan buruh pemetik cengkeh dan rombongan para tengkulak-tengkulak
cengkeh menjadikan Taliabo hiruk pikuk sebagai kawasan perniagaan
cengkeh. Dengan berkunjung kesini kita akan semakin sadar betapa kaya-nya
nusantara ini kita punya tembakau terbik sekaligus juga cengkeh pilihan.
Tinggal bagaimana kita mengelolahnya saya bermimpi kita seperti Negara
Kuba yang punya cerutu pilihan, semoga ramuan tembakau Wonosobo serta
cengkeh Taliabo menjadi mahkota kretek di dunia.

Tanaman Tembakau merupakan tanaman yang dipanen daunnya untuk


diolah. Tanaman tembakau membutuhkan tanah yang gembur dan lembab untuk
pertumbuhannya. Akhir-akhir ini pemerintah sudah melakukan intensifikasi dan
beberapa program lain yang mendukung usahatani tembakau di Indonesia. Selain

itu juga ada banyak penelitian yang sudah dilakukan dengan berbagai macam
analisis ekonomi. Pendapatan negara dari cukai rokok bisa mencapai Rp 70 triliun
setiap tahunnya. Berikut ini adalah daftar lahan yang digunakan untuk budidaya
tembakau di Indonesia.
1
2
3

Aceh
Bali
Daerah Istimewa

4
5
6
7
8
9
10
11

Yogyakarta
Jambi
Jawa Tengah
Jawa Timur
Lampung
Nusatenggara Barat
Nusatenggara Timur
Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

12

Sumatera Selatan

13

Sumatera Utara

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.501


Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 972
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 210
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 617
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 52.565
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 146.975
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 642
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 30.775
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.075
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 3.238
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.416
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 125
Status Lahan: Perkebunan Rakyat
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.126
Status Lahan: Luas Areal Perkebunan Rakyat
sebesar 645,60 ha, Perkebunan PTPN Sebesar
480 ha.

Melalui tabel diatas kita dapat melihat bahwa saat ini sudah cukup banyak
lahan budidaya tembakau di Indonesia. Dalam golongan Nicotiana tobacum
terdapat jenis-jenis atau varietas yang amat banyak jumlahnya, yang untuk tiaptiap daerah terdapat perbedaan-perbedaan baik kecil maupun besar. Tiap-tiap
daerah menghasilkan kualiras tertententu dengan ciri yang khas. Oleh karena itu
penyebaran-penyebaran jenis jarang terjadi, sebab pemasukan suatu jenis asing ke
dalam suatu daerah yang khas akan membahayakan hasil yang dikeluarkan oleh
daerah-daerah tersebut sehingga tidak bermutu sama sekali, sebagai akibat
mungkin dari percampuran mekanis atau genetis dari jenis asing tersebut dengan
jenis daerah. Secara garis besar dapatlah tembakau dei Indonesia dibagi menurut
penggunaannya atas tipe-tipe (jenis) sebagai berikut :

1.
2.
3.
4.
5.

Jenis tembakau cerutu


Jenis tembakau sigaret (putih)
Jenis tembakau pipa
Jenis tembakau asepan
Jenis tembakau asli/rakyat (pada umumnya tipe rajangan)
(Soedarmanto, 1991).

A. ANALISIS SWOT
Untuk melihat prospek komoditi tembakau, dilakukanlah analisis SWOT
terhadap komoditi tersebut. Untuk analisis SWOT diambil sebuah referensi dari
sebuah makalah yang melaksanakan penelitiannya di Kecamatan Sukasari. Hasil
analisis SWOT pada usahatani tembakau di Kecamatan Sukasari adalah sebagai
berikut :

Strength (S)
a. Merupakan komoditi yang mengandalkan zat addict yang menimbulkan
ketergantungan sehingga mempunyai pangsa pasar relatif tahan lama.
b. Luas lahan dan produksi tetap, karena kesesuaian lahan terbatas pada
daerah tertentu sehingga tidak memungkinkan dilakukan ekstensifikasi
secara besar-besaran. Hal ini akan menjaga tidak adanya lonjakan produksi
yang dapat menyebabkan harga terpuruk terlalu rendah.
c. Permintaan pasar dalam negeri terus meningkat walaupun kecil yang akan
mendorong pangsa pasar tembakau.
d. Tersedianya lahan dan iklim yang sesuai untuk menghasilkan termbakau
berkualitas tinggi. Didaerah tertentu yang saat ini menjadi daerah sentra
produksi tembakau dapat menghasilkan produksi dan kualitas yang tinggi.
e. Teknologi produksi telah dikuasai. Di Indonesia telah tersedia lembaga
penelitian tembakau (Balittas Malang) yang telah secara kontinu
mengembangkan teknologi tembakau. Lembaga ini dapat dijadikan
narasumber dalam mengatasi kendala budidaya tembakau.
f. Potensial genetik luas untuk pemuliaan (keragaman varietas tinggi).
Tembakau telah lama dikembangkan di Indonesia sehingga saat ini telah
banyak kultivar yang telah beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini berarti

di Indonesia terdapat plasma nutfah dengan keragaman genetik yang


sangat tinggi sebagai bahan pemuliaan baik untuk peningkatan hasil
maupun ketahanan terhadap penyakit tertentu.

