FARMASI PEMERINTAHAN
di
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG
PUSKESMAS DTP JATINANGOR
MEI 2016
Disusun oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
FARMASI PEMERINTAHAN
di
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG
UPTD PUSKESMAS DTP JATINANGOR
Disusun oleh
Adinda Mutiara Islami
23131110
Preceptor PKL
Pembimbing PKL
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Puji bagi Allah Tuhan seluruh alam yang telah memberikan rahmat, nikmat
dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
besar kita Muhammad saw kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada kita
semua selaku umatnya sampai akhir zaman.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang dan Puskesmas DTP Jatinangor, Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada Program Studi Diploma III (D3)
Farmasi dari Sekolah Tinggi Farmasi Bandung dengan harapan mahasiswa D3
Farmasi sebagai calon tenaga teknis kefarmasian mendapat gambaran secara jelas
mengenai pekerjaan kefarmasian di pelayanan farmasi pemerintahan.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dan penyusunan laporan ini tidak
terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
petunjuk, dan bimbingannya selama pembuatan laporan ini dan selama pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak H. Mulyana, SH., M.pd., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna
Kencana.
2.
Bapak Entris Sutrisno, S.Farm., MH.KES., Apt selaku Ketua Sekolah Tinggi
Farmasi Bandung.
3.
Ani Anggriani, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi D3 Farmasi yang telah
membantu dan memberikan bimbingan untuk pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan.
4.
Ibu Rizki Siti Nurfitria, MSM., Apt selaku pembimbing dari Sekolah Tinggi
Farmasi Program Studi D3 Farmasi yang telah memberikan bimbingan yang
sangat berguna selama Praktek Kerja Lapangan dan penyusunan Laporan
5.
6.
Ibu Dian Nurdiani, S.Farm selaku pembimbing Kerja Praktek Ahli Madya
Farmasi di Puskesmas DTP Jatinangor atas segala arahan, masukan dan
perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas DTP
Jatinangor .
7.
8.
9.
kekurangan dalam penyusunan Laporan ini dan masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan pengetahuan yang penyusun miliki.
Akhir kata penulis berharap semoga Tuhan membalas budi baik Bapak, Ibu,
dan Rekan-rekan sekalian dengan balasan yang berlipat ganda, penulis berharap
semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
WassalamualaikumWr. Wb.
Sumedang, Mei 2016
penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................
iii
vi
1.1
1.2
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.2
2.3
2.4
2.5
Strategi ...................................................................................
2.6
2.7
2.1
10
22
23
23
3.1.1
23
3.1.2
23
3.1.3
23
3.1.4
24
3.1
iii
3.2
3.1.5
24
3.1.6
25
3.1.7
Program Puskesmas....................................................
25
26
26
26
27
28
29
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................
36
41
5.1
Simpulan.................................................................................
41
5.2
Saran .......................................................................................
41
42
LAMPIRAN .............................................................................................
43
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII
Lampiran VIII
Judul Lampiran
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang
Denah Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang
Kartu Induk Persediaan Barang
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO)
Lembar Surat Perintah Mengeluarkan Barang
(SPMB)
Lembar Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
Lembar Berita Acara Pemeriksaan dan
Penerimaan Barang
Struktur Organisasi Puskesmas DTP
Jatinangor
Halaman
43
44
45
46 47
48
49 50
51
52
Lampiran IX
53
Lampiran X
54
Lampiran XI
55
Lampiran XII
56
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan
kualitas sumber daya manusia. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera maka kualitas
sumber daya manusianya perlu ditingkatkan secara terus menerus termasuk derajat
kesehatannya.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
tahun 2014 tentang Standar pelayanan Kefarmasian di Puskesmas , Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).
1.2
2.
3.
4.
1.3
sampai dengan 31 Mei 2016. Pada tanggal 1 Mei 13 Mei 2016 KP di laksanakan
di Dinas Kesehatan Kota Sumedang. Sedangkan pada tanggal 16 Mei 28 Mei
2016 KP di laksanakan di Puskesmas DTP Jatinangor. Untuk waktu jam kerja
disesuaikan dengan ketentuan tempat kerja.
