BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu
penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari
parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization
(WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of
Diseases (ICD) dengan kode nomor 174. Kanker payudara
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Di
Amerika, diperkirakan jumlah kasus baru pada tahun 1997 ada
181.600 orang dan 44.190 pasien meninggal pada tahun yang
sama. Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia
dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh
keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang
didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya
ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang
sedang berkembang. Di Amerika Serikat, keganasan ini paling
sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000
wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili
32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan,
disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang
berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal
setiap tahunnya .
Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di
Indonesia tidak banyak berubah. Kanker payudara merupakan
kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di
Indonesia. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70%
penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut.
Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
1
Epidemiologi Carcinoma Mammae
2
Epidemiologi Carcinoma Mammae
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tinjauan Kanker Mammae berdasarkan
Variabel Epidemiologi?
2. Apa saja jenis-jenis, tipe Kanker Mammae dan
bagaimanakah gejala klinis kanker Mammae?
3. Bagaimana Pencegahan dan Penatalaksanaan Kanker
Mammae?
3
Epidemiologi Carcinoma Mammae
BAB II
EPIDEMIOLOGI KANKER MAMMAE
4
Epidemiologi Carcinoma Mammae
A. Orang (Person)
Pada variable ini akan dibahas mengenai peranan
umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, struktur keluarga dan paritas
terhadap risiko penyakit kanker mammae.
1) Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan
didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi.
Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan
dengan umur. Dengan cara ini orang dapat
membacanya dengan mudah dan melihat pola
kesakitan atau kematian menurut golongan umur.
Untuk keperluan perbandingan maka WHO
menganjurkan pembagian-pembagian umur sebagai
berikut :
1.) Menurut tingkat kedewasaan: 0 – 14 tahun :
bayi dan anak-anak, 15 – 49 tahun : orang
muda dan dewasa, 50 tahun keatas : orang
tua.
2.) Interval 5 tahun: Kurang 1 tahun, 1 – 4 tahun, 5
– 9 tahun, 10 – 14 tahun, dan sebagainya.
3.) Untuk mempelajari penyakit anak: 0 – 4 bulan,
5 – 10 bulan, 11 – 23 bulan, 2 – 4 tahun, 5 – 9
tahun, 10 – 14 tahun.
5
Epidemiologi Carcinoma Mammae
2) Jenis Kelamin
Kelompok wanita yang kemungkinan terkena
kanker payudara adalah : Wanita dengan kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, asupan lemak berlebihan
dan kurang olahraga. Riwayat keluarga yang
menderita kanker payudara – Insidensi kanker
payudara oleh karena genetik menunjukkan 5-10 %.
Pernah menderita kanker pada salah satu payudara,
Menderita tumor jinak payudara, Infertil dan
kehamilan pertama pada usia 35 tahun, Tidak
memiliki anak, Faktor hormonal, Awal menstruasi
(menarche) sebelum usia 12 tahun dan berhenti
menstruasi (menopause) setelah usia 50 tahun,
Periode menstruasi lebih lama, Tidak pernah
menyusui anaknya. Serta hasil studi, menemukan
adanya sedikit penurunan resiko serangan kanker
6
Epidemiologi Carcinoma Mammae
3) Kelas Sosial
7
Epidemiologi Carcinoma Mammae
4) Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya
penyakit melalui beberapa jalan yakni :
a.) Adanya faktor-faktor lingkungan yang
langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun,
radiasi, benda-benda fisik yang dapat
menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
8
Epidemiologi Carcinoma Mammae
5) Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam
kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup dan
sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-
perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.
Di dalam mempertimbangkan angka kesakitan atau
kematian suatu penyakit antar golongan etnik
hendaknya diingat kedua golongan itu harus
distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin
ataupun faktor-faktor lain yang dianggap
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan
keterangan mengenai pengaruh lingkungan terhadap
timbulnya suatu penyakit.
9
Epidemiologi Carcinoma Mammae
6) Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara angka kesakitan maupun kematian
dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda;
angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu
maupun kematian karena semua sebab makin
meninggi dalam urutan tertentu. Diduga bahwa
sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang
tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah
karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak
kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-
orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan
dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-
perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan
secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit
tertentu.
