Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan,

dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan
Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan
Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi
Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk
Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk
Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah
memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan
bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.
Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra
Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain
juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di
Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of
Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa
Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan
pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara
yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lilalamin.
Dengan

masuk

Islamnya

penduduk

pribumi

Nusantara

dan

terbentuknya

pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan


kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke
Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut,
Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar
sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan
dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia
Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena
kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena
berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah terutama
[Type text]

Page 1

Belanda menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian


yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali
melalui mereka.
Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari
bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk
menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka
yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perumusan Masalah
Bagaimana Sejarah masuknya Awal Islam di Sulawesi
Bagaimana Kerajaan Islam di Sulawesi
BagaimanaMasuknya Islam di beberapa kota di Sulawesi
Apasaja peninggalan sejarah Islam di Sulawesi
Bagaimana perkembangan Islam di Sulawesi
Bagaimana Kedatangan Orang Melayu di Tanah Bugis Makassar

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Sejarah masuknya Awal Islam di Sulawesi
Untuk mengetahui Kerajaan Islam di Sulawesi
Untuk mengetahui bagaimana masuknya Islam di beberapa kota di Sulawesi
Untuk Mengetahui Peninggalan sejarah islam di Sulawesi
Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan Islam di Sulawesi
Untuk mengetahui Bagaimana Kedatangan Orang Melayu di Tanah Bugis Makassar

C.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Awal Islam di Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau
ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan.
[Type text]

Page 2

Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau
Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis yang datang pada tahun 1540 saat
datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di beberapa daerah.
Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus berlanjut hingga menyentuh raja-raja di
Kerajaan Goa yang beribu negeri di Makassar.
Raja Goa pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Alaidin al Awwal dan Perdana
Menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603. Sebelumnya, dakwah Islam
telah sampai pula pada ayahanda Sultan Alaidin yang bernama Tonigallo dari Sultan Ternate
yang lebih dulu memeluk Islam. Namun Tonigallo khawatir jika ia memeluk Islam, ia merasa
kerajaannya akan di bawah pengaruh kerajaan Ternate.
Beberapa ulama Kerajaan Goa di masa Sultan Alaidin begitu terkenal karena
pemahaman dan aktivitas dakwah mereka. Mereka adalah Khatib Tunggal, Datuk ri Bandang,
datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Dapat diketahui dan dilacak dari nama para ulama di atas,
yang bergelar datuk-datuk adalah para ulama dan mubaligh asal Minangkabau yang
menyebarkan Islam ke Makassar.
Pusat-pusat dakwah yang dibangun oleh Kerajaan Goa inilah yang melanjutkan
perjalanan ke wilayah lain sampai ke Kerajaan Bugis, Wajo Sopeng, Sidenreng, Tanette,
Luwu dan Paloppo.
Abad 15 Makassar sebagi kota pelabuhan yang penting dalam
p e r d a g a n g a n d u n i a . Makassar telah masuk dalam jaringan perdagangan sutera
yang menghubungkan antara dunia niaga Asia dan Eropa. Makassar adalah titik temu
antara jalur niaga di belahan Timur, dan Barat dan antara jalur niaga di belahan Utara.
Transportasi inilah yang membentuk jaringan niaga antara satu pusat perdagangan
dengan pusat perdagangan lainnya. Perdagangan china dan Eropa yang dulu menempuh jalur
darat, sejak abad 15 mulai pindah ke jalur laut.

jalur laut rupanya lebih aman dari kemungkinan perampokan di t engah


jalan. Jalur transportasi perdagangan sutera ini dalam sejarah biasa disebut dengan jalur
sutera.Jalur suteras e t e l a h a b a d 1 5 a d a l a h m e l a l u i L a u t T e n g a h ,
S a m u d r a H i n d i a d a n L a u t C h i n a S e l a t a n meramaikan jalur Selat Malaka.
M a s u k n y a Ag a m a I s l a m d i M a k a s s a r Raja Gowa ke-13 bernama lengkap I Tepu
Daeng parambung Karaeng ri BontolangkasaTunipasulu putra Tunijallo. Tunipasulu
ketika itu masih muda. Dua tahun setelah dinobatkan baginda dipecat dari jabatannya
oleh Dewan Kerajaan. Setelah beliau dipecat, beliau berangkatke Luwe di Luwu lah beliau
[Type text]

