Anda di halaman 1dari 40
KATA PENGANTAR Setelah cukup lama tidak terbit akhirnya Buletin Morning Call terbit kem- bali. Buletin ini kembali dengan disain yang lebih menarik, penuh warna, jika dibandingkan ketika buletin ini terbit di zaman saya pertama kali men- jadi anggota KSHL Comata. Saat itu buletin Morning Call hanya berwarna hitam dan putih, atau hitam dan warna lain tergantung warna kertas yang di- gunakan untuk mencetak buletin ini Tulisan yang ada pada edisi terbaru ini juga tidak kalah ber’warna”. Kita dapat membaca tulisan tentang kisah perjalanan eksplorasi KSHL Comata di Taman Nasional Bali Barat, tulisan semi ilmiah tentang duet song pada kelompok Hylobatidae, tulisan tentang kupu-kupu Taman Nasional Baluran, tulisan tentang Herpetofauna Taman Nasional ujung Kulon, dan tulisan- tulisan lainnya. Selain tulisan-tulisan tersebut, kita juga dapat mengetahui kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh KSHL Comata pada bagian What’s up with Comata? Kemudian, kita juga dapat mengetahui penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh anggota KSHL Comata pada bagian Selayang pan- dang penelitian skripsi BIOGENESIS 2010. Sebagai penutup, saya berharap Buletin Morning Call ini dapat memberi- kan informasi yang berharga bagi pembaca. Saya juga berharap buletin ini dapat terus terbit karena buletin ini merupakan sarana bagi anggota KSHL Comata untuk berlatih menulis dan berbagi informasi. Selamat membaca. Depok, 18 Maret 2015 Dimas Haryo Pradana WILDLIFE STUDY GROUP BIOLOGY-UI DAFTAR ISI >>What’s up with COMATA? >>Eksplorasi 2013 This place name Brumbun: Morning call telah kemballi ke peradaban! Undiscovered Paradise Ay ) ET >>Duet Song Hylobatidae STEUCOISE VENUE cc jorasi 2014 Taman Nasional BALURAN >>Herpetofauna Kawasan Gunung Payung, Misteri Herpetofauna di Ujungnya Taman Nasional we Ujung Kulon, Banten >>Selayang pandang penelitian skripsi BIOGENESIS 2010 >>Perilaku Kawin yang Tidak Biasa (Unusual Mislead Breeding Behaviour) pada Amfibi >>PELITA 2015 >>Galeri COMATA a oo es § @ = Tanah Bali, tanah surga bagi semua orang di penjuru dunia termasuk kami, Terlepas dari Kuta, Ubud dan segala lokasi metropolis lainnya, ada satu luasan wilayah yang sempit, Tak banyak orang tahu mengenai tempat ini, Terkait lokasinya yong sedikit terisolir dart peradaban serta aksesnya yang ¢ukup sulit. Yap, This place called Brumbun. Brumbun merupakan sebuah feluk yang terietak di timuriaut Taman Nasional Bali Barat [Tarhan Nasional Ball Barat itu dimana ya by the way? Daerah yang berada di “kepala” dari pulau Boil merupakan Teman Nasional Bali Barat. Sungguh kecil bukan?). dari wilayah faman = a ; This place named Brumbun Catatan singkat perjalanan tim KSHL Comata dalam Eksplorasi 3 BSO 2013 By Nuruliawati nasional, daerah ini merupakan daerah yang berstatus dilindungi dan tentu soja memiliki ragam biodiversitas yang tinggi. Burung, serangga, herpetofauna dan mamaiia sangatlah beragam disini Brumbun yang bersebrangan langsung dengan Pulau Menjangan tersebut juga memiliki kekayaan hayati laut yang tak kalah indchnya. Disisipi dengan “pagar mangrove" yang tersebar di sepanjang garis panfal sera kehangatan masyarakat | lokalnya membuat tempat ini memang surganya para petualang Berbekal niat dan keingintahyan yang lebih akan Tanah Bali, 18 orang delegast KSHL Comata Bisiogi Ul (bersama dengan dua B89 lainnya: OMPT Canopy Ul dan SIGMA B-UI), melaksanakan eksplorasi 3 BSO ke Taman Nasional Bali Barat pada tanggat 20-29 Agustus 2013 lalu. KSHL Comata tahun ini mengangkat Rusa fimorensis (Rusa timer) sebagai objek peneitian. Perjalanan panjang yang ditempuh selama 2 hari dengan menggunakan bus, berhasi membawa kami menuiy Toman Nasional Bali Barat (INBB). Sesampainya di Bal, nampaknya kami tidak terlalu terkejut dengan fenomena “welcome greet" ala Tanah Bali, yaitu monyet dan sesajen yang berlebaran ci sepanjang jalan. Sesampainya di taman nasional, tim eksplorasi 3 BSO disambut dengan baik oleh pihak TNBB. Kami, fim eksplorasi Comatay memutuskan untuk menginap semalam. di Wisrhia Cinta : ae (WEA), tees r ahkan-dit. “sama Eis BO eo Rane - Pengamat Conicta fod Rusa fin padal ip 2pulas} sedang terkonsentrasi ._-diTeh Brumbun, sehingga Rerlumpacn a timer lebiin memungkinkon pens ie ret Prapai Bethubung jumiah kami yang banyak, dan mobil tersebut berkapasitas kecil, walhasi kami membagi tim menjadi dua kelompok mabilisasi. Satu tim darat, berisikan 4 orang beserta seluruh barong kami, diangkut menggunakan mobil bersama Pak Putu dan sisanya diangkut dengan menggunakan kapal. Sesampainya disana, bak disamtbar petir di siang hari, kami tersihir oleh seluruh Pesona yang disuguhkan oleh Taluk Brumbun. Gradasi vegelasi yang cantik antara mangrove, hutan musim dan savanna yang tertata, Lautan yang bir, bening seperti cermin, Nyanyian Jolak Bali, pengingat waktu, penanda pagi, bersatu. Kelompok