OLEH
KELOMPOK V
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata
kuliah Antimikroba Alami pada semester Genap Tahun 2016 di Fakultas
Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Mataram, 10 Juni 2016
Mengetahui,
Co. Assisten Praktikum Antimikroba Alami
Nur Fadhilaturrahmi
NIM. J1A 012 069
Praktikan,
Baiq Raodatun Khadawiyah
NIM. J1A 013 017
Mutyah Juliarsi
NIM. J1A 013 087
Menyetujui,
Koordinator Praktikum Antimikroba Alami
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya laporan tetap Antimikroba Alami ini dapat terselesaikan
tepat waktu. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mata kuliah
Antimikroba Alami di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami haturkan terima kasih kepada
dosen, koordinator praktikum, dan para Co. Assisten yang telah banyak
membantu serta membimbing kami baik dalam praktikum maupun dalam
penyusunan laporan ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih
banyak kekurangannya baik dari segi isi, maupun dari segi penampilannya. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran-saran yang sifatnya membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini selanjutnya.
Akhirnya kami mengharap agar laporan ini dapat menjadi sumbangan
ilmu pengetahuan bagi rekan-rekan yang lain dan juga dapat menambah
pengetahuan kita.
Mataram, 10 Juni 2016
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................iii
DAFTAR ISI` .....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi
ACARA I
iv
Pembahasan ...................................................................................62
Kesimpulan......................................................................................65
ACARA VI UJI AKTIVITAS TUMBUH-TUMBUHAN SEBAGAI ANTIMIKROBA
ALAMI
Pendahuluan ...................................................................................66
Tinjauan Pustaka .............................................................................68
Pelaksanaan Praktikum ...................................................................70
Hasil Pengamatan ..........................................................................72
Pembahasan ...................................................................................89
Kesimpulan......................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Aktivitas Antimikroba Beberapa Jenis
Yoghurt. 6
Tabel 2.1. Hasil Pengamatan Aktivitas Antimikroba Asap Cair 20
Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Komposisi Minyak Sumbawa dan Minyak
Thaiba31
Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Diameter Zona Hambat Minyak Tradisional
Minyak Sumbawa Dan Minyak Thaiba.31
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Zona Hambat Rempah-Rempah. .45
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Aktifitas Antimikroba Kayu Kurut.. 58
Tabel 6.1. Hasil Pengamatan Diameter Zona Hambat Beberapa Tanaman...72
vi
ACARA I
UJI AKTIVITAS SENYAWA ANTIMIKROBA BEBERAPA JENIS YOGHURT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Yoghurt merupakan salah satu produk fermentasi susu dengan bantuan
bakteri asam laktat (BAL). Yoghurt mempunyai banyak manfaat bagi tubuh
antara lain mengatur saluran pencernaan, antidiare, antikanker, meningkatkan
pertumbuhan, membantu penderita lactose intoleran dan mengatur kadar
kolesterol dalam darah. Karakteristik yoghurt seperti rasa yang asam dan tekstur
yang kental menjadikan beberapa orang tidak menyukainya. Diperlukan adanya
difersifikasi dalam pembuatan yoghurt, yaitu dengan membuat produk yoghurt
yang tidak terlalu asam (Hidayat, 2013).
Bakteri yang digunakan sebagai starter khusus merupakan kultur bakteri
asam laktat yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus.
Kedua bakteri itu mengurai laktosa (gula susu) menjadi asam laktat dan berbagai
komponen aroma dan citarasa. Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat
di dalam air susu. Laktosa tidak terdapat dalam bahan-bahan makanan yang
lain. Kadar laktosa di dalam air susu adalah 4,60% dan ditemukan dalam
keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan
galaktosa (Ajus, 2015).
Efektifitas mekanisme senyawa antimikroba dipengaruhi oleh jenis,
jumlah umur dan keadaan mikroba; konsentrasi senyawa antimikroba; suhu dan
waktu kontak; sifat fisikokimia substrat seperti pH, kadar air, tekanan permukaan,
jenis dan jumlah komponen yang ada. Selain dapat memproduksi asam laktat
dan menurunkan BAL juga dapat memproduksi beberapa komponen antimikroba
yaitu asam organik, hidrogen peroksida, bakteriosin (Nurdiana, 2002). Oleh
karena itu dilakukan praktikum ini untuk menguji aktivitas antimikroba pada
beberapa jenis yoghurt.
Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan
daripraktikum
ini
adalah
untuk
menguji
aktivitas
TINJAUAN PUSTAKA
Yoghurt merupakan salah satu produk fermentasi susu dengan bantuan
bakteri asam laktat (BAL). Yoghurt mempunyai banyak manfaat bagi tubuh
antara lain mengatur saluran pencernaan, antidiare, antikanker, meningkatkan
pertumbuhan, membantu penderita lactose intoleran dan mengatur kadar
kolesterol dalam darah. Karakteristik yoghurt seperti rasa yang asam dan tekstur
yang kental menjadikan beberapa orang tidak menyukainya. Diperlukan adanya
difersifikasi dalam pembuatan yoghurt, yaitu dengan membuat produk yoghurt
yang tidak terlalu asam dengan menghentikan waktu fermentasi pada tingkat
keasaman yang diinginkan dan tekstur yang tidak kental (encer) sehingga mudah
untuk diminum yang biasa disebut drink yoghurt (Hidayat, 2013).
Pada
pembuatan
yoghurt
dilakukan
proses
fermentasi
dengan
dan
Streptococcus
thermophilus.