Page 3

masuk Islam.P a d a m a s a p e m e r i n t a h a n I M a n n g e r a n g i D a e n g
M a n r a b b i a y a n g b e r g e l a r S u l t a n Alauddin Tumenanga ri Gaukanna raj
Gowa ke-14 agama Islam diterima sebagai agama resmi kerajaan. Peristiwa-peristiwa
terpenting dalam masa pemerintahan baginda, dapat dicatat sebagai berikut:
Penerimaan Islam sebagai agama kerajaanS e s u n g g u h n y a a g a m a i s l a m s u d a h
s a m p a i d i M a k a s s a r , s e j a k r a j a G o w a k e - 1 0 Tunipalangga (15461565), yaitu ketika baginda memberi ijin kepada pedagangp e d a g a n g Melayu dengan perantaraan nakoda Bonang, untuk menetap di
Mangalekana. Raja Gowa danTallo menerima Islam dengan resmi sebagai agamanya
menurut Lontara Gowa-Tallo, ialah padamalam Jumat,9 Jumadil-awal 1014 (H) atau
tanggal 22 September 1605. Dinyatakan bahwaMangkubumi Kerajaaan Gowa/Raja
Tallo I Malingkaeng Daeng Manyori mula-mula menerimad a n m e n g u c a p k a n k a l i m a t
s y a h a d a t d a n s e s u d a h i t u b a r u l a h r a j a G o w a k e - 1 4 M a n g a r a n g a i Daeng
Manrabbia. Dua tahun kemudian, seluruh rakyat Gowa dan Tallo dinyatakan
memeluk agama islam, dengan upacara sembahyang Jumat bersama yang
pertama di masjid Tallo padatanggal 9 November 1607. Pada waktu yang sama di
Bandar Makassar, pedagang-pedagangMelayu dan orang-orang Makassar yang sudah
memeluk Islam di sekitar Benteng Somba Opu, dimasjid Mangallekana juga diselenggarakan
sembahyang Jumat dan doa syukur.

B. Kerajaan Islam di Sulawesi


Pada abad ke 15 di Sulawesi berdiri beberapa kerajaan, diantaranya dari suku bangsa
Makassar (Gowa dan Tallo) dan Bugis (Luwu, Bone, Soppeng dan Wajo). 2 kerajaan yang
memiliki hubungan baik yaitu kerajaan Gowa dan Tallo. Ibu kota kerajaannya adalah Gowa
yang sekarang menjadi Makasar. Kerajaan ini pada abad ke 16 sudah menjadi daerah islam.
Masuk dan berkembangnya Islam di Makasar atas juga datuk Ribandang (Ulama adat
Minangkabau). Secara resmi kerajaan Gowa Islam berdiri pada tahun 1605 M.

Kerajaan Gowa Tallo


Kerajaan
Gowa Tallo sebelum menjadi kerajaan Islam sering berperang dengan
kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, seperti dengan Luwu, Bone, Soppeng, dan Wajo.
Kerajaan Luwu yang bersekutu dengan Wajo ditaklukan oleh Kerajaan Gowa Tallo.
Kemudian Kerajaan Wajo menjadi daerah taklukan Gowa menurut Hikayat Wajo.
Dalam serangan terhadap Kerajaan Gowa Tallo Karaeng Gowa meninggal dan seorang
lagi terbunuh sekitar pada 1565. Ketiga kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng mengadakan
persatuan untuk mempertahankan kemerdekaannya yang disebut perjanjian Tellumpocco,
sekitar 1582. Sejak Kerajaan Gowa resmi sebagai kerajaan bercorak Islam pada 1605, maka
[Type text]