Lutung yang berlalu Ialang mencati penghidupan. Sebuah padvan yang anggun. Menggugah jwa siapapun yang menjamah tempat ini. Alaninya yang masih liar, membuat Tim Comata dibagi menjadi dua kelompok {dengan dua sub kelompok yaitu sub kelompok pagi dan sub kelompok sore di masing-masing kelompoknya) untuk pengambilan data mengenai sebaran Rusa timer dan vegetasinya. kelompok | yang bertugas di sisi kanan mes yang merupakan wilayah savana yang terletak di sepanjang tepi tebing Teluk Brumbun. Kelompsk 2 bertugas di sisi kiri mes yang merupakan wilayah savana yang berbatasan Jangsung dengan hutan musim. Bersama jagewona masing-masing (Pak Putu dan kawannya}. kami melakukan habituasi hingge menjelang senja dan kembali untuk sharing data habituasi Wind blowsso cold, ‘Sain shines brightly. leaves can't tell us. what happened will be.. Perjumpaan dengan Rusa timormembuat hati siapapun menjadi quaup. Metode direct count yang dilakukan membutuhkan, perjumpaan langsung dengan sang objek. Disamping itu, banyak kabar burung yang beredar bahwa sulit untuk bertemy Rusa timor secara langsung, Karna sifainya yang sensilif terhadap kehadiran manusia merupakan salah satu faktor yang membuat kami cemas akan data yang kami dapatkan, nantinya, Perjalanan sepaniang transek. mempbual segala suasana hati berubah. Di awal, masing-masing kelompok dibuat kepo dengan keberadaan usa tersebut. Mencari dan terus mencar dimana rsa fersebut berada, Kecemasan mulai muncul, disaat kami belum menemukan satu rusa pun. Sampai pada akhirnya, kesabaran berbuah hasil. Sampai pada akhirnya, kesabaran berbuah hasil. Beberapa kelompok rusa teinat jelas oleh mata kami. Meskipun dalam kelompok yang kecil, hanya 2, 3 atau 5 rusa per kelompok. tetapi tetap tidak membuat mata kami berkedip. Senangnya bukan main! Rasanya ingin berteriak: "Halo dunia, ternyata mereka ‘ada'!’. Sebuah kalimat yang membakar semangat untuk pengambilan data di hari -hari selanjutnya. Savana menguning, fajar menyembul dari balik awan, mengawali pagi dengan semangat untuk mengambil data. Berbekal air minum, beberapa makanan. fingan, lembar data seria perlengkapan 'perang' lainnya, mosing-masing kelompok menyusuri transek masing-masing. Enam fatus meter transek dijalani tiap harinya. Menghitung ruso, memasang kuadran untuk analisis vegetasi ditengah semak berduri, atau pulang dengan muka kecewa akibat tidak mendapati rusa, nampaknya sudah menjadi makanan seharl-hari kami, Meski dengan setengah nyawa ai sefiap paginya, tetapi tetap sepenuh hati (eaiah~}, Hari-hari pengambilan data dijalani dengan begitu menyenangkan, Meski kategort menyenangkan di setiap kelompok berbeda. Kelompok 2 bisa dikalakan kelompok yang beruntung. Karena perlumpaan mereka dengan tusa fidak sesulit kelompok 1. Savane yang ferletak di tepi tebing nompaknya bukan menjadi tempat yang diminati oleh rus. Walhasil, data yang didapatkan berbeda dengan data milk kelompok 2, Wilayah tempat pengambilan data kelompok 2 lebih teduh dengan banyak lahan jandai yang luas serta kelinggian yang lebih rendah dibandingkan tempat kelompotk 1, sehingga bisa memengaruhi perumpaan mereka dengan rusa. This land is so marvelous. A paradise of mine. Stolen your heart, til the rest of lis beat. See Urusan pengambilan data tidak terlepas dari urusan perut. Dalam hal makan, fim Comata lebih memith untuk memasak sendii, Segala logistik yang diperlukan seperti beras, sayur mayur, dan air dikirim dua hari sekall dengan menggunakan perahu. Sistem memasaknya pun sukarela (red: awalnya, © sistem piket atau beroilir. tapi hanya @ terlaksona sehari, Selanjuinya, sesuka hati gja, tapi ujung-ujungnya jadi clan tidak tmengecewakan haha-}. Tim Comata pun furuf dibantu oleh Pak Putu, Pak Feby. Pak Nyoman dan dua orang lainnya (rekan- B rekon Pak Putu Yase) dalam hal memasak. Disini kami digjarkan memasak dengan bahan yang super fresh, langsung dari alam, Mermancing ikan dengan cara yang sangat sedethana, menipakan momen yang tidak » terlupakon. Berbekal dengan ‘getek’ tanpa Jayor yang ferbuat dari drum plastik bekas yond drokit dengan bamby, salu guung benang nilon dan beberapa buch gastropoda |Nerilasp.