JURNAL
KONSTRUKSIA
VOLUME 6 NOMOR 2
APRIL 2015
M. Aswanto
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Volume 6 Nomor 2| Halaman 1 106 April 2015
ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
REDAKSI
Penanggung Jawab
Pemimpin Redaksi
Mitra Bestari
Staf Redaksi
Seksi Umum
: Ir. Saifullah
Imam Susandi
Disain Kreatif
Administrator Web
: Riyadi, ST
Terbit
Alamat Redaksi
Website
: redaksi@konstruksia.org
JURNAL
KONSTRUKSIA
Volume 6 Nomor 2 April 2015
ISSN 2086-7352
ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
Volume 6 Nomor 2 April 2015
PENGANTAR REDAKSI
Dengan mengucap syukur yang mendalam seiring terbitnya JURNAL KONSTRUKSIA volume 6
Nomer 2 di bulan April 2015 ini.
Pada edisi ini mendapatkan beberapa penulis dari kalangan profesional, praktisi dan mahasiswa.
Adapun materi yang disampaikanpun sangat beragam, mulai dari manajemen konstruksi, kontrak,
hingga aplikasi beton dengan penggunaan ban kendaraan bermotor. Dengan semakin beragamnya
materi mautun penulis yang mengisi dalam jurnal ini diharapkan dapat menaikkan khasanah
penelitian dikalangan pendidik maupun praktisi.
Penerbitan ini tentunya tidak lepas dari peran serta banyak pihak. Semoga Jurnal ini salah satu
tonggak untuk dapat segera terakreditasi. Aamiin.
Pemimpin Redaksi
ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
Volume 6 Nomor 2 April 2015
DAFTAR ISI
Redaksi
Pengantar Redaksi
Daftar Isi
19
11 23
25 39
41 47
49 62
63 77
79 89
91 97
99 - 106
STUDI ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET (Restu Andi - Irvan)
Abstrak : Saat ini sebagian wilayah di desa Taman Sari belum mendapatkan air bersih walaupun
terdapat sumber mata air yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan seharihari. Masalah yang ada yaitu sistem distribusi untuk menyalurkan air dari sumber mata air
sampai ke tempat yang mudah di jangkau oleh masyarakat. Sistem jaringan air bersih
direncanakan dapat memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah studi sampai tahun 2033.
Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk yang pertumbuhannya
dianalisis dengan menggunakan analisa regresi. Dari hasil perhitungan analisis kebutuhan air
bersih di desa Taman Sari pada tahun 2033 dengan jumlah penduduk 3875 jiwa mencapai 3,245
liter/detik. Sistem distribusi menggunakan sistem gravitasi, dengan hasil perhitungan manual
didapat diameter pipa distribusi bervariasi dari 2 inch sampai 4 inch, sedangkan perhitungan
Epanet 2.0 didapat 25 mm, 50 mm, 75 mm dan 100 mm. Untuk mendesain sistem penyediaan air
bersih digunakan software EPANET 2.0.
Kata Kunci : air bersih, gravitasi, Epanet 2.0
Abstract : Currently some areas in the taman sari village not get clean water although there are a
source of the springs can be used by the community for their daily needs. A problem is distribution
system to channel water from springs up to place in reach by the community. A system of clean water
network planned able to meet the need of clean water in the study areas until the year 2033. Clean
water needs projections calculated based on population growth analyzed using regression analysis.
From the calculation of the analysis clean water needs in Taman Sari village in the year 2033 with a
population of people 3875 reached 3,245 liters/second. Distribution system uses a gravitational
system, by the calculation of manual acquired diameter pipe of varying from 2 inch to 4 inch, while
calculation Epanet 2.0 they reached 25 mm, 50 mm, 75 mm, and 100 mm. To design a system of clean
water supply used software Epanet 2.0.
Keywords : clean water, gravitational, Epanet 2.0
1. Pendahuluan
Air merupakan sumberdaya yang sangat
diperlukan oleh makhluk hidup baik
untuk memenuhi kebutuhannya maupun
menopang hidupnya secara alami.
Kegunaan air yang sangat bersifat
universal atau menyeluruh dari setiapa
aspek kehidupan menjadi semakin
berharganya air baik jika dilihat dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Semakin
tinggi taraf kehidupan seseorang, maka
kebutuhannya akan air pun akan
meningkat (Unus S,1996).
A.
y
= jumlah penduduk yang
diproyeksikan
a,b
= konstanta
x
= pertambahan tahun
yang di proyeksikan
a=
(4)
b=
(5)
dengan
korelasi
persamaan berikut:
r=
menggunakan
dengan :
n
= jumlah data
r
= koefisien korelasi
X
= selisih jumlah penduduk
pengambilan data dengan hasil
perhitungan
metode
Y
=
Proyeksi
jumlah
penduduk
B. Analisis Hidrolika
Dalam perencanaan sistem penyediaan
air baku dengan perpipaan, analisis
hidraulika terutama dimaksudkan untuk
menentukan dimensi bangunan dan
fasilitas yang direncanakan.
a. Prinsip Dasar Aliran Dalam pipa
Menurut Triatmojo (2008) aliran dalam
pipa merupakan aliran tertutup di mana
air kontak dengan seluruh penampang
saluran. Jumlah aliran yang mengalir
melalui lintang aliran tiap satuan waktu
disebut debit aliran, yang secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Q = A x V ( m2 x m/det = m3/ det)
(6)
1) Persamaan kontinuitas
Pada setiap aliran di mana tidak
ada kebocoran maka untuk setiap
penampang berlaku bahwa debit
setiap potongan selalu sama.
V1 x A1 = V2 x A2 atau,
(7)
Q= A x V = Konstan
(8)
STUDI ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET (Restu Andi - Irvan)
H=z+ +
Z1 +
Gambar 1. Saluran Pipa Dengan Diameter
Berbeda
Sumber : Triatmodjo, 1995
3)
(14)
+ hf = z1 +
+ hf
(15)
Persamaan Hazen-Williams
V= 0,3545 x C x D0,63 x S0,
(16)
dengan :
V = Kecepatan aliran (m/det)
C = Koefisien kekasaran
D = Diameter pipa (m)
S = Slope pipa = beda
tinggi/panjang pipa (m/m)
Tabel 1. Nilai Koefisien C Hazen Williams
No Jenis Pipa
1. New Cast Iron
Concrrete or Concrete
2.
lined
3. Galvanized Iron
4. Plastic
5. Stell
6. Vetrivield Clay
Nilai C
130 140
120 140
120
140 150
140 150
110
C.
Gambar 2. Persamaan Kontinuitas Pada
Pipa Bercabang
(Sumber : Triatmodjo, 1995)
2) Persamaan Bernoulli
Menurut Bernoulli Jumlah tinggi tempat,
tinggi tekan dan tinggi kecepatan pada
setiap titik dari aliran air selalu konstan.
Persaman Bernoulli dapat dipandang
sebagai persamaan kekekalan energi
mengingat, z = energi potensial cair tiap
satuan berat.
(11)
Tenaga potensial tekanan zat cair
p
(12)
= Tenaga kinetik
(13)
g) Tesedia
tangki
penyimpan
dengan berbagai bentuk (seperti
diameter
yang
bervariasi
terhadap tingginya).
h) Memungkinkan dimasukkannya
kategori kebutuhan (demand)
ganda pada node, masing-masing
dengan pola tersendiri yang
bergantung pada variasi waktu.
i) Model pressure yang bergantung
pada pengeluaran aliran dari
emitter (Sprinkler head).
j) Dapat
dioperasikan
dengan
system dasar pada tangki
sederhana atau kontrol waktu,
dan pada kontrol waktu yang
lebih kompleks.
2) Kegunaan Epanet 2.0
Kegunaan program Epanet 2.0
dalam simulasi sistem penyediaan air
bersih antara lain :
a) Didesain sebagai alat untuk
mengetahui perkembangan dan
pergerakan air serta degradasi
unsur kimia yang ada dalam air
pipa distribusi.
b) Dapat digunakan sebagai dasar
analisa dan berbagai macam
sistem distribusi, detail desain,
model kalibrasi hidrolik, analisa
sisa khlor dan berbagai unsur
lainnya.
c) Dapat membantu menentukan
alternatif strategis manajemen dan
sistem jaringan pipa distribusi air
bersih seperti :
1) Sebagai penentuan alternatif
sumber / instalasi, apabila
terdapat banyak sumber /
instalasi.
2) Sebagai
simulasi
dalam
menentukan
alternatif
pengoperasian pompa dalam
melakukan pengisian reservoir
maupun injeksi ke sistem
distribusi.
3) Digunakan
sebagai
pusat
treatment seperti dalam hal
melakukan proses khlorinasi,
STUDI ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET (Restu Andi - Irvan)
penelitian. Gambar
berikut
merupakan bagan alir penelitian :
ini
3.
A.
5|K o n s t r u k s i a
x 600
= 1,689 m
Kontrol, Hf < H
H = 6 m (beda tinggi elevasi hulu dan hilir)
1,689 m < 6 m ... ok!
V= 0,3545 x
x
x
=
= 0,00282
V = 0,3545
140
= 0,492 m/det
Q = V x A = 0,492 x (3,14 x 0,05082) =
3,987 x 10-3 m3/det
Qtotal = 3,987 x 10-3 x (60x60x24) =
344,4678 m3/hari
=
344467,8 l/hari
Untuk 3875 orang, didapat = 344467,8 :
3875 = 88,897 l/o/h (ok)
Dari hasil analisis, pipa yang direncanakan
dengan diameter 4 inch dari sumber air ke
sambungan (C) mampu untuk mengalirkan
air sebesar 4 liter/det dan mampu
memenuhi kebutuhan yang di perlukan 60
l/o/h.
STUDI ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET (Restu Andi - Irvan)
D. Simulasi Distribusi
EPANET 2.0
Air
dengan
Hasil
Manual
Node Kecepatan
Air (V)
l/det
A
10,000
B
0,492
C
0,250
D
0,313
E
0,307
F
0,175
Hasil
Epanet 2.0
Kecepatan
Air (V)
l/det
14,020
4,000
1,130
1,470
1,400
0,800
7|K o n s t r u k s i a
C1
C2
C3
C4
D1
D2
D3
D4
D5
E1
E2
F1
F2
F3
0,153
0,153
0,153
0,153
0,153
0,153
0,153
0,153
0,153
0,153
0,153
0,140
0,140
0,140
0,470
0,470
0,470
0,570
0,750
0,750
0,750
0,750
0,750
0,800
0,800
0,370
0,370
0,370
Parameter
Bau
TDS
pH
Kesadahan
(Ca2+)
Besi (Fe2+)
Nitrat
(NO3)
Standar
Peraturan
Unit
Result Menteri
Kesehatan
Tahun 2010
Tidak
Tidak
berbau berbau
mg/L 95
500
7,5
5,5 - 8,5
mg/L 77
mg/L 0,18
300
0,3
mg/L 11,2
50
4.
A.
1.
8|K o n s t r u k s i a
2.
STUDI ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET (Restu Andi - Irvan)
3.
B.
Saran
Sistem penyediaan air bersih yang
direncanakan akan dapat berfungsi
dengan baik apabila operasi dan
pemeliharaan instalasi dilakukan dengan
baik. Untuk itu perlu dilakukan langkahlangkah sebagai berikut :
1. Harus
dilakukan
usaha
perlindungan terhadap sumber air
melalui upaya konservasi di
kawasan sumber air tersebut.
2. Harus diadakan lembaga pengelola
sistem penyediaan air baku untuk
air bersih dan kepada pengurusnya
diberi pelatihan manajemen dan
teknik operasi dan pemeliharaan
instalasi.
3. Serta dapat dijadikan sebagai
penghasil air minum kemasan
kedepannya jika point 1 dan 2 dapat
terlaksana dengan baik.