Weakness (W)
a. Sensitif terhadap cuaca terutama untuk tembakau Voor Oogst. Tembakau
ini menghendaki cuaca yang benar-benar kering pada saat panen dan
adanya hujan walaupun dalam volume kecil akan sangat merusak hasil
tembakau.
b. Industri hilir tembakau terbatas pada rokok sehingga terjadi sistem
perdagangan yang tidak sehat. Perdagangan tembakau saat ini sangat
dikuasai oleh pabrik rokok sehingga harga maupun volume pembelian
ditentukan sepenuhnya oleh pabrik rokok dan agen-agennya.
c. Skala pengusahaan tembakau rakyat sangat kecil (rata-rata 0,25 ha)
sehingga sulit untuk menerapkan teknologi moderen yang efisien. Hal ini
juga menyebabkan petani tidak memiliki posisi tawar yang baik terhadap
pedagang.

Opportunity (O)
a. Konsumsi tembakau dalam negeri masih negatif dibanding produksinya
dan impor cukup besar terutama tembakau Virginia, sehingga peluang
pasar masih besar untuk dalam negeri.
b. Peluang pasar ekspor untuk tembakau cerutu juga masih besar karena baru
terpenuhi sekitar 30 %.
c. Pemerintah masih mentargetkan APBN dari cukai dan pajak ekspor
tembakau cukup besar sehingga ruang gerak pasar dan produksi masih
luas.
d. Peluang pemanfaatan tembakau untuk bahan baku obat dan pestisida.
Walaupun masih dalam skala laboratorium hal ini diharapkan dapat
menjadi diversifikasi produk industri hilir tembakau di masa datang.
e. Pertumbukan konsumsi rokok di negara berkembang positif 3 % per tahun
yang masih memberikan prospek pasar tembakau di luar negeri.

f. Telah ditemukannya teknologi penurunan nikotin dan tar pada tembakau


untuk mengantisipasi peraturan pemerintah untuk rokok bernikotin dan tar
rendah.

Threat (T)
a. Kampanye anti rokok oleh WHO yaitu tembakau sebagai penyebab kanker
paru-paru, impotensi, dll.
b. Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 1999 utnuk produksi rokok bernikotin
dan tar rendah.
c. Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis SWOT

Strength (S) menghadapi Weakness (W)


a. Menggunakan teknologi dan hasil pemuliaan untuk mengatasi sensitifitas
tanaman terhadap cuaca (terutama curah hujan). Dalam hal ini pernah
ditawarkan pemantauan hujan dan pemecahan awan dalam rangka
mencegah hujan di musim panen tembakau dapat dilakukan. Mendorong
balai penelitian atau R&D yang mungkin didanai oleh pabrik rokok untuk
melakukan rekayasa genetik sehingga dihasilkan kultivar tembakau yang
tahan musim hujan, tahan penyakit lanas, produksi tinggi dengan kualitas
yang tinggi pula termasuk berkadar nikotin rendah.
b. Menerapkan teknologi produksi yang efisien dengan penguatan pada
kelembagaan petani untuk memperkuat posisi tawar petani. Penerapan
teknologi yang efisien dapat dilakukan dengan menyatukan hamparan
lahan petani dalam satu komando pengelolaan sehingga dapat dilakukan
tanam serempak, panen serempak dan biaya produksi rendah sehingga
dapat menyiasati pola pasar yang selama ini dilakukan pedagang.

Oportunity (O) menghadapi Threat (T)


a. Dengan rekayasa teknologi dan genetik menciptakan kultivar tembakau
berkadar nikotin dan tar rendah.
b. Mengembangkan industri hilir lain berbahan baku tembakau seperti
industri obat dan pestisida.

c. Memperbesar pasar tembakau di luar negeri baik untuk tembakau rokok


kretek, rokok putih maupun cerutu.

Peluang Usaha
Melihat berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada
produksi tembakau dapat disimpulkan bahwa peluang usaha tembakau masih
cukup terbuka tetapi untuk jenis tembakau Virginia dan cerutu Vorstenland. Hal
tersebut didasarkan atas.
a. Impor tembakau Virginia masih cukup tinggi serta terjadi kekurangan yang
cukup besar untuk industri rokok dalam negeri. Demikian pula tembakau
cerutu Vorstenland masih belum dapat memenuhi permintaan pasar luar
negeri.
b. Untuk tembakau cerutu Vostenland telah ditemukan teknologi budidaya
bawah naungan yang dapat menghasilkan daun untuk cerutu kualitas
wrapper lebih banyak sehingga lebih menguntungkan.
c. Untuk tembakau Virginia telah banyak teknologi dikembangkan sehingga
pelaksanaan produksi lebih efisien dan jaminan keberhasilan lebih tinggi.
Teknologi tersebut antara lain pesemaian dalam polybag, sukering dengan
bahan kimia dan teknologi curing yang lebih baik.
d. Kelembagaan usaha terutama untuk tembakau Virginia dapat diwujudkan
dalam bentuk kemitraan dengan pengusaha pemain lama seperti PT. BAT
Indonesia.
e. Resiko kegagalan produksi maupun pasar kedua jenis tembakau tersebut
relatif lebih kecil dibanding tembakau rakyat rajangan.
Peluang usaha tembakau masih terbuka juga dilihat dari permintaan yang

masih stabil dan cenderung naik, sementara produksi relatif stabil dan cenderung
turun. Walaupun demikian akan sulit kiranya apabila pengembangan usaha
diarahkan pada perluasan ke areal produksi yang baru. Disamping tingkat
kesesuaian lahan yang terbatas juga mencari kultivar tembakau yang sesuai serta
penguasaan teknologi tembakau juga akan menjadi kendala. Oleh karena itu usaha
produksi tembakau tetap diarahkan pada daerah-daerah sentra produksi yang telah
ada dengan tekanan pada hal-hal dibawah ini.

