Anda di halaman 1dari 21

PENERAPAN HEMAT ENERGI PADA KENYAMANAN BANGUNAN

Oleh :
Tri Endangsih , ST.

Program Studi Teknik Arsitektur - Fakultas Teknik


Universitas Budi Luhur

Abstract

Energy factor adds a new footing to understand a better architecture planning.


But actually, architecture subject and its environmental context is not a new thing.,
since the aim of designing is a subject that increase quality of architecture and
environment as a result in it. In wider perspective, environmentally which intended is
global natural environmental that cover an earth element, air, water, and energy that
needs to be kept up and preserve corrrectly. Energies Efficient Architecture is one of
the architecture tipologi that orientated on conservation of natural global
environmental.

Keywords : Energy , Environment , Natural Environment , Energies Ef architecture

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Bangunan sebagai suatu sistim terkait dengan masalah yang berhubungan
dengan perencanaan arsitektur, struktur, utilitas, yang berhubungan dengan beberapa
aspek teknis seperti aspek keamanan dan keselamatan, kenyamanan,kemudahan dan
kesehatan. Dalam perwujudannya pemerintah telah menerbitkan UU.Bangunan
Gedung No.28 Tahun 2002 .

Kenyamanan bangunan erat hubungannya dengan kondisi alam atau lingkungan


disekitarnya dan upaya pengkondisian atau pengaturan ruang dalam bangunan.
Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan aspek kenyamanan pada bangunan
tergantung pada obyek, bangunan yang dihadapi. Untuk bangunan yang menghendaki
kualitas hunian yang sempurna maka persyaratan tersebut mutlak harus diadopsi dan
diterapkan. Penerapan ini akan lebih efisien bila dikaitkan dengan masalah hemat
energi dalam bangunan yang bersangkutan.

Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan 1


1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Sebagai wacana desain arsitektur yang hemat energi, mengingat cadangan energi
yang ada semakin terbatas sedangkan bangunan semakin berkembang.

1.3. PERMASALAHAN

Kerugian non fisik bagi bangunan yang tidak mengikuti standar kenyamanan tidak
secara langsung dirasakan, karena kenyamanan bangunan lebh menyangkut pada
penghuni bukan pada bangunannya. Bahkan peningkatan kenyamanan dalam
bangunan akan meningkatkan biaya operasi atau biaya bangunannya sendiri.

1.4. LINGKUP BAHASAN

Makalah ini membahas masalah kenyamanan bangunan dari segi termal, pendekatan
pemilihan bahan bangunan untuk selubung bangunan, rancangan arsitektural,
lingkungan sekitar dan upaya menciptakan kenyamanan buatan dalam ruang
bangunan.

BAB II. TINJAUAN TEORI


2.1. PENGERTIAN HEMAT ENERGI
Hemat energi dalam arsitektur adalah meninimalkan penggunaan energi tanpa
membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas
penghuninya1.
Secara lebih luas hemat energi harus dimulai dari masing-masing cara
pengiperasian bangunan. Secara umum lebih dari 60 persen energi listrik yang
dibangkitkan PLN dikonsumsi oleh permukiman, sehingga apabila peningkatan
kenyamanan bangunan ini dalam kajian pendahuluannya dikaitkan dengan
penghematan yang ada maka secara nasional akan diperoleh angka-angka yang
sangat berarti. Suplai energi yang dibangkitkan relatif stagnan, sementara
kebutuhan (demand) meningkat dari tahun ke tahun dan harga energi terus naik

1
Gelar seminar bangunan hemat energi, teknologi pengolahan limbah pada gedung, 1997, hal
17

2 Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan


sehingga perlu tindakan hemat energi yang dimulai dari tahap pemahamam
rancangan, maupun manajemen pemanfaatan energi.

lainya (3.5%)
utilitas (3,5%)

Electronic data
(13%)
HVAC (59%)
Pencahayaan
(21%)