7) Struktur Keluarga
Riwayat keluarga yang menderita kanker
payudara. Wanita yang ibu, saudara perempuan atau
anaknya menderita kanker, memiliki risiko 3 kali
lebih besar untuk menderita kanker payudara. Selain
itu jua struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh
terhadap kesakitan dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya
tanggungan, karena persediaan harus digunakan
untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin
pula tidak dapat membeli cukup makanan yang
bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.
10
Epidemiologi Carcinoma Mammae
B. Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari
suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan
kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai
etiologi penyakit.
Sejumlah faktor lingkungan dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker, menurut laporan penelitian Doll &
Peto (1981), faktor linkungan turut menentukan dalam
proses timbulnya kanker antara lain, infeksi virus, rook,
makanan/nutrisi/obesistas, minuman keras, hormone, sinar
ultraviolet, obat/kimiawi, pengaruh imigrasi, dan
sebagainya.
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan
umur dan jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit
antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang
berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus
dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum
tentu representatif dan baik kualitasnya. Variasi geografis
pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain
mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa
faktor sebagai berikut:
- Lingkungan fisik, kimia, biologis, sosial dan ekonomi
yang berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat
lainnya.
- Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang
berbeda, bervariasi seperti karakteristik demografi.
- Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan,
keluarga, praktek higiene perorangan dan bahkan
persepsi tentang sakit atau sehat.
11
Epidemiologi Carcinoma Mammae
C. Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit
merupakan kebutuhan dasar didalam analisis
epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit
menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-
faktor etiologis.
Sejalan dengan waktu, resiko kanker juga mengalami
perubahan. Kanker yang tadinya sering ditemukan
sekarang jarang terjadi. Pada sebuah penelitian
epidemiologik tentang penyakit kanker, diperkirakan akan
terjadi peningkatan 99% penderita pada tahun 2010 di
negara berkembang dibandingkan pada tahun 1985.
Sedangkan di negara maju, peningkatan jumlah penderita
diperkirakan hanya 38%. Hal ini menunjukkan bahwa
penyakit kanker menjadi masalah yang serius di negara
berkembang di masa mendatang.
Di Indonesia, masalah penyakit kanker terlihat lonjakan
yang luar biasa. Dalam jangka waktu 10 tahun, terlihat
bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik,
dari peringkat 12 menjadi peringkat enam. Setiap tahun
diperkirakan terdapat 190 ribu penderita baru dan
seperlimanya akan meninggal akibat penyakit ini.
12
Epidemiologi Carcinoma Mammae
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelenjar Payudara
Kelenjar payudara merupakan derivatif sel epitel. Struktur
anatomi payudara secara garis besar tersusun dari jaringan
lemak, lobus dan lobulus (setiap kelenjar terdiri dari 15-25
lobus) yang memproduksi cairan susu, serta ductus lactiferous
yang berhubungan dengan glandula lobus dan lobulus yang
berfungsi mengalirkan cairan susu, di samping itu juga
terdapat jaringan penghubung (konektif), pembuluh darah dan
limphe node (Hondermarck, 2003; Bergman et al., 1996).
Lobulus dan duktus payudara sangat responsif terhadap
estrogen karena sel epitel lobulus dan duktus
mengekspresikan reseptor estrogen (ER) yang menstimulasi
pertumbuhan, diferensiasi, perkembangan kelenjar payudara,
dan mammogenesis (Van De Graaff and Fox, 1995).
Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar payudara
merupakan suatu seri peristiwa yang melibatkan interaksi
13
Epidemiologi Carcinoma Mammae
14
Epidemiologi Carcinoma Mammae
B. Kanker Payudara
Pada umumnya tumor pada payudara bermula dari sel
epitelial, sehingga kebanyakan kanker payudara
dikelompokkan sebagai karsinoma (keganasan tumor
epitelial). Sedangkan sarkoma, yaitu keganasan yang
berangkat dari jaringan penghubung, jarang dijumpai pada
payudara. Berdasarkan asal dan karakter histologinya kanker
payudara dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu
insitu karsinoma dan invasive karsinoma. Karsinoma in situ
dikarakterisasi oleh lokalisasi sel tumor baik di duktus maupun
di lobular, tanpa adanya invasi melalui membran basal menuju
stroma di sekelilingnya. Sebaliknya pada invasive karsinoma,
membran basal akan rusak sebagian atau secara keseluruhan
dan sel kanker akan mampu menginvasi jaringan di sekitarnya
menjadi sel metastatik (Hondermarck, 2003).
