Anda di halaman 1dari 87

HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

DENGAN KESEHATAN MENTAL SISWA MAN 12 DURI


KOSAMBI CENGKARENG JAKARTA BARAT

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh
BADRIAH
104011000047

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DENGAN KESEHATAN MENTAL SISWA MAN 12 DURI
KOSAMBI CENGKARENG JAKARTA BARAT

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh
Badriah
104011000047

Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Sunarti


NIP. 150022714

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Srata Satu (S1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 08 September 2008

Badriah
ABSTRAK

BADRIAH
104011000047
HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN
KESEHATAN MENTAL SISWA MAN 12

Layanan bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang


diberikan kepada siswa secara terus menerus agar tercapai kemandirian dalam
pemahaman diri, sehingga siswa sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan
adanya bimbingan dan konseling diharapkan dapat memberikan solusi bagi
peserta didik di sekolah. Agar peserta didik menjadi lebih baik dari segi
prilakunya.
Adapun tujuan dari skripsi ini adalah penulis ingin mengetahui layanan
bimbingan dan konseling yang ada di sekoalah MAN 12 dan bagaimana kesehatan
mental (prilaku) siswa MAN 12 dan juga untuk mengetahui adakah hubungan
antara layanan bimbingan dan konseling dengan kesehatan mental (prilaku) siswa
MAN 12.
Metodologi yang dipakai dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan
metode Deskriptif kolerasional, pendekatan kuantitatif yaitu variabel. Pertama,
Layanan Bimbingan dan Konseling dan kedua, Kesehatan Mental (prilaku) Siswa.
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 12 yang berjumlah
257/20% = 51.4 dibulatkan menjadi 52 siswa. Adapun pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara 1). Observasi, 2). Wawancara, 3). Angket.
Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Setelah menyebarkan angket
tentang layanan bimbingan dan konseling. Maka hasil tersebut dianalisis dengan
menggunakan rumus kofisien korelasi Product Moment.
Dari hasil penyebaran angket. Maka didapatkan hasil 0,18. Dengan memeriksa
Tabel Nilai “r” product moment ternyata bahwa dengan df sebesar 50, pada taraf
signifikansi 5% diperoleh r tabel sebesar 0,273; sedangkan pada taraf 1%
diperoleh r tabel sebesar 0,354. Karena rxy atau ro < dari r tabel, baik pada taraf
5% maupun pada taraf 1% (0,2730 dan 0,354), maka hipotesa alternatif (Ha)
ditolak dan hipotesa nihil (Ho) diterima. Ini berarti bahwa tidak terdapat kolerasi
positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
Kesimpulannya bahwa tidak terdapat hubungan antara layanan bimbingan dan
konseling dengan kesehatan mental siswa MAN 12.
KATA PENGANTAR
Ϣϴ˰˰˰Σ˷ήϟ΍Ϧ˰˰˰ϤΣ˷ήϟ΍Ϳ΍ϢδΑ

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam dan juga yang
telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta memberikan manusia akal
yang berbeda dari makhluk yang lainnya. Sehingga manusia dapat
mengembangkan pikirannya. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi
Muhammad saw., beserta keluarganya, sahabat dan para pengikutnya.
Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi penulis meskipun dalam
penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak kekurangan dari apa yang
diharapakan.
Selama menulis skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi,
serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta para pembantu dekan.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dosen Pembimbing skripsi Dra. Hj. Sunarti yang telah sabar membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis belajar di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Kepala Madrasah MAN 12 Bapak Drs. M. Yunus, M.Pd yang telah
mengizinkan penulis untuk meneliti sekolah yang Bapak pimpin.
6. Dra. Siti Farida, guru- guru, beserta siswa MAN 12 kelas XI yang
membantu dan mempermudah penulis dalam mendapatkan data di MAN
12.
7. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Saibi dan Saanih yang selalu
memberikan cinta dan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis dapat

i
menyelesaikan skripsi yang merupakan persyaratan untuk menjadi sarjana.
Semoga selalu diberikan rahmat, taufik, hidayah dan umur panjang dalam
dalam keadaan taat kepada Allah. Amin
8. Kepada kakak-kakakku Marwiyah, Atoillah, Sahrilah, Ropiah. S.Sos.i dan
adik-adikku Fadlah dan Khoirul Rozikin, serta keponakan yang selalu
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Pendidikan agama Islam angkatan 2004 khususnya kelas B
yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi kepada penulis.
Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan. Penulis ucapkan terima
kasih atas bantuan dan motivasinya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi orang
banyak. Amin

Jakarta, September 2008

Badriah

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………..................1
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………................4
C. Identifikasi Masalah, pembatasan dan perumusan masalah........5

BAB II: KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS


A. Layanan Bimbingan Konseling
1. Pengertian Layanan Bimbingan…………………………........7
2. Pengertian Konseling…………………………………............8
3. Hubungan Bimbingan dengan Konseling………………........10
4. Tujuan dan fungsi Bimbingan dan
Konseling.................................................................................12
5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling...............................14
6. Teknik Bimbingan dan Konseling………………...................16
7. Jenis Pelayanan Bimbingan dan Konseling……………….....17
B. Kesehatan Mental
1. Pengertian Kesehatan Mental……………………………......19
2. Kesehatan Mental Menurut Islam…………………………...20
3. Prinsip-prinsip Kesehatan Mental……………………….......22
4. Penyakit-penyakit Mental dan faktor-faktor penyebabnya….23
5. Tanda-tanda Mental Sehat……………………………….......27
C. Kerangka Berpikir……………………………………………....28

iii
D. Pengajuan Hipotesis…………………………………………….29

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian ………………………………………….......30
B. Variabel Penelitian……………………………………………..30
C. Populasi dan Sampel…………………………………………...33
D. Metode Penelitian……………………………………………....35
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………......36
F. Teknik Analisis Data…………………………………………...36

BAB IV: HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum tentang Sekolah MAN 12 Jakarta Barat
1. Sejarah Berdirinya MAN 12.................................................40
2. Visi, Misi dan struktur sekolah MAN 12..............................41
3. Keadaan Guru, siswa dan pegawai MAN 12.......................41
4. Struktur sekolah MAN 12.....................................................44
B. Deskripsi Data.............................................................................45
C. Analisis dan Interpretasi Data
1. Analisis Data.........................................................................45
2. Interpretasi Data....................................................................69

BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................73
B. Saran............................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................76

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan-
bantuan orang lain, untuk mencapai tujuan yang hendak dicapainya.
Manusia, ketika dilahirkan di dunia sudah membutuhkan bantuan dan
bimbingan dari orang lain, terutama bimbingan dari orang tua. Orang tua
mengasuh anaknya supaya menjadi anak yang tumbuh dan berkembang
secara optimal dan normal. Ketika anak tersebut mulai menjadi anak yang
dewasa, orang tua memasukkan anaknya ke sekolah. Di sekolah anak
tersebut mendapatkan bimbingan dari para guru-guru dalam proses belajar
mengajar. Sebagaimana dalam bukunya Hery Noer Aly yang menjelaskan
bahwa tugas dari seorang guru adalah “memperhatikan fase perkembangan
berpikir murid agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan
berpikir murid”.1
Selain itu juga, tugas guru adalah “membimbing, mengajar atau melatih
peserta didik ( UU No. 2 Tahun 1989 pasal 1, Ayat 8). Dalam pengertian
tersebut jelaslah bahwa pekerjaan pembimbing di sekolah merupakan

1
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. II, h. 98

1
2

salah satu tugas dari tenaga pendidik. Dengan kata lain, tugas pendidik
salah satu di antaranya adalah membimbing”.2
Pelayanan bimbingan dan konseling yang terdapat di sekolah di
Indonesia merupakan layanan yang telah dirintis sejak tahun 1960-an.
Mulai tahun 1875 pelayanan bimbingan dan konseling telah resmi
memasuki sekolah-sekolah, yaitu dengan dicantumkannya pelayanan
tersebut pada kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolah seluruh
Indonesia, pada jenjang SD, SLTP, dan SLTA. Dan pada tahun 1984
keberadaan bimbingan dan konseling lebih dimantapkan lagi.3

Hal ini sesuai dengan beberapa pasal dalam peraturan pemerintah


yang bertalian dengan UUSPN 1989 secara ekplisit menyebutkan
pelayanan bimbingan di sekolah dan memberikan kedudukan sebagai
tenaga pendidik kepada petugas bimbingan. Dalam Petunjuk
Pelaksanan Bimbingan dan Konseling, Kurikulum Sekolah Menengah
Umum, 1994, dikatakan sebagai berikut: “Berdasarkan Pasal 27
Peraturan Pemerintah Nomor 29, 1992, bimbingan merupakan bantuan
yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.”4

Di dalam konteks pendidikan nasional, keberadaan pelayanan


bimbingan dan konseling telah memiliki legalitas yang kuat dan
menjadi bagian yang terpadu dalam Sistem Pendidikan Nasional
dengan diakuinya konselor secara eksplisit di dalam Undang-Undang
No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab 1 pasal 1
ayat 4 dinyatakan bahwa “pendidik adalah tenaga pendidik yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswasta, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan.”5

Dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah seorang murid


merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh guru atas tingkah laku yang
diperbuatnya. Selain itu juga, bimbingan dan konseling memberikan suatu

2
H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2004), h. 30
3
H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, …, h. 29-30
4
W.S. Winkel dan M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. III, h. 43
5
W.S. Winkel dan M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan, …,
h. 15
3

motivasi kepada siswa, sehingga siswa yang mempunyai problem atau


masalah, dapat langsung berkonsultasi kepada guru BK. Dengan demikian,
siswa tersebut tidak berlarut-larut dalam masalah, karena hal tersebut
dapat menyebabkan siswa stress (terganggu dalam belajar), karena
memendam masalah. Dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah
maka akan terjalin suatu kedekatan, keterbukaan antara murid dan guru
yang bersangkutan.
Seorang konselor adalah guru yang mempunyai keahlian
khusus/metode khusus dalam menangani siswa yang bermasalah. Karena
hal tersebut perlu, ketika melakukan tugas bimbingan dan konseling,
karena akan dihadapkan dengan berbagai macam problematika siswa. Di
samping itu, guru BK harus mempunyai metode yang bervariasi, maka
siswa tidak merasa jenuh ketika guru memberikan suatu informasi atau
nasihat-nasihatnya. Hal tersebut, akan membuat siswa lebih memahami
apa yang disampaikannya. Sehingga dia akan menemukan solusi dari suatu
permasalahan yang dihadapinya.
Dalam melaksanakan tugas sebagai pembimbing, itu bukan hanya tugas
dari seorang guru BK saja, melainkan perlu adanya kerja sama dengan
staf-staf dan guru-guru yang ada di sekolah agar yang mengetahui
permasalahan yang dihadapi oleh siswa bukan hanya guru BK saja tapi
guru-guru beserta staf di sekolah.
Dalam masalah kesehatan mental siswa, bimbingan konseling yang
terdapat di sekolah bertujuan untuk “menghilangkan faktor-faktor yang
menimbulkan gangguan jiwa klien, sehingga dengan demikian ia akan
memperoleh ketenangan hidup rohaniyah yang sewajarnya sebagai yang
diharapkan”.6
Untuk itulah seorang konselor harus bisa menjadikan siswa lebih
bersemangat dalam belajar dan memberikan motivasi/spirit agar siswa
tidak merasa jenuh dan stres dalam menghadapi mata pelajaran dan tugas-

6
M. Arifin, Teori-teori Konseling Umum dan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon
Press, 1996), Cet. I, h. 18
4

tugas yang diberikan oleh guru. Seorang konselor juga harus bisa
memastikan murid yang bermasalah, agar tidak memberikan dampak yang
buruk kepada murid yang lain, dan tidak mengganggu dalam proses
belajar.
Atas dasar hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun
skripsi yang berjudul “HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING DENGAN KESEHATAN MENTAL SISWA MAN 12
DURI KOSAMBI CENGKARENG JAKARTA BARAT.”

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui kebenaran
data judul, adakah hubungannya antara layanan bimbingan dan konseling
dengan kesehatan mental siswa di MAN 12 Duri Kosambi Cengkareng
Jakarta Barat.
Dari tujuan di atas, maka penulis berharap adanya suatu manfaat dari
penelitian ini. Manfaat dari penelitian dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi
peneliti sendiri.
b. Manfaat praktis, dapat berguna bagi responden ialah agar terjadi sikap
saling tolong-menolong dalam kebaikkan dan juga sikap saling
menghargai antara guru dan murid.

C. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Adanya bimbingan dan konseling di sekolah merupakan peranan yang
sangat penting untuk peserta didik. Dengan adanya bimbingan dan
konseling di suatu institusi, baik itu di sekolah maupun di lembaga-
lembaga yang lain bisa memberikan suatu motivasi/spirit dan arahan pada
setiap orang yang diberikannya untuk keluar dari suatu permasalahan yang
dihadapi oleh klien.
5

Untuk itu, orang yang memberikan bimbingan dan konseling haruslah


orang-orang yang ahli dalam mengatasi masalah-masalah yang datang
pada dirinya (konselor). Sehingga konselor bisa memberikan kenyamanan
pada siswa (kilen), dan siswa juga tidak memendam masalahnya sendiri
yang bisa menyebabkan siswa stress ataupun frustasi (kasehatan
mentalnya terganggu) karena tidak bisa memecahkan suatu
permasalahannya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
a. Tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
b. Mengotori/mencoret-coret meja, dinding
c. Baju pendek dan ketat
d. Berpacaran memakai pakaian seragam (di lingkungan sekolah)
e. Siswa/i dilarang membawa Hp
f. Rambut panjang melebihi standar dan rambut di cat warna
g. Membawa dan memainkan gitar saat KBM tanpa izin
h. Membawa buku, majalah, kaset atau VCD terlarang
i. Perkelahian antar siswa satu sekolah dan antar siswa dengan
sekolah lain

2. Pembatasan Masalah
Ada beberapa terminologi yang perlu dijelaskan terlebih dahulu
sebelum menguraikan penelitian ini lebih lanjut. Penjelasan tentang term-
term ini dimaksudkan untuk membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu:
a. Layanan bimbingan dan konseling di MAN 12 Duri kosambi
Cengkareng Jakarta Barat yaitu layanan yang bersifat preventif
(pencegahan). seperti pencegahan tawuran, pencegahan bahaya
narkoba dan bahaya pergaulan bebas dengan mendatangkan instasi-
instasi penting seperti: kepolisian dan psikolog ke sekolah.
Sedangkan layanan Kuratif (Penyembuhan), seperti memberikan
layanan pemecahan kasus bagi siswa yang bermasalah.
6

b. Kesehatan mental: peneliti membatasi kesehatan mental dari segi


prilaku siswa di sekolah, yaitu prilaku siswa terhadap peraturan tata
tertib sekolah seperti datang ke sekolah tepat waktu, tidak
membawa rokok, senjata tajam dan obat-obatan terlarang, bolos
pada pelajaran tertentu, tidak mengerjakan PR dan Tidak menjaga
kebersihan sekolah.

