PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting yang
dimiliki manusia. Oleh karena itu kita harus menjaga dan melestarikannya.
Tanah tersusun atas bahan-bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa
tumbuhan dan hewan dan tersusun pula oleh bahan-bahan mineral yang
merupakan hasil pelapukan batuan. Adapun perlunya menjaga dan
meningkatkan produktivitas tanah disebabkan karena faktor-faktor yang dapat
menurunkan tingkat produktivitas diantaranya adalah erosi yang terus-menerus
dapat mengakibatkan terkikisnya lapisan tanah yang paling atas, bencana
alam, sistem ladang berpindah, dan lain-lain.
Untuk mengetahui susunan dari tanah di lapangan maka diadakan
praktikum untuk membuat profil tanah, sehingga kita dapat mengetahui lebih
jelas lapisan-lapisan tanah, dapat mengetahui sifat-sifat tanah dan sifat-sifat
kimia tanah. Dalam membuat profil tanah harus memenuhi syarat-syarat, yaitu
harus tegak, masih baru atau belum terpengaruh oleh faktor-faktor luar dan
tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sifat-sifat fisika tanah
diantaranya adalah tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, dan warna
tanah. Sifat kimia tanah meliputi reaksi tanah, kandungan kapur, kandungan
bahan organik, konkrensi Mn, pH, serta aerasi dan drainase.
Dengan mengetahui sifat fisika dan kimia tanah, maka kita dapat
menyusun pola pengelolaan tanah pertanian sesuai dengan daerah dan sifat-
sifat tanah tersebut. Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk
mempelajari tanah dan seluk-beluknya baik dari segi sifat fisiknya maupun
sifat kimianya. Dengan mengetahui keadaan tanah yang sebenarnya, kita akan
lebih mudah dalam mengolah tanah sebagai lahan pertanian dan kita dapat
melakukan tindakan yang benar terhadap tanah itu agar dapat bermanfaat
semaksimal mungkin untuk kehidupan seluruh makluk hidup.
Pengelolaan tanah yang baik dan teratur dapat meningkatkan kesuburan
1
tanah. Selain dilihat dari segi pertanian, tanah juga penting di perkotaan
dimana penduduknya sangat padat.
B.Tujuan Praktikum
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini bertujuan untuk :
1. Mengenal dan mengetahui morfologi lahan.
2. Mengenal dan mengetahui morfologi tanah.
3. Mengenal dan mengetahui sifat fisika dan kimia tanah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
run off yang lambat dan apabila terjadi erosi maka erosinya tergantung pada
sifat-sifat dari tanahnya. Untuk bentuk landai ditandai dengan adanya
permukaan cekung sebagai tempat tertimbunnya air dan bahan endapan lain.
Bentuk cembung menunjukkan adanya aliran permukaan mengalir ke semua
jurusan seolah-olah dari satu pusat. Apabila permukaan itu menunjukkan
permukaan yang berbukit-bukit maka disebut bentuk bukit. Bentuk sengkedan
dapat terjadi karena relief yang miring serta nampaknya tanda-tanda run off
(Notohadiprawiro, 1998).
Erosi permukaan pada mulanya sulit sekali dilihat dengan pandangan
mata, seakan-akan tidak terjadi perubahan pada bentuk dan keadaan tanah. Ini
tidak lain karena berlangsungnya pengangkutan atau pemindahan tanah
demikian merata pada seluruh permukaan tanah. Bentuk erosi permukaan
sejak terjadinya sesungguhnya dapat kita rasakan yaitu terjadinya penurunan
hasil tanaman (Kartasapoetra, 1992).
Di beberapa tempat ditemui alfisol berada pada daerah-daerah yang
berlereng. Meskipun tanah ini mempunyai sifat fisika dan kimia yang baik,
Namun bahaya erosi perlu mendapat perhatian karena erosi dapat
menyebabkan horizon argilik muncul di permukaan tanah dan tanah menjadi
kurang baik (liat terlalu tinggi). Untuk kondisi ini pengolahan lahan perlu
mendapat perhatian antara antara lain dengan cara pembuatan terasering
(Anonim, 2008).
4
(Darmawijaya, 1990).
Horison tanah digambarkan dalam profil, secara vertikal dan
berhubungan satu sama lain. Kadang-kadang batas dua horison sangat jelas
dan dapat dikenali dengan sangat baik, sehingga tidak menimbulkan keraguan
dan salah paham (Abdullah, 1993)
Claypan merupakan padas yang berkadar lempung tinggi, merupakan
padas yang mampat, padat dan keras, kadang-kadang terpisah tegas atau
berangsur dari lapisan di atasnya. Terbentuknya padas lempung ini seringkali
diduga karena adanya sisa horison A2 yang pucat. Pada umumnya, mineral-
mineral yang terkandung di dalamnya telah mengalami pelapukan yang kuat,
sehingga adanya padas lempung menandakan rendahnya kadar hara utama
dengan perbandingan relatif Ca tertukar terhadap Mg tertukar yang kecil.
Padas lempung ini dibentuk karena akumulasi hasil illuviasi ataupun berasal
dari bahan induk yang kaya lempung (Darmawijaya, 1990).
Dapat dikatakan semua profil tanah memperlihatkan perubahan warna
dari suatu horison ke horison berikutnya. Tampaknya ini paling nyata dalam
tanah matang. Dalam tanah muda waktu belum mencukupi untuk
menghasilkan defferensiasi horison. Dalam tanah sangat tua defferensiasi
horison menghilang karena perlindian dan pelapukan yang telah sangat
berlanjut yang cenderung menyamaratakan tampakan diseluruh profil
(Notohadiprawiro, 1998).
Masing-masing horison dibedakan dari horison yang di atas atau di
bawahnya oleh ciri-ciri yang spesifik dan genetis. Meskipun dalam penguraian
profil tanah tidak mutlak perlu memberi nama masing-masing horison akan
tetapi berdasarkan pengalaman ternyata bahwa manfaat uraian tanah
meningkat jika dilengkapi dengan pemberian nama (Darmawijaya, 1990).
5
biasanya terdapat di permukaan yang cembung (convex) terletak di atas batuan
permeabel. Meskipun demikian, ada pula tanah-tanah merah yang berasal dari
bahan induknya (Darmawijaya, 1990).
Tekstur tanah adalah kehalusan atau kekasaran bahan tanah pada
perabaan berkenaan dengan perbandingan berat antar fraksi tanah. Jadi, tekstur
adalah ungkapan agihan besar zarah tanah atau proporsi nisbi fraksi tanah.