Gambar 1. DIAGRAM ENERGI PADA GEDUNG


HONGKONG BANK
Sumber: Dr. Mohammad AS, Hikam MA
Penggunaan bahan kaca sebagai dinding luar bangunan selain mempunyai efek
arsitektonis yang menambah keindahan dan pemanfaatan penerangan alami pada
bangunan juga bahan kaca berfungsi sebagai penahan kebisingan dari sumber bising
diluar bangunan. Namun penggunaan kaca yang luas pada dinding luar bangunan
berakibat pada peningkatan energi untuk pengkondisian udara dalam bangunan yang
bersangkutan. Sejauh mana hubungan pengunaan dua jenis kaca dan penerangan
alami berinteraksi seperti gambar halaman berikut ini.

Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan 3


Gambar 2. Penggunaa bahan kaca pada bangunan dikaitkan dengan
perencanaan ruang bangunan
Sumber: Puslitbangkim, 2005

• Upaya buatan untuk kenyamanan

o Lingkungan bangunan yang teduh dengan banyak tanaman sekitar akan


menurunkan suhu ruang bangunan.

o Penggunaan ventilasi alami atau penerangan alami akan di[eroleh


penghematan biaya energi yang harus kita keluarkan. Tidak demikian halnya
dengan upaya kenyamanan buatan, karena energi yang dipakai untuk
megaktifkannya perlu dikeluarkan sejumlah biaya tambahan. Namun yang
harus dilakukan adalah merancangnya dalam kapaitas yang optimal, atau
secukupnya. Pembuatan penahan panas / shading yang berfungsi sebagai
sirip penahan panas. Sinar yang masuk kedalam ruang lebih sedikit , yang
dapat disesuaikan dengan standar minimal kebutuhan kekuatan cahaya
untuk ruang yang bersangkutan. ASHRAE ( American Society of Heating,
Refrigerating and Air Conditioning Engineers ) mensyaratkan tingkat
kenyamanan, dipengaruhi oleh: suhu udara ruangan, kelembaban ruangan,
dan kecepatan angin dalam ruangan. Batasan kenyamanan suhu efektif 23
o o
C - 27 C, kecepatan angin 0,1 - 1,5 m/s , kelembaban relatif antara 50 –
60%.

4 Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan


2.2. KENYAMANAN YANG HEMAT ENERGI

Rancangan kenyamanan yang hemat energi dapat dipengaruhi oleh :

• Pemilihan bahan bangunan

Untuk kenyamanan bangunan gedung sebaiknya dipilih bahan yang


mempunyai sifat fisik memantulkan panas, tidak menyerap atau bahkan angka
absorbsi dan angka transmisi kalornya rendah. Ketebalan bahan atau bahan
tipis akan relatif lebih panas dari bahan yang lebih tebal. Penggunaan bahan
bangunan sebagai dinding luar bangunan dengan pilihan bahan dengan
ketebalan tertentu sangat berpengaruh terhadap panas yang ditransimisikan
kedalam ruang dalam bangunan. Penggunaan kaca yang menghadap sumber
kebisingan selain baik untuk penerangan dalam ruang, tingkat kebisingan yang
diterima tetap dapat diperkecil. Hal ini disebabkan kaca bersifat mamantulkan
bunyi, apalagi kaca dengan ketebalan lebih dari 5 mm. Untuk membatasi
perolehan kalor akibat radiasi matahari tersebut maka ditentukan kreteria
perancangan yang dinyatakan dalam angka alih termal menyeluruh ( overall
Thermal Transfer Value - OTTV) untuk selubung bangunan. Ketentuan ini
berlaku untuk bangunan yang dikondisikan dengan maksud untuk memperoleh
kalor ekternal yang rendah sehingga menurunkan beban pengkondisian. Secara
prinsip , ruang bangunan yang berdinding kaca akan lebih panas karena kaca
mempunyai sifat meneruskan keluar energi panas yang telah masuk kedalam
ruang sehingga panas terpantul kedalam ruang. Untuk meminialkan pemakaian
energi perlu diatur masuknya radiasi matahari dalam ruang. Pemilihan jenis
“heat reflecting glass atau heat absorbing glass “ merupakan salah satu upaya.