3. Perumusan Masalah
Berikut ini perumasan masalah yang penulis kemukakan berdasarkan
masalah, yaitu:
a. Bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling di MAN 12 Duri
Kosambi Cengkareng Jakarta Barat
b. Bagaimana mental (prilaku) siswa MAN 12 tersebut di atas?
c. Adakah hubungan antara layanan bimbingan dan konseling dengan
kesehatan mental siswa di MAN 12?
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Layanan Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, layanan berasal dari kata
“layan yang kata kerjanya adalah melayani yang mempunyai arti membantu
menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang; meladeni,
menerima (menyambut) ajakan (tantangan, serangan, dsb). Layanan perihal
atau cara melayani, meladeni.”1
Sedangkan pengertian bimbingan secara harfiyyah “Bimbingan” adalah
“menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun” orang lain ke arah tujuan
yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini, dan masa mendatang. Istilah
“Bimbingan” merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris GUIDANCE
yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti “menunjukan”.2
Sedangkan dalam buku W.S Winkel, kata Guidance berasal dari bahasa
Inggris yang dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai
berikut: menunjukkan jalan (showing the way); memimpin (leading);
menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving instruction);

1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. IV, h. 646
2
H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Golden Terayo Press, 1982), Cet. I, h. 1

7
8

mengatur (regulating); mengarahkan (governing); memberikan nasihat


(giving advice).3
Namun, meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau
tuntutan adalah bimbingan. Bimbingan yang terdapat dalam sebuah institut
merupakan bimbingan yang bersifat moril, yaitu di mana seorang guru dapat
memotivasi siswanya agar lebih semangat dalam belajar. Bukan bersifat
materil. Misalnya kalau ada siswa yang belum bayaran lalu ia datang kepada
guru dan guru memberikan siswa tersebut uang, tentu saja bantuan ini bukan
bentuk bantuan yang dimaksudkan dengan pengertian bimbingan.
Pengertian bimbingan secara terminologi, menurut Crow & Crow
(1960), yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti bimbingan diartikan
sebagai, “Bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan,
yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada
individu-individu setiap usia dalam membantunya mengatur kegiatan
hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat
keputusan sendiri dan memikul bebannya sendiri.”4
Dari definisi di atas dapat diberi kesimpulan bahwa bimbingan
merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang
pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkan
dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki secara optimal
dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam
suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu
bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan.

2. Pengertian Konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu
“consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai

3
W. S. Winkel dan M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. III, h. 27
4
H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2004), Cet. II, h. 94
9

“menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon,


istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau
“menyampaikan.”5
Sedangkan menurus W.S Winkel secara etimologi konseling berasal dari
bahasa Inggris, yaitu Counseling yang dikaitkan dengan kata Counsel, yang
diartikan sebagai berikut: nasihat (to obtain counsel); anjuran (to give
counsel); pembicaraan (to take counsel).6
Konseling secara terminologi menurut Mortense (1964: 301) yang
dikutip H. Mohammad Surya adalah, “Konseling sebagai suatu proses antar-
pribadi, di mana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk
meningkatkan pemahaman dan kecakapan, menemukan masalahnya.”7
Konseling ditandai oleh adanya hubungan profesional antara konselor
yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya dilakukan secara
perorangan, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang. Hal
ini dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas
pandangannya tentang ruang lingkup kehidupan dan untuk belajar mencapai
tujuannya.
Menurut Dewa Ketut Sukardi, yang mengutip dari Pepinsky and
Pepinsky (1954), Konseling adalah “proses interaksi: (a). terjadi antara dua
orang individu yang disebut konselor dan klien, (b). terjadi dalam situasi
yang bersifat pribadi (profesional), (c). diciptakan dan dibina sebagai salah
satu cara untuk memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku
klien, sehingga ia memperoleh keputusan yang memuaskan kebutuhannya.”8

5
H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, …, h. 99
6
W. S. Winkel dan M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan, …,
h. 34
7
H. Mohammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy,
2003), Cet I, h. 1
8
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), Cet.
I, h. 14
10

Jika dilihat dari pendapat para ahli yang dijelaskan di atas, nampak
saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dari
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa konseling adalah proses
bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien agar klien tersebut dapat
memahami dan mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuannya.

3. Hubungan Bimbingan dengan Konseling


Kata bimbingan dan konseling merupakan kata yang tidak dapat
dipisahkan karena saling berkaitan, tetapi ada juga pendapat bahwa
bimbingan dan konseling merupakan kata yang berbeda. Untuk
menjelaskannya penulis menerangkannya dengan menggunakan beberapa
pendapat para ahli, yaitu:
Menurut Hallen istilah bimbingan selalu dirangkai dengan istilah
konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu
merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu
teknik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa teknik lainnya.
Sedangkan bimbingan itu kebih luas, dan konseling merupakan alat yang
paling penting dari usaha pelayanan bimbingan.9
Pendapat yang sama juga dijelaskan oleh Nana Syaodih Sukmadinata
yang menjelaskan bahwa, konseling merupakan salah satu teknik layanan
dalam bimbingan, tetapi karena peranannya yang sangat penting, konseling
disejajarkan dengan bimbingan. Konseling merupakan teknik bimbingan
yang bersifat terapeutik karena yang menjadi sasarannya bukan perubahan
tingkah laku, tetapi hal yang lebih mendasar dari itu, yaitu perubahan sikap.
Dengan demikian sesungguhnya konseling merupakan suatu upaya untuk
mengubah pola hidup seseorang. Untuk mengubah pola hidup seseorang

9
Hallen, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 9-
10
11

tidak bisa hanya dengan teknik-teknik bimbingan yang bersifat informatif,


tetapi perlu teknik yang bersifat terapeutik atau penyembuhan.10
Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa antara bimbingan dan
konseling merupakan dua pengertian yang berbeda, karena konseling lebih
identik dengan psikoterapi, yaitu usaha untuk menolong dan menggarap
individu yang mengalami kesukaran dan gangguan psikis yang serius.
Sedangkan bimbingan oleh pandangan ini dianggap identik dengan
pendidikan.11
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa antara bimbingan dan
konseling mempunyai hubungan yang erat di mana di antara keduanya
saling melengkapi dalam membantu klien atau orang lain dalam
memecahkan suatu permasalahan dan mengubah pola hidup seseorang.
Mengubah pola hidup yang salah menjadi benar, pola hidup yang negatif
menjadi positif. Sehingga klien dapat mengarahkan hidup sesuai dengan
tujuannya. Karena tugas dari seorang pembimbing atau konselor yaitu
memberikan arahan yang baik kepada yang terbimbing. Sesuai dengan
firman Allah yaitu:

˳Ϣϴ˶Ϙ˴Θ˸δ͊ϣ˳ρ΍˴ή˶λϰ˴ϟ˶·ϱ˶Ϊ˸Ϭ˴Θ˴ϟ˴Ϛ͉ϧ˶·˴ϭ

... dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk


kepada jalan yang lurus. (Q.S Asy Syura: 52)12

10
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya), 2005, Cet. III, h. 235-236
11
I. Djumhur dan Mohammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung:
CV. Ilmu, tt), h. 29
12
M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Konseling Penyuluhan Agama
(di Sekolah dan di Luar Sekolah), (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet. IV, h. 13
12

4. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling


a. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Di dalam suatu kegiatan baik itu formal maupun non formal pasti
akan ada tujuannya. Begitu juga dengan bimbingan dan konseling.
Tujuan dari bimbingan dan konseling yaitu:
Menurut Tohirin, tujuan bimbingan dan konseling yaitu:
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap diri klien,
mengarahkan diri klien sesuai dengan potensi yang dimilikinya, mampu
memecahkan sendiri masalah yang dihadapi klien, dapat menyesuaikan
diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun
lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.13
Adapun tujuan bimbingan dan konseling menurut Hallen adalah:
a. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan
agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya
sendiri.
b. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan
agar peserta mengenal lingkungannya secara obyektif, baik
sosial maupun ekonomi.
c. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan
dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan
dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik
pendidikan, karier maupun bidang budaya, keluarga dan
masyarakat.14
Menurut H. Prayitno dan Erman Amti bimbingan dan konseling
memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umun bimbingan dan konseling membantu individu agar
dapat mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat,
kemampuan, minat dan nilai-nilai, serta terpecahnya masalah-
masalah yang dihadapai individu (klien). Termasuk tujuam umum

13
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007), h. 36-37
14
Hallen, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, ..., h. 57-59
13

bimbingan dan konseling adalah membantu individu agar dapat


mandiri dengan ciri-ciri mampu memahami dan menerima dirinya
sendiri dan lingkungannya, membuat keputusan dan rencana yang
realistik, mengarahkan diri sendiri dengan keputusan dan
rencananya itu serta pada akhirnya mewujudkan diri sendiri.
Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah
perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan
khusus itu merupakan penjabaran tujuan-tujuan umum yang
dikaitkan pada permasalahan klien, baik yang menyangkut
perkembangan maupun kehidupannya.15

Dari pendapat para ahli jelaslah bahwa, tujuan dari bimbingan dan
konseling semuanya mengarahkan kepada peserta didik agar peserta
didik lebih memahami dirinya sendiri baik dari kekurangannya maupun
kelebihannya. Dan juga, membantu peserta didik untuk berani
mengambil sendiri keputusan yang baik (sesuai dengan bakat,
kemampuan dan minat) untuk dirinya.

b. Fungsi Bimbingan dan Konseling


Fungsi bimbingan dan konseling menurut Syamsu Yusuf dan A.
Juntika Nurihsan adalah:
a. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
b. Preventif (pencegahan), yaitu upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta
didik.
c. Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
d. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan pemberian bantuan kepada
siswa yang telah mengalami masalah.

15
H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, …, h. 130
14

e. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu


memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan yang sesuai dengan
minat, bakat siswa.
f. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu
(siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan
konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau
norma agama.16
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari
bimbingan dan konseling selain sebagai pemahaman untuk dirinya
sendiri (peserta didik) maupun lingkungannya, fungsi dari bimbingan
dan konseling juga sebagai penyembuh (perbaikan) bagi peserta didik
yang mengalami kesulitan ketika mendapatkan suatu permasalahan yang
sulit untuk dipecahkan yang menyebabkan peserta didik itu pesimis dan
rendah diri.

5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling


Dalam memberi bimbingan belajar guru hendaknya memperhatikan
beberapa prinsip di antaranya yaitu:
Menurut pendapat Nana Syaodih Sukmadinata prinsip-prinsip bimbingan
dan konseling yaitu:
a. Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik
yang pandai, cukup, ataupun kurang.
b. Sebelum memberi bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha
memahami kesulitan yang dihadapi siswa.
c. Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan
masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya.
d. Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi.

16
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. II, h. 16-17
15

e. Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru berkerja sama


dengan staf sekolah yang lain. 17
Sedangkan di dalam buku Kartini Kartono, prinsip dari bimbingan dan
konseling yaitu, bahwa setiap orang adalah berharga, satu prinsip yang
penting, peserta didik juga mempunyai potensi dan hak untuk memperoleh
sukses dalam kehidupannya. Seharusnya ia ditolong, agar potensinya itu
menjadi realita.18
Pendapat dari Kartini dan Kartono juga sama dengan pendapat M. Arifin
yang menjelaskan bahwa setiap individu memiliki fitrah (kemampuan dasar)
yang dapat berkembang dengan baik bilamana diberi kesempatan. Untuk itu
melalui bimbingan yang baik. Pandangan yang demikian bersumberkan
hadits yaitu:

˶Ϫ˰˶ϧΎ˰˴δ͋Π˴Ϥ˵ϳ˴ϭ ˶Ϫ˶ϧ΍˴ή˰͋μ˰˴Ϩ˵ϳ΍˴ϭ ˶Ϫ˶ϧ΍˴Ω͋Ϯ˰˴Ϭ˵ϳ ˵ϩ΍˴Ϯ˴Α˴΄˴ϓ ˶Γ˴ή˸τ˰˶ϔ˸ϟ΍ ϰ˴Ϡ˴ϋ ˵Ϊ˴ϟ˸Ϯ˵ϳ ͉˴ϻ˶΍ ˳Ω˸Ϯ˵ϟ˸Ϯ˴ϣ ˸Ϧ˶ϣΎ˴ϣ
ϢϠ˰δϣ
Tidaklah setiap anak terlahir kecuali dalam keadaan fitrah sampai
kedua orang tuanya yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi19

Dari pendapat di atas, penulis setuju dengan pendapat dari Kartini


Kartono, yang menjelaskan bahwa bahwa setiap orang adalah berharga,
dengan adanya prinsip seperti itu, maka peserta didik merasa bahwa dirinya
dihargai oleh orang lain. Sehingga peserta didik akan lebih bersemangat
(optimis) dalam menghadapi masalah baik di sekolah maupun di luar
sekolah. Selain itu juga, peserta didik juga akan menganggap bahwa dirinya
tidak dibeda-bedakan dari peserta didik yang lain karena ia mempunyai
pendapat bahwa dirinya mempunyai kelebihan dibandingkan orang lain.