Page 4

Gowa meluaskan pengaruh politiknya, agar kerajaan-kerajaan lainnya juga memeluk Islam
dan tunduk kepada Kerajaan Gowa Tallo.
Kerajaan-kerajaan yang tunduk kepada kerajaan Gowa Tallo antara lain Wajo pada 10
Mei 1610, dan Bone pada 23 Nopember 1611. Di daerah Sulawesi Selatan proses Islamisasi
makin mantap dengan adanya para mubalig yang disebut Datto Tallu (Tiga Dato), yaitu Dato
Ri Bandang (Abdul Makmur atau Khatib Tunggal) Dato Ri Pattimang (Dato Sulaemana atau
Khatib Sulung), dan Dato Ri Tiro (Abdul Jawad alias Khatib Bungsu), ketiganya bersaudara
dan berasal dari Kolo Tengah, Minangkabau.
Para mubalig itulah yang mengislamkan Raja Luwu yaitu Datu La Patiware Daeng
Parabung dengan gelar Sultan Muhammad pada 15-16 Ramadhan 1013 H (4-5 Februari 1605
M). Kemudian disusul oleh Raja Gowa dan Tallo yaitu Karaeng Matowaya dari Tallo yang
bernama I Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo) mengucapkan syahadat pada Jumat
sore, 9 Jumadil Awal 1014 H atau 22 September 1605 M dengan gelar Sultan Abdullah.
Selanjutnya Karaeng Gowa I Mangarangi Daeng Manrabbia mengucapkan syahadat pada
Jumat, 19 Rajab 1016 H atau 9 November 1607 M. Perkembangan agama Islam di daerah
Sulawesi Selatan mendapat tempat sebaikbaiknya bahkan ajaran sufisme Khalwatiyah dari
Syaikh Yusuf al-Makassari juga tersebar di Kerajaan Gowa dan kerajaan lainnya pada
pertengahan abad ke-17. Karena banyaknya tantangan dari kaum bangsawan Gowa maka ia
meninggalkan Sulawesi Selatan dan pergi ke Banten. Di Banten ia terima oleh Sultan Ageng
Tirtayasa bahkan dijadikan menantu dan diangkat sebagai mufti di Kesultanan Banten.
Dalam sejarah Kerajaan Gowa perlu dicatat tentang sejarah perjuangan Sultan
Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatannya terhadap upaya penjajahan politik dan
ekonomi kompeni (VOC) Belanda. Semula VOC tidak menaruh perhatian terhadap Kerajaan
Gowa Tallo yang telah mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan. Setelah kapal
Portugis yang dirampas oleh VOC pada masa Gubernur Jendral J. P. Coen di dekat perairan
Malaka ternyata di kapal tersebut ada orang Makassar. Dari orang Makassar itulah ia
mendapat berita tentang pentingnya pelabuhan Sombaopu sebagai pelabuhan transit terutama
untuk mendatangkan rempah-rempah dari Maluku. Pada 1634 VOC memblokir Kerajaan
Gowa tetapi tidak berhasil.
Peristiwa peperangan dari waktu ke waktu berjalan terus dan baru berhenti antara
1637-1638. Tetapi perjanjian damai itu tidak kekal karena pada 1638 terjadi perampokan
kapal orang Bugis yang bermuatan kayu cendana, dan muatannya tersebut telah dijual kepada
orang Portugis. Perang di Sulawesi Selatan ini berhenti setelah terjadi perjanjian Bongaya
pada 1667 yang sangat merugikan pihak Gowa Tallo.

C.Masuknya Islam di beberapa kota di Sulawesi


1.Makasar-Bugis
Dapat dipastikan bahwa pada tahun 1600 M, suku Makasar dan suku Bugis telah memeluk
agama Isla, Suku Bugis dan suku Makasar ialah yang bertempat tinggal di bagian Selatan
Barat Pulau Sulawesi. Orang-orang Bugis dan Makasar merupakan yang lebih maju dan
terdiri dari pedagang yang kaya. Di samping itu, mereka terkenal sebagai pelaut yang ulung.
[Type text]

