Disusun oleh :
Andreas Brian V. P.
(135060100111011)
Zuhal Azmi
(135060101111037)
(135060101111039)
(135060101111043)
(135060101111059)
Najmi Faradisa
(135060101111061)
Mala
(135060101111067)
Salwa Saputri
(135060107111011)
Ika Widyastuti
(135060107111057)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Jembatan merupakan sebuah struktur konstruksi yang memungkinkan rute
transportasi melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain.
Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua
bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam,
alur sungai saluran irigasi dan pembuang.
Pada jaman dahulu, manusia membuat jembatan dengan konstruksi sederhana
dan hanya menggunakan batang kayu atau bebatuan sebagai penghubung dua bagian
jalan yang terputus. Seiring dengan perkembangan jaman, konstruksi jembatan juga
semakin berkembang dan semakin modern. Manusia tak hanya menggunakan kayu dan
batu secara sederhana, namun mulai menggunakan material lain seperti baja, beton,
maupun campuran keduanya. Bentuk-bentuk konstruksi jembatan pun semakin beragam
dan kompleks.
Konstruksi jembatan yang semakin beragam dan kompleks tentu membutuhkan
perencanaan dan metode pelaksanaan yang kompleks pula. Setiap konstruksi jembatan
memiliki metode perencanaannya masing-masing dan berbeda satu sama lain. Hal ini
dikarenakan setiap bentuk konstruksi memiliki material dan karakateristik dalam
menahan beban yang berbeda-beda.
Salah satu bentuk konstruksi yang mulai sering digunakan saat ini adalah
jembatan gantung (suspension bridge). Jembatan gantung dipilih karena mampu
digunakan dalam bentang yang panjang. Jembatan gantung juga digunakan pada medan
di mana tidak memungkinkan untuk membangun pilar di bawah jembatan. Dengan
memperhatikan beberapa faktor di atas, jembatan gantung dapat menjadi pilihan yang
efisien.
Pembangunan jembatan gantung memerlukan tahap perencanaan yang cukup
rumit karena memiliki bagian struktur yang kompleks. Selain itu, dalam pembangunan
jembatan gantung juga perlu memerhatikan metode pelaksanaan yang tepat agar tidak
terjadi kegagalan saat proses konstruksi. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai
perencanaan dan metode pelaksanaan konstruksi jembatan gantung dengan lebih
terperinci.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perencanaan jembatan gantung (suspension bridge)?
1.3.
Tujuan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui perencanaan jembatan gantung (suspension bridge).
2. Mengetahui metode pelaksanaan konstruksi pada jembatan gantung
(suspension bridge).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jembatan gantung merupakan pilihan yang efisien dan efektif sebagai sarana
transportasi untuk menyeberangi sungai atau jurang. Keunggulan jembatan gantung
dibandingkan dengan jembatan lainnya, antara lain :
- Memiliki nilai estetika
Memiliki bentang relatif panjang untuk melewati sungai atau jurang di mana
pemasangan tiang-tiang penyangga secara menerus dengan bentang pendek
tidak dimungkinkan
Jembatan gantung memiliki beberapa elemen struktur dominan, seperti kabel
utama, batang penggantung, gelagar memanjang, dan menara. Di antara elemen struktur
tersebut, perlu diteliti elemen mana yang memberi kontribusi dominan terhadap tingkat
keamanan struktur, dan seberapa besar pengaruh perubahan kuantitas dimensi elemen
struktur terhadap perubahan tingkat keamanan struktur. Dalam merancang jembatan
yang aman namun ekonomis, perlu ditentukan pilihan dimensi yang sesuai.
Pengguna jembatan dan tingkat lalu lintas harus diidentifikasi secara jelas karena
akan menentukan lebar lantai jembatan yang diperlukan dan beban hidup pada jembatan
yang akhirnya akan menentukan biaya konstruksi. Lebar untuk jalan masuk dan lintasan
untuk tipetipe yang berbeda dan tingkat-tingkat lalu lintas terdiri dari dua lebar standar,
yaitu:
a) 1 m sampai dengan 1,4 m untuk pejalan kaki, sepeda, hewan ternak, sekawanan
hewan, gerobak dorong beroda satu dan beroda dua, dan motor (jembatan
pejalan kaki kelas II)
b) 1,4 m sampai dengan 1,8 m untuk kendaraan yang ditarik hewan dan kendaraan
bermotor ringan dengan maksimum roda tiga (jembatan pejalan kaki kelas I).