Gambar 3. Pengaruh radiasi matahari terhadap bahan bangunan


Sumber: Puslitbangkim, 2005

Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan 5


• Upaya buatan untuk kenyamanan

o Lingkungan bangunan yang teduh dengan banyak tanaman sekitar akan


menurunkan suhu ruang bangunan.

o Penggunaan ventilasi alami atau penerangan alami akan di[eroleh


penghematan biaya energi yang harus kita keluarkan. Tidak demikian halnya
dengan upaya kenyamanan buatan, karena energi yang dipakai untuk
megaktifkannya perlu dikeluarkan sejumlah biaya tambahan. Namun yang
harus dilakukan adalah merancangnya dalam kapaitas yang optimal, atau
secukupnya. Pembuatan penahan panas / shading yang berfungsi sebagai
sirip penahan panas. Sinar yang masuk kedalam ruang lebih sedikit , yang
dapat disesuaikan dengan standar minimal kebutuhan kekuatan cahaya
untuk ruang yang bersangkutan. ASHRAE ( American Society of Heating,
Refrigerating and Air Conditioning Engineers ) mensyaratkan tingkat
kenyamanan, dipengaruhi oleh: suhu udara ruangan, kelembaban ruangan,
dan kecepatan angin dalam ruangan. Batasan kenyamanan suhu efektif 23
o o
C - 27 C, kecepatan angin 0,1 - 1,5 m/s , kelembaban relatif antara 50 –
60%.

2.2. ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SEBAGAI MANIFESTO DISAIN SADAR


ENERGI
Pengaruh konteks energi dalam arsitektur sebenarnya sudah dipahami
oleh para arsitek pada awal abad keduapuluh melalui kontribusi karya karyanya
dalam gerakan arsitektur modern, dimana sebagai para perancang Bauhaus
mereka berpendapat bahwa karya disain arsitektur merupakan hasil akhir dari
analisa rasional yang diwujudkan melalui expresi formal dari proses dan material
konstruksi baru. Terbilang Walter Gropius dengan sun-tempered home, Keck
brothers dengan Crystal House, Buckminster Fuller dengan Dymaxion house
yang berdasarkan konsep efisiensi energi dan produksi industri, Le Corbusier
dengan proposal Mediterranean House, dan kontribusi akademik dari Olgyay
bersaudara dalam publikasi ilmiahnya Design with Climate memberikan
justifikasi keterlibatan para arsitek dalam isu efisienArsitektur Bioklimatiksi
energi, meskipun gaungnya teredam oleh euforia revolusi industri dan

6 Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan


international movement dari arsitektur modern. Embargo minyak 1973
merupakan suatu momen kebangkitan kesadaran energi dimana eskalasi harga
minyak bumi yang membubung menimbulkan dampak krisis energi pada negara
- negara maju yang energy dependent. Seluruh potensi riset dan pengembangan
dikerahkan untuk mengatasi krisis tersebut yang tentunya juga termasuk sektor
bangunan gedung maupun perumahan yang tentunya akan menentukan
perancangan arsitektur. Rekonseptualisi perancangan arsitektur perlu dilakukan
dengan pertimbangan pertimbangan efisiensi energi, mengingat 36-45%
kebutuhan energi nasional terserap dalam sektor bangunan. Krisis energi ini
ternyata memacu perkembangan arsitektur baru dengan disain sadar energi
(energy conscious design) yang berdasarkan paradigmanya dapat di
klasifikasikan sebagai berikut :

- Arsitektur Hemat Energi (Energy-Efficient Architecture)


Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan
energi tanpa membatasi atau merubah fungsi
bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya “ dengan
memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara aktif..
Mengoptimasikan sistim tata udara-tata cahaya, integrasi antara sistim tata
udara buatanalamiah, sistim tata cahaya buatan-alamiah serta sinergi antara
metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat energi.

