Anda di halaman 1dari 30

Cerita Awal Simpus

Kalau bercerita tentang Simpus yang saya kembangkan, saya tidak bisa melepaskan diri dari
Puskesmas Salam, Kabupaten Magelang, serta beberapa sosok lain yang begitu dalam terlibat
dalam setiap langkah dan setiap arah Simpus.

Sedikit mundur beberapa tahun, pertama saya mulai kenal dan belajar soal sistem informasi
puskesmas ke puskesmas Salam sekitar tahun pertengahan tahun 2000, waktu itu saya diajak
oleh Prof. Hari Kusnanto (beliau sekarang ketua minat Simkes IKM FK UGM). Pada
kunjungan saat itu, kami ingin melihat dan berdiskusi masalah program safe motherhood dan
kemungkinan pembuatan program aplikasinya (ternyata saat ini saya mengembangkan juga
Simpus KIA, dikit-dikit juga ada hubungannya sama program safe motherhood). Saat itulah
pertama kali saya berkenalan dengan dr. Kristiani, SU, kepala puskesmas Salam. Beliau
mengajak berkeliling melihat puskesmas yang (waktu itu agak) kecil tapi pasiennya sangat
banyak. Ditunjukkan bagaimana data-data di puskesmas Salam di dapat, dikumpulkan dan
kemudian di olah dengan menggunakan komputer. Pengolahan data menggunakan program
dBase, dengan program buatan sendiri, masih under DOS, yang dibuat oleh Pak Bambang.
Hasil pengolahan pak Bambang secara rutin dianalisa, kemudian di lakukan proses diseminasi
data (hehe.. jujur saya belum tahu arti pas nya, cuma pas presentasi beberapa waktu yang lalu
saya menggunakan istilah ini , maklum slide nya pinjeman). Beberapa program dan kebijakan
di Puskesmas Salam sudah mengacu pada data-data yang ada. O iya… Pak Bambang inilah yang
nantinya banyak memberikan masukkan untuk Simpus Rawat Jalan.

Pertemuan berikutnya dengan dr. Kristiani di Laboratorium Statistika & Komputer IKM FK
UGM sekitar tahun awal 2001. Beliau sedang mencari Mas Agus Setyanto Admaja, Manajer
Operasional Lab. Komputer untuk membahas pengolahan data. Waktu itu beliau mencetuskan
ide untuk mengembangkan satu software khusus puskesmas, dengan harapan puskesmas bisa
mengelola data-data yang ada. Pesan beliau waktu itu cukup singkat ‘Mas Jojok tolong bikin
program puskesmas yang mudah dipake staf, gampang diliat hasilnya dan … murah bagi
puskesmas’. Hehe… pesan terakhir yang sangat ditekankan dan berat, maklum yang jadi angan-
angan di benak saya saat itu adalah menjadi programer dengan bayaran sekian juta per bulan.
Kalau bisa sih bayaran Jakarta biaya hidup di desa. Kemudian beliau juga banyak bercerita
tentang kiriman software-software dari beberapa instansi yang akhirnya entah berakhir dimana.
Entah wangsit apa yang membuat saya tidak berpikir panjang untuk segera menerima ajakan
beliau.

Ketika pertama kali mulai mengembangkan Simpus, hampir tiap beberapa hari sekali saya ke
puskesmas Salam. Konsultasi dengan pak Bambang, dengan bu Kris, dengan beberapa staf,
termasuk untuk mencari tahu bagaimana supaya Simpus nanti bisa benar-benar mudah dipake
dan gampang diliat hasilnya. Bu Kris dari dulu selalu mengingatkan “Anggap stafku tahunya
cuma nggeser mouse, klik, terus data keluar… “. Dan untuk membuat hal seperti itu menjadi
nyata, Pak Bambang sangat besar kontribusinya. Pengalaman beliau mengembangkan program
dBase memudahkan saya untuk mendesain ulang database dan tampilan antar muka yang
dibutuhkan. Hampir 3-4 bulan lamanya saya membuat program Simpus yang pertama, sebelum
kemudian melakukan uji coba di Salam, mencari tahu bagaimana format alur data yang paling
mudah, sampai akhirnya “dianggap” Simpus Rawat Jalan siap untuk di implementasikan di
puskesmas-puskesmas. Butuh waktu hampir 8 bulan sebelum akhirnya semua puskesmas di
Kabupaten Magelang menggunakan Simpus, disusul Kabupaten Kulon Progro, Boyolali dan
seterusnya.. Dalam perjalanannya, banyak dokter dan staf puskesmas ikut memberikan andil
dalam kelengkapan informasi yang bisa diberikan oleh perangkat lunak ini ke penggunanya.
Misalnya dr. Adhi Dharma dari Wonogiri, beliau lah yang getol mengejar saya untuk membuat
Simpustu supaya lebih banyak staf puskesmas bisa memasukkan data secara berbarengan, serta
bisa diaplikasikan di loket pendaftaran. Atau dr. Agus Probolinggo, beberapa masukkan nya
juga sangat berharga. Beberapa staf puskesmas dari berbagai daerahpun ikut memberikan saran
sehingga Simpus/Simpustu bisa lebih maksimal untuk puskesmas.

Model pengembangan Simpus agak lain dari pengembang lain yang ada saat itu. Simpus
dikembangkan secara berkelanjutan, bukan proyek yang mengacu ke termin waktu pelaksanaan
kerja. Selain itu sistem pengadaannya juga jual-beli. Pertimbangannya sederhana saja, dengan
jual beli, ada rasa beban moral di pihak penjual, bahwa pembeli mempercayai produk kita,
sehingga ada rasa tanggung jawab untuk selalu memberikan yang terbaik. Pihak pembeli pun
merasa mempunyai hak dan lebih mudah untuk memberi masukkan supaya Simpus bisa lebih
baik lagi. Nah efek sampingnya, kalau Simpus lebih baik, mudah-mudahan lebih laku hehe…

Berbagai masukkan dari daerah-daerah dan puskesmas-puskesmas pengguna Simpus secara tidak
langsung membuat Simpus lebih lengkap. Dan semua pengguna Simpus bebas untuk
mengupgrade lagi Simpus terbaru. Intinya, ada kerjasama saling menguntungkan antar pengguna
Simpus. Saya ingin Simpus adalah hasil pemikiran bersama antar puskesmas.

Dalam beberapa bulan terakhir, bisa dikatakan Simpus Rawat Jalan sudah cukup stabil untuk
berjalan di puskesmas, sehingga saya memandang sudah waktunya untuk mengembangkan
modul-modul lain untuk kebutuhan program Puskesmas.
Alur Data Simpus
Simpus, pada prinsipnya adalah alat bantu untuk mengolah data yang ada di puskesmas. Pada
tahap awal yang telah saya kembangkan adalah Simpus untuk kunjungan rawat jalan. Secara
umum alur data di semua puskesmas hampir sama (atau pasti sama), kecuali untuk beberapa
proses administrasi yang pasti antar satu daerah berbeda dengan daerah yang lain. Ada beberapa
daerah membutuhkan karcis untuk mengecek jumlah kunjungan, sementara daerah lain cukup
dengan laporan rekapitulasi kunjungan.