Peningkatan produksi dengan meningktakan penerapan teknologi.


Penguatan kelembagaan petani untuk mengakses modal, teknologi dan

pasar.
Kemitraan yang kuat antara petani tembakau dengan perusahaan pabrik
rokok.

Desa yang dipilih untuk analisis data kali ini mengambil obyek di Desa
Wiro, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Dimana sebelah utara berbatasan
dengan Desa Jonggrangan, sebelah timur Desa Sinan, selatan Desa Bogoran, dan
barat berbatasan dengan Pegunungan Pegat. Desa Wiro mempunyai iklim tropis
dengan ketinggian tempat 150mdpl. Topografi yang berbukit-bukit serta suhu
antara 20C - 32C memungkinkan petani di desa tersebut untuk menanam
tembakau apabila musim kemarau.
Desa Wiro memiliki luas wilayah 337,5718 Ha dengan jumlah penduduk
sebanyak 4478 jiwa meliputi 2197 penduduk laki-laki dan 2281 penduduk
perempuan. Jumlah produksi tembakau di desa ini pada lahan 5 Ha dihasilkan 375
ton tembakau. Selain tembakau, desa ini juga berpotensi untuk ditanami kelapa,
jagung, kacang panjang dan sawi.
Dari segi pendidikan, desa Wiro memiliki 5 unit sarana pendidikan yaitu dua
buah gedung TK (Taman Kanak-kanak) dan juga tiga buah SD. Jika dilihat dari

jumlah tersebut tentunya belum memadai. Kemudian dari segi mata pencaharian,
sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Untuk budidaya
tanaman tembakau dilakukan setelah tanaman padi. Setelah musin hujan selesai
dan memasuki musim kemarau tanah diolah, diberi pupuk dan dibiarkan beberapa
hari. Lebih baik diusahakan pada musim kemarau karena hasilnya tidak maksimal
bila dilakukan pada musim penghujan, ini dikarenakan daun akan cepat
membusuk ketika terkena air hujan.
Tabel 1 Karakteristik Petani Komoditas Tembakau Varietas Grompol dan
Sempring di Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

No

Uraian

Varietas Grompol

Varietas Sempring

54

55

36

20

0.469

0.276

Pemilik penggarap

Pemilik penggarap

Umur (th)
1.
Pendidikan (th)
2.
Pengalaman menggarap (th)
3.
Jumlah anggota keluarga
4.
Jumlah anggota keluarga yang
5.
6.
7.

aktif di usahatani
Luas lahan (Ha)
Status kepemilikan

Sumber : Analisis Data Primer


Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa kondisi petani tembakau varietas
Grompol di Desa Wiro ini rata-rata berusia 54 tahun yang memiliki pendidikan
sampai tingkat SD atau 6 tahun saja sedangkan pada petani tembakau varietas
Sempring rata-rata berusia 55 tahun dan juga mengenyam pendidikan hanya
sampai SD. Pengalaman petani dalam mengusahakan tembakau varietas Grompol

selama 36 tahun sedangkan varietas Sempring selama 20 tahun. Pada umumnya


mereka hanya belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang-orang
terdahulu. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani tembaku
varietas Grompol dan Sempring rata-rata berjumlah 4 orang yang terdiri dari
suami, istri dan anak. Sedangkan yang aktif dalam usaha tani hanya 2 orang pada
petani di kedua varietas.
Karena lahan dikerjakan sendiri tanpa menggunakan tenaga kerja luar maka
biaya yang dikeluarkan lebih sedikit sehingga bisa digunakan untuk mencukupi
kebutuhan lain. Kebanyakan jumlah anggota keluarga yang aktif hanya 2 orang
karena anak-anak masih dalam usia sekolah sehingga pengalaman dalam usaha
tani belum maksimal maka semua pengelolaan usaha tani hanya dilakukan oleh
orang tua saja. Petani di desa tersebut telah memiliki lahan pertanian sendiri yang
luas lahannya bervariasi. Petani tembakau varietas Grompol memiliki luas lahan
rata-rata 0,469 Ha sedangkan petani tembakau varietas Sempring rata-rata
memiliki lahan seluas 0,276 Ha.sebagian besar kepemilikan lahan diperoleh dari
warisan orang tua mereka yang turun temurun.

B.