2.2 Struktur Jembatan Gantung
Tipe yang lebih konvensional dari jembatan gantung yaitu yang menggunakan
kabel menerus yang ditahan oleh menara pada setiap ujung jembatan. Kabel tersebut
digunakan untuk menahan batang penggantung lantai jembatan.Lantai jembatan boleh
lentur atau kaku, tetapi harus cukup kuat menahan beban lalu lintas antara kabel dan juga
untuk menahan beban angin. Bagian ujung menara harus cukup tinggi untuk
memungkinkan kabel utama melengkung, antara 1 : 8 dan 1 : 11.
a) Bangunan atas
- Lantai jembatan berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati
jembatan serta melimpahkan beban dan gaya-gaya tersebut ke gelagar
-
memanjang
Gelagar memanjang berfungsi sebagai pemikul lantai dan sandaran serta
sebagai pengaku
Batang / kabel penggantung berfungsi sebagai pemikul gelagar utama serta
b) Bangunan bawah
- Menara/pylon berfungsi sebagai tumpuan kabel utama dan gelagar utama,
serta melimpahkan beban dan gaya-gaya yang bekerja melalui struktur pilar
-
dipikulnya ke pondasi
Pondasi menara dan blok angker berfungsi sebagai pemikul menara dan
blok angker serta melimpahkan beban dan gaya-gaya yang bekerja ke lapisan
tanah pendukung
Selain bentang utama, biasanya jembatan gantung mempunyai bentang luar (side
span) yang berfungsi untuk mengikat/mengangkerkan kabel utama pada blok angker.
Walaupun pada kondisi tertentu terdapat keadaan di mana kabel utama dapat langsung
diangkerkan pada ujung jembatan dan tidak memungkinkan adanya bentang luar, bahkan
kadangkala tidak membutuhkan dibangunnya pilar.
lintas (dek). Dek pada jembatan gantung jenis ini biasanya berupa struktur
rangka, yang mempunyai kekakuan (EI) tertentu. Dalam perhitungan struktur
secara keseluruhan, beban dari lantai jembatan didukung secara bersamasama oleh kabel dan gelagar pengaku berdasarkan prinsip kompatibilitas
lendutan (kerja sama antara kabel dan dek)
Jembatan gantung dengan pengaku mempunyai dua bentuk umum, yaitu :
1. Tipe rangka batang kaku (stiffening truss)
Pada tipe ini jembatan mempunyai bagian yang kaku atau diperkaku yaitu
pada bagian lurus pendukung lantai jembatan (dek).
2.2
Kabel mempunyai penampang yang seragam/homogen pada seluruh bentang
Tidak dapat menahan momen dan gaya desak
Gaya-gaya dalam yang bekerja selalu merupakan gaya tarik aksial
Bila kabel menerima beban terbagi merata, maka wujudnya akan merupakan
lengkung parabola
j) Pada jembatan gantung kabel menderita beberapa beban titik sepanjang beban
mendatar
Mc
f
Besarnya tegangan pada kabel T dengan adalah sudut kabel terhadapa
horisontal pada setiap titik dimana tegangan T adalah besar dari setiap anggota
poligon meningkat ke arah tumpuan, maka dapat menggunakan persamaan :
T cos H
H
T
cos
T H sec
d2y w
dx 2 H
Kabel Parabola
w.l 2
8
sederhana menjadi :
w.l 2
8
2
w.l
H
8. f
H. f
Karena pada struktur jembatan gantung terdapat gaya H pada masingmasing pylon maka rumus momen lentur diatas dapat diubah menjadi :
T1 H 2 Q 2
w.l 2
T 1
8. f
w.l
8f
T1
w.l
1 16n 2
Adapun besar tegangan maksimum pada kabel yang terjadi
f
l
Dengan :
8
L l 1 n 2
3
gantung diperoleh panjang kabel parabola diantara dua tumpuan dengan elevasi yang
sama :
2.9
L
struktur yang sederhana (bukan untuk struktur yang rumit dan berfungsi untuk menahan
beban yang terlalu beart), karena ridak adanya pendukung lantai jembatan yang kaku
atau tidak memenuhi syarat untuk diperhitungkan sebagai balok menerus. Perubahan
panjang kabel diantara dua tumpuan (L) adalah sebagai hasil dari pemanjangan elastis,
gelinciran kabel, atau perubahan suhu, sedangkan akibat dari lendutan pilar dan lendutan
kabel perubahan panjang bentang adalah L dan f adalah perubahan simpangan (sag)
kabel. Besar perubahan panjang kabel setelah pembebanan dapat menggunakan
persamaan :
16
n 5 24n 2
15
H
xf
f
Dari beberapa konsep diatas, termasuk juga pertambahan panjang kabel
akibat beban yang terjadi maka pada kabel jembatan gantung tersebut terjadi tambahan
komponen horisontal akhir sebesar :
2.10
struktur yang kompleks karena kebutuhan akan persyaratan keamanan dan kenyamanan,
memiliki bagian struktur dengan kekakuan tertentu. Secara umum fungsi dari bagian
yang mempunyai kekakuan tertentu pada jembatan gantung adalah untuk :
1. Bersama-sama dengan kabel mendukung beban lalulintas pada lantai
jembatan.
