Anda di halaman 1dari 38

Epidemiologi Carcinoma Mammae

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu
penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari
parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization
(WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of
Diseases (ICD) dengan kode nomor 174. Kanker payudara
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Di
Amerika, diperkirakan jumlah kasus baru pada tahun 1997 ada
181.600 orang dan 44.190 pasien meninggal pada tahun yang
sama. Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia
dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh
keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang
didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya
ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang
sedang berkembang. Di Amerika Serikat, keganasan ini paling
sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000
wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili
32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan,
disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang
berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal
setiap tahunnya .
Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di
Indonesia tidak banyak berubah. Kanker payudara merupakan
kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di
Indonesia. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70%
penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut.
Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen

1
Epidemiologi Carcinoma Mammae

Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR)


akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit
menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari
3,9 menjadi 7,8.
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang
mempunyai prevalensi cukup tinggi. Kanker payudara dapat
terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada
wanita jauh lebih tinggi. Diperkirakan pada tahun 2006 di
Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada
wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus
kematian pada wanita dan 460 kasus kematian pada pria
(Anonimc, 2006). Di Indonesia, kanker payudara menempati
urutan ke dua setelah kanker leher rahim (Tjindarbumi, 1995).
Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari
seluruh kejadian kanker (Siswono, 2003).
Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan di
berbagai negara berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien
meninggal karena penyakit ini. Sayangnya sampai saat ini
penyebab kanker payudara masih belum diketahui.
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan resiko kanker
payudara, antara lain usia, riwayat kesehatan, faktor
keturunan, faktor hormonal seperti menstruasi pertama terlalu
cepat dan menopause dini. Selain itu upaya menunda
kehamilan atau kehamilan pertama terjadi di atas usia 30
tahun juga bisa meningkatkan resiko. Gaya hidup yang tidak
sehat, misalnya sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak jahat, atau kurang berolahraga, juga
dapat memperbesar resiko terserang kanker payudara.
Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara
terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas. Hanya 6%-nya

2
Epidemiologi Carcinoma Mammae

terjadi pada mereka yang berusia kurang dari 40 tahun. Meski


demikian, kian hari makin banyak penderita kanker payudara
yang berusia 30-an. Oleh karena itu jika Anda termasuk
golongan yang beresiko tinggi, meski baru berusia 30-an, tak
ada salahnya untuk lebih bersikap waspada terhadap
perubahan yang terjadi pada payudara Anda.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tinjauan Kanker Mammae berdasarkan
Variabel Epidemiologi?
2. Apa saja jenis-jenis, tipe Kanker Mammae dan
bagaimanakah gejala klinis kanker Mammae?
3. Bagaimana Pencegahan dan Penatalaksanaan Kanker
Mammae?

3
Epidemiologi Carcinoma Mammae

BAB II
EPIDEMIOLOGI KANKER MAMMAE

Epidemiologi deskriptif pada kanker merupakan studi


kearah mengamati timbulnya kanker tertentu atau karakter
kesehatan lain ang berkaitan pada populasi tertentu. Observasi
kearah karekter dasar seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan,
maupun kelas social dan lokasi gegografi akan memudahkan
penentuan kebijakan yang diperlukan. Selanjutnya, epidemiologi
(studi) analitik mempelajari hubungan berbagai faktor, misalnya
dalam menentukan etiologi suatu jenis kanker tertentu. Studi
analitik pada kanker juga berusaha mengidentifikasi atau
mengukur efek dari berbagai faktor risiko, atau mencari efek dari
pajaran faktor spesifik (specific exposure).
Jumlah penderita kanker payudara di seluruh dunia terus
mengalami peningkatan, baik pada daerah dengan insiden tinggi
di Negara-negara Barat maupun pada insiden rendah seperti di
banyak daerah di Asia. Satu laporan penelitian pada tahun 1993
memperkirakan bahwa jumlah kasus baru diseluruh dunia pada
tahun 1985 mencapai 720.000 orang ; 422.000 di Negara maju
dan 298.000 di Negara sedang berkembang.
Negara insiden tertinggi dapat ditemukan pada beberapa
daerah di Amerika Serikat ( mencapai di atas 100/100.000).
Angka dibawah itu terlihat pada beberapa Negara Eropa Barat
(tertinggi di Swiss, 73,5/100.000). Untuk Asia, masih berkisar
antara 10-20/100.000 (contih pada daerah tertentu di jepang
17,6/100.000, Kuwait 17,2/100.000, dan Cina 9,5/100.000).

4
Epidemiologi Carcinoma Mammae

Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana


frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel
epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan
waktu (time).

A. Orang (Person)
Pada variable ini akan dibahas mengenai peranan
umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, struktur keluarga dan paritas
terhadap risiko penyakit kanker mammae.
1) Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan
didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi.
Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan
dengan umur. Dengan cara ini orang dapat
membacanya dengan mudah dan melihat pola
kesakitan atau kematian menurut golongan umur.
Untuk keperluan perbandingan maka WHO
menganjurkan pembagian-pembagian umur sebagai
berikut :
1.) Menurut tingkat kedewasaan: 0 – 14 tahun :
bayi dan anak-anak, 15 – 49 tahun : orang
muda dan dewasa, 50 tahun keatas : orang
tua.
2.) Interval 5 tahun: Kurang 1 tahun, 1 – 4 tahun, 5
– 9 tahun, 10 – 14 tahun, dan sebagainya.
3.) Untuk mempelajari penyakit anak: 0 – 4 bulan,
5 – 10 bulan, 11 – 23 bulan, 2 – 4 tahun, 5 – 9
tahun, 10 – 14 tahun.

