Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

FARMASI PEMERINTAHAN
di
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG
PUSKESMAS DTP JATINANGOR
MEI 2016

Disusun oleh :

ADINDA MUTIARA ISLAMI


23131110

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG
BANDUNG
2016

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
FARMASI PEMERINTAHAN
di
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG
UPTD PUSKESMAS DTP JATINANGOR

Disusun oleh
Adinda Mutiara Islami
23131110

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada Program Studi DIII Farmasi
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Sumedang, Mei 2016


Disetujui Oleh

Preceptor PKL

Pembimbing PKL

Dinas Kesehatan Kab. Sumedang

Program Studi DIII STFB

Rita Juwita, S.Farm., Apt

Rizki Siti Nurfitria, MSM., Apt

KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb.
Puji bagi Allah Tuhan seluruh alam yang telah memberikan rahmat, nikmat
dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
besar kita Muhammad saw kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada kita
semua selaku umatnya sampai akhir zaman.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang dan Puskesmas DTP Jatinangor, Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada Program Studi Diploma III (D3)
Farmasi dari Sekolah Tinggi Farmasi Bandung dengan harapan mahasiswa D3
Farmasi sebagai calon tenaga teknis kefarmasian mendapat gambaran secara jelas
mengenai pekerjaan kefarmasian di pelayanan farmasi pemerintahan.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dan penyusunan laporan ini tidak
terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
petunjuk, dan bimbingannya selama pembuatan laporan ini dan selama pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Bapak H. Mulyana, SH., M.pd., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna
Kencana.

2.

Bapak Entris Sutrisno, S.Farm., MH.KES., Apt selaku Ketua Sekolah Tinggi
Farmasi Bandung.

3.

Ani Anggriani, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi D3 Farmasi yang telah
membantu dan memberikan bimbingan untuk pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan.

4.

Ibu Rizki Siti Nurfitria, MSM., Apt selaku pembimbing dari Sekolah Tinggi
Farmasi Program Studi D3 Farmasi yang telah memberikan bimbingan yang
sangat berguna selama Praktek Kerja Lapangan dan penyusunan Laporan

5.

Ibu Rita Juwita, S.Farm.,Apt selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan di


Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang atas segala arahan, masukan dan
perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang .

6.

Ibu Dian Nurdiani, S.Farm selaku pembimbing Kerja Praktek Ahli Madya
Farmasi di Puskesmas DTP Jatinangor atas segala arahan, masukan dan
perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas DTP
Jatinangor .

7.

Seluruh staf Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dan Puskesmas DTP


Jatinangor atas kerjasama dan bantuannya selama masa Praktek Kerja
Lapangan.

8.

Seluruh rekan rekan seperjuangan Program Studi Ahli Madya Farmasi


Sekolah Tinggi Farmasi Bandung angkatan 2013.

9.

Orang tua tercinta dan keluarga yang selalu mendoakan, mendukung,


memberi nasihat, semangat dan dorongan serta memberikan bantuan baik
moril maupun materil selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan dan
penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan.
Dengan segala kerendahan hati penyusun

menyadari bahwa banyak

kekurangan dalam penyusunan Laporan ini dan masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan pengetahuan yang penyusun miliki.
Akhir kata penulis berharap semoga Tuhan membalas budi baik Bapak, Ibu,
dan Rekan-rekan sekalian dengan balasan yang berlipat ganda, penulis berharap
semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
WassalamualaikumWr. Wb.
Sumedang, Mei 2016

penulis
ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................

DAFTAR ISI........... .................................................................................

iii

DAFTAR LAMPIRAN......................................... ..................................

vi

BAB I PENDAHULUAN........................................... .............................

1.1

Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan ...............................

1.2

Tujuan, Waktu dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan ...........

BAB II TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN


KABUPATEN SUMEDANG ....................................................

Gambaran Umum Dinas Kesehatan .......................................

2.1.1

Definisi Dinas Kesehatan ..........................................

2.1.2

Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang ........

2.1.3

Sejarah Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.......

2.2

Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang ..........

2.3

Tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang ......................

2.4

Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang .....................

2.5

Strategi ...................................................................................

2.6

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

2.7

Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Dinas Kesehatan

2.1

Kabupaten Sumedang .............................................................

10

Regulasi Kefarmasian ............................................................

22

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS ....................................

23

Gambaran Umum Puskesmas.................................................

23

3.1.1

Definisi Puskesmas ....................................................

23

3.1.2

Tujuan Puskesmas ......................................................

23

3.1.3

Tugas Puskesmas ........................................................

23

3.1.4

Fungsi Puskesmas ......................................................

24

3.1

iii

3.2

3.1.5

Jenis Puskesmas .........................................................

24

3.1.6

Jaringan Puskesmas ....................................................

25

3.1.7

Program Puskesmas....................................................

25

Puskesmas DTP Jatinangor ....................................................

26

3.2.1 Lokasi Puskesmas DTP Jatinangor ............................

26

3.2.2 Visi dan Misi Puskesmas DTP Jatinangor ..................

26

3.2.3 Struktur Organisasi Puskesmas DTP Jatinangor ........

27

3.2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Teknis Kefarmasian

28

3.2.5 Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan


Puskesmas DTP Jatinangor ........................................

29

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................

36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................

41

5.1

Simpulan.................................................................................

41

5.2

Saran .......................................................................................

41

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

42

LAMPIRAN .............................................................................................

43

iv

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Lampiran I

Lampiran II
Lampiran III

Lampiran IV

Lampiran V

Lampiran VI

Lampiran VII

Lampiran VIII

Judul Lampiran
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang
Denah Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang
Kartu Induk Persediaan Barang
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO)
Lembar Surat Perintah Mengeluarkan Barang
(SPMB)
Lembar Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
Lembar Berita Acara Pemeriksaan dan
Penerimaan Barang
Struktur Organisasi Puskesmas DTP
Jatinangor

Halaman

43

44
45

46 47

48

49 50

51

52

Lampiran IX

Peta Lokasi Puskesmas DTP Jatinangor

53

Lampiran X

Mekanisme Pengajuan Permintaan Obat

54

Lampiran XI

Contoh Resep Puskesmas

55

Lampiran XII

Contoh Etiket Puskesmas

56

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan

kualitas sumber daya manusia. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera maka kualitas
sumber daya manusianya perlu ditingkatkan secara terus menerus termasuk derajat
kesehatannya.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
tahun 2014 tentang Standar pelayanan Kefarmasian di Puskesmas , Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak


terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian
di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan Puskesmas
adalah pelayanan kefarmasian/obat-obatan yang diberikan oleh tenaga pelaksana
farmasi Puskesmas. Kinerja petugas pelaksana farmasi baik dalam pelayanan
kesehatan dan selanjutnya akan berpengaruh pada kepuasan klien/pasien.
Menyadari pentingnya akan kualitas Tenaga Teknis Kefarmasian, maka
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung Program Studi D3 Farmasi mewajibkan
mahasiswa dan mahasiswi semester akhir untuk melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan pada instansi-instansi farmasi. Praktek Kerja Lapangan tersebut
bertujuan agar mahasiswa dan mahasiswi dapat mempraktekan ilmu pengeetahuan
dan keterampilan secara nyata dengan sifat profesional sesuai profesinya,sehingga
nantinya dapat langsung terjun ke dunia kerja dengan baik. Sebagai bentuk
pendidikan dan latihan bagi calon Ahli Madya Farmasi di Dinas Kesehatan serta
mengetahui segala kegiatan di Dinas Kesehatan, maka STFB Program Studi D3
Farmasi bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas. Praktek Kerja Lapangan
ini di laksanakan di Puskesmas Jatinangor, Jl. Raya Jatinangor No.234 Kecamatan
Jatinangor.

1.2

Tujuan Praktek Kerja Lapangan


1.

Meningkatkan pemahaman calon Ahli Madya Farmasi tentang peran,


fungsi dan tanggungjawab TTK dalam praktek membantu Apoteker
melakukan pekerjaan kefarmasian di Dinas Kesehatan dan atau
pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

2.

Membekali calon Ahli Madya Farmasi agar memiliki pengetahuan,


keterampilan, sikap perilaku (professionalism) serta wawasan dan
pengalaman nyata (reality) untuk melakukan praktek pekerjaan
kefarmasian di Dinas Kesehatan dan atau Puskesmas.