Secara umum, alur pelayanan pasien (sebagai target data Simpus) di puskesmas adalah sebagai
berikut :

1. Pasien datang ke puskesmas. Beberapa puskesmas menyediakan nomer antrian, baik


berupa kertas bertuliskan nomer urut antri, atau bahkan yang sudah digital, dengan
memijit tombol antrian. Tapi ada juga puskesmas yang percaya pada kesadaran pasien
sendiri untuk antri sehingga tidak perlu menyerobot urutan kedatangan orang lain.
2. Pasien akan dipanggil sesuai urutan untuk didaftar di loket pendaftaran. Pada proses ini,
dicatat nomer rekam medis pasien, atau dibuatkan nomer rekam medis kalau pasien baru
pertama kali berkunjung.
3. Pasien menunggu, sementara petugas akan mencari rekam medis pasien yang
bersangkutan di ruang catatan medis, untuk diberikan ke unit pelayanan tempat pasien
ingin berobat.
4. Pasien dipanggil bu dokter (atau pak dokter ) bisa juga oleh perawat.
5. Pasien diperiksa, dicatat anamnesis dan lain-lain, termasuk diagnosis, obat yang
diberikan dan tindakan medis kalau ada.
6. Pasien keluar, sementara dari unit pelayanan membuat resep untuk diberikan ke ruang
obat.
7. Pasien dipanggil untuk membayar (di beberapa daerah sudah gratis), kemudian dipanggil
lagi untuk menerima obat.
8. Pasien pulang, semoga cepat sembuh

Yang saya tulis di atas adalah alur sederhana satu proses pelayanan di puskesmas. Dan harus
dicatat bahwa puskesmas tidak hanya melayani kunjungan di dalam gedung tapi juga di luar
gedung misalnya di Pustu, Posyandu, Polindes, atau PKD. Tentunya menjadi satu permasalahan
bagaimana data kunjungan itu bisa dimasukkan ke dalam Simpus, dengan mengingat kondisi
infrastruktur IT yang berbeda-beda antar puskesmas.

Banyak pilihan yang bisa dipilih supaya data bisa masuk ke komputer. Dan ini tergantung dari
kemampuan dan kemauan dari puskesmas yang bersangkutan. Puskesmas bisa membangun satu
sistem terpadu Simpus, setiap ruangan diberi komputer, supaya setiap pelayanan langsung masuk
ke dalam Simpus. Untuk sistem seperti itu jelas dibutuhkan Simpus Online, yang tersambung di
semua tempat pelayanan. Dibutuhkan biaya operasional yang cukup besar. Belum lagi untuk
pencatatan kunjungan luar gedung.
Pencatatan data pasien selama ini di puskesmas, biasanya berupa Buku Register, kemudian juga
catatan berupa Resep untuk obat. Untuk kunjungan luar gedung, data yang disetor biasanya
sudah berupa rekapitulasi yang akurasi dan kevalidan datanya bisa dipertanyakan.

Buku registrasi yang masih banyak terdapat di puskesmas kita.

Dari register itulah dibuat beberapa rekapan data, dengan bentuk masih berupa tulisan tangan,
meskipun nantinya akan dipindah ke dalam file Ms Excel atau Ms Word.

Contoh rekapitulasi tulisan tangan.

ALUR DATA SIMPUS JOJOK

Dengan mengingat kemampuan puskesmas yang sebagian terbatas itulah, saya (dibantu dengan
pak Bambang dari Puskesmas Salam) mencoba membuat satu sistem pencatatan baru yang bisa
dimanfaatkan sebagai sumber data.

Pencatatan yang saya kembangkan berupa Lembar Register Pasien (contoh format Lembar
Register bisa di download di kotak Berbagi), dimana di dalamnya berisi data-data pasien
termasuk diagnosis dan obat yang diberikan. Kemudian untuk kunjungan luar gedung ,
dikembangkan juga alternatif lain untuk menghemat kertas yaitu Lembar Bantu Register
Pasien. Dengan hanya menggunakan dua model pencatatan ini, hampir semua kebutuhan
rekapitulasi untuk rawat jalan sudah bisa dipenuhi dari Simpus.

Prinsip pencatatan adalah sebagai berikut :

1. Setiap pasien yang datang berkunjung ke puskesmas, di loket pendaftaran akan langsung
diberikan satu lembar Lembar Register Pasien, dan datanya akan dicatat pada Lembar
Register Pasien. Satu pasien mendapat satu lembar untuk satu kunjungan. Pada tahap
lebih lanjut, dapat langsung disiapkan satu komputer di loket untuk Simpustu, dan buku
register manual bisa ditinggalkan.
2. Kunjungan pasien di semua tempat luar gedung pun akan mendapat lembar register yang
sama. Lembar Register ini juga berfungsi sebagai pengganti resep.
3. Setelah pasien dilayani, lembar register dilengkapi dan divalidasi mulai dari loket sampai
ke ruang obat, selanjutnya register dikumpulkan di ruang Simpus untuk dimasukkan ke
program Simpus oleh operator.

Untuk mengentry data ini pun, ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan :

1. Menunjuk satu petugas khusus, dengan tidak diganggu oleh pekerjaan lain.
2. Membuat jadwal yang melibatkan semua staf untuk bergantian memasukkan data ke
dalam komputer.

Jadi pada prinsipnya, Simpus Modul Rawat Jalan ini dilakukan setelah pelayanan kesehatan
selesai dilaksanakan. Praktis kegiatan Simpus harian yang diperlukan hanyalah Entry Data.

Tampilan Simpus
Berikut adalah tampilan utama Simpus Rawat Jalan.

Tampilan Utama Simpus


Beberapa contoh tampilan Simpus Rawat Jalan yang sudah dikembangkan terbagi menjadi 3
kelompok tampilan sebagai berikut :

• Data Dasar, adalah tampilan untuk data-data dasar yang ada di puskesmas, yang nantinya
akan digunakan dalam proses pengisian data baik secara manual maupun ketika
dimasukkan ke Simpus. Data dasar yang diperlukan antara lain : Info Puskesmas, Data
Petugas Medis, Data Wilayah Asal Pasien, Data Lokasi Periksa, Data Obat dan beberapa
data dasar lain.

Tampilan Info Dasar Puskesmas

Data No Index Pasien


Data Kode Obat

• Input Data, adalah tampilan utama yang setiap hari dipakai untuk memasukkan data yang
berasal dari lembar register atau lembar bantu register. Selain itu terdapat tampilan untuk
memasukkan penerimaan obat dan distribusi obat.

Input Registrasi Pasien

• Output, atau Keluaran, adalah hasil pengolahan data yang masuk, dengan hasil berupa
tabel-tabel rekapitulasi, grafik-grafik dan pemetaan kunjungan pasien.
Tampilan Data, menampilkan data kunjungan pasien yang telah dimasukkan

Rekapitulasi Diagnosis yang masuk

Rekapitulasi pemakaian obat harian.


Grafik 20 Besar Cakupan Penyakit/Diagnosis

Grafik Mingguan Kunjungan/Diagnosis

Grafik Rekapitulasi Variabel Pasien


Pemetaan
PENAWARAN SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS)
LATAR BELAKANG SIMPUS

Puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan umum, dapat dipastikan


membutuhkan keberadaan sistem informasi yang akurat dan handal, serta cukup
memadai untuk meningkatkan pelayanan puskesmas kepada para pengguna
(pasien) dan lingkungan terkait. Dengan lingkup pelayanan yang begitu luas,
tentunya banyak sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam proses
pelayanan di puskesmas. Banyaknya variabel di puskemas turut menentukan
kecepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan
puskesmas.

Selama ini banyak puskesmas yang masih mengelola data-data kunjungan pasien,
data-data arus obat, dan juga membuat pelaporan dengan menggunakan cara-cara
yang manual. Selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratan dari pengelolaan
data juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan sangat besar.
Beberapa puskesmas mungkin sudah memakai komputer sebagai alat bantu untuk
pengelolaan data, hanya saja sampai sekarang belum banyak program komputer
yang secara khusus didesain untuk manajemen data di puskesmas.