5
Epidemiologi Carcinoma Mammae

Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko


diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara
terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun
dan hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40
tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya
kanker adalah 64 tahun. Umur merupakan faktor
risiko penting terjadinya kanker payudara. Insiden
kanker payudara semakin meningkat seiring
bertambahnya usia. Hal tersebut sangat mungkin
disebabkan karena semakin banyaknya pajanan
faktor risiko dan kemampuan mekanisme perbaikan
sel yang semakin menurun.

2) Jenis Kelamin
Kelompok wanita yang kemungkinan terkena
kanker payudara adalah : Wanita dengan kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, asupan lemak berlebihan
dan kurang olahraga. Riwayat keluarga yang
menderita kanker payudara – Insidensi kanker
payudara oleh karena genetik menunjukkan 5-10 %.
Pernah menderita kanker pada salah satu payudara,
Menderita tumor jinak payudara, Infertil dan
kehamilan pertama pada usia 35 tahun, Tidak
memiliki anak, Faktor hormonal, Awal menstruasi
(menarche) sebelum usia 12 tahun dan berhenti
menstruasi (menopause) setelah usia 50 tahun,
Periode menstruasi lebih lama, Tidak pernah
menyusui anaknya. Serta hasil studi, menemukan
adanya sedikit penurunan resiko serangan kanker

6
Epidemiologi Carcinoma Mammae

payudara pada wanita pre-menopause yang paling


lama menyusui anaknya.
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa
angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita
sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan
pria, juga pada semua golongan umur. Untuk
Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut.
Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan
oleh faktor-faktor intinsik. Yang pertama diduga
meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis
kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang
kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor
lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok,
minum minuman keras, candu, bekerja berat,
berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya,
dan seterusnya). Sebab-sebab adanya angka
kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di
Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan
bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan.
Di Indonesia keadaan itu belum diketahui.
Beberapa kanker payudara berhubungan dengan
suatu mutasi genetik yang khas, yang lebih sering
ditemukan pada beberapa kelompok etnik dan
keluarga. Wanita dengan mutasi gen ini memiliki
peluang sebesar 80-90% untuk menderita kanker
payudara dan 40-50% untuk menderita kanker
indung telur, misalnya seperti yang ditemukan pada
1% wanita yahudi ashkenazi.

3) Kelas Sosial

7
Epidemiologi Carcinoma Mammae

Kelas sosial adalah variabel yang sering pula


dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau
kematian, variabel ini menggambarkan tingkat
kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh
unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan,
penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh
tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan maka tidaklah
mengherankan apabila kita melihat perbedaan-
perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian
antara berbagai kelas sosial. Masalah yang dihadapi
dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indicator
tunggal bagi kelas sosial. Di Indonesia dewasa ini
penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis
pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam
penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan
angka kesakitan atau kematian kita dapat
mempelajari pula dalam hubungan dengan umur,
kelamin.

4) Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya
penyakit melalui beberapa jalan yakni :
a.) Adanya faktor-faktor lingkungan yang
langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun,
radiasi, benda-benda fisik yang dapat
menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.

8
Epidemiologi Carcinoma Mammae

b.) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress


(yang telah dikenal sebagai faktor yang
berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus
lambung).
c.) Ada tidaknya “gerak badan” didalam
pekerjaan; di Amerika Serikat ditunjukkan
bahwa penyakit jantung koroner sering
ditemukan di kalangan mereka yang
mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya
“gerak badan”.
Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari
hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula
memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis
kelamin.

5) Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam
kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup dan
sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-
perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.
Di dalam mempertimbangkan angka kesakitan atau
kematian suatu penyakit antar golongan etnik
hendaknya diingat kedua golongan itu harus
distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin
ataupun faktor-faktor lain yang dianggap
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan
keterangan mengenai pengaruh lingkungan terhadap
timbulnya suatu penyakit.

9
Epidemiologi Carcinoma Mammae

6) Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara angka kesakitan maupun kematian
dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda;
angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu
maupun kematian karena semua sebab makin
meninggi dalam urutan tertentu. Diduga bahwa
sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang
tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah
karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak
kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-
orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan
dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-
perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan
secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit
tertentu.

7) Struktur Keluarga
Riwayat keluarga yang menderita kanker
payudara. Wanita yang ibu, saudara perempuan atau
anaknya menderita kanker, memiliki risiko 3 kali
lebih besar untuk menderita kanker payudara. Selain
itu jua struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh
terhadap kesakitan dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya
tanggungan, karena persediaan harus digunakan
untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin
pula tidak dapat membeli cukup makanan yang
bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.

