PENDAHULUAN
Ular merupakan salah satu jenis hewan melata (reptilia) yang sangat
umum berada di sekitar kita. Mereka menghuni hampir sebagian besar wilayah
mulai kawasan pegunungan, pemukiman penduduk, persawahan, kawasan
karst hingga di sekitar kawasan pesisir. Peran mereka yang penting dalam
menjaga keseimbangan di alam (ekosistem) menjadikan penting bagi kita
untuk mengetahui lebih jauh mengenai jenis hewan ini.
1
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Bisa ular dapat mengakibatkan orang meninggal oleh karena bisa ular
yang bersifat hematotoksik, neurotoksik atau histaminik. (Agus, dkk. 2000)
Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit
ular. Ciri-ciri ular berbisa:
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya
toksin bias ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun binatang
adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang
dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia.
Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ dan beberapa
mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat
membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan
racun yang bersangkutan.
2.2 Etiologi
2
cabai), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan Viperidae (ular tanah, ular
bangkai laut, ular bandotan).
Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi, dari luka
gigitan yang sederhana sampai sakit yang mengancam nyawa dan kematian.
Hasil temuan pada korban gigitan ular dapat menyesatkan. Seorang korban
dapat tidak menunjukkan gejala inisial, dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak
nafas dan menjadi syok.
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori mayor yaitu :
1. Efek lokal ( cytolitik ) : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa
kobra menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka
dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa
bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
2. General Efek : Gigitan ular ini akan menghasilkan efek sistemik yang
non-spesifik seperti : nyeri kepala, mual dan muntah, nyeri perut, diare
sampai pasien menjadi kolaps. Gejala yang ditemui seperti ini sebagai
tanda bahaya bagi tenaga kesehatan unuk memberi petolongan segera.
4. Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung
pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama
secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian
3
sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita
masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
5. Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan
beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan
kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati
dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini
dapat menyebabkan gagal ginjal.
1. Studi Laboratorium :
2. Studi Imaging :
4
yang signifikan, nyeri yang sangat hebat yang menghalangi
pemeriksaan, dan jika parestesi muncul pada ekstremitas yang
tergigit.
2.5 Penatalaksanaan
b. Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat
ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat.
f. Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat
efek mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik
imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk
gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka
gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan
seperti akan membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian
imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap memperhatikan
mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah
efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa
memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang
signifikan terdapat di sana.
5
h. Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika
tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau
jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-
hati pada kepalanya saat membawa ular-ular masih dapat mengigit
hingga satu jam setelah mati (dari reflek).
i. Medikasi
6
sistemik. CroFab telah digunakan pada gigitan ular copperhead
dan ular Crotalid lain dengan efek yang baik dan dipercaya
atas kurangnya toksisitas antivenin.
Dosis Anak :
7
dapat diberikan pada m. deltoid atau paha midlateral. Pada bayi,
pemberian sebaiknya pada paha midlateral. Dosis pemberian
untuk anak 6 mgg – 6 thn : tiga kali 0.5-mL IM dosis DT
setidaknya dengan jarak pemberian 4 minggu dan booster 6 – 12
bulan setelah injeksi ketiga.
2.6 Komplikasi
8
E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang dapat berakibat
laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler.
• Toddler : 1 – 3 tahun.
Umur 1 tahun : 75 cm
9
Umur 2 – 12 tahun = Umur (tahun) X 6 - 77
b. Tahap perkembangan
10
Tahap ke 4 : Industry VS Interiority,school age/usia sekolah 6 – 12
tahun Pada tahap ke-4 ini berfokus pada hasil akhir suatu pencapaian
(prestasi=Achievemont), memperoleh kesenangan dari penyelesaian
tugasnya /pekerjaannya dan menerima penghargaan untuk usaha atau
kepandaiannya,hasil ini adalah pengertian dari persaingan/kompetisi
dan kerajinannya
Stimulasi dini : Melatih anak naik turun tangga (GK), bermain dng
anak melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil(GH),
melatih anak menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh
(BBK), memberi kesempatan anak melepas pakaian sendiri.