17
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, …, h. 241-242
18
Kartini Kartono (Penyunting), Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi,
(Jakarta: CV. Rajawali, 1985), Cet. I, h. 116
19
Imam Muslim, Al-Jami’ al-Shahih, (Bairut: Dar al-Fikr, tt), Juz. VIII, h. 52
16

6. Teknik Bimbingan dan Konseling


Pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan
mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group
guidance) dan pendekatan secara individual (individual counseling).
a. Bimbingan kelompok
Teknik yang digunakan dalam membantu murid atau sekelompok
murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan
kelompok. Beberapa bentuk khusus teknik bimbingan kelompok
yaitu: home room program, karyawisata, diskusi kelompok, kegiatan
kelompok, organisasi murid, sosiodrama.
b. Penyuluhan individual (Individual Counseling)
Dalam teknik ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubungan
yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang
dilaksanakan dengan wawancara antara counselor dengan konsele.
Masalah-masalah yang dipecahkan melalui teknik counseling ini
ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi. 20
Beberapa sistem pendekatan bimbingan dan konseling menurut Abin
Syamsuddin Makmun, yaitu:
1. Pendekatan Direktif.
2. Pendekatan Non-Direktif. 21
Secara singkat kedua pendekatan bimbingan dan konseling tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendekatan Direktif.
Pendekatan ini dikenal juga sebagai bimbingan yang bersifat
Counselor-Centered. Sifat tersebut menunjukkan pihak pembimbing
memegang peranan utama dalam proses interaksi layanan bimbingan.

20
I. Djumhur dan Mohammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, …, h. 106 &
110
21
H. Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modul, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. VII, h. 295- 296
17

Pembimbinglah yang berusaha mencari dan menemukan permasalahan


yang dialami kliennya.
2. Pendekatan Non-Direktif
Pendekatan ini dikenal juga sebagai layanan bimbingan yang
bersifat Client-Centered. Sifat tersebut menunjukkan bahwa pihak
terbimbing diberikan peranan utama dalam bidang interaksi layanan
bimbingan.
Ciri-ciri hubungan non-direktif:
a. Hubungan non-direktif ini menempatkan klien pada kedudukan
sentral, klienlah yang aktif untuk mengungkapkan dan mencari
pemecahan masalah.
b. Konselor berperan hanya sebagai pendorong dan pencipta
situasi yang memungkinkan klien bisa berkembang sendiri.22

7. Jenis Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Menurut I. Djumhur dan Mohammad Surya, pelayanan-pelayanan yang
diberikan oleh bimbingan di sekolah dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pelayanan Pengumpulan Data tentang Murid
b. Pelayanan Pemberian Penerangan
c. Pelayanan Penempatan
d. Pelayanan Pengajaran
e. Pelayanan penyuluhan
f. Pelayanan Penelitian dan Penilaian (evaluasi)
g. Pelayanan Hubungan Masyarakat. 23

Secara singkat jenis pelayanan bimbingan dan konseling tersebut dapat


dijelaskan sebagai berikut:
a. Pelayanan Pengumpulan Data tentang Murid
Sesuai dengan pengertian bahwa bimbingan adalah bantuan bagi
individu yang menghadapi masalah, maka sudah tentu berhasil tidaknya
suatu usaha bantuan dalam rangka bimbingan akan banyak bergantung

22
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, …, h. 60-61
23
I. Djumhur dan Mohammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, …, h. 39-44
18

dari keterangan-keterangan atau informasi-informasi tentang individu


tersebut. Oleh karena itu mengumpulan data seperti ini merupakan langkah
pertama dalam kegiatan bimbingan secara keseluruhan.
b. Pelayanan Pemberian Penerangan
Yang dimaksud dengan pelayanan ini adalah memberikan penerangan-
penerangan yang sejelas-jelasnya dan selengkap-lengkapnya mengenai
berbagai hal yang diperlukan oleh setiap murid, baik tentang pendidikan,
pekerjaan, sosial, maupun pribadi.
c. Pelayanan Penempatan
Hakekat dari pelayanan penempatan ini adalah membantu individu
memperoleh penyesuaian diri dengan jalan menempatkan dirinya pada
posisi yang sesuai. Yang menjadi tujuan pelayanan penempatan ini adalah
agar setiap individu dapat posisi yang sesuai keadaan dirinya, seperti
minat, kecakapan, bakat, cita-cita, tingkat perkembangan dan sebagainya.
d. Pelayanan Pengajaran
Yang dimaksud dengan pelayanan pengajaran adalah kegiatan
pemberian bantuan kepada murid-murid dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam pengajaran. Yang menjadi tujuannya adalah agar setiap
murid memperoleh penyesuaian diri yang baik serta mengembangkan
kemampuannya secara optimal dalam kegiatan pengajaran.
e. Pelayanan penyuluhan
Penyuluhan merupakan inti kegiatan program bimbingan. Kegiatan
penyuluhan ini di samping berfungsi sebagai terapi (penyembuh), dapat
pula berfungsi sebagai cara pengumpulan data. Penyuluhan merupakan
kegiatan professional, artinya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
pendidikan dan keahlian serta pengalaman khusus dalam bidang
penyuluhan.
f. Pelayanan Penelitian dan Penilaian (evaluasi)
Tujuan pelayanan ini adalah untuk mengadakan penelitian dan
penilaian mengenai masalah yang berhubungan dengan kegiatan program
19

bimbingan dan penyuluhan. Program bimbingan yang baik senantiasa


mendasarkan diri kepada hasil-hasil penelitian dan penilaian.
g. Pelayanan Hubungan Masyarakat.
Di samping memberikan pelayanan kepada murid-murid dan personil
sekolah lainnya, kegiatan bimbingan memberikan pelayanan pula kepada
pihak-pihak luar sekolah, yaitu masyarakat. Tujuan pelayanan ini adalah
untuk bekerja sama dengan berbagai pihak di masyarakat dalam
memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah murid-
murid, seperti kenakalan anak, pembolosan, kelesuan belajar, drop-out dan
sebagainya.

B. Kesehatan Mental
1. Pengertian Kesehatan Mental
Ilmu kesehatan mental merupakan salah satu cabang termuda dari ilmu
jiwa yang tumbuh pada akhir abad ke-19 M dan sudah ada di Jerman sejak
tahun 1875 M. pada abad kedua puluh, ilmu ini berkembang dengan pesat,
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Menurut Yahya Jaya kesehatan mental adalah “terwujudnya keserasian
yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya
penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya,
berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai
hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat.”24
Menurut Zakiah Daradjat kesehatan mental adalah “terhindarnya orang
dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit
jiwa (psychose)”.25

24
Yahya Jaya, Spiritual Islam dalam Menunbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan
Mental, (Jakarta: Ruhama, 1994), Cet. I, h. 75 & 77
25
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001), h. 4
20

Sedangkan menurut Sururin kesehatan mental adalah “kemampuan untuk


menyesuaikan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta
lingkungan di mana ia hidup”.26
Dari pengetian di atas dapat di simpulkan bahwa kesehatan mental yaitu
kemampuan seseorang dalam menyesuaikan dirinya baik dengan orang lain
serta dengan lingkungannya dan orang tersebut sehat mentalnya dari gejala-
gejala kejiwaan dan penyakit jiwa.

2. Kesehatan Mental Menurut Islam


Menurut Hasan Langgulung, kesehatan mental dapat disimpulkan sebagai
“akhlak yang mulia.” Oleh sebab itu, kesehatan mental didefinisikan sebagai
“keadaan jiwa yang menyebabkan merasa rela (ikhlas) dan tentram ketika ia
melaksanakan akhlak yang mulia.”27
Di dalam buku Yahya Jaya menjelaskan bahwa kesehatan mental
menurut Islam yaitu, identik dengan ibadah atau pengembangan potensi diri
yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada Allah dan agama-
Nya untuk mendapatkan al-nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang dan
bahagia) dengan kesempurnaan iman dalam hidupnya.28
Sedangkan dalam bukunya Abdul Mujib dan Jusuf Mudzkir kesehatan
mental menurut Islam yang dikutip dari Musthafa Fahmi, menemukan dua
pola dalam mendefinisikan kesehatan mental:
a. Pola negatif (salaby), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya
seorang dari segala neurosis (al-amradh al-‘ashabiyah) dan psikosis
(al-amradh al-dzihaniyah).
b. Pola positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan
individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap
lingkungan sosialnya. 29
26
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. I, h. 143
27
Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h. 165
28
Yahya Jaya, Spiritual Islam dalam Menunbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan
Mental, …, h. 88
29
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada: 2002), Cet II, h. 133
21

Di dalam Al-Quran sebagai dasar dan sumber ajaran Islam banyak


ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagian
jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental.
Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ayat tentang kebahagian
  
  


 
  

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeruh
kepada kebaikan, menyeruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang munkar, dan merekalah orang-orang yang menang. (Q.S. Ali
Imran:104) 30

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menjanjikan kemenangan kepada


orang-orang yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang
makruf dan mencegah dari yang munkar. Keimanan, ketaqwaan, amal saleh,
berbuat yang makruf, dan menjauhi perbuatan keji dan munkar adalah
merupakan faktor penting dalam usaha pembinaan kesehatan mental.
b. Ayat tentang ketenangan jiwa
  
  

 
   
 
   

Allah-lah yang telah menurunkan ketenangan jiwa ke dalam hati orang-
orang mukmin, supaya keimanan mereka bertambah di samping
keimanan yang sudah ada. (Q.S. Al-Fath: 4) 31
30
Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993),
Cet. II. h. 84-85
31
Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, ..., h. 85
22

Ayat di atas menerangkan tentang bahwa Allah mensifati diriNya bahwa


Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat
memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang beriman.
3. Prinsip-prinsip Kesehatan Mental
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kesehatan mental adalah dasar
yang harus ditegakkan orang dalam dirinya untuk mendapatkan kesehatan
mental yang baik serta terhindar dari gangguan kejiwaan. Prinsip-prinsip
tersebut menurut Sururin adalah:
a. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
b. Keterpaduan antara Integrasi diri
c. Perwujudan Diri (aktualisasi diri)
d. Berkemampuan menerima orang lain,
e. Berminat dalam tugas dan pekerjaan
f. Pengawasan Diri
g. Rasa benar dan Tanggung jawab.32

Secara singkat prinsip-prinsip kesehatan mental tersebut dapat dijelaskan


sebagai berikut:
a. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
Prinsip ini biasa diistilahkan dengan self image. Prinsip ini antara lain
dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan diri dan kepercayaan
pada diri sendiri. Self Image yang juga disebut dengan citra diri merupakan
salah satu unsur penting dalam pengembangan pribadi.
b. Keterpaduan antara Integrasi diri
Yang dimaksud keterpaduan di sini adalah adanya keseimbangan antara
kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam
hidup dan kesanggupan menghadapi stress.
c. Perwujudan Diri (aktualisasi diri)
Merupakan proses pematangan diri. Menurut Reiff, orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau potensi

32
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, …, h. 145-148
23

yang dimiliki, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan cara yang


baik dan memuaskan.
d. Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat. Untuk dapat penyesuaian
diri yang sukses dalam kehidupan, minimal orang harus memiliki
kemampuan dan keterampilan, mempunyai hubungan yang erat dengan
orang yang mempunyai otoritas dan mempunyai hubungan yang erat
dengan teman-teman.
e. Berminat dalam tugas dan pekerjaan
Orang yang menyukai terhadap pekerjaan walaupaun berat maka akan
cepat selasai daripada pekerjaan yang ringan tetapi tidak diminatinya.
f. Pengawasan Diri
Mengadakan pengawasan terhadap hawa nafsu atau dorongan
keinginan serta kebutuhan oleh akal pikiran merupakan hal pokok dari
kehidupan orang dewasa yang bermental sehat dan kepribadian normal,
karena dengan pengawasan tersebut orang mampu membimbing segala
tingkah lakunya.
g. Rasa benar dan Tanggung jawab
Rasa benar dan tanggung jawab penting bagi tingkah laku, karena
setiap individu ingin bebas dari rasa dosa, salah dan kecewa. Rasa benar,
tanggung jawab dan sukses adalah keinginan setiap orang yang sehat
mentalnya.

4. Penyakit-penyakit Mental dan Faktor-faktor Penyebabnya


Menurut Zakiah Daradjat, keabnormalan dapat dibagi atas dua golongan
yaitu: gangguan jiwa (neurose) dan sakit jiwa (psychose). Namun ada
perbedaan antara neurose dan psychose. Orang yang terkena neurose, masih
bisa mengetahui dan merasakan kesukaran, sebaliknya yang kena psychose
tidak.33
Macam-macam neurosis di antaranya adalah:

33
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, …, h. 26
24

a. Neurasthenia
b. Histeria
c. Psychastenia.34
Secara singkat macam-macam neurose tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Neurasthenia
Penyakit Neurasthenia adalah penyakit payah. Orang yang diserang
akan merasa antara lain: Seluruh badan letih, tidak bersemangat, lekas
merasa payah, walupun sedikit tenaga yang dikelaurkan.
Para ahli menyebutkan penyebab penyakit ini antara lain: karena
terlalu sering melakukan onani (masturbasi), terlalu lama menekan
perasaan, pertentangan batin, kecemasan, terlalu banyak mengalami
kegagalan hidup.
b. Histeria
Histeria terjadi akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi
kesukaran-kesukaran, tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan dan
pertentangan batin.
Macam-macam Histeria:
1. Lumpuh Histeria: kelumpuhan salah satu anggota fisik. Penyebab
hysteria ini adalah adanya tekanan pertentangan batin yang tidak
dapat diatasi.
2. Cramp Histeria: Cramp yang terjadi pada sebagian anggota fisik.
Penyebab dari hysteria ini adanya tekanan perasaan, kegelisahan,
kecemasan yang dirasakan akibat kebosanan menghadapi
pekerjaan-pekerjaannya.
3. Kejang Histeria: yaitu badan seluruhnya menjadi kaku, tidak sadar
akan diri, kadang-kadang sangat keras disertai dengan teriakan-
teriakan dan keluhan-keluhan tetapi air mata tidak keluar.
Penyebabnya adalah emosi sangat tertekan, seperti tersinggung,
sedih, dan rasa penyesalan.