} sebagai umpan,, kami siap ‘berlayar’. Sebagal newbie dalam urusan memancing. wathasi tangkapan kita nol. Berbeda dengan bapok-bapak jagawana yang berhas!l berhasil menangkap beberapa ikan, diantaranya iken kakak tua (pamot fish), kerapu, cumi-cumi dan beberapa ikan foinnya, Selain memancing, kami juga diajarkan memasak nesi dengan ala jagawana {dimana untuk menentukan kematangan nasi, beras yang sefengah tanak harus dilemparkan ke pintu, Kalau suara tumbukan antara beros dan pintu masih terdengar keras, maka dapat dikatakan nasi belum matang. Tidak hanya itu, cara menanak nasi yong betbeda membuat nasi tersebut tahan hingga 2-3 hari tanpa bau dan masih layak untuk dimakan AA super keren), serta memasak makanan seatood ala Jagawana Teluk Brumbbun. Hasil pancingan yang. didapat, dimasak menjadi beberapa hidangan spesial seperti cumi bakar, kan bokar dan sup ikan lengkap dengan sambal kecapnya. Meskipun mereka semua kaum Adam, tetapi kemampuon memasoknya tidak diragukan lagi. Luar biasa maknyus deh pokoknyal Kegiatan lainnya yang dilakukan yoitu penanaman bibif mangrove dalam arboretum Kecil dan pembuatan bak satwa, Kegiatan ini sebenomyo merupakan sebuch sunprise dari pihak Jagawana Teluk Brumbun. Kegiatan ini khusus dipersembahkan oleh mereka untuk tim Comata yang bertandang ke Brumbun. Penonaman bibit mangrove yang dipandu oleh Pak Putu Yase; dilakukan dengan sangat sederhana, Bibit mangrove yang sudah disiapkan oleh Pak Putu Yase, diletakkan di tengah bak penampung air eS yang terbuat dari drum bekas. Bibil tersebut sudah berumur 4 tahun lamanya, sejak Pak Putu menanamnya dari biji mangrove yang berjatuhan di pinggir pantal, Jika difhat dari Jinggi fanamannya, sungauh belum’seberapa. Rasanya, 4 tahun belum lohcukup untuk menanam mangrove hingga setinggi dada Mmoanusia, Tetapi, dengan mudah, oknum yang Yidak berlanggung jawab mengambil mangrove fanpa melakukan penanaman kembaii... Seteich bibii mangrove diletakkan ke dalam dnum, arboretummini tersebut diberi hiasan berupa ranting polién yang berukuran evkup, besar. Hal fersebut:dilakukon untuk mencegah Tusa menggerogoti pucuk mangrove. Lebih bak lagi jkerdibérkan ormamen lainnya seperti fengkorak babi atau musa itu sendiri, Tak pa, arboretum mini tersebul kari beri tanda dengan nama jenis, nama lokal dan tentunya nama sang penanam yaitu tim KSHL Comata, Yeay! Kegiotan kedua yong dilakukan yaitu pembuatan bak satwa. Lagi, dengan cara yang sederhana dan kreatif, Berbekal drum Bekas, aérpaj dan beberapa batu alam hasil pungutan seusai mengambil data, kami bersama Pak Putu membuat bak satwa yang difungsikan sebagai penyedia air minum Untuk ruse. Ghalih; Bahrain dian Sandy sangat bersemangal membuktikan “kejantanan” mereka. Gergaji sana sini sembari bergantian. Berseling fawa yang tak kunjung henti akibat. perilaku satu sama loin. Gotong royong bersama beberapa orang wonita laintiva, akhimya bak sdiwa tersebut selesai, Finishing aya yaitu = Gok maw salah dang sama Po Pau. Semonget menonarn mangrove! Semargat mondhicuken burt Pak Puty dengan init mangrove-nya yong berurur tahun. Uburonrya tidak sebanding dengan urumyo | | Fea HRN VERO RNIN T dengan membubuhi tepian bak dengan pasir pantai dan bati-batuan alam. Tak lupa, Pak Putd'selaiu mengingatkan kami untuk memberi signature. Belum lah terlambap Untuk merged | belum ferambat untuk menumbuhkan cinta, Meski sebentar, namun maknanya sungagvh meresap/Hampir seminggu di Teluk Brumbun, memberikan pelajaran yang berarli akan pentingnya kesederhancar-dan makna kehidupan. Seperti layaknya sekvel ‘Jika Aku Menjadi', mungkin ini Sekue! yang real dialami oleh fim KSHL Comata. Not just about fellowship, but also family. Mengenal lebih dalam satu sama jain, berbagi cerita suka maupun duka. Tidak kenal menjadi kenal, belum dekat meniaci dekat, dan yang sudah dekat menjadi sult untuk dilepaskan. Tim bersoma dengan para jagawana, sudah } seperti layaknya sebuah kelvarga. juga konsetves). Konservas idak perlu muluk, Tak perlu menunggu untuk bergabung dengan komnitas yang besor. Cukup perhatikan sekitor kita, dan berbuat. Meski hanya, dengan sebugh drum bekas. Meski dengan satu biji mangrove dan segenggam tanah.. Berbyatiah! Setiap orang bisa melakukan Tidak sekedar bicara persahabatan. tetapi | i “konservasi. Hanya satu yang perlu dihapus, yoitu gens), Tok perlu mau meski hanya berbekal sesuatu yang sederhana. Tak perlu segala teknolog! ala zaman robot jika yong dicon hanya sebuah nama. Berbuatiah dari sekarang. Seperti jiwa yang menyaty, terbentukiah suatu rangkaian cerita yang utuh dan berpelangi. Segala pengalaman tak terlupakan, tak akan berhenti bergulat > Marsya Christyanti Sibaran, SS. Judul Ski psi: Kompetisi dan Tumpang-tindih Relung antara Sia- mang (Symphalangus syndactylus) dan Mamalia Arboreal Lainnya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Saya memilih judul ini karena penasaran dengan pembagian relung di antara komu- nitas mamalia arboreal. Kepadatan sia~ mang di Way Canguk tinggi dan siamang memiliki ukuran tubuh terbesar di antara mamalia arboreal Iainnya. Oleh karena itu, diduga siamang merupakan kompetitor dominan tethadap mamalia Iain yang me- miliki relung yang serupa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terjadi kompetisi antara siamang dan mamalia ar- boreal lainnya dan untuk mengetahui tump- ang-tindih relung di antara mereka ber- dasarkan pemilihan pakan dan penggu naan habitat. Pengambilan data dilakukan dengan dua metode, yaitu pengamatan perilaku siamang dan survei mamalia arbo- real, yang dilakukan selama dua bulan. Pengamatan perilaku siamang dimulai saat