BAB II
TINJAUAN UMUM
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG
2.1
Provinsi Jawa Barat dan berada di bagian tengah Provinsi Jawa Barat serta
merupakan daerah lintasan utama mobilitas penduduk pada jalur regional BandungCirebon yang sangat padat lalu lintas. Jarak antara ibukota Kabupaten Sumedang
dengan ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) sejauh 45 km dengan jarak tempuh
sekitar 90 menit.
Kabupaten Sumedang terletak antara 6o 44 70o83 Lintang Selatan dan
107 21 108 21 Bujur Timur, dengan luas wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari
26 Kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan. Kabupaten Sumedang memiliki
batas administratif sebagai berikut :
Sebelah utara
: Kabupaten Indramayu
Sebelah Selatan
: Kabupaten Garut
Sebelah Barat
Sebelah Timur
: Kabupaten Majalengka
direkturnya merangkap menjadi dokter Rumah Sakit yaitu Dokter Laimena. Rumah
Sakit tersebut berlokasi di jalan Prabu Geusan Ulun. Pada tahun 1932 tentara Hindia
Belanda membangun sebuah Rumah Sakit sederhana yang dicat hitam, dan dikenal
dengansebutan Rumah Sakit Hideung yang berlokasi di Lingkungan Ciuyah dan
sekarang dibangun Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumedang.
Penanggung jawab Rumah Sakit Hideung adalah seorang mantri yang bernama
Mantri Aa, ini dikarenakan pada waktu itu tentara Hindia Belanda dibubarkan dan
dokter militernya dipindahkan.
Sejak itu pula didatangkan dokter dari Kota Bandung yang bernama Dokter
Badron. Karena kesibukannya Dokter Badron pada saat itu hanya dapat
melaksanakan pekerjaannya 2 (dua) kali dalam seminggu. Pada tahun 1934 Dokter
Badron diberhentikan sebagai dokter Rumah Sakit Hideung dan penggantinya
Regenachep mengangkat Dokter Djunaedi sebagai dokter pemerintah yang
diperbantukan. Pada tahun 1945 Rumah Sakit Hideung mendapat bantuan seorang
dokter yaitu Dokter Sanusi Ghalib.
Pada tahun 1944 tentara Jepang mendirikan rumah sakit baru di Sayuran.
Rumah Sakit pada saat itu selain melayani pasien yang dirawat juga berfungsi
ganda sebagai Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.
Pada tahun 1953 Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang memiliki kantor
sendiri dan sebagai kepala dinasnya yaitu Dr. M. Djunaedi sedangkan kepala
Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumedang dipegang oleh Dr. Sanusi Ghalib.
Pada tahun 1962 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Dr. M.
Djunaedi pensiun dan jabatan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
5
sementara dipegang oleh Dr. Adjidarmo. Tidak berapa lama yakni pada tahun itu
juga pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang diserah terimakan dan
dirangkap oleh Dr. Sanusi Ghalib selaku Pimpinan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Sumedang.
Pada tahun 1963 pimpinan diserahterimakan ke Dr. Soenali Sahartapradja.
Pada tahun 1964 Dr. Soenali Sahartapradja pindah tugas ke Departemen Kesehatan
Republik Indonesia di Jakarta dan pimpinan diserahkan ke Dr Arifin Karnadipradja.
Pada tahun 1973 pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dan
pimpinan Rumah Sakit Umum diganti oleh Dr. Noerony Hidayat. Rumah Sakit
Umum Kabupaten Sumedang yang semula Type D beralih status menjadi Type C,
maka struktur organisasi yang semula Rumah Sakit Umum sebagai UPTD (Unit
Pelaksana Teknis Dinas) sekarang menjadi terpisah dari Struktur Organisasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang tepatnya pada bulan Desember 1987.
Konsekwensi dari terpisahnya Struktur Organisasi maka Pimpinan Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang dan Pimpinan Rumah Sakit tidak dirangkap lagi.
a.
b.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
2.2
2.
3.
Meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat
dan
kemitraan
dalam
pembangunan kesehatan.
4.
5.
Menurunkan Angka kesakitan dan Angka kematian ibu, bayi dan balita.
2.3
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.5
Strategi
Strategi bidang kesehatan meliputi :
1.
2.
3.
4.