4. Sebaiknya dapat diberikan tindakan
alternatif untuk air yg terus
mengalir
saat hidran
umum
penuh,seperti menambah hidran
umum baru, penampungan air
(bak), atau bisa juga di alirkan ke
sistem irigasi.
5.
Daftar Pustaka
Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI
196728.1-2002 (Penyusunan neraca
sumber daya Bagian 1: Sumber
daya air spasial). Hal 10-14
9|K o n s t r u k s i a
EPC/TURNKEY CONTRACT,
LUMPSUM FIXED PRICE SUBJECT TO ADJUSTMENTS
Oleh :
Sarwono Hardjomuljadi
sarwonohm2@yahoo.co.id
Civil Engineering Department,Faculty of Engineering, University of Mercu Buana
Jakarta, Indonesia
Abstract : The most important thing before starting the construction project is deciding the
type of contract will be used for the projects implementation. In order to get the proper
decision, the understanding on various conditions of contracts are required. In Indonesia
there are many project using the so called modified FIDIC Conditions of Contract for
EPC/Turnkey Project, but with the incorrect understanding on the reasons of using
EPC/Turnkey Contract, so instead of solving the problem it may caused bigger problems in
practice, many problems raised during the execution due to such incorrect understanding of
the spirit of EPC/Turnkey Contract. Most of Employers, in this case the government
institution or state owned enterprises in Indonesia, choose the EPC/Turnkey Contract with
minimum understanding of the essence of the EPC/Turnkey Contract. Their reasons of
choosing the EPC/Turnkey Contract was the tied schedule and the higher certainty of
cost. FIDIC EPC/Turnkey Contract based on the discussion in this paper, instead of fit the
Employers need only, the EPC/Turnkey Contract still give chance to the contractor to
submit their claim (Clause 20) and even the price is fixed, payment could be made once the
claim is accepted (Sub-Clause 17.4) means that additional to the contract price can be done.
One of the important noteworthy thing is that if there is additional cost it should be added
to the contract price, while in the conventional contract it should be included in the
contract price, so the final price will be the same (Sub-Clause 14.1).
Keyword: EPC/Turnkey Contract, tied schedule, higher certainty of cost, added, included.
contractors
advantages.
This
misperception makes them hesitate to
use the FIDIC Conditions of Contract
for Construction and move to FIDIC
Conditions of Contract EPC/Turnkey
Project which is in their opinion will
be more fix in term of contract price.
Most of decision makers in Indonesia
State Electricity Corporation (PLN)
have only a little or even no
knowledge on the spirit of FIDIC
EPC/Turnkey Contract. That is why
they choose to develop coal power
plant in Indonesia by using their own
standard conditions of contract which
is actually the modified FIDIC
Conditions
of
Contract
for
EPC/Turnkey Project.
11 | K o n s t r u k s i a
12 | K o n s t r u k s i a
(i)
of the Works which the
Contractor is required to execute,
or
(ii) for the purposes of Clause 12
[Measurement and Evaluation];
and
(Conditions
of
Contract
for
Construction-1999
and
MDB
Harmonised Edition-2006)
The above clauses show that the
spirit of EPC Contract (Silver Book)
is a fixed lump sum contract price,
while the Construction Contract (Red
Book) is a dynamic contract price.
2.2. Consequences of Employer
Risks (Silver Book)
Sub-Clause 17.4 Consequences of
Employer Risks
If the Contractor suffers delay and/or
incurs Cost from rectifying this lost or
damage, the Contractor shall give a
further notice to the Employer and
shall be entitled subject to Sub Clause
20.1 [Contractors Claim]
(a) an extension of time for any such
delay, if completion is or will be
delayed, under Sub clause 8.4
[Extension
of
Time
for
Completion]; and
(b) payment of any such Cost, which
shall be added to the Contract
Price.
(Conditions
of
Contract
for
EPC/Turnkey Project-1999)
[Extension
of
Time
for
Completion]; and
(b) payment of any such Cost, which
shall be included in the Contract
Price, in the case of sub-paragraph
(f) and (g) of Sub-Clause 17.3
[Employers Risk], reasonable
profit on the Cost shall also be
included.
(Conditions
of
Contract
for
Construction-1999
and
MDB
Harmonised Edition-2006)
The above sub-clause shows that the
Contract Price in FIDIC CC for
EPC/Turnkey
Contract is fixed
contract price, means that in case
there are some works necessary to be
done on completing the Work, such
cost shall be added to the contract
price and not shall be included in the
Contract Price as for the cost of
additional work in the FIDIC CC for
Construction. It means that both
Conditions of Contract allow the
additional contract price, only the way
to include that additional in the
contract price is treated in different
way.
2.3. Right to Vary 9 (Silver Book)
Sub-Clause 13.1 Right to Vary
Variations may be initiated by the
Employer at any time prior to issuing
the taking Over Certificate for the
Works, either by an instruction or by
request for the contractor to submit a
proposal. A Variation shall not
comprise the omission of any work
which is to be carried out by others.
The Contractor shall execute and be
bound by each Variation, unless the
Contractor promptly gives notice to
the Employer stating (with supporting
particulars) that (i) the Contractor
cannot readily obtain the Goods
required for the Variation, (ii) it will
reduce the safety or suitability of the
(Conditions
of
Contract
Construction-1999
and
Harmonised Edition-2006)
for
MDB
the
PROJECT NAME
REMBANG CPP,
CENTRAL JAVA
LABUAN CPP,
BANTEN
2 X 300
INDRAMAYU
CPP, WEST JAVA
3 X 330
PAITON CPP,
EAST JAVA
SURALAYA CPP,
BANTEN
1 X 660
ORIGINAL CONTRACT
REMARK
USD
IDR
353,793,444 2,565,638,698,812 Claim for
additional
pile
foundation
for
construction
jetty.
373,427,613 1,538,121,618,046 Claim/ for
additional
length of
break water
and jetty.
766,407,863 1,647,300,023,978 Potential
claim for
delay of L/C
opening
(EOT).
428,127,137 777,293,309,275
1 X 625
367,903,081
PACITAN CPP,
EAST JAVA
PELABUHAN
RATU CPP,
WEST JAVA
2 X 315
379,469,024 1,353,549,015,500
3 X 350
TELUK NAGA
(LONTAR) CPP,
BANTEN
3 X 315
TANJUNG
AWAR-AWAR
CPP, EAST JAVA
2 X 350
6
7
CAPACITY
(MW)
2 X 315
951,677,973,128
Claim for
additional
work for
coal yard
and coal
handling.
15 | K o n s t r u k s i a
10
ADIPALA
CILACAP CPP,
CENTRAL JAVA
1 X 660
pile
foundation
for
jetty
construction
605,296,555 2,446,311,697,151 Potential
Claim
for
additional
length
of
pile
foundation
for
jetty
construction
N
O
1
PROJECT
NAME
NAGAN
RAYA CPP,
NANGROE
ACEH
DARUSSALA
M
CAPACIT
Y (MW)
2 X 110
PANGKALAN
SUSU CPP,
NORTH
SUMATERA
2 X 220
270,819,993,7
3
BENGKALIS
CPP, RIAU
SELAT
PANJANG
CPP, RIAU
TANJUNG
BALAI
KARIMUN
CPP
KEPULAUAN
RIAU
LAMPUNG
CPP,
LAMPUNG
2 X 10
10,911,169,50
2X7
12,001,083
144,098,063,800
2X7
8,251,281,50
92,170,796,317,50
2 X 100
154,273,163
595,100,000,000
16 | K o n s t r u k s i a
REMARK
Potential
Claim for
additional
length of
pile
foundatio
n.
1,010,461,264,161,2 Potential
5
Claim for
additional
length of
pile
foundatio
n.
171,444,999,913
Potential
claim
(change
jetty
design).
Potential
Claim for
additional
length of
pile
foundatio
n.
SUMATERA
BARAT CPP,
WEST
SUMATERA
2 X 112
179,024,152
673,609,315,309
No.3
BANGKA
BELITUNG
CPP,
PANGKAL
PINANG,
BANGKA
No 4
BANGKA
BELITUNG
CPP,
BELITUNG
LABUHAN
ANGIN CPP,
NORTH
SUMATERA
2 X 30
29,700,000
410,138,467,860
2 X 16,5
30,933,801,8
184,008,788,665,5
10
Potential
Claim for
additional
length of
pile
foundatio
n.
Claim for
additional
length of
pile
foundatio
n.
17 | K o n s t r u k s i a
20 | K o n s t r u k s i a
making
of
reasonable
enquiries; and
c) the site and its near surrounds
(Standards
Australia:
General
Conditions of Contract AS 4000-1997,
amendment 3-2005)
Clause 5.2 Adverse Physical
Condition
If the Contractor shall encounter
adverse physical conditions (other
than weather conditions or effects due
to weather conditions on the Site) in
the course of carrying out sub-surface
works, which adverse physical
conditions could not have been
reasonably
foreseen
by
an
experienced contractor and the
Contractor is of the opinion that
additional
cost
will
be
incurred.
(Building and Construction Authority
of Singapore: Public Sector Standard
Conditions of Contract for Construction
Works 5th Edition, 2006)
Clause 4.3.4 Claims for Concealed
or Unknown Conditions
If conditions are encountered at the
site which are (1) subsurface or
otherwise
concealed
physical
condition which differ materially from
those indicated in the Contract
Document or (2) unknown physical
conditions of an unusual nature,
which differ materially from those
ordinarily found to exist and generally
recognized as inherent in construction
activities of the character provided for
in the Contract Document ..
(American Institute of Architect:
General Conditions of the Contract for
Construction A201-1997)
There are unforeseen conditions in
many contracts with their own
definition respectively, but for the
EPC/Turnkey, Sub-Clause 4.12 is
bound. So no claim on the
unforeseeable physical conditions are
22 | K o n s t r u k s i a
References
1. American Institute of Architect:
General Conditions of the
Contract for Construction A201,
1997
2. Building
and
Construction
Authority of Singapore: Public
Sector Standard Conditions of
Contract for Construction Work
5th Edition, 2006
3. Bunni, Nael G., The FIDIC Forms
of Contract, Blackwell Publishing,
3rd Edition, 2008
4. Chow, Kok Fong, Construction
Contracts Dictionary, Sweet &
Maxwell
Asia,
1st
Edition,
Singapore, 2006
5. FIDIC, General Conditions of
Contract for Civil Engineering
Works, 4th Edition, Geneva, 1987,
amended 1992
6. FIDIC, General Conditions of
Contract for Construction, 1st
Edition, Geneva, 1999
7. FIDIC, General Conditions of
Contract for EPC/Turnkey Project,
1st Edition, Geneva, 1999
8. FIDIC, General Conditions of
Contract for Construction, MDB
Harmonised Edition, 1st Edition,
Geneva, 2006
9. Garner, Bryan A., Blacks Law
Dictionary, Thomson West, St.
Paul , 2004
10. Hardjomuljadi, Sarwono, Pre
Contract Strategy for Minimizing
Construction Claims Impact on
Hydro Electric Power Plant
Projects
in
Indonesia
,
Tarumanagara University, Jakarta,
2009
11. Hardjomuljadi, Sarwono, The
Metamorphosis of FIDIC GCC
Clauses and the Main Causal
Factors of Construction Claims in
Indonesia, Paper Presented at
FIDIC Asia-Pacific Contract Users
Conference, Hong Kong, 29-30
June 2009
12. Hardjomuljadi,
Sarwono;
Abdulkadir, Ariono and Takei,
13.
14.
15.