SIMPUS dikembangkan dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi yang secara


umum banyak dijumpai di puskesmas. SIMPUS mempunyai tunjuan pengembangan
yang jelas, antara lain :
• Terbangunnya suatu perangkat lunak yang dapat digunakan dengan mudah oleh
puskesmas, dengan persyaratan yang seminimal mungkin dari segi perangkat keras
maupun dari segi sumber daya manusia yang akan menggunakan perangkat lunak
tersebut.
• Membantu dalam mengolah data puskesmas dan dalam pembuatan berbagai
pelaporan yang diperlukan.
• Terbangunnya suatu sistem database untuk tingkat kabupaten, dengan
memanfaatkan data-data kiriman dari puskesmas.
• Terjaganya data informasi dari puskesmas dan Dinas Kesehatan sehingga dapat
dilakukan analisa dan evaluasi untuk berbagai macam penelitian.
• Terwujudnya unit informatika di Dinas Kesehatan Kabupaten yang mendukung
terselenggaranya proses administrasi yang dapat meningkatkan kwalitas pelayanan
dan mendukung pengeluaran kebijakan yang lebih bermanfaat untuk masyarakat.

Berbagai kendala dalam implementasi SIMPUS ataupun program aplikasi yang


sudah pernah dialami di berbagai daerah ikut menjadi masukkan untuk
menentukan model pengembangan SIMPUS. Kendala-kendala yang secara umum
sering dijumpai di puskesmas antara lain :
• Kendala di bidang Infrastruktur
Banyak puskesmas yang hanya memiliki satu atau dua komputer, dan biasanya
untuk pemakaian sehari-hari di puskesmas sudah kurang mencukupi. Sudah mulai
banyak pelaporan-pelaporan yang harus ditulis dengan komputer. Komputer lebih
berfungsi sebagai pengganti mesin ketik semata. Selain itu kendala dari sisi sumber
daya listrik juga sering menjadi masalah. Puskesmas di daerah-daerah tertentu
sudah biasa menjalani pemadaman listrik rutin sehingga pengoperasian komputer
menjadi terganggu. Dari segi keamanan, banyak gedung puskesmas yang kurang
aman, sering terjadi puskesmas kehilangan perangkat komputer.

• Kendala di bidang Manajemen


Masih jarang sekali ditemukan satu orang staf atau petugas atau bahkan unit kerja
yang khusus menangani bidang data/komputerisasi. Hal ini dapat dijumpai dari
tingkat puskesmas ataupun tingkat dinas kesehatan di kabupaten/kota. Pada
kondisi seperti ini nantinya akan menjadi masalah untuk menentukan siapa yang
bertanggung jawab atas data-data yang akan ada, baik dari segi pengolahan dan
pemeliharaan data, maupun dari segi koordinasi antar bagian.

• Kendala di bidang Sumber Daya Manusia


Kendala di bidang SDM ini yang paling sering ditemui di puskesmas. Banyak staf
puskesmas yang belum maksimal dalam mengoperasikan komputer. Biasanya
kemampuan operasional komputer didapat secara belajar mandiri, sehingga tidak
maksimal. Belum lagi dengan pemakaian komputer oleh staf yang kadang-kadang
tidak pada fungsi yang sebenarnya.

APLIKASI SIMPUS

Dengan melihat berbagai tujuan dan berbagai kendala diatas, SIMPUS


dikembangkan. Kondisi-kondisi yang ada benar-benar menjadi pertimbangan
rancangan Aplikasi SIMPUS. Hal utama yang harus diketahui dari SIMPUS ini adalah :

SIMPUS adalah program aplikasi yang dikembangkan khusus dari puskesmas, untuk
puskesmas dengan melihat kebutuhan dan kemampuan puskesmas dalam
mengelola, mengolah dan memelihara data-data yang ada.

SIMPUS adalah aplikasi yang bersifat single user atau hanya dapat diaplikasikan
hanya oleh satu orang pada saat itu. SIMPUS bukan aplikasi multi user yang
memungkinkan satu database diolah bersama-sama oleh beberapa staf, dari
beberapa ruang pelayanan yang ada di puskesmas.

Dengan luasnya lingkup pekerjaan di puskesmas, maka SIMPUS nantinya akan


dikembangkan secara modular, atau terpisah antara program kerja yang satu
dengan program kerja yang lain.
Beberapa hal mengenai SIMPUS antara lain :
• Menggunakan Sistem Operasi Windows, menampilkan tampilan secara grafis dan
mudah digunakan. Untuk proses keluaran data bahkan hampir semua tampilan bisa
di akses dengan menggunakan tetikus (mouse).
• Menyimpan informasi riwayat kunjungan dari pasien dengan akurat. Penomoran
Index yang tepat dan benar akan lebih mempermudah dalam proses pencarian data
pasien tertentu.
• Input data yang cepat, dengan sumber data dari kartu registrasi pasien. Desain
masukkan data yang dikembangkan dengan mengacu pada pengalaman di
puskesmas menjadi pertimbangan utama untuk membuat proses entry harus cepat.
Dalam kondisi normal hanya butuh waktu dibawah 1 menit untuk memasukkan satu
data pasien.
• Dapat menampilkan rekapitulasi data pasien dan obat, serta membuat pelaporan
LB1 dan LPLPO dengan cepat. Periode keluaran data dapat ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan, dari data harian, periode harian, mingguan, bulanan atau
tahunan.
• Dapat menampilkan data 10 Besar / 20 Besar penyakit dengan cepat.
• Menampilkan data-data keluaran secara tabel maupun secara grafik dengan
cepat.
• Dapat digunakan untuk melakukan filter data kunjungan dengan cepat dan
mudah, sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

METODOLOGI PENGEMBANGAN

Pengembangan suatu sistem informasi, jelas membutuhkan langkah-langkah dan


strategi yang harus dijalankan. Pengembangan tidak dapat dilakukan dengan hanya
membeli satu perangkat lunak kemudian dibagikan ke puskesmas yang ada, tetapi
juga harus diikuti dengan berbagai langkah secara organisatoris maupun secara
operasional. Langkah-langkah pengembangan dapat berupa program pra-
implementasi dan program pasca-implementasi. Beberapa langkah yang harus
dilakukan antara lain :
1. Pendataan awal berbagai masalah baik dari segi perangkat keras ataupun calon
petugas data.
2. Pembentukan team informasi baik tingkat puskesmas atau tingkat dinas
kesehatan. Team untuk tingkat puskesmas dapat terdiri dari seorang penanggung
jawab program, disertai beberapa operator. Sedangkan untuk tingkat dinas
kesehatan, mungkin diperlukan satu team khusus untuk mengorganisir alur data
dan juga bertanggung jawab untuk manajemen data-data kesehatan. Apabila
dimungkinkan dapat dibentuk satu sub dinas Informatika / Pengolahan Data
Elektronik.
3. Inventarisasi data-data dasar, baik untuk tingkat puskesmas ataupun tingkat
dinas kesehatan. Data-data dasar itu antara lain : data puskesmas, data petugas
medis, data tempat pelayanan kesehatan, data obat-obat gudang farmasi, data
diagnosis, dan beberapa data-data dasar lainnya. Data-data ini nantinya akan
dikodekan karena SIMPUS akan banyak membutuhkan masukkan data berupa kode.
4. Sosialisasi data-data dasar. Hal ini perlu dilakukan ke semua staf medis dan
petugas di puskesmas supaya lebih mengenal sedini mungkin sistem yang akan
dipakai.
5. Pelatihan petugas SIMPUS. Dalam proses masukkan data, tentunya dibutuhkan
petugas khusus yang benar-benar menguasai program SIMPUS. Untuk itu perlu
minimal 2 orang dari tiap puskesmas yang harus di beri pelatihan untuk awal
pelaksanaan implementasi SIMPUS. Setelah beberapa saat di implementasikan,
maka diharapkan staf-staf puskesmas dapat belajar dari petugas yang sudah
menguasai.
6. Ujicoba implementasi. Hal ini dibutuhkan untuk mencoba semua staf, dalam
pengisian lembar registrasi pasien, juga untuk mengasah ketrampilan masukkan
data dari petugas yang sudah dilatih.
7. Evaluasi, dilakukan untuk mencari masukkan dan juga memberi masukkan
kepada semua pihak yang terkait dalam pengembangan SIMPUS.