34
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, …, h. 27-37
25

c. Psychastenia
Psychastenia adalah semacam gangguan jiwa yang bersifat paksaan,
yang berarti kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap dalam keadaan
integrasi yang normal.
Gejala-gejala penyakit ini adalah:
1. Phobia yaitu rasa takut yang tidak masuk akal. Kadang-kadang rasa
takut yang tidak masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang
sehingga ia makin merasa cemas.
2. Obsesi yaitu gejala gangguan jiwa, di mana si sakit dikuasai oleh
pikiran yang tidak bisa dihindari.
3. Kompulsi yaitu gangguan jiwa, yang menyebabkan melakukan
sesuatu, baik masuk akal ataupun tindakan itu tidak dilakukannya,
maka si penderita akan merasa gelisah dan cemas. Kegelisahan
atau kecemasan itu baru hilang apabila tindakan itu dilakukan.
Sedangkan macam-macam Psychose antara lain:
a. Schizophrenia
b. Paranoia
c. Manicdepressive.35
Secara singkat macam-macam psychose tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Schizophrenia
adalah penyakit jiwa yang paling banyak terjadi dibandingkan dengan
penyakit jiwa lainnya, penyakit ini menyebabkan kemunduran
kepribadian pada umumnya, yang biasanya mulai tampak pada masa
puber. Gejala-gejala Skizoprenia yang penting antara lain:
1. Dingin perasaan, tak ada perhatian pada apa yang terjadi
disekitarnya.
2. Banyak tenggelam dalam lamunan yang jauh dari kenyataan
3. Mempunyai prasangka-prasangka yang tidak benar dan tidak
beralasan

35
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, …, h. 49-54
26

4. Sering terjadi salah tanggapan atau terhentinya pikiran atau juga


pembicaraannya tidak jelas ujung pangkalnya
5. Halusinasi pendengaran, penglihatan atau penciuman, di mana si
penderita seolah-olah mendengar, mencium atau melihat sesuatu
yang sebenarnya tidak ada.
6. Si sakit banyak putus asa dan merasa bahwa ia adalah korban
kejahatan orang banyak atau masyarakat
7. Keinginan menjauhkan diri dari masyarakat, tidak mau bertemu
orang lain.
b. Paranoia
adalah penyakit “gila kebesaran”, atau “gila menuduh orang”.
Penyakit ini tidak banyak terjadi, kadang-kadang hanya satu atau dua
orang saja yang terdapat menjadi penghuni dari salah satu rumah sakit
jiwa. Biasanya penyakit ini mulai menyerang orang sekitar umur 40
tahun. Di antara ciri-ciri khas penyakit ini adalah delusi, yaitu satu
pikiran salah yang menguasai orang yang diserangnya.
c. Manicdepressive
Penyakit ini dinamak juga “gila kumat-kumatan” di mana penderita
mengalami rasa besar/gembira yang kemudian berubah menjadi
sedih/tertekan.
Menurut Zakiah Daradjat, gangguan kesehatan mental dapat
mempengaruhi:
a. Perasaan; misalnya cemas, takut, iri-dengki, sedih tak beralasan,
marah oleh hal-hal remeh, bimbang, merasa diri rendah, sombong,
tertekan (frustasi), pesimis, putus asa dan apatis.
b. Pikiran; kemampuan berpikir kurang, sukar memusatkan perhatian,
mudah lupa, tidak dapat melanjutkan rencana yang telah dibuat.
c. Kelakuan; nakal, pendusta, menganiaya diri atau orang lain,
menyakiti badan orang atau dirinya dan berbagai kelakuan
menyimpang lainnya.
d. Kesehatan tubuh; penyakit jasmani yang tidak disebabkan oleh
gangguan pada jasmani. 36

36
Zakiah Daradjat, Islam dan Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung,
1996), Cet. VIII, h. 9
27

Dari penjelasan di atas penulis memberi kesimpulan bahwa semua


penyakit jiwa dan gangguan jiwa disebabkan karena perasaan tertekanan
yang tidak bisa dihindari oleh si penderita, sehingga perasaan itu terus-
menerus ia simpan yang akhirnya menyebabkan si penderita pesimis dan
hilang akal untuk mengontrol dirinya.

5. Tanda-tanda Mental Sehat


Dari Word Health Organization (WHO) “Bagian Jiwa” telah menetapkan
ciri-ciri Mental Health seseorang. Adapun ciri-ciri mental sehat tersebut
adalah:
a. Adjustment (Penyesuaian diri).
b. Integrated Personality (Kepribadian utuh/kokoh).
c. Free of the Senses of Frustration, Confict, Anxiety, and Depression
(Bebas dari rasa gagal, pertentangan batin, kecemasan dan tekanan).
d. Normatif, semua sikap dan tingkah laku yang dilahirkannya tidak
ada yang lolos dari jaringan Niai/Adat/Agama/Peraturan/UU.
e. Responsibility (Bertanggung Jawab).
f. Maturity (Kematangan), terdapatnya kematangan dalam melakukan
suatu sikap dan tingkah laku-tingkah laku itu dijalankan penuh
pertimbangan.
g. Otonomi (Berdiri Sendiri), selalu bersifat mandiri atas segala tugas-
tugas atau kewajiban yang menjadi bebannya, tanpa suka memikul
bebannya kepada orang lain dalam kondisi yang tidak terpaksa.
h. Well Decision Making (Pengambil Keputusan yang Baik).37
Sedangkan di dalam bukunya Dadang Hawari, kriteria jiwa atau mental
yang sehat adalah:
a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,
meskipun kenyataan itu buruk baginya.
b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
37
Rusmin Tumanggor, Ilmu Jiwa Agama, (Depok: Ulinnuha, 2002), h. 76-84
28

d. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.


e. Berhubungan dengan orang secara tolong-menolong dan saling
memuaskan
f. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sehingga sebagai
pelajaran untuk dikemudian hari
g. Menjuruskan rasa permusuhan lepada penyelesaian yang kreatif
dan konstruktif
h. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.38

Sedangkan di dalam bukunya Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, tanda-


tanda kesehatan mental adalah “adanya perasaan cinta. Cinta dianggap
sebagai tanda kesehatan mental sebab cinta menunjukkan diri positif. Cinta
mendorong individu untuk hidup berdamai, rukun, saling kasih-mengasih,
dan menjauhkan dari kebencian, dendam, permusuhan, dan pertikaian”.39
Jika dilihat dari pendapat para ahli yang dijelaskan di atas, nampak saling
melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Tetapi penulis memilih
pendapat dari Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir karena dengan adanya rasa
cinta di antara manusia, maka akan timbul rasa saling menyayangi,
perdamaian, saling menghormati sesama manusia. Sehingga tidak ada rasa
dendam ataupun iri hati yang bisa menyebabkan seseorang tertekan
perasaannya karena di benci oleh orang lain.

C. Kerangka Berpikir
Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya yaitu
kerangka teori, layanan bimbingan konseling merupakan layanan yang
mempunyai hubungan dan pengaruh yang sangat besar bagi para siswa, baik
dari sikap maupun dan intelegensinya. Karena berhasilnya suatu pendidikan
dalam proses belajar mengajar bukan hanya ditentukan dari intelegensi yang
dimiliki oleh murid tetapi dari faktor-faktor lain yang mendukungnya, salah
satunya, yaitu dari bimbingan yang diberi oleh para guru-guru yang ada di
sekolah. Bagaimana para guru-guru membimbing murid-muridnya dengan
38
Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa, 1996), h. 12
39
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, …, h. 148
29

bimbingan dan dukungan yang bisa menjadi para murid lebih semangat,
berkreasidan kreatif dalam belajar
Layanan bimbingan konseling di samping sebagai penyemangat bagi para
murid, layanan bimbingan konseling juga bisa menjadi tempat mengadunya
para murid atau tempat konsultasi ketika murid sedang menghadapi
masalah/problem dalam belajar. Dengan demikian, maka akan timbul suatu
kedekatan dan keterbukaan murid dan juga terjalin hubungan yang baik, antar
guru dan murid.
Dengan adanya layanan bimbingan konseling menjadikan pengaruh yang
baik bagi para murid terutama pada tingkah laku murid, yaitu murid akan
lebih terarah, berani dalam mengambil keputusannya sendiri, tidak rendah diri
(pesimis) melainkan selalu optimis apa yang ia lakukan artinya kesehatan
mentalnya normal tidak dipengaruhi pada hal-hal yang negatif.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, jika layanan bimbingan
konseling yang ada di sebuah lembaga sekolahan diberikan secara terus
menerus diberikan kepada para murid, maka dapat menjadikan mereka
menjadi lebih bersemangat dan berani dalam menghadapi masalah dan juga
dalam mencapai tujuan yang hendak dicapainya.

D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori di atas, maka dirumuskan suatu hipotesis.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa
uji statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun
yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara layanan bimbingan
konseling dengan kesehatan mental siswa.
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara layanan bimbingan konseling
dengan kesehatan mental siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian/ rancangan penelitian merupakan “rancangan untuk
menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh,
waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan
deangan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah”.1
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah Deskriptif
korelasional. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk
menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat
penelitian dilakukan dan mencari sebab-sebab dari suatu gejala.
Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis mengacu pada buku pedoman
penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Jakarta tahun 2007.

B. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.2

1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. III, h. 52
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineke Cipta, 2006), Cet. XIII, h. 118

30
31

Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dijadikan sebagai


acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan empiris
mengenai hubungan bimbingan dan konseling terhadap kesehatan mental,
yaitu:
1. Variabel bebas (Variabel Independen), yaitu variabel yang dapat
memberikan pengaruh terhadap variabel lain, yaitu layanan bimbingan
dan konseling (variabel X).
2. Variabel terikat (Variabel Dependen), yaitu variabel yang yang
dipengaruhi oleh variabel bebas, yaitu kesehatan mental siswa
(variabel Y).
Tabel. 1
Matriks Variabel penelitian
No Variabel Dimensi Indikator
1. Layanan 1. Layanan Membantu siswa dalam
Bimbingan Penempatan/penyaluran memilih jurusan dan
dan Konseling ekstrakulikuler yang sesuai
(Variabel X) dengan minat, bakat dan cita-
cita
2. Layanan Penyuluhan Membantu siswa dalam
menyelesaikan masalah yang
dihadapi baik yang
berhubungan dengan sekolah,
keluarga, sosial, pribadi dan
pekerjaan
3. Layanan Pengajaran Membantu kesulitan siswa
dalam proses belajar- mengajar
4. Layanan Memberikan penerangan yang
Informasi/penerangan sejelas-jelasnya dan selengkap-
lengkapnya kepada siswa
mengenai berbagai hal yang
diperlukan baik tentang
32

pendidikan, sosial dan pribadi.


5. Layanan Hubungan Pihak sekolah bekerjasama
Masyarakat dengan masyarakat, yaitu
adanya pertemuan dengan
orang tua murid, kunjungan ke
rumah, seminar dan
bekerjasama dengan berbagai
lembaga penting.
6. Preventif (Pencegahan) Guru berusaha mengantisipasi
dan Kuratif berbagai masalah yang
(penyembuhan) mungkin terjadi dan berusaha
untuk mencegahnya.
7. Bimbingan Kelompok Membantu murid/sekelompok
murid dalam memecahkan
masalah-masalah dengan
8. Penyuluhan Individu melalui kegiatan kelompok.
(Bimbingan Individu) Membantu siswa dalam
memecahkan masalah pribadi.
2. Kesehatan 1. Bertanggung Jawab Siswa dapat menunjukkan rasa
Mental tanggung jawabnya atas segala
(prilaku) pilihan/tindakan yang telah
Siswa dilakukan.
(Variabel Y) 2. Disiplin Siswa dapat mematuhi
peraturan tata tertib sekolah
3. Pengawasan/menjaga Siswa dapat
Diri menjaga/mengawas dirinya
terhadap hawa nafsu.
33

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu kita tentukan.3
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa.
Siswa kelas dua MAN 12 Duri Kosambi Cengkareng Jakarta Barat yang
berjumlah 257 siswa.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat dan
karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi. Guna
menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, maka penulis
mengambil teknik Purposive sample. Dalam penelitian ini yang menjadi
sampel sebanyak 20% dari jumlah populasi yang ada yaitu 257 dengan
perhitungan 20% X 257 = 51,4 dibulatkan menjadi 52 responden. Hal ini
berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto:
“Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehinnga penelitiannya merupkan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah
subyeknya besar, dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau
lebih.”4
Tabel. 2
Matriks Populasi dan Sampel

Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel


XI- IPA 39 orang 9 orang
XI IPS-1 35 orang 5 orang
XI IPS-2 36 orang 7 orang
XI IPS-3 37 orang 8 orang
XI IPS-4 36 orang 7 orang
XI IPS-5 37 orang 8 orang
XI IPS-6 37 orang 8 orang
Total 257 orang 52 orang

3
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), Cet.
V, h. 118
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,…, h. 134
34

Tabel. 3
Kisi-kisi Instrumen Bimbingan dan Konseling
Variabel Indikator Butir Soal Jumlah
1. Layanan a. Membantu Siswa dalam memilih 1,2 2
Bimbingan jurusan dan ekstrakulikuler
dan b. Membantu siwa dalam menyelesaikan 3,4,5 3
Konseling masalah yang dihadapi baik yang
berhubungan denagn sekolah, sosial,
pribadi dan pekerjaan
c. Membantu siswa dalam proses belajar- 6 1
mengajar
d. Memberikan penerangan yang sejalas- 7,8 2
jelasnya dan selengkap-lengkapnya
kepada siswa mengenai berbagai hal
yang diperlukan baik tentang
pendidikan, sosial dan pribadi.
e. Pihak sekolah bekerjasama dengan 9,10, 11,12 4
masyarakat, yaitu adanya pertemuan
dengan orang tua murid, kunjungan ke
rumag, seminar, dan bekerjasama
dengan lembaga-lembaga penting
seperti mendatangkan kepolisian dan
Psikolog ke sekolah.
f. Guru berusaha mengantisipasi berbagai 13,14,15,16, 5
masalah yang mungkin terjadi dan 17
berusaha untuk mencegahnya.
g. Membantu murid/sekelompok murid 18 1
dalam menyelesaikan masalah-masalah
dengan melalui kegiatan kelompok
h. Membantu siswa dalam memecahkan 19,20 2
35

masalah pribadi.

Kisi-kisi Instrumen Kesehatan Mental (prilaku) siswa


2. Kesehatan a. siswa dapat menunjukkan rasa 21,22,23,24, 9
Mental tanggung jawabnya atas segala 25,26,27,28, 29
(prilaku) pilihan/tindakan yang telah dilakukan 30,31,32,33,
siswa b. Siswa dapat mematuhi peraturan tata 34,35,36,37,38 9
tertib sekolah
c. Siswa dapat menjaga/mengawas dirinya 39,40 2
dari hawa nafsu.