10
Epidemiologi Carcinoma Mammae

B. Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari
suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan
kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai
etiologi penyakit.
Sejumlah faktor lingkungan dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker, menurut laporan penelitian Doll &
Peto (1981), faktor linkungan turut menentukan dalam
proses timbulnya kanker antara lain, infeksi virus, rook,
makanan/nutrisi/obesistas, minuman keras, hormone, sinar
ultraviolet, obat/kimiawi, pengaruh imigrasi, dan
sebagainya.
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan
umur dan jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit
antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang
berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus
dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum
tentu representatif dan baik kualitasnya. Variasi geografis
pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain
mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa
faktor sebagai berikut:
- Lingkungan fisik, kimia, biologis, sosial dan ekonomi
yang berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat
lainnya.
- Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang
berbeda, bervariasi seperti karakteristik demografi.
- Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan,
keluarga, praktek higiene perorangan dan bahkan
persepsi tentang sakit atau sehat.

11
Epidemiologi Carcinoma Mammae

- Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti


tersedianya dan efisiensi pelayanan medis, program
higiene (sanitasi) dan lain-lain.

C. Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit
merupakan kebutuhan dasar didalam analisis
epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit
menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-
faktor etiologis.
Sejalan dengan waktu, resiko kanker juga mengalami
perubahan. Kanker yang tadinya sering ditemukan
sekarang jarang terjadi. Pada sebuah penelitian
epidemiologik tentang penyakit kanker, diperkirakan akan
terjadi peningkatan 99% penderita pada tahun 2010 di
negara berkembang dibandingkan pada tahun 1985.
Sedangkan di negara maju, peningkatan jumlah penderita
diperkirakan hanya 38%. Hal ini menunjukkan bahwa
penyakit kanker menjadi masalah yang serius di negara
berkembang di masa mendatang.
Di Indonesia, masalah penyakit kanker terlihat lonjakan
yang luar biasa. Dalam jangka waktu 10 tahun, terlihat
bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik,
dari peringkat 12 menjadi peringkat enam. Setiap tahun
diperkirakan terdapat 190 ribu penderita baru dan
seperlimanya akan meninggal akibat penyakit ini.

12
Epidemiologi Carcinoma Mammae

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelenjar Payudara
Kelenjar payudara merupakan derivatif sel epitel. Struktur
anatomi payudara secara garis besar tersusun dari jaringan
lemak, lobus dan lobulus (setiap kelenjar terdiri dari 15-25
lobus) yang memproduksi cairan susu, serta ductus lactiferous
yang berhubungan dengan glandula lobus dan lobulus yang
berfungsi mengalirkan cairan susu, di samping itu juga
terdapat jaringan penghubung (konektif), pembuluh darah dan
limphe node (Hondermarck, 2003; Bergman et al., 1996).
Lobulus dan duktus payudara sangat responsif terhadap
estrogen karena sel epitel lobulus dan duktus
mengekspresikan reseptor estrogen (ER) yang menstimulasi
pertumbuhan, diferensiasi, perkembangan kelenjar payudara,
dan mammogenesis (Van De Graaff and Fox, 1995).
Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar payudara
merupakan suatu seri peristiwa yang melibatkan interaksi

13
Epidemiologi Carcinoma Mammae

berbagai macam tipe sel yang berbeda yang dimulai sejak


kelahiran dan terus berlangsung di bawah pengaruh siklus
menstruasi dan proses gestasi. Rangkaian peristiwa tersebut
diatur oleh interaksi yang kompleks antara berbagai hormon
steroid dan faktor pertumbuhan, baik dari sel yang berdekatan
dengannya maupun dari komponen dalam lingkungan sel
tersebut (faktor pertumbuhan). Stimulasi tersebut akan
mempengaruhi perubahan morfologi dan metabolismenya.
Kerentanan kelenjar payudara terhadap tumorigenesis
dipengaruhi oleh perkembangan normal dari kelenjar itu
sendiri yang dikarakterisasi dengan berbagai perubahan dalam
proliferasi dan diferensiasi sel payudara (Guyton and Hall,
1996; Kumar, et al., 2000).
Penelitian menunjukkan bahwa sistem endokrin yang
mengontrol perkembangan payudara mempengaruhi risiko
terjadinya kanker payudara. Keseimbangan antara proliferasi,
diferensiasi dan kematian sel-sel kelenjar payudara berperan
penting dalam proses perkembangan tersebut. Gangguan
dalam keseimbangan ini akan dapat mengakibatkan terjadinya
kanker (Kumar et al., 2000). Beberapa faktor endokrin yang
berkaitan dengan faktor risiko adalah obesitas, karena dalam
keadaan obesitas terdapat peningkatan produksi estrogen
jaringan adipase payudara; peningkatan kadar estrogen
endogen dalam darah; kadar androstenedion dan testosteron
dalam darah yang lebih tinggi dari normal yang bisa diubah
menjadi estrogen estron dan kemudian estradiol; peningkatan
kadar estrogen dan androgen dalam urin.
Estrogen merupakan suatu hormon steroid yang
memberikan karakteristik seksual pada wanita, mempengaruhi
berbagai organ dan jaringan di antaranya terlibat pada

14
Epidemiologi Carcinoma Mammae

regulasi proliferasi sel dan diferensiasi baik pada wanita atau


pria. Estrogen menyebabkan perkembangan jaringan stroma
payudara, pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan deposit
lemak pada payudara (Guyton and Hall, 1996). Diduga
paparan yang berlebihan dari estrogen endogen dalam fase
kehidupan perempuan berkontribusi dan mungkin merupakan
faktor penyebab terjadinya kanker payudara (Yager and
Davidson, 2006).