Streptococcus
thermophilus
berkembang biak lebih cepat dan menghasilkan baik asam maupun CO2. Asam
dan CO2 yang dihasilkan tersebut kemudian merangsang pertumbuhan dari
Lactobacillus bulgaricus. Di sisi lain, aktivitas proteolitik dari Lactobacillus
bulgaricus memproduksi peptida penstimulasi dan asam amino untuk dapat
dipakai oleh Sreptococcus thermophilus. Mikroorganisma ini sepenuhnya
bertanggung jawab atas pembentukan tekstur dan rasa yoghurt (Ginting, 2005)
Selama proses fermentasi, bakteri asam laktat akan memfermentasi
karbohidrat yang ada hingga terbentuk asam laktat. Pembentukan asam laktat ini
menyebabkan peningkatan keasaman dan penurunan nilai pH. BAL akan
memanfaatkan gula dalam susu untuk difermentasi menjadi asam laktat hingga
terjadi penurunan nilai pH dan peningkatan keasaman (Hidayat, 2013)
Rasa asam pada yoghurt merupakan indikasi perkembangbiakan dari
percampuran bakteri yang berjalan baik dan cepat. Rasa asam pada yoghurt
juga menunjukkan bahwa adanya asam laktat yang telah terbentuk sebagai hasil
kerja dari bakteri. Temperatur memegang peranan penting bagi pertumbuhan
bakteri. Dalam pengembangbiakannya dengan cara membelah diri, bakteri
memerlukan temperatur dan keadaan lingkungan tertentu sehingga daur
hidupnya dapat terus berjalan. Pengaruh temperatur terhadap mikroorganisma
dapat digolongkan 3 bagian yaitu temperatur rendah yaitu di bawah 10C,
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
aureus,
pengenceran
10-3
pengenceran 10-3
pseudomonas
sp.,
media
a. Persiapan inokulum
Inkubator
Ditumbuhkan
Diambil
Diinkubasi
Dilakukan
pengenceran
Swab
Cawan petri
Diinokulasi
Dicelupkan
Digoreskan
Didiamkan
Diletakkan
Diletakkan
Diletakkan
Diinkubasi
Diamati
Dengan menempatkan
secara terbalik
cawan
uji
Diukur
No
1
2
3
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Antimikroba Beberapa Jenis Yoghurt
Staphylococcus aureus
pseudomonas sp
Sampel
P1
P1
P1
P1
(cm)
(cm)
(cm)
U1
U2
U2
U1
U2
U2
U2
YAKULT
1,62 1,6 1,61
8,5
3,55 6,02 2,15 2,25 2,2
1,2
CIMORY
2,5
5,7 4,1
7,85 6,3
7,07 1,6
2,25 1,92 1,35
HEAVENLY 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
BLUSH
Keterangan : U1 = Ulangan 1
U2 = Ulangan 1
P1 = Kultur asli
P2 = Pengenceran
Hasil Perhitungan
1. YAKULT
a. Staphylococcus aureus
Kultur asli (P1)
U1 =
)-
((
5) ( 5
)-
5) (
)-
5) (
)-
5) (
)-
=
= 1,62 mm
U2 =
(( 5
)-
=
= 1,6 mm
Pengenceran (P2)
U1 =
((1
)-
= 8,5 mm
U2 =
)-
((
1
=
= 3,55 mm
b. Pseudomonas sp
Kultur asli (P1)
U2
2,6
3,7
1,6
(cm)
1,9
2,53
0,8
U1 =
((
1)-
5) (
)-
5) (
)-
5)-
)-
=
= 2,15 mm
U2 =
)-
((
5
=
= 2,25 mm
Pengenceran (P2)
U1 =
)-
(( 5
5) ( 5
=
= 1,2 mm
U2 =
((
5)-
5) (
=
= 2,6 mm
2. CIMORY
a. Staphylococcus aureus
Kultur asli (P1)
U1 =
)-
(( 1
5) (
)-
=
= 2,5 mm
U2 =
)-
((1 1
5) (
1)-
5) (1
)-
5) (
)-
11
=
= 5,7 mm
Pengenceran (P2)
U1 =
((1
1)-
15
= 7,85 mm
U2 =
((
1
=
= 6,3 mm
)-
b. Pseudomonas sp
Kultur asli (P1)
U1 =
((
)-
5) ( 5
)-
)-
5) (
)-
5) ( 5
)-
5) (
)-
)-
=
= 1,6 mm
U2 =
(( 5
5
=
= 2,25 mm
Pengenceran (P2)
U1 =
)-
(( 5
=
= 1,35 mm
U2 =
)-
((
5
=
= 3,7 mm
3. HEAVENLY BLUSH
a. Staphylococcus aureus
Kultur asli (P1)
U1 = 0 mm
U2 = 0 mm
Pengenceran (P2)
U1 = 0 mm
U2 = 0 mm
b. Pseudomonas sp
Kultur asli (P1)
U1 = 0 mm
U2 = 0 mm
Pengenceran (P2)
U1 = 0 mm
U2 =
((
5)-
5) ( 5
=
= 1,6 mm
10
PEMBAHASAN
pembuatan
yoghurt
dilakukan
proses
fermentasi
dengan
dan
Streptococcus
thermophilus.
Streptococcus
thermophilus
berkembang biak lebih cepat dan menghasilkan baik asam maupun CO2. Asam
dan CO2 yang dihasilkan tersebut kemudian merangsang pertumbuhan dari
Lactobacillus bulgaricus. Di sisi lain, aktivitas proteolitik dari Lactobacillus
bulgaricus memproduksi peptida penstimulasi dan asam amino untuk dapat
dipakai oleh Sreptococcus thermophilus. Mikroorganisme ini sepenuhnya
bertanggung jawab atas pembentukan tekstur dan rasa yoghurt (Ginting, 2005)
Praktikum ini bertujuan untuk menguji aktivitas antimikroba pada
beberapa jenis yoghurt. Yoghurt yang digunakan diantaranya adalah YAKULT,
CIMORY dan HEAVENLY BLUSH. Adapun jenis bakteri asam laktat (BAL) yang
terdapat pada YAKULT adalah lactobacillus casei shirota strain, pada CIMORY
yaitu streptococcus thermophylus dan lactobacillus bulgaricus dan pada yoghurt
HEAVENLY BLUSH tidak terdapat bakteri asam laktat (BAL). Berdasarkan hasil
pengamatan zona hambat yang terlihat pada beberapa sampel yoghurt yang
telah diteteskan pada paper disk adalah berbeda-beda. Daya hambat yang
paling tinggi adalah yoghurt CIMORY dengan bakteri staphylococcus aureus
menggunakan kultur murni sebesar 4,1 mm dan kultur pengencer sebesar 7,07
mm.
Sedangkan
pada
bakteri
pseudomonas
sp.
Daya
hambat
yang
menggunakan kultur asli adalah sebesar 1,95 mm dan kultur pengencer sebesar
2,53 mm. Untuk produk YAKULT pada bakteri pseudomonas sp.di dapatkan
11
pada kultur asli sebesar 2,2 mm dan kultur pengenceran sebesar 1,9 mm.
Sedangkan pada bakteri staphylococcus aureus didapatkan hasil pada kultur asli
dan pengenceran berturut-turut yaitu 1,62 mm dan 6,02 mm. Produk yang ketiga
adalah HEAVENLY BLUSH. Bakteri yang dapat dihambat adalah bakteri
pseudomonas sp. Saja yaitu pada kultur pengencerannya yakni sebesar 0,8 mm.
Hal ini disebabkan katrena adanya perbedaan komposisi dari kultur bakteri asam
laktat yang digunakan pada masing-masing produk sehingga zona hambat
terhadap bakteri staphylococcus aureus dan pseudomonas sp. Juga berbedabeda luas hambatannya. Zona hambat pada bakteri staphylococcus aureus lebih
besar karena staphylococcus aureus merupakan jenis bakteri gram positif
sedangkan pseudomonas sp. Merupakan jenis bakteri gram negatif, yang
dimana bakteri gram positif hanya memiliki dualapisan dinding sel saja yaitu
peptidoglikan, bakteri dapat dengan mudah merubah morfologi dari sel mikroba
tersebut. Berbeda dengan bakteri gram negatif yang mempunyai tiga dinding sel
yaitu kompleks lipopolisakarida sebagai penghalang yang kuat sehingga
morfologi selnya tidak mudah berubah.