3.

Memberi kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi untuk belajar


berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang
bertugas di Dinas Kesehatan dan Puskesmas.

4.

Memberikan kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi untuk


belajar pengalaman praktek TTK di Puskesmas dalam kaitan dengan
peran, tugas dan fungsi TTK dalam bidang kesehatan masyarakat.

1.3

Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan


Waktu pelaksanaan PKL yaitu selama satu bulan dari tanggal 1 Mei 2016

sampai dengan 31 Mei 2016. Pada tanggal 1 Mei 13 Mei 2016 KP di laksanakan
di Dinas Kesehatan Kota Sumedang. Sedangkan pada tanggal 16 Mei 28 Mei
2016 KP di laksanakan di Puskesmas DTP Jatinangor. Untuk waktu jam kerja
disesuaikan dengan ketentuan tempat kerja.

BAB II
TINJAUAN UMUM
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG

2.1

Gambaran Umum Dinas Kesehatan

2.1.1 Definisi Dinas Kesehatan


Dinas Kesehatan merupakan suatu badan pemerintahan yang memiliki
kewenangan dalam merumuskan, penyelenggaraan dan pengawasan standar
minimal yang merupakan kebutuhan pelayanan publik di suatu daerah dalam sektor
kesehatan. Standar pelayanan/kegiatan minimal Dinas Kesehatan adalah salah satu
upaya untuk memperlihatkan pelayanan kegiatan apa yang minimal yang harus
dilakukan oleh jajaran Dinas Kesehatan.
2.1.2

Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang


Kabupaten Sumedang memiliki posisi yang strategis, letak geografis

Provinsi Jawa Barat dan berada di bagian tengah Provinsi Jawa Barat serta
merupakan daerah lintasan utama mobilitas penduduk pada jalur regional BandungCirebon yang sangat padat lalu lintas. Jarak antara ibukota Kabupaten Sumedang
dengan ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) sejauh 45 km dengan jarak tempuh
sekitar 90 menit.
Kabupaten Sumedang terletak antara 6o 44 70o83 Lintang Selatan dan
107 21 108 21 Bujur Timur, dengan luas wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari
26 Kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan. Kabupaten Sumedang memiliki
batas administratif sebagai berikut :
Sebelah utara

: Kabupaten Indramayu

Sebelah Selatan

: Kabupaten Garut

Sebelah Barat

: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang

Sebelah Timur

: Kabupaten Majalengka

Jumlah penduduk di Kabupaten Sumedang berdasarkan hasil sensus


penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 2011 berjumlah 1.093.323 jiwa yang terdiri
dari 548.389 penduduk laki-laki dan 544.934 penduduk perempuan. Jumlah
penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Jatinangor yaitu sebesar 107.975 jiwa
sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Surian
yaitu sebesar 10.801 jiwa.
2.1.3

Sejarah Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang


Pada tahun 1920 di Kabupaten Sumedang berdiri Rumah Sakit Zendin dan

direkturnya merangkap menjadi dokter Rumah Sakit yaitu Dokter Laimena. Rumah
Sakit tersebut berlokasi di jalan Prabu Geusan Ulun. Pada tahun 1932 tentara Hindia
Belanda membangun sebuah Rumah Sakit sederhana yang dicat hitam, dan dikenal
dengansebutan Rumah Sakit Hideung yang berlokasi di Lingkungan Ciuyah dan
sekarang dibangun Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumedang.
Penanggung jawab Rumah Sakit Hideung adalah seorang mantri yang bernama
Mantri Aa, ini dikarenakan pada waktu itu tentara Hindia Belanda dibubarkan dan
dokter militernya dipindahkan.
Sejak itu pula didatangkan dokter dari Kota Bandung yang bernama Dokter
Badron. Karena kesibukannya Dokter Badron pada saat itu hanya dapat
melaksanakan pekerjaannya 2 (dua) kali dalam seminggu. Pada tahun 1934 Dokter
Badron diberhentikan sebagai dokter Rumah Sakit Hideung dan penggantinya
Regenachep mengangkat Dokter Djunaedi sebagai dokter pemerintah yang
diperbantukan. Pada tahun 1945 Rumah Sakit Hideung mendapat bantuan seorang
dokter yaitu Dokter Sanusi Ghalib.
Pada tahun 1944 tentara Jepang mendirikan rumah sakit baru di Sayuran.
Rumah Sakit pada saat itu selain melayani pasien yang dirawat juga berfungsi
ganda sebagai Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.
Pada tahun 1953 Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang memiliki kantor
sendiri dan sebagai kepala dinasnya yaitu Dr. M. Djunaedi sedangkan kepala
Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumedang dipegang oleh Dr. Sanusi Ghalib.
Pada tahun 1962 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Dr. M.
Djunaedi pensiun dan jabatan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
5

sementara dipegang oleh Dr. Adjidarmo. Tidak berapa lama yakni pada tahun itu
juga pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang diserah terimakan dan
dirangkap oleh Dr. Sanusi Ghalib selaku Pimpinan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Sumedang.
Pada tahun 1963 pimpinan diserahterimakan ke Dr. Soenali Sahartapradja.
Pada tahun 1964 Dr. Soenali Sahartapradja pindah tugas ke Departemen Kesehatan
Republik Indonesia di Jakarta dan pimpinan diserahkan ke Dr Arifin Karnadipradja.
Pada tahun 1973 pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dan
pimpinan Rumah Sakit Umum diganti oleh Dr. Noerony Hidayat. Rumah Sakit
Umum Kabupaten Sumedang yang semula Type D beralih status menjadi Type C,
maka struktur organisasi yang semula Rumah Sakit Umum sebagai UPTD (Unit
Pelaksana Teknis Dinas) sekarang menjadi terpisah dari Struktur Organisasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang tepatnya pada bulan Desember 1987.
Konsekwensi dari terpisahnya Struktur Organisasi maka Pimpinan Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang dan Pimpinan Rumah Sakit tidak dirangkap lagi.
a.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dipimpin oleh Dr. H. Wahyu


Purwaganda MSc.

b.

Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumedang oleh Dr. H. Noerony Hidayat.


Pada Tahun 1992 kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang yang

semula di Jalan Geusan Ulun berpindah ke Jalan Kutamaya No 21 sampai sekarang.


Pemimpin Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dari masa ke masa :
1.

Hingga 1992 oleh Dr. H. Wahyu Purwaganda, MSc.

2.

Dr. H. Nanang Sutarja pada tahun 1992 - 1994

3.

Dr. H. Kunandar Saiman pada tahun 1994 1999

4.

Dr. H. Triwanda Elan, M.Kes pada tahun 1999 2001

5.

Dr. H. Wan Suwandi S pada tahun 2001 2004

6.

Dr. H Herman Setyono Pongki, M.Kes pada tahun 2004 2006

7.

Dr. H. Hilman Taufik Ws., M.Kes pada tahun 2006 2008

8.

Drg. H. Agus Seksarsyah Rasjidi Mkes pada tahun 2009 2011

9.

Retno Ernawati, S.Sos, MM pada tahun 2011 2014

10.

Drg. H. Agus Seksarsyah Rasjidi Mkes padda tahun 2014 - Sekarang


6

2.2

Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang


Visi Dinas Kesehatan Tahun 2014 2018 ditetapkan sebagai berikut
DINAS KESEHATAN YANG PROFESIONAL, BERKUALITAS DAN
MENDORONG KEMANDIRIAAN MASYARAKAT UNTUK HIDUP
SEHAT TAHUN 2018
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka dijabarkan ke dalam misi

Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Sumedang yang terdiri dari:


1.

Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM Kesehatan dalam mendukung


penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

2.

Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di


Puskesmas dan jaringannya

3.

Meningkatkan

pemberdayaan

masyarakat

dan

kemitraan

dalam

pembangunan kesehatan.
4.

Pengembangan sistem pembiayaan jaminan kesehatan.

5.

Menurunkan Angka kesakitan dan Angka kematian ibu, bayi dan balita.

2.3

Tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang


Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang mempunyai tugas pokok

melaksanakan kewenangan daerah di bidang kesehatan serta tugas pembantuan


yang diberikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
2.4

Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang


Dalam menjalankan tugasnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

berfungsi sebagai berikut:


1.