B. Kanker Payudara
Pada umumnya tumor pada payudara bermula dari sel
epitelial, sehingga kebanyakan kanker payudara
dikelompokkan sebagai karsinoma (keganasan tumor
epitelial). Sedangkan sarkoma, yaitu keganasan yang
berangkat dari jaringan penghubung, jarang dijumpai pada
payudara. Berdasarkan asal dan karakter histologinya kanker
payudara dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu
insitu karsinoma dan invasive karsinoma. Karsinoma in situ
dikarakterisasi oleh lokalisasi sel tumor baik di duktus maupun
di lobular, tanpa adanya invasi melalui membran basal menuju
stroma di sekelilingnya. Sebaliknya pada invasive karsinoma,
membran basal akan rusak sebagian atau secara keseluruhan
dan sel kanker akan mampu menginvasi jaringan di sekitarnya
menjadi sel metastatik (Hondermarck, 2003).
Kanker payudara pada umumnya berupa ductal breast
cancer yang invasif dengan pertumbuhan tidak terlalu cepat
(Tambunan, 2003). Kanker payudara sebagian besar (sekitar
70%) ditandai dengan adanya gumpalan yang biasanya terasa
sakit pada payudara, juga adanya tanda lain yang lebih jarang
yang berupa sakit pada bagian payudara, erosi, retraksi,

15
Epidemiologi Carcinoma Mammae

pembesaran dan rasa gatal pada bagian puting, juga secara


keseluruhan timbul kemerahan, pembesaran dan
kemungkinan penyusutan payudara.
Sedangkan pada masa metastasis dapat timbul gejala
nyeri tulang, penyakit kuning atau bahkan pengurangan berat
badan (Bosman, 1999). Sel kanker payudara dapat tumbuh
menjadi benjolan sebesar 1 cm2 dalam waktu 8-12 tahun
(Tambunan, 2003). Pada tumor yang ganas, benjolan ini
besifat solid, keras, tidak beraturan, dan nonmobile. Pada
kasus yang lebih berat dapat terjadi edema kulit, kemerahan,
dan rasa panas pada jaringan payudara (Lindley dan Michaud,
2005).
Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada
sejumlah faktor risiko yang dihubungkan dengan
perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok, konsumsi
alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat
melahirkan pertama, lemak pada makanan, dan sejarah
keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga yang
menderita penyakit ini (Macdonald dan Ford,1997). Hormon
tampaknya juga memegang peranan penting dalam terjadinya
kanker payudara. Estradiol dan atau progresteron dalam daur
normal menstruasi meningkatkan resiko kanker payudara. Hal
ini terjadi pada kanker payudara yang memiliki reseptor
estrogen, dimana memang 50 % kasus kanker payudara
merupakan kanker yang tergantung estrogen (Gibbs, 2000).
Meskipun mekanisme molekuler yang mempengaruhi
risiko terjadinya kanker payudara dan progresi dari penyakit
ini belum dapat diketahui secara persis namun aktivasi
onkogen yang disebabkan oleh modifikasi genetik (mutasi,
amplifikasi atau penyusunan ulang kromosomal) atau oleh

16
Epidemiologi Carcinoma Mammae

modifikasi epigenetik (ekspresi berlebihan) dilaporkan mampu


mengarahkan pada terjadinya multiplikasi dan migrasi sel.
Beberapa onkogen telah diketahui mempengaruhi
karsinogenesis kanker payudara, diantaranya Ras, c-myc,
epidermal growth factor receptor (EGFR, erb-B1), dan erb-B2
(HER-2/neu) (Greenwald, 2002). Perubahan ekspresi maupun
fungsi dari gen supresor tumor seperti BRCA1, BRCA2 dan p53
tidak sepenuhnya bertanggungjawab dalam tingginya
prevalensi kanker payudara spontan. Mutasi atau ketiadaan
BRCA1 terdapat pada <10% kanker payudara, sementara itu
mutasi p53 terjadi pada lebih dari 30% kanker payudara
(Bouker et al., 2005).
Diperkirakan perkembangan tumor dari perubahan seluler
pertama kali sampai kemudian terlihat melalui mammografi
memerlukan waktu 6 sampai 8 tahun. Adanya perubahan sel
kanker payudara menjadi sel yang ganas telah membentuk
heterogenisitas dalam lingkungan di dalam sel. Selain itu,
inflamasi lokal yang terjadi pada kasus kanker payudara
mengindikasikan aktivitas sel sistem imun dan interaksinya
dengan tumor (Hondermarck, 2003).
Deteksi kanker payudara dapat dilakukan dengan
mammograms yang kadang-kadang dapat mendeteksi tumor
secara dini. Stadium kanker payudara dapat diklasifikaskan
berdasarkan diameter tumor, keterlibatan nodus lymphe, dan
ada tidaknya jaringan yang terkena invasi metastasis kanker.
Faktor prognostik pemeriksaan kanker payudara juga meliputi
status nodus lymphe, kondisi dan diferensiasi tumor, dan
kehadiran reseptor estrogen (Macdonald dan Ford, 1997).
Awalnya, proses metastase kanker payudara diinisiasi
oleh adanya aktivasi atau overekspresi beberapa protein,