Dalam hal fraksi lempung merajai dibandingkan dengan fraksi debu dan pasir,
tanah dikatakan bertekstur halus atau lempungan. Oleh karena tanah bertekstur
halus sering bersifat berat diolah karena sangat sulit dan lekat sewaktu basah
dan keras sewaktu kering, tanah yang dirajai fraksi lempung juga disebut
bertekstur berat (Notohadiprawiro, 1998).
Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa dan
lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga teroreh, tekstur
berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Jeluk tanah dangkal
hingga dalam (Buckman, 1982).
Banyaknya akar tergantung pada adanya air, udara dan zat hara tanaman
dalam horison tanah, Horison-horison tertentu tidak dapat ditembus akar
tanaman. Biasanya akar tidak dapat menembus padas, kecuali jika pecah.
Akan tetapi, claypan meskipun penetrasi akar ke dalamnya sukar, padas ini
tidak mencegah perkembangan akar, karena mengikuti retakan-retakan yang
ada. Kurangnya akar di dalam claypan hanya mungkin karena kekurangan
kandungan hara tanaman dan pH tanah yang tidak sesuai
(Darmawijaya, 1990).
Tanah yang dianggap aerasinya memuaskan paling sedikit mempunyai
dua ciri. Pertama, harus ada ruang yang cukup untuk bagian yang padat,
mudah untuk air. Kedua, gas-gas sangat penting harus dapat mudah bergerak
masuk ke dalam dan ke luar dari ruang tersebut. Hubungan air sebagian besar
mengendalikan jumlah ruang udara yang tersedia, akan tetapi problem
pertukaran udara yang cukup barangkali merupakan persoalan yang lebih sulit.
Pemberian oksigen, gas yang selalu digunakan untuk reaksi biologi harus terus
menerus diperbaharui. Pada waktu yang sama konsentrasi CO2, hasil reaksi
6
tersebut atau reaksi semacamnya harus dicegah agar tidak terdapat secara
berkelebihan dalam ruang udara (Buckman, 1982).
Sifat fisika tanah digunakan antara lain untuk menghitung kebutuhan air
irigasi, menunjang perencanaan konservasi tanah dan air, dan menduga tingkat
bahaya pencemaran tanah tanah dan air. Beragamnya sifat tanah baik menurut
ruang maupun waktu menuntut adanya perencanaan pertanian yang bersifat
spesifik lokasi yang disesuaikan dengan agroekosistem setempat, khususnya
sifat tanahnya. Dalam konteks ini maka hasil analisis fisika tanah sangat
diperlukan dalam rangka perencanaan pembangunan pertanian yang efisien
dan efektif. Analisis fisika tanah yang dapat dilaksanakan saat ini meliputi
analisis berat isi, ruang pori total, kadar air pada berbagai tegangan (pF),
tekstur, permeabilitas, nilai Atterberg, dan kandungan air optimum untuk
pengolahan tanah, indeks stabilitas agregat, laju perkolasi dan coefficient of
linear extensibility (COLE) (Anonim, 2008).
7
Bahan organik ini terdapat dalam tanah dengan jumlah relatif sedikit yaitu 3-5
dari berat bahan dalam top soil tanah mineral yang mewakili, tetapi pengaruh
terhadap sifat tanah dan kehidupan tanaman sangat penting
(Darmawijaya, 1990).
Untuk mendapat stuktur tanah yang baik maka harus ada kadar kapur
yang cukup di dalam tanah. Keadaan tanah ini dapat dicapai jika ion Ca
menduduki 80% dari semua kation yang diikat komplek liat. Keadaan kapur
yang baik adalah merupakan syarat yang penting untuk membentuk struktur
tanah. Pada tanah liat yang telah kehilangan banyak kapur atau ditambah
lumpur yang kekurangan kapur akan menyebabkan pH menjadi turun, karena
berubah menjadi masam (Soepardi, 1979).
pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan
antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+
dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi
asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+
maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan
dan produksi tanaman makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas
hijauan makanan ternak. PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan
kebanyakan tanaman makanana ternak adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH
lebih rendah dari 5.6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat
akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen.
Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam
larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama
akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadiaa terhambat
(Anonim, 2008).
8
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A.Alat
1Pencandraan Bentang Lahan
a. Klinometer
b. Kompas
c. Altimeter
2Penyidikan Profil Tanah
a. Cangkul
b. Roll Meter
c. Belati
3Sifat Fisika Tanah
a. Lup
b. Penetrometer
c. Munsell Soil Color Chart
(MSCC)
d. Tissue Gulung
4Sifat Kimia Tanah
a. Flakon
b. Pipet
c. Kertas marga
d. pH stick
e. Tissu gulung
f. Spidol
g. Kertas Saring
B.Bahan
1. Pencandraan Bentang Lahan
Lahan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten
9
Karanganyar; di Fakultas Pertanian UNS serta di Jatikuwung, Mojosongo,
Surakarta.
e.HCl 10 %
f.KCNS
g.K4Fe(CN)6
C.Cara Kerja
1. Pencandraan Bentang Lahan
a. Menentukan lokasi penelitian
b. Mengamati kondisi fisiografinya
c. Menentukan kemiringan dengan klinometer
2. Penyidikan Profil Tanah
a. Mengamati perbedaan warna tanah
pada profil
b. Menentukan batas horison
c. Menusuk-nusuk tanah dengan belati
d. Memukul-mukul tanah dengan
gagang belati
e. Menentukan kedalaman jeluk
masing-masing batas horizon
3. Sifat Fisika Tanah
10
1. Tekstur tanah
a. Mengambil sampel tiap
horison
b. Membasahi dengan sedikit
air lalu memijit-mijit dan
dibentuk bola.
c. Jika bisa dibentuk bola,
tanah dipilin-pilin
membentuk pita.
d. Memperkirakan panjang
patahan pita tanah.
2. Struktur tanah
a. Mengambil sampel tanah
b. Mengamati gumpalan tanah
menggunakan lup.