BIAYA PENGEMBANGAN

Biaya pengembangan sistem informasi tergantung dari banyaknya puskesmas di


tingkat kabupaten beserta kelengkapan fasilitas dari program aplikasi untuk tingkat
kabupaten.
• Harga program SIMPUS sebesar Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu
rupiah). Harga belum termasuk pembuatan peta wilayah untuk puskesmas. Harga
dasar bisa berubah tergantung dari lokasi puskesmas.
• Harga program SIM Dinkes sebesar Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah),
harga termasuk pembuatan gambar peta wilayah untuk pengembangan program
sampai fungsi pemetaan penyakit.
• Untuk pelatihan petugas operator program SIMPUS, biaya per puskesmas adalah
Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) untuk Simpus Single User, Rp.
3.000.000,00 (tiga juta rupiah) untuk Simpus Web based. Setiap puskesmas dapat
mengirimkan dua calon operator.
• Harga belum termasuk transportasi ke daerah tujuan, akomodasi, penginapan
beserta Lumpsum untuk trainer sebesar Rp. 1000.000,00 (Pulau Jawa) atau Rp. 2
500.000,00 (Luar Pulau Jawa) per hari.
• Apabila dikehendaki, dapat dilakukan kunjungan untuk evaluasi dan supervisi per
puskesmas, dengan menambah biaya transportasi, akomodasi dan lumpsum.
• Perkiraan harga komputer dan printer dengan spesifikasi yang layak untuk
digunakan software SIMPUS : Rp. 5 500 000,00 – Rp. 6 500 000,00
SPESIFIKASI KOMPUTER SIMPUS
Spesifikasi minimal komputer yang digunakan untuk menjalankan Program SIMPUS
dengan baik :
1. Prosesor : Pentium III atau di atasnya
2. RAM : 128 Mb atau lebih
3. VGA : 4 Mb atau lebih
4. Hard disk : Minimal 10 Gb
Spesifikasi minimal untuk komputer yang digunakan sebagai pengolah data di Dinas
Kesehatan
1. Prosesor : Pentium IV
2. RAM : 512 Mb atau lebih
3. VGA : 4 Mb atau lebih
4. Hard disk : Minimal 40 Gb

Tentunya dengan kondisi perkembangan teknologi komputer dewasa ini, bukan


masalah yang berat untuk mengadakan komputer dengan spesifikasi tersebut.
Apabila memungkinkan bahkan dapat digunakan masing-masing dua komputer
atau lebih di puskesmas untuk lebih mempercepat proses pengetikan data ke
dalam SIMPUS. Untuk transfer data di puskesmas, selain menggunakan disket atau
flash disk, juga dapat dihubungan dengan jaringan komputer.

TAMPILAN SIMPUS

Tampilan Utama SIMPUS

Tampilan menu utama SIMPUS sangat sederhana, dan mudah diakses dengan
menggunakan mouse, tombol pintasan papan ketik, maupun tombol pintasan fungsi
tertentu. Misalnya hanya dengan menekan F1 akan langsung menampilkan data
dasar puskesmas, atau F3 untuk langsung menampilkan Form Masukkan Data.
Apabila dikehendaki, tampilan dapat diganti sesuai dengan gambaran dari
puskesmas, misalnya menampilkan foto puskesmas tertentu, atau didesain sesuai
dengan keinginan.

Data Dasar Puskesmas

Data Dasar Puskesmas merupakan tampilan yang berisi data-data yang harus diisi
sebelum SIMPUS mulai di aplikasikan. Sebagian besar berupa kode-kode variabel di
SIMPUS. Kode-kode disini harus seragam untuk satu wilayah kerja dinas kesehatan,
sehingga apabila data-data dari SIMPUS di masing-masing puskesmas dikirim ke
dinas kesehatan, maka data-data tersebut akan direkap dengan kode yang sama.

Data yang sudah di isikan ke dalam tampilan data dasar tidak boleh dirubah-rubah,
karena hal tersebut akan mempengaruhi data yang sudah dimasukkan ke dalam
database SIMPUS. Itulah sebabnya pengkodean awal variabel-variabel puskesmas
harus dilakukan dengan tepat dan benar.
Form Input Data

Gambar di atas adalah gambar tampilan utama dan satu-satunya yang menjadi
sarana memasukkan Data Kunjungan ke dalam program SIMPUS.
Waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan data sangat singkat, dibawah 1 menit
untuk operator yang telah terlatih, dengan catatan semua data yang tertulis dalam
lembar registrasi harus lengkap dan benar. Sebagian data dimasukkan ke dalam
SIMPUS berupa kode, dengan pengoperasian entry data hanya dengan papan ketik,
dengan penggunaan tetikus (mouse) yang sangat minimal.

Apabila SIMPUS diletakkan di ruang loket, maka dengan mudah SIMPUS juga dapat
digunakan sebagai alat bantu untuk mencari No Rekam Medis Pasien apabila pasien
yang bersangkutan tidak membawa kartu pasien.

Untuk membantu proses memasukkan data, sekaligus juga untuk menyediakan


aplikasi untuk bisa digunakan di loket pendaftaran, telah dikembangkan juga
software SIMPUSTU, yaitu program yang lebih sederhana yang memang
dikhususkan untuk membantu proses pengetikan data.
Pencarian No Index Pasien

Menampilkan Data Kunjungan

Untuk menampilkan data yang sudah dimasukkan ke dalam database SIMPUS,


operator tinggal menekan tombol F4 dan semua data akan ditampilkan, sesuai
dengan periode yang telah dipilih atau ditetapkan terlebih dahulu. Dari tampilan ini,
operator bisa langsung melakukan filter data dengan kriteria tertentu, mengurutkan
data, mencetak daftar pasien, merubah atau mengedit data yang dimasukkan, atau
bahkan juga mengkonversi data yang ada ke dalam format file MS Excel apabila
akan dilakukan pengolahan tersendiri dengan Aplikasi MS Excel.

Untuk merubah periode tampilan data dapat dilakukan dengan sangat mudah.
Setiap periode dirubah, semua tampilan data maupun semua hasil rekapitulasi akan
lansung berubah sesuai dengan pilihan periode.
Memilih Periode Data

Menampilkan Rekapitulasi Diagnosis


Tampilan diatas adalah contoh salah satu tampilan hasil rekapitulasi data yang
sudah dimasukkan SIMPUS, yaitu Rekapitulasi Diagnosis. Rekapitulasi ini akan
langsung menghitung diagnosis dari semua kunjungan ke puskesmas, termasuk
kunjungan yang berasal dari luar gedung misalnya Puskesmas Pembantu,
Posyandu, Polindes atau PKD, dan juga dari Pusling, dengan catatan semua lokasi
tadi juga menggunakan lembar registrasi dan dimasukkan ke dalam SIMPUS. Dari
tabel yang tampak, operator SIMPUS dapat langsung memilih untuk menampilkan
Data Pasien, atau menampilkan Rekapitulasi Diagnosis per Asal Wilayah Pasien,
atau menfilter data berdasarkan Jenis Pasien, Unit Pelayanan ataupun Lokasi
Pemeriksaan.
Tampilan Rekapitulasi Penggunaan Obat
Tampilan pemakaian obat akan langsung menampilkan rekapitulasi obat yang
keluar, dan dapat difilter berdasarkan beberapa variabel yang diinginkan. Selain itu
dapat ditampilkan juga siapa pemakai obat untuk semua obat yang sudah
diresepkan, kemudian disediakan hasil rekapitulasi pemakaian obat berupa tabel
pemakaian obat harian, yang dapat difilter berdasarkan lokasi pemeriksaan pasien.