- Arsitektur Bioklimatik (Bioclimatic Architecture/Low Energy Architecture)


Arsitektur yang berlandaskan pada pendekatan disain pasif dan minimum
energi dengan memanfaatkan energi alam iklim setempat untuk menciptakan
kondisi kenyamanan bagi penghuninya. Dicapai dengan organisasi morfologi
bangunan dengan metode pasif antara lain konfigurasi bentuk massa bangunan
dan perencanaan tapak, orientasi bangunan, disain fasade, peralatan
pembayangan, instrumen penerangan alam, warna selubung bangunan,
lansekap horisontal dan vertikal, ventilasi alamiah.

Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan 7


- Arsitektur Surya (Solar Architecture)
Arsitektur yang memanfaatkan energi surya baik secara langsung (radiasi
cahaya dan termal), maupun secara tidak langsung (energi angin)
kedalam bangunan, dimana elemen- elemen ruang arsitektur
(lantai,dinding,atap) secara integratif berfungsi sebagai sistim surya aktif
ataupun sistim surya pasif. Diawali dengan arsitektur surya pasif yang
memanfaatkan atap dan dinding sebagai kolektor panas dan
dikembangkan dengan sistim surya aktif yang meng implementasikan
keseluruhan sistim surya termosiphoning dan berintegrasi penuh dengan
keseluruhan elemen arsitektur. Inovasi teknologi lanjutan dalam sel
photovoltaik menghasilkan prototipe arsitektur baru yang spesifik.

8 Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan


2.3. SISTIM OPERASIONAL BANGUNAN
Untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dalam bangunan,
kondisi lingkungan internal (temperatur, kelembaban, tingkat iluminasi) dapat diatur
tanpa ataupun dengan menggunakan peralatan teknologi mekanikal elektrikal yang
menggunakan energidari sumber yang tidak dapat diperbarui, yaitu pembangkit listrik
dari tenaga uap (minyak bumi, batu bara, gas alam yang merupakan sisa sisa fosil
yang telah punah).Terdapat beberapa tingkat sistim operasional yang digunakan
dalam bangunan dengan kategori berikut 2 :
ƒ Sistim Pasif ( passive mode )
Tingkat konsumsi energi paling rendah, tanpa ataupun minimal penggunaan
peralatan ME (mekanikal elektrikal) dari sumber daya yang tidak dapat
diperbarui (non renewable resources)
ƒ Sistim Hybrid ( mixed mode)
Sebagian tergantung dari energi (energy dependent) atau sebagian dibantu
dengan penggunaan ME.
ƒ Sistim Aktif (active mode/ full mode)
Seluruhnya menggunakan peralatan ME yang bersumber dari energi yang
tidak dapat diperbarui (energy dependent).
ƒ Sistim Produktif (productive mode)

2
menurut Worthington, J, 1997 yang dikutip dari Yeang, Ken, 1999

Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan 9


Sistim yang dapat mengadakan/ membangkitkan energi nya sendiri (on-site
energy) dari sumber daya yang dapat diperbarui (renewable resources)
misalnya pada sistim sel surya (fotovoltaik) maupun kolektor surya
(termosiphoning). Interval kenyamanan yang akan dicapai dari beberapa
tingkat sistim operasional tersebut dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 4. Interval kenyamanan sistem operasional


Sumber : Yeang, Ken, The skyscraper , 2001

Target konsumsi energi dari beberapa sistim operasional bangunan dan


keterkaitannya dengan teknologi dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 5. Target konsumsi energi tipe –tipe sistem operasional