23 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN MUTU BETON HASIL UPVT TERHADAP MUTU BETON HAMMER & CORE DRILL (Faisal-Heri)
ABSTRACT : Testing of compressive strength concrete quality are needed in the uniformity of quality of
the runway concrete quality before the improvement of slab concrete quality. In generally, the testing of
concrete quality is devided destructive test and non destructive test. In generally the non destructive test
used the hammer test and ultrasonic pulse velocity test. And for destrcutive test is used to core drill test
with crushing strength test in laboratory. In this study is shown the comparison of three methods of testing
the quality of the concrete compressive strength and obtained the factor or multiplier coefficient value for
the quality equation of three result methods test The comparison of quality concrete is taken from the
samples of concrete that have passed the test of the t-curve which have term and conditions. The result of
the testing methods obtained nearly the same quality between the hammer test and ultrasonic pulse
velocity because both of the test is located on the surface of the concrete slab. and look difference to the
quality of the Core Drill test method because it take the core section of the concrete samples where the
condition of the concrete core section is shownby the visual appearance is in good condition(have no micro
cavity). Based on the result of testing quality is obtained the lowest concrete quality is ulrasonic pulse
velocity test method. And for the highest concrete quality is Core Drill test method. There are the
correlation value of the three methods below: UPVT = 0,93 HT; UPVT = 0,6 CD; HT = 0,64 C.
Keywords : concrete, hammer test, ultrasonic pulse velocity, core drill
25 | K o n s t r u k s i a
PENDAHULUAN
Adanya rencana DED(detail engineering
design) overlay landasan bandara udara
Soekarno-Hatta
membutuhkan
penyeragaman mutu beton yang akan di
overlay. Untuk menyeragamkan mutu
beton perlu dikethui terlebih dahulu mutu
ksisting dari slab beton tersebut. Untuk
megetahui mutu beton eksisting dilakukan
pengujian mutu beton. Secara umum
pengujian mutu beton eksisting terbagi 2
yaitu
pengujian
bersifat
merusak
(destructive) dan tidak merusak (non
destructive).
Pengujian
destructive
umumnya digunakan metode core drill
sedangkan untuk pengujian non destructive
mneggunakan metode Hammer test dan
Ultrasonic Pulse Velocity Test (UPVT)
Indirect. Dari ketiga metode ini akan
dihasilkan mutu kuat tekan beton eksisting
dan dilihat perbandingan mutu yang
dihasilkan dari ketiga metode tersebut
terhadap pengujian slab beton landasan
udara.
Identifikasi Masalah dan Perumusan
Masalah
1. Melihat hasil dari mutu beton yang
dihasilkan dari uji UPVT metode
Indirect terhadap mutu uji hasil
Hammer Test, apakah hasilnya memiliki
nilai yang linier?
2. Lalu bagaimana perbandingan mutu
beton hasil UPVT metode Indirect
terhadap mutu beton hasil uji Core
drill di lokasi uji yang sama?
3. Dari hasil perbandingan nilai mutu
beton hasil uji ketiganya bagaimanakah
bentuk hubungan yang memperlihatkan
korelasi dari ketiganya?.
4. Berapakah nilai faktor pengali yang
mengkorelasikan nilai mutu
UPVT
26 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN MUTU BETON HASIL UPVT TERHADAP MUTU BETON HAMMER & CORE DRILL (Faisal-Heri)
Pengambilan
Sampel Hammer
Test
Pengambilan
Sampel Core Drill
Pundit Lab +
(UPVT)
Schimdt Hammer
NJ
Konversi Mutu
Hammer Test
Pengambilan
Sampel UPVT
Core Drill
Machine
Perbandingan
Mutu Beton
Hipotesis
a. Terdapat hubungan linier antara nilai
mutu kuat tekan beton hasil Hammer
test dengan nilai mutu kuat tekan beton
hasil UPVT metode Indirect, dimana
semakin besar nilai mutu kuat tekan
hasil uji Hammer maka nilai kuat tekan
hasil UPVT semakin besar juga, dan
begitupun sebaliknya.
b. Mutu kuat tekan hasil uji Hammer test
memiliki nilai terbesar daripada mutu
kuat tekan hasil uji UPVT dan coredrill
untuk lokasi titik uji yang sama.
c. Mutu kuat tekan hasil coredrill memiliki
nilai terkecil dari ketiga uji (Hammer,
UPVT, coredrill).
d. Adanya indikasi kerusakan (rongga
mikro) pada slab beton yang diuji
dengan UPVT metode Indirect yang
memiliki nilai kecepatan rambat
gelombang ultrasonic yang rendah dari
nilai rata rata cepat rambat gelombang
di titik titik lokasi uji yang lainnya
e. Faktor pengali hammer dengan UPVT ,
dimana mutu UPVT= 0.8 x Mutu
Hammer Test
random
sampling
Metode
distribusi T
f.
LANDASAN TEORI
Beton
Beton adalah suatu campuran yang terdiri
dari pasir, kerikil, batu pecah atau agregat
lain yang di campur menjadi satu dengan
suatu pasta yang terbuat dari semen dan air
membentuk suatu massa mirip batuan.
Kadang satu atau lebih bahan aditif
ditambahkan untuk menghasilkan beton
dengan karakteristik tertentu seperti
kemudahan
pengerjaan
(workability),
durabilitas, dan waktu pengerasan. (Mc
Cormac, 2003). Beton memiliki kekuatan
tekan yang merupakan salah satu kinerja
utama beton. Kekuatan tekan adalah
kemampuan beton untuk menerima gaya
tekan per satuan luas(Teknologi Beton, Ir.
Tri Mulyono, MT, 2004). Menurut Prof.
Lorrain,
(1991),
klasifikasi
beton
berdasarkan kekuatannya, dapat dibagi
dalam tiga kelas yaitu
a. Beton Normal : Kuat tekan
karakteristiknya 200-500 kg/cm2
27 | K o n s t r u k s i a
28 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN MUTU BETON HASIL UPVT TERHADAP MUTU BETON HAMMER & CORE DRILL (Faisal-Heri)
Core Drill
Pengujian Core drill atau pemboran beton
inti merupakan salah satu pengujian beton
yang bersifat merusak (destructive test).
Pengujian
ini
dilakukan
untuk
mendapatkan nilai actual dari beton yang
akan di uji. Pengujian ini menggunakan
suatu alat yang memiliki mata bor yang
biasa disebut Diamond Drill Bit. Alat ini
dapat mengebor dan menembus beton
bertulang dengan diameter 5 15 cm.
Metode ini berdasarkan SNI 03-2492-1991
tentang metode pengambilan Benda Uji
Beton Inti dan juga ASTM C 42.
Hammer Test
Hammer test adalah pengujian mutu
permukaan beton yang bersifat tidak
merusak. Metode penggunaan alat ini yaitu
dengan
memberikan
suatu
impuls
(tumbukan) pada permukaan beton yang
di uji dengan suatu massa yang diaktifkan
dengan memberikan energi tertentu.
Setelah suatu massa tersebut di tumbukkan
akan memberikan pantulan massa energy
yang membuat indikator nilai pukulan. Nilai
indikator pantulan pukulan inilah yang
selanjutkan akan dikonversikan menjadi
nilai kuat tekan. Hammer test yang umunya
digunakan adalah Hammer jenis Schmidt
Rebound Hammer. Hammer test berguna
untuk memperkirakan keseragaman nilai
kuat tekan beton.
Metodologi Penelitian
Secara umum metodologi penelitian ini
terbagi menjadi 3 tahapan utama :
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan studi literatur
b. Persiapan lapangan
2. Tahap Pengujian sampel beton
a. Hammmer Test
b. UPVT Indirect
c. Core Drill
3. Tahap Analisa
Analisis data hasi luji dan
penyaringan data untuk dianalisis
perbandingan mutu kuat tekan.
Identifikasi
masalah
Pengujian sampel
Beton Runway Utara
random sampling
Core Drill
TIDAK
YA
Hammer Test
Pengujian T student data hasil uji
Verifikasi
Data sampel
Selesai
Pembahasan
Analisis Core drill
Pengujian mutu kuat tekan slab beton
dengan menggunakan metode Core drill di
uji pada slab beton runway utara yang
dipilih 15 lokasi titik uji yang dipilih secara
random.
Berikut
adalah
tahapan
pengeboran pada area uji sampel slab beton
Core Drill:
a. Tempatkan mesin bor beton berikut
tempat dudukannya dekat dengan titik
pengambilan benda uji beton inti yang
telah ditentukan.
b. Atur tempat dudukan mesin bor agar
mesin bor beton tidak bergoyang pada
waktu dilakukan pengeboran.
c. Atur mesin bor tersebut agar posisi mata
bor tegak lurus pada bidang yang akan
diambil beton intinya.
d. Sambungkan keran air yang ada pada
mesin bor dengan slang ke sumber air
terdekat.
e. Hidupkan mesin bor beton.
30 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN MUTU BETON HASIL UPVT TERHADAP MUTU BETON HAMMER & CORE DRILL (Faisal-Heri)
Runway 09.03b.188
Runway 09.03a.188
Runway 09.03b.187
Runway 09.03a.184
Runway 09.03c.182
Runway 09.03b.181
Runway 09.03c.131
Runway 09.02.126
Runway 09.03c.115
Runway 09.04.88
Runway 09.03c.88
Runway 09.02.76
Runway 09.03c.76
Runway 09.03c.13
Runway 09.04.13
H/D
(cm)
(cm)
ratio
10
10
10
10
10
10
15
15
15
15
15
15
15
15
15
5
5
5
5
5
5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
Weight
(gram)
Load
(kN)
Compressive
Strength
(Mpa)
631
650
635
630
626
647
647
1524
1590
1660
1580
1626
1608
1620
1638
100
95
100
105
80
100
90
165
155
205
150
195
190
205
200
48,14
45,74
48,14
50,55
38,52
48,14
43,33
35,97
33,79
44,69
32,70
42,51
41,42
44,69
43,60
31 | K o n s t r u k s i a
Lokasi Uji
Runway 09.03b.188
Runway 09.03a.188
Runway 09.03b.187
Runway 09.03a.184
Runway 09.03c.182
Runway 09.03b.181
Runway 09.03c.131
Runway 09.02.126
Runway 09.03c.115
Runway 09.04.88
Runway 09.03c.88
Runway 09.02.76
Runway 09.03c.76
Runway 09.03c.13
Runway 09.04.13
Hammer Rebound
29
31
32
36
32
40
42
31
35
29
35
34
30
29
42
43
37
33,8
31
34
31
36
33
40
40
33
34
32
33
29
32
30
39
38
35
35,2
31
32
33
32
28
39
38,1
35
39
33
33
32
31
29
40
43
32
35,1
32
30
29
31
29
45
40
34
39
35
35
32
30
29
40
39
32
35,9
36
32
32
32
32
39
34
33
31
34,9
32
35,4
30
33
31
39,1
27
32,4
36
36
25
41,1
33
39
30
36,9
31
34,9
27,9
30,1
33
40
25,3
41,4
37
36,7
30
34,9
35
40,5
25,4
34,4
33
32,6
32
26
28
32
32
31
31
25
26
30
Keterangan:
Warna hijau menggunakan Hammer Test
type NJ-80
Warna kuning menggunakan digital
hammer HT 225.