17
Epidemiologi Carcinoma Mammae

misalnya reseptor estrogen (ER) dan c-erbB-2 (HER2) yang


merupakan protein predisposisi kanker payudara (Fuqua,
2001; Eccles, 2001). Sekitar 50% kasus kanker payudara
merupakan kanker yang tergantung estrogen dan sekitar 30%
kasus merupakan kanker yang positif mengekspresi HER-2
berlebihan (Gibbs, 2000). Kedua protein tersebut selain
berperan dalam metastasis, juga berperan dalam
perkembangan kanker payudara (early cancer development).
Estrogen berikatan dengan reseptor estrogen (ER) membentuk
kompleks reseptor aktif dan mempengaruhi transkripsi gen
yang mengatur proliferasi sel. Estrogen dapat memacu
ekspresi protein yang berperan dalam cell cycle progression,
seperti Cyclin D1, CDK4 (cyclin-dependent kinases4), Cyclin E
dan CDK2. Aktivasi reseptor estrogen juga berperan dalam
aktivasi beberapa onkoprotein seperti Ras, Myc, dan CycD1
(Foster et al., 2001).
Aktivasi protein ini mengakibatkan adanya pertumbuhan
berlebih melalui aktivasi onkoprotein yang lain seperti PI3K,
Akt, Raf dan ERK. Protein Myc merupakan protein faktor
transkripsi yang penting untuk pertumbuhan, sedang CycD1
merupakan protein penting dalam kelangsungan cell cycle
progression sehingga adanya aktivasi tersebut akan
mengakibatkan perkembangan kanker yang dipercepat
(Hanahan and Weinberg, 2000). Estrogen akan menstabilkan
keberadaan protein Myc. Protein ini sendiri berfungsi dalam
menghambat kemampuan CKIKIPI untuk menghambat Cdk2
(Foster et al., 2001), padahal komplek Cyclin E/Cdk2
bertanggung jawab pada proses transisi sel dari fase G1
memasuki fase S (Pan et al., 2002).

18
Epidemiologi Carcinoma Mammae

Selain itu, kompleks estrogen dengan reseptornya juga


akan memacu transkripsi beberapa gen tumor suppressor,
seperti BRCA1, BRCA2, dan p53. Akan tetapi pada penderita
kanker payudara (yang umumnya telah lewat masa
menopause) gen-gen tersebut telah mengalami perubahan
akibat dari hiperproliferasi sel-sel payudara selama
perkembangannya sehingga tidak berperan sebagaimana
mestinya (Adelmann dkk., 2000; Clarke, 2000). Gen BRCA 1
terletak pada kromosom 17q21, terdiri dari 22 ekson dan
panjangnya kira-kira 100 kb. Gen ini merupakan tumor
suppresor gene. Resiko terjadinya kanker payudara karena
mutasi gen ini sebesar 85 % dan pada wanita usia di bawah 50
tahun sebesar 50 %. Gen BRCA 2 mempunyai ukuran 70 kb
dan terdiri dari 27 ekson, terletak pada kromosom 13q12.
Resiko terjadinya kanker payudara karena mutasi pada gen ini
sebesar 80-90 % pada wanita. Gen p53 secara normal
menyandi protein dengan berat molekul 53 kDa yang terlibat
dalam kontrol pertumbuhan sel. Terjadinya mutasi pada gen
ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel menjadi tidak
terkontrol (Gondhowiarjo, 2004).
Hilangnya 4p, 4q dan 5q pada BRCA1 serta 7p dan 17q24
pada BRCA2 dapat digunakan untuk membedakan antara
kanker payudara yang disebabkan faktor keturunan atau
penyebab umum lainnya (Borg, 2005). Mutasi pada BRCA1
adalah delesi ekson 11 sedangkan pada BRCA2 adalah delesi
ekson 12 dan 3 (Franks and Teich, 1997). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peran BRCA1 dan BRCA2 diantaranya
dapat menjaga kestabilan dan integritas genetik melalui
kemampuannya untuk melakukan homolog rekombinasi.
Protein tersebut terlibat pula dalam perbaikan kerusakan DNA

19
Epidemiologi Carcinoma Mammae

akibat oksidasi melalui interaksinya dengan RAD50, RAD51,


dan protein-protein lain yang merespon kerusakan DNA.
Fungsi BRCA1 dalam perbaikan DNA berkaitan dengan protein
GADD45 (Growth Arrest and DNA Damage) yang di-upregulasi
ketika terjadi overekspresi BRCA1. Saat terjadi kerusakan DNA,
BRCA1 akan terlepas dari pasangannya, yaitu CtIP (CtBP-
Interacting Protein) sehingga BRCA1 dapat mengaktifkan
GADD45 yang akan menjaga stabilitas genomik
(Wickremasighe and Hoffbrand, 1999).
Salah satu model sel kanker payudara yang banyak
digunakan dalam penelitian adalah sel MCF7 dan sel T47D. Sel
MCF-7 adalah sel kanker payudara yang diperoleh dari pleural
effusion breast adenocarcinoma seorang pasien wanita
Kaukasian berumur 69 tahun, golongan darah O, dengan Rh
positif. Sel menunjukkan adanya diferensiasi pada jaringan
epitel mammae termasuk diferensiasi pada sintesis estradiol.
Media dasar penumbuh sel MCF-7 adalah media EMEM
terformulasi. Untuk memperoleh media kompleks, maka
ditambahkan 0,01 mg/ml bovine insulin dan FBS hingga
konsentrasi akhir FBS dalam media C dan dengan kadar CO2
5%.°menjadi 10%. Sel ditumbuhkan pada suhu 37 Sel MCF-7
tergolong cell line adherent (ATCC, 2008b) yang
mengekspresikan reseptor estrogen alfa (ER-α), resisten
terhadap doxorubicin (Zampieri dkk., 2002), dan tidak
mengekspresikan caspase-3 (Onuki dkk., 2003; Prunet dkk.,
2005). Karakteristik tersebut membedakannya dengan sel
kanker payudara lain, seperti sel T47D.
Sel kanker payudara T47D merupakan continous cell lines
yang morfologinya seperti sel epitel yang diambil dari jaringan
payudara seorang wanita berumur 54 tahun yang terkena