Budidaya Tanaman oleh Petani Sampel


Dari hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh keterangan sebagai
berikut yaitu petani tembakau yang ada di Desa Wiro, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten terbagi ke dalam 2 kelompok yaitu petani yang
mengusahakan tembakau jenis Grompol dan jenis Sempring. Secara umum
kedua varietas ini memiliki kesamaan dalam hal pemeliharaan dan umur
tanaman siap panen. Sedangkan perbedaannya terletak pada besar daun yaitu
daun pada tembakau jenis Grompol lebih besar dari pada jenis Sempring.
Tembakau dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan rook dan
para orang tua masih mengkonsumsinya untuk nginang dimana tembakau
tersebut dicampur dengan daun sirih dan kapu laga (injet). Petani membagi
tembakau menjadi tiga kelas yaitu :

1. kelas A dengan ciri daun berwarna bening dengan cahaya kekuningan


2. kelas B tembakau yang tidak sempurna karena ada penyakitnya
3. kelas C yaitu tembakau yang sudah dibuang (buangan)
Tanaman tembakau dapat tumbuh di daerah yang kering. Selama
pertumbuhannya tembakau membutuhkan suhu yang tidak lembab, cuaca
panas dan iklim tropis sehingga tanaman tembakau cocok ditanam di musim
kemarau. Pengelolaan tanaman tembakau melewati tahapan-tahapan tertentu
secara berurutan, antara lain :

Persiapan lahan
Lahan biasanya sudah digunakan untuk budidaya tanaman sebelumnya
sehingga memudahkan dalam proses pencangkulan. Dalam persiapan
lahan, petani tidak menggunakan traktor karena kondisi tanah yang sudah
gembur sehingga penggunaan traktor dirsa tidak perlu.

Pencangkulan
Lahan yang sudah gembur di cacah dengan cangkul kemudian di buat
bedengan lalu diberi pupuk secara merata. Pada permulaan biasanya pupuk
yang digunakan adalah pupuk kandang.

Penanaman
Bibit yang sudah disiapkan di tanam dengan jarak 60 x 90 cm setelah itu
tanah di cangkul lagi agar tanah benar-benar gembur.

Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman tembakau baik jenis Grompol maupun Sempring
meliputi kegiatan menyiangi, memupuk dan menyemprot. Menyiangi yaitu
mencabut rumput atau tanaman liar yang tumbuh di sekitar tanaman
tembakau yang keberadaannya dapat menghambat pertumbuhan tanaman

tembakau. Petani memupuk tanaman tembakau dengan komposisi pupuk


tertentu. Pupuk yang digunakan antara lain pupuk kandang, Urea, TSP,
ZA, dan NPK. Sedngkan pestisida yang digunakan adalah Tamaron,
Curacron, dan Decis. Penggunaannya harus sesuai takaran/dosis agar
mampu menghasilkan hasil yang optimal.

Panen
Tanaman tembakau sudah dapat dipanen pada umur rata-rata 6-7 bulan.
Untuk pemanenan memmakai tenaga kerja sendiri sehingga petani tidak
memiliki tanggungan untuk memberi upah. Namun ada juga yang
memakai tenaga kerja dari luar dengan upah Rp. 15.000,00 sampai Rp.
20.000,00 per hari.

Pasca panen
Pada saat pasca panen, petani tembakau tidak mengeluarkan biaya untuk
transportasi pengangkutan tembakau ke pembeli, karena biasanya para
pembeli datang langsung ke petani yang telah memanen tembakaunya
sehingga biaya transportasi menjadi tanggungan pembeli.

C.

Analisis Hasil
Tabel 2 Biaya Usahatani Komoditas Tembakau Varietas Grompol per usahatani dan per hektar

No

Uraian

Per Hektar

Nilai (Rp)
1.

Per Usahatani

Nilai

Saprodi
1.

Bibit

159.208

11,5

45.400

12,875

2.

Pupuk

3.

Pestisida

939.332,5

70,9

247.250

70,12

143.345

9,8

26.050

7,388

21.450

1,55

7.500

2,127

85.414

6,17

26.400

7,487

100

352.600

100

Tenaga kerja luar


2.
Sewa lahan
3.
Pajak
4.
Bunga Modal Luar
5.
Lain-lain
6.
Total biaya

1.348.749,5

Sumber : Analisis Data Primer

Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa alokasi pengeluaran pada saprodi


terutama pada pupuk yaitu sebesar Rp 939.332,5 atau 70,9% per hektar. Biaya
yang dikeluarkan untuk pestisida sebesar Rp 143.345,00 atau 9,8% untuk luas
per hektar. Biaya untuk bibit sebesar Rp 159.208,00 atau 11, 5% per
hektarnya dan biaya untuk tenaga kerja luar perhektarnya sebesar Rp
21.450,00 atau 1,55%. Petani adalah pemilik penggarap sehingga tidak
mengeluarkan biaya untuk sewa lahan karena lahan milik sendiri. Sebagai
ganti rugi petani membayar pajak sebesar Rp 85.414,00 atau 6,17% per
hektar untuk satu kali musim tanam. Petani di desa ini tidak mengeluarkan
biaya untuk bunga modal luar karena mereka mendapatkan modal dari sendiri
bukan dari pinjaman dari luar.
Tabel 3 Biaya Usahatani Komoditas Tembakau Varietas Sempring per usahatani dan per hektar

No

Uraian

Per Hektar

Per Usahatani

Nilai (Rp)
1.

3.
4.
5.

Nilai

Saprodi
211.122,5

19,5

51.600

30,42

595.097,5

54,9

165.940

30,45

129.980

11,99

32.100

18,92

80.000

7,39

16.000

9,43

67.075

6,18

18.260

10,77

Bunga Modal Luar

Lain-lain

100

283.900

100

1.

Bibit

2.

Pupuk

3.

Pestisida
Tenaga kerja luar

2.