Page 5

Bersamaan dengan masuknya Islam ke Sulawesi Selatan ini, orang Portugis datang pula
ke sana sambil menyiarkan agama Kristen. Saling berebut pengaruh antara Islam dan Kristen,
namun
penduduk
asli
Bugis
dan
Makasar
masuk
ke
dalam
Islam.
2.Alifuru-Minahasa
Penduduk di Alifuru banyak yang menganut kepercayaan animisme. Kehidupan mereka
masih agak terbelakang. Suku Alifuru merupakan masyarakat penduduk di bagian Utara
kepulauan Sulawesi. Begitu pula orang Minahasa kebanyakan mereka menganut agama
Katolik yang dibawa orang Portugis. Pemerintah Portugis melarang orang Islam menyiarkan
agama di kalangan oraang Alifuru dan orang Minahasa. Setelah Portugis digantikan oleh
penjajah Belanda, mereka mengizinkan berdakwah Islam di sana dengan dibatasi boleh hanya
bagi
orang
pribumi
di
sana.
Pada jaman penjajahan Belanda, penganut Katolik banyak yang pindah kepada
Protestan. Karena mendapat hambatan dan dipersulit oleh penjajah maka perkembagan
Islam di kalangan penduduk di Sulawesi bagian Utara itu tidaklah sesubur seperti di Sulawesi
bagian Selatan.

3.Gowa
Berita tentang agama Islam yang dianut oleh suku Makasar telah menjadi pembicaraan di
kalangan orang-orang Gowa. Mereka telah mendengar betapa indahnya pemujaan orang
Islam terhadap Tuhan di waktu mengerjakan shalat. Di samping itu, sampai pula kepada
mereka berita tentang kegiatan orang Kristen mengembangkan agama mereka yang dibantu
dan ditunjang oleh orang Portugis.
Orang Gowa mengirimkan utusan ke Aceh meminta bantuan tenaga guru yang dapat
mengajar dan menjelaskan tentang agama Islam bagi orang-orang Gowa. Tidak berapa lama
datanglah serombongan mubaligh dari Aceh untuk mengIslamkan orang Gowa. Kemudian
missionaris Kristen pun berusaha menyiarkan agama Kristen dengan jalan menjelek-jelekkan
agama Islam. Penyiaran agama Islam di Gowa dimulai pada abad 17. Orang Gowa masuk
Islam dan menjadi penganut Islam yang baik.
4.Bone
Raja Gowa telah memeluk agama Islam beserta rakyatnya, sedangkan raja Bone
belum Islam. Raja Gowa beserta rakyatnya dengan semangat beragama yang menyalanyala ingin menyebarkan agamanya ke daerah lain. Pada suatu waktu terjadi suatu
perselisihan antara raja Gowa dengan raja Bone. Raja Gowa menyampaikan kepada raja
Bone bahwa dia dipandang tidak setaraf dengan raja Gowa, kecuali kalau dia bersama
rakyatnya masuk Islam dan mempercayai Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu disampaikan
oleh raja Bone kepada rakyatnya dan menurut rakyat Bone belum dapat mengakui
kekalahan karena mereka belum pernah berperang.
Kemudian terjadi peperangan antara Gowa dan Bone. Gowa dapat mengalahkan kerajaan
Bone. Dengan demikian raja Bone bersama rakyatnya masuk Islam. Bone diakui ibertaraf
sama
dengan
kerajaan
Gowa
bersaudara
karena
seagama.

[Type text]

Page 6

5.Tallo
Di sebelah Utara Gowa terletak daerah Tallo. Penyiar agama Islam di daerah Tallo tercatat
seorang mubaligh yang bernama Khotib Tunggal pada tahun 1603 M.
Pengikut Khotib Tunggal ada dua macam, ada golongan yang benar-benar beriman dan
mengharapkan kerajaan agama Islam dan sebagian lain mencari keuntungan keduniaan.