Mekasinme penghambatan pertumbuhan bakteri patogen
oleh asam
laktat dapat melalui berbagai cara. Prose metabolisme yang dilakukan oleh
steptococcus akan menghasilkan akumulasi asam laktat dalam medium,
sehingga menyebabkan penurunan pH pada medium. Asam laktat terdisosiasi
disalam sel bakteri yang menyebabkan pH internal sel menurun. Penurunan pH
sel ini selanjutnya dapat mengganggu aktivitas sel bakteri, diantaranya berkaitan
dengan penghambatan pertumbuhan oleh aktivitas enzim. Mekasime efek
pengasaman ini dapat menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri asam laktat
termasuk streptococcus sp. Karena BAL telah teruji mampu bertahan dalam pH
asam. Beberapa substansi antimikroba yang dihasilkan bakteri probiotik
misaslnya L. Acidophillus menghasilkan acidotin, acidophilin, bakteriosin,
lactosidin, L. Bulgaricus (bulgarican), L. Plantarum (lactolin)
Bakteriasamlaktat dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain dengan
memproduksi protein yang disebut bakteriosin. Salah satu contoh bakteriosin
yang di kenal luas adalah nisin, diproduksi oleh Lactobacillus lactis. Nisin dapat
menghambat pertumbuhan bakteri yaitu bacillus, staphylococcus aureus dan
listeria. Oleh karena itu CIMORY memberikan hasil zona hambat yang luas
karena menghasilkan nisin. Senyawa bakteriosin yang diproduksi BAL dapat
12
13
KESIMPULAN
14
ACARA II
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA ASAP CAIR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga
merupakan
sumber
makanan
bagi
mikroorganisme.
Pertumbuhan
15
efektivitas metode difusi cakram dan difusi sumuran terhadap aktivitas senyawa
antimikroba pada asap cair.
16
TINJAUAN PUSTAKA
Asap cair merupakan hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil
pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan-bahan yang banyak
mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain, bahan baku yang banyak
digunakan adalah kayu, bongkol kelapa sawit, ampasa hasil penggergajian kayu,
dan lain-lain. Asap cair diperoleh dengan teknik pirolisis, dimana senyawa yang
menguap secara simultan akan ditarik dari zona panas akan berkondensasi pada
sistem pendingin. Pirolisis kayu yang mengandung sejumlah besar senyawa
yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu seperti sellulosa,
hemisellulosa, dan lignin ( Amritama, 2007 ).
Kandungan yang terdapat pada asap cair dikelompokkan kedalam
kelompok senyawa fenol, asam dan kelompok senyawa karbonil. Kelompokkelompok senyawa tersebut berperan sebagai antimikroba, antioksidan, pemberi
flavor, dan pembentuk warna.oleh karena asap cair dapat berperan sebagai
antimikroba dan antioksidan, maka asap cair dapat digunakan sebagai
pengawet, anti rayap, anti jamur kayu serta digunakan untutk pengumpulan karet
dan pestisida alami. Akan tetapi, komponen asap cair yang paling dominan
adalah senyawa fenol. Fenol dan derivat fenol yang terdapat pada asap cair
menyebabkan bocornya membran sel bakteri ( Luditama, 2010 ).
Kerusakan biologis adalah kerusakan bahan pangan yang disebabkan
oleh aktivitas mikroba. Mikroba yang dapat merusak bahan pangan salah
satunya adalah bakteri yang terbagi menjadi bakteri gram negatif dan bakteri
gram positif. Bakteri gram positif adalah bakteri yang akan mempertahankan zat
warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan gram. contoh bakteri gram positif
adalah Staphylococcus, Enterococcus, Bacillus, Clostridium, dan Listeria. Bakteri
gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada
metode
pewarnaan
Enterobacteriaceae,
gram.
Pseudomonas,
contoh
bakteri
Moraxella,
gram
negatif
Helicobacter,
adalah
Legionella,
17
18
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
15 April
di
Cakram
steril
Penetesan
Media biakan
bakteri
Inkubasi
Pengamatan
370 C, 24 Jam
19
b. Metode Sumur
Asap cair
Tip
steril
Pelubangan
Inkubasi
Pengamatan
370 C, 24 Jam
20
Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Antimikroba Asap Cair
No.
Metode
Zona Hambat ( Cm)
Staphylococcus aureus
Pseudomonas
U1
U2
U1
U2
1
cakram
1.75
1.5
1.625
2
1.45
2
Sumuran 1.35
1.3
1.325
1.15
0.95
Hasil perhitungan
1.Metode Cakram
Pseudomonas
U1 : D1= 2,6-0,6 = 2 cm
D2= 2,6-0,6 = 2 cm
U1=
=
= 2 cm
U2 : D1= 2,1-0,6 = 1,5 cm
D2= 2,0-0,6 = 1,4 cm
U1=
=
1
15
= 1, 45 cm
=
= 1,725 cm
Staphylococcus aureus
U1 : D1= 2,3-0,6 = 1,7 cm
D2= 2,4-0,6 = 1,8 cm
U1=
1.75
1.05
21
= 1,75 cm
U2 : D1= 2,1-0,6 = 1,5 cm
D2= 2,1-0,6 = 1,5 cm
1
U1=
=
15
15
= 1, 5 cm
=
=
= 1,625 cm
2. Metode Sumur
Pseudomonas
U1 : D1= 1,7-0,6 = 1,1 cm
D2= 1,8-0,6 = 1,2 cm
1
U1=
= 1,15 cm
U2 : D1= 1,5-0,6 = 0,9 cm
D2=1,6-0,6 = 1 cm
1
U1=
= 0,95 cm
=
=
= 1,05 cm
Staphylococcus aureus
U1 : D1= 2,0-0,6 = 1,4cm
D2= 1,9-0,6 = 1,3 cm
1
U1=
=
22
= 1,35 cm
U2 : D1= 1,8-0,6 = 1,2 cm
D2= 2,0-0,6 = 1,4 cm
1
U1=
=
= 1, 3 cm
=
= 1,625 cm
23
PEMBAHASAN
24
sehingga zona hambat yang terbentuk besar. Sedangkan metode sumuran lebih
kecil karena konsentrasi asap cair pada lubang lebih sedikit.
Asap cair dalam fungsinya sebagai antiikroba adalah karena kandungan
fenolik yang tinggi menyebabkan bocornya membran sel bakteri, pada
konsentrasi yang tinggi fenol akan menyebabkan koagulasi protein. Selain
kandungan fenol, asap cair mnegandung asam-asam seperti asam asetat yang
akan
menurunkan
pH
sehingga
akan
memperlambat
pertumbuhan
25
KESIMPULAN
26
ACARA III
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA PADA MINYAK SUMBAWA DAN MINYAK
THAIBA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut/
bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Dalam arti
sempit, kata minyak biasanya mengacu ke minyak bumi (petreleum) atau produk
olahannya. Namun, kata ini sebenarnya berlaku luas, baik untuk minyak sebagai
bagian dari menu makanan (misalnya minyak goreng), sebagai bahan bakar
(misalnya minyak tanah), sebagai pelumas (minyak rem), sebagi medium
pemindahan energi, sebagai wangi-wangian maupun sebagai minyak urut atau
obat (Anonim, 2015).