siamang meninggalkan pohon tidumya, yaiitu sekitar pukul 06.00 pagl, sampai ter- lihat inaktif sekitar pukul 17.00. Survei mamalia arboreal dilakukan pukul 06.00—12.00 di hari yang berbeda dengan pengamatan petilaku siamang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke- samaan relung terbesar terdapat di antara siamang dan jelarang hitam (Ratufa bicolor). Mereka seting mema- kan buah dengan karakteristik yang sama, yaitu berdaging dan matang. Selain itu, mereka juga sering menggu- nakan tajuk di ketinggian yang sama, yaitu sekitar 25 meter. Yang menarik adalah jika siamang dan jelarang hitam berada di satu pohon pakan, jarang ter jadi perilaku agresi di antara mereka. Agresi paling sering terjadi di antara sia- mang dan simpai (Presbytis melalophos) dan siamang selalu dominan. Penelitian ini merupakan bagian dari pe- nelitian kak Daniel Natanael Lumbantob- ing, PhD. alumni Biologi angkatan 1998, mengenai ikan Rasbora di Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari 2013-2014 di wilayah Teng- gara Kalimantan yang mencangkup provinsi Kalimatan Tengah, Timur, dan Selatan. Ryandi secara khusus mendesk- fipsikan dua spesies ikan Rasbora yang telah ditemukan yaitu R. cf. volzi dan R. elegans. Deskripsi dilakukan dengan mengukur morfometrik, menghitung mer- istik, dan mendeskripsikan pola pewamaan. Rasbora cf. volzi dapat dibedakan dengan spesies lainnya ber- dasarkan adanya: pola pewarnaan pada garis mediolateral berbentuk pita, retikulasi basal dapat terlihat di 5 baris sisik longitudinal dari bagian atas gurat sisi, dan retikulasi periferal terihat 4 baris sisik longitudinal dari bagian dorsal. >> Ryandt Dwi Prakoso, SS) Judul Skripsi: Deskripsi dan Distribusi kan Rasbora pada Kelompok Spesies Rasbora trifasciata di Tenggara Kalimantan Rasbora elegans dapat dibedakan dengan spesies lainnya berdasarkan adanya: pola pewamaan garis medi- olateral yang berbentuk persegi panjang pada pertengahan samping tubuhnya, retikulasi basal terlinat 4 bar's sisik longitu- dinal dari bagian atas gurat sisi, dan reti kulasi periferal terihat 3 baris sisik longitu- dinal dari bagian dorsal. Intinya penelitian Ryandi adalah sangat taksonomi dan butuh disiplin, kejelian, serta passion yang besar untuk terjun di bidang ini. Sebagai tambahan, kak Daniel membuka kesempatan untuk ma- hasiswa Biologi UI yang tertarik melaku- kan penelitian ikan seperti yang dilaku kan Ryandi. Untuk benefits yang dida- patkan bisa menghubungi Ryandi secara langsung. Good job Ryandil Semoga bisa terpanggil untuk menjadi taksonom ikan Indonesia! “Ryandi merupakan mahasiswa pertama sefelah sekian lamanya, yang melakukan penelitian tentang taksonomi ikan.”” (Wisnu Wardhana 2014). >> Sheherazade, SSI Judul Skripsi: Distribusi Kelelawar Pemakan Buah di Kampus UI Depok, Jawa Barat Shera juga melakukan penelitian Kerja Praktik dengan “Judul Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Perda- gangan Kalong Di Sulawesi Utara Be- serta Upaya Konservasinya". Dalam penelitiannya ini, Shera berkolaborasi dengan Susan M. Tsang, PhD Candi date (atau anak $3) dari City College of New York, Susan juga berperan se- bagai informal supervisor untuk peneli- tian-penelitian Shera mengenai kelela- war. ee wet Shera mencoba untuk melihat distribusi kelelawar berdasarkan penggunaan sumber daya berupa pohon pakan. Ter- dapat 8 jenis kelelawar yang ada di Ul yaitu Cynopterus brachyotis, C. hors- fieldii, C. minutus, C. sphinx, C. titthae- cheilus, Rousettus leschenaulti, Mac roglossus minimus! dan M. Sobrinus. Karena semua jenis kelelawamya gen- eralis maka penggunaan sumber daya nya tumpang findih sehingga aistiribusi nya juga termatai tumpang tindih. Aso- siasi kelelewar dengan pohon pakan sangat kuat, sehingga distribusi kelela war tersebut sangat ditentukan oleh dis- tribusi pohon pakannya, tetapi asosias- inya berbeda-beda antar jenis kelela- war. Penelitian Kerja Praktik ini sedang under review oleh jumal sesuatu (Ilupa haha- haha) (Shera 2014). Penelitiannya ten- tang meng-asses seberapa besar per- dagangan, jalur perdagangannya, dan bagaimana persepsi masyarakat lokal terhadap perdagangan kalong terse but. Nah persepsinya ini lah yg jadi dasar untuk merencanakan program konservasi yang tepat di Sulawesi Utara ). 