20
Epidemiologi Carcinoma Mammae

ductal carcinoma. Sel ini dapat ditumbuhkan dengan media


dasar penumbuh RPMI (Roswell Park Memorial Institute) 1640.
Untuk memperoleh media kompleks, maka ditambahkan 0,2
U/ml bovine insulin dan Foetal Bovine Serum (FBS) hingga
konsentrasi akhir FBS dalam media menjadi 10%. Sel
ditumbuhkan pada suhu 37°C dengan kadar CO2 5%. Sel ini
termasuk cell line adherent (ATCC, 2008a) yang
mengekspresikan ER-β (Zampieri dkk., 2002) dibuktikan
dengan adanya respon peningkatan proliferasi sebagai akibat
pemaparan 17β-estradiol (Verma dkk., 1998). Sel ini memiliki
doubling time 32 jam dan diklasifikasikan sebagai sel yang
mudah mengalami diferensiasi karena memiliki reseptor
estrogen + (Wozniak and Keely, 2005). Sel ini sensitif terhadap
doxorubicin (Zampieri dkk., 2002) dan mengalami missense
mutation pada residu 194 (dalam zinc binding domain L2) gen
p53. Loop L2 ini berperan penting pada pengikatan DNA dan
stabilisasi protein. Jika p53 tidak dapat berikatan dengan
response element pada DNA, kemampuannya untuk regulasi
cell cycle dapat berkurang atau hilang (Schafer et al., 2000).
Pada sel tumor dengan mutasi p53, diketahui terjadi
pengurangan respons terhadap agen-agen yang menginduksi
apoptosis dan tumor-tumor tersebut kemungkinan menjadi
resisten terhadap obat antineoplastik yang memiliki target
pengrusakan DNA (Crawford, 2002).
Kanker payudara adalah jenis kanker yang berasal dari
kelenjar saluran dan jaringan penunjang payudara. Tingkat
insidensi kanker payudara di kalangan wanita adalah 1
berbanding 8. Di Indonesia, kanker payudara menduduki
peringkat kedua dari semua jenis kanker. Sedangkan sekitar
60-80 % ditemukan pada stadium lanjut dan berakibat fatal.

21
Epidemiologi Carcinoma Mammae

C. Klasifikasi Jenis-jenis dan Tipe Ca Mamae


Berdasarkan WHO Histological Classification of breast
tumor, kanker payudara diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Non-invasif karsinoma
a) Non-invasif duktal karsinoma
b) Lobular karsinoma in situ
2) Invasif karsinoma
a) Invasif duktal karsinoma
Papilobular karsinoma, Solid-tubular karsinoma,
Scirrhous karsinoma, Special types, Mucinous
karsinoma dan Medulare karsinoma.
b) Invasif lobular karsinoma
Adenoid cystic karsinoma, karsinoma sel squamos,
karsinoma sel spindle, Apocrin karsinoma, Karsinoma
dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia,
Tubular karsinoma, Sekretori karsinoma dan Lainnya.

Ada beberapa jenis Ca Mammae jika dilihat dari


gambaran histologisnya. Berikut ini adalah tipe-tipe kanker
payudara:
1) Adenocarcinoma: kanker berbentuk oval, sering
menempel pada jaringan lain.
2) Ductal Carsinoma Insitu (DCIS): Kadang-kadang
digambarkan sebagai prekanker, preinvasif, atau kanker
intraductal. Jenis kanker payudara ini non-invasif, yang
berarti belum menyebar ke luar duktus sel-sel payudara
atau bagian lain dari payudara, seperti kelenjar getah
bening axilla, atau ke bagian lain dari tubuh. Ada tiga
tingkatan DCIS yaitu low, intermediate, dan high. Grade

22
Epidemiologi Carcinoma Mammae

DCIS mengacu pada bagaimana sel abnormal yang dilihat


di bawah mikroskop dan memberikan gagasan tentang
seberapa cepat sel-sel dapat berkembang menjadi
kanker invasif. DCIS sangat dapat disembuhkan.

Melalui pemeriksaan yang di sebut dengan


mammograms, maka type kanker payudara ini dapat
dikategorikan dalam dua bagian yaitu :
1) Kanker payudara non invasive, kanker yang
terjadi pada kantung (tube) susu {penghubung antara
alveolus (kelenjar yang memproduksi susu) dan puting
payudara}. Dalam bahasa kedokteran disebut 'ductal
carcinoma in situ' (DCIS), yang mana kanker belum
menyebar ke bagian luar jaringan kantung susu.
2) Kanker payudara invasive, kanker yang telah
menyebar keluar bagian kantung susu dan menyerang
jaringan sekitarnya bahkan dapat menyebabkan
penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya seperti
kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah.