Sumber: Yeang ken, The skyscraper, 2001

10 Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan


BAB III. TINJAUAN KASUS
DAN APLIKASI DESAIN BANGUNAN HEMAT ENERGI
3.1. TEMUAN DILAPANGAN
1. Dari pengukuran kualitas udara kenyamanan termal / suhu dibeberapa
gedung bertingkat di kota besar dalam hal ini adalah gedung perkantoran
diperoleh data antara lain bahwa suhu dalam ruang adalah antara 22.3 sampai
25.4 derajat celcius, kelembaban 47-56%, kecepatan udara dalam ruang Cuma
0.091 m/dtk. Sedang standarnya adalah 0,15 – 1,15 m/Dtk. Sementara kadar
CO2-nya rata diatas standar yaitu 400 – 888 ppm. Perlu dugaris bawahi bahwa
sifat CO2 lebih berat dari udara, sehingga terakumulasi ditempat rendah
sehingga harus dikeluarkan. Sedangkan yang terjadi karena aliran udara dalam
gedung sedemikian rendah maka gas ini dapat terisap kembali oleh penghuni
bersama degan partikel debu debu yang tercatat sekitar 300-400 mikrogram/m3
dari yang standar adalah hanya sebesar 150 mg/m3. hal – hal demikian
perlunya tata udara dalam ruang yang terencana baik dari sejak perencanaan,
perancangan atau dalam pemeliharaan gedungnya sendiri. Kondisi ini
mempenguruhi kesehatan penghuni, akibat tata udara yang tidak baik yang
menyebabkan “sick building syndrome”. Hal ini tertama terjadi diperkantoran
dikota besar yang sebagian besar dalam bentuk gedung bertingkat banyak,
yang menggunakan alat pegkondisian udara atau A/C. dimana penghuni tidak
mengindahkan peringatatan “No Smoking Here”

2. Gedung bertingkat sedang dan tinggi cenderung menggunakan selubung


bangunan yang tertutup dari kaca. Pemakaian kaca ini selain untuk mengurangi
kebisingan juga dimaksudkan untuk membuat penerangan alami kedalam ruang
dalam gedung tatap dapat dimanfaatkan. Bahkan dibeberapa gedung bertingkat
menggunakan kaca sebagai dinding penutup luar bangunannya akan membuat
tampak yang indah. Mudah dalam pemeliharaannya. Sinar matahari yang
masuk kadalam ruang baik untuk kesehatan maupun mengurangi beban
pencahayaan buatan. Namun terlalu banyak cahaya yang masuk, energi untuk
A/C akan meningkat. Pada bangunan tinggi tambahan beban pendinginan ini
bisa melebihi pengurangan terhadap beban pencahayaan/penerangan. Wilayah

Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan 11


Indonesia yang terletak di daerah tropis sudah seharusnya menerapkan prinsip
Arsitektur tropis. Suatu rancangan bangunan yang mengantisipasi kondisi alam,
dengan ciri tropis yaitu penggunaan kanopi pada dinding luar untuk atau
mengurangi panas matahari kearah dalam bangunan . Pengunaan kaca sebagai
selubung bangunan akan mengakibatkan peningkatan suhu sekitar bangunan
dari normalnya sekitar 0.5 derajat Celcius dalam jarak 1-2 meter dari bangunan,
membuat silau dari arah yang berlawanan .

3.2. APLIKASI DESAIN HEMAT ENERGI


3.2.1. Ventilasi alami
Penggunaan ventilasi alami atau penerangan alami akan di[eroleh
penghematan biaya energi yang harus kita keluarkan. Tidak demikian halnya
dengan upaya kenyamanan buatan, karena energi yang dipakai untuk
megaktifkannya perlu dikeluarkan sejumlah biaya tambahan. Namun yang
harus dilakukan adalah merancangnya dalam kapaitas yang optimal, atau
secukupnya. Contoh desain tersebut antara lain:
1. Nama proyek : Baton Rouge
Lokasi : Louisiana
Fungsi bangunan : The Louisiana State University Museum of Art and
The Manship Performing Arts Center.
• Tampak bangunan

Menggunakan material kaca sebagai penutup dinding pada fasade bangunan.