Melaksanakan tugas teknis operasional di bidang kesehatan yang meliputi


pengembangan dan pembinaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan
pemberantasan penyakit, kesehatan lingkungan, kesehatan keluarga serta
pembinaan program berdasarkan kebijakan Bupati.

2.

Pelaksanaan tugas teknis fungsional dibidang kesehatan berdasarkan


kebijakan Gubernur Provinsi.

3.

Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan, Pengelolaan manajemen


kesehatan, pelaksanaan pembinaan pelayanan kesehatan serta evaluasi dan
pelaporan kegiatan dinas.

4.

Pelaksanaan pembinaan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan


rujukan, pelayanan kesehatan khusus dan pelayanan kefarmasian dan
makanan minuman.

5.

Penyelenggaraan pembinaan upaya kesehatan ibu dan keluarga berencana,


kesehatan anak dan usia lanjut serta perbaikan gizi.

6.

Penyelenggaraan upaya pencegahan penyakit dapat dicegah dengan


Imunisasi (PD3I), pencegahan pengamatan dan penanggulangan serta
respon dini terhadap penyakit potensial wabah atau penyakit potensial
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan hygiene sanitasi.

7.

Pengelolaan administrasi umum, meliputi urusan umum, urusan keuangan,


urusan kepegawaian dan perlengkapan dinas.

2.5

Strategi
Strategi bidang kesehatan meliputi :

1.

Peningkatan kesadaran, partisipasi dan keswadayaan warga terhadap


pentingnya hidup sehat, terutama partisipasi ibu hamil, ibu dan bayi dalam
program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, untuk menurunkan status gizi
buruk pada balita hingga mencapai kurang dari 1% dan menurunkan angka
kematian bayi.

2.

Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama bagi


keluarga miskin dan kelompok masyarakat rentan lainnya untuk
mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas dan produktif.

3.

Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kesehatan, baik sarana dan


tenaga maupun fungsi institusinya untuk mencapai efektifitas dan efisiensi
pelayanan kesehatan.

4.

Peningkatan

peran

kelompok-kelompok

kegiatan

dan

kader-kader

kesehatan dalam berbagai kegiatan pra upaya kesehatan melalui berbagai


kelembagaan yang ada di lingkungan warga.

2.6

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang


Tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi Dinas Kesehatan

mengalami perubahan sesuai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten


Sumedang Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten Sumedang. Struktur Organisasi sebagai berikut :
1.

Kepala Dinas

2.

Sekretariat, dibantu oleh :


a. Sub Bagian Program
b. Sub Bagian Umum, Aset dan Kepegawaian
c. Sub Bagian Keuangan

3.

4.

5.

6.

7.

Bidang Kesehatan Keluarga, dibantu oleh :


a.

Seksi Kesehatan Bayi dan Anak

b.

Seksi Gizi, Kesehatan Remaja dan Lanjut Usia

Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, dibantu oleh :


a.

Seksi Kesehatan Lingkungan

b.

Seksi Pengendalian dan Pengamatan Penyakit

Bidang Sumber Daya Kesehatan, dibantu oleh :


a.

Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan

b.

Seksi Akreditasi Sarana dan Tenaga Kesehatan

Bidang Pelayanan Kesehatan, dibantu oleh :


a.

Seksi Kesehatan Dasar dan Rujukan

b.

Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan

Bidang Jaminan Kesehatan Masyarakat, dibantu oleh :


a.

Seksi Pengendalian Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyrakat

b.

Seksi Pengendalian Mutu Jaminan Kesehatan Masyarakat

8.

UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat

9.

UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah

10.

UPTD Gudang Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

11.

Jabatan Fungsional

2.7

Pengelolaan

Perbekalan

Farmasi

Kesehatan

Dinas

Kesehatan

Kabupaten Sumedang
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang meliputi :
A.

Perencanaan
Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan bertujuan untuk
menetapkan jenis serta jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang tepat,
sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk obat program
kesehatan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan
koordinasi dan keterpaduan dalam hal perencanaan kebutuhan obat dan
perbekalan kesehatan sehingga pembentukan tim perencanaan obat terpadu
merupakan suatu kebutuhan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penggunaan dana melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
antar instansi yang terkait dengan perencanaan obat di setiap
kabupaten/kota.
Tim Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terpadu di
Kabupaten/kota dibentuk melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota.
Susunan Tim Teknis Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Terpadu Kabupaten/ kota terdiri dari :
Ketua

: Kepala Bidang yang membawahi program kefarmasian di


Dinas Kesehatan Kabuapten Sumedang

Sekretaris

: Kepala Unit Pengelola Obat Kabupaten Sumedang atau


Kepala Seksi Farmasi yang menangani kefarmasian

Anggota

: Dinas Kesehatan
Terdiri dari unsur-unsur unit terkait :
- Unsur Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota
- Unsur Program yang terkait di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
- Unsur lainnya

10

Proses perencanaan obat dan perbekalan kesehatan melalui beberapa


tahap sebagai berikut :
1.

Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat


Pengadaan obat diawali dengan perencanaan kebutuhan dimana
kegiatan yang dilakukan adalah :

a.

Tahap pemilihan obat


Pemilihan obat berdasarkan pada obat generik terutama yang
tercantum dalam daftar obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) dan
Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional
yang masih berlaku dengan patokan harga sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan tentang daftar harga obat untuk obat pelayanan
kesehatan dasar dan obat program kesehatan.

b. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat


Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian
setiap bulan dari masing-masing jenis obat di unit pelayanan
kesehatan Puskesmas selama setahun, serta untuk menentukan stok
optimum (stok kerja ditambah stok pengaman = stok optimum)
c.

Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat


Menentukan kebutuhan obat merupakan salah satu pekerjaan
kefarmasian yang harus dilakukan oleh apoteker Dinas Kesehatan.
Untuk menentukan kebutuhan obat dilakukan pendekatan perhitungan
melalui metode konsumsi dan morbiditas.
1) Metode Konsumsi
Didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya.
Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Pengumpulan dan pengolahan data
b) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
c) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
d) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
11

Data yang perlu disiapkan untuk perhitungan metode konsumsi


adalah daftar nama obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa
stok, obat hilang, rusak, kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian
rata-rata obat pertahun, waktu tunggu (lead time), stok pengaman
(buffer stock) dan pola kunjungan.
2) Metode Morbiditas
Metode

morbiditas

berdasarkan

pola

adalah

perhitungan

penyakit. Adapun

kebutuhan

faktor

yang

obat
perlu

diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit dan lead lime.


Langkah- langkah dalam metoda ini adalah :
a) Memanfaatkan pedoman pengobatan
b) Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani
c) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi
penyakit
d) Menghitung jumlah kebutuhan obat
d. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat
Pada tahap ini dilakukan suatu kegiatan menetapkan rancangan stok
akhir periode yang akan datang, menghitung rancangan pengadaan
obat periode tahun yang akan datang, menghitung rancangan anggaran
untuk total kebutuhan obat dan pengalokasian kebutuhan obat
bersumber anggaran.
e.

Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat


Pada tahap ini dilakukan penyesuaian perencanaan obat dengan
jumlah dana yang tersedia sehingga informasi yang didapat adalah
jumlah rencana pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat
dan jumlah kemasan untuk rencana pengadaan obat tahun yang akan
datang.

12

2.

Tahap koordinasi kesehatan lintas program


Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan
Dasar

(PKD)

dibiayai

melalui

berbagai

sumber

anggaran.

pembentukan Tim Perencanaan Obat Terpadu merupakan suatu


kebutuhan dalam rangka efisiensi dan efektivitas penggunaan dana
obat melalui koordinasi kesehatan, integrasi dan sinkronisasi antar
instansi

yang

terkait

dengan

perencanaan

obat

disetiap

Kabupaten/Kota. Berbagai sumber anggaran yang membiayai


pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan Kab.
Sumedang antara lain : DAK dan APBD (II) kabupaten.
B.

Pengadaan
Proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan dilaksanakan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah. Tujuan pengadaan obat
adalah Tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai
kebutuhan pelayanan kesehatan, mutu obat

terjamin, dan obat dapat

diperoleh pada saat diperlukan.


Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang dilakukan dengan berdasarkan :
1.