4 Achmad Ridha Junaid, SSi Judul Skripsi: Keanekaragaman Burung Berdasarkan Gradien Elevasi di Hutan Mbeliling dan Sano Nggoang, Flores, Nusa Tenggara Timur Keberadaan spesies burung pada suatu habitat berkorelasi positif terhadap faktor vegetasi dan lingkungan kawasan terse- but. Faktor-faktor tersebut dapat sangat bervariasi sepanjang gradien lingkungan, khususnya gradien elevasi. Seiring dengan peningkatan elevasi umumnya terjadi penurunan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan atau- pun kenaikan keanekaragaman burung. Akan tetapi informasi tersebut masih belum banyak diketahui untuk kawasan Wallacea dengan tingkat endemisitas tertinggi di Indonesia, khususnya kawasan Be cso pose ope! sa keanekaragaman burung yang saya EEE one lakukan, ditemukan sebanyak 4,381 in- dividu dari 70 spesies, diantaranya ter- dapat 18 spesies BST (Burung Sebaran } Terbatas) Nusa Tenggara, 4 spesies en- | Faktor tersebut kemudian mendorong saya untuk melakukan penelitian demik Flores, dan 8 sub-spesies endemik keanekaragaman burung di Flores. Tujuan Foes eonetarcaeranteecict eens penelitian saya adalah untuk mengetahui masing'zendlelevas| berbeda'bedalaly keanekaragaman dan komposisi burung Pantaraitielasasencnavemes pada zona elevasi rendah (400-600 mdpl), lik. Keanekaragaman tertinggi terdapat | tengah (700-900 mdpl), dan tinggi (>1.000 pada zona elevasi rendah, disusul zona mdpl) di Hutan Mebliling (HM) dan Sano | elevasi tengah, dan keanekaragaman Nggoang (SN), Flores. Penelitian ini masin peenciahsadanonciclevasiimooico merupakan kelanjutan dari Kerja Praktek esies burung endemik Flores seperti Ser- | saya di kedua kawasan hutan tersebut. | Ren iaeiGanscicestcanicncae Saat kerja praktek itu, saya meneliti popu- | flores ditemukan disetiap zonaelevas, J lasi spesies endemik Flores, Gagak flores | PemianitactiencentlsseeteseoT (Corvus florensis) melalui pendekatan Dis Nisaiienccaciikcnacwanictenchana) tance Sampling pada bulan Met-Juli 2013 hampir merata pada setiap zona eleva- di tiga area, yaitu Wae Ndae (HM), Den- si menyebabkan Hutan Mbeliling dan cang/Mese (HM) dan Lenakong)Ralbeng) Sano Nggoang memilki arti penting (SN). | untuk konservasi spesies endemik Flores = — dari elevasi rendah hingga elevasi tinggi. Tujuan penelitian Sapi (a.k.a Shatia) ini mungkin yang paling mulia dan paling aplikatif di arlikel ini. Sapi bermaksud untuk mencari agen biokontrol tanaman invasif Vachelia nilotica atau dulu dikenal sebagai Acacia nilotica yang sangat menginvasi wilayah TN. Baluran. Cara yang dilakukan Sapi adalah melihat asosiasi serangga dengan V. nilotica dengan harapan semakin besar asosiasinya, semakin besar pula potensi biokoniroinya. Berkut adalah abstrak skripsi Sapil (PS: Kalau penasaran dengan serangganya bisa search di google atau tanya langsung ke Mbak Sapinya) Vachellia nilotica diintroduksi ke Taman Nasion- al Baluran (TNB) sejak tahun 1969 sebagai sekat bakar antara savana dan hutan tropis. Namun, tanaman tersebut tumbuh secara tidak terken- dali dan menjadi tumbuhan invasif. Pengenda- lian secara mekanik dan kimia telah digunakan tapi belum berhasil menyelesaikan masalah tersebut. Solusi altematif seperti penggunaan serangga sebagai agen biokontrol perlu ditera- pkan. Nilai Potensial serangga (NP yang diten- tukan oleh Indeks Nilai Penting (INP), dan hubungan filogeni serangga Indonesia dan Afrika. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2014 dengan 150 sampel menggu- nakan purposive sampling method dan line transect, sedangkan serang- ga dikumpukan menggunakan metode beating tray. Terdapat 50 jenis serangga ditemukan pada V. nilotica. Lima jenis serangga tersebut memiliki NP yang tinggi. Jenis terse- but dikelompokan kedalam suku Ge- ometridae (NP: 2.594 dan 2.004), Pyralididae (NP : 2.391), Aphididae (NP : 2.042) , dan Membracidae (NP : 2.004). Geometridae dan Pyralididae adalah serangga yang paling dire komendasikan karena spesifisitas dan dominansinya. Melepaskan serangga jenis ini dengan jumlah yang cukup ke hutan V. nilotica di harapkan dapat mengurangi viabili- tas melalui aktivitas defoliasi, —KOMODO MODO NATIONAL PARK —trtone sia “2 @ | | SE SiTE Inspirasi untuk mengambil judul penelitian skripsi ini berawal ketika saya menjadi vol- unteer Komodo Survival Program (SP) untuk program monitoring populasi komodo dan mangsa ungulata di TN. Komodo pada bulan Agustus-September 2013. Saat itu saya sempat menginap se- malam di Desa Komodo dan mendengar bahwa komodo sering masuk ke dalam desa dan menyerang ternak kambing dan ayam penduduk. Belum lagi saat itu juga sedang hangat-hangatnya kasus serangan komode terhadap penduduk di desa lain dan petugas taman nasional. Pemikiran saya cukup sederhana, jika ter- dapat konflik manusia-komodo maka dapat menyebabkan kerugian bagi kedua pihak dan menimbulkan persepsi negatif terhadap komodo yang pada akhimya akan menghambat upaya kon- servasi kadal terbesar di dunia ini >>-Ardiantiono, SSi Judul Skripsi: : ‘Analisis Spasial Konflik Manusia-Biawak Komodo di Desa Komodo, Taman Nasional Komodo Saya melakukan penelitian skripsi ini pada bulan Maret 2014 dengan mewawancarai 150 responden di Desa Komodo secara acak. Lokasi konflik yang dilaporkan oleh responden kemudian saya catat dan diam- bil ifik koordinainya. Hasil penelitian men- unjukkan terdapat 405 serangan terhadap hewan temak, 6 serangan terhadap manu- sig, dan 154 kejadian pengusiran berdasar- kan pengalaman responden. Sebagian besar konflik terdistribusi di per batasan