Raja-raja yang terkenal diantaranya :


1. Sultan Alaudin (1605-1639 M) raja pertama Islam di Gowa-Tallo. Kerajaan ini adalah
negara maritim yang terkenal dengan perahu-perahu layarnya dengan jenis Pinisi dan
lImbo. Pada masa Sultan Alaudin berkuasa, Islam mengalami perkembangan pesat yang
daerah kekuasaannya hampir mencakup seluruh daerah Sulawesi. Ia wafat pada tahun
1939 M, setelah menjadi raja selama 34 tahun dan digantikan putranya yang bernama
Muhammad Said.
2. Muhammad Said (1639-1653 M). Raja ini berkuasa selama 14 tahun.
3. Sultan hasanuddin (1653-1669 M). Sultan ini sebagai pengganti dari Muhammad Said.
Pada masa Sultan hasanuddin berkuasa, Gowa Tallo mencapai puncak kejayaannya.
Wilayah kekuasaannya sampai ke pulau Selayar, Butung, Sumbawa dan Lombok. Ia
berkuasa selama 16 Tahun.

D.Peninggalan sejarah islam di Sulawesi


1. Batu Pelantikan Raja (Batu Pallantikang)
Batu petantikan raja (hatu pallantikang) terletak di sebelah tenggara kompleks makam
Tamalate. Dahulu, setiap penguasa baru Gowa-Tallo di sumpah di atas batu ini (Wolhof dan
Abdurrahim, tt : 67). Batu pallantikang sesungguhnya merupakan batu alami tanpa
pembentukan, terdiri dari satu batu andesit yang diapit 2 batu kapur. Batu andesit
[Type text]

Page 7

merupakan pusat pemujaan yang tetap disakralkan masyarakat sampai sekarang. Pe-mujaan
penduduk terhadap ditandai dengan banyaknya sajian di atas batu ini. Mereka meyakini
bahwa batu tersebut adalah batu dewa dari kayangan yang bertuah
2. Mesjid Katangka
Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami
beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh: [a] Sultan Mahmud
(1818); [b] Kadi Ibrahim (1921); [c] Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948); dan [d]
Andi Baso, Pabbicarabutta GoWa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal
(asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.
Yang masih menarik adalah ukuran tebal tembok kurang lebih 90 cm, hiasan sulursuluran dan bentuk mimbar yang terbuat dari kayu menyerupai singgasana dengan sandaran
tangan. Hiasan makhuk di samarkan agar tidak tampak realistik. Pada ruang tengah terdapat
empat tiang soko guru yang mendukung konstruksi bertingkat di atasnya. Mimbar dipasang
permanen dan diplaster. Pada pintu masuk dan mihrab terdapat tulisan Arab dalam babasa
Makassar yang menyebutkan pemugaran yang dilakukan Karaeng Katangka pada tahun 1300
Hijriah.
3. Makam Syekh Yusuf
Kompleks makam ini terletak pada dataran rendah Lakiung di sebelah barat Msjid
Katangka. Di dalam kompleks ini terdapat 4 buah cungkup dan sejumlah makam biasa.
Makam Syekh Yusuf terdapat di dalam cungkup terbesar, berbentuk bujur sangkar Pintu
masuk terletak di sisi Selatan. Puncak cungkup berhias keramik. Makam ini merupakan
makam kedua. Ketika wafat di pengasingan, Kaap, tanggal 23 Mei 1699, beliau
dimakamkan untuk pertama kalinya di Faure, Afrika Selatan. Raja Gowa meminta kepada
pemerintah Belanda agar jasad Syekh Yusuf dipulangkan dan dimakamkan di Gowa. Lima
tahun sesudah wafat (1704) baru permintaan tersebut dikabulkan. Jasadnya dibawa pulang
bersama keluarga dengan kapal de Spiegel yang berlayar langsung dan Kaap ke Gowa. Pada
tanggal 6 April 1705, tulang kerangka Syekh Yusuf dimakamkan dengan upacara adat
pemakaman bangsawan di Lakiung. Di atas makamnya dibangun kubah yang disebut
kobbanga oleh orang Makassar.
Makam Syekh Yusuf mempunyai dua nisan tipe Makassar, terbuat dari batu alam yang
permukaannya sangat mengkilap. Hal ini dapat terjadi karena para peziarah selalu
menyiramnya dengan minyak kelapa atau semacamnya. Sampai sekarang peziarah masih
sangat ramai mengunjungi tokoh ulama (panrita)dan intelektual (tulnangngasseng) yang
banyak berperan dalam perkembangan dan kejayaan kerajaan Gowa-Tallo abad pertengahan.
[Type text]