E-catalogue, e-catalogue adalah cara pengadaan obat secara online


kepada PT yang memproduksi obat di seluruh Indonesia yang telah di
seleksi oleh pemerintah. Pengadaan obat dengan e-catalogue ini tanpa
batasan dana.

2.

Tender, tender adalah langkah berikutnya untuk pengadaan obat


apabila obat yang dibutuhkan tidak terdapat di e-catalogue dengan
dana > 200 juta.

3.

Pengadaan langsung, pengadaan langsung dilakukan untuk obat diluar


e-catalogue dengan dana < 200 juta.

13

C.

Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat. Tujuan penyimpanan adalah untuk Memelihara mutu obat,
menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab, menjaga
kelangsungan persediaan, dan memudahkan pencarian dan pengawasan.
Kegiatan penyimpanan meliputi :
1.

Penyiapan Sarana Penyimpanan


Ketersediaan sarana yang ada di unit pengelola obat dan perbekalan
kesehatan bertujuan untuk mendukung jalannya organisasi. Adapun
sarana yang minimal sebaiknya tersedia adalah sebagai berikut :
a.

Gedung dengan luas 300 m2 - 600 m2

b.

Kendaraan roda dua dan roda empat, dengan jumlah 1 - 3 unit

c.

Komputer + Printer dengan jumlah 1 - 3 unit

d.

Telepon & Facsimile de ngan jumlah 1 unit

e.

Sarana penyimpanan

Rak : 10 - 15 unit

Pallet : 40 - 60 unit

Lemari : 5 - 7 unit

Lemari Khusus : 1 unit

Cold chain (medical refrigerator), Cold Box, Cold Pack, dan


Generator

f.

g.

Sarana Administrasi Umum :

Brankas : 1 unit

Mesin Tik : 1 - 2 unit

Lemari arsip : 1 - 2 unit

Sarana Administrasi Obat dan Perbekalan Kesehatan :

Kartu Stok, Kartu Persediaan Obat, Kartu Induk Persediaan


Obat

Buku Harian Pengeluaran Barang


14

2.

SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)

LPLPO (Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat)

Kartu Rencana Distribusi

Lembar bantu penentuan proporsi stok optimum

Pengaturan Tata Ruang


Bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,
penyusunan, pencarian dan pengawasan obat, maka diperlukan
pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Pengaturan tata ruang
selain harus memperhatikan kebersihan dan menjaga gudang dari
kebocoran dan hewan pengerat juga harus diperhatikan ergonominya.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang
adalah sebagai berikut :
a.

Kemudahan bergerak, untuk kemudahan bergerak, maka


gudang perlu ditata sebagai berikut :
1) Gudang jangan menggunakan sekat-sekat karena akan
membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,
perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah
gerakan.
2) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat,
ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem Arus garis
lurus, Arus U, dan Arus L
3) Sirkulasi udara yang baik
Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan stabilitas obat
sekaligus bermanfaat dalam memperbaiki kondisi kerja
petugas. Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun
terdapat

Alternatif

lain

adalah

menggunakan

kipas

angin/ventilator/rotator. Perlu adanya pengukur suhu di


ruangan penyimpanan obat dan dilakukan pencatatan suhu.

15

b. Rak dan Pallet


Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat
meningkatkan sirkulasi udara dan pemindahan obat. Penggunaan
pallet memberikan keuntungan :
1) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir,
serangan serangga (rayap)
2) Melindungi sediaan dari kelembaban
3) Memudahkan penanganan stok
4) Dapat menampung obat lebih banyak
5) Pallet lebih murah dari pada rak
c.

Kondisi penyimpanan khusus


1) Vaksin dan serum memerlukan Cold Chain (medical
refrigerator) khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan
putusnya aliran listrik (harus tersedianya generator).
2) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari
khusus dan selalu terkunci sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
3) Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol, eter dan
pestisida harus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya
disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.

d. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah
terbakar seperti dus, karton dan lain-lain. Alat pemadam
kebakaran harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau
dan dalam jumlah yang cukup. Contohnya tersedia bak pasir,
tabung pemadam kebakaran, karung goni, galah berpengait besi.

16

3.

Penyusunan Stok Obat


Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk
memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a.

Gunakan prinsip First Expired date First Out (FEFO) dan First
In First Out (FIFO) dalam penyusunan obat yaitu obat yang masa
kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus
digunakan lebih awal sebab umumnya obat yang datang lebih
awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan kadaluarsanya
mungkin lebih awal.

b.

Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan
teratur. Untuk obat kemasan kecil dan jumlahnya sedikit disimpan
dalam rak dan pisahkan antara obat dalam dan obat untuk
pemakaian luar dengan memperhatikan keseragaman nomor
batch.

c.

Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan


psikotropika.

d.

Simpan obat yang stabilitasnya dapat dipengaruhi oleh


temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat
yang sesuai. Perhatikan untuk obat yang perlu penyimpanan
khusus.

e.

Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.

f.

Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap


dalam box masing-masing.

4.

Pengamatan mutu obat


Mutu obat yang disimpan di ruang penyimpanan dapat mengalami
perubahan baik karena faktor fisik maupun kimiawi yang dapat
diamati secara visual. Jika dari pengamatan visual diduga ada
kerusakan yang tidak dapat ditetapkan dengan cara organoleptik,
harus dilakukan sampling untuk pengujian laboratorium.

17

Tanda-tanda perubahan mutu obat :


a.

Tablet
1) Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
2) Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, pecah,
retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
3) Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu
obat

b.

Kapsul
1) Perubahan warna isi kapsul
2) Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan
lainnya

c.

Tablet Salut
1) Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
2) Basah dan lengket satu dengan yang lainnya
3) Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan
fisik

d.

e.

f.

Cairan
1)

Menjadi keruh atau timbul endapan

2)

Konsistensi berubah

3)

Warna atau rasa berubah

4)

Botol-botol plastik rusak atau bocor

Salep
1)

Warna berubah

2)

Pot atau tube rusak atau bocor

3)

Bau berubah

Injeksi
1) Kebocoran wadah (vial, ampul)
2) Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi
3) Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada
endapan
4) Warna larutan berubah
18

D.

Pendistribusian
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran
dan pengiriman obat, terjamin keabsahan, tepat jenis dan jumlah secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan
kesehatan. Distribusi obat dilakukan agar persediaan jenis dan jumlah yang
cukup sekaligus menghindari kekosongan dan menumpuknya persediaan
serta mempertahankan tingkat persediaan obat.
1.

Kegiatan distribusi rutin yang dilakukan tiap 3 bulan sekali setiap


puskesmas

2.

Kegiatan distribusi khusus yang mencakup distribusi obat untuk :


a.

Program Kesehatan

b.

Kejadian Luar Biasa (KLB)

c.

Bencana (alam dan sosial)

d.

Terjadi kekosongan obat dengan melakukan pembuatan LPLPO


(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) tambahan.

Tata cara pendistribusian obat :


1.

Dinkes Kab/Kota melalui gudang farmasi dan perbekalan kesehatan


melaksanakan distribusi obat ke Puskesmas di wilayah kerjanya
sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit pelayanan kesehatan.

2.

Puskesmas induk mendistribusikan kebutuhan-kebutuhan obat untuk


Puskesmas Pembantu, Puskesling dan Unit Pelayanan Kesehatan
(UPK) lainnya yang ada di wilayah binaannya.

3.

Tata cara distribusi obat ke UPK dapat dilakukan dengan cara dikirim
oleh Gudang Farmasi dan Perbekalan Kesehatan (GFK) atau diambil
oleh UPK.

4.

Obat yang akan dikirim ke Puskesmas harus disertai dengan LPLPO


dan SBBK (Surat bukti barang keluar) yang dikeluarkan oleh GFK.

E.

Pencatatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan data obat di seksi farmasi dan alat kesehatan
serta GFK merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan
obat-obatan secara tertib.
19

Tujuannya adalah agar tersedianya data mengenai jenis dan jumlah


penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan dan data mengenai waktu
dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat. Pencatatan dan pelaporan
terdiri dari :
1.

Kartu stok dan buku induk gudang


a.

Pencatatan kartu stok


Fungsi :
1) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat
(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kedaluwarsa)
2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data
mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber
anggaran.
3) Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu)
kejadian mutasi obat.
4) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,
perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding
terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya

b.