32 | K o n s t r u k s i a
30
30
29
32
30
39
38
33
38,8
PERBANDINGAN MUTU BETON HASIL UPVT TERHADAP MUTU BETON HAMMER & CORE DRILL (Faisal-Heri)
Data Ditolak
T3 (09.03b.187)
T9 (09.03c.115)
T13 (09.03c.76)
T14 (09.03c.13)
T15 (09.04.13)
T12 (09.02.76)
ID
T1
T2
T4
T5
T6
T7
T8
T10
T11
T12
Test Location
Runway 09.03b.188
Runway 09.03a.188j
Runway 09.03a.184
Runway 09.03c.182
Runway 09.03b.181
Runway 09.03c.131
Runway 09.02.126
Runway 09.04.88
Runway 09.03c.88
Runway 09.02.76
Rebound Hammer
31
33
32
30
40
40
33
31
32
32
30
40
40
34
34
33
33
32
40
33
40
Average
31
32,67
32
30
40
40
33,33
33,5
34,73
33
Equivalent
Compressive
Strength, fck
26,5
29,25
28,54
25,48
40,77
48,1
30,21
30,45
36,47
29,56
33 | K o n s t r u k s i a
34 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN MUTU BETON HASIL UPVT TERHADAP MUTU BETON HAMMER & CORE DRILL (Faisal-Heri)
ID
1
35 | K o n s t r u k s i a
ID
8
10
11
12
13
14
15
Measure
ment
Name Type
RUNWAY UTARA
Surface
SLAB
Surface
09.02.126 Surface
Surface
Surface
RUNWAY UTARA
Surface
SLAB
Surface
09.03c.115Surface
Surface
Surface
RUNWAY UTARA
Surface
SLAB
Surface
09.04.88 Surface
Surface
Surface
RUNWAY UTARA
Surface
SLAB
Surface
09.03c.88 Surface
Surface
Surface
RUNWAY UTARA
Surface
SLAB
Surface
09.02.76 Surface
Surface
Surface
RUNWAY UTARA
Surface
SLAB
Surface
09.03c.76 Surface
Surface
Surface
RUNWAY UTARA
Surface
SLAB
Surface
09.03C.13 Surface
Surface
Surface
RUNWAY UTARA
Surface
SLAB
Surface
09.04.013 Surface
Surface
Surface
Data Ditolak
T2 (09.03a.188)
T4 (9.03a.184)
T5 (09.03c.182)
T6 (09.03b.181)
T7 09.03c.131)
T8 (09.02.126)
T9 (09.03c.115)
T11 (09.03c.88)
T14 (09.03c.13)
T15 (09.04.13)
PERBANDINGAN MUTU BETON HASIL UPVT TERHADAP MUTU BETON HAMMER & CORE DRILL (Faisal-Heri)
= 8,31364 0,000369
Keterangan:
Y = mutu kuat tekan(Mpa)
X = kecepatan gelombang(m/s)
Tabel 8 Mutu hasil konversi kecepatan UPVT
ID
T1
T3
T10
T12
T13
Name
RUNWAY UTARA
09.03b.188
RUNWAY UTARA
09.03b.187
RUNWAY UTARA
09.04.88
RUNWAY UTARA
09.02.76
RUNWAY UTARA
09.03c.76
Measuremen Velocity
t Type
[m/s]
Surface
Surface
Surface
Surface
Surface
Surface
Surface
Surface
Surface
Surface
Surface
3.063,00
3.053,00
2.564,00
2.571,00
3.268,00
3.263,00
3.295,00
3.226,00
3.205,00
3.976,00
3.774,00
Time 1
[s]
62,4
62,9
64,4
59,9
64,2
46,6
46,2
55,4
50.7
73,9
47.4
Time 2
[s]
127,7
128,4
142,4
137,7
125,4
107,9
106,9
117,4
113.1
124,2
100.4
Distance
[m]
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
Average
Compressive
Compressive
Strength
Strenght
[MPa]
(Mpa)
25,74
25,65
21,41
21,47
27,77
27,71
28,04
27,34
27,13
36,05
33,47
25,7
21,44
27,84
27,23
34,76
37 | K o n s t r u k s i a
Hammer
Test (Mpa)
UPVT
Indirect
(Mpa)
Core Drill
(Mpa)
26,50
30,45
25,70
27,84
T12 (09.02.76)
29,56
27,23
48,14
44,69
42,51
Rata - rata
28,84
26,92
45,11
26,92
=
28,84
26,92
28,84
= 0,93
26,92
=
45,11
38 | K o n s t r u k s i a
26,92
45,11
= 0,6
T1 (09.03b.188)
T10 (09.04.88)
28,84
45,11
= 0,64
Kesimpulan
1. Melihat mutu hasil irisan metode UPVT
Indirect dengan metode Hammer Test
terdapat hubungan linier antara kedua
mutu hasil uji. Dimana saat mutu UPVT
rendah maka mutu Hammer Test juga
rendah dan saat mutu UPVT mulai naik
nilainya mutu hasil Hammer juga ikut
meningkat
nilainya.
Maka
hasil
penelitian sesuai dengan hipotesis 1.
2. Mutu hasil uji Core Drill memiliki nilai
rata-rata mutu kuat tekan terbesar dari
2 metode lainnya yaitu 45,11 Mpa.
Penyebab mutu beton hasil Core Drill
yang besar disbanding kedua mutu dari
metode UPVT dan Hammer Test adalah
karena pengujian kuat tekan sampel
beton Core Drill yaitu bagian tengah atau
inti (core) beton dimana kondisi bagian
tengah slab beton masih dalam kondisi
bagus dan padat seperti terlihat pada
sampel beton Core Drill yang diambil
sampai bagian tanah dan dipotong untuk
diambil bagian sampel yang terbaik
untuk diuji. Sedang untuk pengujian
pada Hammer Test dan UPVT Indirect
PERBANDINGAN MUTU BETON HASIL UPVT TERHADAP MUTU BETON HAMMER & CORE DRILL (Faisal-Heri)
39 | K o n s t r u k s i a
STUDI KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN ABU GUNUNG KELUD (Faisal - Nadia)
Latar Belakang
Salah satu bahan limbah yang berupa
abu letusan G. Kelud, dapat digunakan
sebagai bahan aditif lokal pengganti
semen. Telah banuak diteliti,bahwa
bahan yang ,mengandung Silika,efektif
untuk menaikkan mutu beton. Letusan
Gunung Kelud dapat berupa abu yang
salah satu senyawanya adalah Silika.
Dengan
demikian,
diharapkan
penelitian ini dapat dimanfaatkan
untuk campuran beton sebagai
pengganti semen produksi lokal untuk
menghemat biaya. Hal ini terutama
dapat
dimanfaatkan
untuk
pembangunan
rumah2
dampak
letusan G. Kelud.
Identifikasi Masalah
1. Apakah abu alami akibat
letusan Gunung Kelud dapat
meningkatkan mutu beton ?
2. Bagaimana
pengaruh
persentase abu G. Kelud
tersebut terhadap kenaikan
mutu Beton?
3. Berapa kenaikan maximum
mutu
beton
terhadap
persentase jumlah abu G.Kelud
(sebagai pengganti Semen)?
Batasan Masalah
1. Agregat kasar (batu pecah)
dari Sukabumi, ukuran 20 mm
40 mm.
2. Agregat halus (Pasir) dari
Bangka ukuran < 5 mm.
3. Semen yang digunakan adalah
semen Gresik tipe I.
4. Air yang digunakan adalah air
PDAM.
5. Bahan aditif yang digunakan
adalah abu vulkanik dari
erupsi Gunung Kelud.
6. Mutu beton rencana adalah fc
= 18 ,7 MPa atau K-225.
42 | K o n s t r u k s i a
7. Mix
Design
menggunakan
ketentuan SK-SNI-T-15-199003
8. Variasi
sebagian
semen
terhadap abu Gunung Kelud
adalah 0%, 10%, 15%, 20%
dari berat semen.
9. Cetakan beton ukuran 15 cm x
30 cm
10. Perawatan
(perendaman
beton) selama 28 hari
PERUMUSAN MASALAH
Abu vulkanik akibat erupsi G.Kelud
merupakan bahan limbah yang masih
dapat dimanfaatkan untuk campuran
beton sebagai pengganti sebagian
Semen. Campuran Beton tersebut,
disamping mengurangi Semen, juga
kemungkinan dapat menaikkan mutu
Beton. Hal ini disebabkan karena abu
vulkanik ini mengandung senyawa
Silika yang sangat baik digunakan
untuk campuran beton. Dengan
penambahan abu G. Kelud pada
campuran beton sebesar 10%, 15%
dan 20%, maka diharapkan dapat
mengurangi jumlah semen dan
meningkatkan mutu beton.
Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Untuk
pemanfaatan
abu
G.Kelud, agar dapat digunakan
untuk pengganti sebagian
semen pada Bangunan Gedung.
2. Untuk memanfaatkan abu G.
Kelud sebagai limbah, menjadi
sesuatu yang berguna.
3. Untuk menambah referensi
penelitian2 Ilmiah.
Hipotesis
1. Penambahan abu Gunung
Kelud sebagai bahan aditif
pengganti
semen
akan
STUDI KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN ABU GUNUNG KELUD (Faisal - Nadia)
meningkatkan
kuat tekan
beton.
2. Dengan penambahan bahan
aditif abu Gunung Kelud, maka
akan menghasilkan nilai kuat
tekan terbesar (optimum).
TINJAUAN PUSTAKA
Beton adalah bahan yang diperoleh
dengan cara mencampurkan semen
portland,
air, dan agregat (dan
kadang-kadang bahan tambah, yang
sangat bervariasi mulai dari bahan
kimia tambahan, serat, sampai bahan
buangan
non-kimia)
pada
perbandingan tertentu. Campuran
tersebut bilamana dituang dalam
cetakan kemudian dibiarkan maka
akan mengeras seperti batuan.
Pengerasan itu terjadi oleh peristiwa
reaksi kimia antara air dan semen,
yang berlangsung selama waktu yang
panjang,dan akibatnya campuran itu
selalu bertambah keras setara dengan
umurnya. Dapat dengan mudah
dibentuk sesuai dengan kebutuhan
konstruksi.
Semen Portland
Kandungan semen portland adalah
kapur, silika, dan alumina. Ketiga
bahan tadi dicampur dan dibakar
dengan suhu 1550oC dan menjadi
klinker.
Setelah
itu
kemudian
dikeluarkan,
didinginkan,
dan
dihaluskan sampai halus menjadi
halus seperti bubuk. Biasanya klinker
digiling halus secara mekanis sambil
ditambahkan gips atau kalsium sulfat
(CaSO4) kira-kira 2-4% sebagai bahan
pengontrol waktu pengikatan. Bahan
tambah lain kadang ditambahkan
untuk membentuk semen khusus..
Agregat Kasar
Sifat yang paling penting dari suatu
agregat kasar adalah kekuatan hancur
dan ketahanan terhadap benturan,
yang dapat mempengaruhi ikatannya
dengan pasta semen, porositas dan
karakteristik penyerapan air yang
mempengaruhi daya tahan terhadap
proses pembekuan waktu musim
dingin dan agresi kimia, serta
ketahanan terhadap penyusutan.
Agregat halus
Terdiri dari butir-butir tajam dan
keras. Butir-butirnya harus bersifat
kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh
pengaruh-pengaruh
cuaca,
seperti terik matahari dan hujan
Agregat
halus
tidak
boleh
mengandung bahan-bahan organik
terlalu banyak yang harus dibuktikan
dengan percobaan warna dari AbramHarder (dengan larutan NaOH).
Abu Gunung Kelud
Abu Gunung Kelud adalah abu
vulkanik yang berasal dari letusan
Gunung
Kelud
yang
terbawa
oleh angin dan tersebar di udara, air
maupun permukaan tanah. Abu
vulkanik itu nyatanya juga memiliki
dampak positif dan manfaat pada sisi
lain diantaranya bisa memperbaiki
sifat fisika tanah dan mempunyai
kemampuan mengikat air. Bahkan,
abu vulkanik ini juga bisa dijadikan
bahan bisa digunakan untuk bahan
konstruksi,
juga
untuk
bahan
campuran membuat adonan semen.
Campuran adonan semen dengan abu
vulkanik ini bisa mengurangi bahan
dari semennya sendiri sampai 10
persen. Dan hasil campurannya juga
cukup bagus, hingga bisa memiliki
kekuatan 150 kg persatuan beban.
