Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

MENGANALISIS SUATU KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM


PENERTIBAN JURU PARKIR LIAR DI KOTA SAMARINDA
KALIMANTAN TIMUR

Disusun Oleh :
ANGELINA CHRISTINE P

1402015143

ADMINISTRASI PUBLIK KELAS B


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2016

Kebijakan pemerintah kota Samarinda dalam menertibkan juru parkir liar :

Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dimana Indonesia terus menerus
meningkatkan pembangunan di berbagai sektor, baik sektor ekonomi, sosial, dan umum.
Pembangunan itu sendiri pada dasarnya ditujukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat.
Dalam peranannya ketersediaan fasilitas serta pelayanan parkir merupakan tugas
Pemerintah Kota Samarinda sebagai wakil masyarakat Kota Samarinda dalam merespon
suatu dampak yang timbul akibat kenaikan jumlah motoritas yang ada di Kota Samarinda.
Namun dalam pelaksanaannya Pemerintah Kota Samarinda bukanlah satu-satunya lembaga
yang diharuskan melaksanakan pelayanan tersebut, mengingat pada dasarnya fungsi atau
tugas pokok Pemerintah adalah sebagai lembaga yang menentukan suatu kebijakan
sedangkan pelaksanaan atau implementasi dari suatu kebijakan dijalankan atau dilaksanakan
Pemerintah secara bersama dengan masyarakat.
Pergerakan penduduk di Kota Samarinda pada dasarnya dapat digolongkan pada
sistem transportasi yang ada sekarang, yaitu : pertama sistem pada angkutan pribadi dan
kedua pada sistem angkutan umum. Ketergantungan transportasi dapat dilihat dari
kepentingan atau kebutuhan dari yang melakukan pergerakan-pergerakan antara lokasi-lokasi
kegiatan, yaitu penduduk sebagai subyek dari pergerakan tersebut.
Dalam ketetapan Peraturan Daerah Kota Samarinda no 21 tahun 2002, kebijakan
tentang perparkiran yang dikeluarkan oleh Pemerintah, yang mana didalamnya menjelaskan
bahwasanya Pemerintah dapat mengajak pihak lain, dalam hal ini adalah pihak swasta (non
Pemerintah) yang ditunjuk sebagai bahan pengelola terhadap suatu kawasan parkir.
Perparkiran bukanlah suatu fenomena yang baru perparkiran merupakan masalah
yang sering dijumpai dalam sistem transportasi. Di banyak kota baik di kota-kota besar
maupun kota-kota yang sedang berkembang selalu menghadapi masalah perparkiran,
khususnya untuk kendaraan roda 4 Namun pada kenyataanya masalah parkir di Indonesia
masih sangat memprihatinkan hampir semua di kota-kota besar mempunyai masalah yang
sama yaitu tentang parkir yang menggunakan sebagian badan jalan yang dapat menyebabkan
kemacetan dan tidak memiliki sumbangsi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dalam peraturan daerah kota Samarinda nomor 16 tahun 2009 tentang retribusi pelayanan
parkir di tepi jalan umum yang terdapat dalam bab IX tata cara pemungutan retribusi Pasal 13
nomor (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan. Dan nomor (2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dapat berupa karcis masuk, kupon, dan kartu langganan.

Tata Cara Pemungutan Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum :


Tata cara pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum adalah suatu sistem pemungutan
yang dilakukan dalam rangka memperlancar proses pembayaran retribusi parkir di tepi jalan
umum yang dilaksanakan dengan cara yang telah ditentukan dalam peraturan daerah.

Menurut Perda kota Samarinda Nomor 13 tahun 2011 pasal 27, pemungutan parkir dilakukan
dengan cara:
a. Ditetapkan dengan sekali parkir
b. Dikenakan secara progresif
c. Dilakukan dengan sistem berlangganan
Tarif Retribusi Yang Dikenakan :
Tarif retribusi yang dikenakan kepada wajib retribusi adalah sesuai dengan peraturan
daerah kota Samarinda No. 13 tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum pasal 27 ayat (1)
yaitu 1000 rupiah untuk kendaraan R2, 2000 rupiah untuk R4 dan 3000 rupiah untuk
bus,truck,dan mobil besar lainnya.
Pengawasan kepada petugas parkir adalah hal yang sangat penting mengingat petugas
parkir adalah pegawai Dinas Perhubungan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat
dalam hal ini wajib retribusi parkir.Selain itu kinerja petugas parkir sangat menentukan
pendapatan asli daerah dari retribusi parkir di tepi jalan umum,oleh karena itu dibutuhkan
pengawasan yang intensip dari petugas pengawas. Pengawasan terhadap petugas parkir
dilakukan oleh pengawas petugas parkir UPTD Pengelolaan Parkir Dinas Perhubungan Kota
Samarinda yang berjumlah 11 orang tenaga pengawas yang melakukan patroli secara rutin
selama 2 jam yaitu antara pukul 08.00 12.00 dan 2 jam berikutnya antara pukul 13.00
sampai dengan 19.00.Bentuk pengawasan lainnya adalah melalui alat kendali parkir yaitu
karcis parkir yang diberikan kepada petugas parkir. Petugas pengawas yang tidak selalu
berada di lokasi parkir, hal ini tentu memungkinkan terjadinya kebocoran dalam penerimaan
retribusi dari suatu lokasi parkir,karena tidak semua petugas parkir jujur dalam hal
penyetoran hasil retribusi.
Berkenaan dengan regulasi perparkiran, setidaknya ada dua UndangUndang yang terkait dengan regulasi perparkiran, yaitu Undang-Undang

Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan UndangUndang Nomor 34 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian
dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah. Undang-Undang pertama sedikit menyinggung dengan kegiatan
perparkiran. Sedangkan yang kedua, lebih banyak berisi ketentuan dasar
mengenai jenis pajak dan retribusi daerah, tarif serta pihak yang berwenang
dan bertanggung jawab di dalam pemungutannya.
Dengan

adanya

aktivitas

pada

pusat

perdagangan

akan

mengakibatkan adanya bangkitan perjalanan, dari bangkitan perjalanan akan


menimbulkan bangkitan parkir di daerah/kawasan perdagangan. Hal tersebut
akan menumbuhkan lokasi-lokasi parkir baru di badan jalan (on-street
parking).

Akibat

dari parkir di badan

jalan

menyebabkan

hambatan

pergerakan arus lalu lintas pada ruas jalan tersebut, yang pada akhirnya
terjadi penyempitan lebar jalan dan besar

Keberadaan juru parkir liar dinilai sudah meresahkan, lantaran mengenakan tarif
parkir seenaknya dengan tarif bervariasi mulai Rp 2.000 hingga Rp 3.000 untuk roda dua.
Sementara roda empat dipungut Rp 5.000.
Oleh karena itu pemerintah kota samarinda mulai me

Proses implementasi kebijakan mengenai penanganan juru parkir liar


Keberadaan juru parkir liar dinilai sudah meresahkan, lantaran mengenakan tarif parkir
seenaknya dengan tarif bervariasi mulai Rp 2.000 hingga Rp 3.000 untuk roda dua.
Sementara roda empat dipungut Rp 5.000.

DAFTAR PUSTAKA
http://samarinda.bpk.go.id/wpcontent/uploads/2014/10/LD_No_16_Th2009_Ttg_Parkir_Tepi_Jln_Umum.pdf
http://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/11/Ejournal
%20gugun%20PDF%20(11-18-13-12-06-39).pdf

Anda mungkin juga menyukai