3. Warna tanah
a. Mengambil sampel tanah
b. Membandingkan dengan
tabel/daftar MSCC
4. Konsistensi tanah
a. Mengambil sampel tiap
horison
b. Memijit-mijit dan
merasakan apakah mudah
hancur atau berubah bentuk
gumpalan tanahnya
5. Uji Penetrometer
a. Menusukkan penetrometer pada masing-masing horizon
b. Melihat besarnya nilai yang ditunjukkan oleh penetrometer
3. Sifat Kimia Tanah
11
1. Pengukuran pH
a.Menganbil sampel tanah, dan memasukkan dalam flakon
b.Menambah H2O2 dan KCl dengan perbandingan 1 : 2
12
kertas saring
d. Meneteskan pada bercak
yang berlainan masing-
masing KCNS 10%, dan
K4Fe(CN)6
13
14
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A Lokasi I : Kampus
1. Deskripsi Lokasi
Lokasi : Fakultas Pertanian UNS
Hari/ Tanggal Survey : Sabtu, 22 November 2008
Waktu : 14.00-16.30 WIB
Nomer Profil : 2 (Dua)
Nama Surveyor : Kelompok 17
Cuaca : Berawan sebagian
Letak Geografis : 07o33’36,2” LS
110o51’30,0” BT
Tinggi Tempat : 112 m dpl
Denah Lokasi :
15
2. Pencandraan Bentang Lahan
Tabel 1.1 Deskripsi Lingkungan
NO Deskripsi Lingkungan Kode Keterangan
1 Lereng (slope) 3 10% (Sangat miring)
2 Fisiografi Lahan X Miscellaneous (Hal lain akibat
manusia)
3 Genanaan atau Banjir NO Tidak Pernah
4 Tutupan Lahan G Rumput
5 Vegetasi -
6 • Jati 10%
• Semak belukar 70%
• Rumput-rumputan 20%
7 Geologi QA Hasil aliran Sungai Bengawan
Solo
8 Erosi S Erosi Permukaan
• Tingkat bahaya erosi R Rendah
9 Batuan Permukaan 2 Jumlahnya sekitar 0,1-
3% dari luas permukaan
10 Arah S 170o dari utara, yakni selatan
Sumber : Laporan Sementara
16
3. Deskripsi Profil
Tabel 1.2 Pengamatan Profil
NO Diskripsi Profil Kode Keterangan
1 Metode Observasi SP Lubang kecil dibuat dengan
ukuran <1x2m
2 Horizon - • Horizon O
• Horizon A
• Horizon B
• Horizon C
3 Jeluk:
• Lapisan I - 0-10 cm
• Lapisan II - 10-14 cm
• Lapisan III - 14-20 cm
• Lapisan IV - 20-36cm
4 Perakaran:
Ukuran akar:
• Lapisan I M Sedang
• Lapisan II F Halus
• Lapisan III VF Sangat halus
• Lapisan IV VF Sangat halus
Jumlah akar:
3 banyak
• Lapisan I 1 Sedikit
• Lapisan II -
• Lapisan III -
• Lapisan IV
5 Batas Horizon
Batas
• Lapisan I G Berangsur
• Lapisan II G Berangsur
• Lapisan III G Berangsur
• Lapisan IV D Baur
S Rata
Topografi
Sumber : Laporan Sementara
17
4. Sifat Fisika Tanah
Tabel 1.3 Sifat Fisika Tanah
NO Sifat Fisika Tanah Keterangan
1 Tekstur:
• Lapisan I SiC (Lempung debuan)
• Lapisan II SC (Lempung pasiran)
• Lapisan III SC (Lempung pasiran)
• Lapisan IV SC (Lempung pasiran0
2 Struktur:
Tipe Strukrur
• Lapisan I ABK (Gumpal menyudut)
• Lapisan II ABK (Gumpal menyudut)
• Lapisan III GR (Granulair/Kersai)
• Lapisan IV GR (Granulair/Kersai)
Ukuran:
VF (Sangat halus)
• Lapisan I F (Halus)
• Lapisan II C (Kasar)
• Lapisan III FC (Sangat kasar)
• Lapisan IV
Derajad:
• Lapisan I 1(Lemah)
• Lapisan II 1(Lemah)
• Lapisan III 2(Sedang)
• Lapisan IV 2(Sedang)
3 Konsistensi:
• Lapisan I Sangat Gembur
• Lapisan II Gembur
• Lapisan III Teguh
• Lapisan IV Sangat Teguh
4 Warna:
• Lapisan I 10YR4/1 (dark reddish grey)
• Lapisan II 5YR5/2 (redish grey)
• Lapisan III 5YR4/3 (reddish brown)
• Lapisan IV 2,5YR5/4 (reddish brown)
Sumber : Laporan Sementara
18
5. Sifat Kimia Tanah
Tabel 1.4 Sifat kimia Tanah
NO Sifat Kimia Tanah Keterangan
1 Redoks
• Lapisan I O1 (Oksidatif reduktif seimbang)
• Lapisan II O1 (Oksidatif reduktif seimbang)
• Lapisan III O2 (Oksidatif kuat)
• Lapisan IV O2 (Oksidatif kuat)
2 pH Tanah
H2O
o Lapisan I 6
o Lapisan II 6
o Lapisan III 6
6
o Lapisan IV
KCl 6
o Lapisan I 6
o Lapisan II 6
o Lapisan III 6
o Lapisan IV
Kadar
BO
o Lapisan I ++++ (Sangat banyak)
o Lapisan II ++++ (Sangat Banyak)
o Lapisan III ++ (Sedikit)
o Lapisan IV + (Sangat sedikit)
Kapur
+ (Sangat sedikit)
o Lapisan I
++ ( sedikit)
o Lapisan II
+++ (Banyak)
o Lapisan III ++ (sedikit)
o Lapisan IV
3 Konsentrasi
Jenis
o Lapisan I -
o Lapisan II -
o Lapisan III Massa
o Lapisan IV Massa
Ukuran
-
o Horizon O
-
o Horizon A
Halus
o Horizon B
19
o Horizon C Halus
Macam
o Horizon O -
o Horizon A -
o Horizon B Besi
o Horizon C Besi
6. Pembahasan
a. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan profil tanah dan penelitian tanah ini dilakukan di
Fakultas Pertanian UNS Surakarta, dilakukan saat kondisi cuaca
berawan sebagian.. Lahan yang dipakai untuk praktikum kali ini
terletak pada ketinggian 112 m diatas permukaan laut. Daerah tersebut
memiliki fisiografi berupa lahan miring. Dengan menggunakan alat
klinometer diketahui bahwa kemiringan lahan 10 % yang berarti lahan
tersebut miring. Kemiringan tersebut memungkinkan terjadinya erosi
yang berupa erosi permukaan ringan. Karena land form berupa
miscellaneous yakni perubahan karena manusia, yakni nerupakan hasil
dari pembangunan fakultas sehingga tanah di gundukkan di lokasi
pengamatan, maka tidak terdapat genangan atau banjir dan ditemukan
batuan permukaan yaitu 0,1-3 % dari luas permukaan, sehingga lahan
tersebut masuk kategori lahan yang agak berbatu. Dari GPS diperoleh
data bahwa letak latitude dan altitude lahan yang diamati adalah 07o 33’
36,2” dan 110o 51’ 30,0”. Vegetasi yang ada di lahan ini yaitu rumput-
rumputan 80%, semak 10% dan pohon 7%. Geologi atau bahan induk
tanah berasal dari aliran Sungai Bengawan Solo.
b. Deskripsi Profil
20
Kedalaman dari masing-masing lapisan adalah :lapisan I 0-10 cm,
lapisan II 10-14 cm, lapisan III 14-20 cm, lapisan IV 20-36 cm, dapat
dinyatakan bahwa lapisan tanah tersebut tidak dalam. Pada lapisan I
terdapat horison O dan A, lapisan II horison B sedang di lapisan III dan
IV ada horison C. Hal ini menunjukkan tanah belum begitu
berkembang. Karena perbedaan warna tanah tidak begitu jelas, maka
penentuan horison dilakukan dengan cara menusuk-nusukkan pisau
belati ke dalam tanah dan memukul-mukul tanah dengan gagang belati.