43 | K o n s t r u k s i a
Gambar 1. Hasil Pengujian Abu Gunung Kelud dari Laboratorium PT. Sucofindo
44 | K o n s t r u k s i a
STUDI KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN ABU GUNUNG KELUD (Faisal - Nadia)
METODOLOGI PENELITIAN
MULAI
DATA PRIMER
DATA SEKUNDER
PENGUJIAN
BAHAN
AGREGAT KASAR
AGREGAT HALUS
KADAR AIR
AGREGAT
1. ANALISASARINGAN
2. BERAT JENIS SSD DAN
PENYERAPAN
1. ANALISA SARINGAN
2. BERAT JENIS SSD
DAN PENYERAPAN
STUDI LITERATUR
DATA
PENGUJIAN
BAHAN
TRIAL MIX
PERBAIKAN KOMPOSISI
TIDAK
CAMPURAN
YA
PERHITUNGAN MIX DESAIN
PROPORSI CAMPURAN
ABU GUNUNG
ABU GUNUNG
ABU GUNUNG
ABU GUNUNG
KELUD 0%
KELUD 10%
KELUD 15%
KELUD 15%
UJI STATISTIK
STUDENT T
ANALISIS REGRESI
ANALISIS KORELASI
SELESAI
HASIL PENELITIAN
Persentase
Abu
Kuat Tekan
Gunung
(MPa)
Kelud
(%)
0
28,20
10
26,89
15
26,52
20
22,27
46 | K o n s t r u k s i a
28,20
50,80
10
26,89
15
26,52
41,82
20
22,27
19,09
18,7
KESIMPULAN
1. Campuran abu Gunung Kelud
dengan proporsi 10%, 15% dan
20% dari berat semen, kuat tekan
beton pada umur beton 28 hari
mengalami trend penurunan yaitu
sebesar 4,87%, 6,33%, dan
26,63% dari kuat tekan beton
dengan campuran abu Gunung
Kelud 0%.
2. Dengan mengurangi semen 10%,
15% dan 20% atau menggantinya
dengan 10%, 15% dan 20% abu
Gunung Kelud dapat dicapai mutu
beton diatas fc= 18,7 MPa (K-225).
43,80
STUDI KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN ABU GUNUNG KELUD (Faisal - Nadia)
DAFTAR PUSTAKA
1. Djedjen, Achmad. Drs. ST. MSi,
1990. Diktat Pengujian Bahan
Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Universitas Indonesia. Depok :
Politeknik Universitas Indonesia.
2. Djedjen, Achmad. Drs. ST. MSi,
2008. Jobsheet Pengujian Bahan II.
Depok : Politeknik Negeri Jakarta.
3. Eva Zahra Lativa. 2003. Teknologi
Bahan II, Depok. Jurusan Teknik
Sipil, Politeknik Negeri Jakarta
4. Eva Zahra Lativa..1999. Diktat
Pengujian Bahan Laboratorium
Pengujian Bahan, Depok. Jurusan
Teknik Sipil, Politeknik Negeri
Jakarta.
5. Muhtarom
Riyadi
dan
Amalia.2005.Teknologi Bahan I,
Depok. Jurusan Teknik Sipil,
Politeknik Negeri Jakarta.
6. Tjokrodimuljo
Kardiyono.2007.Teknologi
Beton,Yogyakarta.Jurusan Teknik
Sipil dan Lingkungan, Universitas
Gadjah Mada.
47 | K o n s t r u k s i a
ABSTRACT :The development of technology on a facede curtain wall and application in a building cannot
be separated from a discipline of architecture and civil engineering, although the tendency in the science
of architecture, but in practice could not stand alone without the involvement of the civil engineering
especially in the methods of implementation and analysis of the structure. Facade curtain wall one of the
component parts of a building first receiving the influence of outside the house both of the wind, the rain, the
temperature and light. The process manufacturing from the facede curtain wall starting a design,
fabrication, and process of the installation in building of special attention must be to achieve desirable
results from the facade curtain wall system, if not this will cause demage in the facade curtain wall system
that resulted in a leak in water and air into the interior of building area and demage components material
facade curtain wall also can cause the collapse that harm the soul in the area building. One factor of the
facade curtain wall is the deflection from frame curtain wall not eliginle to figure out. In addition to
damages from frame facade curtain wall, this in an impact on order material damage that attaches directly
to order frame faade curtain wall are sealant silicon materials, gasket, and glass that will cause the
potential of leakage of rain water that goes into the building. Efforts to overcome this, with not change
broad cross section of the profile of the frame aluminium faade curtain wall is to order by shortening the
expanse of vertical synchronization (nullion male and female) byadding steel bracing in the area required
deflection spandrel backing that can be achieved. Maintenance facade curtain wall in the process of
49 | K o n s t r u k s i a
construction and after the project handover to owner building is important. The knowledge of system
faade curtain wall especially once for maintance of the building owner that will check at regular intervals.
Keywords : faade curtain wall, system unitized, strong frame
PENDAHULUAN
Semakin berkembang bangunan tinggi
terutama sekali di kota Jakarta, maka
semakin diperlukan penguasaan terhadap
teknologi
facade
curtain
wall.
Perkembangan teknologi facade curtain
wall dan pengaplikasianya pada suatu
banguan tidak terlepas dari disiplin ilmu
arsitektur dan ilmu teknik sipil, walaupun
secara kecenderungan lebih berpihak
pada bidang ilmu arsitektur, namun dalam
prakteknya tidak dapat berdiri sendiri
tanpa keterlibatan bidang ilmu teknik sipil
khususnya dalam metode pelaksanaan
dan analisa struktur. Berdasarkan
jenisnya facade curtain wall dapat
dikategorikan menjadi stick sytem dan
unitized system.
Facade curtain wall merupakan salah satu
komponen dari suatu gedung yang
pertama menerima pengaruh dari luar
gedung baik dari beban angin, hujan, suhu
dan cahaya. Proses pengerjaan facade
curtain wall mulai dari proses disain,
fabrikasi, dan proses pemasangan di
lapangan haruslah menjadi perhatian
khusus untuk mencapai hasil yang
diinginkan dari sistim facade curtain wall,
jika tidak hal ini akan menyebabkan
kegagalan pada sestim facade curtain wall
yang mengakibatkan kebocoran air dan
udara yang masuk ke area interior
gedung.Kebocoran air juga menyebabkan
bangunan menjadi tidak layak untuk
digunakan dan dinyatakan tidak dapat
diakses,dan apabila dibiarkan untuk
waktu yang lama, dapat menyebabkan
kerusakan struktural juga, akibatnya
menimbulkan kerugian biaya yang sangat
besar dalam mengatasi kebocoran.
50 | K o n s t r u k s i a
Shanghai World
Financial Center-Cina
Gambar 1.Facade curtain wall unitiez sestim gedung bertingkat tinggi Sumber .
www.google.comfacade curtain wall
Ketentuan - ketentuan dominan metode
pelaksanaan dan analisa struktur rangka
facade
curtain
wallyang
dapat
menyebabkan kegagalan antara lain
Integritas struktural ,Beban mati , Beban
angin
Tabel
1.Bidang
penggunaan
atau
pemakaian panduan aluminium untuk
extrusi,Sumber. SII 0695-82 Hal 5
Komponen utama dari facade curtain wall
yang menggunakan bahan aluminium
adalah :Rangka vertical facade curtain
wall (mullion male dan female), Rangka
Horizontal
facade
curtain
wall(transome).Area penerima beban
angin pada rangka vertical dan horizontal
facade curtain wall (gambar 2).
1.Mullion
2.Transome
1.Mullion
2.Transome
Gambar 2. Area penerima beban angin pada modul facade curtain wall.Sumber. Lembaga
Pendidikan dan Pengujian Faade Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Lendutan rangka mullion akibat beban
angina (wind pressured)
Untuk facade curtain wall dengan
kaca rangkap tertutup, lenturan
tersebut tidak boleh melebihi /175
panjang bebas frame tersebut.
52 | K o n s t r u k s i a
max
max
5. . 4
384 EI
penyesuaian
dengan
kondisi
lapangan ( struktur bangunan )
dan akurasi dimensi yang kurang
Gambar 3. Sistem stick mulion facade curtain wall. Sumber: Facade Principales of
contruction
Unitized sestim : Untuk teknologi modern
curtain wall unitized system ini diciptakan
untuk digunakan pada curtain wall
gedung bertingkat tinggi . Sistem ini
seluruhnya terdiri dari unit bingkai besar
pra-dirakit di pabrik. Dimana tiang curtain
wallyang merupakan anggota vertikal
(mullion)dan
bagian
horizontal
tenaga cenderung lebih sedikit di
bandingkan dengan sistim stick mullion .
[12]
54 | K o n s t r u k s i a
DATA &ANALISA :
Kekuatan material rangka ( frame )
aluminium facade curtain wall
35 Kg/m
( ASTM E 330 )
( LP2FUI )
700000
kg/cm
4200
Gambar6 : Bidang area pada facade curtain wall( mullion male) yang menerima beban angin
Bending Momen & Joint Reaction
Strength
Calculation
of of
Male
Mullion
Without
Bracing
Strength
Calculation
Male
Mullion
Without
Bracing
Calculation
Wind Load (WL) = WP x Sf x m
Dimention
Properties
Dimention
Properties
2 2
Negative
Press
(WP)
=
120
kg/m
Negative Press (WP) =
120
kg/m kg/cm
kg/cm
Modul
(m)(m)
= =
160
cmcm
Modul
160
Shear
Factor
(Sf)(Sf)
= =
Shear
Factor
H mullion
(h)(h)
= =
H mullion
= x x 160
=
0,90 kg/cm
Joint Reaction
0,471
0,471
420
cmcm
420
Dimention
of of
Mullion
= Male
Mullion
Dimention
Mullion
= Male
Mullion
2
Yield
Stress
= = 1600
kg/cm
Yield
Stress
1600
kg/cm2
189,9 kg
4 4
Inertia
x axis
(Ix)(Ix)
= = 133,91
cmcm
Inertia
x axis
133,91
3 3
Modulus
Sect
(Zx)
= = 15,94
cmcm
Modulus
Sect
(Zx)
15,94
Mullion = 1 x 420 ^2 / 2
=
79742,7 kg.cm
5003,94 kg/cm2
< 1.600kg/cm
NOT OK!!
3,91 cm
Analisis perhitungan kekuatan rangka horizontal ( transome ) akibat beban angin dan beban
mati.
Daerah
yang di
ditinjau
Gambar7 : Bidang area pada facade curtain wall( transome ) yang menerima beban angin
56 | K o n s t r u k s i a
160 cm
130 cm
Exentricity (e) =
Calculation
Joint Reaction effect = 1/2 x WL x m
3,3 cm
124,8 kg
1600 kg/cm2
Yield Stress =
Inertia x axis (Ix) =
39,25 cm4
39,43 cm4
11,22 cm
8,76 cm3
Mmax effect WL = WL x m x / 8
= 2 x 160^2 x / 8
Load Calculation
4992 kg.cm
= x 130
445,12 kg/cm
< 1.600kg/cm
OK!!
1,56 kg/cm
= 25 x 1 / 10000 x 130
=
0,455 kg/cm
0,74 cm
OK!!
120,12 kg
2
Mmax effect DL = DL x e x m x / 8
= x 3 x 160^2 x / 8
=
4804,8 kg.cm
428,43 kg/cm
< 1.600kg/cm
OK!!
OK!!
Hasil analisis rangka vertical ( mulion male & female ) dan rangka horizontal ( transome )
dapat disimpulkan :
Syarat
Material
Gambar
Hasil Analisis
Kesimpulan
Stress yield ( )
Deflection ( )
Stress yield ( )
Deflection ( )
kg/cm
L/ 175 cm
kg/cm
cm
1600,00
1,68
5003,94
3,91
Not ok
1600,00
1,68
5553,50
4,39
Not ok
1600,00
0,74
445,12
0,09
Ok
1600,00
0,74
428,43
0,19
Ok
57 | K o n s t r u k s i a
Syarat
Material
Gambar
Hasil Analisis
Kesimpulan
Stress yield ( )
Deflection ( )
Stress yield ( )
Deflection ( )
kg/cm
L/ 175 cm
kg/cm
cm
1600,00
1,33
202,91
0,91
Ok
1600,00
1,33
179,05
0,90
Ok
Tabel
3 :Hasil analisis kekuatan
rangka
vertical445,12
(mullion 0,09
male & female)
Transome ( Wind Load )
1600,00
0,74
Ok
memperpendek bentangan dengan menambahkan steel bracing.