Untuk membantu mempermudah pelaporan ke dinas kesehatan, SIMPUS juga telah


dilengkapi dengan fungsi untuk menghasilkan Rekapitulasi LB1 dan LPLPO. Untuk
pelaporan-pelaporan yang lain meskipun SIMPUS tidak memberikan hasil yang
langsung berupa hasil cetakkan format laporan, tetapi SIMPUS sangat membantu
untuk mencari dan menampilkan hasil-hasil rekapitulasi sehingga proses
rekapitulasi secara manual tidak perlu dilakukan.
Tampilan LB1

Tampilan LPLPO
Grafik Cakupan Kunjungan Pasien per Unit Pelayanan

Salah satu tampilan grafik di atas adalah Grafik Cakupan Pasien per Unit Pelayanan.
SIMPUS menghasilkan banyak grafik yang semuanya bisa didapatkan hanya dengan
beberapa klik. Grafik akan otomatis dibuat oleh SIMPUS.

Grafik Kunjungan Harian

Grafik Kunjungan Mingguan

Grafik Kunjungan Bulanan


Grafik Rekapitulasi Pasien berdasarkan Variabel Pasien

Grafik Pola Penyakit/20 Besar Penyakit


Tampilan Pemetaan Diagnosis

Pemetaan Diagnosis/Penyakit pada aplikasi SIMPUS adalah salah satu bentuk


keluaran yang juga bisa dihasilkan secara otomatis. Operator tinggal memilih
diagnosis apa yang akan dipetakan, kemudian hasil akan langsung keluar. Hanya
saja peta wilayah harus digambar terlebih dahulu kemudian di setting koordinat
masing-masing wilayah supaya bisa menampilkan data secara akurat.

REKAPITULASI SIMPUS DI DINAS KESEHATAN

Data-data kunjungan SIMPUS di puskesmas, selain ditujukan untuk memenuhi


kebutuhan informasi di tingkat puskesmas, juga dapat digunakan sebagai sarana
pelaporan ke dinas kesehatan. Data-data dari masing-masing puskesmas apabila
dikumpulkan di tingkat dinas kesehatan akan dapat dimanfaatkan untuk
mengetahui rekapitulasi data secara agregate di tingkat dinas kesehatan, dan hal
ini dapat dilakukan dengan cepat mudah dan akurat.

Untuk memenuhi kebutuhan informasi di tingkat dinas kesehatan, terutama yang


berkaitan dengan rekapitulasi kunjungan puskesmas, telah dikembangkan juga
suatu Aplikasi Database SIMKES, dimana data yang ada didalamnya adalah data
yang dikirim dari puskesmas, baik dengan menggunakan media disket, flash disk,
cd, atau bahkan dikirimkan secara online melalui jaringan Wide Area Network
ataupun internet.

Tampilan Utama SIMKES

Operasional aplikasi di dinas kesehatan sangat mudah, bahkan bisa dikatakan


tanpa memerlukan proses ketik mengetik untuk memasukkan data. Operator di
dinas kesehatan hanya tinggal menerima file dari puskesmas, menggabungkan ke
dalam database di SIMKES, kemudian langsung bisa dilihat hasilnya berupa
rekapitulasi kunjungan dari semua puskesmas.

Tabel dan grafik yang dihasilkan di Dinas Kesehatan secara umum hampir sama
dengan hasil pengolahan SIMPUS di puskesmas. Hanya saja cakupan datanya lebih
luas untuk tingkat kabupaten. Dari SIMKES, data-data pengolahan tingkat
puskesmas pun dapat dengan mudah ditampilkan.
Data Kunjungan Puskesmas dalam satu tahun

Grafik 20 besar penyakit kunjungan puskesmas


Pemetaan Diagnosis/Penyakit dalam wilayah kerja kabupaten

Pemetaan Diagnosis/Penyakit di tingkat wilayah kerja Dinas Kesehatan dapat


dihasilkan dengan cepat. Data yang diperlukan untuk menampilkan pemetaan
sudah didapatkan dari data-data yang dikirim dari puskesmas. Data-data yang
tampil sesuai dengan kunjungan di puskesmas, dan data-data itu bersifat lintas
batas. Penduduk suatu daerah dapat berkunjung ke puskesmas di wilayah lain, dan
di tingkat kabupaten pemetaan tetap dapat ditampilkan berdasarkan wilayah asal
dari pasien tersebut. Hal ini akan menambah akurasi data pemetaan.

Biasanya di tingkat puskesmas, kunjungan pasien yang berasal dari luar wilayah
kerja dilaporkan dengan variabel asal pasien 'Luar Wilayah'. Apabila data-data
tersebut dilaporkan ke tingkat dinas, dapat dihitung berapa data yang hilang ketika
data agregate ditampilkan.
Preview pencetakan Rekapitulasi Diagnosis per Kecamatan

Pengembangan SIMPUS dan SIMKES dilakukan secara terus menerus. Hal ini
dilakukan sesuai dengan kebutuhan baik di tingkat puskesmas ataupun tingkat
dinas kesehatan. Pengembangan SIMPUS tidak berhenti hanya dalam satu atau dua
tahun masa pengembangan. SIMPUS akan selalu dikembangkan dengan menerima
masukkan dari semua puskesmas pengguna SIMPUS sehingga ke depan SIMPUS
menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat untuk puskesmas pada khususnya dan
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan pada umumnya.

TEAM SIMPUS
Dr. Kristiani, SU Konsultan utama SIMPUS. Pernah menjabat sebagai kepala
puskesmas di Salam, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah selama 30-an
tahun, sangat berpengalaman dalam manajemen data dan informasi di puskesmas.
Menjadi dosen di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada

Agus Setyanto Admaja, SE Manajer Operasional di Laboratorium Statistika dan


Sistem Informasi Kesehatan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Raharjo, ST Programer.

SIMPUS dikembangkan karena kesamaan Visi dan Misi anggota Team SIMPUS.

Visi
Menjadi mitra Puskesmas dalam membangun dan mengembangkan Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas.

Misi
1. Menumbuhkan budaya sadar informasi dan data di Puskesmas.
2. Mengembangkan aplikasi SIMPUS yang lengkap, mudah, menarik dan
berkelanjutan untuk puskesmas.

SIMPUS sudah dikembangkan selama lebih dari 4 tahun. Selama ini sudah lebih dari
450 puskesmas menggunakan Aplikasi SIMPUS. Sebagian besar tampilan dan hasil
pengolahan data dari SIMPUS adalah masukkan dari puskesmas pengguna SIMPUS.

Diposkan oleh cv. link inti pratama di 01:53


Memandu perbaikan database Simpus secara remote,
dengan operator awam Friday, 23 April 2010
Posted by albert in IT, Pekerjaan, Simpus. 6 comments

Minggu lalu, terjadi masalah kegagalan proses restore data di salah satu puskesmas di kota
Magelang. Puskesmas tersebut, Puskesmas Magelang Tengah, menggunakan Simpus Web.
Akibat dari kegagalan proses restore data ini, data yang ada di dalam database tidak lagi utuh.
Ada sebagian data yang tidak lengkap. Tentu saja karena kondisi ini Simpus Web tidak dapat
berjalan sempurna. Penyebab kegagalan proses restore sudah diidentifikasi dan sudah dibuatkan
patch perbaikannya.

