PENDAHULUAN
Leukemia
adalah penyakit
neoplastik yang
ditandai
dengan
puncak pada umur 40-50 tahun. Pada anak-anak dapat di jumpai bentuk
juvenile CML. (3)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Etiologi
Etiologi
CML
masih
belum
diketahui.
Beberapa
asosiasi
imunitas
tubuh
kita
memiliki
kemampuan
untuk
mengidentifikasi sel yang berubah menjadi sel ganas. Gangguan pada sistem
tersebut dapat menyebabkan beberapa sel ganas lolos dan selanjutnya
3
b. Faktor Ekstrinsik
- Faktor Radiasi
Adanya efek leukemogenik dan ionisasi radiasi, dibuktikan dengan
tingginya insidensi leukemia pada ahli radiologi (sebelum ditemukan alat
pelindung), penderita dengan pembesaran kelenjar tymus, Ankylosing
spondilitis
dan
Diperkirakan
10
penyakit
%
Hodgkin
penderita
yang
mendapat
terapi
leukemia
memiliki
latar
radiasi.
belakang
2.2
Patogenesis
Pada
CML
Philadelphia
dijumpai
chromosom
sehingga
Klasifikasi
Leukemia myeloid kronik (CML) dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Leukemia myeloid kronik, Ph positif (CML, Ph+) (leukemia
b.
c.
d.
e.
f.
Tetapi, sebagian besar (>95%) CML tergolong sebagai CML, Ph+. (13)
2.4
2.5
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis CML, tergantung pada fase yang kita jumpai pada
penyakit tersebut, yaitu :
a.
Fase kronik terdiri atas :
1. Gejala hiperkatabolik : berat badan menurun, lemah, anoreksia,
berkeringat pada malam hari.
2. Splenomegali hampir selalu ada, sering massif.
3. Hepatomegali lebih jarang dan lebih ringan.
7
4. Gejala
gout
atau
gangguan
ginjal
yang
disebabkan
oleh
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk CML, yaitu :
a. Laboratorium
Darah rutin :
Anemia mula-mula ringan menjadi progresif pada fase lanjut
(fase transformasi akut), bersifat normokromik normositer.
Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 m.
Gambaran darah tepi :
Leukositosis berat 20.000-50.000/mm3 pada permulaan
kemudian biasanya lebih dari 100.000/mm3.
rendah.
Gambaran sumsum tulang
Hiperseluler dengan system granulosit dominan. Gambarannya
mirip dengan apusan darah tepi. Menunjukkan spektrum lengkap
seri myeloid, dengan komponen paling banyak ialah netrofil dan
mielosit. Sel blast kurang dari 30 %. Megakariosit pada fase
-
95 % kasus.
Vitamin B12 serum dan B12 binding capacity meningkat.
Kadar asam urat serum meningkat.
Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dapat
mendeteksi adanya chimeric protein bcr-abl pada 99% kasus.
(20)
Gambar 2.1
eosinophilia,
basofilia,
Gambar 2.2
Gambaran apusan darah tepi dengan perbesaran
1000x menunjukkan promielosit, eosinofil,3
basofil, netrofil batang dan segmen.
Gambar 2.3
Gambar 2.4
lain :
2.5tulang : sel darah merah abnormal biasanya lebih
BiopsiGambar
sumsum
Gambaran Sumsum tulang yang hiperseluler. Dengan
perbesaran 400x menunjukkan bahwa adanya
peningkatan eosinofil dan megakariosit.
dari 50 % atau lebih dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering
60% - 90% dari blast, dengan prekusor eritroid, sel matur, dan
-
megakariositis menurun.
Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan.
Pemeriksaan lain, yaitu tes untuk mendeteksi adanya kromosom
Philadelphia. (21)
2.7
Diagnosis Banding
Pemeriksaan darah tepi dan sumsung tulang merupakan situasi klinis
yang dapat menegakkan diagnosis adanya CML, pada beberapa pasien CML
kadang tidak ditemukan kromosom Ph. Sehingga di butuhkan suatu standar
untuk menegakkan suatu diagnosis. (23)
10
Blast 10-19% dari WBC pada darah tepi dan atau dari sel sumsum
tulang berinti.
2. Basofil darah tepi >20%.
3. Thrombositopenia persisten (<100x109/L) yang tidak dihubungkan
dengan terapi, atau thrombositosis (>1000x109/L) yang tidak responsif
terhadap terapi.
4. Peningkatan ukuran lien atau WBC yang tidak responsif pada terapi.
5. Bukti sitogenik evolusi klonal. (24)
- Diagnosis CML pada fase krisis blastik menurut WHO :
1. Blast >20% dari darah putih pada darah perifer atau sel sumsum tulang
berinti.
2. Proliferasi blast ekstrameduler.
3. Fokus besar atau cluster sel blast dalam biopsi sumsum tulang (25)
Diagnosis banding pada fase kronis adalah trombositosis esensial, pada
trombositosis ditemukan adanya fosfatase normal atau meningkat sedangkan
CML selalu rendah dan tidak ditemukannya Ph kromosom seperti halnya
yang selalu ditemukan Ph kromosom pada penderita CML. Untuk fase krisis
blast yaitu leukemia mieloid akut dan sindrom mielodislasia. (26)
Tidak ditemukannya Ph kromosom pada penderita CML yaitu pada
kasus penderita yang menderita CML tipe juvenillis yang sering dijumpai
pada pasien berumur kurang dari 4 tahun. Cirinya tidak adanya Ph
kromosom, peningkatan Hb janin, trombositopenia, monositosis yang
menonjol, dan CML juvenillis jarang mengalami transformasi blastik dan
meninggal akibat infeksi atau kegagalan organ akibat sebukan monosit dan
makrofag. (27)
11
2.8
Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Penatalaksanaan CML tergantung pada fase penyakit, yaitu :
1. Fase Kronik
a. Busulphan (Myleran), dosis : 0,1-0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit
diperiksa tiap minggu. Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit
turun setengahnya. Obat di hentikan jika leukosit 20.000/mm 3. Terapi
dimulai jika leukosit naik menjadi 50.000/mm3. Efek smaping dapat
berupa aplasia sumsum tulang berkepanjangan, fibrosis paru, bahaya
timbulnya leukemia akut.
b. Hydroxiurea, bersifat efektif dalam mengendalikan penyakit dna
mempertahankan hitung leukosit yang normal pada fase kronik, tetapi
biasanya perlu diberikan seumur hidup (Victor et al., 2005). Dosis
mulai dititrasi dari 500 mg sampai 2000 mg. Kemudian diberikan
dosis pemeliharaan untuk mencapai leukosit 10.000-15.000/mm3.
Efek samping lebih sedikit.
c. Interferon juga dapat mengontrol jumlah sel darah putih dan dapat
menunda onset transformasi akut, memperpanjang harapan hidup
menjadi 1-2 tahun (Atul & Victor, 2005). IFN- biasanya digunakan
bila jumlah leukosit telah terkendali oleh hidroksiurea. IFN-
merupakan terapi pilihan bagi kebanyakan penderita leukemia
Mielositik (CML) yang terlalu tua untuk transplantasi sumsum tulang
(BMT) atau yang tidak memiliki sumsum tulang donor yang cocok.
Interferon alfa diberikan pada rata-rata 3-5 juta IU / d subkutan
(Emmanuel, 2010). Tujuannya adalah untuk mempertahankan jumlah
leukosit tetap rendah (sekitar 4x109/l). Hampir semua pasien
12
13
14