Page 8

Dalam lontarak "Riwayakna Tuanta Salamaka ri Gowa7, Syekh Yusuf dianggap Nabi
Kaidir (Abu Hamid, 1994: 85). la tokoh yang memiliki keistimewaan, seperti berjalan tanpa
berpijak di tanah. Dalam usia belia ia sudah tamat mempelajari kitab fiqih dan tauhid. Guru
tarekat Naqsabandiayah, Syattariyah, Ba'alaniiyah, dan Qadriyah. Wawasan sufistiknya
tidak pernah menyinggung pertentangan antara Hamzah Fanzuri yang me-ngembangkan
ajaran Wujudiyah dan Syekh Nuruddin ar-Raniri.
4. Benteng Tallo
Benteng Tallo terletak di muara sungai Tallo. Benteng dibangun dengan menggunakan
bahan batu bata, batu padas/batu pasir, dan batu kurang. Luas benteng diperkirakan 2
kilometer Bardasarkan temuan fondasi dan susunan benteng yang masih tersisa, tebal dinding
benteng diperkirakan mencapai 260 cm.
Akibat perjanjian Bongaya (1667) benteng dihancurkan. Sekarang, sisa-sisa benteng dan
bekas aktivitas berserakan. Beberapa bekas fondasi, sudut benteng (bastion) dan batu merah
yang tersisa sering dimanfaatkan penduduk untuk berbagai keperluan darurat, sehingga tidak
tampak lagi bentuk aslinya. Fondasi itu mengelilingi pemukiman dan makam raja-raja Tallo.
E.Perkembangan Islam di Sulawesi
Ajaran Islam lama kelamaan mulai berkembang di pulau Sulawesi. Tahun 1562-1565
M,di bawah pimpinan Raja tumaparisi kolama,kerajaan Gowa-Tallo berhasil menaklukan
daerah selayar,Bulukumba,Maros Mandar,dan Luwu.Pada masa itu di Gowa-Tallo telah
terdapat kelompok-kelompok masyarakat Muslim dalam jumlah yang cukup besar.Kemudian
atas jasa

Dato Ribandang dan Dato Sulaemana, penyebaran dan pengembangan Islam

menjadi lebih intensif dan mendapat kemajuan yang pesat.Pada tanggal 22 September 1605
raja Gowa yang bernama Karaeng Tanigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan
Alaudin .Beliau menjalin hubungan baik dengan kerajaan Ternate,bahkan secara pribadi
beliau bersahabat baik dengan Sultan Baabullah dari Ternate.
Akhirnya,Kerajaan Gowa-Tallo resmi menjadi kerajaan bercorak Islam.Lalu kerajaan
Gowa melakukan perluasan kekuasaannya.Contohnya di daerah Wajo dan Sopeng berhasil di
taklukan dan di Islamkan.Demikian juga Bone,berhasil di taklukan tahun 1611 M.
Gowa menjadi pelabuhan dagang yang luar biasa ramai,disinggahi pedagang dari
berbagai daerah dan mancanegara.Kerajaan Gowa pun menjadi kerajaan kaya raya dan
disegani pada masanya.

[Type text]

Page 9

F.Kedatangan Orang Melayu di Tanah Bugis Makassar


Bardasarkan sumber-sumber yang telah ditemukan, dapat dikatakan bahwa gelombang
emigran