Minyak merupakan senyawa trigliserida ataua triasgliserol yang berarti
triester dari gliserol. Jadi minyak juga merupakan senyawa ester. Hasil hidrolisis
minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut
asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak
bercabang. Minyak dalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid (Anonim. 2015).
Minyak Sumbawa merupakan salah satu obat tradisional provinsi NTB
yang telah dikenal luas di masyarakat dan yang telah terbukti secara epmpiris
keefektifannya (Kadriyan, 2010). Selain minyak Sumbawa, NTB juga memiliki
obat tradisional asal Lombok yaitu minyak Thaiba. Kedua minyak ini selain
digunakan
sebagai
minyak
urut
juga
befungsi
sebagai
obat
karena
27
Tujuan Praktikum
adapun tujuan dai praktikum ini adalah untuk mengetahui aktivitas
antimikroba minyak Sumbawa dan minyak Thaiba.
28
TINJAUAN PRAKTIKUM
29
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Cakram steril
Diteteskan
Pengamatan
30
b. Metode Sumuran
Minyak Sumbawa, Thaiba,
amoksisiln dan aquades
Pelubangan
Pengamatan
31
Hasil Pengamatan
Table 3.1 hasil pengamatan komposisi minyak Sumbawa dan minyak thaiba
no
Sampel
Minyak sumbawa
Minyak thaiba
gram
Coconut oil
75
Andrografis panisulcica
12.5
Hedyotis corymbos
12.5
Languas galauga
Pyflanthi radix
12.5
Curcumae rhizomae
Elephathopus scaber
12.5
Piper ningrum
Peperomia pellucid
12.5
Nigelia sativa L
Agerctum coryzoider
12.5
Kayu tulang
12.5
Dan lain-lain
Zirigiberis rhizome
40
Metode
Sumuran
cakram
Oleum cocus
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Diameter Zona Hambat Minyak Tradisional Minyak
Sumbawa Dan Minyak Thaiba
Sampel
Pseudomonas Aeruginosa
Bacillus Cereus
U1
U2
U1
U2
Minyak Sumbawa U1
0.8
Minyak Sumbawa U2
1.1
1.1
1.1
3.75
0.7
0.7
0.7
1.85
Minyak Sumbawa U3
0.25
0.25
0.25
0.65
0.2
0.2
0.2
1.2
Minyak Thaiba U1
0.15
0.4
0.27
1.3
0.55
0.95
0.25
1.15
Minyak Thaiba U2
0.3
0.65
1.05
1.1
1.03
0.35
Minyak Sumbawa U1
0.15
0.2
0.17
0.35
0.95
0.25
0.1
1.75
0.4
Minyak Sumbawa U2
0.85
0.9
0.47
2.15
1.95
0.7
0.7
0.7
0.75
0.95
Minyak Sumbawa U3
0.25
0.3
0.27
0.5
0.25
0.1
0.17
0.65
0.15
Minyak Thaiba U1
0.2
0.35
0.55
0.2
0.2
0.4
0.35
0.37
0.2
0.55
Minyak Thaiba U2
0.3
0,3
0.3
0.7
0.4
0.3
0.35
0.9
Keterangan:
-
: aquades
32
= 0 cm
U2
= 0 cm
= 0 cm
= 1 cm
= 0 cm
= 0.5 cm
U2
= 0.45 cm
= 0.47 cm
= 3.15 cm
= 0 cm
= 0.15 cm
U2
= 0.25 cm
= cm
= 0.65 cm
= 0 cm
33
= 0 cm
U2
= 0 cm
= 0 cm
= 0.8 cm
= 0 cm
= 0.1 cm
U2
= 0.25 cm
= 0.17 cm
= 1.25 cm
= 0 cm
b. Metode Cakram
= 0.15 cm
U2
= 0.2 cm
= 0.17 cm
= 0.95 cm
= 0.35 cm
= 0.25 cm
U2
= 0.3 cm
= 0.27 cm
= 1.35 cm
= 1.55 cm
34
U1
= 0.25 cm
U2
= 0.3 cm
= 0.27cm
= 0.5 cm
= 0 cm
= 0.25 cm
U2
= 0.1 cm
= 0.17 cm
= 0.4 cm
= 0 cm
= 0.1 cm
U2
= 0.1 cm
= 0.35 cm
= 0.1 cm
= 0.15 cm
= 0.25 cm
U2
= 0.1 cm
= 0.17 cm
= 0.15 cm
= 0.65 cm
35
U1
= 0.15 cm
U2
= 0.4 cm
= 0.27 cm
= 1.3 cm
= 0 cm
= 0.5 cm
U2
= 0.45 cm
= 0.47 cm
= 3.15 cm
= 0 cm
U2
= 0.55 cm
= 0.95 cm
= 0.75 cm
= 1.15 cm
= 0 cm
= 0.1 cm
U2
= 0.25 cm
= 0.17 cm
= 1.25 cm
= 0 cm
b. Metode Cakram
= 0.2 cm
36
U2
= 0.35 cm
= 0.25 cm
= 0.35 cm
= 0.2 cm
= 0.3 cm
U2
= 0.3 cm
= 0.3 cm
= 0.7 cm
= 0 cm
= 0.4 cm
U2
= 0.95 cm
= 0.75 cm
= 0.9 cm
= 0 cm
= 0.1 cm
U2
= 0.25 cm
= 0.17 cm
= 1.25 cm
= 0 cm
37
PEMBAHASAN
bakteri
pada
metode
sumuran
lebih
besar
daripada
dengan
menggunakan metode cakram. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan
bahwa metode sumuran lebih efektif dan menghasilkan zona hambat bakteri
yang lebih besar daripada metode cakram (Pelczra dan Chan, 2005).