Ketegasan batas antar horizon adalah berangsur untuk lapisan I, II dan
III, dan batas lapisan IV adalah baur, dengan topografi rata di setiap
lapisan. Perakaran di lapisan I berukuran sedang dan banyak, lapisan II
halus dan sedikit, di lapisan III dan IV sangat halus bahkan hampir
tidak ada perakaran.
21
dalam keadaan lembab dari masing-masing lapisan. Dari hasil
22
pengamatan diketahui bahwa konsistensi untuk masing-masing lapisan
adalah lapisan I sangat gembur, lapisan II gembur, lapisan III teguh
dan lapisan IV sangat teguh.
23
aktivitas mikrobia. Untuk mengetahui pH tanah digunakan pH stick.
Tingkat kemasaman untuk pH H2O didapat hasil untuk masing-masing
lapisan sama yaitu 6, berarti tanah memiliki tingkat kemasaman yang
baik untuk pertanian. Untuk pH KCl didapat hasil pH 6 untuk masing-
masing lapisan. Seharusnya pH H2O lebih besar dari pH KCl. Mungkin
karena kesalahan pengamatan data menjadi tidak akurat. Sumber
ketidakakuratan data bias berasal dari prakktikan maupun chemicalia
yang digunakan.
24
Kadar kapur (CaCO3) ditentukan dengan menetesi sampel tanah
dengan larutan HCl 10 %. Di ukur secara relatif jelas tidaknya cara
membuih kapur ditanah dengan tetesan HCl tersebut. Cara tersebut
digunakan untuk mengetahui kandungan kapur dari masing-masing
sampel tanah. Kadar kapur untuk tiap lapisan adalah sebagai berikut :
lapisan I sangat sedikit, lapisan II sedikit, lapisan III banyak dan
lapisan IV sedikit.
7. Komprehensif
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis tanah pada tiap-tiap
lapisan dengan cara mengambil sampel tanah dari masing-masing lapisan
tersebut dapat diketahui hubungan sifat fisika dan kimianya. Hubungan
antara konsistensi dengan kadar bahan organik tanah. Berdasarkan hasil
pengamatan sifat kimia tanah bahwa kadar bahan organik pada lapisan I
sangat tinggi. Keadaan ini disebabkan karena seresah didalam tanahnya
sangat tinggi. Dengan adanya kandungan bahan organik yang sangat tinggi
tersebut, maka konsistensi tanah menjadi sangat gembur dan mudah untuk
diolah. Sehingga terlihat pada lapisan satu perakarannya banyak dan
semakin kedalam semakin berkurang. Sebab semakin kedalam kadar bahan
organiknya berkurang dan tanahnya menjadi padat, akibatnya akar sulit
untuk menembus lapisan tanah. Perakaran juga berhubungan dengan
struktur tanah. Perakaran yang mati meninggalkan bahan organik, sehingga
struktur menjadi remah dan mudah untuk diolah.
Tekstur tanah dan struktur tanah berhubungan erat dengan
konsistensi tanah. Tanah yang berpasir selalu lepas dan berbutir tunggal,
sedangkan tanah lempung liat sangat teguh dan mampat. Hubungan tekstur
dan struktur tanah juga sangat berpengaruh pada aerasi dan drainasenya.
25
Pada horison yang padat, drainase tanahnya dinilai sangat buruk atau jelek
dan demikian juga sebaliknya, pada horison yang remah drainasenya
dinilai baik. Sifat fisika tanah tersebut juga berpengaruh pada uji
penetrometernya, yaitu semakin kedalam kedalam kandungan lempungnya
semakin banyak dan derajatnya semakin kuat. Akibatnya daya tembus
tanahnya semakin berkurang dari lapisan atas ke lapisan bawah atau uji
penetrometernya dari lapisan atas ke lapisan bawah semakin besar.
Tanah yang mempunyai tekstur tanah yang dominan geluh dan
struktur tanah yang remah akan menyebabkan tanah mempunyai aerasi-
drainase yang baik sehingga permeabilitas tanah cepat. Hal ini disebabkan
karena air mudah melewati tanah yang teksturnya geluh. Tekstur tanah
geluh dan struktur tanah remah menyebabkan perakaran dapat tumbuh
dengan baik karena tekstur dan struktur seperti itu dapat menyerap air dan
menyimpan udara dengan baik yang dibutuhkan dalam perakaran tanaman.
