Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian
karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun
Negara berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health
Organization (WHO) pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang menderita
hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan
pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2% (Apriany, 2012)
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi peningkatan. Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi
26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan
meningkat lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada tahun
2025. Menurut data Kementrian Kesehatan RI tahun 2009 menunjukkan bahwa
prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2010.
Data Dinas Kesehatan kota Semarang tahun 2009 menyebutkan prevalensi
hipertensi sebesar 12,85 % dengan jumlah kasus sebanyak 2063 (Apriany, 2012)
Prevalensi Penyakit Hipertensi pada tahun 2008 hingga tahun 2010
menunjukkan adanya penurunan kasus yang cukup tinggi, pada tahun 2008
sebesar 865sss204 jiwa, pada tahun 2009 sebesar 698816 jiwa, pada tahun 2010
sebesar 562117 jiwa. Namun, pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah kasus
yaitu sebesar 634860 jiwa (Dinkesprov, 2011).
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011, angka
penderita hipertensi dari tahun 2007 hingga 2011 sebagai berikut. Pada tahun
2007 sebesar 123990 jiwa, terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebesar 130683
jiwa. Selanjutnya pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan, pada tahun
2009 sebesar 113537 jiwa dan pada tahun 2010 sebesar 107839 jiwa. Namun,
pada tahun 2011 terjadi peningkatan yaitu sebesar 128594 jiwa (DKK, 2011).

1
.

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Dinas Kesehatan Kota
(DKK) Semarang di dapatkan data bahwa penyakit tidak menular berdasarkan
tempat pada tahun 2012, angka kejadian hipertensi tertinggi di kota Semarang
terdapat di Puskesmas Kedungmundu yaitu sebanyak 5.097 penderita. Diantara
wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu yang terdiri dari 7 kelurahan, yaitu
Kelurahan Kedungmundu, Kelurahan Sambiroto, Kelurahan Sendangmulyo,
Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Tandang, Kelurahan Sendang Guo,
Kelurahan Jangli. Angka kejadian hipertensi tertinggi yaitu di Kelurahan
Sambiroto yaitu sebesar 801 penderita. Dari 11 RW pada Kelurahan Sambiroto,
angka kejadian hipertensi tertinggi yaitu terdapat pada RW II, sebesar 102
penderita.
Salah satu komplikasi utama dari hipertensi adalah stroke. Zat-zat yang
terlarut seperti kolesterol, kalsium dan lain sebagainya akan mengendap pada
dinding pembuluh yang dikenal dengan istilah penyempitan pembuluh darah.
Bila penyempitan pembuluh darah terjadi dalam waktu yang lama dengan
tekanan darah yang sangat tinggi, maka pembuluh darah akan pecah yang akan
mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang dan tidak adekuat lagi, bahkan
terhenti yang selanjutnya menimbulkan stroke (Pudiastuti, 2011)
Setiap tahunnya, 200 dari tiap 100.000 orang di Eropa menderita stroke, dan
menyebabkan kematian 275.000 300.000 orang amerika. Di pusat-pusat
pelayanan neurologi Indonesia jumlah penderita gangguan peredaran darah otak
(GPDO) selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap
(Harsono, 2007). Angka kejadian stroke terus meningkat dengan tajam, jika tidak
ada upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah penderita stroke
pada tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat, bahkan saat ini
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita stroke terbesar
di Asia dan keempat didunia, setelah India, Cina, dan Amerika (Farizal, 2011)
Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Amerika dan
merupakan penyebab utama disabilitas serius jangka panjang. Delapan puluh

lima persen stroke adalah non-hemoragik yang terdiri dari 25% akibat small
vessel disease (stroke lakunar), 25% akibat emboli dari jantung (stroke
tromboemboli) dan sisanya akibat large vessel disease. Riset kesehatan dasar
tahun 2007 mendapatkan prevalensi stroke nasional sebesar 0.8%. Stroke juga
menjadi penyebab kematian paling tinggi yaitu mencapai 15.9% pada kelompok
umur 45 sampai 54 tahun dan meningkat jadi 26.8% pada kelompok umur 55
sampai 64 tahun. Stroke dikenal sebagai penyakit yang menimbulkan disabilitas
permanen yang menyebabkan penderita kurang bahkan tidak produktif lagi. Hal
ini terjadi akibat kerusakan permanen jaringan otak yang tidak tergantikan
(Yuniadi, 2010)
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011, angka
penderita stroke dari tahun 2007 hingga 2011 sebagai berikut. Pada tahun 2007
sebesar 9656 jiwa, terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebesar 13481 jiwa.
Selanjutnya pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan, pada tahun 2009
sebesar 11002 jiwa dan pada tahun 2010 sebesar 9142 jiwa. Namun, pada tahun
2011 terjadi peningkatan yaitu sebesar 14690 jiwa (DKK, 2011)
Faktor resiko stroke terdiri dari dua faktor yang dapat diubah dan faktor yang
tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin,
riwayat keluarga, dan riwayat stroke sebelumnya (Pinzon, 2010). Sedangkan
faktor yang dapat diubah sangat penting untuk dikenali, penanganan berbagai
faktor resiko ini merupakan upaya untuk mencegah stroke.