Bakteri yang digunakan dalam praktikum ini adalah Pseudomonas
aeruginosa dan Bacillus cereus. P. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif
yang memiliki struktur sel 3 lapis yaitu inner membran, peptidoglikan dan
outermembran. Struktur inilah yang menyebabkan bakteri Gram negatif lebih
resisten terhadap senyawa antimikroba maupun panas. Sedangkan B. cereus
merupakan bakteri Gram positif yang hanya terdiri dari dua lapisan struktur sel
yaitu membran sel dan peptidoglikan. Struktur ini yang menyebabkan bakteri
Gram positif lebih sensitif terhadap senyawa antimikroba dan panas. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata zona hambat P. aeruginosa lebih
kecil dari B. cereus, karena B. cereus lebih mudah ditembus oleh senyawa
antimikroba dan lebih mudah dihambat sehingga hasilnya lebih besar. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa efek penghambatan senyawa
38
antimikroba lebih efektif terhadap bakteri Gram positif daripada bakteri Gram
negatif. Hal ini disebabkan karena bakteri Gram positif 90% dinding selnya terdiri
atas lapisan peptidoglikan, selebihnya adalah asam teikoat. Sedangkan bakteri
Gram negatif komponen dinding selnya mengandung 5-20% peptidoglikan ,
selebihnya terdiri atas protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein (Brotosuwarso,
2015)
Uji efektivitas antimikroba pada minyak menunjukkan bahwa daya hambat
minyak Sumbawa terhadap bakteri rata-rata lebih besar jika dibandingkan
dengan minyak Thaiba. Hal ini disebabkan karena kandungan minyak Sumbawa
yang tidak hanya minyak atisiri akan tetapi juga mengandung minyak kelapa. Di
dalam minyak atsiri terdapat senyawa fenol. Senyawa fenol dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dikarenakan turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri
melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah,
fenol akan membentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan
segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan
menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi, fenol
menyebabkan koagulasi protein dan sel akan mengalami lisis (Luthana, 2009).
Sedangkan di dalam minyak kelapa (coconut oil) terdapat asam laurat, dimana
asam laurat ini dapat membunuh bebbagai jenis mikroba, dapat melarutkan
membran virus sehingga akan mengganggu kekebalan virus yang akan
menyebabkan inaktivasi virus. Sementara itu, asam kaprilat yang terdapat pada
minyak kelapa sangat berpotensi untuk mematika jamur (Sutarmi dan Rozaline,
2005). Akan tetapi, efektifitas antimikroba minyak Sumbawa dan Thaiba lebih
rendah jika dibandingkan dengan amoksisilin. Menurut Kour et al. (2011),
amoksisilin merupakan jenis antibiotik yang memiliki spektrum luas, stabil asam,
semisintetis, termasuk dalam golongan penisilin yang efektif untuk membunuh
bakteri Gram positif dan negatif. Amoksisilin bekerja dengan cara merusak
dinding sel bakteri (Ashnagar dan Naseri, 2007). Sedangkan aquades bersifat
netral dan bukan termasuk antimikroba.
Menurut Schlegel dan Schmidt (1994) dalam Mandey, dkk. (2014) bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi ukuran daerah penghambatan yaitu
sensitivitas organisme, medium kultur, kondisi inkubasi (suhu, waktu dan pH),
kecepatan zat berdifusi dalam agar, konsentrasi mikroorganisme, dan komposisi
media. Zona hambat yang kecil menunjukkan adanya aktifitas antibakteri yang
39
lebih rendah, sedangkan zona hambat yang besar menunjukkan semakin besar
aktifitas antibakterinya (Pelczar dan Chan, 2005). Pengukuran adanya kekuatan
antibiotik terhadap bakteri menurut Suriawiria (1978) dalam Mandey, dkk. (2014)
yaitu sangat kuat (daerah hambat 20 mm atau lebih), kuat (daerah hambat 10-20
mm), sedang (daerah hambat (5 - 10 mm) dan lemah (daerah hambat <5 mm).
40
KESIMPULAN
41
ACARA IV
UJI EFEKTIVITAS REMPAH-REMPAH SEBAGAI ANTIMIKROBA ALAMI
PENDAHULUAN
Latar belakang
Produk pangan sangat mudah mengalami kerusakan oleh mikroba,
apalagi produk yang memiliki kandungan protein dan air yang cukup tinggi.
Selama pemyimpanan dan distribusi, produk pangan harus tetap dijaga
kualitasnya. Karena pada tahap ini produk pangan sangat rentan terhadap
terjadinya rekontaminasi, terutama dari mikroba pathogen yang berbahaya bagi
tubuh dan mikroba perusak yang dapat menyebabkan kerusakan pada makanan.
Salah satu cara untuk menjaga kualitas pangan adalah dengan menambahkan
bahan aditif berupa zat antimikroba dalam bentuk rempah-rempah
Salah satu strategi untuk mengurangi jumlah kasus food born illnesses
dapat dilakukan dengan mengaplilasikan antimikroba pada saat proses
pengolahan
pangan
untuk
menginaktifkan
ataupun
untuk
mencegah
42
Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui efektifitas
43
TINJAUAN PRAKTIKUM
yaitu
golongan
hidrokarbon
dan
hidrokarbon
terhidrogenasi
(Florenna, 2012). Menurut Heyne (1987) dalam Parwata (2008), senyawasenyawa turunan hidrokarbon teroksigenasi memiliki daya antibakteri yang kuat.
Minyak atsiri jahe merah mempunyai aktivitas antioksidan sebesar
16,61% dan minyak atsiri lengkuas merah sebesar 22,22%. Minyak atsiri jahe
merah terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif (Bacillus
licheniformis, Bacillus spititenii, staphylococcus aureus) dan bakteri gram negatif
(escherichia coli, klebsiella pneumonia, pseudomonas sp). Sedangkan minyak
atsiri lengkuas merah mampu menghambat pertumbuhan
Bacillus cereus,
44
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Prosedur Kerja
a. Persiapan Sampel
Jahe, kunyit, lengkuas, kencur dan
temu kunci
Dibersihkan dan
dikupas
Dicuci
Ditumbuk halus
Dengan pisau
Dengan aquades
Dengan mortar
Ekstrak jahe, kunyit, lengkuas, kencur dan
temu kunci
45
b. Metode sumuran
Ekstrak jahe, kunyit, lengkuas, kencur dan
temu kunci
Pelubangan
Diletakkan suspensi
dalam sumur media
Diinkubasi 24 jam
Diamati
46
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Zona Hambat Rempah-Rempah
Zona Hambat
Kelompok
Pseudomonas aeruginosa
Bacillus cereus
U1
U2
+
U1
U2
+
I
1,35 0,55 0,95 0,85
0
0
0
0
1,45
II
1,9
1,9
1,9 1,725 0,35 0,3
0,75 0,125 1,7
III
0
0
0
1,4
0
0
0
0
0,95
IV
2,15 0,05 1,1
1,5
0
0
0,6
0,3
1,5
V
1
0,8
0,9
1,2
0
1,0
0,4 0,725 1,6
Keterangan :
Kontrol (-) = aquades
U1 = ulangan 1
U2 = ulangan 2
Hasil Perhitungan
1. Sampel Jahe
Pseudomonas aeruginosa
1
U1 =
U2 =
=
= 1,35 cm
=
=
= 0,35 cm
1 5
Kontrol (-) =
Kontrol (+) =
55
= 0,95 cm
=
=
= 0 cm
1
Bacillus cereus
U1 =
U2 =
=
= 0 cm
= 0 cm
= 0 cm
= 0,85 cm
0
0
0
0
0
47
Kontrol (-) =
Kontrol (+) =
= 0 cm
1
= 1,45 cm
2. Sampel Kunyit
Pseudomona aeruginosa
U1 =
U2 =
=
Kontrol (+) =
Kontrol (-) =
= 1,9 cm
= 1,9 cm
= 1,9 cm
=
=
= 0,35 cm
1
Bacillus cereus
U1 =
U2 =
=
=
=
= 0,3 cm
11
Kontrol (+) =
= 0,75 cm
5
Kontrol (-) =
= 0,125 cm
=
=
= 0 cm
1
3. Sampel Lengkuas
= 1,725 cm
Pseudomonas aeruginosa
U1 =
U2 =
= 0 cm
= 0 cm
= 1,7 cm
48
= 0 cm
1
Kontrol (-) =
Kontrol (+) =
= 0 cm
15
= 1,4 cm
Bacillus cereus
U1 =
U2 =
=
= 0 cm
= 0 cm
= 0 cm
1
Kontrol (-) =
Kontrol (+) =
4.