26
B.Lokasi II : Jumantono
1. Deskripsi Lokasi
Lokasi : Sukasari, Jumantono,Karanganyar
Hari/ Tanggal Survey : Sabtu, 22 November 2008
Waktu : 08.30-11.00 WIB
Nomer Profil : 1 (Satu)
Nama Surveyor : Kelompok 17
Cuaca : Berawan tebal
Letak Geografis : 07o37’48,8” LS
110o56’52,9” BT
Tinggi Tempat : 184 m dpl
Denah Lokasi :
27
9 Arah BL 300o dri utara, yaitu arah barat
laut
Sumber : Laporan Sementara
3. Deskripsi Profil
Tabel 2.2 Pengamatan Profil
NO Diskripsi Profil Kode Keterangan
1 Metode Observasi SP Lubang kecil dibuat dengan
ukuran <1x2m
2 Horizon - • Horizon O
• Horizon A
• Horizon B
• Horizon C
3 Jeluk:
• Horizon O - 0-9 cm
• Horizon A - 9-27 cm
• Horizon B - 27-45 cm
• Horizon C - 45-60 cm
4 Perakaran:
Ukuran akar:
• Horizon O M Sedang
• Horizon A F Halus
• Horizon B C Kasar
• Horizon C VC Sangat Kasar
Jumlah akar:
• Horizon O 3 banyak
• Horizon A 3 Banyak
• Horizon B 1 Sedikit
• Horizon C 1 Sedikit
5 Batas Horizon
Batas D Baur
Topografi S Rata
Sumber : Laporan Sementara
28
4. Sifat Fisika Tanah
Tabel 2.3 Sifat Fisika Tanah
NO Sifat Fisika Tanah Keterangan
1 Tekstur:
• Horizon O L (Geluh)
• Horizon A SiL (Geluh debuan)
• Horizon B SiL (Geluh debuan)
• Horizon C SiCL (Geluh lempung debuan)
2 Struktur:
Tipe Strukrur
• Horizon O SBK (Gumpal membulat)
• Horizon A ABK (Gumpal menyudut)
• Horizon B ABK (Gumpal menyudut)
• Horizon C ABK (Gumpal menyudut)
Ukuran:
M (Sedang)
• Horizon O M (Sedang)
• Horizon A M (Sedang)
• Horizon B C (Kasar)
• Horizon C
Derajad: Lemah
o Horizon O Lemah
o Horizon A Sedang
o Horizon B Sedang
o Horizon C
3 Konsistensi:
• Horizon O Gembur
• Horizon A Gembur
• Horizon B Gembur
• Horizon C Teguh
4 Warna:
• Horizon O 10YR3/4 (dark yellowish brown)
• Horizon A 7,5YR3/4 (Brown)
• Horizon B 7,5YR4/3 (Brown)
• Horizon C 5YR5/6 (Yellowish red)
5 Penetrasi
Vertikal 2 kg/cm2
Horisontal
o Horizon O 1,5 kg/cm2
o Horizon A 1,75 kg/cm2
o Horizon B 3,25 kg/cm2
o Horizon C 3,5 kg/cm2
Sumber : Laporan Sementara
29
5. Sifat Kimia Tanah
Tabel 2.4 Sifat kimia Tanah
NO Sifat Kimia Tanah Keterangan
1 Redoks
• Horizon O O2 (Oksidatif kuat)
• Horizon A O2 (Oksidatif kuat)
• Horizon B O2 (Oksidatif kuat)
O2 (Oksidatif kuat)
Sumber : Laporan Sementara • Horizon C
2 pH Tanah
H2O
o Horizon O 5
o Horizon A 5
o Horizon B 5
5
o Horizon C
KCl 6
o Horizon O 5
o Horizon A 6
o Horizon B 6
o Horizon C
Kadar
BO
o Horizon O ++++ (Sangat banyak)
o Horizon A +++ (Banyak)
o Horizon B ++ (Sedikit)
o Horizon C + (Sangat sedikit)
Kapur
+ (Sangat sedikit)
o Horizon O
+ (Sangat sedikit)
o Horizon A
+ (Sangat sedikit)
o Horizon B ++ (sedikit)
o Horizon C
4 Konsentrasi
Jenis
o Horizon O Konkresi
o Horizon A Konkresi
o Horizon B Konkresi
o Horizon C Konkresi
Ukuran
-
o Horizon O
VC (Sangat kasar)
o Horizon A
VC (Sangat kasar)
o Horizon B M (Sedang)
o Horizon C
Macam -
o Horizon O Mn
30
o Horizon A Mn
o Horizon B Mn
o Horizon C
6. Pembahasan
a. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan profil tanah dan penelitian tanah ini dilakukan di
Desa Sukasari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar,
dilakukan saat kondisi cuaca berawan tebal. Lahan yang dipakai untuk
praktikum kali ini terletak pada ketinggian 184 m diatas permukaan
laut. Daerah tersebut memiliki fisiografi berupa lahan agak miring.
Dengan menggunakan alat klinometer diketahui bahwa kemiringan
lahan 5 % yang berarti lahan tersebut agak miring. Kemiringan
tersebut memungkinkan terjadinya erosi yang berupa erosi permukaan
ringan. Bentuk relief lahan yang bergelombang dengan kemas muka
tanah licin dan timbulan mikro antropogen (kenampakan khas akibat
hasil pengolahan manusia) mengakibatkan lahan terbebas dari
genangan air dan banjir. Hal ini disebabkan lahan tersebut jauh dari
sungai dan permukaannya yang datar menyebabkan aliran air merata di
setiap permukaan sehingga terbebas dari genangan air dan banjir.
Karena land form berupa tanah vulkanik, maka sedikit ditemukan
batuan permukaan yaitu kurang dari 0,01 %, sehingga lahan tersebut
masuk kategori lahan yang tidak berbatu. Hal ini dikarenakan tanah
vulkanik tersebut telah mengalami pelapukan dan perkembangan. Dari
GPS diperoleh data bahwa letak latitude dan altitude lahan yang
diamati adalah 07o 37’ 48,8” dan 110o 56’ 52,9”. Vegetasi yang dominan
adalah kacang tanah 45%, pohan teduh 10%, dan rumput-rumputan
15%. Geologi atau bahan induk tanah berasal dari aktivitas Gunung
Lawu .
b. Deskripsi Profil
Profil tanah merupakan penampang irisan tegak dari tanah. Profil
tanah harus memenuhi syarat yaitu : baru dan tidak langsung terkena
sinar matahari. Profil terdiri dari 4 horizon. Kedalaman dari masing-
31
masing horizon adalah yaitu: Horizon O: 0-9 cm, Horizon A: 9-27 cm,
Horizon B:27-45 dan Horizon C: 45-60 cm, dapat dinyatakan bahwa
32
lapisan tanah tersebut agak dalam. Hal ini terjadi karena tanah pada
lahan yang digunakan untuk praktikum telah mengalami pelapukan
dan perkembangan, sehingga terbentuk lapisan/horison tanah. Karena
warna tanah sama yaitu merah, maka penentuan horison dilakukan
dengan cara menusuk-nusukkan pisau belati ke dalam tanah dan
memukul-mukul tanah dengan gagang belati. Dengan cara tersebut
diketahui bahwa tanah tersebut terdiri dari 4 horison. Dengan
ketegasan batas antar horizon adalah baur dengan topografi rata serta
jumlah perakaran pada horizon O sangat banyak dan sedang, horizon
A banyak dan halus, horizon B sedikit dan ukuran kasar, Horizon C
sedikit dan ukuran kasar. Pada daerah ini tidak ditemukannya batuan.
c. Sifat Fisika Tanah
Sifat fisika tanah yang diamati meliputi tekstur tanah, struktur
tanah, konsistensi, warna, uji penetrometer. Tekstur tanah merupakan
perbandingan relatif dari partikel tanah dalam suatu massa tanah. Pada
pengamatan profil tanah ini diketahui bahwa horison O memiliki
tekstur geluh, horison A dan B teksturnya geluh debuan, dan horison C
dengan tekstur geluh lempung debuan.