2. Mendistribusikan beban titik, dan beban asimetris untuk menjaga kabel tetap
parabolik.
3. Membatasi terjadinya lendutan statis pada kabel
N
8
3EI
(1 8n 2 )
2
5 Af Es
Hubungan antara kabel dengan kekakuan rangka batang
Dengan,
E
Es
H max
1
P.l
(5 Nn)
Komponen horisontal atau tegangan horisontal kabel :
5Pl 4
8
1
384 EI
5N
BAB III
CONTOH PERENCANAAN JEMBATAN GANTUNG
1. Analisis Lendutan dan Tegangan Kabel
Diketahui data :
Main Cable :
Es
= 2.106 kg/m2
A
= 1,2667.10-4 m2
Kayu
:
E
= 1.109 kg/m2
I
= 1,296.10-3 m4 (9/12)
Beban mati (w) + beban hidup (p) = 635 kg/m
Panjang kabel = bentang = 12 meter dengan sag maksimum = 1,6 meter.
Pemyelesaian :
l
12 7.5
Pl 2
635 x12 2
T
(1 16n 2 )1 / 2
8f
8 x1,6
1 16 1
7.5
1/ 2
8096,25kg
Tegangan kabel
awal :
tan 4n 4 x
1
7,5
HL
16 2
7143,96 x12
1 16 1 0,018524m
L
1 n
Es. A
3
3 7,5
(2 x1010 x 2 x1,2667 x10 4 )
L
0,018524
16
n(5 24n 2 ) 16 x 1 5 24 1
15
15 7,5
7,5
Lendutan sag :
H
7143,96
xf
x 0,02846 127,1609kg
f
1,6
Tambahan komponen
horisontal akhir :
0,02848m
1 8 1 2,284
7,5
Komponen horisontal H :
P.l
635 x12
H
5002,732
5.N .n
1
5 x 2,284 x
7,5
384 EI
5N
d
Harga N :
5 x 635 x12 4
8
1
0,01983m
9
3
5 x 2,28475
384 x1,0 x10 x 2 x1,296 x10
= 4,90 kg/m
= 20 kg/m +
= 24,9 kg/m = 25 kg/m
2,4kg / cm 2 60kg / cm 2
W 1
2
x 20 x 2,5
6
2. Longitudinal Beam
Middle Beam (6/10)
Dead Load
= 0,06 x 0,1 x 980
Deck Load
= 12,5 / 0,4
Total
Gambar Stuktur :
RB = 12,5 kg
= 5,88 kg/m
= 31,25 kg/m +
= 37,13 kg/m
= 5,88 kg/m
Deck Load
= 3,75 / 0,2
= 18,75 kg/m +
Total
= 24,63 kg/m
3. Transversal Beam
Beban yang bekerja seperi yang terlihat pada gambar berikut ini.
Berat profil CNP 65 = 7,043 kg/m.
Gambar Struktur :
4. Hangers
Menggunakan diameter -5. Hangers diupayakan mampu menahan tarik.
fy = 240 MPa
Nu .Nn
1
150,5715 240. .5 3
4
150,5715 471,24kg
Kuat Tarik Bahan :
.....Ok !!
5. Main Cable
Pembebanan :
Dead Load
1. Balok Memanjang (3 buah) = 3 x 5,88
2. Deck (2,5/20)
= 1 x 0,025 x 980
3. Balok Melintang (33 buah) = (33x4,9x0,8)/66
4. Berat Hanger (asumsi)
5. Main Cable (-25) = 2 x 3,023 x 66,162 / 66
6. Beban lain-lain (asumsi)
= 17,64 kg/m
= 24,5 kg/m
= 1,96 kg/m
= 2 kg/m
= 6,06 kg/m
= 1 kg/m +
Total
Live Load
1. Live Load
= 53,722 kg/m
= 750 / 66,00 = 11,3636 kg/m
= arc.tan(4/33) = 6,9112o
P.l 2 65,1.66 2
17723,475kg
8. f
8.2
H
17723,475
17853,199kg
cos cos(6,9112)
T1
T 17853,199
8926,5995kg
2
2
Kapasitas beban kabel -25 dapat dilihat pada tabel dibawah adalah kira-kira
sebesar 55 ton (minimum breaking load).