D.Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker
payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya kanker payudara diantaranya:
1) Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang
berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara
adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama

23
Epidemiologi Carcinoma Mammae

pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah


bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara
terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan
pertama merupakan window of initiation perkembangan
kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,
payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya
umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa
sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya
tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2) Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan
dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard
School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para
pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis
menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker
payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang
menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai
risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum
menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan
hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak
atau menjadi ganas.
3) Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis,
fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko
terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali.
Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga
5 kali.
4) Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat
badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada
wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan

24
Epidemiologi Carcinoma Mammae

kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta


perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya
keganasan ini.
5) Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai
suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk.
melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang
konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan
risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59
tahun.
6) Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau
sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker
payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan
disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan
secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya
eksposur.
7) Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat
keluarga merupakan komponen yang penting dalam
riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk
kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan
pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker
payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila
terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap
kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker
payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar
85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh
-> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun.
Resiko terbesar usia 75 tahun.
E. Patofisiologi

25
Epidemiologi Carcinoma Mammae

1) Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam
suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang
terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
2) Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam
bahan genetik sel yang memancing sel menjadi
ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut
karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap
suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau
bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan
sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu
keganasan.
3) Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami
inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka
dan suatu karsinogen).

4) Diagnosa Penyakit Kanker Payudara


Penyakit kanker payudara dapat diketahui dengan
pasti dengan cara pengambilan sample jaringan sel
payudara yang mengalami pembenjolan (tindakan

26
Epidemiologi Carcinoma Mammae

biopsi). Dengan cara ini akan diketahui jenis


pertumbuhan sel yang dialami, apakah bersifat
tumor jinak atau tumor ganas (kanker).

F. Gejala Klinis dan Tanda-tanda Kanker Payudara


Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari
atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak
penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah
yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker
tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker
masih dapat dicegah. Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila
penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini,
angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar
antara 85 s.d. 95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70-
90% penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah,
yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut.
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya
dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak
menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang
tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari
tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah
kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada
dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium
lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok
di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut
dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau
massa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara,
keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya
berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga

27
Epidemiologi Carcinoma Mammae

bernanah), perubahan pada warna atau tekstur kulit pada


payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana
coklat tua di sekeliling puting susu), payudara tampak
kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik, puting susu
tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri payudara atau
pembengkakan salah satu payudara. Pada stadium lanjut bisa
timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan
lengan atau ulserasi kulit.
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan pada
payudara, erosi atau eksema puting susu, atau berupa
pendarahan pada puting susu. Umumnya berupa benjolan
yang berukuran kecil dan tidak nyeri pada payudara.
Benjolan tersebut makin lama makin membesar,
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada
puting susu. Kulit atau puting susu mengalami retraksi
(tertarik ke dalam), berwarna merah muda atau kecoklat-
coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan
seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul
borok (ulkus) pada payudara. Borok tersebut makin lama
makin meluas sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara, seringkali berbau busuk, dan mudah berdarah.
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul bila ukuran
tumor sudah membesar, timbul borok, atau bila telah adanya
metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran
kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada
lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan
mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:
terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit
payudara); adanya nodul satelit pada kulit payudara; kanker

28
Epidemiologi Carcinoma Mammae

payudara jenis mastitis karsinimatosa; terdapat model


parasternal; terdapat nodul supraklavikula; adanya edema
lengan; adanya metastase jauh; serta terdapat dua dari
tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema
kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah
bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah
bening aksila melekat satu sama lain.
Adapun gejala klinik dari kanker payudara adalah :
1) Benjolan di payudara atau ketiak.
2) Perubahan bentuk dan ukuran payudara yang luar biasa.
3) Kerutan atau lekuk yang luar biasa pada payudara.
4) Puting payudara tertarik ke dalam.
5) Perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting
payudara.
Bagi anda yang merasakan adanya benjolan aneh disekitar
jaringan payudara atau bahkan salah satu payudara tampak
lebih besar, Sebaiknya cepat berkonsultasi kepada dokter.
Benjolan ini umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, mulai
dari ukuran kecil yang kemudian menjadi besar dan teraba
seperti melekat pada kulit. Beberapa kasus terjadi perubahan
kulit payudara sekitar benjolan atau perubahan pada
putingnya.
Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa
sakit (nyeri) saat ditekan. Jika dirasakan nyeri pada payudara
dan puting susu yang tidak kunjung hilang, sebaiknya segera
memeriksakan diri kedokter. Puting susu yang mengkerut
kedalam, yang tadinya berwarna merah muda dan akhirnya
menjadi kecoklatan bahkan adanya oedema (bengkak) sekitar
puting merupakan salah satu tanda kuat adanya kanker

29
Epidemiologi Carcinoma Mammae

payudara. Hal lain adalah seringnya keluar cairan dari puting


susu ketika tidak lagi menyusui bayi anda.