Struktur tanah merupakan susunan saling mengikat partikel-
partikel tanah. Stuktur tanah yang diamati berupa tipe, ukuran dan
derajatnya/tingkat perkembangannya. Horison O memiliki tipe gumpal
membulat, ukuran sedang dan derajatnya lemah. Horison A memiliki
tipe gumpal menyudut, ukuran sedang dan derajatnya lemah, horison B
memiliki tipe gumpal menyudut, ukuran sedang dengan derajat sedang.
Sedangkan Horison C bertipe gumpal menyudut dengan derajat sedang.
Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap perubahan
bentuk atau perpecahan, yang ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi.
Pengamatan ini dilakukan dengan cara meremas dan memijit tanah
dalam keadaan lembab dari masing-masing lapisan. Dari hasil
33
pengamatan diketahui bahwa horison O, A, dan B termasuk kategori
gembur, sedangkan untuk horison C teguh.
Penentuan warna tanah menggunakan alat yang diberi nama
Munsell Soil Colour Chart (MSCC), dimana terdapat tiga satuan yaitu
Hue, Value, Chroma. Hue menunjukkan warna spektrum yang
dominan, Value menunjukkan derajad terangnya warna, dan Chroma
menunjukkan kekuatan dari warna spektrum. Cara menggunakannya
yaitu dengan mengambil sampel tanah dari tiap lapisan, kemudian
dicocokkan dengan warna pada MSCC, sehingga dapat diketahui
besarnya parameter warna tanah. Pada horison O menunjukkan 10 YR
3/4 (dark yellowish brown), horison A 7,5 YR 4/4 (brown), horison B
7,5 YR 4/3 (brown), dan horison C 5 YR 5/6 ( yellowish red).
Untuk mengetahui besarnya daya mekanik tanah digunakan alat
berupa penetrometer. Caranya yaitu dengan menusukkan batang ke
tanah dengan jari telunjuk kemudian alat itu akan menunjukkan angka
kekuatan mekanik tanah. Besarnya daya tembus tanah secara vertikal
sebesar 2 kg/cm2 sedangkan secara horisontal diperoleh daya tembus
tanah pada tiap horison sebagai berikut: horison O sebesar 1,5 kg/cm 2,
horison A sebesar 1,75 kg/cm2, horison B sebesar 3,25 kg/cm2, horison
C sebesar 3,5 kg/cm2. Daya topang semakin ke bawah semakin besar,
hal ini disebabkan karena adanya akumulasi partikel atau mineral
penyusun tanah di bagian bawah dengan struktur yang lebih kuat
dengan partikel yang lebih kuat.
d. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah dapat diketahui dengan cara meneteskan H2O,
34
Tingkat kemasaman untuk pH H2O didapat hasil untuk masing-masing
horison sama yaitu 5. Untuk pH KCl didapat hasil pH 6 untuk horison
O, B, dan C, sedangkan horison A memiliki pH 5.
Profil tanah yang diamati mempunyai aerasi dan drainase yang
baik di setiap horison. Hal ini dapat ditunjukkan dengan dominannya
warna merah pada saat uji airase dan drainase. Aerasi dan drainase itu
sendiri adalah kemampuan tanah dalam menyerap udara dan air.
Drainase menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah. Untuk
penentuan aerasi -drainase tanah dapat diketahui dengan meneteskan
larutan HCl 1,2 N pada dua bongkah tanah yang diletakkan pada kertas
saring. Kemudian KCNS 10% yang memberikan warna merah dan
K4Fe(CH)6 yang memberikan warna biru pada sampel tanah tiap
horison. Apabila warna merah yang dominan maka aerasi dan draenase
baik. Drainase-airasi tanah yang baik menunjukkan kualitas tanah di
daerah tersebut baik terutama untuk tanaman pertanian. Warna tanah
juga berhubungan dengan aerasi dan drainase. Warna tanah merah
biasanya menunjukkan drainase yang baik.
Bahan organik merupakan akumulasi tumbuhan dan hewan yang
telah mati dan telah terombakkan oleh jasad hidup. Untuk mengetahui
kadar bahan organik tanah digunakan H2O2 10 %. Jika tanah tersebut
mengandung bahan organik, maka akan timbul percikan. Dengan
banyak atau sedikitnya percikan tersebut dapat diketahui bahwa
horison O memiliki kandungan bahan organik sangat tinggi, horison A
tinggi, horison B memiliki kandungan BO sedikit dan horison C sangat
sedikit. Bahan organik tiap-tiap lapisan berbeda yang paling banyak
terdapat pada lapisan atas ini karena lapisan atas merupakan yang
pertama dalam menerima materi dari makhluk hidup baik dari
tumbuhan maupun hewan yang terdekomposisi pada lapisan atas.
Karena banyaknya makhluk hidup terutama tumbuhan disekitar profil
sehingga materi yang terdekomposisi banyak, hal ini memyebabkan
35
kandungan bahan organik pada tiap lapisan relatif tinggi.
Kadar kapur (CaCO3) ditentukan dengan menetesi sampel tanah
dengan larutan HCl 10 %. Di ukur secara relatif jelas tidaknya cara
membuih kapur ditanah dengan tetesan HCl tersebut. Cara tersebut
digunakan untuk mengetahui kandungan kapur dari masing-masing
sampel tanah adalah sangat sedikit.
Konsentrasi adalah bahan-bahan tanah yang nemiliki warna yang
kontras dengan warna tanah di sekitarnya. Bahan ini merupakan
akumulasi bahan-bahan tertentu. Ditemukan konsentrasi konkresi di
masing-masing horison dengan ukuran kasar dan jenis Mn (mangan).
7. Komprehensif
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis tanah pada tiap-tiap
horison dengan cara mengambil sampel tanah dari masing-masing horison
tersebut dapat diketahui hubungan sifat fisika dan kimianya. Hubungan
antara konsistensi dengan kadar bahan organik tanah. Berdasarkan hasil
pengamatan sifat kimia tanah bahwa kadar bahan organik pada horison O
sangat tinggi. Keadaan ini disebabkan karena seresah didalam tanahnya
sangat tinggi. Dengan adanya kandungan bahan organik yang sangat tinggi
tersebut, maka konsistensi tanah menjadi sangat gembur dan mudah untuk
diolah. Sehingga terlihat pada lapisan satu perakarannya banyak dan
semakin kedalam semakin berkurang. Sebab semakin kedalam kadar bahan
organiknya berkurang dan tanahnya menjadi padat, akibatnya akar sulit
untuk menembus lapisan tanah. Perakaran juga berhubungan dengan
struktur tanah. Perakaran yang mati meninggalkan bahan organik, sehingga
struktur menjadi remah dan mudah untuk diolah.