orang-orang Bugis Makassar

ke Semenanjung Melayu melalui tiga priode. ,

Pertama berlangsung pada masa sebelum kawasan Sulawesi Selatan memasuki proses
Islamisasi. Mereka itu sudah tersebar di berbagai tempat semenanjung Sumatra, Malaka dan
Kalimantan yang menghubungkan kawasan-kawasan itu dengan rute perdagangan dengan
Pusat Malaka, kelompok Bugis pada masa itu belum membentuk dirinya dalam suatu
kekuatan militer, mereka umumnya masih hidup dalam kelompok-kelompok kecil sebagai
pedagang antar pulau dan sebagai nelayan. Itulah sebabnya mereka pada umumnya tinggal di
kawasan pantai mereka dapat dikatakan kelompok the sea man atau orang laut.
Gelombang kedua terjadi pada masa proses Islamisasi sedang berlangsung di Sulawesi
Selatan. Masa berlangsung Islamisasi itu berkaitan erat dengan gerakan politik yang si
lancarkan Kerajaan Gowa dan sekutu-sekutunya untuk menundukkan kwasan-kawasan yang
belum masuk Islam dan sampai Islam diterima masyarakat setempat konflik politik juga
masih berlangsung.
Gelombang ketiga berlangsung setelah kerajaan Gowa dan Wajo jatuh di tangan VOC .
Masa inilah merupakan periode yang paling banyak terjadi perpindahan orang-orang Bugis
Makassar kesemenanjung Melayu. Perpindahan yang terjadi dalam gelombang ini berbentuk
kelompok yang besar . Mereka tidak saja terdiri dari masyarakat lapisan bawah tatapi apat
dikatakan terdiri dari smua lapisan sosial
Dari ketiga gelombang yang disebutkan di atas, gelombang terakhir paling menarik,
faktor pemindahan berkaitan erat dengan akibat langsung peperangan yang terjadi di
kawasan Sulawesi Selatan. Orang-orang Bugis Makassar

yang termasuk ke dalam

gelombang yang terakhir ini dipimpin langsung oleh kelompok bangsawan.


Dengan sisa-sisa kekuatan militer

dan kekayaan yang mereka miliki

kelompok

bangsawan ini mengikuti pengikut pengikutnya atau rakyat yang meninggalkan kampung
halamannya untuk merantau dengan tujuan utamanya untuk melanjutkan

perjuangan

melawan kekuasaan Belanda.Perjuangan dalam melawan kekuasaan Belanda itu dilakukan


dengan berbagai cara, antara lain dengan melakukan gangguan pada rute perdagangan atau
pelayaran Belanda di Selat Makassar, pantai Ambon dan di Selat Malaka, pantai Kalimantan
yang starategis dan Kepulauan Riau. Tindakan mereka dikaitkan dengan bajak laut
Sejak kedatangan orang-orang Melayu di kerajaan Makassar (Kerajaan Gowa)
peranannya tidak hanya dalam perdagangan dan penyebaran agama, tetapi juga dalam
[Type text]

Page 10

kegiatan sosial budaya. Peranan orang-orang Melayu di Kerajaan

Gowa misalnya,

menyebabkan Raja Gowa ke XII, Mangarai Daeng Pamatte Karaeng Tunijallo membangun
sebuah Mesjid di Kampung Mangallekana untuk kepentingan para saudagar Melayu agar
mereka betah tinggal di Makassar, sekalipun ia sendiri belum beragama Islam. Adanya
perkampungan para saudagara Melayu itu membuat struktur kekuasaan Kerajaan Gowa
dibantu juga oleh orang-orang Melayu dan memegang peranan penting di Istana Kerajaan
Gowa. Hal itu dapat ditemukan dalam untaian kalimat sebagai berikut:
Kamilah orang-orang Melayu yang mengajar anak negeri duduk berhadap-hadapan
dalam pertemuan adat, mengajar menggunakan keris panjang yang disebut tatarapang, tata
cara berpakaian dan berbagai hiasan untuk para anak bangsawan.
Dalam periode tahun .1546-1565 pada masa raja Gowa ke 10, seorang keturunan Melayu
berdarah campuran Bajo yang amat terkemuka bernama I Mangambari Kare Mangaweang,
yang juga dikenal dengan nama I Daeng Ri Mangallekana diangkat sebagai sahbandar ke II
Kerajaan Gowa, sejak saat itu secara turun temurun jabatan Sahbandar berturut-turut
dipegang oleh orang Melayu sampai dengan Sahbandar Ince Husein, Sahbandar terakhir
tahun 1669 ketika kerajaan Gowa mengalami kekalahan perang melawan VOC.
Jabatan penting lainnya ialah juru tulis istana dijabat pula oleh orang-orang Melayu
Incik Amin, juru tulis istana di zaman Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke XVI (1653-1669)
adalah juru tulis istana yang terakhir dan amat terkenal di zaman kebesaran Kerajaan Gowa.
Sebuah karya tulisnya yang amat indah berjudul : Syair Perang Makassar mengisahkan saatsaat terakhir kerajaan Gowa tahun 1669.