Sewa lahan
Pajak

Total biaya

1.083.275

Sumber : Analisis Data Primer

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa alokasi pengeluaran terbesar pada


saprodi pupuk sebesar Rp 211.122,5 atau 54,9% per hektarnya. Biaya yang
dikeluarkan untuk pestisida per hektarnya sebesar Rp 129.980,00 atau
11,99%. Biaya tenaga kerja per hektar sebesar Rp 80.000,00 atau 7,39%.
Petani adalah pemilik penggarap sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk
sewa lahan karena lahan milik sendiri. Sebagai ganti rugi petani membayar
pajak sebesar Rp 67.075,00 atau 6,18% per hektar untuk satu kali musim
tanam. Petani di desa ini tidak mengeluarka biaya untuk bunga modal luar
karena mereka mendapatkan modal dari sendiri bukan dari pinjaman dari luar.
Tabel 4 Produksi, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Tembakau Varietas Grompol di
Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten per hektar dan per usahatani

No

Uraian

Per Hektar

Per Usahatani

Produksi (Kg)
1.

7.649,5

1.990

7.497.000

1.910.000

1.348.749,5

352.600

6.148.250,5

1.557.400

5,56

5,4

Penerimaan (Rp)
2.
Total Biaya (Rp)
3.
Pendapatan (Rp)
4.
R/C Ratio
5.

Sumber : Analisis Data Primer

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa produksi rat-rata komoditas


tembakau jenis Grompol sebesar 7649,5 kg per hektar dan 1990 kg per
usahatani. Di Desa Wiro standar harga tembakau dari petani kurang lebih
sebesar Rp 1.000,00/kg sehingga penerimaan yang diperoleh sebesar Rp
7.497.000,00 per hektar dan Rp 1.910.000,00 per usahatani. Untuk biaya
yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1.348.749,5 per hektar sedangkan untuk
biaya yang dikeluarkan per usahatani adalah sebesar Rp 352.600,00 sehingga
dapat diketahui jumlah pendapatan petani sebesar Rp 6.148.250,5 per hektar
dan Rp 1.557.400,00 per usahatani. Untuk R/C ratio diperoleh nilai sebesar
5,56 per hektar ini berarti setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan 5,56 rupiah sedangkan untuk R/C usaha tani
sebesar 5,54 yang berarti setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan 5,54 rupiah.
Tabel 5 Produksi, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Tembakau Varietas Sempring di
Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten per hektar dan per usahatani

No

Uraian

Per Hektar

Per Usahatani

Produksi (Kg)
1.

4.689,45

1.250

5.224.210

1.375.000

1.083.275

283.900

4.140.935

1.091.100

4,82

4,84

Penerimaan (Rp)
2.
Total Biaya (Rp)
3.
Pendapatan (Rp)
4.
R/C Ratio
5.

Sumber : Analisis Data Primer

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa produksi tembakau jenis Sempring


sebesar 4689,45 kg per hektar dan 1250 kg per usahatani. Dan penerimaan
yang diperoleh sebesar Rp 5.224.210,00 per hektar dan Rp 1.375.000,00 per
usahatani. Penerimaan ini diperoleh berdasarkan perhitungan harga tembakau
yaitu Rp 2.000,00/kg dikalikan jumlah produksi tembakau. Untuk total biaya
yang dikeluarkan dalam pengelolaan sebesar Rp 1.083.275,00 per hektar dan
Rp 283.900,00 per usahatani, sedangkan pendapatan yang didapat adalah Rp
4.140.935,00 per hektar dan Rp 1.091.100 per usahatani.
Untuk R/C ratio diperoleh nilai sebesar 4,82 per hektar ini berarti setiap
1 rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan 4,82 rupiah
sedangkan untuk R/C usaha tani sebesar 4,84 yang berarti setiap 1 rupiah
biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan 4,84 rupiah.
Dari tabel 4 dan 5 dapat dibandingkan bahwa jumlah produksi,
penerimaan, total biaya pada tanaman tembakau jenis Grompol lebih besar
dibanding jenis Sempring. Perbedaan pendapatan cukup besar dan berbeda
nyata, hal ini disebabkan karena kualitas Grompol lebih baik. Kondisi inilah
yang menyebabkan petani lebih memilih Grompol daripada Sempring.
Tabel 6 Besarnya R/C Ratio dan Incremental B/C Ratio pada Usahatani Tembakau di Desa Wiro, Kecamatan
Bayat, Kabupaten Klaten

No Varietas

Penerimaan

Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) R/C Ratio

(Rp)

B/C
Ratio

1. Grompol
7.497.000

1.348.749,5

6.148.250,5

5,56

5.224.210

1.083.275

4.140.935

4,82

5,23

2. Sempring

Sumber : Analisis Data Primer

1. R/C Ratio
a. Varietas Grompol
R/C Ratio = 5,56
R/C ratio dari varietas Grompol sebesar 5,56 artinya setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk biaya usaha tani akan menghasilkan penerimaan Rp
5,56.
b. Varietas Sempring
R/C Ratio = 4,82
R/C ratio dari varietas Sempring sebesar 4,82 artinya setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk biaya usaha tani akan menghasilkan penerimaan Rp
4,82.
2. B/C Ratio (Incremental)
B/C Ratio = 5,23