11
Stimulasi dini : Melatih anak melompat dengan satu kaki (GK),
mengajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok(GH),melatih
anak mengenal bentuk dan warna (BBK), melatih anak mencuci tangan
dan kaki serta mengeringkan sendiri(BM).
12
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Identitas Pasien
• Identitas anak meliputi nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir ,
umur, alamat, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, sumber
informasi.
Keluhan Utama
Klien mengeluh rasa nyeri yang hebat disekitar luka gigitan ular.
Pemeriksaan fisik
1. Pernafasan
Inspeksi : pergerakan dada simetris , anak susah bernafas, nafas
pendek, berkeringat banyak.
Auskultasi : whezing
Perkusi : pekak.
2. Kardiovaskuler
13
Inspeksi : tak ada kelainan
Perkusi : pekak.
3. Persyarafan
Inspeksi : Kesadaran menurun, pingsan.
4. Genitourinaria
Inspeksi : hematuria, myoglobinuria, oliguria / anuria
Perkusi : pekak.
5. Pencernaan
Inspeksi : salivasi
Palpasi : distensi
Perkusi : pekak.
7. Penginderaan
Tidak ada kelainan.
8. Endokrin
14
Tidak ada kelainan
9. Aspek sosial
Ekspresi afek dan emosi anak : menangis, cemas , takut.
Dampak hospitalisasi : anak takut dengan prosedur dan tindakan
medis.
Dampak hospitalisasi bagi orang tua : orang tua cemas karena kondisi
anak.
9. Ansietas pada orang tua berhubungan dengan kondisis anak yang sakit.
15
3.3 Intervensi
Kriteria Hasil :
• Pola nafas
- RR : 15-30 x/menit.
Intervensi :
16
d. Kolaborasi observasi persentasi konsentrasi oksigen , yakinkan
bahwa aliran olsigen tepat , awasi analisa oksigen atau lakukan analisa
oksigen periodik.
R/ Nilai untuk mempertahankan persentase oksigen yang dapat
diterima dan saturasi untuk kondisi pasien ( 21% sampai 100% ) .
Karena mesin tidak selalu akurat, analiser oksigen dapat digunakan
untuk memastikan apakah pasien menerima konsentrasi oksigen yang
diinginkan .
Tujuan: Tidak terjadi shock (tidak terjadi penurunan kesadaran dan tanda-
tanda vital dalam batas normal)
Kriteria Hasil :
- Akral hangat.
- GCS : 456.
Intervensi :
17
c. Kolaborasi dalam :
- Pemberian fibrinogen
Kriteria Hasil
Klien akan :
5. Skala nyeri 4.
Intervensi :
18
c. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berirama dan
lambat
3.4 Evaluasi
19
BAB 4
4.1 Simpulan
4.2 Saran
• Jika dalam keadaan gawat darurat dan jauh dari rumah sakit
kita bisa menghisap bisa dengan mulut tetapi jangan sampai memotong
sisi gigitan. Memotong sisi yang tergigit dapat merusak organ yang
mendasarinya, meningkatkan resiko infeksi, dan tidak membuang racun.
20
• Jangan menggunakan turniket atau verband yang ketat. Hal
ini tidak terbukti efektif, dapat meningkatkan kerusakan jaringan, dan
dapat menyebabkan keharusan amputasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andimarlinasyam.2009.Gigitanular.http://andimarlinasyam.wordpress.com/2009/
08/27/gigitan-ular/ diakses pada tanggal 27 Maret 2010.
21
Rama Hadi Putra.2020. Pertolongan Pertama Pada Gigitan Ular.
http://nursingforuniverse.blogspot.com/2010/01/pertolongan-pertama-
pada-gigitan-ular_18.html . diakses pada tanggal 27 Maret 2010.
22