Tekstur tanah dan struktur tanah berhubungan erat dengan
konsistensi tanah. Tanah yang berpasir selalu lepas dan berbutir tunggal,
sedangkan tanah lempung liat sangat teguh dan mampat. Hubungan tekstur
dan struktur tanah juga sangat berpengaruh pada aerasi dan drainasenya.
Pada horison yang padat, drainase tanahnya dinilai sangat buruk atau jelek
dan demikian juga sebaliknya, pada horison yang remah drainasenya
36
dinilai baik. Sifat fisika tanah tersebut juga berpengaruh pada uji
penetrometernya, yaitu semakin kedalam kandungan lempungnya semakin
banyak dan derajatnya semakin kuat. Akibatnya daya tembus tanahnya
semakin berkurang dari lapisan atas ke lapisan bawah atau uji
penetrometernya dari horison atas ke horison bawah semakin besar.
Tanah yang mempunyai tekstur tanah yang dominan geluh dan
struktur tanah yang remah akan menyebabkan tanah mempunyai aerasi-
drainase yang baik sehingga permeabilitas tanah cepat. Hal ini disebabkan
karena air mudah melewati tanah yang teksturnya geluh. Tekstur tanah
geluh dan struktur tanah remah menyebabkan perakaran dapat tumbuh
dengan baik karena tekstur dan struktur seperti itu dapat menyerap air dan
menyimpan udara dengan baik yang dibutuhkan dalam perakaran tanaman.
Karena jenis tanahnya berupa tanah alvisol dan kandungan bahan
organik dari lapisan atas banyak dan semakin ke dalam makin berkurang,
maka berpengaruh pada besar pH. Hasil pengamatan menunjukkan
kandungan bahan organik semakin ke bawah semakin rendah, hal ini
dikarenakan semakin ke dalam materi yang terdekompossi yang di peroleh
lapisan tanah bagian dalam sedikit sehingga kandungan bahan organiknya
sedikit pula. Bahan organik juga berhubungan dengan warna tanah. Kadar
BO yang tinggi memberikan warna yang kelam.
37
C.Lokasi III : Jatikuwung
1. Deskripsi Lokasi
Lokasi : Jatikuwung
Hari/ Tanggal Survey : Minggu, 23 November 2008
Waktu : 08.30-11.00 WIB
Nomer Pedon : 1 (Satu)
Nama Surveyor : Kelompok 17
Cuaca : Berawan Sebagian
Letak Geografis : 07o31’5,1” LS
110o50’43,3” BT
Tinggi Tempat : 159 m dpl
Denah Lokasi : :
38
8 Batuan Permukaan 1 Jumlahnya sekitar <0,1% dari
luas permukaan
9 Arah BD 2210 dari utara, barat daya
Sumber : Laporan Sementara
3. Deskripsi Pedon
Tabel 3.2 Pengamatan Profil
NO Diskripsi Profil Kode Keterangan
1 Metode Observasi SP Lubang kecil dibuat dengan
ukuran <1x2m
2 Horizon - • Horizon A
• Horizon B1
• Horizon B2
• Horizon B3
3 Jeluk:
• Horizon A - 0-25 cm
• Horizon B1 - 25-62,5 cm
• Horizon B - 62,5-82 cm
• Horizon C - 82-95 cm
4 Perakaran:
Ukuran akar:
• Horizon A F Halus
• Horizon B1 VF Sangat Halus
VF Sangat Halus
• Horizon B2
VF Sangat Halus
• Horizon B3
Jumlah akar: 2 Biasa
• Horizon A 1 Sedikit
• Horizon B1 1 Sedikit
1 Sedikit
• Horizon B2
• Horizon B3
5 Batas Horizon
Batas
• Horizon A C Jelas
• Horizon B1 A Tajam
V Sangat tajam
• Horizon B2
V Sangat tajam
• Horizon B3
Topografi
• Horizon A S Rata
• Horizon B1 W Bergelombang
• Horizon B2 W Bergelombang
S Rata
39
• Horizon B3
40
4. Sifat Fisika Tanah
Tabel 3.3 Sifat Fisika Tanah
NO Sifat Fisika Tanah Keterangan
1 Tekstur:
• Horizon A SL (Geluh pasiran)
• Horizon B1 SiCL (Geluh lempung debuan)
• Horizon B2 SiC (Lempung debuan)
SiC ( lempung debuan)
• Horizon B3
2 Struktur:
Tipe Strukrur
• Horizon A GR (Kersai)
• Horizon B1 GR (Kersai)
ABK (Gumpal menyudut)
• Horizon B2
SBK (Gumpal membulat)
• Horizon B3
Ukuran: E (Halus)
• Horizon A C (Kasar)
• Horizon B1 F (Halus)
M (Sedang)
• Horizon B2
• Horizon B3
Kuat
Derajad: Kuat
o Horizon A Kuat
o Horizon B1 Kuat
o Horizon B2
o Horizon B3
3 Konsistensi:
• Horizon A Sangat teguh
• Horizon B1 Sangat teguh
• Horizon B2 Sangat teguh
Sangat teguh
• Horizon B3
4 Warna:
• Horizon A Very dark grayish brown
• Horizon B1 Dark brown
• Horizon B2 Brown
Pole brown
• Horizon B3
5 Penetrasi
Vertikal 4,5kg/cm2
41
Horisontal
o Horizon A 3,5 kg/cm2
o Horizon B1 3,75 kg/cm2
o Horizon B2 4,5 kg/cm2
4,5 kg/cm2
o Horizon B3
Sumber : Laporan Sementara
2 pH Tanah
H2O
o Horizon A 6
o Horizon B1 6
6
o Horizon B2
6
o Horizon B3
KCl 6
o Horizon A 6
o Horizon B1 6
o Horizon B2 6
o Horizon B3
Kadar
BO
o Horizon O +++ (banyak)
o Horizon A + (sangat sedikit)
o Horizon B + (Sangat Sedikit)
o Horizon C + (Sangat sedikit)
Kapur
+ (Sangat sedikit)
o Horizon A
+ (Sangat sedikit)
o Horizon B1
++ (sedikit)
o Horizon B2 +++ (Banyak)
o Horizon B3
42
4 Konsentrasi
Jenis
o Horizon A Konkresi
o Horizon B1 Plintit
o Horizon B2 Plintit
Konkresi
o Horizon B3
Ukuran F (Halus)
o Horizon A
o Horizon B1
o Horizon B2 M (Sedang)
o Horizon B3
Macam Mn
o Horizon O
o Horizon A
Mn
o Horizon B
o Horizon C
6. Pembahasan
a. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan profil tanah dan penelitian tanah ini dilakukan di
Jatikuwung, Mojosongo, Surakarta, dilakukan saat kondisi cuaca
berawan sebagian. Lahan yang dipakai untuk praktikum kali ini
terletak pada ketinggian 159 m diatas permukaan laut. Klinometer
menunjukkan bahwa kemiringan lahan 15 % yang berarti lahan
tersebut lahan yang sangat miring. Kemiringan tersebut
memungkinkan terjadinya erosi yang berupa erosi permukaan ringan.
