Anda di halaman 1dari 8

SOSIOLOGI PEDESAAN

METODE LINEAR DAN PARTISIPATIF DALAM


PEMBANGUNAN PEDESAAN

Disusun Oleh:
Wendi Irawan Dediarta
(150310080137)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS PADJADJARAN
2009
PEMBAHASAN

 Metode Linear (Social Engineering/ Rekayasa Sosial)


Dalam dunia pemaknaan, engineering akan lebih dikenal sebagai sebuah diksi dari dunia
sains dan teknologi. Istilah mengacu kepada suatu proses rancang bangun yang disengaja
dan direncanakan dengan cara dan teknik tertentu untuk mendapatkan sebuah hasil (berupa
produk maupun karya) yang diinginkan.

Dalam konteks sosial, pemakaian istilah engineering pernah disosialisasikan misalnya oleh
Jalaludin Rahmat dalam bukunya Rekayasa Sosial, Reformasi atau Revolusi. Dalam buku
ini engineering diartika sebagai sebuah rekayasa. Dalam konteks sosial ini engineering bisa
dimaknai sebagai sebuah proses perancangan kondisi social seperti yang diinginkan (das
sollen). Misi dalam proses ini jelas yaitu wujudnya kondisi sosial yang diharapkan.
Keinginan untuk merancang kondisi sosial ini muncul ketika kondisi faktual (das sein)
berjalan tidak seperti apa yang diharapkan. Atau dalam kata lain terdapat gap antara kondisi
yang diinginkan (das sollen) dengan kondisi faktual (das sen). Dengan kondisi ini maka
sebuah proses engineering dalam konteks sosial (yang bisa disebut juga sebagai social
engineering) bisa disebut sebagai bagian dari disiplin aktifitas perubahan sosial.

Istilah rekayasa sosial (social social enginneringenginnering) yaitu “proses rancang bangun
(pengobjekan) sumberdaya, struktur dan kultur masyarakat pedesaan yang dilakukan secara
sistematis (linear) oleh orang luar kultur masyarakat pedesaan dengan instrumen rekayasa
yang juga didatangkan dari luar”.

Basis rekayasa sosial adalah kepentingan dan teknologi dari luar, oleh karena itu rekayasa
sosial tidak adalah kepentingan dan teknologi dari luar, oleh karena itu rekayasa sosial tidak
dikenal dalam kamus sosiologi (Poloma,2000). Pembangunan pedesaan dari atas juga
diistilahkan pengkondisian, yakni “usaha usaha mempengaruhi dan merubah keadaan dan
perilaku masyarakat pedesaan dengan mempengaruhi dan merubah keadaan dan perilaku
masyarakat pedesaan dengan mengubah kondisi dan situasi yang mempunyai pengaruh
langsung”. Menurut Fakih (2002): “pembangunan top-down ialah pembangunan yang
menjadikan pedesaan dan masyarakatnya sebagai objek”. Secara umum rekayasa sosial
berarti campur tangan sebuah gerakan ilmiah dari visi ideal tertentu yang ditujukan untuk
mempengaruhi perubahan sosial.

 Metode Partisipatif
Partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa adalah keterlibatan dari masyarakat
desa, baik secara emosional, mental maupun fisik, dalam proses pembangunan desa, yang
mendorong mereka menyumbangkan kemampuan sekaligus merasa ikut bertanggung jawab
atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan menjadi keinginan bersama yakni
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi


masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Salah
satu kritik adalah masyarakat merasa “tidak memiliki” dan “acuh tak acuh” terhadap
program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagai subjek pembangunan
mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat berperan serta secara aktif mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi pembangunan. Terlebih apabila
kita akan melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat lokalitas.

Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya tentu akan
mampu memberikan masukan yang sangat berharga. Masyarakat loka denga pengetahuan
serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan pembangunan.
Masyarakat lokal-lah yang mengetahui apa permasalahan yang dihadapi serta juga potensi
yang dimiliki oleh daerahnya. Bahkan pula mereka akan mempunyai “pengetahuan lokal”
untuk mengatasi masalah yang dihadapinya tersebut.