Transome( Dead Load )
1600,00
58 | K o n s t r u k s i a
0,74
428,43
0,19
Ok
Semen
Grouting
Pemeliharan
Kondisi silicon
sealant yang
sudah rusak
60 | K o n s t r u k s i a
Kondisi gasket
yang lepas
dari rangka
faade curtain
wall
DAFTAR PUSTAKA
1.
62 | K o n s t r u k s i a
PENYEBAB DAN DAMPAK VARIATION ORDER (VO) PADA PELAKSANAAN PROYEK (Ade N. Sarwono.)
PENDAHULUAN
Pelaksanaan proyek konstruksi secara
umum dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan sementara yang berlangsung
dalam jangka waktu yang terbatas, dengan
alokasi sumber daya tertentu untuk
menghasilkan produk yang kriteria
mutunya telah ditentukan dengan jelas.
Dalam proses pelaksanaan sebuah proyek
konstruksi sering dihadapkan pada
permasalahan yaitu terjadinya perubahan-
PENYEBAB DAN DAMPAK VARIATION ORDER (VO) PADA PELAKSANAAN PROYEK (Ade N. Sarwono.)
Tabel 4.1
No
Perubahan Desain
Referensi
A B C D E F G
x
x
x
(tidak up to date)
10
Penundaan pekerjaan
11
Percepatan pekerjaan
12
13
14
15
x
x
x
x
x
16
17
18
19
Ekskalasi harga
20
65 | K o n s t r u k s i a
4.
PENYEBAB DAN DAMPAK VARIATION ORDER (VO) PADA PELAKSANAAN PROYEK (Ade N. Sarwono.)
4.
6.
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian hanya terdiri dari 3 proyek
konstruksi bangunan yaitu bangunan hotel,
bangunan perkantoran, dan bangunan
pusat perbelanjaan, penelitian ini akan
difokuskan untuk membahas penyebab dan
dampak Variation Order (VO), untuk
mengidentifikasi penyebab variation order
dilakukan dengan studi literatur yang dikaji
ulang dengan menggunakan kuesioner,
responden untuk kuesioner adalah pihakpihak yang berpentingan (stake holder)
antara lain pengguna jasa dan penyedia jasa
pada masing-masing proyek yang di tinjau,
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Laki-laki
24
80.0
80.0
80.0
Perempuan
20.0
20.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Laki-laki
25
83.3
83.3
83.3
Perempuan
16.7
16.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Laki-laki
22
73.3
73.3
73.3
Perempuan
26.7
26.7
100.0
Proyek 1
Valid
Proyek 2
Valid
Proyek 3
Valid
67 | K o n s t r u k s i a
Jenis Kelamin
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Laki-laki
24
80.0
80.0
80.0
Perempuan
20.0
20.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Proyek 1
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
D3
13.3
13.3
13.3
Strata 1
24
80.0
80.0
93.3
Strata 2
16.7
16.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
D3
6.7
6.7
6.7
Strata 1
23
76.7
76.7
83.4
Strata 2
16.6
16.6
100.0
Total
30
100.0
100.0
D3
6.7
6.7
Proyek 1
Valid
Proyek 2
Valid
Proyek 3
Valid
68 | K o n s t r u k s i a
6.7
PENYEBAB DAN DAMPAK VARIATION ORDER (VO) PADA PELAKSANAAN PROYEK (Ade N. Sarwono.)
Strata 1
22
73.3
73.3
80
Strata 2
20.0
20.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001
72,3000
208,954
,631
,925
VAR00002
72,3778
204,665
,685
,924
VAR00003
72,7333
193,748
,775
,922
VAR00004
72,6667
212,135
,449
,928
VAR00005
72,7111
190,005
,834
,920
VAR00006
72,4333
203,192
,593
,926
VAR00007
72,7333
203,793
,660
,924
69 | K o n s t r u k s i a
VAR00008
72,6444
204,614
,587
,926
VAR00009
72,5889
206,245
,627
,925
VAR00010
72,5778
210,494
,493
,927
VAR00011
72,7444
201,810
,729
,923
VAR00012
72,4444
200,182
,758
,922
VAR00013
72,8444
208,088
,582
,926
VAR00014
72,5667
207,619
,556
,926
VAR00015
72,9000
204,720
,604
,925
VAR00016
72,7667
207,394
,553
,926
VAR00017
72,8667
208,027
,501
,928
VAR00018
72,8667
207,330
,557
,926
VAR00019
72,7556
212,794
,485
,928
VAR00020
72,7667
214,743
,399
,929
9. Uji Reabilitas
Pengujian reliabilitas dengan melakukan
perhitungan
koefisien
reliabilitas
mempergunakan Cronbachs Alpha. Hasil
hasil dari perhitungan dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini. Dengan alat bantu
software SPSS versi 19.0
berikut
merupakan angka koefisien Cronbachs
Alpha dari masing-masing variabel pada
pengukuran yang digunakan oleh penelitian
ini. Pada program SPSS, metode ini
dilakukan dengan metode Cronbachs Alpha,
dimana suatu kuisioner dikatakan relliabel
70 | K o n s t r u k s i a
,929
N of Items
20
PENYEBAB DAN DAMPAK VARIATION ORDER (VO) PADA PELAKSANAAN PROYEK (Ade N. Sarwono.)
No
Mean
Proyek 1
Skala
4
3
2
1
Mean
Proyek 2
Skala
4
3
2
1
Mean
Perubahan Desain
4,90
4,93
4,63
4,53
4,33
4,47
4,20
3,77
4,03
3,43
3,10
3,60
4,33
3,77
4,17
4,70
3,97
4,23
2,70
3,10
3,90
2,40
2,60
2,70
2,33
2,83
2,93
10
Penundaan pekerjaan
3,57
3,43
3,70
11
Percepatan pekerjaan
4,27
3,47
4,13
12
4,77
3,87
4,10
13
4,50
4,03
4,20
14
3,20
3,40
3,37
15
3,63
3,50
3,83
16
2,77
2,80
2,77
17
3,33
3,07
3,40
18
2,87
3,00
3,07
19
Ekskalasi harga
3,03
2,93
2,83
20
2,03
1,97
1,83
Proyek 3
Skala
4
3
2
1
71 | K o n s t r u k s i a
1.
2.
11.
3.
Jenis
Proyek
Mean
Perubahan Desain
4,90
4,77
4,70
4,53
4,50
4,33
Percepatan pekerjaan
4,27
4,20
3,63
10
Penundaan pekerjaan
3,57
11
3,43
12
3,33
13
3,20
14
Ekskalasi harga
3,03
Proyek 1
72 | K o n s t r u k s i a
PENYEBAB DAN DAMPAK VARIATION ORDER (VO) PADA PELAKSANAAN PROYEK (Ade N. Sarwono.)
Jenis
Proyek
Proyek 2
penambahan
scope
pekerjaan,ketiga
perubahan spesifikasi material, keempat
desain yang tidak sempurna, selanjutnya
pengurangan scope pekerjaan.
Mean
Perubahan Desain
4,93
4,33
4,03
3,97
3,87
3,77
3,77
3,50
Percepatan pekerjaan
3,47
10
Penundaan pekerjaan
3,43
11
3,40
12
3,10
13
3,10
14
3,07
15
3,00
73 | K o n s t r u k s i a
Jenis
Urutan
Proyek
Ranking
Proyek 3
Mean
Perubahan Desain
4,63
4,47
4,23
4,20
4,17
Percepatan pekerjaan
4,13
4,10
4,03
3,90
10
3,83
11
Penundaan pekerjaan
3,70
12
3,60
13
3,40
14
3,37
15
3,07
74 | K o n s t r u k s i a
PENYEBAB DAN DAMPAK VARIATION ORDER (VO) PADA PELAKSANAAN PROYEK (Ade N. Sarwono.)
Rupiah
38.725.000.000
2,363,337,000
41,088,337,565
6.10%
Rupiah
38,800,000,000
41,096,184,034
5.92%
75 | K o n s t r u k s i a
Rupiah
143.430.161.159
9.859.696.842
pekerjaan
6.87%
Kesimpulan
Penyebab Variation Order
a. Berdasarkan hasil penelitian
terhadap 30 responden pada
proyek 1 diketahui bahwa ke
20 (dua puluh) variabel
tersebut memiliki nilai ratarata (mean) antara 2,03
sampai dengan 4,90. Dari 20
penyebab variation order, 14
diantaranya
merupakan
penyebab variation order
pada proyek 1, dimana
perubahan
desain
merupakan ranking pertama,
kedua adalah penambahan
scope
pekerjaan,ketiga
76 | K o n s t r u k s i a
b.
perubahan
sesifikasi
material, keempat desain
yang
tidak
sempurna,
selanjutnya
pengurangan
scope pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian
terhadap 30 responden pada
proyek 2 diketahui bahwa ke
20 (dua puluh) variabel
tersebut memiliki nilai ratarata (mean) antara 1,97
sampai dengan 4,93. Dari 20
penyebab variation order ,
15 diantaranya merupakan
penyebab variation order
pada proyek 2, dimana
perubahan
desain
merupakan ranking pertama,
kedua adalah Desain yang
tidak
sempurna,
ketiga
.pengurangan
scope
pekerjaan,
keempat
perubahan
spesifikasi
material,
selanjutmya
PENYEBAB DAN DAMPAK VARIATION ORDER (VO) PADA PELAKSANAAN PROYEK (Ade N. Sarwono.)
c.
penambahan
scope
pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian
terhadap 30 responden pada
proyek 3 diketahui bahwa ke
20 (dua puluh) variabel
tersebut memiliki nilai ratarata (mean) antara 1,83
sampai dengan 4,63. Dari 20
penyebab variation order ,
15 diantaranya merupakan
penyebab variation order
pada proyek 3, dimana
perubahan
desain
merupakan ranking pertama,
kedua adalah Desain yang
tidak
sempurna,
ketiga
perubahan
spesifikasi
material,
keempat
pengurangan
scope
pekerjaan,
selanjutmya
spesifikasi
yang
tidak
lengkap
pada
proyek
konstruksi
antara
tidak
setuju sampai sangat setuju
c.
14.
Daftar Pustaka
Soeharto, Imam. 1995. Manajemen
Proyek dari Konseptual Sampai
Operasiona. Jakarta : Penerbit ;
Erlangga.
Fisk, Edward R. & Reynold, Wayne D.
2006.
Contruction
Project
Administration Eight Edition. New
Jersey. Pentice Hall Inc.
Nazarkhan Yasin. 2003. Mengenal
Kontrak Konstruksi di Indonesia.
Gramedia Pustaka Utama.
Nazarkhan Yasin. 2004. Mengenal
Klaim Konstruksi & Penyelesaian
Sengketa
Konstruksi.
Gramedia
Pustaka Utama.
Sikan, Hasyim. 1999. Variation Order
in Construction Contract. Jurnal Alam
Bina.
Nugroho, Agung Bhuono. 2005.
Strategi Jitu Memilih Metode Statistik
Penelitian
dengan
SPSS.
Andi
Yogyakarta.
Hardjomuljadi
Sarwono.
2008.
Strategi
Pra
Kontrak
untuk
Mengurangi Dampak Klaim Konstruksi
pada Proyek Pusat Listrik Tenaga Air
di Indonesia, Sinopsis Disertasi
Universitas Tarumanagara.