desa dan savana. Berikutnya saya membuat peta distribusi konflik dan mengi- dentifikasi empat area pusat konflk yang perlu menjadi perhatian. Dari penelitian ini dapat dilhat bahwa konflik serangan terha- dap ternak merupakan konflk yang paling sering terjadi dan perlu ditindaklanjuti. Serangan terhadap manusia sangatlah jarang terjadi dan umumnya bersifat ke- celakaan (accidental). Pengusiran komodo oleh penduduk biasa dilakukan dengan melempari batu ke arah komodo tanpa bermaksud meiukai. Berdasarkan hasil pe- nelitian, saya merekomendasikan empat tindakan pencegahan dan tiga tindakan penanggulangan konflik yang lebih ber- fokus pada konflik serangan hewan ternak. >> Pramita Indrarint, SSi Judul Skripsi: Perilaku Stereotipe pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Hasil Sitaan Pertunjukan Topeng Monyet: Sebuah Studi Pendahuluan Perilaku stereotipe adalah perilaku yang dilakukan berulang kali tanpa tujuan tertentu dan merupakan salah satu perilaku abnormal yang umumnya terda- pat pada hewan dalam penangkaran. Monyet kor panjang yang dimanfaatkan untuk pertunjuk- kan topeng monyet diduga mengalami perlakuan yang menyebabkan munculnya perilaku stereotipe. Atas dasar hal tersebut dan kemungkinan penye- baran penyakit oleh topeng monyet, kini topeng monyet dilarang untuk dipertunjukkan di DK! Ja- karta dan seluruh topeng monyet disita oleh pihak berwenang. Topeng monyet sitaan kini berada dalam naungan Jakarta Animal Aid Network dan Balai Kesehatan Hewan dan Ikan DKI Jakarta. Penelitian saya bertujuan untuk melihat perilaku stereotipe pada topeng monyet hast staan karena selama ini penelitian tersebut belum pernah dilaku- kan. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengeta- hui persentase perilaku stereotipe pada aktivitas harian monyet ekor panjang. Pengamatan terha- dap aktivitas harian monyet dilakukan dengan menggunakan metode scan sampling terhadap beberapa individu yang dijadikan sampel kelom- pok monyet setiap tujuh jam selama 24 hari Hasil menunjukkan bahwa persentase perilaku stereotipe tiga dari empat kelompok berada di bawah lima persen dan satu kelom- pok sekitar lima persen. Jika persentase perilaku stereotipe lebih dar lima persen maka kelompok hewan tersebut dapat dikatakan memiliki kesejahteraan yang buruk. Karena monyet-monyet tersebut be- rencana dilepasiarkan, maka min- imnya persentase perilaku stereo- tipe adalah pertanda yang baik. Hanya saja banyak hal selain per ilaku stereotipe yang harus diperhi- tungkan sebelum monyet dapat benar-benar dilepasliarkan ke habi- tat alaminya. Nah, setelah melihat sekilas penelitian skripsi dari teman-teman Biogenesis, apakah kalian terinspirasi atau tertarik untuk melanjutkan penelitian kami PERILAKU KAWIN YANG TIDAK BIASA (Unusual Mislead Breeding Behaviour) pada Amfibi Penulis: Sandy Leo “Selingkuh atau salah pasangan? Mungkin inilah kata-kata yang tersirat dalam pikiran anda ketika melihat perilaku yang tak lazim seperti gambar di bawah. Lalu anak yang di- hasilkan akan seperti apa nanti? Apakah akan jadi katak dengan kulit yang kasar atau kodok dengan warna hijav dan memiliki web yang besar? Seperti layaknya mule atau be- berapa hewan hibrid lainnya, Perilaku kawin seperti ini hanyalah sebagian dari beberapa perilaku kawin yang menyimpang, khususnya pada amfibi. Masih ada juga beberapa jenis perilaku kawin menyimpang lainnya yang juga akan dijelaskan secara singkat lalam artikel ini.” Penemuan dua jenis amfibi yang berbeda, yaitu kodok buduk (Duttaphrynus melanostic- tus) (9) dan kongkang kolam (Hylarana erythraea) (3) terlihat sedang melakukan amplexus atau melakukan posisi kawin di mana jantan akan naik ke punggung betina dan memijat perut betina agar mengeluarkan telurnya. Perilaku ini diamati oleh penulis di laboratorium alam FMIPA UI, 14 November 2014 lalu. Kejadian menarik ini tentu membuat heran sekali- gus membingungkan apa yang sebenarnya menyebabkan dua jenis amfibi tersebut tidak mengenali pasangannya dan akhimya salah memilih pasangan. Padahal populasi kedua jenis amfibi tersebut di lokasi pengamatan cukup melimpah. Perilaku tersebut bukanlah sebuah perilaku yang langka atau jarang ditemui karena sudah ada banyak kasus salah pasangan dalam dunia hewan, namun penelitian mengenai perilaku tersebut masih Edirisinghe dan Amarasinghe (2009) pernah mencatat kasus yang serupa di Sri Lanka antara Duttaphrynus melanostictus (3) dengan dua individu Polypedates cruciger (3) dan (°). Kejadian tersebut diawali dengan P. cruciger (3) yang melompat ke atas punggung D. mel- anostictus (3) selama beberapa waktu, kemu- dian D. melanostictus (3) mencoba melepas- kan diri dan naik ke punggung P. cruciger (3). P. cruciger (5) yang berada di dekat kedua jantan tersebut juga terkena imbasnya karena D. melanostictus (3) juga naik ke punggung P. cruciger (9) setelah P. cruciger (3) bethasil me- lepaskan