= 0 cm
1
15
= 0,95 cm
Sampel Kencur
Pseudomonas aeruginosa
U1 =
U2 =
=
Kontrol (+) =
= 2,15 cm
Kontrol (-) =
= 0,05 cm
15
= 1,1 cm
=
=
= 0 cm
1
= 1,5 cm
Bacillus cereus
U1 =
U2 =
=
=
=
=
= 0 cm
= 0,6 cm
= 0,3 cm
49
Kontrol (-) =
Kontrol (+) =
5.
=
=
= 0 cm
1
= 1,5 cm
Pseudomonas aeruginosa
U1 =
U2 =
=
11
= 1 cm
=
=
= 0,8 cm
1
Kontrol (-) =
= 0,9 cm
=
= 0 cm
Bacillus cereus
U1 =
U2 =
=
= 1,05 cm
5
=
=
Kontrol (-) =
Kontrol (+) =
= 0,4 cm
1 5
= 0,725 cm
=
=
= 0 cm
1
= 1,6 cm
50
PEMBAHASAN
terhadap
mikroba.
Namun
rempah-rempah
memiliki
senyawa
antimikroba yang sama yaitu minyak atsiri dengan konsentrasi yang berbedabeda (Utami, 2013).
Metode yang digunakan dalampraktikum ini yaitu metode sumuran.
Metode sumuran merupakan metode dengan cara membuat sumuran pada agar
padat yang telah diinokulasi dengan bakteri, kemudian sumuran diisi dengan
larutan antimikroba yang akan diuji. Menurut Pleczar (2005), metode sumuran
lebih efektif dalam
51
peptidoglikan. Struktur inilah yang menyebabkan bakteri gram positif lebih sensitif
terhadap senyawa antimikroba dan panas.
Berdasarkan hasil pengamatan baik menggunakan antimikroba dari
rempah-rempah maupun amoxiciliin menunjukkan bahwa rata-rata daya hambat
bakteri pseudomonas aeruginosa lebih besar dari bacillus cereus. Hal ini tidak
sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa efek penghambatan senyawa
antimikroba lebih efektif terhadap bakteri gram positif daripada bakteri gram
negatif. Hal ini disebabkan karena bakteri gram positif 90% dinding selnya terdiri
atas lapisan peptidoglikan, selebihnya adalah asam tekoat. Sedangkan bakteri
gram negatif komponen dinding selnya mengandung 5-20% peptidoglikan,
selebihnya terdiridari protein, lipopolisakarida dan lipoprotein (Protosuwarso,
2015).
Sedangkan berdasarkan rempah-rempah yang digunakan, kunyit memiliki
daya hambat yang paling besar pada pseudomonas aeruginosa sedangkan pada
bacillus cereus temu kunci memiliki saya hambat paling besar, yaitu
1,9 cm
bacillus
mempran
sitoplasma
dan
mendenaturasi
protein
sel
yang
menyebabkan kebocoran nutrient dari sel sehingga sel bakteri mati atau
terhambat pertumbuhannya (Azim, 2011).
Aktivitas antibakteri yang ditimbulkan oleh ekstrak rimpang temu kunci
dapat
dihubungkan
dengan
senyawa-senyawa
kimia
yang
terkandung
52
53
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
pengamatan
dan
pembahasan
maka
dapat
54
ACARA V
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA KAYU KURUT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dysoxylum parasiticum merupakan satu jenis Dysoxylum yang lebih
dikenal oleh masyarakat lombok dengan sebutan kayu purut/kurut. Kayu purut ini
biasanya digunakan sebagai bahan untuk membuat berbagai macam peralatan
seperti meja, bangku dan lain sebagainya. Akan tetapi, dalam bidang pangan
kayu ini biasanya digunakan dalam proses pembuatan gula aren. Dalam proses
pembuatan gula aren, kayu purut dicacah dan dimasukkan ke dalam wadah yang
berisi nira.
Penambahan kayu purut selama proses pembuatan gula aren dilakukan
sejak lama dan turun temurun. Beberapa petani gula aren mengatakan bahwa,
jika tidak ditambahkan kayu purut maka kualitas gula yang dihasilkan akan
memiliki tekstur yang tidak baik. Namun masyarakat cenderung tidak mengetahui
secara ilmiah apakah yang menyebabkan kayu tersebut dapat memberikan efek
tekstur yang baik pada gula aren yang diproduksi.
Kayu purut diduga memiliki sifat yang mampu mempertahankan pH
sehingga
dapat
mencegah
terjadinya
pembentukan
asam
yang
dapat
55
TINJAUAN PUSTAKA
56
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Simplisia
Aquades 90-98oC, t=
15 menit
Diaduk
Disaring
57
b. Metode sumuran
Pelubangan
Diletakkan suspensi
dalam sumur media
Diinkubasi 24 jam
Diamati
58
Suhu
ektraksi
S. aureus
P. aeruginosa
S. cerevisiae
U1
U2
U1
U2
U1
U2
90 oC
0.1
0.1
0.1
0.65
0.325
92 oC
0.65
0.65
0.65
1.05
0.525
1.15
0.65
0.9
94 oC
0.80
0.4
0.55
0.1
0.325
1.05
0.75
0.95
96 oC
0,25
1.5
0.87
0.75
0.375
98 oC
0.2
0.1
Hasil Perhitungan
1.
U2 =
= 0 cm
= 0.65 cm
= 0.1 cm
Saccharomyces cerevisiae
U1 =
= 0.1 cm
U2 =
= 0.1 cm
= 0.1 cm
Pseudomonas Aeruginosa
U1 =
= 0.65 cm
U2 =
= 0 cm
= 0.325 cm
59
2.
= 0.65 cm
U2 =
= 0.65 cm
= 0.65 cm
Saccharomyces cerevisiae
U1 =
= 0 cm
U2 =
= 1.05 cm
= 0.525 cm
Pseudomonas Aeruginosa
3.