12 Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan


Enterance bangunan menggunakan material kaca
sebagai penutup dinding pada fasade bangunan.

Penutup atap pada


teras dengan
pandangan ke arah
sungai Mississipi.

Jendela pada bagian atas bangunan berfungsi


sebagai pencahyaan alami untuk exhibition gallery.

Sistem kontrol jendela


untuk memanfaatkan
pencahayaan alami ke
dalam bangunan.

Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan 13


• Denah bangunan

Perencanaan denah pada lantai


dasar.

Perencanaan denah pada lantai lima dengan


menggunakan sistem kantilever.

• Interior bangunan

Interior lobby utama bangunan menggunakan


material kaca sebagai elemen penutup dinding untuk
memanfaatkan pencahayaan alami, pemanasan
kalor matahari dan pandangan keluar.

2. Nama proyek : The New Central Library of Law.


Lokasi bangunan : The University of Hamburg, German.
Fungsi bangunan : Perpustakaan untuk University of Hamburg.
Arsitek : The German firm medium Achitekten, partners Klaus Roloff
and Michael Ruffing.

14 Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan


• Tampak bangunan

Tampak selatan bangunan


memiliki pandangan ke taman sesuai dengan
sejarah bangunan vila di Hamburg pada abad ke-
19.
Tampak selatan
menggunakan 3 warna
pada material kaca sesuai
dengan sejarah bangunan
vila di Hamburg pada abad
ke-19.

• Denah bangunan

Perencanaan lantai tipikal


dengan akses ruang baca pada
sisi tepi bangunan.

Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan 15


Perencanaan denah lantai basement.

• Sistem udara alami pada bangunan

Sirkulasi udara pada lantai tipikal


pada saat musim dingin.

Sirkulasi udara pada saat musim


panas.

16 Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan


Ventilasi udara pada siang hari
di musim panas.

Ventilasi udara pada malam


hari
di musim panas.

Sirkulasi udara di lantai


basement.

3.2.2. Penerapan kaca pada facade bangunan hemat energi


1. Fasade Kaca Pintar merupakan suatu konsep teknologi mutakhir dinding
tirai kaca yang mempertemukan kepentingan ekologi maupun ekonomi
bagi bangunan perkantoran bertingkat tinggi yang dikondisikan
sepenuhnya (fully air-conditioned). Ia mampu mengurangi pantulan panas
matahari dari bangunan bangunan kaca tinggi yang menyebabkan
meningkatnya temperatur lingkungan diperkotaan (heat-island effect)

Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan 17


maupun efek rumah kaca pada atmosfer bumi (green house effect). Selain
itu ia mereduksi penggunaan energi yang dipakai untuk sistim tataudara
dengan cara mengeliminir beban pendinginan eksternal. Disebut sebagai
fasade kaca pintar , karena kemampuan otomatik sistim ini untuk selalu
ber adaptasi dengan pergantian cahaya dan kondisi cuaca sepanjang
tahun dengan cara meng optimasi sumber energi yang dapat diperbarui
( radiasi matahari dan kecepatan udara) pada selubung luar bangunan.
Aplikasi sistim ini padabangunan tinggi akan dapat memainkan peranan
besar dalam usaha untuk melindungi lingkungan global kita.