Tc
55000
6,161
T 1 8926,5995
Maka faktor keamanan (n) :
Setelah main cable telah memenuhi syarat angka kemanan, back stays juga
perlu dicek angka keamanannya. Berikut merupakan gambar detail
pembebanannya :
H
17723,475
20465,306kg
cos 30
cos 30
Tc
55000
5,375
T 1 10232,653
Untuk satu kabel maka T1 = 20465,306 / 2 =
10232,653 kg
Faktor Keamanan (n) :
6. Pylon
Dari gambar pembebanan pada main cable maka besar beban yang diterima
pylon :
Vtotal = (8926,5995.sin(6,9112) + 10232,653 sin(30)) = 6190,472 kg (tekan ke
arah pylon).
Untuk perencanaan profil pylon, maka perlu dilakukan coba-coba untuk
menemukan profil pylon agar mampu menahan beban yang diterima pylon.
Profil pylon digunakan profil CNP 30 (coba-coba). Data dari profil CNP 30
adalah sebagai berikut :
A
= 5880 mm2
b
= 100 mm
4
Ix
= 80300000 mm
h
= 300 mm
ix
= 117 mm
tf
= 16 mm
Lk = 3,5 m = 3500 mm
tw
= 10 mm
Iy
= 4950000 mm4
iy
= 29 mm
Mutu Baja yang digunakan adalah BJ-37 (fy = 240 MPa)
Karena sumbu lemah merupakan sumbu y maka sumbu x tidak perlu dihitung
kekuatan tekuknya. Perhitungan tekuk seperti perhitungan tekuk pada struktur
baja :
b 250
tf
fy
100
250
16
240
6,25 16,137
253,448
iy
29
fy 253,448
240
2,795
E
200000
2,1 )
Nu Nn
61904,72 . A.
fy
w
240
9,766
61904,72 122826,1315
61904,72 0,85.5880.
Jadi penampang CNP30 dapat digunakan sebagai profil pylon supaya dapat
menerima beban yang terjadi pada pylon
.
7. Pondasi
Gaya Vertikal dari satu pylon = 6190,472 kg
Karena gaya vertikal pada pondasi diakibatkan oleh 2 pylon maka = 2 x
6190,472 = 12380,944 kg. Tegangan ijin tanah sebesar 0,6 kg/cm2
Ukuran pondasi yang digunakan : 2 m x 2 m x 1 m
beton = 2400 kg/m3
Berat Pondasi = Volume Pondasi x beton = 2 x 2 x 1 x 2400 = 9600 kg
Q 9600 12380,944
0,55 0,6kg / cm 2
A
40000
8. Block Anchor
Diketahui :
tanah
= 1500 kg/m3
beton
= 2400 kg/m3
H
=3m
Gambar Detail Angkur :
FSguling
H 1.1,5
8861,737.1,5
0,806
( V ).1 (21600 5116,326).1
Karena FS guling kurang dari 1 maka, dimensi blok angkur perlu diubah.
Berat Blok Angkur
FSguling
H 1.1,5
8861,737.1,5
2,339
( V ).1 (10800 5116,326).1
Karena FS guling lebih dari 1 maka dimensi blok angkur diperoleh sebesar 1,5 x
1 x 3.
BAB IV
METODE PELAKSANAAN
A) PROSEDUR PELAKSANAAN JEMBATAN GANTUNG TIPE 21 M
Berikut ini adalah langkah demi langkah yang dianjurkan untuk diikuti dalam
pelaksanaan ereksi di lapangan.
Seebelum memulai langkah pertama, demi kelancaran pekerjaan dianjurkan
untuk mengadakan pengecekan secara menyeluruh sebagai berikut :
a) Bongkar peti - peti komponen dan sekali lagi isi peti satu persatu dicek terhadap
packing list.
b) Periksa semua bahan yang perlu disediakan setempat.
c) Periksa dan cek semua peralatan bantu yang diperlukan.
d) Baca pedoman secara menyeluruh untuk mendapatkan gambaran umum cara
pemasangan.
e) Cocokan mur dengan baut/pasangannya masing - masing,terutama mur untuk
hanger(penggantung)harus dikerjakan khusus.
Dianjurkan
untuk
tidak
memulai
pekerjaan
bila
masih
ada
kekurangan
bahan,komponen atau alat tersebut di atas, karena akan sangat mengganggu kelancaran
pelaksanaan.