U1 =
= 1.5 cm
U2 =
= 0.65 cm
= 0.9 cm
U2 =
= 0.8 cm
= 0 cm
= 0.4 cm
Saccharomyces cerevisiae
U1 =
= 0.55 cm
U2 =
= 0.1 cm
= 0.325 cm
Pseudomonas Aeruginosa
U1 =
= 1.05 cm
U2 =
= 0.75 cm
60
4.
= 0.95 cm
= 0.25 cm
U2 =
= 0.5 cm
= 0.87 cm
Saccharomyces cerevisiae
U1 =
= 0 cm
U2 =
= 0 cm
= 0 cm
Pseudomonas Aeruginosa
5.
U1 =
= 0 cm
U2 =
= 0.75 cm
= 0.325 cm
= 0 cm
U2 =
= 0 cm
= 0 cm
Saccharomyces cerevisiae
U1 =
= 0 cm
U2 =
= 0 cm
= 0 cm
Pseudomonas Aeruginosa
U1 =
= 0.2 cm
61
U2 =
= 0 cm
= 0.1 cm
62
PEMBAHASAN
C. Sedangkan ekstraksi
menggunakan suhu yang paling rendah (90oC) dan suhu yang paling tinggi
(98oC) menghasilkan zona hambat yang paling kecil bahkan 0 cm. Menurut Sari,
dkk. (2013), Kenaikan temperatur meningkatkan permeabilitas dinding sel, yang
mengakibatkan meningkatkan kelarutan dan difusi dari senyawa fenolik dan
penurunan viskositas dari pelarut sehingga memudahkan proses ekstraksi.
Kenaikan suhu akan meningkatkan kandungan senyawa fenolik yang terekstrak
kenaikan temperatur ekstraksi dapat merusak atau meningkatkan ikatan hidrolisis
63
negatif (P. aeruginosa). hal ini disebabkan karena bakteri gram positif 90%
dinding selnya terdiri atas peptidoglikan, selebihnya adalah asam terikoat,
sedangkan
bakteri
gram
negative
dinding
selnya
mengandung
5-20%
64
65
KESIMPULAN
66
ACARA VI
UJI AKTIVITAS TUMBUH-TUMBUHAN SEBAGAI ANTIMIKROBA
ALAMI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya aktivitas dan gaya hidup manusia, banyak
sekali polusi yang dihasilkan seperti asap kendaraan, asap dan limbah pabrik,
sampah yang menumpuk dan berbagai limbah lainnya yang tidak hanya
berdampak negatif bagi lingkungan melainkan berdampak pula bagi kesehatan
manusia. Berbagai jenis penyakit muncul akibat terserang mikroorranisme
penyebab penyakit yang bersumber dari lingkungan yang kurang bersih. Oleh
karenanya, dunia medis menyediakan bermacam obat untuk mengobati penyakit
yang ada yang kebanyakan terbuat dari bahan sintesis.
Obat yang bersifat sintesis akan menimbulkan efek samping jika
dikonsumsi dalam jangka panjang dan dengan dosis yang tidak tepat. Oleh
karenanya banyak penelitian yang dilakukan unutuk menemukan alternatif lain
yang dapat menggantikan bahan kimia dalam pembuatan obat. Salah satunya
adalah obat-obatan herbal yang berasal dari tumbuhan yang bersifat alami. Sifat
alami dari bahan ini menjadi nilai tambah karena tidak menimbulkan efek
samping berlebih seperti obat kimia.
Tumbuh-tumbuhan
secara
alami
dapat
digunakan
sebagai
obat
67
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji aktivitas tumbuhtumbuhan sebagai antimikroba alami.
68
TINJAUAN PUSTAKA
aktivitas
mikroorganisme
dengan
bermacam-macam
cara.
69
gangguan kemih, dan sakit sendi karena reumatik. Di Asia Tenggara, seduhan
tumbuhan ini dipakai untuk mengurangi asam urat dan mengobati gangguan
kemih. Ia juga digunakan sebagai pembalur untuk jerawat.
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik senyawa kimia yang terdapat
dalam simplisia. Proses ekstraksi ini didasarkan pada proses perpindahan massa
senyawa-senyawa zat padat yang ada pada simplisia. Setelah pelarut
menembus dinding secara osmosa dan melarutkan senyawa kimia yang ada
dalam sel sehingga terjadi perbedaan konsentrasi. Ini menyebabkan terjadinya
aliran secara difusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, begitu
seterusnya sampai terjadi konsentrasi yang seimbang (Yanti, 2015).
Wortel ( Daucus carota ) adalah tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang
tahun
dan
merupakan
tumbuhan
jenis
sayuran
umbi
yang
biasanya
berwarna jingga atau putih dengan tekstur serupa kayu. Bagian yang dapat
dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Penurunan pH sari wortel
pada kondisi penyimpanan yang berbeda-beda ini dimungkinkan bahwa sari
wortel mengandung zat anti mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri khususnya bakteri yang peka terhadap senyawa anti bakteri. Dengan
demikian hanya bakteri tertentu yang tahan hidup dan berkembang biak. Oleh
karena itu perbedaan pH sari wortel yang disimpan pada ketiga macam suhu
tersebut sedikit perbedaannya (Amar, 2006).
Salah satu tanaman yang banyak terdapat disekitar kita adalah daun
kemangi. Biasanya daun kemangi digunakan untuk memasak dan sebagai
lalapan. Ternyata selain sebagai bahan masakan dan lalapan, daun kemangi
juga digunakan untuk mengobati berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri
seperti penyakit kulit, diare, disentri, sebagai antiseptik untuk luka, dan lain-lain.
Di india, daun kemangi telah banyak dijadikan sebagai obat. Menurut Kumar,
Daun kemangi memiliki peranan medis untuk mengobati bermacam penyakit
termasuk penyakit infeksi (Kumar, 2013).
70
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Juni
1 di Laboratorium
Kultur bakteri
Dipipet
Dimasukkan
Disebar
Drigalski
71
Kayu
Diparut
Ditimbang
parut
Sebanyak 1 gr
Dimasukkan
Ekstrak
2. Ekstraksi tumbuh-tmbuhan
Tanaman
Dibersihkan
Dipotong
Dicuci
Dihaluskan
Dari kotoran
Pisau
Aquades
72
Diperas
Ekstrak
c. Metode Sumuran
Tip steril
Media
Ekstrak tanaman
Dilubangi
Diinkubasi
73
Hasil Pengamatan
Tabel 6.1. Hasil Pengamatan Diameter Zona Hambat Beberapa Tanaman
Diameter Zona Hambat (cm)
Sampel
Pseudomonas aeruginosa
Bacillus cereus
U1
U2
+
U1
U2
Kayu Bayuru
0,65
0,6
0,62
0
0,75
0
0
0
0
Tumpangan Air
0
0
0
0
1,95
0
0,4
0,2
0
Wortel
0
0
0
0
1,9
0
0
0
0
Meniran
0
0
0
0
1,45
0
0
0
0
Sambiloto
0
0
0
0
2,65
0
0
0
0
Daun PKI
0
0
0
0
2,5
0
0
0
0
Patikan Kebo
0,4
0,5
0,45
0
2,35 0,35 0,4 0,37
0
Pare
0
0
0
0
1,65
0
0
0
0
Kemangi
0
0
0
0
1,85
0
0
0
0
Beluntas
0
0
0
0
1,1
0
0
0
0
Belimbing wuluh
0,65 0,55
0,6
0
1,6
0,65 0,5 0,57
0
Daun Pepaya
0
0
0
0
2,4
1,2 0,5 0,87
0
Keterangan :
U1
= ulangan
U2
= ulangan 2
Kontrol (-)
= Aquades
Kontrol (+)
= Streptomicin
Hasil Perhitungan
1.
=
= 0,65 cm
U2
=
= 0,6 cm
=
=
+
1,65
2,55
1,7
0,55
1,55
2,2
1,1
1,55
3
1,8
1,35
1,35
74
= 0,625 cm
Kontrol (-)
=
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
= 0,75 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
=
= 0 cm
U2
=
=
= 0 cm
=
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
= 1,65 cm
2.
=
= 0 cm
75
U2
=
= 0 cm
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
= 0 cm
Kontrol (+)
= 1,95 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
= 0 cm
U2
=
= 0,4
=
= 0,2 cm
Kontrol (-)
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
76
= 2,55 cm
3.
=
= 0 cm
U2
=
= 0 cm
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
= 0 cm
Kontrol (+)
= 1,9 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
= 0 cm
U2
=
= 0 cm
77
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
15
= 1,7 cm
4.
=
=
= 0 cm
U2
=
=
= 0 cm
=
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
15
= 1,45 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
=
78
= 0 cm
U2
=
= 0 cm
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
= 0,55 cm
5.
=
= 0 cm
U2
=
= 0 cm
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
= 0 cm
79
Kontrol (+)
= 2,65 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
=
= 0 cm
U2
=
=
= 0 cm
=
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
15
= 1,55 cm
6.
=
= 0 cm
U2
=
= 0 cm
80
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
= 2,5 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
= 0 cm
U2
=
= 0 cm
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
= 2,2 cm
7.
Pseudomonas aeruginosa
U1
=
=
81
= 0,4 cm
U2
=
=
= 0,5 cm
= 0,45 cm
Kontrol (-)
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
= 2,35 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
= 0,35 cm
U2
=
= 0,4 cm
= 0,375 cm
Kontrol (-)
=
= 0 cm
82
Kontrol (+)
= 1,1 cm
8.
=
=
= 0 cm
U2
=
=
= 0 cm
=
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
= 1,65 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
= 0 cm
U2
=
= 0 cm
83
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
= 1,55 cm
9.
=
= 0 cm
U2
=
= 0 cm
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
= 0 cm
Kontrol (+)
= 1,85 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
=
84
= 0 cm
U2
=
= 0 cm
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
= 3 cm
=
= 0 cm
U2
=
= 0 cm
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
=
85
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
= 1,1 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
=
= 0 cm
U2
=
=
= 0 cm
=
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
= 1,8 cm
11. Diameter Zona Hambat pada Belimbing Wuluh
a. Pseudomonas aeruginosa
U1
=
= 0,65 cm
U2
=
=
= 0,55 cm
86
55
= 0,6 cm
Kontrol (-)
=
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
15
= 1,6 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
=
= 0,65 cm
U2
= 0,5 cm
= 0,575 cm
Kontrol (-)
=
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
= 1,35 cm
12. Diameter Zona Hambat pada Daun Pepaya
a. Pseudomonas aeruginosa
U1
87
=
= 0 cm
U2
=
=
= 0 cm
=
=
= 0 cm
Kontrol (-)
=
=
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
= 2,4 cm
b. Bacillus cereus
U1
=
=
= 1,2 cm
U2
=
=
= 0,55 cm
=
=
55
= 0,875 cm
Kontrol (-)
=
=
88
= 0 cm
Kontrol (+)
=
=
= 1,35 cm
89
PEMBAHASAN
aktivitas
mikroorganisme
dengan
bermacam-macam
cara.
senyawa
antimikroba
pada
tumbuh-tumbuhan
berbeda-beda
campuran
minyak
atau
obat
tradisional
dan
digunakan
bakteri Bacillus cereus sebesar 0,4 cm dan 0,875 cm dan belimbing wuluh
diameter penghambatannya sebesar 0,6 cm dan 0,57 cm. Tanaman patikan
kebo terdapat daya hambat sebesar 0,45 cm dan 0,375 cm sedangkan kayu
bajur diameter penghambatannya yaitu sebesar 0,625 cm pada bekteri
Pseudomonas aeruginosa sedangkan pada Bacillus cereus tidak terbentuk
penghambatan.
Untuk
penghambatan
mikroba
terhadap
Pseudomonas
90
Mekanisme
penghambatan
senyawa
antimikroba
dalam
untuk
pertumbuhan
mikroba
atau
tindakan
langsung
pada
91
KESIMPULAN
2.
3.
terdapat penghambatan
Sambiloto, beluntas, pare, meniran, kemangi, wortel, dan daun PKI tidak
memiliki daya hambat terhadap kedua jenis mikroba uji.
5.
92
DAFTAR PUSTAKA
Ajuz,
Yayan.
2015.
Laporan
Fermentasi
Yogurt.
http://yayanajuz.blogspot.com/2012/06/laporan-fermentasi-yoghurt
cara.html. (Diakses tanggal 10 April 2016).
Suwarso.
2015.
Antimikroba
Dari
Tumbuhan.
http://dokumen.tips/dokuments (Diakses tanggal 26 Mei 2016).
93
Harmita dan Maksum Radji. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Jakarta:
EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Hidayat, I.R. 2013. Total Bakteri Asam Laktat, Nilai Ph Dan Sifat Organoleptik
Drink Yoghurt Dari Susu Sapi Yang Diperkaya Dengan Ekstrak Buah
Mangga. Animal Agriculture Journal, Vol. 2.(1): 160 167.
Luditama, 2010. Pengendalian mutu mikrobiologi pangan. Malang: Ikip
Mandey, Jet Scartje, Bernat Tulung, Mursey N. Begar, Youdhie H.S. Kowel.
2014. Analisis In Vitro Aktivitas Antibakteri Daun Gedi Asal Sulawesi
Utara Sebagai Kandidat Bahan Pakan Ayam Pedaging. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
Maraturrahman.
1 . Efektifitas Ekstrak Rimpang Temu Kunci Boesenbergia
Rotunda) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes.
Skripsi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Narfina.
2011.
Ektraksi
menggunakan
metode
http://narfina.blogspot.com/. (Diakses tanggal 02 Juni 2016).
infundasi.
94