diri. Edirisinghe dan Amarasinghe berpendapat bahwa kedua pejantan antara D. melanostic- fus dan P. cruciger melakukan panggilan untuk memanggil betina pada waktu yang sama, namun yang datang hanya betina dari P. cruciger. Ketidakmampuan untuk mem- bedakan individu secara visual jugalah yang membuat P. cruciger (3) melompat ke pung- gung D. melanostictus (3). Begitu juga dengan D. melanostictus yang tidak dapat membeda- kan individu secara visual sehingga melompat ke dua individu dari P. cruciger Mistar (2009) juga mencatat beberapa per- ilaku kawin yang tidak biasa pada Rhacopho- 1s pardalis di mana betina kawin dengan 3 jantan sekaligus, kemudian ada juga perilaku kawin yang salah antara Ingerophrynus diver- gens dengan Phrynoidis asper dan antara Hy- larana erythraea dengan Polypedates mac fis. Perilaku menyimpang lainnya juga tercatat pada Polypedates macrotis yang menumpang pada Polypedates ofilophus yang sedang mel- akukan amplexus. Beberapa kejadian tersebut tercatat di Sumatera dan Kalimantan Berbeda dengan yang lainnya, Izzo dkk. (2012) mencatat perilaku menyimpang pada amfibi di Brazil di mana jantan dari Rhinella proboscidea kawin dengan betina yang sudah mati. Perilaku ini dis- ebut necrophilia atau perilaku kawin dengan individu yang sudah mati. Per- ilaku necrophilia umumnya tidak akan menghasilkan pembuahan karena indi- vidu betina yang sudah mati. Namun, hal tersebut tampaknya tidak berlaku bagi amfibi mengingat pembuahan ter- jadi secara eksternal sehingga disebut necrophilia yang fungsional dan mun kin ini adalah salah satu bentuk strategi reproduktif yang sukses. Dalam pengamatan yang dilakukan Izzo, tercatat R. proboscidea jantan mel- akukan pertarungan antar sesama jantan dan berimbas pada beberapa betina yang ikut terkena dampak dari pertarungan itu dan akhimya mati. R. proboscidea jantan kemudian meman- faatkan betina yang telah mati dengan menekan perutnya dan mengeluarkan ovum dari dalam tubuh betina kemu- dian membuahinya. Serupa dengan kasus yang terjadi di Sri Lanka, Sumatera dan Kalimantan, penulis juga berpendapat bahwa kasus yang terjadi antara D. melanostictus dengan H. erythraea juga disebabkan oleh alasan yang sama mengingat populasi kedua jenis amfibi di lokasi pengamatan cukup melimpah. Kedua jenis amfibi tersebut memiliki panggilan yang unik untuk memanggil pasangannya, namun ketidakmampuan untuk membeda- kan individu secara visual yang menyebabkan kasus salah pasangan pada amfibi sering terjadi. Lalu, apakah perilaku kawin antar spesies ini dapat menghasilkan pembuahan dan keturunan yang baru? Ternyata ovum dari amfibi memiliki lapisan pelindung yang spesi- fik untuk setiap spesies, sehingga hanya sperma yang berasal dari spesies yang sa- malah yang dapat menembus dan membuahi ovum tersebut. Belum lagi, ovum juga mengeluarkan sinyal-sinyal kimia yang membuat sperma dapat mengenali ovum dari spesies yang sama (Vitt & Caldwell 2009). Hal tersebut yang membuat kecil kemungki- nan sperma dapat membuahi ovum dari spesies yang berbeda Bahan bacaan lebih lanjut Edirisinghe, W.D.M. & A.A.J. Amarasinghe. 2009, An unusual mislead communication be haviour of Dutfaphrynus melanostictus (Schneider, 1799) (Amphibia: Bufonidae) and Polypedates cruciger Blyth, 1852 (Amphibia: Rhacophoridae) at a human habitation in Sri Lanka. Taprobanica 1(1): 39 - 42. Izzo, T.4., D.J. Rodrigues, M. Menin, A.P. Lima & W.E. Magnusson. 2012. Functional necro philia: a profitable anuran reproductive strategy. Journal of Natural History 46(47 48): 2961 - 2967. Mistar. 2009. Salah pasangan ataukah selingkuh?. Warta Herpetofauna edisi September 2009 3(1): 14-15. Vitt, LJ. & J.P, Caldwell. 2009, Herpetology. 3rd Ed. Academic Press, San Diego: xiv + 697 him. 2015 iPelital Zelantikan Anggota Barn (Pelita di Bodlogol ~svkieme ‘Secuil' cerita dari kelompok.4 Pelita 2015,,..+. KSHL (Kelompok Studi Hidupan Liar) ‘Comat Biologi UI merupakan suatu badan semi otonom yang dibawahi lang- sung oleh HMD (Himpunan Mahasiswa De- parfemen) Biologi UI. KSHL Comat setiap tahunnya rutin mengadakan Pelantikan Anggota Baru (Pelita) yang bertempat di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (INGGP). Pelita diadakan untuk menana- mkan jiwa konservasi dan memperkenal- kan keragaman fauna yang terdapat di alam kepada penerus anggota baru Comata selanjutnya. INGGP merupakan salah satu tempat yang sering dijadikan “base camp” bagi anak-anak Comata. Kegiatan Pelita tersebut dilaksanakan The amazing adventure at the night tracking ;) KSHL Comata Petualangan ini merupakan secuil dari berba- gai cerita selama mengikuti pelita. Dimulai dari pembentukan kelompok dengan pembagian merata antara para senior, mentor dan peserta. Sebut saja kelompok 4, yang mendapatkan guide atau mamang jagawana yang bernama mang andre. Malam hati pada hari kedua yang cerah kami melakukan pengamatan her- petofauna, dimana