Salah satu sumbangan utama orang-orang Melayu di Indonesia Timur, khususnya di


Sulawesi ialah upayanya dalam menyebarkan Agama Islam dan penyebaran dan penyebaran
Kebudayaan Melayu di Sulawesi. Pada tahun 1632 Rombongan Migran Melayu dari Patani
tiba di Makassar. Rombongan besar ini dipimpin oleh seorang bangsawan Melayu dari Patani
bernama Datuk Maharajalela Turut serta dengannya kemanakannya suami istri yang bergelar
Datuk Paduka Raja bersama istrinya yang bergelar Putri Senapati, Raja Gowa
memberinya tempat di sebelah selatan Somba Opu, Ibu Kota Kerajaan Gowa, karena disana
telah berdiri Perkampungan Melayu asal Patani. Sejak saat itu Salajo diganti menjadi
kampung Patani, hingga sekarang.
[Type text]

Page 11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum hadirnya Islam, masyarakat di Sulawesi telah menganut agama Katholik,
Kristen, Hindu, dan Budha, serta animism. Kaya tradisi dan kebudayaan kuno. Kemudian
setelah hadirnya Islam di Sulawesi terjadilah perubahan yang cukup signifikan dalam segi
hubungan sosial antar penduduk serta perdagangan, tetapi tidak menghapus tradisi yang ada.
[Type text]

Page 12

Islam datang di Sulawesi dan menyebar secara damai dan santun. Pertama hadir pada
abad ke-15 Masehi di Kerajaan Gowa di Daerah Mangalekana, yang dibawa oleh para
pedagang muslim dari Arab, Persia, India, Cina, dan Melayu ke Ibukota Kerajaan Gowa,
Somba Opu.Di tandai dengan pulau Sulawesi didatangi oleh para pedagang muslim dari
Sumatra,Malaka dan Jawa,di Sulawesi terdapat kerajaan-kerajaan besar dan terkenal seperti
kerajaan Gowa-Tallo,Bone,Wajo,dan Sopang.Letak Gowa-Tallo berada dikota
Makassar,maka Gowa-Tallo disebut Kerajaan Makassar,yang Istananya terletak di Sumba
Opu.
Islam disebarkan oleh tiga Datuk dari Sumatera yaitu: Datuk Ri Tiro, Datuk Patimang,
dan Datuk Ri Bandang. Aliran atau corak yang dibawa adalah sufistik dan tasauf. Karena
selain selain mereka ahli dalam bidang sufistik dan tasauf, hal ini pun sesuai dengan
masyarakat yang lebih mmenyukai hal-hal yang bersifat kebatinan. Setelah Islam
berkembang di Sulawesi Selatan lambat laun terus menyebar ke seluruh daerah di pulau
Sulawesi.

B. Saran
Untuk lebih menambah wawasan dan memperbaiki makalah ini perlulah kiranya saran
yang membangun dari para teman-teman maupun dari kalangan yang berkomitmen terhadap
Sejarah Islam Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri .1993.Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II.Jakarta:Raja Grafindo
Persada
Abdullah, Taufik. 1990. Sejarah Lokal di Indonesia.Yogyakarta:Gama University Press
Harun, Yahya. 1995. Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI dan XVII / M.Yogyakarta: Kurnia
Kalam Sejahtera
http://cheng88community.blogspot.co.id/2013/11/makalah-sejarah-masuknya-agama-islamdi.html
http://faktaandalusia.wordpress.com/2007/08/09/sejarah-awal-islam-sulawesi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Buton
http://dadank22.blogspot.com/2008/11/menelusuri-awal-masuknya-islam-di.html
[Type text]

Page 13

[Type text]

Page 14

Anda mungkin juga menyukai