Peningkatan
peran
kelompok-kelompok
kegiatan
dan
kader-kader
2.6
Kepala Dinas
2.
3.
4.
5.
6.
7.
b.
b.
b.
b.
b.
8.
9.
10.
11.
Jabatan Fungsional
2.7
Pengelolaan
Perbekalan
Farmasi
Kesehatan
Dinas
Kesehatan
Kabupaten Sumedang
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang meliputi :
A.
Perencanaan
Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan bertujuan untuk
menetapkan jenis serta jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang tepat,
sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk obat program
kesehatan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan
koordinasi dan keterpaduan dalam hal perencanaan kebutuhan obat dan
perbekalan kesehatan sehingga pembentukan tim perencanaan obat terpadu
merupakan suatu kebutuhan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penggunaan dana melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
antar instansi yang terkait dengan perencanaan obat di setiap
kabupaten/kota.
Tim Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terpadu di
Kabupaten/kota dibentuk melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota.
Susunan Tim Teknis Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Terpadu Kabupaten/ kota terdiri dari :
Ketua
Sekretaris
Anggota
: Dinas Kesehatan
Terdiri dari unsur-unsur unit terkait :
- Unsur Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota
- Unsur Program yang terkait di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
- Unsur lainnya
10
a.
morbiditas
berdasarkan
pola
adalah
perhitungan
penyakit. Adapun
kebutuhan
faktor
yang
obat
perlu
12
2.
(PKD)
dibiayai
melalui
berbagai
sumber
anggaran.
yang
terkait
dengan
perencanaan
obat
disetiap
Pengadaan
Proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan dilaksanakan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah. Tujuan pengadaan obat
adalah Tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai
kebutuhan pelayanan kesehatan, mutu obat
2.
3.
13
C.
Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat. Tujuan penyimpanan adalah untuk Memelihara mutu obat,
menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab, menjaga
kelangsungan persediaan, dan memudahkan pencarian dan pengawasan.
Kegiatan penyimpanan meliputi :
1.
b.
c.
d.
e.
Sarana penyimpanan
Rak : 10 - 15 unit
Pallet : 40 - 60 unit
Lemari : 5 - 7 unit
f.
g.
Brankas : 1 unit
2.
Alternatif
lain
adalah
menggunakan
kipas
15
d. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah
terbakar seperti dus, karton dan lain-lain. Alat pemadam
kebakaran harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau
dan dalam jumlah yang cukup. Contohnya tersedia bak pasir,
tabung pemadam kebakaran, karung goni, galah berpengait besi.
16
3.
Gunakan prinsip First Expired date First Out (FEFO) dan First
In First Out (FIFO) dalam penyusunan obat yaitu obat yang masa
kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus
digunakan lebih awal sebab umumnya obat yang datang lebih
awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan kadaluarsanya
mungkin lebih awal.
b.
Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan
teratur. Untuk obat kemasan kecil dan jumlahnya sedikit disimpan
dalam rak dan pisahkan antara obat dalam dan obat untuk
pemakaian luar dengan memperhatikan keseragaman nomor
batch.
c.
d.
e.
f.
4.
17
Tablet
1) Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
2) Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, pecah,
retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
3) Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu
obat
b.
Kapsul
1) Perubahan warna isi kapsul
2) Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan
lainnya
c.
Tablet Salut
1) Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
2) Basah dan lengket satu dengan yang lainnya
3) Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan
fisik
d.
e.
f.
Cairan
1)
2)
Konsistensi berubah
3)
4)
Salep
1)
Warna berubah
2)
3)
Bau berubah
Injeksi
1) Kebocoran wadah (vial, ampul)
2) Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi
3) Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada
endapan
4) Warna larutan berubah
18
D.
Pendistribusian
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran
dan pengiriman obat, terjamin keabsahan, tepat jenis dan jumlah secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan
kesehatan. Distribusi obat dilakukan agar persediaan jenis dan jumlah yang
cukup sekaligus menghindari kekosongan dan menumpuknya persediaan
serta mempertahankan tingkat persediaan obat.
1.
2.
Program Kesehatan
b.
c.
d.
2.
3.
Tata cara distribusi obat ke UPK dapat dilakukan dengan cara dikirim
oleh Gudang Farmasi dan Perbekalan Kesehatan (GFK) atau diambil
oleh UPK.