Land form berupa tanah up lift dan sedikit ditemukan batuan
permukaan yaitu kurang dari 0,01 %, sehingga lahan tersebut masuk
kategori lahan yang tidak berbatu. Dari GPS diperoleh data bahwa
letak latitude dan altitude lahan yang diamati adalah 07o 31’ 05,1” dan
110o 50’ 43,3”. Vegetasi yang ada adalah semak 10%, pisang 2%,
43
rumput-rumputan 60%. Geologi atau bahan induk tanah berasal dari
aktivitas Gunung Merapi .
b. Penyidikan Pedon
Profil tanah merupakan penampang irisan tegak dari tanah. Profil
tanah harus memenuhi syarat yaitu : baru dan tidak langsung terkena
sinar matahari. Profil terdiri dari 4 horizon. Kedalaman dari masing-
masing horizon adalah yaitu: Horizon A: 0-25 cm, Horizon B1: 25-
44
Gambar 3. Pedon di Jatikuwung
62,5 cm, Horizon B2: 62,5-82 cm dan Horizon B3: 82-95 cm, dapat
dinyatakan bahwa lapisan tanah tersebut agak dalam. Karena
perbedaan warna tanah yang tidak begitu, maka penentuan horison
dilakukan dengan cara menusuk-nusukkan pisau belati ke dalam tanah
dan memukul-mukul tanah dengan gagang belati. Ketegasan batas
antar horizon adalah jelas, tajam, dan sangat tajam, dengan topografi
rata untuk horison A dan B3, berombak untuk horison B1 dan B2.
Perakaran pada horizon A berukuran halus dan berjumlah sedang, dan
untuk horison selanjutnya sangat halus dan sedikit.
45
memiliki tipe gumpal membulat, ukuran sedang dengan derajat kuat.
Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap perubahan
bentuk atau perpecahan, yang ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi.
Pengamatan ini dilakukan dengan cara meremas dan memijit tanah
dalam keadaan lembab dari masing-masing lapisan. Dari hasil
pengamatan diketahui bahwa semua horison termasuk kategori sangat
teguh.
Penentuan warna tanah menggunakan alat yang diberi nama
Munsell Soil Colour Chart (MSCC), dimana terdapat tiga satuan yaitu
Hue, Value, Chroma. Hue menunjukkan warna spektrum yang
dominan, Value menunjukkan derajad terangnya warna, dan Chroma
menunjukkan kekuatan dari warna spektrum. Cara menggunakannya
yaitu dengan mengambil sampel tanah dari tiap lapisan, kemudian
dicocokkan dengan warna pada MSCC, sehingga dapat diketahui
besarnya parameter warna tanah. Pada horison A berwarna very dark
greyish brown, horison B1 dark brown, horison B2 brown, dan horison
46
Sifat kimia tanah dapat diketahui dengan cara meneteskan H2O,
47
baik dari tumbuhan maupun hewan yang terdekomposisi pada lapisan
atas.
Kadar kapur (CaCO3) ditentukan dengan menetesi sampel tanah
dengan larutan HCl 10 %. Di ukur secara relatif jelas tidaknya cara
membuih kapur ditanah dengan tetesan HCl tersebut. Cara tersebut
digunakan untuk mengetahui kandungan kapur dari masing-masing
sampel tanah adalah sangat sedikit untuk horison A dan B1. Kadar
7. Komprehensif
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis tanah pada tiap-tiap
horison dengan cara mengambil sampel tanah dari masing-masing horison
tersebut dapat diketahui hubungan sifat fisika dan kimianya. Perakaran
berhubungan dengan struktur tanah. Perakaran yang mati meninggalkan
bahan organik, sehingga struktur menjadi remah dan mudah untuk diolah.
48
Tanah yang mempunyai tekstur tanah yang dominan geluh dan
struktur tanah yang remah akan menyebabkan tanah mempunyai aerasi-
drainase yang baik sehingga permeabilitas tanah cepat. Hal ini disebabkan
karena air mudah melewati tanah yang teksturnya geluh. Tekstur tanah
geluh dan struktur tanah remah menyebabkan perakaran dapat tumbuh
dengan baik karena tekstur dan struktur seperti itu dapat menyerap air dan
menyimpan udara dengan baik yang dibutuhkan dalam perakaran tanaman.
49
BAB V
KOMPREHENSIF
50
sehingga perembesan airnya lebih cepat dan biasanya lebih subur. Struktur tanah
sangat mempengaruhi gerakan air, lalu lintas panas, aerasi. Petani menggarap
tanah dengan cara membajak, menggaru, mencangkul dan memupuk bahan
organik bertujuan merubah struktur tanah ke arah bentuk, besar, dan ketahanan
yang dikehendaki tanaman.
Akar tumbuh-tumbuhan mempunyai hubungan penting dengan struktur
tanah. Akar yang mati meninggalkan zat hara untuk jasad-jasad renikyang
berfungsi penting dalam mempertahankan struktur tanah yang baik.
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel-
partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan
dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Konsistensi tanah
ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Pentingnya konsistensi tanah ialah
untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar
tanaman di lapisan tanah bawah.
51
BAB VI
KESIMPULAN
52
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 1993. Survai Tanah dan evaluasi Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonim.2008.http://balittanah.litbang.deptan.go.id/balittanahupdate/fisika.html.
Diakses tanggal 2 Desember 2008 pukul 15.30 WIB.
Anonim. 2008. http://www.litbang.deptan.go.id/layanan/tanah. Diakses tanggal 2
Desember 2008 pukul 15.30 WIB.
Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Darmawijaya, M. Isa. 1990. Klasifikasi tanah. Gajah Mada University.
Yogyakarta.
Kartasapoetra, G, 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT. Melton Putra.
Jakarta.
Kartasapoetra. 1992. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT Rineka Cipta
Jakarta.
Munir, Moch. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen P dan K. Jakarta.
Sanchez. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penerbit IPB. Bandung
Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah IPB. Bogor.
Thomson, Louis M. 1979. Soil and Soil Fertility. Tata Mcgraw Hill Publishing
Company. New Delhi.
53