77 | K o n s t r u k s i a
Aripurnomo Kertohardjono
Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email : a.kartohardjono@gmail.com
Abstrak : Pembangunan infrastruktur jalan memperlancar arus distribusi barang dan jasa, serta
berperan dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia. Pelabuhan Tanjung Priok
sebagai pintu gerbang perekonomian nasional yang terletak di Jakarta Utara sangat menunjang
persendian ekonomi secara menyeluruh. Sangat dibutuhkan sarana infrastruktur yang memadai guna
mencapai pelabuhan Tanjung Priok tanpa kemacetan dan penumpukan barang di dalam pelabuhan
yaitu Jalan Bebas Hambatan Akses Tanjung Priok sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi masalah
tersebut. Pada pekerjaan proyek konstruksi biasanya terjadi kendala pada pengerjaan proyek tersebut,
baik kendala yang memang sudah diperhitungkan maupun kendala yang di luar perhitungan perencana.
Kendala tersebut menjadi penyebab terlambatnya penyelesaian proyek, sehingga proyek tersebut tidak
berlangsung sesuai dengan rencana. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan atau
mengetahui faktor-faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan konstruksi Jalan Bebas Hambatan Akses
Tanjung Priok. Penelitian ini dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden dan
wawancara kepada pihak konsultan dan pihak pemerintah. Pengolahan data kuisioner menggunakan
program SPSS 15.0 for Windows dengan metode analisis deskriptif. Dari hasil penelitian didapatkan
urutan rangking faktor yang menjadi penyebab keterlambatan penyelesaian proyek.
Kata kunci: penyebab keterlambatan, rangking
Abstract : The development of road infrastructure easing current of of the distribution of goods and
services , as well as a role in improved quality of life and welfare of humans. Tanjung priok port as the gates
of the national economy which is located in north jakarta very support joints overall economy. Very much
needed means of adequate infrastructure in order to reach a port tanjung priok without congestion and
accumulation of goods in the port is the freeway access tanjung priok as one alternative to solve the
problem. On the project construction usually occurring obstacles on the project , both the obstacle has been
calculated and obstacles in the planner beyond calculation. The obstacles to the cause of delays the
settlement project , so that the project was it is not going according to plan. This research is done as an
effort to get or know the factors causing delays in the construction of a motorway access tanjung priok. The
study is done by means of a questionnaire to the spread of respondents and interview to the consultants
and the government. Data processing questionnaire using SPSS 15.0 program for windows with descriptive
analysis method. Of research results obtained an order of ranking of factors that cause delay the
completion of projects.
Keyword : the cause of delay, ranking
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pintu
gerbang perekonomian nasional terletak di
Jakarta Utara sangat menunjang persendian
ekonomi secara menyeluruh. Sangat
80 | K o n s t r u k s i a
DASAR TEORI
Pengertian proyek Konstruksi
Proyek konstruksi merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang saling berkaitan
untuk
mencapai
tujuan
tertentu
(bangunan/konstruksi) dalam batasan
waktu, biaya dan mutu tertentu. Setiap
kegiatan proyek dalam mencapai tujuan
serta sasaran mempunyai beberapa faktor
yang mempengaruhi keberhasilan suatu
proyek yaitu faktor ekonomi, teknik dan
manusia. Ketiga faktor tersebut saling
bepengaruh dan terkait. (Soeharto,I., 1995).
Sasaran proyek yang dimaksud dalam
pernyataan di atas adalah unsur anggaran
atau anggaran (cost), mutu (quality) dan
waktu (time) atau yang biasa dikenal
dengan TQC. Ketiga sasaran proyek
tersebut merupakan tiga kendala (triple
Constraint) sebagai berikut (Soeharto,1.,
1995)
Pengertian Keterlambatan pada Proyek
Konstruksi
Ervianto (2004) menyatakan pengertian
dari keterlambatan (delay) sehubungan
dengan konstruksi adalah sebagian waktu
pelaksanaan
yang
tidak
dapat
dimanfaatakan sesuai dengan rencana,
sehingga menyebabkan beberapa kegiatan
yang mengikuti tertunda atau tidak dapat
diselesaikan tepat sesuai jadwal yang
direncanakan.
keterlambatan
proyek
konstruksi erat kaitannya dengan waktu
atau rencana kerja, keterlambatan terjadi
manakala item pekerjaan tidak dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana kerja
yang disusun dan disepakati para pihak
sebagaimana tertuang dalam kontrak.
Variabel
d. Terlambatnya
pendetailan
pekerjaan
e. Terlambatnya persetujuan atas
gambar-gambar fabrikasi
3. Non-Excusable Delays, Keterlambatan
ini merupakan sepenuhnya tanggung
jawab
dari
kontraktor,
karena
kontraktor memperpanjang waktu
pelaksanaan
pekerjaan
sehingga
melewati tanggal penyelesaian yang
telah disepakati, yang sebenarnya
penyebab
keterlambatan
dapat
diramalkan
dan
dihindari
oleh
kontraktor. Dengan demikian pihak
owner client dapat meminta monetary
damages
untuk
keterlambatan
tersebut. Adapun penyebabnya antara
lain :
a. Kesalahan
mengkoordinasikan
pekerjaan, bahan serta peralatan
b. Kesalahan dalam pengelolaan
keuangan proyek
c. Keterlambatan dalam penyerahan
shop drawing/gambar kerja
d. Kesalahan dalam mempekerjakan
personil yang tidak cakap
Faktor keterlambatan yang diteliti dalam
penelitian
ini
adalah
faktor-faktor
keterlambatan yang diuraikan oleh Assaf
dan Hejj (2006), Wibowo (2008) dan
Girsang (2009). Maka untuk faktor- faktor
penyebab yang akan dijadikan variabel
dalam penelitian ini adalah faktor- faktor
yang diangap sesaui dengan lokasi
penelitian,
diidentifikasi sebanyak 14
(empat belas) variabel yang menjadi
penyebab keterlambatan proyek jalan
Bebas Hambatan Akses Tanjung Priok.
Referensi
Keterlambatan memberikan lokasi proyek pada Assaf dan Hejj (2006) dan
penyedia jasa/ Keterlambatan izin lahan
Wibowo (2008)
Spesifikasi dan gambar yang kurang detail
Assaf dan Hejj (2006) dan
Wibowo (2008)
Permintaan perubahan atas pekerjaan (CCO)
Assaf dan Hejj (2006),
81 | K o n s t r u k s i a
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
METODE PENELITIAN
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan
teknik yang digunakan. Terdapat 2 (dua)
jenis data yang dikumpulkan selama proses
penelitian berlangsung, yaitu data primer
yaitu data yang secara langsung diambil
82 | K o n s t r u k s i a
83 | K o n s t r u k s i a
Frequency
Percent
4
17
8
1
5
35
11.4
48.6
22.9
2.9
14.3
100.0
Valid
Percent
11.4
48.6
22.9
2.9
14.3
100.0
Cumulative
Percent
11.4
60.0
82.9
85.7
100.0
84 | K o n s t r u k s i a
Percent
Cumulative
Percent
5.7
62.9
100.0
85 | K o n s t r u k s i a
No Butir
Pertanyaan
r tabel
(df=21)
Hasil
Pertanyaan No.1
Pertanyaan No.2
Pertanyaan No.3
Pertanyaan No.4
Pertanyaan No.5
Pertanyaan No.6
Pertanyaan No.7
Pertanyaan No.8
Pertanyaan No.9
Pertanyaan No.10
Pertanyaan No.11
Pertanyaan No.12
Pertanyaan No.13
Pertanyaan No.14
0,769
0,685
0,771
0,721
0,430
0,575
0,769
0,717
0,613
0,788
0,458
0,529
0,468
0,736
0,413
0,413
0,413
0,413
0,413
0,413
0,413
0,413
0,413
0,413
0,413
0,413
0,413
0,413
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Uji Reliabilitas
Kuesioner yang sudah diyakini valid
selanjutnya dilakukan uji reabilitas.
Reliabilitas adalah keandalan/konsistensi
alat ukur, sehingga reliabilitas merupakan
ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang
berkaitan
dengan
konstruk-konstruk
86 | K o n s t r u k s i a
Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
.921
14
Pertanyaan 1
35
4.63
Std.
Deviation
.55
Pertanyaan 2
35
3.54
.98
Pertanyaan 3
35
3.57
.81
Pertanyaan 4
35
3.34
.91
Pertanyaan 5
35
3.26
1.04
Pertanyaan 6
35
3.51
.95
Pertanyaan 7
35
4.00
.97
Pertanyaan 8
35
3.69
1.02
Pertanyaan 9
35
3.46
1.01
Pertanyaan 10
35
3.54
1.04
Pertanyaan 11
35
3.06
1.41
Pertanyaan 12
35
3.14
1.14
Pertanyaan 13
35
3.49
1.07
Pertanyaan 14
35
3.57
1.12
Minimum Maximum
Mean
Keterangan
Keterlambatan memberikan lokasi proyek pada
penyedia jasa/ penyediaan lahan bebas
Spesifikasi dan gambar yang kurang detail
Permintaan perubahan pekerjaan (CCO)
Pengambilan keputusan yang lambat oleh penguna jasa
Penundaan pekerjaan oleh penguna jasa
Komunikasi dan koordinasi yang buruk oleh penguna
jasa dengan pihak lain
Metode Pelaksanaan yang tidak benar dari penyedia
jasa
Keterlambatan pekerjaan akibat subpenyedia jasa
Adanya pekerjaan yang diulang karena cacat
Rata-rata
(Mean)
Urutan
Rangking
4,63
3,54
3,57
3,34
3,26
6
5
11
12
3,51
4,00
3,69
3,46
3
10
87 | K o n s t r u k s i a
10
11
12
13
14
3,54
3,06
14
3,14
3,49
13
9
3,57
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis pengolahan data
dari semua jawaban responden dan
penelitian faktor yang menyebabkan
keterlambatan pelaksanaan konstruksi
Jalan Bebas Hambatan Akses Tanjung Priok
yang telah dilakukan dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap
35 responden diketahui bahwa ke 14
(empat belas) variabel tersebut
memiliki nilai rata-rata (mean) antara
3,06 sampai dengan 4,63, dimana
keterlambatan memberikan lokasi
proyek pada penyedia jasa/ penyediaan
lahan bebas merupakan rangking
pertama, rangking kedua adalah
metode pelaksanaan yang tidak benar
dari penyedia jasa dan rangking ketiga
88 | K o n s t r u k s i a
DAFTAR PUSTAKA
Bhuono Agung Nugroho, SE, M.Si., Akt,
2005, Stategi Jitu Memilih Metode
Statistik Penelitian dengan SPSS,
Andi, Yogyakarta.
Dwi Priyatno, 2014, SPSS 22 Pengolah Data
Terpraktis, Andi, Yogyakarta.
Ervianto, W.I., 2005, Manajemen Proyek
Konstruksi, Andi, Yogyakarta .
Istimawan Dipohusodo, 1996, Manajemen
Proyek dan Konstruksi jilid 1 dan 2,
Kanisius, Yogyakarta.
Ricky R.H. Mulyadi, 2011, Identifikasi
Faktor-Faktor
Penyebab
Keterlambatan
pada
Proyek
konstruksi
Pemerintah,
Tesis,
Kementerian Pekerjaan UmumUniversitas Katolik Parahyangan;
Bandung.
Sarwono Hardjomuljadi,
Strategi Pra
kontrak untuk Mengurangi Dampak
Klaim Konstruksi pada proyek Pusat
listrik tenaga Air di Indonesia,
Sinopsis
Disertasi
Universitas
Tarumanagara.
89 | K o n s t r u k s i a
b.