Fasade kaca pintar mengindikasikan suatu kemampuan untuk merespons


perubahan kondisi lingkungan alami menurut waktu selama sehari atau
sepanjang tahun dengan cara sedemikian rupa untuk mereduksi
kebutuhan energi primer untuk pemanasan, pendinginan dan
pencahayaan alami yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada
konservasi lingkungan. Bermacam macam metode penghematan energi
dapat diterapkan dan dipadukan dalam fasade kaca pintar ini misalnya
ventilasi dan penerangan alami, pendinginan malam hari dengan emisi
termal, penciptaan buffer zone dan sebagainya. Semua metode tersebut
menuntut adanya integrasi tingkat tinggi antara sistim fasade dan sistim
struktur, sistim ME dan sistim interior dalam bangunan. Kondisi
aerodinamik dan termodinamik bangunan tinggi harus dianalisa secara
seksama, karena ventilasi alami untuk aliran udara melalui rongga fasade
dan didalam interior bangunan tergantung dari tekanan dan hisapan angin
disepanjang bagian monumen bangunan tinggi tersebut. fasade kaca
pintar adalah konstruksi dinding kaca ganda (double-skin construction)
dengan rongga udara antara 35cm- 50cm antara kaca luar dan kaca
dalam. Dinding kaca luar ketebalan 12mm dari jenis kaca dengan
transmisi tinggi (umumnya kaca bening), sedangkan kaca dalam ketebalan
6-8mm dari jenis high performance glass. Terdapat rongga udara menerus
sehingga merupakan cerobong kaca (glass-shaft) dengan ketinggian
meliputi beberapa lantai sesuai dengan studi analisis yang dilakukan.
Pada bagian atas dan bawah cerobong kaca ini terdapat pembukaan

18 Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan


pembukaan yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluar ventilasi udara
(inlet and outlet) dan mekanismenya dikontrol otomatis dengan sensor
elektrik yang men deteksi temperatur dan kecepatan angin. Untuk
keperluan pemeliharaan, pembukaan pembukaan ini mempunyai terminal
pada ruang mekanikal pada lantai lantai tertentu gedung tinggi dan
dilengkapi dengan filter udara.

Kaca 6-8 mm

Kaca 12mm

Rongga/cerobong kaca
Glass – shaft lebar 35-50cm

2. Penerapan control solar heat gain


-Jenis kaca yang dipakai adalah vari-tran
yang dilapisi dengan solar control coated glass

- Fungsi lapisan yaitu mengurang cahaya yang


menyilaukan

- memberikan estetika pada warna tertentu


- Bahan lapisan dari metal yang tahan lama dan
sangat tipis

-Lapisan terdapat penghambat reactive kaca


dapat mengrangi solar heat gain dan cahaya
yang menyilaukan mata

Menara Imperium Jakarta


-Lapisan warna yang bervariasi; silver, ice crystal
sappire blue dll.

Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan 19


3. Penerapan AC VRV
VRV (Variable refrigerant volume)yaitu suatu sistem pengontrolan kapasitas
mesin AC dengan cara langsung mengatur laju aliran refrigerantnya, di
dalam indoor unit, electronic expansion valve yang dikendalikan oleh
komputer akan mengubah laju aliran refrigerant secara terus menerus
sebagai reaksi atas terjadinya perubahan beban. Komponen dari VRV sama
dengan AC split, hanya pengendaliannya saja yang berbeda sehingga VRV
lebih presisi dan efisien. Ada tiga hal utama yang membuat sistem VRV
hemat energi ;
- Energi penyerapan panas yang lebih rendah
- Mencegah kapasitas yang berlebihan
- Efiensi tinggi pada beban sebagian.
Dibawah ini adalah komponen dan cara kerja AC VRV:

Cara Kerja VRV

VRV Secara vertikal VRV secara Horizontal

20 Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan


Kelebihan VRV dibanding AC yang Lain yaitu:
- Hemat energi
- Kontrol kapasitas yang linear dan presisi
- Perencanaan/pemasangan/perawatan mudah dan hemat
- Kontrol individu dan atau terpusat
- Hemat energi
- Hemat biaya operasional
- Kontrol temperatur presisi

DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Mohammad AS, Hikam MA, Sistem Bangunan Pintar, 2006
2. Puslitbangkim, Perencanaan Gedung dengan Aspek Kenyamanan , 2005
3. www. Achitectureweek.com
4. Jimmy Priatman, Ir, Facade Kaca Pintar Teknologi Inovasi Arsitektur, 2004
5. Jimmy Priatman, Ir, Arsitektur Hemat Energi, 2005
6. Yeang, Ken, Green Skyscraper, 2001

Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan 21

Anda mungkin juga menyukai