Pencatatan buku induk gudang


Fungsi :
1) Buku induk gudang digunakan untuk mencatat mutasi obat.
2) Tiap lembar buku induk gudang hanya diperuntukkan
mencatat data mutasi 1 jenis obat yang berasal dari semua
sumber anggaran.
3) Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 kejadian
mutasi obat.
4) Data pada buku induk gudang digunakan untuk Alat kendali
bagi Kepala Dinkes Kab/Kota terhadap keadaan fisik obat
dalam tempat penyimpanan dan alat bantu untuk penyusunan
laporan, perencanaan pengadaan dan distribusi serta
pengendalian persediaan.

20

2.

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)


Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
merupakan dokumen bukti mutasi obat yang dipakai untuk
permintaan dan pengeluaran obat. LPLPO disampaikan oleh
Puskesmas ke Dinkes Kab/Kota melalui seksi farmasi dan alat
kesehatan.
a.

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat dibuat rangkap


4 (empat) :
1) Asli untuk seksi farmasi dan alat kesehatan bidang pelayanan
kesehatan
2) Tindasan 1 dikirim untuk Gudang Farmasi Kesehatan (GFK)
3) Tindasan 2 & 3 untuk arsip di puskesmas.

b.

Kegunaan LPLPO :
1) Sebagai bukti pengeluaran obat di seksi farmasi dan alat
kesehatan
2) Sebagai bukti penerimaan obat di Puskesmas
3) Sebagai surat permintaan/pesanan obat dari Puskesmas
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4) Sebagai bukti penggunaan obat di Puskesmas

3.

Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB) yang dikeluarkan oleh


Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan Bidang Pelayanan Kesehatan

4.

Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) yang dikeluarkan oleh Gudang


Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

5.

Buku Penerimaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

6.

Buku Pengeluaran Obat dan Perbekalan Kesehatan

21

2.8

Regulasi Kefarmasian
a.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

b.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

c.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

d.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan


Kefarmasian

e.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 Tahun 2011 tentang


Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

f.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan


Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Nomor 138
tahun 1998 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3781)

g.

Keputusan

Menteri

03.01/MENKES/159/2010

Kesehatan
tentang

RI
Pedoman

Nomor
Pembinaan

HK.
dan

Pengawasan Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan Pemerintah
h.

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

HK.

02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat


Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
i.

Keputusan Menteri Kesehatan No.1457/MENKES/SK/X/2003 tentang


Standar Pelayanan Minimal dibidang Kesehatan Kabupaten/Kota

j.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 468/MENKES/SK/IV/2004 tentang


Pedoman Umum Pengadaan Obat Pelayananan Kesehatan Dasar

k.

Keputusan Menteri Kesehatan No.469/MENKES/SK/IV/2004 tentang


Pedoman Umum Pengadaan Obat Program Kesehatan

l.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1426/MENKES/SK/IX/2002


tentang Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

m. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Daftar Obat Esensial Nasional.


n.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 328 tahun 2013 tentang


Formularium Nasional.

22

BAB III
TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS

3.1

Gambaran Umum Puskesmas

3.1.1

Definisi Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang

Puskesmas, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas


adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 30 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Pusat Kesehatan
Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja .
3.1.2

Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Puskesmas adalah untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat
yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, mampu
menjangkau pelayanan kesehatan bermutu hidup dalam lingkungan sehat dan
memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
3.1.3

Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka


mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

23

3.1.4

Fungsi Puskesmas
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004

tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, fungsi Puskesmas dibagi menjadi 3


diantaranya :
1.

Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan


a) Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah
kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan
kesehatan.
b) Aktif

memantau

dan

melaporkan

dampak

kesehatan

dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.


2.

Pusat Pemberdayaan Masyarakat


Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat memiliki kesadaran dan kemauan melayani diri sendiri,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan, ikut serta menetapkan dan menyelenggarakan program
kesehatan, membina peran serta masyarakan di wilayah kerjanya dala
rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat, merangsang masyarakan
termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan menolong dirinya sediri,
memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

3.

Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama


Menyelenggarakan

pelayanan

kesehatan

tingkat

pertama

secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang mencakup pelayanan


kesehatan

peroranga,

pelayanan

kesehatan,

pelayanan

kesehatan

masyarakat.
3.1.5

Jenis Puskesmas
Pada umumnya terdapat satu unit Puskesmas di setiap kecamatan,

pembagiannya sebagai berikut :


a.

Puskesmas menurut pelayanan kesehatan medis, dikelompokkan menjadi :


1) Puskesmas Perawatan, pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap.
2) Puskesmas Non Perawatan, hanya pelayanan kesehatan rawat jalan.
24

b.

Puskesmas menurut wilayah kerjanya, dikelompokkan menjadi :


1) Puskesmas Induk/ Puskesmas Kecamatan.
2) Puskesmas Satelit/ Puskesmas Kelurahan.

3.1.6

Jaringan Puskesmas
Dalam memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas biasanya memiliki

sub-unit pelayanan seperti :


1.

Puskesmas Pembantu
Memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam
wilayah kerja Puskesmas.

2.

Puskesmas Keliling
Memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile), untuk
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung
Puskesmas.

3.

Bidan Desa
Merupakan bidan yang ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu desa
dalam wilayah kerja Puskesmas.

3.1.7

Program Puskesmas
Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga

maupun fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbedabeda. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1.

Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)

2.

Keluarga Berencana (KB)

3.

Usaha Peningkatan Gizi

4.

Kesehatan Lingkungan (Kesling)

5.

Pemberantasan Penyakit Menular (PPM)

6.

Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan (PDK)

7.

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


25

9.

Kesehatan Olah Raga

10.

Perawatan Kesehatan Masyarakat

11.

Usaha Kesejahteraan Kerja

12.

Usaha Kesehatan Gizi dan Mulut

13.

Usaha Kesehatan Jiwa (UKJ)

14.

Kesehatan Mata

15.

Laboratorium (diupayakan lagi tidak sederhana)

16.

Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

17.

Kesehatan Usia Lanjut

18.

Pembinaan Pengobatan Tradisional

3.2

Puskesmas DTP Jatinangor

3.2.1

Lokasi Puskesmas DTP Jatinangor


Puskesmas Jatinangor terletak di jalan negara yang menghubungkan antara

Bandung dan Cirebon sesuai dengan batas wilayah kerja yaitu:


a.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cileunyi Kababupaten


Bandung

b.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjungsari Kabupaten


Sumedang

c.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cimanggung Kabupaten


Sumedang

d.

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukasari Kabupaten


Sumedang
Letak geografis Kecamatan Jatinangor dengan luas wilayah 2620 Km2

berada pada ketinggian 700 800 m diatas permukaan laut, terdiri dari dataran
rendah dan daerah berbukit-bukit. Dari segi pemerintahan Kecamatan Jatinangor
terdiri dari 7 Desa, 24 Dusun, 91 RW, 326 RT.
3.2.2

Visi dan Misi Puskesmas DTP Jatinangor


Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas Jatinangor dituntut untuk dapat

memberikan pelayanan kesehatan berkualitas yang dapat dirasakan manfaatnya


oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya.
26

Visi Puskesmas :
TERCIPTANYA MASYARAKAT JATINANGOR YANG SEHAT,
MANDIRI DAN SEJAHTERA PADA TAHUN 2019
Misi Puskesmas :
1.

Memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan.

2.

Menggerakan pembangunan berwawasan lingkungan.

3.

Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan bermutu.

4.

Mengembangkan kemandirian Puskesmas.

3.2.3

Struktur Organisasi Puskesmas DTP Jatinangor


Struktur Organisasi Puskesmas DTP Jatinangor dipimpin oleh :

1.

Kepala Puskesmas

2.

Kepala sub.bagian Tata Usaha yang dibantu oleh :

3.

a.

Bendahara

b.

Kepegawaian

c.

Perlengkapan dan penyimpanan barang

d.

Evaluasi

Puskesmas DTP Jatinangor terdiri dari beberapa bidang, yaitu :


a.

b.

Bidang Kesehatan Keluarga :

Keluarga Berencana

Kesehatan Ibu,bayi,anak

Kesehatan lanjut usia, remaja dan Usaha Kesehatan Sekolah

Gizi

Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Program Diare

Program Infeksi Saluaran Pernafasan Akut (ISPA)

Program Kesehatan Haji

Program Imunisasi

Program TB.Paru

Surveilance

Rabies
27

c.

d.