Usaha Tani bermanfaat


Dari tabel 6 diketahui bahwa besarnya R/C ratio tembakau Grompol yaitu
5,6 dengan perhitungan rata-rata biaya usaha tani per hektar. Sedangkan untuk
varietas Sempring diperoleh R/C ratio sebesar 4,82 yang berarti lebih besar dari
R/C ratio Grompol. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tani tembakau Sempring
mempunyai efisiensi lebih besar dibanding tembakau Grompol. Nilai B/C ratio
yaitu sebesar 5,23 yang diperoleh dari perhitungan selisih penerimaan usaha tani
per hektar di bagi selisih biaya usaha tani per hektar antara Grompol dan
Sempring.
B/C ratio yang nilainya > 1 atau (5,23) ini menunjukkan bahwa penambahan
biaya untuk kedua varietas ini memberikan manfaat atau dengan kata lain
penambahan penerimaan untuk kedua varietas lebih tinggi dari pada penambahan
biayanya.
1. PEMASUKAN NEGARA MELALUI CUKAI ROKOK
Industri rokok merupakan salah satu industri yang mengalami pasang
surut namun tetap eksis di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang lamban
bahkan sempat minus di masa krisis moneter ternyata tidak mempengaruhi
industri rokok di Indonesia. Padahal industri rokok di Indonesia mengalami
banyak tantangan karena imbas krisis yang berkepanjangan. Daya beli
masyarakat menurun, tarif cukai merambat naik, upah buruh mengalami
penyesuaian sesuai dengan tuntutan biaya hidup yang semakin tinggi.
Sebagai salah satu sumber penerimaan negara, cukai mempunyai
kontribusi yang sangat penting dalam APBN khususnya dalam kelompok
Penerimaan Dalam Negeri. Penerimaan cukai dipungut dari tiga jenis
barang yaitu etil alkohol, minuman yang mengandung etil alkohol, dan hasil
tembakau. Pada tahun 1990/1991, penerimaan cukai hanya sebesar Rp 1,8
triliun atau memberikan kontribusi sekitar 4 persen dari penerimaan dalam
negeri (Wibowo, 2003).

Pada tahun anggaran 1999/2000 jumlah tersebut telah meningkat


menjadi Rp 10,4 triliun atau menyumbang sebesar 7,3 persen dari
penerimaan dalam negeri. Pada tahun 2003, penerimaan cukai ditetapkan
sebesar Rp 27,9 triliun atau sebesar 8,3 persen dari penerimaan dalam
negeri. Hal ini berarti kontribusi penerimaan cukai terhadap penerimaan
dalam negeri selama kurang dari 10 tahun, sejak tahun 1999 hingga tahun
2009 telah meningkat lebih dari 100%.
Dari penerimaan cukai tersebut, 95% berasal dari cukai hasil
tembakau yang diperoleh dari jenis hasil tembakau (JHT) berupa rokok
sigaret kretek mesin, rokok sigaret tangan, dan rokok sigaret putih mesin
yang dihasilkan oleh industri rokok (Wibowo, 2003). Dari sisi penguasaan
pasar, selama 2004 rokok kretek jelas masih perkasa dengan merebut pangsa
hampir 92%. Sisanya, dinikmati oleh rokok putih. Pada kelompok rokok
kretek ini, pasar terbesar selama bertahun-tahun masih dikuasai oleh
Gudang Garam dengan penguasaan pangsa 30,3%, atau setara 64,7 miliar
batang. Peringkat kedua kini ditempati oleh Sampoerna, yang menggeser
Djarum (39 miliar batang, atau setara 18,2%). Sementara jarak dengan
peringkat ke-4, Bentoel, memang terlalu jauh. Saat ini Bentoel baru
memproduksi 4,1 miliar batang, atau setara 1,9% (Warta Ekonomi, 2005).
Sayangnya industri rokok di Indonesia masih mengandalkan pasar
domestik saja. Itu sebabnya, meski sejumlah produsen sudah melakukan
ekspor, angkanya belum terlalu signifikan. Dalam kurun waktu delapan
tahun terakhir, ekspor rokok terbesar terjadi pada 2004 dengan nilai US$
185,9

juta

meski

secara

umum

nilainya

cenderung

berfluktuasi.

Penyebabnya, antara lain, kekhawatiran konsumen di negara-negara Eropa


dan Amerika terhadap tingginya kandungan tar dan nikotin pada rokok
kretek. Di pasar domestik, kekuatan industri tercermin dari sumbangannya
terhadap target penerimaan cukai pemerintah, yang sejak 1997 hingga 2004
terus tumbuh secara signifikan. Tahun lalu kontribusi cukai rokok terhadap
pos penerimaan di APBN mencapai Rp 28,8 triliun, sementara pada 2005 ini
ditargetkan menjadi Rp 30 triliun.