Midgley (1986) menyatakan bahwa partisipasi bukan hanya sekedar salah satu tujuan dari
pembangunan sosial tetapi merupakan bagian yang integral dalam proses pembangunan
sosial. Partisipasi masyarakat berarti eksistensi manusia seutuhnya. Tuntutan akan
partisipasi masyarakat semakin menggejala seiring kesadaran akan hak dan kewajiban warga
negara. Kegagalan pembangunan berperspektif modernisasi yang mengabaikan partisipasi
negara miskin (pemerintah dan masyarakat) menjadi momentum yang berharga dalam
tuntutan peningkatan partisipasi negara miskin, tentu saja termasuk di dalamnya adalah
masyarakat. Tuntutan ini semakin kuat seiring semakin kuatnya negara menekan kebebasan
masyarakat. Post-modernisme dapat dikatakan sebagai bentuk perlawanan terhadap
modernisme yang dianggap telah banyak memberikan dampak negatif daripada positif bagi
pembangunan di banyak negara berkembang. Post-modernisme bukan hanya bentuk
perlawanan melainkan memberikan jawaban atau alternatif model yang dirasa lebih tepat.
Post-modernisme merupakan model pembangunan alternatif yang ditawarkan oleh kalangan
ilmuan sosial dan LSM. Isu strategis yang diusung antara lain anti kapitalisme, ekologi,
feminisme, demokratisasi dan lain sebagainya. Modernisme dianggap tidak mampu
membawa isu-isu tersebut dalam proses pembangunan dan bahkan dianggap telah
menghalangi perkembangan isu strategis itu sendiri. Post-modernisme dinyatakan sebagai
model pembangunan alternatif karena memberikan penawaran konsep yang jauh berbeda
dengan modernisme. Tekanan utama yang dibawa oleh post-modernisme terbagi dalam tiga
aspek, yaitu agen pembangunan, metode dan tujuan pembangunan itu sendiri.

Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa pemberdayaan.


Masyarakat yang dikenal “tidak berdaya” perlu untuk dibuat “berdaya” dengan
menggunakan berbagai model pemberdayaan. Dengan proses pemberdayaan ini diharapkan
partisipasi masyarakat akan meningkat. Partisipasi yang lemah dapat disebabkan oleh
kekurangan kapasitas dalam masyarakat tersebut, sehingga peningkatan kapasitas perlu
dilakukan.

Pemberdayaan yang memiliki arti sangat luas tersebut memberikan keleluasaan dalam
pemahaman dan juga pemilihan model pelaksanannya sehingga variasi di tingkat lokalitas
sangat mungkin terjadi. Konsep partisipasi dalam pembangunan di Indonesia mempunyai
tantangan yang sangat besar. Model pembangunan yang telah kita jalani selama ini tidak
memberikan kesempatan pada lahirnya partisipasi masyarakat. Oleh karenanya diperlukan
upaya “membangkitkan partisipasi” masyarakat tersebut. Solusi yang bisa dilakukan adalah
dengan memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat akan berpartisipasi secara
langsung terhadap pembangunan.
• Jenis-jenis Metode Partisipatif:
Terdapat berbagai metode partisipatif yang langsung melibatkan peran masyarakat, telah
banyak dikenal. Berikut beberapa metode partisipatif:

1) Metode ZOPP, yakni perencanaan proyek yang berorientasi kepada tujuan.


ZOPP, adalah singkatan dari kata-kata :
- Ziel, tujuan,
- Orienterte, berarti berorientasi,
- Projekt, berarti proyek, dan
- Planung, berarti perencanaan.

Metode partisipatif melalui metode ZOPP ini dilakukan dengan menggunakan empat
alat kajian dalam rangka mengkaji keadaan desa:
- Kajian permasalahan; dimaksudkan untuk menyidik masalah-masalah yang
terkait dengan suatu keadaan yang ingin diperbaiki melalui suatu proyek
pembangunan.
- Kajian tujuan; untuk meneliti tujuan-tujuan yang dapat dicapai sebagai akibat dari
pemecahan masalah-masalah tersebut.
- Kajian alternatif (pilihan-pilihan); untuk menetapkan pendekatan proyek yang
paling memberi harapan untuk berhasil.
- Kajian peran; untuk mendata berbagai pihak (lembaga, kelompok masyarakat,
dan sebagainya) yang terkait dengan proyek selanjutnya mengkaji kepentingan
dan potensi.
Metode ZOPP mempunyai kegunaan untuk meningkatkan kerjasama semua pihak
yang terkait, mengetahui keadaan yang ingin diperbaiki melalui proyek, merumuskan
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan
sebagai dasar pelaksanaan proyek. Mutu hasil perencanaan itu sangat tergantung
pada informasi yang tersedia dan yang diberikan.
2) Metode Participatory Rural Appraisal (PRA)
Dimaksudkan sebagai metode pendekatan belajar tentang kondisi dan kehidupan
pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat desa sendiri. Pengertian belajar disini
mempunyai arti luas, karena meliputi juga kegiatan mengkaji, merencanakan dan
bertindak. Tujuan utama dari metode PRA ini adalah untuk menghasilkan rancangan
program yang lebih sesuai dengan hasrat dan keadaan masyarakat. Lebih dari itu,
PRA juga bertujuan memberdayakan masyarakat, yakni dengan pengembangan
kemampuan masyarakat dalam mengkaji keadaan mereka sendiri, kemudian
melakukan perencanaan dan tindakan.