D. Metode Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu,
yang mempunyai langkah-langkah sistematis.5
Metode yang digunakan dalam menyusun skripsi ini penulis
menggunakan metode eksplanasi yaitu, model penelitian yang memiliki
objek kajian dalam bentuk menguji hubungan antarvariabel yang
dihipotesiskan. Dalam konteks ini, maka peneliti eksplanasi bertumpu
pada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri
menggambarkan hubungan antar dua atau lebih variabel untuk mengetahui
apakah sesuatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya,
atau apakah sesuatu variabel disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel
lainnya atau tidak.6
Di samping itu juga, metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan sebenarnya.
Untuk memperoleh data obyektif, maka digunakan dua bentuk penelitian,
yaitu:

5
Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1998), Cet. II, h. 41
6
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), Cet. I, h. 14-15
36

a. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang


dilakukan dengan mengumpulkan, membaca dan menganalisis buku
yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi.
b. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian untuk
memperoleh data-data lapangan langsung. Dengan cara mendatangi
langsung sekolah yang akan diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data terdiri dari:
1. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dalam lapangan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang dihadapi dan sesuai dengan
kenyataan yang ada.
2. Wawancara adalah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung dengan kepala sekolah dan guru BK.
3. Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.
4. Angket adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan
kepada responden baik secara langsung atau tidak langsung untuk
mengetahui sakala tentang layanan bimbngan dan konseling terhadap
kesehatan mental siswa MAN 12 di kelas XI.

F. Teknik Analisis Data


Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganaliss data adalah:
1. Editing
Yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit atau memilih data,
sehingga hanya data yang tercapai saja yang tersisa. Langkah editing ini
bertujuan untuk merapihkan data agar rapi, bersih dan mengadakan
pengolahan lebih lanjut.
37

2. Skoring
Setelah melakukan editing, maka selanjutnya penulis melanjutkan skor
terhadap pernyataan yang ada pada angket dengan ketentuan sebagai
berikut:
Sangat setuju dan selalu (a) diberi nilai 4
Setuju dan sering (b) diberi nilai 3
Tidak setuju dan kadang-kadang (c) diberi nilai 2
Sangat tidak setuju dan tidak pernah (d) diberi nilai 1
3. Tabulating
Pada tahap ini, penulis memindahkan jawaban responden ke dalam
blanko yang telah tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel.
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, maka penulis
menggunakan teknik analisis non-statistik dan analisis statistik. Analisis
non-statistik menggunakan metode deskriptif, yaitu menuturkan dan
menganalisis data yang berupa angka-angka yang diperoleh dari
penelitian, sebagai berikut:
Tabel. 4
Pengukuran Secara Deskriptif

Pengukuran Jumlah Pengukuran Secara


Jawaban Nilai
Item Item Deskriptif
A 4 20 80 Sangat Tinggi
B 3 20 60 Tinggi
C 2 20 40 Sedang
D 1 20 20 Kurang

Untuk analisis statistic penulis menggunakan bentuk presentase dalam


mencari skor masing-masing variabel X dan variabel Y dengan
menggunakan rumus:
F
P = –––– X 100
N
Ket:
38

P = Prosentase
F = Frekuensi jawaban responden
N = Number of Cases (jumlah responden)
100 % = Bilangan tetap
Setelah itu, untuk mencari korelasi antara dua variabel penulis
menggunakan rumus Product of Moment Corelation, yaitu salah satu
teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel. Adapun rumusnya
sebagai berikut:
NXY  (X )(Y )
rxy =
[ NX  (X ) 2 ][ NX 2  (X ) 2 ]
2

Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi “r” Product moment
N = Number of cases
XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
X = Jumlah seluruh skor X
Y = Jumlah seluruh skor X
Setelah diperoleh angka indeks korelasi “r” product moment maka
dilakukan interpretasi secara sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil
penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment seperti di
bawah ini
Tabel. 5
Interpretasi Data

Besarnya “r”
Interpretasi
Product moment (rxy)

0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


yang sangat lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan

0,20-0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


yang lemah atau rendah
39

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


yang sedang atau cukup

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


yang kuat atau tinggi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


yang sangat kuat

Setelah ini hasilnya dicocokkan dengan tabel nilai koefisien korelasi


“r” product moment baik pada taraf signifikansi 5% ataupun pada taraf
1%, kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang
signifikan atau tidak.
Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi
“r” product moment, prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nilai (Ho)
2. Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan,
dengan cara membandingkan besarnya “r” product moment dengan
“r” yang tercantum dalam tabel nilai (db) atau degree of freedom
(df). Adapun rumusnya sebagai berikut:
df = N-nr
Keterangan:
Df = Degree of freedom
N = Number of cases
Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan
Untuk mencari kontribusi variabel X terdapat variabel Y penulis
menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Kontribusi variabel X terhadap variabel Y
r2 = Koefisien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MAN 12


1. Sejarah singkat berdirinya MAN 12
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 12 Duri Kosambi Jakarta berdiri sejak
tahun 1997, saat itu masih berstatus sebagai kelas jauh (KJ) dari MAN 10
Joglo Jakarta Barat. Seiring perjalanan waktu, MAN 10 KJ Duri Kosambi
berkembang pesat. Dari tahun ke tahun jumlah siswanya semakin
meningkat, fasilitas madrasah semakin memadai, dan Sumber Daya
Manusia-nya pun semakin profesional.
Pada tanggal 30 Desember 2003, melalui SK Menteri Agama No. 558,
Pemerintah menetapkan MAN 10 KJ Duri Kosambi menjadi MAN 12
Duri Kosambi Jakarta, dan Drs. M. Yunus, M.Pd. ditetapkan sebagai
Kepala Madrasah hingga sekarang.
Mulai Tahun Pelajaran 2006/2007, MAN 12 Duri Kosambi Jakarta
mempunyai 2 (dua) kampus, yaitu KAMPUS A, yang berlokasi di Jl. Raya
Duri Kosambi No. 3 Cengkareng Jakarta Barat, dan KAMPUS B, yang
berlokasi di Jl. Raya Kamal – Tegal Alur Kali Deres Jakarta Barat.

40
41

2. Visi dan Misi


a. Visi
Menjadikan Madrasah Aliyah Negeri 12 Jakarta sebagai Lembaga
Pendidikan yang sejajar dengan Sekolah/Madrasah Unggulan lainnya
di Provinsi DKI Jakarta, Berinovasi serta Berorientasi pada kualitas.
(Sejajar, Inovatif, dan Berkualitas).
b. Misi
1. Menyiapkan sumber daya insani yang memiliki integritasdan
kompetensi keahlian yang dilandasi sikap moral dan akhlak yang
Islami.
2. Membangun sinergi dengan lembaga pendidikan lainnya ke arah
terbentuknya jaringan kerja yang dapat berfungsi sebagai
laboratorium kerja bagi pengembangan pendidikan.
3. Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga pendidikan
sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.

3. Keadaan Guru, Siswa dan Pegawai


a. Keadaan Guru
Guru merupakan unsur terpenting dalam proses belajar mengajar
karena guru mempunyai beban yang sangat berat dalam menanggung
tanggungjawabnya yaitu menjadikan manusia (peserta didik) yang
berguna dan bermanfaat bagi kehidupannya.
Adapun guru di MAN 12 yaitu sebanyak 41 orang, belum termasuk
di dalamnya tenaga tata usaha yaitu:
Tabel. 6

NO NAMA PENDIDIKAN JABATAN /GURU BIDANG STUDI


01 Drs. M. Yunus, M.Pd S.2 UHAMKA Kepala Madrasah / Aqidah Akhlaq : XI
Drs. M. Yamin Sarip,
02 S.2 UHAMKA Matematika : XII - IPS
M.Pd
03 Drs. Abdul Majid S1. IAIN Jakarta Bahasa Inggris : XII
04 Drs. Kandi S1. IKIP Jakarta PKn : XII
05 Dra. Iceu Aisyah S1. IKIP Jakarta Bahasa Indonesia : XII
06 Abu Hasan, S.Pd S1. IKIP Jakarta Kimia : XI-IPA, XII-IPA, Mtk : XI-IPS 3, 4
42

07 Dra. Zuswati S1. STKIP Pkn : X -A - E , XI-IPA, XI-IPS 1 - 4


08 Fakhri Rahimi, S.Ag S1. IAIN Fiqh : X-A - E, XI-IPS 1 - 4
09 Aceng Sholihin, S.Pd.I S1. UIN Bahasa Arab : XI, Mulok : X
10 Ahmad Muslim, S.Pd SI. UNJ Matematika : XI-IPA, XI-IPS-1-2, XII-IPA
11 Aminullah, S.Pd S1. UNJ PKn : X-F-G, XI-IPS-5-6 / Sosiologi : X
12 Idris, S.Pd S1. UNJ Ekonomi : XI-IPS-5-6, X
13 Dra. Hj. Nur Faridah S1. IKIP Kimia : X, Fisika : XII-IPA
14 Laela, S.Pd S1. UNJ Bahasa Indonesia : X-D - G, XI-IPS-5 - 6
15 Sri Wahyuni. M, S.Pd S1. UNJ Pendidikan Seni : XI, XII
16 Wido Prayoga, S.Pd S1. UNS Sejarah : XI, XII
17 Dra. Indah Kusumawati S1. Geografi : X, XI-IPS-5 - 6, XII
18 Drs. M. Supena, M.Pd S.2 UHAMKA Bahasa Indonesia : X-A,B,C
19 Dra. Siti Farida S1. IAIN BK : X, XI, XII / Qurdits : XII
20 Drs. Syahril Munaf S1. IKIP Jakarta Geografi : XI-IPS-1 - 4
21 Latifah, S.Ag S1. IAIN Bahasa Arab : X-A - E, XII
22 Rahmad Subhan, S.Ag S1. STIT Penjaskes : XI, XII / Fiqh : XII
23 Eti Rahmawati,. S.Pd S1. UHAMKA Sosiologi : XII
24 Ellis Susilawati, S.Pd S1. UHAMKA Matematika : X-A - E
25 Hamidah, S.Pd S1. UHAMKA Biologi : X-A, B, C, XI-IPS, XII-IPA
26 Zulkifli, S.Pd S1. UHAMKA B. Inggris : XI-IPA, IPS-1, 2 / Mulok : XI
27 M. Husaini, S.Pd S1. UHAMKA TIK : XI, XII / Mulok : XII
28 Nimun, S.Ag S1. UMJ Al Qur'an : X-A - E, XI-IPA, XI-IPS-1 - 4
29 Wardah, S.Pd S1. UHAMKA Bahasa Indonesia : XI
30 Nilawati, S.Pd S1. UNSRI Ekonomi : XII-IPS
31 Euis Qomariah, S.Pd S1. UNJ Sosiologi : XI-IPS-1 - 4
32 Lili Fitriah, S.Pd S1. UNILA Ekonomi : XI-IPS-1 - 4
33 Dinar Inayah, S.Pd S1. IKIP Bandung Fisika : X, XI-IPA
34 Nano Sukarno S1. UNISMA 45 Penjaskes : X, XI-IPS-5 - 6
35 Sofiudin S1. UIN Jakarta B. Inggris : X-F - G, XI-IPS-3 - 6 / Mulok : XI-IPS-5 - 6
36 Heru Wibowo, S.Pd.I S1. UHAMKA Sejarah : X-A - E / SKI : XII / Sos : XI-IPS-5 - 6
37 Muntoharoh, S.Si S1. IPB Biologi : X-C - G / Matematika : XI-IPS-5 - 6
38 Nurjanah, S.Pd S1 Bahasa Inggris : X-A - E
39 Widiastuti, S.Pd S1 Matematika : XI-IPS-5 - 6 / TIK: X-F - G, XI-IPS-5 -6
40 Sayudi, S.Pd S1 Aqidah, Fiqh, QH : X-F - G, XI-IPS-5 - 6
41 Rosita S1 B. Arab : X-F - G, XI-IPS-5 - 6 / TIK : X-A - E

b. Keadaan Siswa
Peserta didik merupakan orang yang mendapatkan bimbingan dari
para guru untuk mendapatkan pengajaran sesuai dengan
kemampuannya.
43

Adapun siwa di MAN 12 pada tahun 2007/2008 yaitu sebanyak


719 orang, seperti terlampir di dalam tabel 7:
Tabel. 7
KELAS L P JUMLAH
X-A 19 22 41
X-B 20 20 40
X-C 20 20 40
X-D 19 20 39
X-E 21 19 40
X-F 21 20 41
X-G 19 20 39
XI - IPA 13 26 39
XI - IPS - 1 11 24 35
XI - IPS - 2 12 24 36
XI - IPS - 3 12 25 37
XI - IPS - 4 14 22 36
XI - IPS - 5 17 20 37
XI - IPS - 6 17 20 37
XII - IPA 10 29 39
XII - IPS - 1 14 22 36
XII - IPS - 2 14 21 35
XII - IPS - 3 14 22 36
XII - IPS - 4 12 24 36
Total 299 420 719

c. Kedaan Pegawai
Tabel. 8
No Nama Pangkat Pendidikan Bidang / Tugas
01 Abdussalam, S.Ag Penata IKAHA Kepala Tata Usaha
02 Damanhuri Penata Muda SMEA Bendahara Pengeluaran
03 R. Siti Nurul Saadah, S.Ag Penata Muda Al-Aqidah Kepegawaian/ Inventaris
04 Nawafil Pengatur Muda SMA Doktik/Kesiswaan
05 Nurdahlia Pengatur Muda SMA Kesiswaan/Tikrey/Inventaris
06 Ismail CPNS SMA Absensi / Kepegawaian
07 Tuti Alawiyah - SMA Bendahara BP3
08 Khilwatun - SMA Staf Perpustakaan
09 Lia Damayanti - S1. IAIN Staf Perpustakaan
10 Nasuki - SMA Satpam / Keamanan
11 Pipik Fajar Herpikto - SMK Staf Tata Usaha
12 Nuryanto - STM Cleaning Service
13 Ikhwan - SMK Staf Tata Usaha
14 Iwan Munawar - SMA Staf Tata Usaha
15 Usman - SMA Cleaning Service
16 Jaji Jamjuri - STM Cleaning Service
44