Kanker payudara pada umumnya berupa ductal breast
cancer yang invasif dengan pertumbuhan tidak terlalu cepat
(Tambunan, 2003). Kanker payudara sebagian besar (sekitar
70%) ditandai dengan adanya gumpalan yang biasanya terasa
sakit pada payudara, juga adanya tanda lain yang lebih jarang
yang berupa sakit pada bagian payudara, erosi, retraksi,
15
Epidemiologi Carcinoma Mammae
16
Epidemiologi Carcinoma Mammae
17
Epidemiologi Carcinoma Mammae
18
Epidemiologi Carcinoma Mammae
19
Epidemiologi Carcinoma Mammae
20
Epidemiologi Carcinoma Mammae
21
Epidemiologi Carcinoma Mammae
22
Epidemiologi Carcinoma Mammae
D.Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker
payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya kanker payudara diantaranya:
1) Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang
berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara
adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama
23
Epidemiologi Carcinoma Mammae
24
Epidemiologi Carcinoma Mammae
25
Epidemiologi Carcinoma Mammae
1) Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam
suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang
terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
2) Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam
bahan genetik sel yang memancing sel menjadi
ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut
karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap
suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau
bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan
sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu
keganasan.
3) Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami
inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka
dan suatu karsinogen).
26
Epidemiologi Carcinoma Mammae
27
Epidemiologi Carcinoma Mammae
28
Epidemiologi Carcinoma Mammae
29
Epidemiologi Carcinoma Mammae
G. Strategi pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan
dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada
lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap
epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling
efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah
promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada
kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain
berupa:
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara
merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui
upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada
berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup
sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri)
yang dilakukan secara rutin sehingga bisa
memperkecil faktor resiko terkena kanker payudara
ini .
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu
yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.
Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid
normal merupakan populasi at risk dari kanker
payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan
melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi
30
Epidemiologi Carcinoma Mammae
31
Epidemiologi Carcinoma Mammae
32
Epidemiologi Carcinoma Mammae
2) Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan
intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak
terangkat saat pembedahan.
3) Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan
tumor yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai
terapi pendamping setelah pembedahan atau pada
stadium akhir.
4) Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal
ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi
dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa
digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah
satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat
anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada
pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker
saja.
5) Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya
protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara
berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab,
antibodi yang secara khusus dirancang untuk
menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan
tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya
juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan
terapi dengan trastuzumab.
33
Epidemiologi Carcinoma Mammae
34
Epidemiologi Carcinoma Mammae
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Kanker payudara pada umumnya berupa ductal breast
cancer yang invasif dengan pertumbuhan tidak terlalu
cepat (Tambunan, 2003). Kanker payudara sebagian besar
(sekitar 70%) ditandai dengan adanya gumpalan yang
biasanya terasa sakit pada payudara, juga adanya tanda
lain yang lebih jarang yang berupa sakit pada bagian
payudara, erosi, retraksi, pembesaran dan rasa gatal pada
bagian puting, juga secara keseluruhan timbul kemerahan,
pembesaran dan kemungkinan penyusutan payudara.
2) Kanker payudara diklasifikasikan menjadi dua yaitu
a. Kanker payudara non invasive, kanker yang terjadi
pada kantung (tube) susu {penghubung antara
alveolus (kelenjar yang memproduksi susu) dan
puting payudara}.
b. Kanker payudara invasive, kanker yang telah
menyebar keluar bagian kantung susu dan
menyerang jaringan sekitarnya bahkan dapat
35
Epidemiologi Carcinoma Mammae
36
Epidemiologi Carcinoma Mammae
37
Epidemiologi Carcinoma Mammae
Daftar Pustaka
38