4.

Malaria dan DBD

Kulit dan Kelamin

Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK)

Promosi Kesehatan

Sumber Daya Kesehatan

Bidang Pelayanan Kesehatan

Rawat Jalan

Rawat Inap

Laboratorium

Kesehatan Rujukan

Gudang Obat

Loket Obat

Perkesmas

Kesehatan Gigi dan mulut

Unit Gawat Darurat (UGD)

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Kesehatan Mata

Kesehatan jiwa

Puskesmas DTP Jatinangor memiliki 1 Puskesmas Pembantu, 1 Balai


Pengobatan dan 7 Bidan Desa

3.2.4

Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Teknis Kefarmasian


Tugas dan Tanggung Jawab TTK di gudang obat :

1.

Melaksanakan kegiatan penerimaan obat dan perbekalan kesehatan dari


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

2.

Memeriksa kelengkapan obat dan perbekalan kesehatan

3.

Menyimpan dan mengatur obat dan perbekalan kesehatan

4.

Mendistribusikan obat dan perbekalan kesehatan untuk sub unit pelayanan

5.

Mengendalikan penggunaan dan persediaan obat dan perbekalan kesehatan

6.

Melaksanakan kegiatan Pencatatan dan pelaporan

7.

Menjaga mutu dan keamanan obat serta perbekalan kesehatan


28

8.

Menata persediaan obat dan perbekalan kesehatan

9.

Melakukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota

10.

Menyusun laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Tugas dan Tanggung Jawab TTK di loket obat :

1.

Menyimpan, memelihara, dan mencatat mutasi obat serta perbekalan


kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh loket obat
Puskesmas dalam bentuk buku catatan mutasi obat.

2.

Membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) serta


perbekalan kesehatan.

3.

Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluawarsa kepada petugas gudang


obat.

4.

Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien.

5.

Memberikan infornasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada


pasien.

3.2.5 Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan Puskesmas DTP


Jatinangor
Pelayanan kefarmasian di puskesmas terdiri dari 2 aspek yaitu :
A.

Aspek Manajerial (Farmasi non klinik)


Kebijakan pengelolaan obat yaitu untuk menjamin ketersediaan pemerataan
dan keterjangkauan obat terutama obat esensial dan menjamin keamanan,
khasiat dan mutu obat agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan.

1.

Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan obat puskesmas. Dalam rangka proses perencanaan kebutuhan
obat di Puskesmas Jatinangor dilakukan untuk rencana penggunaan obat
selama tiga bulan ke depan pada proses perencanaan harus berdasarkan stok
awal periode sebelumnya, jumlah obat yang diterima, jumlah obat yang
digunakan, sisa obat pada akhir bulan, jumlah kunjungan, dan pola penyakit.
29

Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal seperti adanya peningkatan
kunjungan pasien, terjadinya bencana/KLB yang tidak terduga sebelumnya,
atau karena adanya pergantian musim penyakit di luar perencanaan.
Jika perencanaan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan obat
Puskesmas Jatinangor melakukan permintaan kembali ke Seksi Farmasi dan
Alkes dan banyaknya obat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh puskesmas
dengan menggunakan LPLPO tambahan setiap tanggal 15.
2.

Permintaan Obat
Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di masingmasing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di
wilayah kerjanya.
Sumber penyediaan obat di puskesmas yaitu dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Obat yang disediakan berdasarkan Daftar Obat Essensial
Nasional (DOEN), sesuai dengan kesepakatan global maupun Peraturan
Menteri Kesehatan No: HK.02.02/Menkes/068/Menkes/2010 tentang
Kewajiban menggunakan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan milik
Pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan tersedia di
puskesmas. Dasar pertimbangan dari peraturan tersebut adalah :
a.

Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di


seluruh dunia bagi pelayanan kesehatan publik.

b.

Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar


pengobatan.

c.

Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyarakat.

d.

Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik.

e.

Meningkatkan efektivitas dan efisiensi alokasi dana obat di pelayanan


kesehatan publik.

Ruang lingkup permintaan obat yaitu :


1)

Permintaan Rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk masing-masing puskesmas,
setiap tiga bulan sekali.

30

2)

Permintaan Tambahan dilakukan di luar jadwal distribusi rutin


apabila:

Kebutuhan

meningkat,

menghindari

kekosongan,

penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluwarsa


3)

Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan


Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

4)

Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota dan selanjutnya diproses oleh Seksi Farmasi dan Alat
Kesehatan (Alkes) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.

3.

Penerimaan
Penerimaan yang dilakukan oleh Puskesmas Jatinangor sudah cukup
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Kegiatan penerimaan
obat di Puskesmas :
a.

Penyerahan obat dari Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK), harus


disetujui Kepala Dinas Kesehatan, kemudian barang diantar ke
Puskesmas dan diterima oleh Tim Penerimaan Barang di Puskesmas.

b.

Tim

penerima

bertanggung

jawab

terhadap

pemeriksaan,

penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, penggunaan obat dan


kelengkapan catatan.
c.

Distribusi dilakukan ke loket obat Puskesmas dan ke sub unit lainnya


seperti Puskesmas Pembantu (Pustu), Posyandu dll di bawah tanggung
jawab Kepala Puskesmas.

d.

Kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk obat, sesuai dengan LPLPO,
dan ditandatangani Tim penerima dan kepala puskesmas.

e.

Setiap penambahan obat dicatat dan dibukukan ke dalam buku Induk


Gudang obat dan kartu stok.

4.

Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya terjamin. Tujuan penyimpanan dan distribusi obat yaitu
agar petugas mengerti penyimpanan dan distribusi obat dan supaya obat
yang tersedia di unit pelayanan kesehatan terjamin mutu dan keamanannya.
31

a.

Persyaratan Gudang : Minimal 3 x 4 m2, Ventilasi, cahaya harus cukup


dan punya pelindung, Dinding licin, Tidak bersudut, Jendela
berteralis, Kunci ganda, Pengukur suhu dan hygrometer ruangan

b.

Pengaturan Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan, alphabet,


cairan pada rak bawah, prinsip FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out), sediakan lemari untuk : Narkotika dan
Psikotropika, Cantumkan nama masing-masing obat di rak atau etiket
obat menghadap ke depan dan pisahkan obat dalam dan obat luar

5.

Distribusi
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-unit puskesmas. Tujuan
distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat sub-unit puskesmas yang ada di
wilayah kerja puskesmas dengan jenis, jumlah dan waktu yang tepat serta
mutu terjamin. Penyerahan obat dilakukan dengan cara :
a.

Puskesmas menyerahkan/mengirimkan obat ke sub-unit

b.

Obat diserahkan bersama SBBK dari gudang ke sub unit dengan


SBBK 2 rangkap lembar pertama jadi arsip puskesmas dan lembar
kedua menjadi arsip sub unit.

c.

Pengaturan pengeluaran obat di Puskesmas DTP Jatinangor


menggunakan prinsip First In First Out (FIFO) yaitu barang pertama
yang masuk di keluarkan pertama. Distribusi/penyaluran obat di
Puskesmas DTP Jatiinangor dilakukan atau disalurkan ke-1 Pustu
(Puskesmas Pembantu) yaitu di Desa Cileles, dan 4 Polindes yaitu di
Desa Cibeusi, Cipacing, Cikeruh, dan Cilayung, serta 1 BP (Balai
Pengobatan) yaitu di Desa Sayang.

6.

Pencatatan dan Pelaporan


Tujuan Pencatatan dan Pelaporan adalah sumber data untuk
melakukan pengendalian, perencanaan kebutuhan dan untuk pembuatan
laporan. Sarana Pencatatan dan Pelaporan di puskesmas, meliputi :

32

a.

Pencatatan :
1) Obat yang masuk dan keluar Gudang Farmasi dan Perbekalan
Kesehatan , dicatat di buku kartu stok dan kartu induk obat.
2) Sub unit melakukan pencatatan rekap obat harian dan pencatatan
di buku kartu stok.

b.