Apabila segala sesuatunya telah siap, selanjutnya ikutilah prosedur berikut ini:
4. Langkah 4. Memasang Rangka Lantai Jembatan, Klem dan Hanger pada Kabel
Utama
Bongkar peti-peti packing dan cocokan isi peti dengan packing list yang terlampir.
Periksa semua bahan yang perlu disediakan dilapangan.
pemasangan
Periksa mur baut sesuai ukurannya masing-masing, dan pisahkan menurut
jenisnya.
Apabila segala sesuatunya telah siap, selanjutnya ikutilah prosedur berikut ini :
2 .1 .LANGKAH MENYIAPKAN PONDASI DAN BLOK ANGKUR.
Sebelum memulai pekerjaan bangunan bawah jembatan, perlu dipertimbangkan beberapa
hal dalam menempatkan jembatan gantung dan kaitannya dengan medan yang dijumpai
dilapangan.
1.
2.
3.
4.
5.
Buatlah tangga gantung dari tambang atau bambu dan pasang pengait pada
ujungnya.
Gantungkan tangga pada kabel utama dan tali erat erat
Pasang hanger utama
Pasang angkur ujung jembatan
Stel rangkaian batang bawah
Stel batang vertikal ke batang bawah sekaligus pasangkan plat buhul
Stel batang melintang dan pagar.
Stel rangkaian batang bawah, batang vertikal dan batang melintang tersebut
jembatan
Kencangkan semua baut
Sebagai langkah terakhir dari pelaksanaan pemasangan jembatan gantung ini adalah
pemasangan papan lantai jembatan.
1. PERSIAPAN
1. Persiapan Alat
Tambang
Lier tangan, tackle kapasitas 3 ton, tackle 5 ton
Kunci pas/ ring
Kunci sock
Pipa atau box bantu
Roda katrol
Balok kayu atau batang kelapa
2. Pemeriksaan komponen
Periksa komponen sesuai dengan packing list terlampir; jumlahnya,
agar
tidak
terjadi
pencampuran
jenis,
sehingga
Cangkul
Meteran
Gergaji
Palu
Papan kayu
Kayu kaso
Paku secukupnya
2. Langkah Kerja
pondasi portal
Siapkan alat alat bantu seperti, kayu, papan kayu, dan lain sebagainya
2. Langkah Kerja
Tentukan lokasi atau tempat yang akan dipergunakan untuk
baja utama.
Jika semua sudah terpasang dengan benar dan siap untuk dicor,
langsung dicor dengan adukan beton.
mengalami kecelakaan
Ikatlah seling ( rantai tackle 3 ton) tersebut pada kaki portal.
Mulailah pemasangan, paskan lubang kaki portal (plat yang telah
1. Persiapan Peralatan
Tacle
Tambang
Drum/perahu
2. Langkah kerja
Setelah roller terpasang di portal, mulailah persiapan untuk
as portal
Untuk memudahkan dalam menaikkan kabel utama, terlebih dahulu
kabel dilengkungkan dan diikat dengan tambang, kemudian ditarik
Balok kayu
Seling atau tambang
2. Langkah Kerja
Putar waltemur
Apabila setelah diputar waltemur kabel utama ternyata masih kurang
juga maka kita kendorkan buldoggrip lalu tekukan kabel agak
dimajukan lebih kedepan
2. Langkah Kerja
Setelah kabel utama terpasang dan sesuai dengan aturan layoutnya,
bersamaan
Pada setiap pemasangan batang girder jangan lupa untuk di mur, dan
langsung dikencangkan
Jangan lupa memakai alat pengaman
1. Persiapan Peralatan
Kunci pass dan kunci ring
Mur baut
2. langkah kerja
apabila batang tegak sandaran sudah terpasang, siapkan batang
2. Langkah Kerja
Buka gulungan kabel, kemudian bentangka sejajar bentang jembatan
Salah satu ujung kunci pada waltemur kabel angina, lalu pasang ikatan
kabel angina dengan catatan buldoggrip sudah terpasang dengan mur
ujung satunya
Untuk mempercepat waktu pemasangan, stel kedua kabel angin secara
bersamaan, setelah semua kabel angina terpasang periksa kelurusan
dan goyangan jembatan
BAB V
KESIMPULAN
Jembatan gantung saat ini mulai sering digunakan dalam dunia konstruksi
jembatan, terutama digunakan untuk jembatan dengan bentang yang panjang. Selain itu,
jembatan gantung juga biasa digunakan pada medan yang tidak memungkinkan untuk
membangun pilar di bawah jembatan. Konstruksi jembatan gantung bisa menjadi
alternatif yang tepat untuk membangun jembatan pada kondisi-kondisi di atas.