2. TEMBAKAU SEBAGAI PESTISIDA ORGANIK


Banyak orang masih berpikir bahwa tembakau hanya dapat diolah
sebagai rokok saja. Padahal awalnya tembakau tidak digunkan sebagai rokok,
tetapi sebagai obat. Baru-baru ini telah dilakukan banyak sekali penelitian
tentang keefektifan tembakau sebagai pestisida organik. Dari sekian banyak
penelitian yang dilaksanakan semua menyatakan bahwa daun tembakau
sangat direkomendasikan untuk dijadikan pestisida dikarenakan kandungan
nikotin yang terdapat pada daun dan batangnya yang dapat mematikan
serangga, hama atau OPT (Organisme Penggangu Tanaman) secara efektif.
Pestisida daun tembakau bekerja sebagai racun kontak yang masuk melalui
sistem pernafasan hama dan mematikan hama dengan cukup cepat. Berikut
adalah rinciannya.
a. Bagian Tanaman Yang Dimanfaatkan Untuk Bahan Pestisida Nabati
Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk bahan pestisida
nabati adalah daun dan batang yang banyak mengandung nikotin. Daun
yang akan dipakai bisa menggunakan daun yang masih segar atau yang
sudah difermentasi. Tembakau adalah tanaman yang memiliki nilai

ekonomi tinggi, menghemat biaya pengeluaran dan bisa menggunakan


tembakau sisa yang harganya murah. Di sentra-sentra tembakau, seperti
Temanggung, Wonosobo, dan lereng Gunung Merapi dan Gunung
Merbabu, banyak petani menanam tembakau. Biasanya selalu ada sisa
tembakau yang kualitasnya rendah. Harganya per keranjang hanya
beberapa puluh ribu saja.
Selain itu juga bisa memanfaatkan sisa batang tembakau setelah
tebang. Setelah daun tembakau dipanen, biasanya batang tembakau
ditebang dan dibuang. Sisa batang ini juga bisa dimanfaatkan untuk
bahan pestisida nabati. Harganya juga relatif murah, sehingga pestisida
nabati yang dibuat juga bisa dijual dengan harga yang murah dan
terjangkau untuk petani.

b. Hama & Penyakit Sasaran Pestisida Nabati Tembakau


Hama-hama yang dijadikan sasaran adalah aphis, ulat, ulat kubis
(tritip), kumbang kecil, tungau dan penggerek batang. Sedangkan
penyakit-penyakit yang dijadikan sasaran pengaplikasian adalah karat
pada buncis dan gandum, kamur kentang, dan virus keriting daun.
Pestisida dari ekstrak tembakau ini bisa menjadi penolak, insektisida,
fungisida, dan akarisida. Pestisida tembakau ini bekerja sebagai racun
kontak, racun perut, dan racun pernafasan. Yang bekerja cepat untuk
membasmi dan mengatasi serangan OPT di lahan

c. Efek Terhadap Manusia Dan Serangga Bukan Sasaran


Nikotin adalah racun yang keras. Hindari kontak pada kulit.
Gunakan masker agar tidak masuk ke sistem pernafasan. Racun ini
memerlukan 3-4 hari untuk terurai. Buah atau sayuran yang disemprot
dengan ekstrak tembakau jangan dimakan sebelum 3 4 hari. Ekstrak
tembakau tidak berpengaruh pada kumbang macan dan larvanya atau pun
capung.

Daun tembakau memiliki banyak sekali senyawa racun dan


berpotensi sebagai pestisida nabati, salah satunya adalah nikotin. Untuk
bahan pestisida sebaiknya menggunakan sisa daun tembakau yang tidak
layak jual, atau tembakau sisa. Harganya sangat murah sekali, apalagi
kalau sedang musim panen tembakau. Cara pembuatannya juga sangat
mudah sekali. Tumbuk daun tembakau. Kemudian rendam daun
tembakau dengan perbandingan 1:4. Jadi 250 gr direndam dalam 1 liter
air. Campuran tersebut didiamkan selama satu malam. Airnya kemudian
disaring. Larutan ini yang digunakan sebagai pestisida nabati.
Beberapa daerah dikenal sebagai sentra produksi tembakau, seperti:
Temanggung, Wonosobo, lereng Gunung Merapi, Jember, Banyuwangi,
dan beberapa tempat lainnya. Ketika musim panen tiba, banyak sekali
sisa-sisa tembakau yang harganya relatif miring. Kumpulkan saja bahanbahan ini dan jika diperlukan suatu saat bisa dimanfaatkan untuk
membuat pestisida nabati. Petani-petani yang ada di sekitar wilayah
penghasil tembakau, bisa memanfaatkan bahan ini untuk pengganti
pestisida kimia. Pestisida nabati dari daun tembakau tidak kalah
manjurnya daripada pestisida kimia. Memang petani mesti repot sedikit
untuk membuat pestisidanya, tetapi yang lebih penting adalah petani bisa
mandiri dan lebih ramah lingkungan. Berikut ini adalah cara pembuatan
pestisida dari tembakau.

1. Siapkan tembakau kualitas rendah yang sudah tidak layak sebagai


bahan baku rokok yang dijadikan sebagai bahan baku pestisida
nabati.

2. Setelah bahan didapatkan, daun tembakau tersebut dirajang sampai


halus.
3. Bahan pestisida yang sudah dirajang kemudian direndam selama
semalam untuk diambil ekstraknya.
4. Setelah direndam ambil daun tembakau dan disaring.
5. Esktrak daun tembakau berwarna hitam pekat siap untuk
dimasukkan kedalam botol dan diberi label.

Ekstrak daun tembakau ini sangat pekat sekali. Pemakaiannya perlu


hati-hati, karena pemakaian yang berlebihan dari tembakau bisa
menyebabkan tanaman keracunan. Untuk penggunaannya cukup mudah.
Larutkan pestisida cair dengan air hingga warnanya berubah kecoklatan
dan pestisida siap untuk digunakan.