Pelaporan
1) Monitoring

Peresepan

untuk

penyakit

yaitu

ISPA

Nonpneumonia, Diare Nonspesifik, dan Myalgia. Pemantauan


dilakukan pada 1 pasien setiap hari untuk 3 kasus penyakit
tersebut.
2) laporan penulisan obat generik
3) Pelaporan penulisan obat generik
4) Pelaporan pemakaian obat terpadu
5) Pelaporan pemantauan penulisan obat generik dan ketersediaan
obat generik
B.

Aspek Profesional (farmasi klinik)


Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas DTP Jatinangor meliputi pelayanan
resep. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis
dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep,
peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien.
1.

Pelayanan resep
a.

Penerimaan resep, Setelah menerima resep dari pasien dilakukan


skrining resep yang meliputi :
1) Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama
dokter, nomor surat izin praktek (SIP), paraf dokter, tanggal,
penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan,
nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien.
2) Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan,
dosis, potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
33

3) Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi


dan kesesuaian dosis.
4) Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan
pada resep atau obatnya tidak tersedia
b.

Peracikan obat, Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal


sebagai berikut :
1) Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
menggunakan alat (sendok obat), dengan memperhatikan
nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
2) Peracikan obat dilakukan untuk balita atau anak yang tidak
bisa meminum tablet. Percaika dilakukan menggunakan mortir
dan stemper serta pengepresan kertas racikan menggunakan
alat Sealing Equipment.

c.

Penyerahan obat, Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai


berikut :
1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
2) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi
tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil.
3) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya

2.

Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya
penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Informasi obat yang
diperlukan pasien adalah :
a.

Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan


dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam
34

hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah


makan.
b.

Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau


harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika
harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.

c.

Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan


pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan
mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan
farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat
tetes hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

35

BAB IV
PEMBAHASAN

Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang merupakan unit pelayanan teknis


yang memiliki tanggung jawab penuh dalam melayani seluruh aspek kesehatan
yang dilakasanakan oleh pemerintah kepada masyarakat. Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang membawahi 5 bidang, yaitu :
1.

Bidang Kesehatan Keluarga

2.

Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

3.

Bidang Jaminan Kesehatan Masyarakat

4.

Bidang Sumber Daya Kesehatan

5.

Bidang Pelayanan Kesehatan.


Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang memiliki fasilitas pelayanan

kesehatan yaitu 35 Pusat Kesehatan Masyarakat yang tersebar di seluruh wilayah


Kabupaten Sumedang. Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang dilakukan oleh Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan
yang memiliki tugas perencanaan, pengadaan, pencatatan dan pelaporan serta
monitoring dan evaluasi sedangkan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) gudang
farmasi dan perbekalan kesehatan memiliki tugas penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, serta pencatatan dan pelaporan.
Perencanaan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dilaksanakan setiap
1 tahun dengan mempertimbangkan rencana untuk 18 bulan kebutuhan obat, stok
gudang dan anggaran yang tersedia. Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan
dilakukan oleh Tim Perencanaan Obat Terpadu. Pemilihan obat didasarkan pada
obat generik terutama yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional dan
Formularium Nasional. Metode perhitungan kebutuhan obat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang adalah dengan metode konsumsi, dimana cara perhitungan
yang didasarkan pada analisa data konsumsi atau pemakaian obat tahun
sebelumnya.

36

Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten


Sumedang dilakukan oleh Seksi Farmasi dan Alkes dengan 3 cara yaitu melalui ekatalog yang dikumpulkan perdistibutor, pemesanan dapat dilakukan juga diluar ekatalog melalui tender dengan dana diatas 200 juta dan melalui pengadaan langsung
dengan dana kurang dari 200 juta. Dana pengadaan yang di dapat melainkan dari
APBD II (Kabupaten) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan dilaksanakan oleh Tim
Pemeriksa dan Penerima di gudang farmasi dan perbekalan kesehatan Kabupaten
Sumedang dengan melaksanakan penerimaan barang sesuai prosedur operasional
yang telah ditetapkan.
Penyimpanan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dilakukan
dengan metode satu pintu, dimana obat disimpan di UPTD Gudang Farmasi dan
Perbekalan Kesehatan. Penyimpanan obat di Dinas Kabupaten Sumedang sudah
cukup memenuhi standar yang ada baik dalam pengaturan tata ruang, penyusunan
stok obat,

dimana obat obatan telah disimpan menggunakan pallet, serta

pengamatan mutu obat. UPTD gudang farmasi dan perbekalan kesehatan


menggunakan prinsip FEFO dan FIFO untuk penyimpanan obat dan perbekalan
kesehatan.
Pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kabupaten
Sumedang sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tata cara pendistribusian
obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang yaitu LPLPO yang diajukan tiap
puskesmas diberikan kepada kepala seksi farmasi dan alat kesehatan di bidang
pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, seksi farmasi dan alat kesehatan
akan mengeluarkan Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB) ke gudang
farmasi dan perbekalan kesehatan, dan oleh gudang farmasi dan perbekalan
kesehatan dibuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), kemudian gudang farmasi
dan perbekalan kesehatan akan mengeluarkan barang sesuai SBBK masing-masing
Puskesmas. Selanjutnya Pendistribusian dapat dilakukan oleh pihak Gudang
Farmasi dan Perbekalan Kesehatan kepada Puskesmas atau Puskesmas mengambil
langsung ke Gudang Farmasi dan Perbekalan Kesehatan dengan surat tugas dari
Kepala Puskesmas, setelah barang dikirim dicek oleh Tim Pemeriksa dan Penerima
37

di Puskesmas dan dibuat berita acara penerimaan barang oleh tim pemeriksa dan
penerima di Puskesmas
Pencatatan dan pelaporan mengenai obat dan perbekalan kesehatan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang adalah laporan memuat jumlah penerimaan,
pengeluaran dan sisa persediaan yang dilakukan setiap bulan dengan laporan
pemakaian obat terpadu, laporan psikotropika dilakukan setiap bulan sekali. Jenis
laporannya yaitu distribusi, laporan pencatatan persediaan akhir tahun anggaran,
serta laporan tahunan pengelolaan obat.
Puskesmas DTP Jatinangor adalah Unit Pelayanan Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di Kecamatan Jatinangor. Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di
Puskesmas DTP Jatinangor dipegang oleh seorang tenaga teknis kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas terdiri dari 2 aspek pelayanan yaitu aspek
manajerial (farmasi non klinik) dan aspek professional (farmasi klinik).
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas terdiri dari :
1.

Perencanaan menggunakan LPLPO untuk 3 bulan penggunaan obat. Untuk


mendapatkan data atau jumlah kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan
dalam waktu 3 bulan dapat dilihat dari penggunaan obat dan perbekalan
kesehatan pada waktu 3 bulan sebelumnya.

2.

Permintaan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh penanggung


jawab gudang farmasi setiap 3 bulan sekali untuk LPLPO rutin sedangkan
untuk LPLPO tambahan dilakukan setiap tanggal 15 jika ketersediaan sudah
habis. LPLPO dikirim ke Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan Bidang Yankes
akan membuat SPMB yang dikirim ke gudang farmasi dan perbekalan
kesehatan (GFK), selanjutnya GFK kemudiaan akan mengirimkan obat ke
Puskesmas yang disertai dengan SBBK.

3.

Obat dan perbekalan kesehatan yang dikirim oleh GFK akan diterima oleh
tim pemeriksa dan penerima barang di puskesmas. Tim pemeriksa dan
penerima akan melihat kesesuaian antara LPLPO, SBBK dan obat yang
dikirim, jika sesuai maka dilakukan serah terima obat dan perbekalan
kesehatan yang selanjutnya akan dibuatkan BAP ( berita acara penerimaan
38

obat dan perbekalan kesehatan) yang di tandatangani oleh tim pemeriksa


dan penerima obat dan perbekalan kesehatan dan Kepala Puskesmas. Lalu
BAP diberikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.
4.

Penyimpanan obat di gudang obat secara alphabetis, FIFO (first in first out),
dan FEFO (first expired first out). Penyimpanan obat juga menggunakan
palet untuk menjaga kualitas obat, disesuaikan dengan bahan obat dan jenis
sediaan. Semua data obat yang ada di gudang ditulis dalam kartu stok dan
buku induk gudang.

5.