4.
E.
b.
20
2.
b.
Kegunaan LPLPO :
1) Sebagai bukti pengeluaran obat di seksi farmasi dan alat
kesehatan
2) Sebagai bukti penerimaan obat di Puskesmas
3) Sebagai surat permintaan/pesanan obat dari Puskesmas
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4) Sebagai bukti penggunaan obat di Puskesmas
3.
4.
5.
6.
21
2.8
Regulasi Kefarmasian
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Keputusan
Menteri
03.01/MENKES/159/2010
Kesehatan
tentang
RI
Pedoman
Nomor
Pembinaan
HK.
dan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
HK.
j.
k.
l.
22
BAB III
TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS
3.1
3.1.1
Definisi Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
23
3.1.4
Fungsi Puskesmas
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004
memantau
dan
melaporkan
dampak
kesehatan
dari
3.
pelayanan
kesehatan
tingkat
pertama
secara
peroranga,
pelayanan
kesehatan,
pelayanan
kesehatan
masyarakat.
3.1.5
Jenis Puskesmas
Pada umumnya terdapat satu unit Puskesmas di setiap kecamatan,
b.
3.1.6
Jaringan Puskesmas
Dalam memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas biasanya memiliki
Puskesmas Pembantu
Memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam
wilayah kerja Puskesmas.
2.
Puskesmas Keliling
Memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile), untuk
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung
Puskesmas.
3.
Bidan Desa
Merupakan bidan yang ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu desa
dalam wilayah kerja Puskesmas.
3.1.7
Program Puskesmas
Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga
maupun fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbedabeda. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Kesehatan Mata
15.
16.
17.
18.
3.2
3.2.1
b.
c.
d.
berada pada ketinggian 700 800 m diatas permukaan laut, terdiri dari dataran
rendah dan daerah berbukit-bukit. Dari segi pemerintahan Kecamatan Jatinangor
terdiri dari 7 Desa, 24 Dusun, 91 RW, 326 RT.
3.2.2
Visi Puskesmas :
TERCIPTANYA MASYARAKAT JATINANGOR YANG SEHAT,
MANDIRI DAN SEJAHTERA PADA TAHUN 2019
Misi Puskesmas :
1.
2.
3.
4.
3.2.3
1.
Kepala Puskesmas
2.
3.
a.
Bendahara
b.
Kepegawaian
c.
d.
Evaluasi
b.
Keluarga Berencana
Kesehatan Ibu,bayi,anak
Gizi
Program Diare
Program Imunisasi
Program TB.Paru
Surveilance
Rabies
27
c.
d.
4.
Promosi Kesehatan
Rawat Jalan
Rawat Inap
Laboratorium
Kesehatan Rujukan
Gudang Obat
Loket Obat
Perkesmas
Kesehatan Mata
Kesehatan jiwa
3.2.4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan obat puskesmas. Dalam rangka proses perencanaan kebutuhan
obat di Puskesmas Jatinangor dilakukan untuk rencana penggunaan obat
selama tiga bulan ke depan pada proses perencanaan harus berdasarkan stok
awal periode sebelumnya, jumlah obat yang diterima, jumlah obat yang
digunakan, sisa obat pada akhir bulan, jumlah kunjungan, dan pola penyakit.
29
Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal seperti adanya peningkatan
kunjungan pasien, terjadinya bencana/KLB yang tidak terduga sebelumnya,
atau karena adanya pergantian musim penyakit di luar perencanaan.
Jika perencanaan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan obat
Puskesmas Jatinangor melakukan permintaan kembali ke Seksi Farmasi dan
Alkes dan banyaknya obat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh puskesmas
dengan menggunakan LPLPO tambahan setiap tanggal 15.
2.
Permintaan Obat
Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di masingmasing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di
wilayah kerjanya.
Sumber penyediaan obat di puskesmas yaitu dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Obat yang disediakan berdasarkan Daftar Obat Essensial
Nasional (DOEN), sesuai dengan kesepakatan global maupun Peraturan
Menteri Kesehatan No: HK.02.02/Menkes/068/Menkes/2010 tentang
Kewajiban menggunakan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan milik
Pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan tersedia di
puskesmas. Dasar pertimbangan dari peraturan tersebut adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
30
2)
Kebutuhan
meningkat,
menghindari
kekosongan,
4)
3.