Mengapa sampai terjadi masalah kegagalan restore adalah topik menarik, dan mungkin akan
saya bahas pada posting lain. Yang ingin saya ceritakan saat ini adalah bagaimana saya secara
remote via telepon memandu dr. Majid (Kapus Puskesmas Magelang Tengah) untuk memulihkan
database yang rusak tersebut.

Pak Majid adalah pengguna komputer yang cukup cakap. Operasional dasar komputer dan
aplikasinya, termasuk Simpus Web, beliau kuasai. Tapi untuk mengakses server, masuk ke
database, menghapus dan memuat ulang data backup yang tersedia, beliau belum berpengalaman
sama sekali. Saat terjadi masalah tersebut, saya belum dapat datang ke lokasi untuk
membenahinya secara langsung. Saya bersedia memandu proses tersebut, dan kebetulan Pak
Majid (setelah dibujuk2 sedikit, hehehe) bersedia juga saya pandu.

Yang perlu dilakukan sebetulnya relatif sederhana, bagi mereka yang paham tentunya, yaitu
memeriksa backup mana yang terbaru, menghapus database yang rusak, memuat data backup
yang terlengkap dan terbaru, dan mengubah beberapa kode PHP untuk menanggulangi masalah
serupa di kemudian hari. Aplikasi bantu yang digunakan adalah, WinSCP, PuTTY, dan
phpMyAdmin.
WinSCP & PuTTY

Bermodalkan program telepon murah dari salah satu penyedia jasa telepon seluler, saya
memandu Pak Majid via handphone. Oh ya, penting untuk diketahui pula bahwa Simpus Web
diinstall di server Ubuntu, Pak Majid mengaksesnya dari komputer dengan Windows XP.
Pertama-tama, Pak Majid saya minta untuk masuk ke server dengan menggunakan PuTTY.
Untungnya saya mengingat user dan password yang dapat digunakan. Pak Majid berhasil masuk
ke server, kemudian saya minta masuk ke folder tempat data backup disimpan. Perintah yang
perlu diketikkan oleh Pak Majid saya diktekan satu per satu, bila perlu huruf per huruf. Saya
hanya membayangkan saja apa yang tampil di layar komputer Pak Majid. Yang perlu kami
ketahui pertama kali adalah, yang mana file backup yang terbaru. Dengan mengetikkan perintah
“ls“, akan tampil daftar file yang ada. Ketika saya minta Pak Majid mencari data tanggal file,
Pak Majid bingung. Pikir punya pikir, saya meralat perintahnya menjadi “ls -al”, agar data
tanggal file muncul. File backup terbarunya ketemu!

Langkah selanjutnya adalah menghapus database yang ada dengan bantuan phpMyAdmin
(selanjutnya saya sebut PMA, biar singkat). PMA sudah terinstall, dan Pak Majid saya pandu
mengaksesnya dengan browser. Ternyata user dan password yang saya ingat salah. Wah gawat,
pikir saya, bagaimana cara mendapatkan user dan password yang benar? Akhirnya saya teringat
bahwa di salah satu file konfigurasi aplikasi Simpus Web terdapat data itu. Pak Majid saya minta
menggunakan WinSCP (diawali dengan mengatur setting untuk dapat masuk ke server) untuk
melihat salah satu isi file konfigurasi Simpus Web. Data user dan passwordnya ketemu! Dengan
data tersebut, masuklah Pak Majid ke PMA, untuk dapat memilih database yang rusak dan
menghapusnya. Layar tampilan PMA cukup simpel, tidak susah memandu Pak Majid untuk
mengeksekusi langkah ini.

Untuk memuat data backup yang tadi telah diidentifikasi, Pak Majid kembali saya minta masuk
ke server dengan PuTTY. Dengan perintah “mysql -u blablabla…” Pak Majid tinggal
mengisikan password untuk mengeksekusi proses restore data secara manual ini. Sempat terjadi
kebingungan ketika Pak Majid berusaha memasukkan password, tapi tidak menjumpai indikator
apapun di layar yang menunjukkan bahwa password telah dimasukkan. Saya lupa memberitahu
Pak Majid bahwa ketika password dimasukkan, memang tidak akan muncul indikator apapun.
Kebingungan segera teratasi, data backup termuat.

Saat memandu Pak Majid untuk mengubah kode PHP, saya harus memastikan bahwa kode
ditulis secara benar, dan ditulis pada tempat yang benar. Untuk memastikannya, saya minta Pak
Majid untuk membacakan kode beberapa baris di atas dan beberapa baris di bawah tempat kode
PHP tambahan ditempatkan. Sedikit repot, tapi cukup aman.

Akhirnya, setelah beberapa sesi panduan, Simpus Web dapat digunakan lagi untuk sementara.
Setidaknya, input data dapat dilakukan dengan aman. Beberapa masalah yang masih tersisa,
terkait dengan masalah restore data yang gagal, saya benahi beberapa hari kemudian saat saya
pergi ke Magelang. Saat ini semuanya sudah berfungsi normal seperti sediakala.

Dari pengalaman ini, saya mendapatkan beberapa hal yang menarik:

1. Dengan ketekunan, kekompakan, dan ketelitian, panduan secara remote mungkin


dilakukan, termasuk dengan operator yang awam teknis, tapi cukup cakap
mengoperasikan komputer.
2. Pemandu harus dapat membayangkan secara utuh apa yang sedang dihadapi, baik dengan
pengalaman sebelumnya yang ia miliki, juga dilengkapi dengan informasi yang detil dari
operator.
3. Ketersediaan akses internet pada kedua pihak amat membantu. Pada pengalaman
kemarin, Pak Majid hanya memiliki akses internet di rumah, dan tidak di Puskesmas.
4. Program telepon murah amat membantu

Buat Pak Majid, saya mengucapkan terimakasih untuk kesediaannya saya pandu Jangan kapok
ya Pak.

Berbagi

Menginstall Pidgin di Ubuntu 9.10… (tanpa koneksi


internet) Tuesday, 13 April 2010
Posted by albert in IT, Pekerjaan. 4 comments

Topik seperti ini kok dibahas? Bukannya tinggal buka Synaptic Package Manager, centang
Pidgin (kalau belum ada di daftarnya, update dulu list package-nya), terus klik Apply? Betul,
100% gampang……. jika Anda punya koneksi internet di Ubuntu yang mau diinstalli Pidgin.

Ini malah lebih aneh lagi, sudah tidak punya koneksi internet, mau install Pidgin buat apa? Buat
gaya2an aja?
(Orang sabar disayang Tuhan..)

Jadi ceritanya begini. Puskesmas2 sekota Magelang menggunakan Simpus Web, belakangan ini
mereka menambah komputer2 baru, dengan sistem operasi Ubuntu 9.10. Sebelumnya, saat
semua komputer di sana menggunakan Windows XP, mereka menggunakan Yak sebagai alat
bantu komunikasi antar ruang. Karena Yak hanya dapat diinstall di Windows XP, saya sebagai
salah satu pihak pengompor penggunaan Ubuntu harus ikut bertanggung jawab mencarikan
pengganti Yak.

Sebentar… Jadi hubungannya dengan Simpus Web apa yah?

Mmmmm… Nggak ada ya?

Itu tadi niatnya numpang ngiklan aja sih… (ngaku)

Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya mendapat informasi bahwa Pidgin dapat digunakan
untuk komunikasi antar komputer dalam LAN. Segera setelah mendapat kabar itu, saya dengan
gembira menuju ke situs resmi Pidgin, langsung ke bagian download untuk mencari paket
installasi untuk Ubuntu. Eng ing eng.. Ternyata yang ada cuma petunjuk untuk menambahkan
Pidgin dalam daftar paket Ubuntu, untuk kemudian didownload dan diinstall lewat package
manager. Atau, bisa juga install dengan mengompile source code Pidgin.

Awalnya, saya ambil pilihan untuk mencoba compile dulu saja. Source Pidgin diperoleh.
Kemudian.. masalah berikutnya mulai muncul. Untuk bisa mengompile Pidgin, banyak sekali
dependensinya. Sampai tingkatan cucu saya coba cari dependensinya (maksudnya dependensi
level ke 3), tidak habis2. Selalu saja ada paket instalasi yang butuh paket lain. Dan, paket2
dependensi ini saya download di komputer lain, karena saya cuma punya modem ZTE AC2726
nya Smart. Beda dengan modem Huaweinya Telkomflash, modem ZTE ini tidak langsung
dikenali oleh Ubuntu. Jadi, saya download paket dependensi yang dibutuhkan Pidgin di
komputer lain (dengan Windows XP), lalu dikopi ke Ubuntu, baru dicoba diinstall, kalo masih
butuh lagi, cari lagi di komputer Windows XP. Total hingga saat saya menyerah dengan cara ini,
saya sudah mengumpulkan lebih dari 30 paket instalasi.

Saya putuskan mencari cara agar si Ubuntu bisa pakai modem ZTE. Jadi, saya harus cari cara
install modem ZTE dulu di Ubuntu. Ternyata, di internet bertebaran informasi soal ini, yang saya
acu yang ini. Semua saya ikuti dengan lancar, sampai pada langkah “.. lalu jalankan
usb_modeswitch ..”. usb_modeswitch sudah dijalankan, tapi tidak ada perubahan. Macet. Stress.

Dikutak kutik, dikutak kutik.. Ternyata jalan, dengan tambahan sudo: “sudo usb_modeswitch”.
Sama juga dengan langkah terakhir, yang di acuan itu dituliskan “untuk konek ke internet
jalankan perintah wvdial pada terminal..”, juga minta pake sudo. Mungkin user yang saya pakai
tidak memiliki otoritas yang cukup untuk menjalankan kedua perintah itu.

Akhirnya, bisa juga internetan dengan ZTE AC2726 di Ubuntu 9.10. Singkat kata, paket instalasi
Pidgin muncul di daftarnya Synaptic. Centang, dan jalankan. Pidgin terinstall.
Tapi tunggu..

Di sana ada beberapa komputer Ubuntu yang lain. Konyol rasanya kalau setiap kali mau install
harus setting modem dulu.

Pikir punya pikir, tadi waktu muncul di Synaptic, yang dicentang adalah paket “pidgin” dan
“pidgin-data”, kenapa tidak mencoba download langsung kedua paket itu, untuk kemudian
langsung diinstall di komputer Ubuntu yang lain? Didownloadlah kedua paket itu, di sini dan
di sini.

Dan ternyata, bisa!!

Setelah menjalani banyak ketersesatan, akhirnya saya mendapati jalan yang lurus dan terang
(halah!). Cukup download 2 paket itu, lalu install. Selesai.

Lalu bagaimana dengan cara setting Pidgin agar bisa dipakai untuk chat dalam LAN? Soal ini
sudah banyak dibahas di internet. Bisa langsung dicari pakai google.

Berbagi

Simpus, diakses dengan Puppy Linux Friday, 20 November


2009
Posted by albert in IT. add a comment

Hari ini, saya dan Roy pergi ke Puskesmas Magelang Selatan dengan dua tujuan: mengupdate
Simpus dan mencoba menginstall Linux untuk PC klien. Ubuntu 9.10 Karmic Koala (beta) yang
selama ini terinstall tidak dapat memberikan tampilan lebih dari 800×600. Berbagai upaya utak
atik sudah dilakukan, tapi tidak memberikan hasil. Demi menghindari frustasinya para staf
puskesmas (karena 34 PC baru diserahkan dengan Ubuntu KK beta, dengan kendala tampilan
yang seragam, seperti saya jelaskan tadi), saya mencoba memberikan solusi mudah dan ringan.
Saya membawa Puppy Linux 4.2.1, Nusantara IGOS, dan DSL, untuk dicoba pada PC yang ada.
Saya juga membawa Sabayon release lawas, sekedar untuk dicoba juga.

Instalasi dilakukan pada PC Acer (tidak mencatat serinya), dengan monitor LCD Acer X163W,
yang kebetulan memiliki resolusi maksimal dengan angka yang agak ganjil: 1366×768. Pertama
kali mencoba Puppy Linux (selanjutnya saya singkat PL) yang sudah saya siapkan di flashdisk
bootable saya. PL berjalan lancar, resolusi yang digunakan 1280×1024, tampilan agak tidak
proporsional, tapi semua fungsi berjalan. Ethernet card dikenali. Tampilan Simpus baik, secara
sekilas, fungsi2 Simpus berjalan, termasuk peta persebaran penyakit dan laporan2 grafis.
Selanjutnya, sekalian mencoba pikir saya, saya mencoba booting dengan CD Sabayon dan CD
Nusantara. Dengan Sabayon, tidak bisa masuk mode grafis (runlevel 5), entah mengapa. Tidak
ada waktu untuk menyelidiki lebih jauh (dan itu bukan tujuan saya ke Magelang hari ini), saya
segera tinggalkan dan melanjutkan menjajal Nusantara. CD Nusantara yang saya punya tidak
memiliki mode LiveCD, jadi harus menginstall dulu. Baiklah, saya ikuti proses instalasi. Selesai
instalasi, ternyata Nusantara juga tidak dapat memberikan tampilan apapun saat masuk mode
grafis. Saya memutuskan langsung kembali ke PL saja.

PL yang ada di flashdisk saya install ke harddisk. PC yang ada memiliki kapasitas harddisk yang
besar, bahkan berlebihan menurut saya (300GB), mengingat fungsi utamanya hanya untuk
mengakses aplikasi berbasis web. Bahkan seandainya tanpa disertai harddiskpun tidak apa2, bisa
langsung booting dengan flashdisk. Flashdisk berukuran 128MB juga sudah memadai, seperti
yang saya gunakan tadi. Instalasi berjalan relatif lancar. Sedikit coba2 saat instalasi GRUB, tapi
secara umum tidak ada hambatan. Setting jaringan juga mudah dan cepat. Berikut beberapa
contoh tampilan Simpus dengan menggunakan browser SeaMonkey (browser ini memakai
engine Mozilla):

Grafik Kunjungan per Diagnosis


Form Isian Rekam Medis

Peta Persebaran Penyakit

Setelah 1 PC terinstall dengan baik, hal berikutnya yang perlu saya lakukan adalah memberikan
pelatihan singkat cara instalasi PL pada Pak Deddy, staf Puskesmas Magelang Selatan, yang
bantuan dan dukungannya untuk Simpus sudah tidak perlu dipertanyakan lagi (makasih Pak!).
Langkah2 yang tadi telah saya lakukan dicatat oleh Pak Deddy. Master PL saya serahkan juga.
Semoga langkah2 tadi cukup jelas, dan bisa diajarkan juga pada rekan2 dari puskesmas2
Magelang yang lain.