Hipertensi

merupakan salah satu faktor utama penyebab stroke. Hipertensi menyebabkan


terjadinya kerusakan pada sel-sel endotel pembuluh darah melalui mekanisme
perusakan lipid dibawah otot polos. Karena itu, sangat penting untuk
mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal untuk menurunkan resiko
terjadinya serangan stroke (Utami P. , 2009).
Kejadian stroke dapat dicegah lebih dini pada penderita hipertensi.
Penanganan hipertensi dilakukan bersama dengan pengubahan pola tidak
mengkonsumsi alkohol, aktivitas fisik yang cukup, mengurangi konsumsi garam,

mempertahan konsumsi natrium, kalsium, magnesium yang cukup, dan berhenti


merokok. Selain itu penderita hipertensi juga harus mempunyai pengetahuan dan
sikap kepatuhan untuk dapat menyesuaikan penatalaksanaan hipertensi dalam
kehidupan sehari- hari (Utami P. , 2009).
Pengendalian faktor-faktor resiko stroke seperti hipertensi adalah tindakan
yang paling tepat untuk pencegahan stroke. Pencegahan stroke itu sendiri dapat
dilakukan dengan cara memodifikasi faktor resiko. Berdasarkan (Achdiat Agoes,
2013) pencegahan stroke dapat dilakukan dengan cara olahraga secara teratur,
tidak merokok dan minum alkohol, diet rendah garam dan lemak, istirahat tidur
yang cukup, serta mampu mengelola stress yang dialami.
Dari hasil wawancara 3 orang penderita hipertensi di kelurahan Sambiroto
mengatakan mereka sudah mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi dan
sudah mendapatkan informasi dari petugas Puskesmas untuk mengurangi
makanan yang asin-asin dan makanan yang berlemak tinggi. Namun, upaya
untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke yang usia semakin tua belum
sepenuhnya

dilakukan.

Mereka

masih

mengkonsumsi

makanan

yang

mengandung natrium tinggi seperti ikan asin dan ikan pindang, sering
mengkonsumsi rokok, tidak pernah berolahraga.
Pada tahun 2012 Puskesmas Kedungmundu menempati peringkat pertama
Puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien hipertensi terbanyak di Kota
Semarang. Diantara wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu yang terdiri dari 7
kelurahan, angka kejadian hipertensi yang tertinggi terdapat pada Kelurahan
Sambiroto. Kelurahan Sambiroto terdiri dari 11 RW, penderita hipertensi
tertinggi terdapat pada RW II. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti akan
melakukan penelitian terkait pelaksanaan pencegahan stroke pada penderita
hipertensi di RW II Kelurahan Sambiroto Semarang.

B. Rumusan Masalah
Angka harapan hidup penduduk Indonesia semakin meningkat sejalan
meningkatnya taraf hidup manusia. Angka kejadian stroke terus meningkat
dengan tajam, bila tidak dilakukan upaya penanggulangan maka penderita stroke
akan semakin meningkat pula. Salah satu penyebab timbulnya stroke adalah
hipertensi. Hipertensi dapat dicegah apabila diimbangi dengan gaya hidup yang
sehat seperti pola makan yang sehat dan olahraga yang teratur. Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:
Bagaimana Gambaran Pelaksanaan Pencegahan Stroke Pada Penderita
Hipertensi Di RW II Kelurahan Sambiroto Semarang?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang
pelaksanaan pencegahan stroke pada penderita hipertensi di RW II Kelurahan
Sambiroto Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pelaksanaan pencegahan stroke berdasarkan pemenuhan
diit hipertensi.
b. Mendeskripsikan pelaksanaan pencegahan stroke berdasarkan olahraga
secara teratur.
c. Mendeskripsikan pelaksanaan pencegahan stroke berdasarkan pemenuhan
istirahat tidur.
d. Mendeskripsikan pelaksanaan pencegahan stroke berdasarkan manajemen
stress.
e. Mendeskripsikan pelaksanaan pencegahan stroke berdasarkan berhenti
merokok dan konsumsi alkohol.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan menjadikan
pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian secara baik dan benar
terutama tentang pelaksanaan pencegahan stroke pada penderita hipertensi.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada bidang
pelayanan kesehatan mengenai gambaran pelaksanaan pencegahan stroke
pada pederita hipertensi, sehingga bagi pelayanan kesehatan dapat menjadi
perantara untuk memberikan pengetahuan kepada penderita hipertensi agar
terhindar dari stroke maupun penyakit kardiovaskuler lainnya.
3. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam ilmu
pendidikan