Pendistribusian gudang obat puskesmas dilakukan ke sub unit yaitu loket


obat, polindes, pustu dan BP dengan LPLPO yang dilakukan setiap satu
bulan sekali. Gudang obat mengeluarkan SBBK setiap pendistribusian obat.
Pendistribusian ini di lakukan setiap 1 bulan sekali dan setiap 1 bulan sekali
juga loket obat, pustu, polindes, dan BP membuat laporan obat terpadu yang
di berikan kepada gudang obat Puskesmas Jatinangor.

6.

Pencatatan yang dilakukan oleh gudang obat puskesmas yaitu pencatatan


kartu stok dan buku induk gudang sedangkan pencatatan yang dilakukan
oleh sub unit adalah pencatatan rekap pemakaian obat harian dan bulanan,
dan pencatatan kartu stok namun pencatatan pada kartu stok belum
dilakukan. Kegiatan pelaporan yang harus dilakukan oleh pihak Puskesmas
untuk diserahkan ke Dinas Kesehatan adalah monitoring peresepan untuk 3
penyakit yaitu myalgia, ISPA, dan diare non spesifik, pemakaian obat
terpadu, laporan pemantauan penulisan obat generik dan ketersediaan obat
generik.
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh Puskesmas DTP Jatinangor

adalah pelayanan resep serta pelayanan informasi obat. Pelayanan obat di loket obat
adalah pelayanan terakhir kepada pasien yang merupakan proses kegiatan dimana
petugas obat menerima resep yang diberikan oleh dokter melalui pasien, lalu
petugas obat melakukam skrining resep tersebut setelah resep tersebut terbukti
keabsahannya maka petugas obat melakukan dispensing obat yang terdiri dari
penyiapan obat, jumlah obat, penulisan etiket sesuai yang tertera pada resep.
Setelah obat siap diberikan kemudian petugas menyerahkan obat disertai Pelayanan
39

Informasi Obat (PIO). Pelayanan Informasi Obat hanya sebatas nama obat, khasiat
dan cara pemakaiannya.
Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas DTP Jatinangor belum maksimal,
ini dikarenakan tidak adanya tenaga apoteker dan keterbatasan tenaga teknis
kefarmasian. Jumlah tenaga teknis kefarmasian yang ada tidak sesuai dengan
jumlah pasien yang dilayani oleh Puskesmas DTP Jatinangor.

40

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1

Simpulan
Berdasarkan hasil dari praktek kerja lapangan yang telah di lakukan di Dinas

Kesehatan Kabupaten Sumedang dan Puskesmas DTP Jatinangor dari mulai tanggal
1 mei sampai dengan tanggal 31 mei dapat disimpulkan bahwa :
1.

Praktek kerja lapangan membekali calon tenaga teknis kefarmasian


wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di Dinas Kesehatan dan Puskesmas.

2.

Praktek kerja lapangan memberikan gambaran nyata kepada calon tenaga


teknis kefarmasian tentang situasi, kondisi, tatacara, tanggung jawab dalam
sebuah pekerjaan dan atau pada saat menghadapi sebuah masalah dalam
pekerjaan atau tidak.

3.

Tugas pokok kefarmasian dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian di Dinas


Kesehatan Kabupaten/kota adalah melakukan pengelolaan, pengawasan dan
peraturan mengenai perbekalan kesehatan dan alat kesehatan serta programprogram kesehatan lainnya untuk seluruh puskesmas di wilayahnya.

4.

Tugas pokok kefarmasian Tenaga Teknis Kefarmasian di puskesmas adalah


melayani pelayanan obat beserta informasi obat, administrasi, pengelolaan
perbekalan farmasi dan alat kesehatan serta menyiapkan kebutuhan
perbekalan farmasi untuk program kesehatan lainnya

yang mencakup

seluruh wilayah kerja beserta jaringannya.


5.2

Saran
Diharapkan disetiap Puskesmas terdapat Tenaga Teknis kefarmasian dan

Apoteker. Karena keberadaan Tenaga Teknis Kefarmasian dan Apoteker sebagai


penanggung jawab pengelola obat dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
setiap puskesmas yang ada di Sumedang sangat berpengaruh terhadap pencapaian
pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan optimal.

41

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2014.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012
tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.2011. Profil Kesehatan Kabupaten
Sumedang 2011. Sumedang : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian
di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. Jakarta: Japan Internasional Cooperation
Agency (JICA) dan Kementerian Kesehatan RI.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian
di puskesmas. Jakarta : Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) dan
Kementerian Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun
2014 tentang Puskesmas.
Departemen

Kesehatan

RI.

2004.

Keputusan

Menteri

Kesehatan

No.

128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas.

42

LAMPIRAN I
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

43

LAMPIRAN II
Denah Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

YANKES

KANTIN

GARASI

E
SDK

LAPANGAN
KESGA
GARASI

POS
SATPAM

PROGRAM

KEUANGAN

UMUM

P2P

Keterangan :
A : Toilet

HALAMAN DEPAN

B : Mushola
C : Ruang Gaji
D : Ruang Akreditasi
E : Gudang

44

LAMPIRAN III
Kartu Induk Persediaan Barang

45

LAMPIRAN IV
Laporan Pemakaian Obat dan Lembar Permintaan Obat ( LPLPO)
Bagian Depan

46

Laporan Pemakaian Obat dan Lembar Permintaan Obat ( LPLPO)


Bagian Belakang

47

LAMPIRAN V
Lembar Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB)

48

LAMPIRAN VI
Lembar Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
Bagian Depan

49

Lembar Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)


Bagian Belakang

50

LAMPIRAN VII
Lembar Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang

51

LAMPIRAN VIII
Struktur Organisasi Puskesmas DTP Jatinangor

Kepala UPTD Puskesmas DTP


Jatinangor

Kepala Sub. Bag Tata


Usaha
Kel. Jabatan
Fungsional

Bendahara

Perlengkapan/
penyimpanan

Kepegawaian

Evaluasi/RR

barang

Bid. Kesehatan
Keluarga

Bid. Pencegahan &


Pemberantasan
Penyakit Menular

Keluarga
Berencana

Diare

Promkes

Rawat Jalan

Rawat Inap

SDK

Labolatorium

Kesehatan
Rujukan

Gudang
Obat

Loket Obat

ISPA

Kes. Ibu,
Bayi & Anak

Kesling

Kes. Haji

Imunisasi

TB. Paru

Surveilance

Rabies

PONED

Kes. Lansia,
Remaja/ UKS

Gizi

Bides
Cilayung

Bides
Hegarmanah

Pustu
Cileles

Kesehatan
Gigi &
Mulut

Perkesmas

Kulit &
Kelamin

Malaria
/DBD

Bides
Cileles

Bid.Pelayanan
Kesehatan

Bid. Sumber Daya


Kesehatan

Bides
Sayang

UGD

JKN

Jiwa

Mata

Bides
Cikeruh

Bides
Cibeusi

Bides
Cipacing

52

LAMPIRAN IX
Peta Lokasi Puseksmas DTP Jatinangor

PETA PUSKESMAS DTP. JATINANGOR

DS. CILAYUNG

DS. CILELES
KECAMATAN TANJUNGSARI

KABUPATEN
BANDUNG

DS. HEGARMANAH

DS. CIBEUSI

DS.
SAYANG

DS. JATIROKE

DS. CIKERUH
KECAMATAN
CIMANGGUNG
DS.
JATIMUKTI
DS. CISEMPUR

DS. CIPACING

DS.
MEKARGALIH

DS. CINTAMULYA

53

LAMPIRAN X
Mekanisme Pengajuan Permintaan Obat Puskesmas

PUSKESMAS

LPLPO

(KAPUS)

KEPALA
DINAS
KESEHATAN

DISPOSISI

BIDANG
YANKES
UNTUK
DIVERIFIKASI

SPMB

GUDANG
FARMASI DAN
PERBEKALAN
KESEHATAN

SBBK
TIM
P2BP
PETUGAS
OBAT

Keterangan :
LPLPO

: Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

SPMB

: Surat Perintah Mengeluarkan Barang

SBBK

: Surat Bukti Barang Keluar

Tim P2BP

: Tim Pemeriksa dan Penerima Barang Puskesmas

54

LAMPIRAN XI
Contoh Resep Puskesmas

55

LAMPIRAN XII
Contoh Etiket Puskesmas

a.

Etiket Obat Dalam

b.

Etiket Obat Luar

56

Anda mungkin juga menyukai