Prinsip kerja metode PRA hampir sama dengan metode ZOPP. Dalam metode ini
masyarakat juga dilibatkan secara langsung dalam tahap perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, menggunakan alat kajian, dan adanya pemandu. Metode
PRA tekanannya bukanlah pada kemampuan teknik-teknik PRA dalam partisipasi
pengumpulan data, penggunaan alat kajian dan prinsip kepemanduan.
Penekanannya justru pada proses belajar masyarakat dan tujuan praktis untuk
pengembangan program. Sebab penerapan metode PRA adalah untuk mendorong
masyarakat turut serta meningkatkan dan mengkaji pengetahuan mereka mengenai
kehidupan dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat menyusun rencana dan
tindakan. Metode PRA juga bersifat terbuka untuk menerima cara-cara dan metode
baru yang dianggap cocok.

3) Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)

Merupakan metode yang digunakan sebagai langkah awal untuk memahami situasi
setempat. Sebagai pelaksanaanya dilakukan oleh suatu tim dan dilaksanakan dalam
waktu singkat, sekitar 4 hari sampai 3 minggu. Metode ini dilaksanakan dengan
menggali informasi terhadap hal yang telah terjadi, kemudian mengamati dan
melakukan wawancara langsung. Semua informasi tersebut diolah oleh tim untuk
kemudian diumpanbalikkan kepada masyarakat sebagai dasar perencanaan.
Metode RRA ini lebih berfungsi sebagai perencanaan dari penelitian lebih lanjut,
atau sebagai pelengkap penelitian yang lain, atau sebagai kaji-tindak untuk
menyelaraskan antara keinginan masyarakat dan penentu kebijakan. Berdasarkan
pengalaman di lapangan selama ini, pada prinsipnya ketiga jenis metode perencanaan
partisipasif tersebut, mempunyai tujuan yang sama, yakni memberdayakan
masyarakat dan kelembagaan desa serta menumbuhkan partisipasi masyarakat.
Dengan metode ini diharapkan sasaran-sasaran pembangunan desa lebih terarah dan
berhasil guna. Namun, metode perencanaan partisipatif yang telah ada ini, kiranya
perlu diramu sedemikian rupa dengan mendasarkan prinsip musyawarah gotong-
royong yang telah hidup berurat-berakar di masyarakat pedesaan

• Unsur Yang Berpartisipasi


Dalam metode partisipatif, semua warga atau kelompok dalam masyarakat pada dasarnya
berhak untuk berperan di dalamnya agar dapat mengungkapkan permasalahan dan
kebutuhan mereka. Kemungkinan yang muncul dari metode seperti itu adalah adanya
masyarakat yang tidak mau mendukung dan tidak mau berpartisipasi dalam suatu
program atau kegiatan pembangunan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal:
1) Masyarakat tidak diikutsertakan sejak penyusunan perencanaan.
2) Masyarakat kurang diberi kesempatan, peluang dan penghargaan terhadap
partisipasi yang layak diberikannya.
3) Pemeran atau pelaku partisipasi dicurigai akan mengambil keuntungan pada
proses kegiatan pembangunan.
4) Tingkat kehidupan dan penghidupan masyarakat yang terbatas, sehingga tidak
mampu memberikan hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan pembangunan.
5) Tata nilai dan adat budaya masyarakat yang masih perlu dibenahi.

Oleh karenanya, dengan metode pendekatan partisipatif, masyarakat atau kelompok


masyarakat diberi kesempatan untuk berperan aktif sebagai upaya mengangkat harkat dan
martabatnya.
• Ciri Khusus Metode Partisipatif
Ciri khusus metode partisipatif dapat dilihat dari adanya peran serta masyarakat dalam
proses pembangunan desa. Adapun ciri-ciri perencanaan partisipatif antara lain sebagai
berikut :

1) Adanya hubungan yang erat antara masyarakat dengan kelembagaan secara terus-
menerus.
2) Masyarakat atau kelompok masyarakat diberi kesempatan untuk menyatakan
permasalahan yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai masukan berharga.
3) Proses berlangsungnya berdasarkan kemampuan warga masyarakat itu sendiri.
4) Warga masyarakat berperan penting dalam setiap keputusan.
5) Warga masyarakat mendapat manfaat dari hasil pelaksanaan perencanaan.

• Contoh Kasus Metode Partisipatif


Dalam mengentaskin kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia khususnya Kecamatan
Tabanan, Kabupaten Tabanan-Bali, pemerintah memberikan proyek integrasi ternak dalam
usahatani. Pada tahun pertama hanya 30 petani dari 439 rumahtangga miskin yang akan
memperoleh ternak. Rumaht angga lainnya akan mendapatkan ternak dari hasil perguliran
ternak yang telah diterima keluarga pada tahap pertama. Pemilihan tersebut ditentukan
oleh masyarakat dengan fasilitator petugas lapang dan aparat desa. Dengan cara demikian
ternyata petani calon penerima guliran berikutnya sangat membantu dalam memonitor
perkembangan ternak dan berperan sebagai kontrol sosial. Dengan pendekatan
partisipatif, desa tersebut merupakan salah satu desa yang perkembangan ternaknya bagus
(Wahyuni, 2001).

Anda mungkin juga menyukai