khususnya

bidang

keperawatan

mengenai

pelaksanaan

pencegahan stroke pada penderita hipertensi.


4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada
masyarakat luas betapa pentingnya melakukan pencegahan stroke untuk
menjaga kesehatan baik dimasa sekarang atau untuk masa mendatang.

E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan yang difokuskan dalam
bidang ilmu keperawatan komunitas.

F. Keaslian Penelitian
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan pelaksanaan
pencegahan stroke pada hipertensi adalah sebagai berikut:
Table 1.1 Keaslian Penelitian
Peneliti, Judul Penelitian, Tahun

Desain Penelitian

Hasil

Rista Emiria Afrida Apriany, Tatik


Mulyati. Asupan protein, Lemak
Jenuh, Natrium, Serat dan IMT
Terkait Dengan Tekanan Darah Pasien
Hipertensi di RSUD Tugurejo
Semarang, 2012

Studi cross sectional


dengan
jumlah
43
subjek yang
diambil
secara
consecutive
sampling. Analisis data
bivariat menggunakan
rank sperman.

Asupan Protein Berhubungan


dengan
Tekanan
Darah
Sistolik

Margiyati, Pengaruh senam lansia


terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi di
posyandu lansia ngudi waras, Dusun
Kemloko, Desa Bergas Kidul, 2010.

Pra eksperimental one


group pretest-posttest
desain
dan
jumlah
sampel sebanyak 12
responden
dengan
tehnik
purposive
sampling.

Terdapat
pengaruh
pelaksanaan senam lansia
terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita
hipertensi

Erlyna Nur Syahrini, Henry Setyawan


Susanto, Ari Udiyono,Alumnus FKM
UNDIP, Dosen Bagian Epidemiologi
dan Penyakit Tropik FKM UNDIP,
Faktor-faktor
Resiko
Hipertensi
Primer Di Puskesmas Tlogosari Kulon
Kota Semarang, 2012

Penelitian
analitik
dengan
pendekatan
cross sectional. Sampel
dari
penelitian
ini
adalah sebagian dari
populasi
yang
berjumlah 80 responden
yang memeriksakan diri
di puskesmas tlogosari
kulon.

Umur, obesitas, kebiasaan


konsumsi
garam,
dan
kebiasaan konsumsi makanan
berlemak merupakan faktor
risiko hipertensi primer di
wilayah kerja Puskesmas
Tlogosari Kulon

Ekowati Rahajeng, Sulistyowati


Tuminah, Prevalensi Hipertensi
dan Determinannya di Indonesia,
2009

Desain analisis yang


dilakukan
yaitu
analisis
potong
lintang
(crosssectional)
untuk
mengetahui besarnya
prevalensi hipertensi,
analisis kasus kontrol
(case-control) dengan
perbandingan sampel
kasus-kontrol, untuk
mengetahui
faktor
yang
berisiko

Faktor risiko hipertensi di


Indonesia adalah umur,
pria, pendidikan rendah,
kebiasaan
merokok
konsumsi
minuman
berkafein >1 kali per hari,
konsumsi alkohol, kurang
aktivitas fisik, obesitas dan
obesitas
abdominal.
Pencegahan
dan
pengendalian
hipertensi
sangat diperlukan untuk
menurunkan
prevalensi

terhadap hipertensi

hipertensi dan mencegah


komplikasinya.

Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian di atas adalah


terletak pada tempat, penelitian ini dilakukan di RW II Kelurahan Sambiroto
Semarang. Penelitian ini mengenai deskripsi pelaksanaan pencegahan stroke
pada penderita Hipertensi. Dengan demikian, penelitian ini mempunyai
perbedaan dari penelitian sebelumnya dari segi tempat penelitian maupun
gambaran pengendalian tekanan darah pada hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai