Disusun Oleh:
KELOMPOK 4 / KELAS A
1.
2.
3.
4.
Agnes Arnita M.
Sri R. B. Daeng
Jeany Ratna P.
Manuel Paco M.
(051211133090)
(051311133074)
(051311133210)
(051311133218)
1. Pemicu
Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh seorang peneliti yang menyatakan bahwa
ekstrak etanol 96% rimpang kencur mempunyai aktivitas analgesik dan industri obat
tradisional tempat anda bekerja ingin mengembangkan produk Fitofarmaka
berdasarkan penelitian tersebut. Namun berdasarkan perhitungan cost effective,
penggunaan ekstrak etanol 96% menjadi kendala untuk penjualannya. Bagaimana
anda merancang penyiapan ekstrak kencur sebagai bahan aktif produk fitofarmaka
untuk analgesik?
2. Deskripsi Proyek
Pada saat penyusunan solusi pada pemicu 2 masih terdapat pertanyaan yang mendasar
mengenai mengapa pelarut pengekstraksi etanol 96% dikatakan tidak cost effective
dan bagaimana untuk mengatasi masalah tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut maka mahasiswa diberi tugas untuk melakukan
penelitiaan mengenai berbagai konsep terkait untuk dapat memberikan solusi tesebut.
3. Pertanyaan Guidline
3.1 Pertanyaan Esensial
Bagaimana mendapatkan bahan aktif ekstrak yang cost effective untuk
pengembangan obat fitofarmasi?
3.2 Pertanyaan Unit
o Mengapa etanol 96% tidak cost effective?
o Bagaimana menentukan pelarut pengekstraksi yang cost effective?
3.3 Pertanyaan Isi
o Apa pengaruh perbedaan pelarut pengekstraksi terhadap rendemen ekstrak?
o Berapakah recovery pelarut pengekstraksi etanol 96%?
o Apa pengaruh perbedaan pelarut pengekstraksi terhadap kadar senyawa
marker?
o Apa pengaruh perbedaan pelarut pengekstraksi terhadap kadar aktifitas
farmakologi?
4. Konsep dan Teori Terkait
Ekstrak
Definisi Ekstrak
Menurut Farmakope Herbal Indonesia edisi I adalah sediaan kering, kental atau
cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok
diluar pengaruh cahaya matahari langsung (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Tahapan Proses Ekstraksi
Pengecilan Ukuran
diperoleh dari percobaan in vivo pada hewan mamalia yang sesuai, sedapat
mungkin dikaitkan dengan model penyakitnya pada manusia. Tidak semua
khasiat terapetik calon obat bisa diperkirakan secara langsung dari model-model
percobaan hewan. Beberapa khasiat yang mungkin bisa diperkirakan dari uji
penapisan dengan model percobaan hewan misalnya daya analgetik, daya
anastesi, anti hipertensi, anti diabetes, anti arthritis dll. Kegunaan uji penapisan
farmakologik sebenarnya adalah untuk menghindari pemborosan dalam tahap
uji lebih lanjut. Hasil positif dapat digunakan untuk perkiraan kemungkinan
efek pada manusia.
b. Bila telah ada petunjuk mengenai khasiat maka langsung dilakukan pemastian
khasiat.
Kadar
Etanol
Awal
Kel.
3
Kel.
96%
80%
96%
93%
85%
98%
Recovery
Pelarut
(Kadar Etanol &
Volume)
94%, 310ml
90%, 348ml
97% 320ml
Rende
men
Ekstrak
5,17%
7,44%
5,00%
Kadar
EPMS
dalam
Proteksi
Ekstrak
46,50%
29,75%
-
60,00%
47,03%
60,22%
Efektifitas
Sampel Uji
terhadap
Kontrol +
117,16%
91,84%
117,59%
UltrasonikMicrowave
1
Kel.
70%
96%
74%
96%
83% 237ml
94%, 325ml
7,40%
4,93%
27,24%
52,84%
57,58%
64,70%
112,44%
227,5%
50%
52%
55%, 294ml
9,06%
12,34%
78,33%
275,52%
95%, 315ml
90%, 318ml
97%, 320ml
75%, 205ml
95%, 370ml
61%, 321ml
5,71%
6,56%
5,00%
9,14%
4,80%
9,12%
57,31%
44,03%
48,22%
27,06%
48,68%
15,46%
39,05%
26,92%
54,72%
82,42%
50,44%
47,48%
78,10%
53,84%
106,85%
160,94%
101,18%
95,24%
Kel.
96%
94%
80%
81%
4
Kel. 96%
98%
70%
75%
2
Kel. 96%
98%
50%
58%
6
5. Data Penelitian Terkait
Metode Microwave
Etanol 96%
Etanol 80%
Etanol 70%
5,03% (x)
7,44%
7,40%
Metode Ultrasonik
Etanol 96%
Etanol 80%
Etanol 70%
5,17% (x)
6,56%
9,14%
Etanol 50%
9,06%
Etanol 50%
9,12%
Metode Microwave
Etanol 96%
Etanol 96%
Etanol 50%
Kelompok 1
98%
Kelompok 3
93%
Kelompok 5
96%
97%
94%
94%
Metode Ultrasonik
Etanol 96%
Etanol 96%
Kelompok 2
Kelompok 4
98%
94%
97%
95%
Etanol 96%
Kelompok 6
98%
95%
Metode Microwave
Etanol 96%
Etanol 80%
Etanol 70%
45,02%(x)
29,75%
27,24%
Etanol 50%
12,34%
Ekstrak
Pelarut
Kadar EPMS
dalam
Metode Ultrasonik
Etanol 96%
Etanol 80%
Etanol 70%
49,67%(x)
44,03%
27,06%
Etanol 50%
15,46%
Ekstrak
Senyawa marker pada ekstrak kencur adalah EPMS yang memiliki sifat
non polar. Dari hasil penetapan kadar didapatkan hasil kadar EPMS pada pelarut
etanol 96% paling besar dibandingkan dengan etanol dengan kadar yang lebih
rendah. Hal ini disebabkan karena etanol 96% bersifat lebih kurang polar
dibandingkan dengan komposisi pelarut etanol lainnya sehingga EPMS yang
bersifat non polar akan lebih tertarik ke pelarut etanol 96%. Dan didapatkan
kadar EPMS pada pelarut etanol 50% paling kecil diantara pelarut lainnya karena
pelarut etanol 50% bersifat paling polar sehingga EPMS yang bersifat non polar
kurang tertarik ke pelarut etanol 50%.
o Apa pengaruh perbedaan pelarut pengekstraksi terhadap kadar aktifitas
farmakologi?
Pelarut
% Proteksi
% Efektifitas
terhadap
Metode Microwave
Etanol 96%
Etanol 80%
Etanol 70%
61,64%
47,03%
57,58%
154,08%
91,84%
112,44%
Etanol 50%
78,33%
27,52%
Kontrol +
Pelarut
% Proteksi
% Efektifitas
terhadap
Kontrol +
Etanol 96%
48,07%
95,38%
Metode Ultrasonik
Etanol 80%
Etanol 70%
26,92%
82,42%
53,84%
160,94%
Etanol 50%
47,48%
95,24%
iii.
7. Kesimpulan
Dari hasil praktikum 6 kelompok tidak dapat disimpulkan metode ekstraksi yang
paling efektif ataupun pelarut ekstraksi yang paling efektif. Pelarut ekstraksi dari hasil
kelompok ultrasonik maupun microwave memiliki hasil yang berbeda sehingga sulit
menentukan mana pelarut yang paling memberikan aktivitas analgesik. Dari hasil
pembahasan sebelumnya, untuk proses membuat produk fitofarmaka yang costeffective adalah dengan melakukan pertimbangan pemilihan metode ekstraksi, pelarut
ekstraksi. Untuk metode ekstraksi dipertimbangkan kualitas ekstrak yang diperoleh,
waktu proses ekstraksi, dan biaya yang diperlukan untuk proses ekstraksi. Sedangkan
untuk pelarut ekstraksi dipertimbangkan kualitas ekstrak yang diperoleh dan pelarut
yang diperoleh kembali.
8. Pustaka
penetapan
struktur.http:asyharstf08.wordpress.com/2009/12/11/isolasi-
etil-para-metoksisianamat-dari-kencur.
Bangun,Rbijanto.2011. Semi Sintesis Akrilamida Dari Etil P-Metoksisinamat
hasil
Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Barus, Rosbina. 2009. Amidasi etil p-metoksi sinamat yang diisolasi dari kencur
(kaemferiaGaranga,Linn).http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:573438/9/
pengarang:%20RosbinaBarus%20TRANS%20%20P%metoksisinamat%20did
apat/
Chothani, Daya L., M. B. Patel, dan S. H. Mishra. 2012. HPTLC Fingerprint
Profile and
Isolation
of
Marker
Compound
of
Ruellia
tuberosa.
Agilent
Technologies,Waldbronn,
Germany.
Diakses
darihttp://www.chem.agilent.com/Library/applications/5988-8647EN.pdf
Sulaiman MR, Zakaria ZA, Daud IA, Ng FN, Ng YC and Hidayat MT (2008).
Antinociceptive and anti-inflammatory activities of the aqueous extract of
Kaempferia galanga leaves in animal models. Journal of Natural Medicines
62 221-227.
Tewtrakul S., et al.2005.Chemical Components and Biological Activities of
Volatile oil of Kaempferia galanga Linn.. Songklanakrin J.Sci.Technol.
27(Suppl.27) page 503-507.
Wang, L., Weller, C. L. 2006. Recent Advances in Extraction of Nutraceutical
From Plants. Elsevier: Trends in Food Science & Technology.
.Vittalrao, Amberkar Mohanbabu, Shanbhag, Tara, Meena Kumari K, Bairy, K.
L., Shenoy, Smita (2011). Evaluation od Antiinflammatory and Analgesic