SISTEM INFORMASI DAN MANAJEMEN PUSKESMAS


6 Maret 2009 at 10:49 pm | In Rupa-rupa | 22 Comments
Tags: manajemen, Puskesmas, sistem informasi
Rate This

Sistem Informasi

Pengertian sistem informasi menurut Wikipedia Indonesia dapat dijabarkan sebagaimana


beberapa pernyataan berikut ini :

1. Sistem Informasi adalah satu Kesatuan data olahan yang terintegrasi dan saling
melengkapi yang menghasilkan output baik dalam bentuk gambar, suara maupun tulisan.
2. Sistem Informasi adalah Proses yang menjalankan fungsi mengumpulkan, memproses,
menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk kepentingan tertentu;
kebanyakan SI dikomputerisasi.
3. Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang mempunyai
keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang bertujuan
menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Dalam sistem informasi
diperlukannya klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan keanekaragaman kebutuhan
akan suatu informasi oleh pengguna informasi. Kriteria dari sistem informasi antara lain,
fleksibel, efektif dan efisien.

Berangkat dari pernyataan tersebut di atas, kita kemudian mengenal berbagai sistem informasi
pada berbagai institusi atau instansi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Untuk Puskesmas,
salah satu sistem informasi yang mulai dikembangkan beberapa tahun lalu adalah Sistem
Informasi di Puskesmas.

Pada awalnya dinamakan SP2TP singkatan dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas. Pada saat itu, pengolahan data masih dilakukan secara manual. Wujud dari sistem
tersebut adalah adanya beberapa laporan yang dianggap penting untuk disampaikan oleh
Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten. Diantaranya laporan obat, data kesakitan, gizi dan
penyakit menular, dan laporan kegiatan Puskesmas yang dikirimkan secara bulanan. Ada juga
yang disampaikan secara tiga bulanan, enam bulanan, maupun tahunan. Selain itu, untuk
penilaian kinerja Puskesmas secara tahunan, dibuat Laporan Stratifikasi Puskesmas. Laporan ini
untuk mengukur sejauh mana Puskesmas berhasil menjalankan programnya – bukan – yang
sebenarnya adalah program Depkes yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam wilayah
kerjanya.
Terakhir, kita kenal lagi SIMPUS, singkatan dari Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas
dengan komponen laporan yang tidak jauh berbeda dari SP2TP.

Apapun namanya, setiap orang pasti ingin mencari cara termudah, cepat, dan akurat dalam
pengolahan datanya. Ketika komputer belum dikenal, alat canggih satu-satunya yang cukup
diandalkan dalam pengolahan data adalah kalkulator yang digunakan untuk pengerjaan operasi
hitung. Tetapi dengan alat bantu ini, tidak menolong untuk mempercepat penyelesaian laporan.
Contohnya, manakala seorang petugas diminta untuk merekap data 10 besar penyakit hingga
bulan tertentu, perlu waktu berjam-jam untuk menyelesaikannya. Begitupan saat menghitung
data penyakit setiap bulan, petugas harus melakukan pencacahan dari buku register pasien.
Pekerjaan ini sangat melelahkan, terlebih lagi jika pasien bulanannya berjumlah ribuan. Berapa
hari waktu yang diperlukan untuk mengerjakannya? Selain itu data yang dibuat sering tidak
akurat (valid), tidak terjamin kesikronannya dengan data lain seperti laporan ISPA, Malaria,
Diare, dan Visite Rate.

Hadirnya peralatan canggih seperti komputer, memberikan harapan baru. Saat ini, hampir setiap
Puskesmas telah memiliki komputer. Minimal 1 buah. Namun sayangnya, komputer yang ada
kebanyakan hanya berfungsi sebagai pengganti mesin tik. Memaksimal komputer untuk
otomatisasi laporan belum banyak dilakukan atau bahkan tidak terpikirkan sama sekali. Ini wajar
saja, karena di Puskesmas tidak ada ahli komputer, Jangankan sarjana komputer, lulusan D3
komputer saja tidak ada. Mungkin banyak yang memikirkan atau menginginkan sebuah software
untuk pengolahan data di Puskesmas, tetapi bagaimana mewujudkannya ? Mengharap amprahan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten, jauhlah panggang dari api. Jadi, meskipun sudah punya banyak
komputer, bahakan ada yang punya lebih dari sepuluh, pengolahan data dan laporan masih saja
tetap manual. Komputer hanya sekedar pengganti mesin tik.

SIMPUS SUNGAI AYAK

Memperhatikan kenyataan memprihatinkan di atas, yang juga terjadi di Puskesmas Sungai Ayak,
maka Kepala Puskesmas yang pecandu berat komputer dan belajar komputer secara otodidak,
mencoba menciptakan perangkat (software) yang dapat mengotomatisasi laporan Puskesmas,
terutama laporan yang berkaitan dengan pengelolaan data pasien. Software dibuat dengan
Microsoft Excel 2003, mulai diujicoba pada bulan Juni 2006. Saat itu laporan yang dihasilkan
baru dua jenis yaitu laporan data kesakitan (LB1) dan laporan Surveilans. Tahun 2007, program
tersebut disempuranakan lagi sehingga mampu menambah jumlah laporan sebagai outputnya
yaitu, LB1, Surveilans, Visit Rate, dan ISPA. Di akhir 2008, dengan penyempurnaan yang terus
menerus bertambah lagi jumlah laporan yang dihasilkan menjadi delapan jenis yaitu LB1,
Surveilans, Visit Rate, ISPA, Diare, Malaria, Setoran Retribusi, dan Laporan Obat (LB2) .
Dengan adanya software tersebut, pekerjaan petugas menjadi sangat dimudahkan. Petugas tidak
perlu lagi melakukan pengolahan data secara manual. Yang dilakukan hanyalah mengentri data
pasien yang berkunjung ke Puskesmas. Selanjutnya, program akan mengolah dan menyajikan
laporan dalam format yang sebenarnya dan siap di print out untuk kemudian dikirimkan ke
Kabupaten. Disamping data dalam format laporan bulanan, ditampilkan juga data kumulatif
beserta grafik dalam bentuk batang, garis, maupun pie. Selain kemudahan yang ditawarkan, data
yang ditampilkan juga dijamin keakuratannya dan sinkron satu sama lain. Dengan demikian
validitas data tidak diragukan lagi.
Adapun bentuk tampilan menu program dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Untuk mengentri data, petugas cukup mengklik pada bulan yang diinginkan hingga tampil fila
Ms Excel untuk pengisian data. Sedangkan untuk melihat laporan, cukup klik pada laporan
bersangkutan.

Bulan Nopember 2008 SIMPUS SUNGAI AYAK ini telah dipresentasikan pada rapat bersama
antara Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
beberapa Puskesmas di Kalbar yang digelar di Hotel Santika Pontianak, dan Hotel Mahkota
Singkawang. Peserta yang hadir waktu itu nampak terkesima. Betapa tidak, sebuah Puskesmas
kecil dan terpencil di daerah perhuluan Kalimantan Barat, ternyata punya sesuatu yang unik dan
sangat bermanfaat. Bahkan ibu Restiyanti – Kepala Seksi Yankes Dinas Kesehatan Propinsi
Kalbar – sempat menanyakan seberapa besar biaya pembuatan programnya. Untuk hal yang satu
ini, kami belum bisa menjawabnya.

Terakhir, dipresentasikan dalam rapat kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau di Hotel
Khatulistiwa Singkawang pada bulan Desember 2008. Untuk Kabupaten Sekadau, SIMPUS
made in Sungai Ayak ini pula digunakan di Puskesmas Sekadau. Sementara itu, sudah ada dua
Kabupaten di luar Sekadau yang menyatakan minatnya yaitu Kabupaten Sanggau dan Kabupaten
Pontianak.

Selanjutnya bagi Puskesmas yang berminat menggunakan program ini, dapat menghubungi kami
melalui email pada sungaiayakhc@gmail.com atau melalui hp no. 081256719278.

Anda mungkin juga menyukai