93 | K o n s t r u k s i a
Metodologi Penelitian
Banyak Silinder
4
4
4
4
4
Kebutuhan (kg)
Keterangan
17.6
26.4
8.6 kg
8.7
156.4 Gram
5.2
86.9 Gram
0.1
Banyak Silinder
4
4
4
4
4
Kebutuhan (kg)
Keterangan
17.6
26.4
8.5 kg
8.7
156.4
5.2
173.8 Gram
0.2
Banyak Silinder
4
4
4
4
4
Kebutuhan (kg)
Keterangan
17.6
26.4
8.4 kg
8.7
156.4
5.2
260.7 Gram
0.3
Presentase Kuat Tekan Konversi ke kg Luas Silinder Hasil sementara Konversi ke-28 Hasil Akhir
Abu Serabut
(kN)
(x 100)
cm2
kg/cm2 (x)
0.70
K - . (x)
260
26000
147.205
210.292
285
28500
161.359
230.513
0%
176.625
0.70
320
32000
181.175
258.821
265
26500
150.035
214.336
1%
280
258
290
215
28000
25800
29000
21500
2%
380
245
420
395
38000
24500
42000
39500
3%
230
500
330
360
23000
50000
33000
36000
176.625
158.528
146.072
164.190
121.727
176.625
215.145
138.712
237.792
223.638
176.625
130.219
283.086
186.837
203.822
1.00
158.528
146.072
164.190
121.727
1.00
215.145
138.712
237.792
223.638
1.00
130.219
283.086
186.837
203.822
Tabel 2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Normal dan Beton Geopolimer.
95 | K o n s t r u k s i a
X
210.292
230.513
258.821
214.336
158.528
146.072
164.190
121.727
215.145
138.712
237.792
223.638
130.219
283.086
186.837
203.822
228.491
-18.198
2.022
30.331
-14.154
147.629
10.899
-1.557
16.561
-25.902
203.822
11.323
-65.110
33.970
19.816
200.991
-70.771
82.095
-14.154
2.831
331.180
4.089
919.946
200.344
1455.558
118.784
2.424
274.250
670.931
1066.389
128.220
4239.272
1153.980
392.674
5914.146
5008.592
6739.562
200.344
8.014
11956.511
t = 0.005
22.0269
-1.652
0.184
2.754
-1.285
2.920
18.8537
1.156
-0.165
1.757
-2.748
44.4002
0.510
-2.933
1.530
0.893
63.1308
-2.242
2.601
-0.448
0.090
Penerimaan
Oleh Kurva
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
2.920
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
2.920
Diterima
Ditolak
Diterima
Diterima
2.920
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
96 | K o n s t r u k s i a
Gambar 4 Korelasi Dan Regresi Pada Kuat Tekan Beton Geopolimer Setalah 1% dihilangkan
Setelah menghilangkan data 1% maka
mendapatkan
korelasi
yang
baik.
Seharusnya nilai korelasi yang baik untuk 1
% sebesar 234.59.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
1. Hasil kuat tekan geopolimer
menunjukkan
tidak
adanya
peningkatan mutu antara beton
geopolimer dengan beton normal.
2. Dengan penambahan geopolimer
semakin mengurangi mutu kuat
tekan beton.
3. Korelasi yang terjadi dengan
persamaan fc = -76838.x2 + 1388.x
+ 228.4
Saran :
1. Perlu adanya pembuktian mengenai
penambahan geopolimer 1% yang
menyebabkan mutu kuat tekan
beton sangat jauh dari perencanaan.
2. Perlu
adanya
pengecekan
presentase geopolimer antara 1%
dan 0% dan antara 1% dengan 2%
akibat perubahan mutu kuat tekan
beton secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha Paul, Antoni, 2007, Teknologi
Beton dari Material, Pembuatan, Ke beton
Kinerja Tinggi, Penerbit Andi dan LPPM
Universitas Kristen Petra, Yogyakarta.
Santosa, Bing, 2009, Pemanfaatan Abu
Sabut kelapa sebagai pengganti semen
dengan Bahan tambah Silikament, LN ,
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Janabadra,
Yogyakarta.
SNI 03 2834 2002, 2002, Tata Cara
pembuatan rencana beton normal,
Jakarta.
97 | K o n s t r u k s i a
UJI NUMERIK & EKSPERIMENTAL PEMBEBANAN PRE KOMPOSISIS DAN LATERAL (M.Aswanto)
ABSTRAK : Kajian ini mencoba menggunakan kapabilitas perangkat lunak elemen hingga untuk
melakukan analisis struktur pasangan bata triplet. Diantaranya penggunaan, aplikasi kriteria
keruntuhan pada Elemen Concrete (William & Warnke), pada bata merah. Perangkat lunak yang
digunakan ANSYS. Parameter mekanik sebagai input, diambil dari test individual terhadap masing-masing
material penyusun. Sebagai pembanding adalah test uji pembebanan pasangan bata triplet dengan beban
prekompresi dan lateral. Bata merah dipakai jenis bata tradisional dari Cikarang.
Kata kunci : Bata Triplet, elemen hingga, kompresi, lateral
ABSTRACT: This study attempted to use the software capability to perform finite element analysis of
masonry structures triplet. Including the use, application criteria collapse in Concrete Elements (William
and Warnke), the red brick. ANSYS software is used. Mechanical parameters as input, taken from the test
individually to each constituent material. For comparison is loading test test masonry triplet with
prekompresi and lateral loads. Red brick used traditional brick type of Cikarang.
Keywords: Brick Triplet, finite element, compression, lateral
PENDAHULUAN
Konstruksi batu bata mendominasi hampir
kebanyakan material konstruksi yang
digunakan di Indonesia. Konstruksi
perumahan rata-rata penduduk Indonesia
menjadikan batu-bata merah sebagai
elemen utama struktur. Baik sebagai
struktur
pemikul
maupun
sebagai
dinding.Walaupun demikian riset-riset di
negara kita yang menyelidiki sifat dan
karakteristik mekaniknya masih terasa
kurang. Termasuk simulasi numerik dengan
menggunakan perangkat lunak elemen
hingga
(MEH)
untuk
memodelisasi
pasangan bata merah. Kesulitannya adalah
ketidaktersediaan
parameter-parameter
mekaniknya.
99 | K o n s t r u k s i a
stress MPa
27
E = 882.08
20
E = 1013,31
compression
region
0.0019
0.6
tension
region
0.03061 strain
0.01974
Grafik1
:
Hubungan
Stress-Strain
Mortar.[file: gambar aniso.xls]
stress MPa
E = 460
Modelisasi Material
Perilaku
material
didasarkan
atas
hubungan kurva tegangan-regangan dan
berbagai
parameter
mekanik
yang
didapatkan dari uji tes tekan dan tarik, yang
dilakukan mahasiswa UI dan dari studi
Literatur.
100 | K o n s t r u k s i a
compression
region
0.015
tension
region
strain
0.6
0.01338
UJI NUMERIK & EKSPERIMENTAL PEMBEBANAN PRE KOMPOSISIS DAN LATERAL (M.Aswanto)
Kriteria Keruntuhan
Kriteria keruntuhan yang digunakan
dan sudah terprogramasi dalam perangkat
lunak (ANSYS) yaituelemen yang dapat
mengakomodasi perilaku material nonduktile.Elemen yang mempunyai kapabilitas
memodelkan crack dan crush ini disebut
SOLID65. Dalam formulasinya elemen ini
menggunakan kriteria keruntuhan William
KJ &
Warnke ED. Elemen ini dapat
digunakan untuk memprediksi kapan
terjadinya crack dan propagasinya. Secara
visual, crack ditandai dengan bulatan pada
titik integrasi elemen.
Bata
Mortar
460[3]
1013,3[2]
39[3]
314[2]
0,15[1]
0,23[1]
Bata
Mortar
0,1
0,3
101 | K o n s t r u k s i a
0,5
0,7
0,6[3]
0,75[2]
6[3]
20[2]
7,2
24
10,392
34,641
8,7
29
10,35
34,5
0,6
0,6
102 | K o n s t r u k s i a
UJI NUMERIK & EKSPERIMENTAL PEMBEBANAN PRE KOMPOSISIS DAN LATERAL (M.Aswanto)
Beban kgf
prekompresi
400
300
200
lateral
100
0
0
10
Hasil Eksperimental
Displacement
Test
pembebanan
triplet
di
Lab.
menghasilkan
data-data
perpindahan
(displacement)
pada
berbagai
titik
dipemukaan Triplet. Tinjauan ini lebih
ditujukan pada titik pengukuran LVDT 6
dan 5 seperti dalam gambar 3.
Beban Prekompresi
100 cm
Beban Lateral
40 cm
103 | K o n s t r u k s i a
kekurang
cukup
mulai
numerik.
jauh
Hal
dibandingkan
ini
komputasi
disebabkan
selain
akurasian
mendapat
peralatan
beban)
uji
belum
terakomodasi.
titik pengukuran
Gambar 4 : Awal crush pada bagian depan pada bata, ditunjukkan dengan munculnya bulatanhexagonal merah pada titik-titik integrasi. Kondisi (1) pada Grafik 3.
Gambar 5 : Keruntuhan aktual pada bagian depan bata pada pengujian pasangan bata Triplet.
104 | K o n s t r u k s i a
UJI NUMERIK & EKSPERIMENTAL PEMBEBANAN PRE KOMPOSISIS DAN LATERAL (M.Aswanto)
105 | K o n s t r u k s i a
Kesimpulan
1. Hasil
prediksi
keruntuhan
menunjukkan bahwa pada saat
penambahan beban lateral mencapai
750 kgf (1.7544 MPa), akan terjadi
crushing pada muka bata triplet bagian
tengah (hidung).
2.
3.
Daftar Pustaka
(1)
(2)
(3)
106 | K o n s t r u k s i a
2002
(4)
ASTM
C
33-03,
Specification
For
Aggregat, 2003
Standart
Concrete
(5)
(6)
Digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate-10030-Paper.pdf
(7)
Edward
G.
Nawy,
Concrete
Construction
Engineering
2n
Handbook, d ed., Ch. 12. Longman,
United Kingdom, 2008.
ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
Kriteria Penulisan
1. Jurnal KONSTRUKSIA. Menerima naskah ilmiah dari ilmuwan/akademisi dan praktisi
bidang teknik atau yang terkait, bias berupa hasil penelitian,studi kasus, pembahasan teori
dan resensi buku, serta inovasi-inovasi baru yang belumpernah dipublikasikan.
2. Jurnal KONSTRUKSIA terbit berkala tiap semester, pada bulan Juni dan Desember.
3. Naskah ilmiah hendaknya ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang baik
dan benar. Penulis setuju mengalihkan hak ciptanya ke Redaksi Jurnal KONSTRUKSIA
Teknik Sipil UMJ, jika dan pada saat naskah diterima dan diterbitkan.
4. Naskah tidak akan dimuat, jika mengandung unsur SARA, politik, komersial, Subyektifitas
yang berlebihan, penonjolan seseorang yang bersifat memuji ataupun merendahkan.
5. Naskah/tulisan hendaknya lengkap memuat :
a. Judul
b. Nama Penulis (tanpa gelar) dan alamat email
c. Nama Lembaga atau institusi tempat penulis beraktifitas
d. Abstrak dan kata kunci dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, panjang abstrak
tidak lebih dari 200 kata
e. Isi Naskah (pembahasan), penutup (kesimpulan), daftar pustaka dan lampiran
(jika ada)
6. Naskah /artikel diketik pada kertas HVS ukuran A4 dan dengan format margin kiri, kanan,
atas dan bawah 30 mm, serta harus diketik dengan jenis huruf Arial dengan font 10 pt
(kecuali judul), satu spasi. Judul ditulis miring (italic), jumlah halaman 7-10.
7. Naskah dikirim ke redaksi dalam bentuk print out atau soft copy (CD) atau email ke
redaksi@konstruksia.org.
Alamat redaksi :
Jurnal KONSTRUKSIA
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. Cempaka Putih tengah 27 Jakarta Pusat.
Telp. 42882505, Fax. 42882505
Website: konstruksia.umj.ac.id
Email: redaksi@konstruksia.umj.ac.id