Penerimaan
Penerimaan yang dilakukan oleh Puskesmas Jatinangor sudah cukup
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Kegiatan penerimaan
obat di Puskesmas :
a.
b.
Tim
penerima
bertanggung
jawab
terhadap
pemeriksaan,
d.
Kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk obat, sesuai dengan LPLPO,
dan ditandatangani Tim penerima dan kepala puskesmas.
e.
4.
Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya terjamin. Tujuan penyimpanan dan distribusi obat yaitu
agar petugas mengerti penyimpanan dan distribusi obat dan supaya obat
yang tersedia di unit pelayanan kesehatan terjamin mutu dan keamanannya.
31
a.
b.
5.
Distribusi
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-unit puskesmas. Tujuan
distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat sub-unit puskesmas yang ada di
wilayah kerja puskesmas dengan jenis, jumlah dan waktu yang tepat serta
mutu terjamin. Penyerahan obat dilakukan dengan cara :
a.
b.
c.
6.
32
a.
Pencatatan :
1) Obat yang masuk dan keluar Gudang Farmasi dan Perbekalan
Kesehatan , dicatat di buku kartu stok dan kartu induk obat.
2) Sub unit melakukan pencatatan rekap obat harian dan pencatatan
di buku kartu stok.
b.
Pelaporan
1) Monitoring
Peresepan
untuk
penyakit
yaitu
ISPA
Pelayanan resep
a.
c.
2.
c.
35
BAB IV
PEMBAHASAN
2.
3.
4.
5.
36
di Puskesmas dan dibuat berita acara penerimaan barang oleh tim pemeriksa dan
penerima di Puskesmas
Pencatatan dan pelaporan mengenai obat dan perbekalan kesehatan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang adalah laporan memuat jumlah penerimaan,
pengeluaran dan sisa persediaan yang dilakukan setiap bulan dengan laporan
pemakaian obat terpadu, laporan psikotropika dilakukan setiap bulan sekali. Jenis
laporannya yaitu distribusi, laporan pencatatan persediaan akhir tahun anggaran,
serta laporan tahunan pengelolaan obat.
Puskesmas DTP Jatinangor adalah Unit Pelayanan Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di Kecamatan Jatinangor. Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di
Puskesmas DTP Jatinangor dipegang oleh seorang tenaga teknis kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas terdiri dari 2 aspek pelayanan yaitu aspek
manajerial (farmasi non klinik) dan aspek professional (farmasi klinik).
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas terdiri dari :
1.
2.
3.
Obat dan perbekalan kesehatan yang dikirim oleh GFK akan diterima oleh
tim pemeriksa dan penerima barang di puskesmas. Tim pemeriksa dan
penerima akan melihat kesesuaian antara LPLPO, SBBK dan obat yang
dikirim, jika sesuai maka dilakukan serah terima obat dan perbekalan
kesehatan yang selanjutnya akan dibuatkan BAP ( berita acara penerimaan
38
Penyimpanan obat di gudang obat secara alphabetis, FIFO (first in first out),
dan FEFO (first expired first out). Penyimpanan obat juga menggunakan
palet untuk menjaga kualitas obat, disesuaikan dengan bahan obat dan jenis
sediaan. Semua data obat yang ada di gudang ditulis dalam kartu stok dan
buku induk gudang.
5.
6.
adalah pelayanan resep serta pelayanan informasi obat. Pelayanan obat di loket obat
adalah pelayanan terakhir kepada pasien yang merupakan proses kegiatan dimana
petugas obat menerima resep yang diberikan oleh dokter melalui pasien, lalu
petugas obat melakukam skrining resep tersebut setelah resep tersebut terbukti
keabsahannya maka petugas obat melakukan dispensing obat yang terdiri dari
penyiapan obat, jumlah obat, penulisan etiket sesuai yang tertera pada resep.
Setelah obat siap diberikan kemudian petugas menyerahkan obat disertai Pelayanan
39
Informasi Obat (PIO). Pelayanan Informasi Obat hanya sebatas nama obat, khasiat
dan cara pemakaiannya.
Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas DTP Jatinangor belum maksimal,
ini dikarenakan tidak adanya tenaga apoteker dan keterbatasan tenaga teknis
kefarmasian. Jumlah tenaga teknis kefarmasian yang ada tidak sesuai dengan
jumlah pasien yang dilayani oleh Puskesmas DTP Jatinangor.
40
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil dari praktek kerja lapangan yang telah di lakukan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang dan Puskesmas DTP Jatinangor dari mulai tanggal
1 mei sampai dengan tanggal 31 mei dapat disimpulkan bahwa :
1.
2.
3.
4.
yang mencakup
Saran
Diharapkan disetiap Puskesmas terdapat Tenaga Teknis kefarmasian dan
41
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2014.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012
tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.2011. Profil Kesehatan Kabupaten
Sumedang 2011. Sumedang : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian
di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. Jakarta: Japan Internasional Cooperation
Agency (JICA) dan Kementerian Kesehatan RI.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian
di puskesmas. Jakarta : Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) dan
Kementerian Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun
2014 tentang Puskesmas.
Departemen
Kesehatan
RI.
2004.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
42
LAMPIRAN I
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
43
LAMPIRAN II
Denah Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
YANKES
KANTIN
GARASI
E
SDK
LAPANGAN
KESGA
GARASI
POS
SATPAM
PROGRAM
KEUANGAN
UMUM
P2P
Keterangan :
A : Toilet
HALAMAN DEPAN
B : Mushola
C : Ruang Gaji
D : Ruang Akreditasi
E : Gudang
44
LAMPIRAN III
Kartu Induk Persediaan Barang
45
LAMPIRAN IV
Laporan Pemakaian Obat dan Lembar Permintaan Obat ( LPLPO)
Bagian Depan
46
47
LAMPIRAN V
Lembar Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB)
48
LAMPIRAN VI
Lembar Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
Bagian Depan
49
50
LAMPIRAN VII
Lembar Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang
51
LAMPIRAN VIII
Struktur Organisasi Puskesmas DTP Jatinangor
Bendahara
Perlengkapan/
penyimpanan
Kepegawaian
Evaluasi/RR
barang
Bid. Kesehatan
Keluarga
Keluarga
Berencana
Diare
Promkes
Rawat Jalan
Rawat Inap
SDK
Labolatorium
Kesehatan
Rujukan
Gudang
Obat
Loket Obat
ISPA
Kes. Ibu,
Bayi & Anak
Kesling
Kes. Haji
Imunisasi
TB. Paru
Surveilance
Rabies
PONED
Kes. Lansia,
Remaja/ UKS
Gizi
Bides
Cilayung
Bides
Hegarmanah
Pustu
Cileles
Kesehatan
Gigi &
Mulut
Perkesmas
Kulit &
Kelamin
Malaria
/DBD
Bides
Cileles
Bid.Pelayanan
Kesehatan
Bides
Sayang
UGD
JKN
Jiwa
Mata
Bides
Cikeruh
Bides
Cibeusi
Bides
Cipacing
52
LAMPIRAN IX
Peta Lokasi Puseksmas DTP Jatinangor
DS. CILAYUNG
DS. CILELES
KECAMATAN TANJUNGSARI
KABUPATEN
BANDUNG
DS. HEGARMANAH
DS. CIBEUSI
DS.
SAYANG
DS. JATIROKE
DS. CIKERUH
KECAMATAN
CIMANGGUNG
DS.
JATIMUKTI
DS. CISEMPUR
DS. CIPACING
DS.
MEKARGALIH
DS. CINTAMULYA
53
LAMPIRAN X
Mekanisme Pengajuan Permintaan Obat Puskesmas
PUSKESMAS
LPLPO
(KAPUS)
KEPALA
DINAS
KESEHATAN
DISPOSISI
BIDANG
YANKES
UNTUK
DIVERIFIKASI
SPMB
GUDANG
FARMASI DAN
PERBEKALAN
KESEHATAN
SBBK
TIM
P2BP
PETUGAS
OBAT
Keterangan :
LPLPO
SPMB
SBBK
Tim P2BP
54
LAMPIRAN XI
Contoh Resep Puskesmas
55
LAMPIRAN XII
Contoh Etiket Puskesmas
a.
b.
56