4. Struktur Sekolah MAN 12

Komite Kepala Sekolah Tenaga Ahli


Wakil Kepala Instasi lain Dokter,
Sekolah Psikologi, Kepolosian

Tata Usaha

Koordinator Wali Kelas/


Guru Mata Pelajaran
bimbingan konseling Guru Pembina
Guru Pembimbing

Siswa

B. Deskripsi Data
Deskripsi dari penelitian ini adalah, penelitian ini berjudul hubungan
layanan bimbingan dan konseling dengan kesehatan mental (prilaku)
siswa. Yang terdiri dari dua Variabel yaitu Variabel X dan Variabel Y.
Penelitian ini dilakukan di sekolah MAN 12 Jakarta Barat. Adapun
populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MAN 12 yang
berjumlah 257 orang, sampel penelitiannya dengan perhitungan persentase
20% dari jumlah siswa kelas dua yang berjumlah 7 kelas. Maka diperoleh
hasil 52 orang yang menjadi sampel.
45

C. Analisis dan Interpretasi Data


1. Analisis Data
Data statistik yang akan dianalisis adalah skor-skor dari penyebaran
angket siswa yang di temukan di lapangan, kemudian data tersebut diolah
dalam persentase yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel. 9
Variabel X (Layanan Bimbingan dan Konseling)
Guru BK selalu membantu siswa dalam memilih kegiatan ekstrakulikuler
sesuai bakat dan minat
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 10 19
Sering 3 8 15
Kadang-kadang 2 19 37
Tidak pernah 1 15 29
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK membantu siswa dalam
memilih kegiatan ekstrakulikuler sesuai bakat dan minat kurang maksimal hal ini
dimungkinkan juga karena siswa bisa memilih dan menentukan sendiri kegiatan
ekstrakulikuler tanpa bertanya dan berkonsultasi dengan guru BK.
Tabel. 10
Guru Bk membantu siswa dalam memilih jurusan
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 16 31
Sering 3 14 27
Kadang-kadang 2 15 29
Tidak pernah 1 7 13
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK membantu siswa dalam
memilih jurusan sangat maksimal dalam membantu siswa ketika memilih jurusan.
46

Hal ini dimungkinkan karena pada usia remaja yang baru beranjak dewasa
merupakan usia yang sangat memerlukan bimbingan. Sehingga peran dari guru
BK sangat penting dalam membatu siswa untuk memilih jurusan.
Tabel. 11
Guru BK membantu siswa dalam menyelesaikan masalah siswa
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 35 67
Sering 3 11 21
Kadang-kadang 2 6 12
Tidak pernah 1 - -
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Guru BK membantu siswa dalam
menyelesaikan masalah siswa sangat maksimal. Seperti penjelasan yang
sebelumnya bahwa pada usia seperti ini merupakan usia yang memerlukan
bimbingan dari orang-orang yang ada disekelilingnya termasuk dari guru-guru dan
orang tua.
Tabel. 12
Guru BK membimbing siswa disaat siswa mendapat kesulitan dalam belajar
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 17 33
Sering 3 14 27
Kadang-kadang 2 17 33
Tidak pernah 1 4 7
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK membimbing siswa disaat
siswa mendapat kesulitan dalam belajar sudah maksimal. Hal ini dimungkinkan
karena peran konselor di sekolah MAN 12 sangat penting. Selain itu juga layanan
BK tidak masuk dalam mata pelajaran sehingga ketika siswa yang mendapatkan
masalah baik pribadi maupun pelajaran siswa datang ke ruang BK.
47

Tabel. 13
Siswa mendengarkan dan menjalankan nasihat dari guru Bk
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 25 48
Sering 3 17 33
Kadang-kadang 2 7 13
Tidak pernah 1 3 6
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa mendengarkan dan


menjalankan nasihat dari guru BK sangat maksimal. Hal ini di mungkinkan
karena pemberian bimbingan yang dilakukan oleh konselor sangat terarah
sehingga bagi siswa yang bermasalah dapat memahami apa yang disampaikan
oleh konselor.
Tabel. 14
Guru BK membantu siwa dalam memahami pelajaran sekolah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 9 17
Sering 3 17 33
Kadang-kadang 2 24 46
Tidak pernah 1 2 4
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK membantu siwa dalam
memahami pelajaran sekolah kurang maksimal. Hal ini dimungkinkan karena
siswa bertanya langsung dengan guru yang bersangkutan atau bertanya dengan
wali kelasnya.
48

Tabel. 15
Di sekolah selalu ada informasi tentang dunia pekerjaan
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 2 4
Sering 3 12 23
Kadang-kadang 2 25 48
Tidak pernah 1 13 25
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di sekolah ada informasi tentang
dunia pekerjaan kurang maksimal. Hal ini dimungkinkan karena sekolah ini bukan
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Sehingga dalam memberikan informasi
tentang dunia pekerjaan sangat terbatas.
Tabel. 16
Guru BK membantu siswa untuk menyesuaikan diri ketika menjadi siswa
baru
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 20 38
Sering 3 19 37
Kadang-kadang 2 11 21
Tidak pernah 1 2 4
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK membantu siswa untuk
menyesuaikan diri ketika menjadi siswa sangat maksimal. Hal ini dimungkinkan
karena tugas dari seorang konselor yaitu memberikan bimbingan dan arahan yang
sejals-jelasnya kepada klien (siswa). Sehingga ketika menjadi murid baru siswa
tidak merasa bingung dan terasingkan.
49

Tabel. 17
Guru BK dan kepala sekolah mendatangkan lembaga-lembaga penting
seperti kepolisian dan psikolog ke sekolah dalam membantu kesulitan siswa
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 17 33
Sering 3 14 27
Kadang-kadang 2 19 36
Tidak pernah 1 2 4
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK dan kepala sekolah
bekerjasama dengan lembaga-lembaga penting dalam membantu kesulitan siswa
kurang maksimal. Hal ini dimungkinkan karena kepala sekolah dan guru
mendatangkan lembaga-lembaga penting ke sekolah hanya setahun sekali tidak
sebulan sekali. Sehingga murid-murid tidak merasakan dampak dari hal itu.
Tabel. 18
Guru BK bekerjasama dengan orang tua dalam menyelesaikan masalah
siswa di sekolah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 28 54
Sering 3 11 21
Kadang-kadang 2 13 25
Tidak pernah 1 - -
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK bekerjasama dengan orang
tua dalam menyelesaikan masalah siswa sangat maksimal. Hal ini dimungkinkan
karena agar terjalin kerjasama antara guru dan wali murid dalam
menumbuhkembangkan potensi dan prilaku anak. Sehingga yang mengetahui
perkembangan siswa bukan guru saja tetapi wali murid juga.
50

Tabel. 19
Guru BK dan kepala sekolah mengadakan seminar/diskusi dalam
membimbing dan membantu siswa dalam proses belajar-mengajar
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 11 21
Sering 3 18 35
Kadang-kadang 2 20 38
Tidak pernah 1 3 6
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK dan kepala sekolah
mengadakan seminar/diskusi dalam membimbing dan membantu siswa dalam
proses belajar-mengajar kurang maksimal. Hal ini dimungkinkan karena
keterbatasan waktu.
Tabel. 20
Guru BK berkunjung ke rumah siswa dalam membantu masalah yang
dihadapi siswa
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 7 13
Sering 3 5 10
Kadang-kadang 2 27 52
Tidak pernah 1 13 25
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK berkunjung ke rumah siswa
dalam membantu masalah yang dihadapi siswa kurang maksimal. Hal ini
dimungkinkan karena tidak semua murid mempunyai masalah yang besar yang
mengharuskan guru BK datang ke rumah murid. Melainkan dengan memanggil
siswa ke ruang BK.
51

Tabel. 21
Guru BK menasihati siswa ketika melakukan kesalahan
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 35 67
Sering 3 10 19
Kadang-kadang 2 6 12
Tidak pernah 1 1 2
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK menasihati siswa ketika
melakukan kesalahan sangat maksimal. Karena tugas dari seorang guru yaitu
memberikan petunjuk yang baik kepada muridnya bukan menjerumuskan murid
kepada hal-hal yang negatif.
Tabel. 22
Setiap bulan guru BK mengadakan diskusi secara terbuka di sekolah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 6 12
Sering 3 2 4
Kadang-kadang 2 21 40
Tidak pernah 1 23 44
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa setiap bulan guru BK mengadakan
diskusi secara terbuka di sekolah tidak maksimal. Hal ini dimungkinkan karena
keterbatasan waktu. Selain itu juga pemberian bimbingan tidak selamanya harus
mengadakan diskusi tetapi dengan siswa datang ke guru BK dan menceritakan
masalah yang dihadapinya itu sudah cukup sehingga siswa yang bermasalah tdak
malu untuk mengungkapkan kepada guru BK.
52

Tabel. 23
Guru BK memberikan layanan konsultasi secara rutin dalam seminggu
sekali
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 8 15
Sering 3 7 14
Kadang-kadang 2 15 29
Tidak pernah 1 22 42
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK memberikan layanan


konsultasi secara rutin dalam seminggu sekali tidak maksimal melainkan sangat
maksimal karena layanan BK yang ada di sekolah MAN 12 dilakukan 5 kali
dalam seminggu bukan seminggu sekali. Sehingga siapapun siswa yang
mempunyai masalah bisa langsung berkonsultasi dengan guru BK tanpa harus
menunggu jadwal yang ditentukan.
Tabel. 24
Guru BK menjelaskan etika pergaulan yang baik terutama dengan lawan
jenis
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 26 50
Sering 3 15 29
Kadang-kadang 2 8 15
Tidak pernah 1 3 6
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK menjelaskan etika pergaulan
yang baik terutama dengan lain jenis kelamin sangat maksimal. Hal ini
dimungkinkan karena guru BK selalu memberikan hal-hal yang positif dan arahan
yang baik kepada kliennya termasuk etika pergaulan yang baik terutama dengan
53

lain jenis kelamin. Selain itu juga sekolah ini merupakan sekolah yang bernuansa
Islami.
Tabel. 25
Setiap awal tahun ajaran baru sekolah mendatangkan nara sumber (polisi,
dokter) untuk memberikan informasi tentang bahaya narkoba dan
pergaulan bebas
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 8 15
Sering 3 12 23
Kadang-kadang 2 26 50
Tidak pernah 1 6 12
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa setiap awal tahun ajaran baru sekolah
mendatangkan nara sumber (polisi, dokter) untuk memberikan informasi tentang
bahaya narkoba dan pergaulan bebas kurang maksimal. Hal ini dimungkinkan
karena kurangnya minat dari para murid dan keterbatasan waktu.
Tabel. 26
Setiap minggu guru BK memberikan materi bimbingan dan konseling secara
kelompok di kelas
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 5 9
Sering 3 9 17
Kadang-kadang 2 19 37
Tidak pernah 1 19 37
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa setiap minggu guru BK memberikan
materi bimbingan dan konseling secara kelompok di kelas kurang maksimal. Hal
ini dimungkinkan karena layanan BK tidak masuk dalam mata pelajaran yang
54

wajib diajarkan di dalam kelas. Sehingga konselor tidak memberikan materi


bimbingan secara kelompok.

Tabel. 27
Guru BK membantu menyelesaikan masalah siswa secara individu
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 16 31
Sering 3 13 25
Kadang-kadang 2 20 38
Tidak pernah 1 3 6
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK membantu menyelesaikan


masalah siswa secara individu kurang maksimal. Hal ini dimungkinkan karena
bimbingan yang diberikan oleh konselor tidak hanya pada satu orang saja
melainkan kepada seluruh siswa. Sehingga tidak membuang-buang waktu ada.
Selain itu juga dikarena dari kebiasaan siswa yaitu melakukan kesalahan di
sekolah biasanya tidak sendiri melainkan secara kelompok.
Tabel. 28
Guru BK memanggil siswa secara individu ke ruang BK
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 16 31
Sering 3 15 29
Kadang-kadang 2 16 31
Tidak pernah 1 5 9
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru BK memanggil siswa secara
individu ke ruang BK belum maksimal. Hal ini dimungkinkan karena kebanyakan
dari siswa yang berkonsultasi dengan konselor tidak datang sendirian melainkan
datang dengan temannya. Dimungkinkan karena malu untuk mengungkapkan
55

masalah yang dihadapinya sehingga siswa mengajak temannya untuk


mendampinginya.
Tabel. 29
Variabel Y (Kesehatan Mental (prilaku) Siswa)
Siswa mengabaikan setiap tugas (PR) yang diberikan guru kepada siswa
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Tidak pernah 4 7 13
Kadang-kadang 3 32 62
Sering 2 4 8
Selalu 1 9 17
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa belum maksimal dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai murid. Hal ini dimungkinkan
karena sikap malas yang ada pada diri manusia atau juga karena tugas yang
diberikan oleh guru ekpadanya terlalu sulit untuk dilaksanakan sehingga murid
mengabaikannya.
Tabel. 30
Siswa menciptakan suasana/lingkungan yang aman dan tentram di kelas
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 23 44
Sering 3 12 23
Kadang-kadang 2 15 29
Tidak pernah 1 2 4
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa selalu
menciptakan suasana/lingkungan yang aman dan tentram di kelas. Hal ini
dimungkinkan karena siswa MAN 12 menginginkan dan menyukai lingkungan
yang damai dan tentram dalam proses KBM. Sehingga balajarpun menjadi lebih
nyaman.
56

Tabel. 31
Siswa berkelahi dengan sesama teman di sekolah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Tidak pernah 4 39 75
Kadang-kadang 3 10 19
Sering 2 - -
Selalu 1 3 6
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal dalam
menahan emosi dan prilaku terhadap hal-hal yang negatif yaitu tidak berkelahi
dengan teman di sekolah. Hal ini menunjukan bahwa prilaku siswa Man 12 yaitu
baik.
Tabel. 32
Siswa selalu menghormati dan jujur kepada guru
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 27 52
Sering 3 13 25
Kadang-kadang 2 9 17
Tidak pernah 1 3 6
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal dalam
menghormati dan jujur kepada guru hal ini dimungkinkan karena siswa Man 12
mendapatkan pelajaran agama di sekolahnya yang mengajarkan agar menghormati
gurunya. Hal ini menunjukan bahwa akhlak siswa MAN 12 yaitu baik
Tabel. 33
Siswa memperhatikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 28 54
57

Sering 3 11 21
Kadang-kadang 2 12 23
Tidak pernah 1 1 2
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal dalam
memperhatikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini di mungkinkan
karena siswa MAN 12 mempunyai sikap tanggung jawab yang besar. Selain itu
juga, dikarenakan tugas yang diberikan oleh guru kepadanya tidak sulit dan berat.
Tabel. 34
Siswa membaca kembali pelajaran setelah pulang sekolah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 8 15
Sering 3 14 27
Kadang-kadang 2 27 52
Tidak pernah 1 3 6
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa kurang maksimal dalam
membaca kembali pelajaran setelah pulang sekolah. Hal ini dimungkinkan karena
sikap malas dan jenuh yang mengharuskan siswa untuk mengulang pelajaran
kembali. Selain itu juga mungkin karena mereka sudah paham dan mengerti
dengan apa yang disampaikan oleh gurunya. Sehingga mereka tidak perlu lagi
untuk membaca kembali pelajaran yang sudah di pelajari di sekolah.
Tabel. 35
Siswa mengikuti pelajaran sampai selesai
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 38 73
Sering 3 10 19
Kadang-kadang 2 4 8
58

Tidak pernah 1 - -
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimak untuk . hal ini
menunjukan bahwa siswa menaati peraturan tata tertib sekolah. Hal ini
dimungkinkan juga karena kecintaan dan ketertarikan siswa untuk belajar.
Tabel. 36
Siswa tidak masuk kelas/sekolah tanpa surat izin
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Tidak pernah 4 30 58
Kadang-kadang 3 14 27
Sering 2 6 11
Selalu 1 2 4
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal untuk tidak
masuk kelas/sekolah tanpa surat izin. Hal ini menunjukan bahwa siswa
mempunyai sikap jujur dan taat terhadap peraturan sekolah, karena bagi siswa
yang tidak masuk sekolah tanpa izin (alfa) maka akan mendaptkan sanksi berupa
poin, yaitu 2 poin.
Tabel. 37
Siswa mengakui kesalahan apabila bersalah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 29 56
Sering 3 16 31
Kadang-kadang 2 6 11
Tidak pernah 1 1 2
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal untuk
mengakui kesalahan apabila bersalah hal ini dimungkinkan karena sekolah ini
59

merupakan sekolah yang bernuansa Islam. Selain itu, mungkin karena sikap jujur
yang dimiliki oleh para siswa.
Tabel. 38
Setiap minggu siswa mendapat hukuman dari guru
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Tidak pernah 4 33 63
Kadang 3 14 27
Sering 2 4 8
Selalu 1 1 2
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal dalam
mentaati peraturan tata tertib sekolah. Sehingga siswa setiap minggu tidak
mendapat hukuman dari guru.
Tabel. 39
Siswa menjaga kebersihan sekolah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 33 63
Sering 3 13 25
Kadang-kadang 2 5 10
Tidak pernah 1 1 2
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal dalam
menjaga kebersihan sekolah dengan. Hal ini dimungkinkan karena kecintaan
siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Karena dengan terciptanya lingkungan
yang bersih dan sehat. Maka KBM akan menjadi nyaman dan indah untuk dilihat.
60

Tabel. 40
Siswa datang ke sekolah tepat waktu
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 28 54
Sering 3 13 25
Kadang-kadang 2 10 19
Tidak pernah 1 1 2
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sanagt maksimal untuk datang
ke sekolah tepat waktu. Hal ini dimungkinkan karena siswa mentaati peraturan
sekolah yang menjelaskan bahwa bagi siswa yang terlambat datang ke sekolah
maka akan mendapatkan poin (tergantung dari keterlambatannya).
Tabel. 41
Siswa membuat jadwal belajar di rumah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 28 54
Sering 3 8 15
Kadang-kadang 2 10 19
Tidak pernah 1 6 12
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal dalam
membuat jadwal belajar di rumah. Hal ini dimungkinkan karena siswa mempunyai
sikap untuk menghargai waktu dan sikap disiplin.
Tabel. 42
Siswa selalu mengenakan pakaian seragam dengan rapih ke sekolah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 39 75
Sering 3 7 13
61

Kadang-kadang 2 5 10
Tidak pernah 1 1 2
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal dalam
mengenakan pakaian seragam dengan rapih ke sekolah. Hal ini dimungkinkan
karena siswa mempunyai sikap cinta terhadap keindahan dan kerapihan.
Tabel. 43
Siswa bolos pada pelajaran tertentu
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Tidak pernah 4 39 75
Kadang-kadang 3 9 17
Sering 2 3 6
Selalu 1 1 2
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal untuk tidak
bolos pada pelajaran tertentu. Hal ini dimungkinkan karena kecintaan siswa untuk
menuntut ilmu atau mungkin juga karena sikap takut akan mendapatkan poin
karena telah melanggar peraturan tata tertib sekolah.
Tabel. 44
Siswa mentaati peraturan sekolah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 35 67
Sering 3 14 27
Kadang-kadang 2 3 6
Tidak pernah 1 - -
Jumlah 10 52 100
62

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimnal dalam
mentaati peraturan sekolah. Hal ini dimungkinkan karena menaati peraturan
merupakan keewajiban bagi semua siswa agar yercipta lingkunga sekolah yang
aman dan tentram.
Tabel. 45
Siswa mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Selalu 4 16 31
Sering 3 18 34
Kadang-kadang 2 14 27
Tidak pernah 1 4 8
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa belum maksimal dalam
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Hal ini dimungkinkan karena
ekstrakulikuler yang terdapat di sekolah tidak sesuai dengan bakat dan minat
siswa.
Tabel. 46
Siswa suka mencoret-coret tembok dan merusak peralatan sekolah (papan
tulis, meja dan bangku)
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Tidak pernah 4 38 73
Kadang-kadang 3 12 23
Sering 2 2 4
Selalu 1 - -
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal untuk tidak
mencoret-coret tembok dan merusak peralatan sekolah (papan tulis, meja dan
bangku). Hal ini dimungkinkan karena siswa mempunyai sikap cinta terhadap
lingkungan sekolahnya atau mungkin juga karena sikap taat terhadap peraturan
63

sekolah yang menjelaskan bahwa bagi siswa yang mencoret-coret tembok dan
merusak peralatan sekolah, maka akan mendapatkan 10 poin.
Tabel. 47
Siswa menggunakan obat-obatan terlarang
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Tidak pernah 4 50 96
Kadang-kadang 3 - -
Sering 2 1 2
Selalu 1 1 2
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal untuk tidak
menggunakan obat-obatan terlarang. Hal ini dimungkinkan karena siswa takut
akan di keluarkan dari sekolah, karena telah melanggar peraturan tata tertib
sekolah. Selain itu juga dimungkinkan karena siswa mengetahui akan bahaya bagi
orang yang menggunakan obat-obatan terlarang. Karena dilarang oleh agama dan
juga akan mendapat jeratan hukum negara.
Tabel. 48
Siswa suka membawa rokok ke sekolah
Alternatif jawaban Skor Frekuensi %
Tidak pernah 4 47 90
Kadang-kadang 3 4 8
Sering 2 - -
Selalu 1 1 2
Jumlah 10 52 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat maksimal untuk tidak
membawa rokok ke sekolah. Hal ini dimungkinkan karena siswa takut dan taat
terhadap peraturan tata tertib sekolah yang menjelaskan bahwa bagi siswa yang
membawa rokok ke sekolah maka akan mendapatkan sanksi berupa poin, yaitu 25
poin.
Tabel. 49
Perhitungan untuk mencari data Variabel X (Layanan Bimbingan dan Konseling)dari hasil penyebaran angket
Butir Soal
Responden Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 2 2 3 2 2 3 3 4 4 4 62
2 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 72
3 2 4 3 3 3 4 3 3 1 2 3 3 2 4 4 4 2 1 3 2 56
4 2 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 2 4 2 2 3 3 3 2 4 61
5 2 3 3 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 1 1 2 4 1 4 1 49
6 4 4 4 4 2 2 2 2 2 4 2 1 4 1 1 2 1 2 4 3 51
7 4 2 4 4 3 3 2 2 3 4 3 2 4 2 2 3 2 1 3 2 55
8 2 3 3 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 1 1 2 4 1 4 1 49
9 1 2 4 4 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 4 1 3 3 1 47
10 2 4 4 2 4 3 2 4 2 3 3 2 3 2 2 4 3 3 2 4 58
11 1 3 4 3 4 3 2 4 3 4 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 54
12 2 4 4 2 4 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 4 2 3 2 2 54
13 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 3 4 3 70
14 1 4 4 1 1 2 1 3 2 2 3 1 4 1 1 4 2 2 1 3 43
15 1 3 4 2 2 1 1 2 3 4 3 2 4 1 1 2 2 1 2 2 43
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80
17 1 2 4 4 4 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 37
18 1 1 3 3 3 2 2 2 3 3 2 1 3 1 2 3 3 2 3 3 46
19 1 1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 4 1 1 3 2 2 2 2 44
20 2 4 4 4 2 4 2 3 3 2 2 1 4 1 1 4 2 1 2 1 49
21 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 1 1 4 1 1 2 4 64
22 2 2 4 2 4 2 3 4 4 4 4 2 4 1 4 4 2 2 4 4 62
23 2 2 4 2 4 2 3 4 4 4 4 2 4 1 4 4 2 2 4 4 62
24 2 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 2 4 1 1 4 2 2 3 3 56
25 2 2 4 4 4 2 2 4 2 4 2 2 4 2 1 4 2 1 4 4 56
26 3 3 2 2 2 3 1 1 2 2 3 3 3 1 2 1 2 2 3 2 43
27 1 3 2 4 4 4 3 3 2 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 4 64
28 4 1 3 2 3 3 3 3 4 3 3 1 3 1 3 4 2 2 3 2 53
29 1 4 4 1 4 2 4 4 4 4 2 1 4 2 1 4 2 1 4 4 57
30 2 2 4 3 2 2 2 3 4 4 4 2 4 1 1 2 4 1 4 4 55
40
41
Butir Soal
Responden Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
31 3 4 4 2 3 3 1 3 4 4 4 2 3 2 3 3 2 2 3 3 58
32 3 4 4 3 3 3 2 2 2 4 2 2 2 1 1 4 1 1 2 3 49
33 2 3 2 3 3 3 2 4 2 4 3 3 4 2 1 4 3 3 4 4 59
34 2 4 4 2 4 1 1 2 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 2 3 44
35 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 3 2 4 2 2 4 2 2 2 1 59
36 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 2 68
37 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 39
38 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 67
39 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 70
40 3 3 3 2 2 2 2 4 3 4 2 2 2 2 2 3 4 3 2 3 53
41 3 1 2 1 1 2 3 4 3 2 1 1 3 2 3 4 2 1 4 3 46
42 1 1 4 4 4 2 1 1 3 4 3 1 4 2 2 1 4 3 4 3 52
43 1 2 4 2 3 2 1 2 2 3 2 2 4 2 1 2 1 1 1 2 40
44 2 3 3 3 3 3 2 4 2 3 2 2 4 2 3 3 3 2 2 2 53
45 2 2 4 3 1 3 2 3 2 3 3 1 4 1 2 3 2 1 3 2 47
46 1 2 4 2 3 4 2 3 4 4 3 1 4 1 2 4 3 2 4 3 56
47 3 1 2 1 3 2 1 3 3 4 3 2 4 2 2 3 3 2 2 3 49
48 1 2 4 2 4 2 1 4 4 4 2 4 4 1 1 3 2 1 2 4 52
79 1 2 4 2 4 2 1 4 4 4 2 4 4 1 1 3 2 1 2 4 52
50 1 2 4 2 4 2 1 4 4 4 2 4 4 1 1 3 2 2 2 2 51
51 2 3 4 3 3 2 3 3 2 2 2 1 4 2 1 2 3 2 3 3 50
52 2 2 4 3 4 2 1 2 3 2 1 2 1 3 4 3 2 1 1 2 45
42
Tabel. 50
Perhitungan untuk mencari data Variabel Y (Kesehatan Mental )dari hasil penyebaran angket

Butir Soal
Responden Jumlah
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 3 4 3 4 4 1 3 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 69
2 1 2 3 1 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 66
3 1 4 3 1 3 4 3 3 2 2 4 3 2 2 2 4 3 3 4 3 56
4 3 3 4 2 4 2 4 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 69
5 3 2 4 4 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 70
6 3 2 4 4 2 2 2 4 2 3 2 2 4 4 4 3 3 4 4 4 62
7 3 2 3 3 3 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 4 3 3 4 4 67
8 3 2 4 4 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 70
9 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 75
10 2 3 4 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 65
11 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 2 4 3 4 3 4 4 4 71
12 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 4 4 4 67
13 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 73
14 1 3 3 3 1 1 3 2 1 4 1 1 4 4 3 2 1 4 4 3 49
15 3 3 3 3 2 1 3 3 2 4 3 2 1 2 3 3 2 2 4 4 53
16 1 4 1 4 4 4 3 2 3 1 4 3 4 3 1 3 4 2 2 1 54
17 1 4 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 1 4 4 4 1 3 4 3 63
18 3 2 4 2 2 2 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 1 4 4 4 62
19 3 3 4 3 3 2 4 4 3 4 3 3 2 4 2 4 3 4 4 4 66
20 3 3 4 1 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 70
21 2 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 2 4 4 4 67
22 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 77
23 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 77
24 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80
26 3 1 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 4 4 58
27 1 4 4 4 4 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 71
28 3 2 4 2 3 2 4 4 3 3 3 2 2 4 4 3 2 4 4 4 62
29 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 71
43
Butir Soal
Responden Jumlah
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
30 3 2 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 4 4 4 69
31 3 2 4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 68
32 3 2 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 3 4 4 2 1 4 4 4 65
33 3 4 4 4 2 2 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 2 4 4 4 69
34 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 73
35 3 2 4 3 3 2 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 68
36 4 1 4 4 2 2 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68
37 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 76
38 3 4 4 2 2 2 4 3 4 3 3 2 4 2 4 2 2 4 4 4 62
39 1 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 73
40 2 2 4 4 2 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 2 3 4 3 65
41 1 2 1 4 4 2 3 1 4 3 3 2 4 1 3 3 3 3 1 4 52
42 4 2 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 72
43 3 3 4 2 2 2 4 3 3 4 2 2 1 3 4 3 2 4 4 4 59
44 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 73
45 3 3 3 3 3 2 4 4 2 4 3 4 2 4 4 4 3 3 4 4 66
46 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78
47 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 75
48 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 74
79 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 76
50 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 1 4 4 4 2 4 4 4 70
51 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 71
52 1 3 1 2 4 3 4 4 2 4 2 2 2 2 3 3 2 4 4 4 56
44
45
Tabel. 51
Perhitungan untuk memperoleh angka indeks kolerasi
antara Variabel X dan Variabel Y

No x y xy x2 y2
1 62 69 4278 3844 4761
2 72 66 4752 5184 4356
3 56 56 3136 3136 3136
4 61 69 4209 3721 4761
5 49 70 3430 2401 4900
6 51 62 3162 2601 3844
7 55 67 3685 3025 4489
8 49 70 3430 2401 4900
9 47 75 3525 2209 5625
10 58 65 3770 3364 4225
11 54 71 3834 2916 5041
12 54 67 3618 2916 4489
13 70 73 5110 4900 5329
14 43 49 2107 1849 2401
15 43 53 2279 1849 2809
16 80 54 4320 6400 2916
17 37 63 2331 1369 3969
18 46 62 2852 2116 3844
19 44 66 2904 1936 4356
20 49 70 3430 2401 4900
21 64 67 4288 4096 4489
22 62 77 4774 3844 5929

40
41

23 62 77 4774 3844 5929


24 56 79 4424 3136 6241
25 56 80 4480 3136 6400
26 43 58 2494 1849 3364
27 64 71 4544 4096 5041
28 53 62 3286 2809 3844
29 57 71 4047 3249 5041
30 55 69 3795 3025 4761
31 58 68 3944 3364 4624
32 49 65 3185 2401 4225
33 59 69 4071 3481 4761
34 44 73 3212 1936 5329
35 59 68 4012 3481 4624
36 68 68 4624 4624 4624
37 39 76 2964 1521 5776
38 67 62 4154 4489 3844
39 70 73 5110 4900 5329
40 53 65 3445 2809 4225
41 46 52 2392 2116 2704
42 52 72 3744 2704 5184
43 40 59 2360 1600 3481
44 53 73 3869 2809 5329
45 47 66 3102 2209 4356
46 56 78 4368 3136 6084
47 49 75 3675 2401 5625
48 52 74 3848 2704 5476
49 52 76 3952 2704 5776
50 51 70 3570 2601 4900
51 50 71 3550 2500 5041
52 45 56 2520 2025 3136
Jml 2811 3517 190739 156137 240543

Setelah keseluruhan dihitung dan diletakkan dalam tabel koefisien kolerasi,


selanjutnya hasil perhitungan di atas akan diuji keabsahannya dengan
menggunakan rumus kolerasi produc moment sebagai berikut:

NXY  (X )(Y )


rxy =
[ NX  (X ) 2 ][ NX 2  (X ) 2 ]
2

52  190739  (2811) (3517)



{52  156137  (2811) 2 }{52  240543  (3517) 2 }
42

9918428  9886287

{8119124  790172}{12508236  12369289}


32141
217403  138947


32141
30207494641

  0,18
32141
173803

2. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil data nilai rxy” maka penulis akan memberikan
interpretasi data terhadap angka indeks kolerasi produc moment melalui dua
cara yaitu:
a. interpretasi dengan cara sederhana atau secara kasar, interpretasi
terhadap rxy dari perhitungan di atas, ternyata angka kolerasi antara
variabel x dan y tidak bertanda negatif, akan tetapi kolerasi itu sangat
lemah sehingga kolerasi itu diabaikan (dianggap tidak ada kolerasi
antara variabel X dan Variabel Y). Dengan memperhatikan besarnya
rxy (yaitu = 0,18), yang berkisar antara 0,00 - 0,20.
b. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “rxy” product moment
rumusan hipotesa kerja/alternativ (Ha) dan hipotesa nihil (Ho)yang
penulis ajukan di awal adalah:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara layanan bimbingan
dan konseling terhadap kesehatan mental siswa MAN 12.
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara layana
bimbingan dan konseling terhadap kesehatan mental siswa
MAN 12.
43

Adapun kriteria pengajuannya adalah: jika r hitung > r tabel, maka Ha


diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika r hitung < dari r tabel, maka Ha
ditolak dan Ho diterima.
Kemudian penulis mencari derajat bebasnya (df dan db). Rumusnya
sebagai berikut:
Df = N – nr
= 52 – 2
= 50
Dengan memeriksa Tabel Nilai “r” product moment ternyata bahwa
dengan df sebesar 50, pada taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel sebesar
0,273; sedangkan pada taraf 1% diperoleh r tabel sebesar 0,354. Karena rxy
atau ro < dari r tabel, baik pada taraf 5% maupun pada taraf 1% (0,2730 dan
0,354), maka hipotesa alternatif (Ha) ditolak dan hipotesa nihil (Ho)
diterima. Ini berarti bahwa tidak terdapat kolerasi positif yang signifikan
antara variabel X dan variabel Y.
Kesimpulannya bahwa tidak terdapat hubungan antara layanan
bimbingan dan konseling dengan kesehatan mental siswa MAN 12.
Adapun perhitungan kofisien Determinasi (KD), yang penulis
manfaatkan untuk mengetahui pengaruh variabel X dan Variabel Y sebagai
berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,182 x 100%
= 3,24 %
Nilai KD 3,24%, memberikan pengertian bahwa (naik/turunnya)
kesehatan mental (prilaku) siswa Man 12 Jakarta Barat yang di sebabkan
oleh layanan bimbingan dan konseling MAN 12 Duri Kosambi Cengkareng
Jakarta Barat hanya sekitar 3,24% dan selebihnya disebabkan oleh faktor-
faktor lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling
memiliki pengaruh yang kurang terhadap kesehatan mental (prilaku) siswa
MAN 12 Duri Kosambi Cengkareng Jakarta Barat.
44

Meskipun dari jumlah perhitungan rumus Product Moment tidak terdapat


hubungan antara layanan bimbingan dan konseling dengan kesehatan mental
siswa MAN 12 Jakarta Barat. Tetapi dari hasil jumlah rata-rata dari variabel
X (Layanan Bimbingan dan Konseling) didapatkan hasil yaitu, responden
yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah (diberi nilai 2 dan 1) yaitu:
28 responden dan yang menjawab selalu dan sering (diberi nilai 4 dan 3)
yaitu: 24 responden. Hal ini dikarena ketika siswa memilih kegiatan
ekstrakurikuler disekolah siswa lebih banyak dibantu oleh wali kelas, kakak
kelas dan teman-temannya. Selain itu juga, peran konselor bagi siswa yang
menjawab tidak pernah mendapatkan bimbingan dari konselor dikarenakan
siswa tersebut tidak pernah melakukan kesalahan sehingga konselor tidak
pernah memaggilnya ke ruang BK. Sedangkan pada Variabel Y (Kesehatan
Mental) didapatkan hasil yaitu, responden yang menjawab kadang-kadang
dan tidak pernah (diberi nilai 2 dan 1) yaitu: 0 responden dan yang
menjawab selalu dan sering (diberi nilai 4 dan 3) yaitu: 52 responden. Hal
ini dikarenakan siswa MAN 12 selain mendapat bimbingan dari para guru
mereka juga mendapatkan bimbingan dari orang tuanya. Hal ini terbukti dari
hasil wawancara penulis dengan sebagian responden. Sehingga siswa MAN
12 khususnya kelas XI bisa mengetahui perbuatan yang negatif dan positif
Jadi, dapat disimpulkan bahwa meskipun layanan bimbingan dan
konseling yang terdapat di MAN 12 Jakarta Barat tidak berhubungan positif
dengan kesehatan mental (prilaku) siswa tetapi kesehatan mental (prilaku)
siswa MAN 12 khususnya kelas XI yaitu bagus.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang dihimpun, ditabulasi dan diinterpretasi diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelayanan bimbingan dan konseling yang terdapat di MAN 12 yaitu
baik, karena pelayanan di sekolah MAN terdapat pelayanan Preventif
(pencegahan) dan kuratif (penyembuhan). Di mana pada setiap awal
tahun penerimaan siswa baru sekolah MAN mendatangkan lembaga-
lembaga penting seperti kepolisian dan psikolog untuk membantu
siswa dalam menangani kesulitannya. Selain itu juga, pelayanan BK
dilakukan 5 kali dalam seminggu dari hari senin-sabtu kecuali hari
jum’at. Sarana pendukungnya pun sudah ada seperti ruangan khusus
untuk BK dan buku konsultasi untuk siswa.
2. Mental (prilaku) siswa MAN 12 yaitu baik, hal ini terbukti dari hasil
wawancara penulis dengan kepala sekolah dan guru BK. Yang
mengatakan bahwa mental (prilaku) siswa MAN 12 secara keseluruhan
baik kalau dibandingkan dengan siswa-siswa yang lain. Karena siswa
MAN 12 tidak pernah melakukan kekerasan dengan sesama temannya
yang sampai melukainya apalagi tawuran dengan sekolah lain. Selain
dari hasil wawancara juga dapat dilihat dari hasil penyebaran angket

73
74

yang disebarkan oleh penulis kepada anak-anak MAN khususnya kelas


XI, yang menunjukkan bahwa anak kelas XI tidak pernah melakukan
hal-hal yang sangat melanggar hukum seperti mengunakan obat-obatan
terlarang. Selain itu juga, siswa kelas XI juga jarang melakukan
pelanggaran tata tertib sekolah meskipun ada peraturan yang pernah
dan sering dilakukan oleh siswa seperti terlambat masuk sekolah. Hal
ini dimungkinkan karena rumahnya jauh dari sekolah atau juga karena
bangunnya kesiangan. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan mental
(prilaku) siswa MAN 12 khususnya kelas XI yaitu baik.
3. Hubungan bimbingan dan konseling dengan kesehatan mental
(prilaku) siswa MAN 12 yaitu sangat rendah/lemah, bisa juga
dikatakan bahwa hubungan bimbingan dan konseling yang terdapat di
MAN 12 tidak terdapat hubungan karena dari hasil tabulating dan
interpretasi menunjuk hasil yang sangat kecil yaitu 0,18 yang berkisar
antara 0,00 - 0, 20. Hal ini dimungkinkan karena sekolah tersebut
merupakan sekolah yang bernuansa Islam di mana pelajaran agamanya
sudah cukup banyak diberikan kepada siswa dan mereka juga
mendapat bimbingan dari orang tuanya masing-masing. Sehingga
siswa MAN sudah mampu dan mengetahui akan yang hal-hal yang
baik dan buruk tanpa harus bertanya dan berkonsultasi dengan guru
BK karena setiap harinya siswa mendapatkan pelajaran agama. Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun layanan bimbingan dan konseling tidak
berhubungan positif dengan kesehatan mental (prilaku) siswa MAN 12
kuhususnya kelas XI tetapi kesehatan mental (prilaku) siswa kelas XI
yaitu bagus.

B. SARAN
1. Bagi kepala sekolah, konselor dan para guru agar saling mendukung
dan bekerjasama dalam meningkatkan program BK di sekolah, seperti
bekerjasama dengan orang tua murid dan memanggil/mendatangkan
nara sumber ke sekolah lebih ditingkatkan lagi. Agar peserta didik
75

lebih termotivasi dan terarah dalam menentukan pilihannya. Karena


peran orang tua juga sangat penting dalam memberikan arahan yang
benar dan baik tentang bergaul dengan teman ketika di luar sekolah.
Pada usia seperti ini anak didik dalam keadaan puber (transisi) dari
remaja menuju kedewasa di mana bimbingan sangat dibutuhkan. Agar
anak didik mempunyai prilaku/akhlak yang terpuji yang sesuai dengan
tujuan akhir dari pendidikan Islam yaitu terbentuknya kepribadian
muslim.
2. Bagi siswa diharapkan dapat menjaga dan menghindari diri dari hal-hal
yang tidak baik, lebih percaya diri dalam mengambil keputusannya.
Mendengarkan dan menjalankan perintah/nasihat-nasihat yang
diberikan oleh para guru, agar tidak terjerumus pada hal-hal yang
negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999, Cet. II

Arifin, M., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta:


Golden Terayo Press, 1982, Cet. I

_____, Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Konseling Penyuluhan


Agama (di Sekolah dan di Luar Sekolah), Jakarta: Bulan Bintang, 1976,
Cet. IV

_____, Teori-teori Konseling Umum dan Agama, Jakarta: PT. Golden Terayon
Press, 1996, Cet. III

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.


Rineke Cipta, 2006, Cet. XIII

Daradjat, Zakiah, Islam dan Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung,
1996, Cet. VIII

_____, Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001

Djumhur, I., & Mohammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,


Bandung: CV. Ilmu, tt

Hallen, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Cet. I

Hawari, Dadang, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1996

Jalaluddin, & Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia,
1993, Cet. II

Jaya, Yahya, Spiritual Islam dalam Menunbuhkembangkan Kepribadian dan


Kesehatan Mental, Jakarta: Ruhama, 1994, Cet. I

Kartono, Kartini, (Penyunting), Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan


Tinggi, Jakarta: CV. Rajawali, 1985, Cet. I

Langgulung, Hasan, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains


Sosial, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002

Makmun, Abin Syamsuddin, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem


Pengajaran Modul, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. VII

76
77

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005,
Cet. V

Mujib, Abdul, & Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada: 2002), Cet II

Muslim, Imam, Al-Jami’ al-Shahih, Bairut: Dar al-Fikr, tt, Juz. VIII

Prayitno, & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2004

Salam, Syamsir, & Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), Cet. I

Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Teori Konseling, Jakarta: Ghalia Indonesia,


1985, Cet. I

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. III

______, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


2007), Cet. III

Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Cet. I

Surya, Mohammad, Psikologi Konseling, Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy,


2003, Cet. I

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar


Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Cet. IV

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007

Tumanggor, Rusmin, Ilmu Jiwa Agama, Depok: Ulinnuha, 2002

Usman, Husaini, & Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,


Jakarta: Bumi Aksara, 1998, Cet. II

Winkel, W.S, & M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut
Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi, 2004, Cet. III

Yusuf, Syamsu, & A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling,


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. II

Anda mungkin juga menyukai