G. Strategi pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan
dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada
lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap
epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling
efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah
promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada
kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain
berupa:
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara
merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui
upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada
berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup
sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri)
yang dilakukan secara rutin sehingga bisa
memperkecil faktor resiko terkena kanker payudara
ini .
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu
yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.
Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid
normal merupakan populasi at risk dari kanker
payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan
melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi

30
Epidemiologi Carcinoma Mammae

dini terus mengalami perkembangan. Skrining


melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90%
dari semua penderita kanker payudara, tetapi
keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada
wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining
dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan
dengan beberapa pertimbangan antara lain:
1) Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun
dianjurkan melakukan cancer risk assessement
survey.
2) Pada wanita dengan faktor risiko mendapat
rujukan untuk dilakukan mammografi setiap
tahun.
3) Wanita normal mendapat rujukan mammografi
setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian
oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang
melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak.
Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi
kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan
dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi
secara dini menjadi 75%.
3) Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu
yang telah positif menderita kanker payudara.
Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi
kecatatan dan memperpanjang harapan hidup

31
Epidemiologi Carcinoma Mammae

penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk


meningkatkan kualitas hidup penderita serta
mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan
pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa
operasi walaupun tidak berpengaruh banyak
terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker
telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan
kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium
tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa
simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.
H. Penatalaksanaan Kanker Payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan
serangkaian pengobatan meliputi pembedahan,
kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru
adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini
ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi
perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-
gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan
terapi dilakukan secara individual.
1) Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan
pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan
pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan
penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan
pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat
tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara
yang mengandung sel kanker atau pengangkatan
seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan
harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan

32
Epidemiologi Carcinoma Mammae

terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau


kemoterapi.

2) Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan
intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak
terangkat saat pembedahan.
3) Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan
tumor yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai
terapi pendamping setelah pembedahan atau pada
stadium akhir.
4) Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal
ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi
dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa
digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah
satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat
anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada
pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker
saja.
5) Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya
protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara
berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab,
antibodi yang secara khusus dirancang untuk
menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan
tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya
juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan
terapi dengan trastuzumab.

33
Epidemiologi Carcinoma Mammae

6) Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit


Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk
membantu 50% pasien yang mengalami kanker tahap
akhir dengan tujuan memperbaiki harapan hidup.
Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu
memperpanjang harapan hidup pada pasien,
diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan
capecitabine. Fokus terapi pada kanker tahap akhir
bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter
berupaya untuk memperpanjang serta memperbaiki
kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi
radiasi dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara
dengan HER2- positif, trastuzumab memberikan
harapan untuk pengobatan kanker payudara yang
dipicu oleh HER2.

34
Epidemiologi Carcinoma Mammae

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Kanker payudara pada umumnya berupa ductal breast
cancer yang invasif dengan pertumbuhan tidak terlalu
cepat (Tambunan, 2003). Kanker payudara sebagian besar
(sekitar 70%) ditandai dengan adanya gumpalan yang
biasanya terasa sakit pada payudara, juga adanya tanda
lain yang lebih jarang yang berupa sakit pada bagian
payudara, erosi, retraksi, pembesaran dan rasa gatal pada
bagian puting, juga secara keseluruhan timbul kemerahan,
pembesaran dan kemungkinan penyusutan payudara.
2) Kanker payudara diklasifikasikan menjadi dua yaitu
a. Kanker payudara non invasive, kanker yang terjadi
pada kantung (tube) susu {penghubung antara
alveolus (kelenjar yang memproduksi susu) dan
puting payudara}.
b. Kanker payudara invasive, kanker yang telah
menyebar keluar bagian kantung susu dan
menyerang jaringan sekitarnya bahkan dapat

35
Epidemiologi Carcinoma Mammae

menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian


tubuh lainnya.
3) Penyebab dan Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang berpengaruh adalah :
- Usia.
- Pernah menderita kanker payudara.
- Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
- Faktor genetik dan hormonal.
- Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
- Pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen.
- Obesitas pasca menopause.
- Pemakaian alkohol.
- Bahan kimia.
- DES (dietilstilbestrol).
- Penyinaran
4) Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari
atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga
banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut,Ada
beberapa gejala klinik kanker payudara yang penting untuk
diketahui
- Benjolan di payudara atau ketiak.
- Perubahan bentuk dan ukuran payudara yang luar
biasa.
- Kerutan atau lekuk yang luar biasa pada payudara.
- Puting payudara tertarik ke dalam.
- Perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting
payudara.
5) Pecegahan kanker payudara dapat juga dilakukan dengan
tiga cara yaitu :
a. Pencegahan secara Primer

36
Epidemiologi Carcinoma Mammae

Pencegahan primer pada kanker payudara


merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui
upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada
berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup
sehat. Salah satunya adalah dengan SADARI yaitu
Pemeriksaan Payudara Sendiri.
b. Pencegahan secara Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu
yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini yaitu dengan screening atau
mammografi.
c. Pencegahan secara Tersier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu
yang telah positif menderita kanker payudara.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan
pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup
penderita.

37
Epidemiologi Carcinoma Mammae

Daftar Pustaka

JANGAN LUPA DI EDIT DULU YAA…


DAN TAMBAHIN DARI BUKU YG DD
KASI
OK

Brosur Yayasan Kanker Indonesia. Deteksi Dini Kanker Payudara.


Kanker Payudara.pdf. Kanker Payudara.

Rabe, Thomas. Buku Saku Ilmu Kandungan. Hipokrates,


Jakarta,2002.
www./portalkalbe/files.cdk/06.

Tambunan, Gani. Strategi Deteksi Kanker Payudara Stadium


Awal. Pdf. Laboratorium Patologi Anatomi, Fk USU, 1992.

38

Anda mungkin juga menyukai