kelompok 4 mendapatkan jalur Afrika. Selama kurang lebih setengah jam kami menusutl jalur Afrika, kami tidak men- emukan satupun hewan melata tersebut. Jangankan menemukan, mendengar suara- suara dari hewan tersebut pun tidak. Setelah melalui kesepakatan bersama, kami pun akh: imya mengganti jalur pengamatan menuju kawenl bawah berharap kami menemukan be- berapa spesies reptil maupun amfi Beruntung sekali, baru mulai memasuki jalur kaweni bawah, kami disambut oleh kadal yang sedang “berdiam diri” di ranting. Seren- tak kami berucap syukur “allhamdulillah”, ke- beruntungan yang menandakan kami tidak salah mengubabh jalur. Yap....pencarian kami jalur, semakin beragam pula jenis hewan yang kami temukan. Kami menemukan beberapa eisai posse arcane Waktu pada jam tangan kami menunju- kan pukul 10.00 WIB yang menandakan bahwa kami harus mengakhiri penga- matan malam ini. Dengan rasa lega diir- ingi hati yang senang karena menda- patkan beberapa jenis dari pengama- tan mala ini, kami berjalan menuju base camp untuk melakukan identifikasi lebih lanjut tethadap spesies-spesies yang telah kami temukan. Setelah bergelut dengan berbagai macam buku iden, kami akhirya selesai mengidentifikasi pada malam itu juga. Selesai dari itu, masing-masing dari kami me-release spesies-spesies yang ditangkap dan pergi fidur mempersiapkan tenaga untuk kegiatan besok pagi. Berikut daffar spesies yang telah kelompok 4 temukan : Reptil Amfbi Bronchocela jubata Bufo asper Gonocephalus Leptophryme hui borbonica Eutrophis Leptobrachium multifasciata haseltii Trimeresurus ‘Megophrys puniceus montana Microhyla achatina Huia masonit Limnonectes kublii Odorrana hosit Rhacophoris reindwartii Hari ketiga suasana begitu cerah, berasa alam berkata secara tidak langsung kepada kami “selamat mel- akukan long track”. Pukul 07:00 wib kami berkumpul di lapangan dekat base camp setelah sebelumnya mel- akukan persiapan terlebih dahulu. Long track pun dimulai menyusuri jalur pasir buntu, jalur yang terkenal dan sering dijadikan patokan bahwa bagi yang belum mencoba jalur ini belum merasakan pelita yang sesungguhn- ya. So...kalian harus coba guys!!! We're never known what happen to us when we change the track II! kegiatan yang rutin dilakukan selagi pengamatan mamalia. Satu hari pada pelifa dikhususkan untuk kegiatan long track ini, Long track merupakan ajang dimana kekuatan fisik merupa- kan kunci dari penakiukan medan. Yups... seperti di jalur aftika ini. Awalnya kita berada pada jalur se- mestinya, akan tetapi pohon tumbang telah memaksa kami harus merubah jalur. Dengan segala pertimbangan dari mang andre selaky mamang jag- wana, kami pun melanjutkan per jalanan melalui jalur pipa pada atrika. Tidak tahu ini jalur emang benar- benar jalur atau bagaimana, susah payah kami melangkahkan langkah kami. Bagaimana tidak, tepat sebuah jurang telah menanti kami dibawah. Gambar :ketika menuruni jurang (kiri), kelika menaiki tebing (kanan) Dihantui rasa capek dan pasrah kami mel- angkahkan kaki kamisetapak demi seta- pak menjaga keseimbangan supaya tidak terpeleset karena licinya jalur yang lvar biasa ini, Berpegangan tepus dan akar, kami merangkak menuruni jurang. Terka- dang karena tingkat kepasrahan yang tinggi, beberapa dari kami memilih.mero- sot, katanya “biar cepet nyampe ke- bawah”. Sesampainya di bawah, ternyata kami dihadang oleh sebuah tebing yang lumanyan untuk didaki. Sesuatu sekali jalur ini, habis menuruni jurang yang cukup curam sekarang harus menaiki tebing pula. Susah payah kami memanjat tebing, bergelantungan dengan akar yang meng- gantung berasa tarsan gunung gede. Hampir dua jam kami bergelut dengan tebing dan jurang, akhimya kami menemu- kan secerca harapan “jalur rasamala” tasanya begitu lega sekali. Disamping itu, kami langsung disambut oleh 3 ekor owa Jawa yang bergelan Gambar : foto spesies-spesies yang telah ditemukan ‘Sumber foto : Nur Avifahi dan Addin Fitri A. tungan di pohon. Sungguh momen yang) sangat-ditunggu-tunggu. Tak sedetik pun Kami melewatkan momentini. Perut yang, keroncongan akibatpengurasan enéfgi pada jalur ini, kami memilih istirahatsnfakan siang di pintu portal masuk jalursagamala sambil ber- harap kami menemikan jenis primata Iain- nya. Kendisf’baju kumel, muka lusuh serta badan yang kotor tidak menyurutkan nafsu makan kami. Terdapat beberapa hal yang kami pelajari dari pengalaman ini, dimana mencoba hal batu itu tidak selamanya mer- ugikan dimana kalian akan belajar mengerti mengenal keagungan alam serta kebersa maan akan lebih berarti dimana kita saling membantu satu sama Iain, Semoga dengan pengalaman ini, menjadi- kan kalian anggota Comata yang sejati dimana semangat tidak akan surut hanya karena dihadang oleh tebing dan jurang. Keep fighting, keep smile and keep spirit HI! Gambar : anggota kelompok 4 Pelita 2015 Salam Lestari ! Salam Konservasi ! HBD COMATA ee

Anda mungkin juga menyukai