3. ANALISIS PERENCANAAN KEGIATAN PRODUKSI


a. Alat dan bahan
i.
Bahan Baku Rata-Rata Per Bulan
Daun tembakau atau batang tembakau sisa panen atau yang tidak

ii.

dipakai
Air
Alat
Bak air
Pisau
Botol plastik ukuran 250 ml
Kertas label

Tinta printer

b. Kapasitas produksi

Fasilitas Dan Mesin Produksi Yang Dimiliki


Proses

produksi

pestisida

nabati

dari

tembakau

ini

tidak

membutuhkan peralatan khusus dalam proses produksinya. Kapasitas


produksi rata-rata per bulan 960 botol peatisida ukuran 250 ml.
c. Rencana pengembangan produksi
Strategi dan tahap-tahap rencana pengembangan produksi
Mengubah tampilan kemasan yang lebih menarik
Membuat varian baru atau mengkombinasikan dengan tanaman lain.

4. ANALISIS KEUNTUNGAN
a. Penjualan
Produksi
Penjualan

32 botol/ hari = 30 x 32 = 960 botol/bulan


960 botol/bulan
Rp 40.000/botol

Sub total penjualan

Rp 40.000 x 960 = Rp 38.400.000

b. Biaya Tetap (fix cost)


Biaya Air (PDAM)
Biaya Listrik Tetap

Rp
Rp

250.000/bulan
50.000/bulan

Rp

300.000/bulan

Sub total Biaya tetap


c. Biaya Variabel (variable cost)
Daun Tembakau
(60 kg, @ Rp 20.000/kg)
Botol Plastik
(960 botol @ Rp 800/botol)
Kertas Label
(1 pak @ Rp 15.000/pak)
Tinta Printer
(4 botol, @ Rp 85.000/botol)
Tenaga Kerja Perajang (2 orang)
Tenaga Kerja desainer, print dan pemotong (1 orang)
Tenaga Kerja pemasang label dan tutup (2 orang)
Tenaga Kerja penyaring dan pengisi (2 orang)
Sub total biaya produksi
d. Biaya Administrasi
Biaya pemasaran
Alat tulis kantor
Listrik air dan telepon
Biaya lain-lain

Rp 1.200.000
Rp 786.000
Rp
15.000
Rp 340.000
Rp 2.100.000
Rp 1.250.000
Rp 1.920.000
Rp 2.100.000
Rp 9.711.000

Rp
Rp
Rp
Rp

25.000
20.000
50.000
5.000

Sub total biaya administrasi

Rp

100.000

Total Biaya Produksi (TC)= Biaya tetap + Biaya variable + Biaya administrasi
= Rp 300.000 + Rp 9.711.000 + Rp 100.000
= Rp 10.111.000
Keuntungan

= Penjualan Total biaya produksi


= Rp 38.400.000 - Rp 10.111.000
= Rp 28.289.000

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A dan Soedarmanto. (1982). Budidaya Tembakau. Jakarta: CV


Yasaguna.
Amazine. (tanpa tahun). Tips Berkebun: 7 Manfaat Tembakau untuk Tanaman.
(online)

http://www.amazine.co/6036/tips-berkebun-7-manfaat-tembakau-

untuk-tanaman/
Dinas Perhutanan, Perkebunan dan Perikanan Kabupaten Majalengka. 2012.
Tembakau. Majalengka: Dinas Perhutanan, Perkebunan dan Perikanan.
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. 2007. Revitalisasi Sistem Agribisnis
Tembakau Bahan Baku Rokok.
Djunaidy, Mahbub. 2013. Peneliti: Tembakau Baik untuk Kesehatan. (online)
http://www.tempo.co/read/news/2013/12/23/173539731/Peneliti-TembakauBaik-untuk-Kesehatan
Hanum, C. (2008). Teknik Budidaya Tanaman Jilid 3. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Karama, A. (1991). Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Pangan. Makalah
dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V, (pp.
p.395-426). Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Kompasiana online. 2013. Manfaat Tembakau yang Disembunyikan. (online)
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/06/04/manfaat-tembakauyang-disembunyikan-565886.html.
Larsito, Sigit. 2005. Analisis Keuntungan Usahatani Tembakau Rakyat Dan
Efisiensi Ekonomi Relatif Menurut Skala Luas Lahan Garapan (Studi Kasus
Di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal). Tesis tidak diterbitkan.

Makfoeld, Djarir. (1994). Mengenal beberapa Penilaian Fisik Mutu Tembakau di


Indonesia edisi ke dua. Yogyakarta: Liberty.
Saputra, MH. 2009. Analisis Industri Rokok Kretek di Indonesia. Purworejo:
Universitas Muhammadiyah.
Setiawan, A dan Yani Trisnawati. (1993). Pembudidayaan, Pengolahan dan
Pemasaran Tembakau. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rachman, Agus Hasanuddin. (tanpa tahun). Status Pertembakauan Nasional.
Direktorat Budi Daya Tanaman Semusim, Direktorat Jenderal Perkebunan.
Warung Informasi dan Teknologi. (tanpa tahun). Tembakau Virginia. Bantul:
Dinas Pertanian dan Kehutanan.
Wibowo, Tri. 2004. Analisis Fungsi Biaya Industri Rokok Indonesia Tahun 1981
2002. Dalam Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 8, Nomor 4.

Anda mungkin juga menyukai